Anda di halaman 1dari 106

PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DAN UPAYA

PENANGGULANGANNYA DI DESA BONTO MATE’NE


KECAMATAN SINOA KABUPATEN BANTAENG

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Jurusan Agama Islam
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar

Oleh:

Rahma Yuliana
NIM: 20100118016

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat kesehatan,

hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat
dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw yang senantiasa menjadi

uswatun hasanah bagi umat manusia.

Karya ilmiah ini membahas tentang “Perilaku Menyimpang Remaja dan


Upaya Penanggulangannya di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa

Kabupaten Bantaeng”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian ini

terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi, namun berkat ridha Allah swt
dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan

tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis mengucapkan permohonan maaf dan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada kedua orangtua tercinta, yakni ayahanda Kasim dan ibunda Sohra
yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayangnya dalam membesarkan,

membina serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan senantiasa

memanjatkan doa-doanya untuk penulis. Begitu pula penulis mengucapkan terima


kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Hamdan, M.A., Ph.D. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H.

Mardan, M.Ag., Wakil Rektor I, Prof. Dr. H Wahyuddin, M.Hum., Wakil


Rektor II, Prof. Dr. H. Darussalam Syamsuddin, M.Ag., Wakil Rektor III, Dr.

iv
H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor IV yang telah membina dan
memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk

memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag. Wakil Dekan I, Dr. M. Rusdi,

M.Ag., Wakil Dekan II, dan Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si. Wakil Dekan III, yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas


Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. Ketua dan

Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang


telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan motivasi

selama penulis menempuh kuliah berupa ilmu, nasehat, sampai penulis dapat

menyelesaikan kuliah.
4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. dan Dr. Syamsuddin, M.Pd.I Pembimbing

I dan II yang telah bersedia dan sabar meluangkan waktu memberi arahan,

koreksi, pengetahuan baru dalam penyusunan skripsi ini serta membimbing


penulis sampai tahap penyelesaian.

5. Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M.S. dan Dr. Sitti Riadil Janna, M.A. Penguji I

dan II yang telah memberi arahan, koreksi, masukan dan pengetahuan baru
dalam perbaikan skripsi ini.

6. Para Dosen, karyawan/karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang

memberikan bantuan secara konkrit baik secara langsung maupun tidak


langsung.

v
7. Kepala Desa Bonto Mate’ne, para staf Desa Bonto Mate’ne dan para orangtua
serta adik-adik remaja di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten

Bantaeng yang telah membantu dalam memperoleh informasi.

8. Kepada sahabat seperjuanganku selama menyusun skripsi Nur Insani yang


sudah kuat untuk sama sama menjalani proses demi proses yang tidak mudah.

Yang juga telah membantu, memberikan motivasi dan dorongan serta selalu

memberikan semangat sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi ini.


9. Kepada sahabat seperjuanganku Fitriana terimakasih sudah menemani, sama

sama berjuang menjalani cobaan-cobaan yang tidak mudah dalam penyususnan

skripsi ini, sudah tegar mengahadapi masalah-masalah yang kadang kala


membuat kita jatuh dan juga selalu membantu , memberikan motivasi dan

dorongan serta selalu memberikan semangat sehingga penyusun dapat

menyelesaikan skripsi ini.


10. Kepada kak Andi Nur Ikhsan yang selalu mendoakan dan selalu memotivasi

agar selalu semangat dalam penyusunan skripsi.

11. Kepada sepupu-sepupuku kasma wati, Yuliana, Fira Yuniar, Ramlah, Selvi
yang membantu dalam mendokumentasikan dan menemani penyusun saat

proses wawancara.

12. Kepada semua teman-teman PAI angkatan 2018 yang tidak dapat disebutkan
satu per satu, terima kasih atas bantuan, nasehat, dan semangatnya sehingga

penulis bisa sampai dititik ini.

13. Kepada para sahabat SMP ku, terima kasih atas doa, semangat, dan motivasinya
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

vi
DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................ ii


PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii


DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

ABSTRAK ........................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1-15


A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ................................................. 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
D. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .......................................................... 14
BAB II TINJAUAN TEORETIS ...................................................................... 16-31
A. Pengertian Perilaku Menyimpang ...................................................... 16
B. Pengertian Remaja ................................................................................ 18
C. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang ................................................. 23
D. Faktor- Faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang ................................ 24
E. Upaya Penanggulangan Perilaku Menyimpang.................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 33-42
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................................. 33
B. Pendekatan Penelitian ........................................................................... 34
C. Sumber Data ......................................................................................... 35
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 35
E. Instrumen Pengumpulan Data .............................................................. 37
F. Teknik Pengolahan dan Analis Data .................................................... 38
G. Pengujian Keabsahan Data ................................................................... 40
BAB IV PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA DI DESA BONTO MATE’NE

KECAMATAN SINOA KABUPATEN BANTAENG ....................... 43-83

viii
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 43
B. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne
Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng................................................ 54
C. Faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne
Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng ............................................... 66
D. Upaya Penanggulangan Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto
Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng ................................. 76
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 84-88
A. Kesimpulan ........................................................................................... 84
B. Implikasi Penelitian .............................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ix
DAFTAR TABEL

1.1 Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ............................................................ 7

4.1 Sejarah Kepemimpinan Desa Bonto Mate’ne ................................................. 42


4.2 Jumlah Penduduk Desa Bonto Mate’ne .......................................................... 48

4.3 Jumlah Penerima PHK .................................................................................... 50

4.4 Pekerjaan/ Mata Pencaharian .......................................................................... 51


4.5 Bentuk-bentuk perilaku menyimpang ............................................................. 55

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang mempunyai segala macam


kelebihan dan kekurangan, mempunyai akal yang dapat digunakan untuk berfikir.

Ketika manusia menggunakan akalnya untuk berfikir, maka mereka akan mampu

memahami dan memilah antara perilaku baik dan perilaku buruk.


Pendidikan merupakan salah satu senjata yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan, mengembangkan kepribadian dan mencapai cita yang di

inginkan sehingga kita dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan oleh sang
pencipta. Karena Pendidikan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

mengembangkan potensi diri manusia, karena dengan pendidikan manusia akan

menjadi tahu apa yang sebelumnya ia tidak ketahui, dan ketika sudah tahu maka akan
lebih dikembangkan lagi melalui pendidikan.

Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,


bangsa, dan negara.1

Pengembangan potensi sangat dibutuhkan bagi diri setiap manusia, agar skil

yang dimiliki menjadi lebih meningkat dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.

1
UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara.
2006), h. 72.

1
2

Pentingnya pendidikan juga dikatakan dalam Islam karena bertujuan untuk


membentuk manusia supaya, cerdas, patuh, dan tunduk kepada perintah Tuhan serta

menjauhi larangan-larangan-Nya.2

Begitu juga pentingnya pendidikan dikatakan dalam al-Qur’an Q.S Al


Muja>dilah/58: 11.

             

             

    


Terjemahnya:

Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah


dalam majelis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.3
Penafsiran menurut M. Quraish Shihab (Tafsir Al-Misbah) ayat di atas

merupakan tuntunan ahklak yang menyangkut perbuatan dalam majelis. Tentu saja
yang dimaksud diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri

mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman menjadi

dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal shaleh, dan yang
kedua beriman dan beramal shaleh serta memiliki pengetahuan. terdapat perbedaan

derajat yang sangat bertolak belakang di antara dua kelompok tersebut. Derajat

kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang di

2
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 99.
3
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah (Bandung: Mikraj
Khazanah Ilmu, 2011), h. 273.
3

sandangnya, tetapi juga amal pengajarannya kepada pihak lain secara lisan, atau
tulisan maupun keteladanan.4

Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya

manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
mereka.5

Karena pendidikan merupakan pilar perubahan sosial, maka manusia sebagai

makhluk sosial menjadi sorotan besar, terutama para remaja-remaja masa kini yang
menjadi pelaku dasar pendidikan. Pada lingkungan masyarakat seringkali ditemukan

penyimpangan sosial yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. terdapat

perilaku positif dan juga terdapat perilaku menyimpang negatif yang dilakukan oleh
remaja secara umum.

Masa remaja sedang berada di persimpangan jalan antara dunia anak-anak

dan dunia dewasa. Oleh sebab itu, pada masa ini merupakan masa yang penuh
kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi remaja itu sendiri, tetapi juga bagi orang

tua, guru dan masyarakat di sekitarnya.6

Perilaku menyimpang yaitu semua tingkah laku yang menyimpang dari


ketentuan yang berlaku di masyarakat baik itu norma Agama, Hukum, sosial, dan

norma kesopanan atau adat istiadat. Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja

dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem


sosial secara keseluruhan.7

4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 77.
5
Achmad Patoni, Dinamika Pendidikan Anak (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), h. 42.
6
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan
Kompetensi) (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h. 42.
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1988), h. 206.
4

Remaja pada dasarnya sangat rentan dipengaruhi keadaan yang ada di


sekitarnya, selalu ingin mencoba sesuatu yang baru. Perilaku menyimpang pada

remaja sangat bermacam-macam. Misalnya, laki-laki yang tidak shalat Jum’at, kebut-

kebutan di jalan raya, berbohong, membentak orang tua, mencuri, menodong, pesta
khamar, pesta narkoba, pemerkosaan, kumpul kebo, diskotik/dunia malam,

keluyuran, membolos sekolah, berkelahi antar teman, dan sebagainya. Perilaku

menyimpang di kalangan remaja sudah dianggap sebagai hal yang wajar dan sudah
biasa dilakukan, karena pengaruh globalisasi yang kian meningkat sehingga remaja

terbawa arus dan sudah mulai tidak sejalan dengan norma agama serta norma sosial

yang berlaku. Sehingga dengan penyimpangan yang dilakukan tidak hanya akan
merugikan dirinya tetapi akan merugikan orang tua, teman, dan masyarakat di

sekitarnya.

Penyimpangan lainnya yang sering kali kita jumpai di luar sana, remaja-
remaja perempuan yang tidak menutup aurat dengan sempurna. Hal demikian

termasuk suatu penyimpangan karena telah melanggar norma agama, padahal sudah

menjadi kewajiban bagi muslim dan muslimah untuk menutup aurat sebagai mana
telah diterangkan dalam Q.S Al-A’raf /7: 26:

              
      

Terjemahnya:
Hai anak Adam sesungguhnya kami telah menurunkan padamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian taqwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. 8

8
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah, h. 78.
5

Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab tafsirnya Tafsir al-Misbah bahwa


ayat 26 ini berpesan kepada anak Adam sejak putra pertama hingga akhir dari

keturunannya bahwa sesungguhnya Allah yang maha kuasa telah

menurunkan/menyiapkan bahan pakaian untuk menutup aurat-aurat yakni aurat


lahiriyah serta kekurangan-kekurangan batiniyah yang dapat digunakan sehari-hari

dan juga menyiapkan bulu sebagai bahan-bahan pakaian indah untuk menghiasi

dirinya dan yang digunakan pada acara-acara istimewa, dan disamping pakaian yang
terbuat dari bahan-bahan, Allah juga menyiapkan pakaian taqwa yaitu pakaian yang

terpenting dan yang paling baik.9

Tidak menutup aurat merupakan salah satu perilaku menyimpang, yakni


tergolong perilaku penyimpangan dari norma agama. Dari berbagai macam

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, maka perlu adanya upaya yang dilakukan

untuk mencegah hal-hal buruk semakin berkembang yang nantinya akan berakibat
fatal dan bisa merugikan banyak orang. Salah satu caranya dengan bekerja sama dan

saling mengingatkan satu sama lain untuk menjauhi hal- hal yang bertentangan

dengan norma yang berlaku, baik itu norma agama, adat dan etika.
Allah swt telah mengingatkan kita dalam ayat-ayat-Nya yang indah bahwa

sebagai sesama manusia hendaknya untuk saling mengingatkan dalam mencegah

seseorang dari perbuatan yang mungkar seperti yang sudah diterangkan dalam QS.
Ali-Imran/03:104:

            
  

9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2004), h. 56.
6

Terjemahnya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar;
Merekalah orang-orang yang beruntung.10
Quraish Shihab menjelaskan letak perbedaan ini, kata Minkum pada ayat 104
surat Ali-Imran menyatakan bahwa ada ulama yang dipesankan oleh ayat itu tidak

tertuju kepada setiap orang , Bagi yang memahaminya demikian, maka ayat itu untuk

mereka yang mengandung dua macam perintah. Perintah pertama kepada seluruh
umat Islam untuk membentuk dan menyiapkan suatu kelompok khusus yang bertugas

melaksanakan dakwah kepada kebaikan dan ma’ruf serta mencegah kemungkaran.

Perintah pertama dalam hal ini bisa jadi suatu lembaga kemasyarakatan yang
tugasnya adalah untuk melaksanakan dakwah dan ada kegiatan-kegiatan khusus

olehnya untuk melancarkan dakwah. Perintah kedua adalah dakwah yang dilancarkan

ini menyangkut dakwah kepada kebaikan dan ma’ruf nahi mungkar.11


Dari ayat tersebut, penulis berpendapat bahwa perilaku menyimpang remaja

sebagai salah satu bentuk ketidakselarasan dari ajaran agama dapat kita atasi dengan

adanya kerjasama antara seluruh lapisan masyarakat untuk bersama-sama menyeru


melakukan perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah swt dan sekaligus

menyeru untuk menjauhi segala bentuk perbuatan yang mungkar.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di desa Bonto Mate’ne


Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng pada tanggal 22 Februari 2021. Peneliti

mendapati adanya perilaku menyimpang yang terjadi di Desa tersebut diantaranya

berbohong, membantah orang tua, pencurian, dan balapan liar. Hal ini bisa menjadi
gambaran akan pentingnya memberikan perhatian kepada remaja terhadap bahaya

10
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah, h. 33.
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 73.
7

perilaku menyimpang yakni dengan berbagai upaya penanggulangan. Bertolak dari


permasalahan itulah yang melatarbelakangi peneliti sehingga memilih judul

“Perilaku Menyimpang Remaja dan Upaya Penanggulangannya di Desa Bonto

Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng”


B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus Penelitian merupakan rangkaian permasalahan yang menjadi pokok

atau pusat yang mejadi rujukan peneliti, agar memudahkan dalam mengumpulkan dan
menganalisis data sesuai tujuan penelitian. Adapun fokus penelitian dalam skripsi ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1: Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

1 Bentuk-bentuk Perilaku a. Perilaku menyimpang yang


Menyimpang Remaja bersifat melanggar Hukum dan

peraturan perundang-undangan

b. Perilaku menyimpang yang


bersifat melanggar hukum adat,

norma dan sosial tetapi tidak

melanggar hukum perundang-


undangan .

Faktor Terjadinya Perilaku


2 a. Faktor Internal yakni faktor dari
Menyimpang Remaja
dalam diri anak yang
mengakibatkan perilaku
8

No Fokus Penelitian Deskripsi Fokus

menyimpang

b. Faktor Eksternal yakni faktor


dari luar lingkungan yang

menyebabkan perilaku

menyimpang .

Upaya Penanggulangan Perilaku


3 Segala macam usaha mencari jalan
Menyimpang Remaja
keluar yang dilakukan untuk

menanggulangi atau mengatasi


permasalahan perilaku menyimpang

di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan

Sinoa Kabupaten Bantaeng.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah


dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk perilaku menyimpang remaja di Desa Bonto Mate’ne

Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng?


2. Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang remaja di

Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng?


9

3. Bagaimana upaya penanggulangan perilaku menyimpang remaja di Desa


Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng?

D. Kajian Pustaka

Dari hasil penelusuran yang dilakukan, ditemukan beberapa penelitian berupa

skripsi maupun jurnal yang membahas mengenai perilaku menyimpang remaja

diantaranya sebagai berikut:


1. Skripsi yang di susun oleh Densi Sah Putri yang berjudul “Faktor- faktor

yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Remaja (Studi Kasus pada

Remaja Kecanduan Komix Obat Batuk di Desa Palak Bengkerung


Kabupaten Bengkulu Selatan)”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada

dua faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja di desa Palak

Bengkerung, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor


internal yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja yaitu kontrol

diri yang lemah, kurangnya motivasi untuk merubah perilaku, dan

lemahnya kesadaran beragama. Sedangkan faktor eksternal yang


mempengaruhi perilaku menyimpang remaja yaitu kurangnya motivasi dari

orang tua, kurangnya perhatian dari orang tua, permasalahan dalam

keluarga dan perceraian orang tua, kesalahan pola asuh orang tua, pengaruh
teman sebaya, pengaruh lingkungan sekolah (lingkungan pergaulan).12

Persamaan dari skripsi ini adalah variabel terkait perilaku

menyimpang remaja dan sama-sama penelitian kualitatif, sedangkan


perbedaannya yaitu skripsi ini berfokus membahas faktor yang

12
Densi Sah Putri, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Remaja Studi
Kasus pada Remaja Kecanduan Komix Obat Batuk di Desa Palak Bengkerung Kabupaten Bengkulu
Selatan”, Skripsi (Bengkulu: Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Bengkulu 2018), h. 86.
10

mempengaruhi perilaku menyimpang sedangkan peneliti membahas


perilaku menyimpang dan upaya penanggulangannya.

2. Skripsi yang disusun oleh Anugrah Ishak yang berjudul “Perilaku

Menyimpang pada Kalangan Remaja (Studi Kasus: Pelaku Balapan Liar


Kalangan Remaja di Daerah Kijang)”. Hasil penelitian menyimpulkan

bahwa pada anak muda atau remaja yang telah masuk ke dalam dunia balap

liar dikarenakan oleh faktor pengaruh pergaulan dan lingkungan yang


kurang baik. Kurangnya pengawasan dan bimbingan orang tua terhadap

anaknya yang membuat anak remaja tersebut dengan mudah dan bebas

untuk ikut dalam dunia balap liar. Anak remaja yang terlibat dalam balap
liar di Kijang Kota masih berusia sangat muda. Anak remaja tersebut tidak

terlalu memikirkan resiko balap liar dan ikut masuk ke dalam dunia balap

liar dikarenakan remaja tersebut lebih menuruti egonya sendiri dari pada
keselamatan dirinya. Sebagian besar anak remaja tersebut lebih memilih

balapan liar hanya untuk mendapatkan sanjungan dan diakui dari teman

pergaulannya. Kurangnya peranan orang tua yang cenderung apatis


terhadap anaknya untuk tidak mengikuti balapan liar dan pergaulan yang

buruk merupakan masalah utama bagi orang tua dari pelaku. Kurangnya

suasana harmonis dan rasa kekeluargaan terhadap anaknya, membuat


remaja tersebut menjadi tidak terkendali dalam pengawasan orang

tuanya.13

13
Anugrah Ishak, “Perilaku Menyimpang pada Kalangan Remaja: Studi Kasus Pelaku Balapan
Liar Kalangan Remaja di Daerah Kijang”, Skripsi (Tanjung Pinang: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
UMR Ali Haji 2016), h. 77.
11

Persamaan dari skripsi ini adalah terkait variabel perilaku


menyimpang dan merupakan skripsi kualitatif sedangkan perbedaannya

yaitu skripsi ini membahas perilaku menyimpang remaja yang berfokus

pada remaja yang suka balapan liar sedangkan peneliti membahas tentang
perilaku menyimpang remaja dan upaya penanggulangannya.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Vive Vike Mantiri yang berjudul “Perilaku

Menyimpang Remaja di Kelurahan Pondang Kecamatan Amurang Timur


Kabupaten Minahasa Selatan”. Berdasarkan kesimpulan, dapat diketahui

bahwa keberfungsian orangtua sangat berpengaruh, karena kebanyakan

remaja yang melakukan perilaku menyimpang yaitu remaja yang tidak


mendapat perhatian dan kasih sayang sepenuhnya dari orangtua karena

sudah tidak menerima arahan dan nasehat lagi dari orangtua, maka dari itu

mereka mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di sekitar
mereka.14

Persamaan dari jurnal penelitian ini adalah sama-sama penelitian

kualitatif dan variabel nya sama yaitu perilaku menyimpang remaja.


Sedangkan perbedaannya terletak pada peneliti membahas perilaku

menyimpang remaja dan upaya penanggulangannya sedangkan pada

skripsi ini hanya membahas perilaku menyimpang remaja.


4. Skripsi yang disusun oleh Khuswatun Khasanah yang berjudul

“Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kontrol Sosial di Desa Menunggal

Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”. Dia menyimpulkan bahwa latar

14
Vive Vike Mantiri, “Perilaku Menyimpang Remaja di Kelurahan Pondang, Kecamatan
Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan”: Journal Volume III. No.1. (2014), h.12.
12

belakang yang menjadi penyebab dari adanya perilaku menyimpang yaitu


adanya kondisi sosial yang mendukung para remaja melakukan tindakan

tersebut. Karena pengaruh keluarga yang kurang harmonis, lemahnya

komunikasi yang terjalin antara anak dan orang tua dan sifat tertutup yang
dimiliki oleh anak sehingga tidak mau bercerita kepada orang tua tentang

apa yang dirasakan olehnya. Kondisi sosial dengan para teman juga sangat

berpengaruh dalam hal ini karena ketika anak berada di luar rumah akan
berbaur dengan ara teman. Oleh karena itu, jika para teman suka keluar

rumah, maka seorang individu juga akan berperilaku serupa. Bentuk

kontrol sosial yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dari para orang tua
yang memberikan bimbingan baik kepada anaknya, memberikan

pendidikan agama agar anak memiliki landasan berpikir yang baik dan

akan takut jika melakukan perilaku menyimpang. Sedangkan kontrol sosial


dari para tokoh masyarakat dan tokoh agama yaitu dengan memberikan

beberapa wadah organisasi yang dinaungi oleh para remaja tetapi juga para

tokoh yang bertanggung jawab atas apa yang berjalan di organisasi


tersebut. Dengan adanya organisasi tersebut, maka remaja akan memiliki

beberapa kegiatan positif yang dapat mendukungnya.15

Persamaan dari skripsi ini adalah mempunyai variabel perilaku


menyimpang remaja dan merupakan skripsi kualitatif. Sedangkan

perbedaannya yaitu skripsi ini membahas kontrol sosial perilaku

15
Khuswatun Khasanah, “Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kontrol Sosial di Desa
Menunggal Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”, Skripsi (Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, 2018), h. 95.
13

menyimpang remaja sedangkan peneliti membahas upaya penanggulangan


penyimpangan remaja.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Dian Putra yang berjudul “Perilaku

Menyimpang Remaja Studi pada Remaja yang Gemar Game Online di


Warnet”. Dia menyimpulkan bahwa secara umum remaja yang mempunyai

kegemaran dalam bermain game online mempunyai kecenderungan untuk

melakukan lebih dari satu perilaku menyimpang jika tidak mendapat


pengawasan dan adanya kesadaran diri dari remaja itu sendiri. Terdapat

beberapa bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja

yang gemar bermain game online di Warnet Mario Bross Kota Baru
Pontianak. Adapun bentuk perilaku menyimpang dilakukan remaja-remaja

tersebut adalah perilaku menyimpang yang bersifat amoral dan anti sosial

seperti, bolos sekolah, merokok, berkelahi serta mengakses situs film


dewasa dan perilaku menyimpang yang bersifat kriminal seperti bermain

judi dan mencuri. Penyebab timbulnya perilaku menyimpang pada remaja

yang gemar bermain game online di Warnet Mario Bross Kota Baru
Pontianak disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang

mempengaruhi remaja tersebut adalah faktor internal yaitu faktor yang

berasal dari diri remaja itu sendiri yang berupa Adanya rasa ingin tahu,
rasa penasaran serta rasa ingin diakui oleh teman bermain nya dan faktor

eksternal yang berupa. Adanya pengaruh dari pergaulan teman sebaya,

pengaruh lingkungan serta kurangnya perhatian dari keluarga. Ada


beberapa upaya yang dilakukan pihak warnet dalam menangani timbulnya
14

perilaku menyimpang pada remaja yang gemar bermain game online di


Warnet Mario Bross Kota Baru Pontianak.16

Persamaan dari penelitian ini yaitu terdapat pada variabel yaitu

perilaku menyimpang remaja dan merupakan penelitian kualitatif.


Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini berfokus pada penyimpangan

remaja yang gemar bermain game online di warnet saja. Sedangkan

peneliti yang akan ditulis bersifat umum mengenai perilaku menyimpang


remaja beserta upaya penanggulangannya.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan penelitian yang dikemukakan penulis adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bentuk perilaku menyimpang remaja di Desa Bonto


Mate’ne Kecamamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

b. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku

menyimpang remaja di Desa Bonto Mate’ne Kecamamatan Sinoa Kabupaten


Bantaeng.

c. Untuk mengetahui upaya penanggulangan perilaku menyimpang remaja di

Desa Bonto Mate’ne Kecamamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

2. Adapun kegunaan penelitian adalah:

a. Kegunaan Ilmiah
Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang upaya

yang dapat dilakukan untuk menanggulangi perilaku menyimpang.

16
Rahmat Dian Putra, “Perilaku Menyimpang Remaja Studi Pada Remaja yang Gemar Game
Online di Warnet”, Skripsi (Pontianak: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, 2015), h. 12-13.
15

b. Kegunaan Praktis
1) Memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman khususnya mengenai

upaya penanggulangan perilaku menyimpang.

2) Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi


peneliti dalam penerapan pengetahuan terhadap masalah perilaku

menyimpang yang dihadapi secara nyata.


BAB II
TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dilakukan seseorang yang


dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain yang berada di sekitarnya. perilaku

menyimpang dapat juga dikatakan sebagai penyimpangan sosial dan agama. Sesuatu

yang tidak sesuai dengan norma sosial di masyarakat yang telah ditetapkan bersama
dalam sistem sosial. Juga perilaku yang melanggar norma agama yang tidak sesuai

syari’at Islam.

Beberapa pandangan sosiologis juga merumuskan bahwa penyimpangan ialah


suatu tindakan melanggar aturan yang telah disepakati.1 Dapat dikatakan bahwa

perilaku menyimpang sama halnya dengan kenakalan remaja, karena kenakalan

remaja adalah suatu bentuk pelanggaran/pengrusakan dan perbuatan menyalahi


norma dan ketentuan yang berlaku.

Perilaku menyimpang adalah tindakan yang mengganggu ketenangan dan

kepentingan orang lain yang dianggap sebagai kenakalan atau perbuatan dosa oleh
ajaran agama dan dipandang oleh ahli jiwa sebagai manifestasi dari gangguan jiwa

atau akibat tekanan batin yang tidak dapat diungkapkan dari ketegangan perasaan

(tension), kegelisahan dan kecemasan atau tekanan batin. Perilaku menyimpang


merupakan tindakan-tindakan yang bersifat asosial yang menjadikan adanya

pelanggaran norma sehingga perilaku menyimpang ini menjadi tidak asing lagi sebab

sudah menjadi bahan pembicaraan yang umum di tengah-tengah masyarakat.

1
Soerjono Soekamto, Sosiologi Keluarga (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 199.

16
17

Perilaku menyimpang bahkan semakin bertambah dan meningkat seiring


berjalannya waktu, bahkan keadaan demikian semakin memprihatinkan perilaku

menyimpang yang sangat mempengaruhi kehidupan remaja, dan bahkan sudah

melampaui batas yang wajar, sudah sama bahkan bisa saja melampaui dengan bentuk
kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa, bukan hanya melanda keluarga kelas

menengah ke bawah tetapi juga menengah ke atas.

Hal ini diakibatkan oleh kemajuan dan perkembangan pergaulan remaja tanpa
dibarengi oleh peningkatan dari perbaikan agama dan moral kaum remaja.

Kekhawatiran orang tua sangat beralasan karena mungkin saja anaknya terlibat dalam

Perilaku menyimpang yang melampaui batas karena pergaulan yang kurang baik.

Sutherland dalam Kartini Kartono menyatakan bahwa sebab-sebab Perilaku

menyimpang itu tidak hanya terletak pada lingkungan familial dan tetangga saja, akan

tetapi yang paling utama disebabkan oleh kontak kulturalnya. Maka karir kejahatan
anak-anak jelas dipupuk oleh lingkungan sekitar yang buruk dan jahat.2 Seperti yang

sudah dijelaskan sebelumnya bahwa kenakalan remaja adalah termasuk bentuk

perilaku menyimpang yang merupakan penyimpangan dari norma agama dan juga
norma sosial masyarakat. Perilaku menyimpang seharusnya diberikan sangsi.

Berbagai macam bentuk perilaku menyimpang yang sering terjadi di

lingkungan masyarakat lazimnya melibatkan remaja sebagai pemeran utama, seperti


penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, hamil di luar nikah, berdua-duaan di tempat

sepi, balapan liar, dan berbagai macam perilaku menyimpang lainnya. Bahkan sudah

banyak dan sering kita jumpai di berita-berita mengenai perilaku menyimpang.

2
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), h. 30.
18

Masalah hubungan dengan orang tua, ini pun termasuk masalah yang dihadapi
oleh remaja dari dulu sampai sekarang orang tua dan anak sama-sama keras kepala,

susah untuk mendengarkan dan saling memahami. Seringkali terjadi pertengkaran

yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat antara orang tua dan anak-anaknya
yang menjadikan penyimpangan terjadi, penyimpangan juga timbul karena remaja

mengikuti arus dan mode, seperti rambut gondrong, pakaian kurang sopan, lagak dan

lagu terhadap orang tua kurang hormat, karena pada lingkungan pertemanan nya hal
di atas merupakan perilaku yang dianggap gaul, dianggap jago dan berkuasa karena

menampilkan penampilan seperti preman akhirnya mereka merasa disegani dan

ditakuti. Pergaulan seperti ini yang didapatkan dari lingkungan yang salah lalu
dibawalah ke lingkungan keluarga atau masyarakat.

B. Pengertian Remaja

Remaja adalah peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa juga
rentangan kehidupan manusia yang berlangsung sejak berakhirnya masa kanak-kanak

sampai awal dewasa.3

Zakiyah Daradjat memberikan 4 (empat) sudut pandang tentang pengertian


remaja yaitu:

1. Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan, yaitu tahapan peralihan

yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir yang ditandai oleh


pertumbuhan fisik yang cepat.

2. Remaja dalam pengertian masyarakat, dalam hal ini remaja sangat bergantung

pada kondisi sosial dan penerimaan masyarakat setempat. Pada masyarakat

3
Akmal Hawi, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Palembang: IAIN Raden Fatah
Press, 2008), h. 81.
19

pedesaan yang sangat sederhana mungkin masa remaja tidak kekal, sebab
begitu mereka tumbuh besar dan kuat, mereka dianggap telah mampu

melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan orang tuanya. Maka saat itulah

mereka diterima dalam lingkungan masyarakat, pendapatnya didengar dan


dipertahankan, mereka juga sudah berlatih untuk memikul tanggung jawab

keluarga.

3. Remaja dari segi ajaran Islam ialah sering disebut dengan kata (balig) yang
mana seorang anak yang sudah dikenal hukum dalam mengerjakan hukum

Islam dalam kehidupan sehari-hari atau kata lain terhadap mereka yang telah

balig dan berakal berlakulah ketentuan hukum Islam.


4. Remaja dalam pandangan hukum dan perundang- undangan, remaja dalam

pengertian isi dibatasi pada usia 11-18 tahun. Karena pada usia tersebut dalam

pandangan hukum positif telah dianggap dewasa. Jika berbuat yang


melanggar hukum akan diberikan sanksi layaknya orang dewasa atau bukan

anak-anak lagi.4

Masa remaja saat menginjak ke masa dewasa ia akan mengalami masa kritis,
karena remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja

sedang mencari identitasnya atau mencari jati diri. Dalam proses perkembangan yang

membingungkan dirinya juga masa-masa sulit, remaja membutuhkan bantuan dan


bimbingan dari orang yang disayangi dan dekat dengannya terutama orang tua atau

keluarganya. Seperti yang telah diketahui bahwa fungsi keluarga adalah memberi

pengajaran, panutan serta mengayomi sehingga menjamin rasa aman maka dalam
masa kritisnya remaja sungguh- sungguh memerlukan realisasi fungsi tersebut.

4
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), h. 56.
20

Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya karena pada
periode itu, seseorang beralih dari tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju ke tahap

selanjutnya, yaitu tahap kedewasaan.5 Masa remaja menjadi suatu masa yang sangat

menentukan karena pada masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik
secara fisik maupun psikis. karena berbagai perubahan- perubahan yang terjadi

sehingga hal tersebut sering menimbulkan kebingungan-kebingungan atau

kegoncangan-kegoncangan jiwa remaja.6


Remaja berada diantara anak dan dewasa. Oleh karena itu, remaja sering

disebut dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja

sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk ke
dalam golongan anak-anak, tetapi belum juga diterima sepenuhnya untuk diterima ke

golongan orang dewasa. Pada masa itu remaja juga sedang mengalami perkembangan

pesat dalam aspek intelektual dari cara berpikir di dalam berinteraksi dalam
masyarakat.7

Remaja dari segi pandangan Islam yang sudah dikemukakan sebelumnya oleh

Zakiyah Daradjat adalah remaja sering disebut dengan kata (balig) yang juga telah
dijelaskan dalam Q.S An-Nur / 24: 58-59:

          
              
             

5
Goode, W.J, Sosiologi Keluarga (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 204.
6
Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan (Cet. I; Ciputat: Quantum Teaching,
2006), h. 103.
7
Muhammad Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 10.
21

             
 
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita)
yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta
izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh,
ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah
sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu tidak ada dosa atasmu dan
tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu mereka melayani kamu,
sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
           
         

Terjemahnya:

Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka
meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.8
M. Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab tafsirnya al-Misbah bahwa ayat

58 merupakan salah satu ayat yang mengarahkan manusia pada norma sosial dalam

lingkungan keluarga. Ia merupakan perintah untuk orang tua agar mendidik anak-
anak dan bawahannya agar memperhatikan norma-norma pergaulan.

Ayat ini menuntut agar orang-orang yang disebutkan di sini meminta izin

terlebih dahulu sebelum masuk pada waktu-waktu tersebut. Dengan demikian, ada
kesempatan untuk orang tua dan para tuan untuk menghindari terlihatnya oleh orang

lain apa yang dianggap rahasia dan tidak pantas dilihat. Selain itu, ayat ini juga

mengandung anjuran kepada anggota keluarga agar memakai pakaian yang pantas

8
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah, h. 180.
22

ketika bertemu satu sama lain, sehingga wibawa, kehormatan, dan etika mereka terus
terpelihara.9

Lanjutan ayat 59 menurut M. Quraish Shihab pada tafsir al-Misbah bahwa

ayat ini melanjutkan tuntunan di atas menyangkut orang-orang balig dengan


menyatakan al-hulm antara lain berarti mimpi. Anak yang telah dewasa dilukiskan

dengan kata mencapai hulm karena salah satu tanda kedewasaan adalah “mimpi

berhubungan seks atau mukadimahnya” yang mengakibatkan keluarnya mani. Dalam


madzhab Syafi’i, usia balig baik anak lelaki maupun perempuan adalah lima belas

tahun menurut perhitungan Qamariyah, atau mimpi yang menyebabkan keluarnya

mani, bila hal itu terjadi pada usia yang memungkinkan yakni sembilan tahun, atau
tumbuhnya rambut kasar pada kemaluan dan ditambah tanda buat anak perempuan

yaitu haid atau hamil. 10

Dari dua ayat di atas mengemukakan kata balig yang dalam agama Islam
digunakan untuk menentukan awal mula umat Islam harus menjalankan kewajiban

beribadah dalam kehidupan sehari-hari.Dari kesimpulan yang dapat kita lihat dalam

pandangan Islam mengenai remaja sudah jelas bahwa tidak ada kata remaja dalam
Islam, akan tetapi dikatakan dua keadaan yang terjadi yaitu pada masa kanak-kanak

yang masih belum sempurna perkembangan fisik, akal, dan pola pikirnya yang dari

hal tersebut belum dibebankan kewajiban untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban


yang telah diatur dalam agama, akan tetapi masa persiapan sehingga pada masa ini

sudah diajarkan sedikit demi sedikit pengetahuan tentang kewajiban menjalankan

perintah agama dan menjauhi larangan.

9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 396.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 397.
23

Manusia yang sudah balig atau mukallaf mulailah sempurna tahap


perkembangannya baik dari segi fisik, akal, dan pola pikir. Perubahan fisik yang

terjadi pada perempuan saat ia mulai menstruasi dan bagi laki-laki yaitu mimpi basah.

Setelah terjadi hal demikian, dia sudah dibebankan tanggung jawab dan kewajiban
untuk melaksanakan ketentuan untuk beribadah sebagaimana yang telah diatur dalam

agama, untuk melaksanakan segala perintah sesuai hukum syari’at dan menjauhi

larangan.

C. Bentuk-bentuk Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang semakin hari semakin meresahkan orang tua dan


masyarakat sekitar karena kenakalan-kenakalan atau perilaku yang menyimpang yang

dilakukan remaja dengan merugikan diri sendiri dan lingkungan dapat dikatakan

penyebab dari perilaku menyimpang ini karena salah pergaulan dan juga karena
faktor umur yang kita ketahui masa remaja adalah masa coba-coba mereka selalu

ingin mencoba sesuatu yang baru entah itu berupa kenakalan atau sesuatu yang buruk

atau yang baik karena sekedar mencoba dan ingin dianggap lebih jago dari teman
sepergaulannya.

Bentuk-bentuk perilaku menyimpang di kalangan remaja menurut Narwako

secara umum dapat diklasifikasikan antara lain:


1. Nonconforming actions Perilaku yang tidak sesuai dengan nilai atau norma
yang ada.
2. Tindakan anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang bertentangan dengan
kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum.
3. Tindak Pidana Perbuatan yang jelas-jelas melanggar aturan hukum tertulis dan
mengancam nyawa atau keselamatan orang lain.11
Mulyono mengemukakan bentuk-bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan

remaja menjadi dua kelompok, yakni:

11
Narwako J Dwi, Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 101.
24

1. Perilaku menyimpang yang bersifat tidak melanggar hukum yang tidak di atur
dalam peraturan Undang-Undang sehingga tidak tergolong dalam pelanggaran
hukum seperti tidak mematuhi orang tua, berbohong, pulang larut malam,
bergaul dengan teman yang membawa pengaruh negatif, tidak shalat, tidak
menghormati orang yang lebih tua dan lain sebagainya.

2. Perilaku menyimpang yang bersifat melanggar hukum dan penyelesaian


masalahnya dengan mengikuti aturan dari Undang-Undang hukum seperti
mencuri, menjambret, pemerkosaan, narkoba, pembunuhan, penganiayaan,
pemerkosaan, membegal, menyeludupkan barang, korupsi dan lain
sebagainya.12
Dari pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku menyimpang

terbagi menjadi dua bentuk yakni perilaku menyimpang yang tidak diatur

hukumannya dalam undang-undang, akan tetapi hukumannya akan diatur sesuai


hukum adat dan diberikan oleh orang tua atau masyarakat, dan ada juga perilaku

menyimpang yang sudah diatur dalam undang-undang ketika dilanggar akan

mendapat ganjaran hukum yang sesuai dengan pelanggaran yang ditentukan dalam
peraturan Undang-Undang.

D. Faktor-faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang

Semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum yang dilakukan

remaja dapat menyebabkan kerugian. Seseorang pada usia tersebut sudah melampaui

masa kanak-kanak, namun belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.
Dalam usianya yang belum matang dan mapan tersebut, menyebabkan remaja

mengalami kegoncangan jiwa sebagai proses mencari identitas dirinya. sehingga tak

jarang dari mereka yang menempuh jalan yang menyimpang aturan.


Beberapa faktor internal yang menyebabkan masalah bagi remaja berasal dari

dalam diri mereka sendiri seperti emosi yang tidak bisa dikontrol, kondisi fisik dan

12
Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya
(Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 22.
25

psikis, kontrol diri yang sangat lemah. Kondisi fisik ini merupakan sesuatu yang
dapat di lihat oleh indra penglihatan yaitu bagian tubuh seperti kaki, mata, tangan dan

lainya sedangkan fisik yang tidak dapat di lihat dari luar tubuh seperti otot, nadi

keadaan organ dalam dll. Kemudian adapun penyebab yang paling berpengaruh untuk
diri remaja itu yakni faktor dari luar eksternal.

1. Faktor Internal
Adapun faktor internal yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja

yaitu:
a. Lemahnya pemahaman nilai-nilai agama
b. Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis
c. Pembawaan yang negatif yang mengarah keperbuatan nakal
d. Ketidak seimbangan penemuan kebutuhan pokok dengan keinginan. Hal ini
menimbulkan frustasi dan ketegangan
e. Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
sekitarnya. 13
Selain itu terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang melakukan

perilaku menyimpang yaitu kondisi fisik. Kondisi fisik ini berupa keadaan tubuh
seseorang baik yang tampak pada bagian-bagian tubuh atau yang tidak nampak

seperti sistem saraf. Keadaan tubuh yang tidak tampak dari luar sangat

mempengaruhi tingkah laku seseorang, apabila terdapat gangguan padanya maka


orang tersebut tidak normal sehingga ia menunjukkan tingkah laku yang berbeda dari

biasanya. Semula orangnya ramah dan tidak suka marah, tiba-tiba jadi gampang

marah karena tekanan darah melebihi batas normal, demikian pula pada sistem saraf
terdapat gangguan maka yang lainnya pun ikut terganggu sebab sistem saraf

merupakan penggerak tingkah laku manusia.14

13
Aat Syafaat, Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 75
14
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 198
26

Dapat dikatakan bahwa kondisi fisik seseorang mampu mengubah watak dan
perilaku remaja menjadi tidak stabil sehingga pada keadaan kondisi fisik bermasalah

atau terdapat kecacatan maka rentan melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan

perilaku normal pada umumnya atau biasa disebut perilaku menyimpang. Adapun
kondisi psikis yang saling berhubungan yaitu kondisi jiwa atau psikologi seseorang.

Kondisi psikis yaitu berhubungan dengan tingkah laku,perasaan berasal dari

dalam diri, kemudian berkaitan dengan jiwa atau rohani seseorang, yang sangat
berperan penting di kehidupan sehari- hari. Jadi kondisi fisik dan psikis seseorang

akan saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena jika kondisi

fisik mengalami gangguan makan psikis akan menggambarkan gangguan yang terjadi
misalnya jika tekanan darah tidak normal (kondisi fisik) maka amarah (kondisi

psikis) terkadang tidak bisa di kontrol.

2. Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja

yaitu:

a. Lingkungan keluarga/rumah
Lingkungan keluarga sejatinya menjadi tempat perlindungan bagi anak, karena

anak tersebut lahir dan memulai interaksi pertamanya dalam lingkup keluarga. Oleh

karena itu lingkungan keluarga sangat berpengaruh bagi pertumbuhan dan


perkembangan karakter dan pola pikir anak tersebut. Akan tetapi adakalanya keadaan

keluarga yang tidak kondusif menjadikan sebab timbulnya perilaku menyimpang.

Biasa karena terjadi masalah dalam rumah tangga yaitu broken home atau perceraian,
kurangnya perhatian dan masalah lainnya membuat anak menjadi stres dan frustrasi

sehingga membuat anak menjadi nakal.


27

Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya Perilaku menyimpang yaitu:


1) Rasa cinta kasih sayang yang tidak merata terhadap anak- anaknya.
2) Kelahiran yang tidak diinginkan oleh orang tua.
3) Disharmoni atau broken home dalam rumah tangga orang tua.
4) Kesibukan orang tua sehingga anaknya tidak terurus.
5) Kurang mengetahui cara-cara mendidik anak yang baik.
6) Kurangnya contoh teladan yang baik dalam figur orang tua.
7) Kurang memberikan dasar pendidikan agama, mental, budi pekerti, serta
disiplin dan tanggung jawab yang baik oleh keluarga.15

Dari pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor penyebab


terjadinya perilaku menyimpang antara lain: kasih sayang yang tidak merata, broken

home dalam rumah tangga orang tua, kesibukan orang tua, kurangnya contoh teladan,

dan kurangnya memberikan dasar pendidikan agama. Orang tua memang seharusnya
menjadi pendidik dan teladan terutama memberikan pemahaman agama yang akan

menjadi pondasi dan penjaga bagi anak tersebut.

Dalam hal ini, yang dimaksud didikan agama, bukan hanya pelajaran agama
yang diberikan secara sengaja dan teratur seperti yang dilakukan oleh seorang guru di

sekolah. Akan tetapi, yang lebih penting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai

di rumah tangga sejak dini dengan cara pembiasaan dan pengalaman-pengalaman.

Kebiasaan-kebiasaan yang baik itu sesuai dengan pendidikan agama, dimana

lebih mudah tertanam pada jiwa anak, apabila orang dewasa dalam lingkungan rumah

tangga terutama kedua orang tua (ayah dan ibu), pemberi contoh teladan yang baik
dalam kehidupan mereka sehari-hari, sebab anak lebih cepat meniru ketimbang

melalui kata-kata yang bersifat abstrak itu, tetapi amat disayangkan melihat

kenyataan sekarang ini masih banyak orang tua kurang memahami tentang agama
bahkan memandang remeh ajaran-ajaran agama, dan di anggap tidak terlalu penting

15
Sahilul A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problem Remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 86.
28

sehingga dengan sendirinya pendidikan agama tidak pernah dilaksanakan di


lingkungan keluarga. Bahkan bisa dikatakan agama hanya sebagai formalitas KTP

tapi tidak diamalkan ajarannya, sehingga keluarga sangat jauh dari agama dan tidak

punya pondasi dalam hidup untuk membentengi dari hal-hal yang tidak baik.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor eksternal yang sangat


berpengaruh bagi remaja, karena pada dasarnya sekolah merupakan sarana atau

wadah bagi remaja untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Sekolah dianggap

sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-
muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pengadaan sumber daya manusia yang

berkualitas untuk dapat bersaing secara global.

Maka pembangunan sekolah dianggap sebagai investasi yang prospektif demi


menyongsong kemajuan bangsa.16 Dari sinilah lahir orang-orang yang bisa dikatakan

berpengaruh bagi bangsa dan agama bisa juga menghasilkan anak-anak yang jauh

dari kata itu melainkan menjadi pengrusak dengan kenakalan- kenakalan yang
dilakukan. Pada lingkungan sekolah kita kerap kali mendapati perilaku menyimpang

seperti tauran antar sekolah atau geng, ditemukan siswa yang menggunakan lem,

perilaku perundungan antar siswa, atau pelecehan.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat merupakan tempat untuk bersosialisasi karena


manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan

orang lain dalam bertahan hidup. Dalam masa proses bersosialisasi remaja

16
Abdul Kadir, dkk., Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h. 167.
29

mendapatkan banyak pengaruh-pengaruh yang beraneka ragam, ada yang sifatnya


membangun dan menguntungkan ada juga yang mengakibatkan kerugian, tentunya

remaja harus mempunyai pondasi yang kuat dalam memilah mana yang baik dan

mana yang buruk bagi kehidupan remaja itu sendiri dan untuk lingkungan sekitar.
Pengaruh lingkungan yang paling mendasar yakni adanya strata di masyarakat

tentang tingkat kemiskinan dan kekayaan. Seringkali anak-anak yang mempunyai

latar belakang keluarga tidak mampu biasanya dianggap sebelah mata sehingga anak
tersebut menjadi tidak percaya diri dan cenderung membenci orang lain sehingga

berlandaskan hal tersebut ia melakukan hal-hal yang menyimpang atau kenakalan-

kenakalan yang membuat orang lain takut kepadanya sehingga beranggapan bahwa
dirinya jago dan tidak boleh dipandang sebelah mata. faktor lingkungan dengan

adanya strata bisa mempengaruhi psikis anak yang dikucilkan.

Pada lingkungan masyarakat sendiri sudah banyak tindak kejahatan- kejahatan


yang terjadi seperti pembunuhan, pemerasan, pemerkosaan, mabuk-mabukan, dan

penodongan yang kerap dilakukan orang dewasa pada lingkungan tersebut. Hal-hal

seperti inilah yang dapat mempengaruhi pola pikir anak remaja yang masih mencari
jati diri yang kemudian beranggapan bahwa melakukan hal- hal tersebut tidak

mengapa, sehingga dengan pemikiran seperti ini harus diupayakan mencari solusi

terbaik agar tidak terjadi hal-hal yang buruk.


E. Upaya Penanggulangan Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang merupakan masalah yang sangat serius yang harus

segera diberikan upaya dalam mengatasinya. Karena semakin hari semakin


bertambah dan maraknya perilaku menyimpang atau kenakalan-kenakalan remaja

yang merugikan diri pelaku dan masyarakat lingkungan sekitar.


30

Zakiah Daradjat menawarkan cara yang tepat bahwa pembinaan moral terjadi
melalui pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan sejak kecil. Kebiasaan-

kebiasaan itu tertanam dengan berangsur-angsur sesuai dengan pertumbuhan

kecerdasannya, dan sesudah itu anak dapat diberi pengertian-pengertian tentang


moral.17 Oleh karena itu upaya yang semestinya dilakukan saat masih kecil agar

dasar-dasar kebiasaan sudah menjadi rutinitas dan tertanam dalam dirinya. seperti

yang diungkapkan oleh Sudarsono yang menyatakan bahwa. Mencegah kejahatan


lebih baik dari pada berusaha mendidik penjahat menjadi orang baik kembali. 18

Sehubungan dengan ini adalah bahwa ketika mengambil tindakan pencegahan

itu berarti seseorang belum pernah melakukannya penyimpangan atau kejahatan, oleh
karena itu lebih mudah untuk mengarahkan dan memberikan ajaran agama atau

akhlak agar tidak terjadi perilaku menyimpang yang akan mengganggu. Ketika

seseorang sudah tahu akan mendapatkannya saat melakukan penyimpangan, maka


sebisa mungkin dia tidak akan menghindarinya dan tidak ingin mendapatkannya

masalah nanti.

Upaya lainnya dapat dilakukan erat kaitannya dengan berfungsinya


lingkungan sosial masyarakat dan keluarga yang berperan penting terhadap

kenakalan-kenakalan remaja atau perilaku menyimpang. Berfungsinya lingkungan

sosial masyarakat dan keluarga dapar dilihat dari program-program sosial bekerja
sama dengan keluarga serta pembangunan sosial yang berguna untuk perkembangan

masyarakat secara keseluruhan. Lingkungan masyarakat memberikan wadah bagi

remaja untuk mengembangkan dirinya agar lebih baik dan berguna bagi lingkungan

17
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Cet. 16; Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 83.
18
Sudarsono, Kenakalan Remaja ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 93.
31

contohnya adanya remaja masjid, dilakukannya bakti sosial, bergotong-royong


membersihkan lingkungan dan masih banyak lagi hal-hal yang dapat dilakukan

remaja yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan sekitar. Karena ketika remaja-

remaja disibukkan dengan adanya kegiatan keagamaan atau sosial akan mengalihkan
pandangan mereka ke hal-hal yang positif sehingga terhindar dari pergaulan-

pergaulan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku yakni perilaku

menyimpang.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang:

1. Mempunyai figur yang baik untuk dicontoh dan diteladani. Kegagalan

mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak

mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya

dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya
gagal pada tahap ini. Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya setiap anak

mencontoh siapa yang lebih tua darinya atau siapa yang berada di

lingkungannya.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point

pertama. Artinya, dalam keluarga ia mendapat perhatian tentang bagaimana

seharusnya berperilaku. Demikian dengan guru, sebagai seorang pendidik


tentu sudah tercermin apa yang menjadi tugas dan fungsi dari seorang

pendidik. Teman sebaya atau teman bermain pun akan mempengaruhi sikap

dan tingkah laku seorang anak. Oleh karena itu, seseorang anak atau pun
orang tua perlu memperhatikan siapa yang menjadi teman pergaulan nya.
32

3. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua
memberi arahan dengan siapa dan teman yang mana remaja harus bergaul.

Selain dengan adanya arahan orang tua dalam memilih pergaulan, perlu

adanya kesadaran diri dari remaja itu sendiri untuk bisa memilah mana yang
baik dan mana yang buruk bagi dirinya.

4. Kontrol diri yang baik serta pertahanan dengan memperdalam ilmu agama

sehingga menjadi pondasi yang kuat .Remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada

tidak sesuai dengan harapan.19 Dengan memperdalam ilmu agama maka itu

akan menjadi perisai pertahanan atau sering juga di sebut sebagai benteng diri.

Berdasarkan pendapat tersebut, maka penulis menyimpulkan bahwa perilaku

menyimpang dapat diatasi dengan keteladanan dari orangtua, motivasi dari keluarga,
guru, dan teman sebaya, pandai memilih teman dan lingkungan yang baik.

19
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. 139.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan


secara sistematis dengan mengumpulkan data, mengungkapkan fakta yang

sebenarnya terkait masalah yang terjadi di lapangan sehingga hanya merupakan usaha

mengungkap fakta dengan melakukan wawancara langsung. Dengan metode yang


menghasilkan data-data dan perilaku orang-orang yang akan diteliti di lapangan.

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang


menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.

Sedangkan menurut Nawawi, pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai:


sebagai rangkaian atau proses pengumpulan informasi, dari kondisi yang wajar dalam

kehidupan suatu objek, terkait dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut

pandang teoretis maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan


informasi dalam situasi yang tepat, untuk dirumuskan menjadi suatu generalisasi

yang dapat diterima oleh pikiran manusia sehat. 1.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan penemuan-


penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau

dengan cara-cara kuantitatif . Penelitian kualitatif dapat menunjukkan kehidupan

1
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 1992), h. 209

33
34

masyarakat secara tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, pergerakan sosial, dan


hubungan kekerabatan.2

Oleh karena itu tujuan dari analisis kualitatif ini adalah untuk menemukan

teori dengan dasar data yang diperoleh di lapangan juga berdasarkan observasi dan
wawancara yang dilakukan tentang perilaku menyimpang dan upaya

penanggulangannya di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa

Kabupaten Bantaeng dengan alasan yakni karena lokasi gampang dijangkau sehingga

lebih hemat biaya, waktu dalam penelitian dan juga peneliti sedikit banyaknya sudah
mengenal serta mengetahui kultur masyarakatnya.

B. Pendekatan Penelitian
Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologis. Pendekatan

Fenomenologis bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial

secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam


antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.3

Pendekatan fenomenologis merupakan yang digunakan dalam mengungkap


suatu fakta atau peristiwa yang dapat diamati. Pendekatan ini mengedepankan

komunikasi dengan masyarakat terkait permasalahan apa saja yang terjadi dengan

berbagai gambaran yang saling berhubungan antara peristiwa yang satu dan yang
lainya.

2
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2016), h. 25.
3
Haris Herdiansah, Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:
Selemba Humanika, 2010), h. 18.
35

C. Sumber Data
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan

sumber primer, dan sumber sekunder.4

Adapun data yang ingin digunakan peneliti sebagai subyek penelitian adalah:

1. Sumber Data Primer

Sumber primer merupakan sumber terpenting dan jelas dari mana data itu
muncul. Yang secara langsung diambil saat melakukan penelitian di lapangan,

peneliti bertatapan langsung atau berkomunikasi langsung dengan informan

sehingga data yang diperoleh akurat agar memudahkan kegiatan. Sumber


primer ini berasal dari jurnal, buku-buku juga informan yang berjumlah 11

orang narasumber terdiri dari 5orang tua,1 Kepala Desa, dan 10 anak remaja

di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber dari mana data itu didapatkan yang
sifatnya mendukung. Sumber Sekunder bersifat pendukung yang ditemukan

peneliti secara tidak langsung baik dari hasil pengamatan berupa tulisan-

tulisan yang terkait dengan tema pembahasan penelitian ini, baik buku, jurnal
majalah, maupun data dari internet, dan juga dari kesaksian dan wawancara

warga yang sifatnya mendukung.

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan peneliti menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data yakni:

4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung, Alfabets, 2006),
h. 308-309.
36

1. Observasi
Observasi yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan

panca indra yang dimiliki manusia seperti panca indra pendengaran, penglihatan,

untuk memperoleh informasi yang akurat terkait masalah yang terjadi di lapangan
sehingga penulis dapat memperoleh Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,

peristiwa, objek, kondisi atau sesuatu tertentu, dan perasaan emosi seseorang.5

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan turun


langsung ke lapangan untuk mengamati dan merekap serta merampungkan dengan

cara mencatat atau merekam data-data yang dibutuhkan sebagai sumber untuk

mengetahui bagaimana perilaku menyimpang remaja dan upaya penanggulangannya


di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan

informasi terkait kejadian atau fenomena yang terkait dengan permasalahan yang

akan diteliti dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber.


Wawancara dapat juga dikatakan sebagai percakapan dengan maksud tertentu

yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewer) yang memberikan jawaban atas


pertanyaan.6 Wawancara terbagi menjadi tiga wawancara terstruktur, semi terstruktur

dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara

dengan jenis wawancara terstruktur. Sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih

5
Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Cet. 1: Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 187.
6
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000), h.
135.
37

dahulu mengemukakan maksud dan tujuan melakukan wawancara agar terjalin


hubungan yang baik sehingga pada saat melakukan wawancara informan akan merasa

nyaman dan lebih bebas menjawab pertanyaan dengan baik dan sebenarnya.

3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai suatu sarana yang dapat mendukung keakuratan dan

kebenaran data yang diperoleh dari bahan-bahan dokumentasi yang telah diperoleh di

lapangan. Dokumentasi berupa informasi atau bukti resmi yang berguna untuk
catatan. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, buku-buku, surat-surat serta arsip

dokumen yang berada pada lingkungan penelitian. Teknik ini bertujuan untuk
mengumpulkan lebih banyak data yang tersedia dalam bentuk dokumen sebagai

pendukung data-data yang sudah ada sebelumnya melalui observasi dan wawancara.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen penelitian yang

digunakan. Sebab untuk mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab


pertanyaan-pertanyaan penelitian dan untuk mendapatkan informasi yang dapat di

pertanggungjawabkan. Instrumen merupakan salah satu alat atau perangkat yang

sangat dibutuhkan peneliti dan harus disiapkan sebelum turun ke lapangan untuk
melakukan penelitian.

Adapun instrumen yang digunakan penulis untuk mengetahui perilaku

menyimpang remaja dan upaya penanggulangannya di Desa Bonto Mate’ne


Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng yaitu:
38

1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk memudahkan peneliti dalam

mengamati aktifitas remaja dan orang tua serta masyarakat menggunakan

panca indra penglihatan dan pendengaran. Jadi peneliti akan mengamati


aktifitas yang terjadi pada masyarakat terkhususnya remaja yang ada pada

desa tersebut dengan menggunakan pedoman observasi.

2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara merupakan alat yang dapat digunakan untuk

memudahkan melakukan serangkaian tanya jawab. Pedoman wawancara

harus dipersiapkan sebelum melakukan wawancara agar selama proses


wawancara berlangsung penanya tidak kebingungan terkait hal apa saja

yang perlu ditanyakan, pertanyaan yang akan disampaikan juga tertata

dengan rapi sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien tanpa
kendala apapun, informan pun akan lebih mengerti maksud pertanyaan.

3. Dokumentasi

Merupakan kumpulan data-data yang diperoleh dari sumber atau informan


baik berupa dokumen-dokumen atau foto-foto yang berkaitan dengan

penelitian di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan erat kaitannya dengan analisis data. Data

yang diperoleh dari berbagai sumber berupa hasil wawancara, observasi, dan dari
dokumentasi yang dilakukan sehingga memuat data-data yang lengkap dan penuh.

Analisis berarti mengkaji data yang diperoleh dari lapangan dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, memilih


39

mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.7

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif, dengan cara

menganalisa dengan pemikiran sistematis, logis, dan teranalisis, terhadap semua data
yang berhasil dikumpulkan dengan mengategorikan, mengidentifikasi, interpretasi.

Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah membuat deskripsi, menampilkan data

dengan apa adanya yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki.


Analisis sesuai dengan karakter dan jenis yang ada, serta tujuan dalam

pembahasan ini. Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga komponen

analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa ada tiga alur kegiatan, yaitu reduksi
data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.8

1. Reduksi Data (data reduction)


Data-data yang di dapatkan dari lapangan yang banyak sehingga kita bisa

kesulitan dalam memahami. Mereduksi data merupakan kegiatan memilih hal-

hal pokok, merangkum dan mengambil data-data yang dianggap penting dan
memisahkan data-data yang kurang penting. Memfokuskan pada hal-hal

penting dengan mencari tema dan pola serta membuang yang tidak perlu.

Peneliti melakukan reduksi dengan merangkum data-data yang hanya terkait


dengan pembahasan mengenai perilaku menyimpang dan upaya

penanggulangannya. Setelah melakukan reduksi data maka akan mendapatkan

hasil yang jelas dan mudah di pahami tidak melebar kemana-mana.

7
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan Posivistik, Rasionalistik,
Phenomenologik, dan Realisme Metaphidik (Yogyakarta: Rake Sarasin,1998), h. 104.
8
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 85.
40

2. Penyajian Data (data display)


Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif dengan tujuan bergabung

nya data dan informasi yang padu dan lebih jelas untuk dipahami. Penyajian

data dapat berupa uraian, bagan atau kesimpulan- kesimpulan serta dapat
terorganisir dan tersusun pada pola hubungan. Sehingga terpetakan dengan

teratur sesuai kategori sehingga lebih muda dimengerti dan dipahami. Pada

penelitian yang dilakukan menggunakan informasi langsung yang telah


dianalisis kebenarannya lalu diuraikan dalam bentuk deskriptif naratif.

3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan (verification/conclusion drawing)

Kesimpulan pada penelitian ini masih bersifat sementara baik berupa objek
atau deskripsi yang dikemukakan dan ditulis sebagai kesimpulan. Kesimpulan

sementara ini akan berubah ketika kesimpulan ini tidak mendapat bukti-bukti

dan buku pendukung yang kuat. Akan tetapi jika sudah mempunyai bukti dan
data pendukung yang kuat, maka kesimpulan tersebut sudah jelas. Verifikasi

ini dilakukan untuk menguji keabsahan data dan kebenaran data melalui

informan melalui pertanyaan terkait masalah yang terjadi, baik dari segi
makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati dari tempat penelitian

itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji

kebenaran dan kecocokannya. Maka peneliti dapat menarik kesimpulan dan


menjawab pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah.

G. Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dengan melakukan pengecekan keabsahan data


dengan menggunakan triangulasi sehingga data yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan keabsahannya.
41

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan


sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

data. Triangulasi merupakan cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.9

Dalam penelitian kualitatif, teknik triangulasi digunakan sebagai pengecekan

keabsahan data yang peneliti dapatkan atau temukan dari hasil wawancara peneliti
dengan informan lainnya yang kemudian peneliti mengkonfirmasikan dengan studi

dokumentasi yang kaitannya dengan penelitian juga hasil pengamatan di lapangan

sehingga keabsahan data terjamin.10 Triangulasi menurut peneliti sangat berguna


untuk mengecek keabsahan data mengenai perbedaan kenyataan dengan konteks.

Adapun teknik triangulasi ada tiga yaitu:

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi ini dilakukan untuk menguji keabsahan data dengan cara menguji

data yang telah diperoleh dari berbagai sumber. Misalnya adalah untuk menguji
keabsahan data mengenai sikap remaja, maka pengumpulan data dan pengecekan data

yang telah diperoleh akan dilakukan kepada teman remaja, orang tua dan guru.

Data yang telah terkumpul dari ketiga sumber tersebut nantinya akan diambil
persamaannya seperti pada penelitian kuantitatif. Namun akan dilanjutkan dengan

klasifikasi, deskripsi untuk melihat perspektif mana yang sama, mana yang berbeda

dan mana yang lebih detail dan mana yang tidak sesuai dengan data. Data yang telah

9
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Cet. XXXII; Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014 ), h. 331.
10
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta:
Press, 2009), h. 230-231
42

dianalisis akan ditarik kesimpulan kemudian akan diuji kembali kesepakatan


kesimpulan yang ada kepada tiga sumber data yaitu orang tua, teman dan guru.

Berbagai pandangan akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk memperoleh

kebenaran yang handal.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data, yang dilakukan dengan cara
mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda sesuai dengan jenis

data yang diperoleh. Triangulasi ini dilakukan untuk menguji keabsahan data yang

dilakukan dengan menguji data pada sumber yang sama dengan beberapa teknik yang
bervariasi. Contohnya adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara yang

kemudian diuji dengan dokumentasi, observasi atau angket.

Jika pengujian data dapat menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti akan
melakukan musyawarah atau diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang relevan.

Hal ini dimaksudkan agar data tersebut dapat diketahui keakuratannya. Bisa jadi data

yang diperoleh semuanya akurat dimana hanya sudut pandangnya saja yang berbeda.

3. Triangulasi Waktu

Triangulasi waktu untuk menguji keabsahan data, yang dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi dalam waktu dan situasi yang

berbeda yang akan memberi data yang lebih valid.11 Jadi waktu sangat berpengaruh,

jadi pengecekan dilakukan dengan waktu yang berbeda, jika mendapatkan hasil yang
berbeda maka bisa dilaksanakan kembali pengujian secara berulang.

11
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Cet. XXII; Bandung:
Alfabeta, 2015), h. 273-274
BAB IV

PERILAKU MENYIMPANG REMAJA DAN UPAYA


PENANGGULANGANNYA DI DESA BONTO MATE’NE KECAMATAN
SINOA KABUPATEN BANTAENG

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitan


1. Sejarah Desa Bonto Mate’ne

Asal mula terbentuknya Desa Bonto Mate’ne diawali dengan pemerintahan

Jannang dimana wilayah pemerintahannya melipui Bonto Tallasa, Bonto Majannang


dan Bonto Rannu pada saat itu Jannang Moro’ yang saat itu dinahkodai seorang

tokoh bernama “Cenreng”.

Pada periode berikutnya Jannang Cenreng Tahun 1970 sampai dengan 1971
masa awal kemerdekaan yang menjadi jannang pada saat itu mewariskan

kepemimpinan nya kepada putranya yang bernama Ganna’.1

Tabel 4.1: Sejarah Kepemimpinan Desa Bonto Mate’ne


Sejarah Kepemimpinan Desa Bonto Mate’ne

No Tahun Nama Kepala Keterangan

Desa

1 1972-1979 H. Lambu Amir Hasil Penunjukan Masyarakat

2 1979- 1980 Usman pejabat sementara yang saat itu menjadi


Ahmad.B.A camat Bissappu kabupaten Bantaeng

3 1980-1994 Tanra’ Tutu Pada saat itu hasil pemilihan seorang

tokoh

4 1994-2002 H.Sahabuddin Berdasarkan hasil pemilihan langsung

Latief masyarakat Desa Bonto Mate’ne

1
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 19.

43
44

No Tahun Nama Kepala Keterangan

Desa

5 2002-2007 H.Yusri Tahir SE Berdasarkan hasil pemilihan langsung


masyarakat Desa Bonto Mate’ne

6 2007-2013 Hayyung Berdasarkan hasil pemilihan langsung

masyarakat Desa Bonto Mate’ne

7 2013-2019 Irwan.SE Berdasarkan hasil pemilihan langsung

masyarakat Desa Bonto Mate’ne

8 1 September H.Ahmad pejabat sementara Desa Bonto Mate’ne

s/d 23 Efendi,S.Sos

Desember
2018

9 2019-2025 Irwan.SE Berdasarkan hasil pemilihan langsung

masyarakat Desa Bonto Mate’ne

Sumber Data Desa Bonto Mate’ne 2021

Tahun 1994 Desa Bonto Mate’ne di lebur atau dimekarkan menjadi 6 Desa yaitu:

a. Bonto Mate’ne

b. Bonto Majannang

c. Bonto Karaeng
d. Bonto Maccini
45

e. Bonto Bulaeng
f. .Bonto Tiro.

2. Visi Misi Desa Bonto Mate’ne

Visi:

”Mewujudkan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan


serta pelayanan di Desa Bonto Mate’ne yang lebih baik dan lebih maju”

Dimana visi tersebut merupakan gambaran ideal tentang keadaan masa depan

yang diinginkan dengan melihat potensi dan Kebutuhan Desa.


Penyusunan Visi dan Misi tersebut. dilakukan secara partisipatif. Melibatkan

pihak-pihak yang berkepentingan di Desa yang dilaksanakan secara musyawarah. 2

Misi:

Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran desa yang

hendak dicapai, Pernyataan Misi membawa Desa ke suatu fokus. Misi inilah yang
harus diemban oleh pemerintah Desa untuk mewujudkan visi desa tersebut diatas,

maka pemerintah Desa Bonto Mate’ne menetapkan Misi sebagai berikut:

a. Mewujudkan keamanan dan ketertiban di lingkungan Desa Bonto Mate’ne.

b. Meningkatkan kesehatan, kebersihan desa serta mengusahakan jaminan

kesehatan masyarakat melalui program pemerintah misalnya. BPJS kesehatan,


tenaga perawat, gizi dan bidan dusun disetiap dusun dll.

c. Mengelola dan mewujudkan pemerintahan yang baik, melalui ketaatan

terhadap ketentuan perundang-undangan, transparan dan tanggung jawab.

2
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 10.
46

d. Melaksanakan pembangunan dengan melibatkan partisipasi masyarakat, mulai


dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pemanfaatan yang

berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

e. Meningkatkan pelayanan yang maksimal kepada masyarakat dan daya saing


desa di Desa Bonto Mate’ne.

f. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peran badan usaha milik

desa (BUMDES) dan program lain untuk membuka lapangan kerja bagi
masyarakat serta meningkatkan produksi pelaku usaha kecil menengah

(UKM).

g. Meningkatkan sarana dan prasarana dari segi fisik, ekonomi, pendidikan,


kesehatan, olahraga, dan kebudayaan di Desa Bonto Mate’ne misalnya dari

segi fisik: sarana air bersih melalui potensi mata air lokal atau sumur bor di

setip dusun, olahraga: pemeliharaan lapangan dan sport center, kebudayaan


misalnya bantuan hibah untuk perbaikan mesjid, dll.

h. Meningkatkan pembinaan kemasyarakatan untuk kehidupan harmonis,

toleran, saling menghormati dalam kehidupan berbudaya dan beragama


melalui budaya sipakatau atau musyawarah untuk mencapai permufakatan di

Desa Bonto Mate’ne.

i. Mengedepankan kejujuran, keadilan, transparansi dalam kehidupan sehari-


hari baik dalam pemerintahan maupun masyarakat Desa Bonto Mate’ne.

j. Menjalin hubungan/ senergitas yang baik sebagai mitra kerja dengan semua

stansi terkait dalam tingkatan pemerintahan. 3

3
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 11.
47

Visi dan Misi Desa Bonto Mate’ne menjadi tujuan awal pemerintah untuk
menciptakan, kondisi Desa yang damai dan sejahtera. Dengan mengedepankan

keamanan dan ketertiban, sehingga jika di dapati adanya perilaku menyimpang akan

segera di tangani dengan baik. Pemerintah juga sangat memperhatikan remaja-remaja


yang sedang menempuh pendidikan, sangat sigap mengawasi segala bentuk perilaku-

perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

masyarakat, untuk menjaga Desa agar tetap tentram dan damai.


3. Letak Geografis

Desa Bonto Mate’ne merupakan salah satu desa dari beberapa desa yang

terletak diwilayah pemerintahan kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng, wilayah ini


terletak sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bantaeng, jarak dari Ibu Kota Kabupaten

Bantaeng, wilayah ini terletak sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bantaeng, jarak dari

Ibu Kota Kecematan + 3km dan jarak dari Ibu kota kabupaten + 7 km. Jika
menggunakan kendaraan bermotor maka jarak tempat kota kecematan + 15 menit dan

+ 30 menit menuju ibu kota kabupaten dan memiliki luas wilayah Desa Bonto

Mate’ne 11,8 km2,dengan lahan yang produktif seperti lahan sawah, perkebunan,
yang terbagi menjadi 9 dusun yaitu: Dusun kampung Tangkala, Dusun Kampung

Bugis, Dusun sarroanging, Dusun Morowa, Dusun Salekoa, Dusun Su’rulangi Dusun

Kampung parang, Dusun Bungung Pangka’ dan Dusun papoang Kanunang. Dusun
Bungung Pangka’ Dan Dusun Papoang Kanunang. Adapun batas-batas Desa Bonto

Mate’ne sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Desa Bonto Tallasa dan Bonto Majannang.


 Sebelah timur : Desa Bonto Majannang dan Bonto Salluang.

 Sebelah Barat : Bonto Rannu.


48

 Sebelah Selatan: Kelurahan Bonto Manai. 4


Desa Bonto Mate’ne mempunyai Jumlah penduduk 3.292 jiwa, yang terdiri

dari laki-laki 1.600 Jiwa, Perempuan 1.692 jiwa orang dan 985 KK, yang terbagi

dalam 9( sembilan) Wilayah Dusun, Dengan Rincian sebagai berikut:


TABEL 4.2
Jumlah penduduk berdasarkan Dusun dan Jenis Kelamin
Tahun 2021
No Nama Dusun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 KMP.TANGKALA 138 145 283

2 KMP.BUGIS 177 184 361

3 SARROANGING 136 140 276

4 MOROWA 140 146 286

5 SALEKOA 201 215 416

6 SU’RULANGI 230 241 471

7 KMP.PARANG 241 253 494

4
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 32.
49

No Nama Dusun Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

8 BUNGUNG 207 230 437


PANGKA

9 PAPOANG 130 138 268

KANUNAG

Jumlah 1.600 1.692 3.292

Sumber Data: Pendataan Penduduk Tahun 2021

4. Fasilitas dan kondisi sosial


Untuk mengetahui gambaran sosial masyarakat Desa Bonto Mate’ne dapat

dilihat melalui aspek Pendidikan, aspek kesehatan, aspek keamanan dan ketertiban,

aspek keagamaan, aspek kesenian dan olahraga serta kehidupan gotong royong
masyarakat yang merupakan ciri khas masyarakat Desa yang tetap tumbuh dan

berkembang.5 Kondisi Desa Bonto Mate’ne dari aspek pendidikan dapat digambarkan

berdasarkan sarana dan prasarana pendidikan yang ada. Untuk menggambarkan


kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

5
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 33.
50

TABEL 4.3
Jumlah penerima PKH(Program Keluarga Harapan)
Tahun 2021
No Dusun Jumlah Persentase

1 KMP.TANGKALA 2 2,56%

2 KMP.BUGIS 8 10,25%

3 SARROANGING 6 7,69%

4 MOROWA 7 8,69%

5 SALEKOA 6 7,69%

6 SU’RULANGI 20 25,64%

7 KMP.PARANG 10 12,82%

8 BUNGUNG PANGKA’ 10 12,82%

9 PAPOANG KANUNANG 9 11,53%

Jumlah 78 100%

Sumber Data: Pendataan Penduduk Tahun 2021

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang

memberikan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
dengan syarat dapat memenuhi kewajiban terkait pendidikan dan kesehatan. PKH,

bertujuan mengurangi beban RTSM dan diharapkan dapat memutus mata rantai

kemiskinan antar-generasi, sehingga generasi berikutnya dapat keluar dari


kemiskinan.

Program kegiatan sudah mencangkup beberapa masyarakat miskin di Desa

Bonto Mate’ne menjadi salah satu desa rujukan data terpadu terbanyak, untuk
51

kedepan penerima PKH lebih signifikan dan terarah demi mengurangi kemiskinan di
Desa Bonto Mate’ne. 6

5. Gambaran Mata pencaharian Utama Masyarakat Desa Bonto Mate’ne


Data yang di dapatkan menjadi tolak ukur bahwa tingkat pengangguran yang

ada di Desa Bonto Mate’ne cukup tinggi, kemudian untuk masyarakat yang bermata

pencaharian sebagai petani menjadi rating teratas karena keadaan lokasi yang
strategis, kemudian cuaca, tanah yang gembur menjadi salah satu faktor utama yang

sangat mendukung masyarakat untuk bertani, kemudian di susul rating kedua sebagai

ibu rumah tangga.


Gambaran kondisi ekonomi dan mata pencaharian utama masyarakat Desa

Bonto Mate’ne sebagai berikut


TABEL 4.4
Berdasarkan Pekerjaan/Mata Pencaharian
Tahun 2021
No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 PNS 19

2 TNI 10

3 POLRI 8

4 Pensiunan 4

6
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 34.
52

No Jenis Pekerjaan Jumlah

5 Pedagang 64

6 Buruh bangunan 18

7 Dokter 0

8 Bidan 9

9 Tenaga Honorer 84

10 Karyawan Swasta 13

11 Tukang Kayu 23

12 Sopir 40

13 Montir 9

14 Petani 985

15 Peternak 87
53

No Jenis Pekerjaan Jumlah

16 Wiraswasta 95

17 Perawat 10

18 Dosen 1

19 Pegawai BUMN 0

20 Tukang Listrik(PLN) 2

21 Tukang Jahit 3

22 Pelajar/Mahasiswa 541

23 Mengurus Rumah Tangga 953

24 Belum Kerja 313

Jumlah 3.292

Sumber Data: Pendataan Penduduk Tahun 2021


54

Angka pengangguran 313 orang di dominasi dari remaja yang putus sekolah,
masyarakat yang notabene penghasilannya dari bertani dirasa kurang memadai apabila

digunakan untuk membiayai sekolah anak, apalagi jika masyarakat yang hanya

menggarap lahan orang lain, dengan pendapatan yang sangat minim. Untuk kehidupan
sehari- hari saja tidak cukup, apalagi jika harus membiayai anak sekolah. Hal inilah

yang mengakibatkan banyak anak remaja yang putus sekolah.

Sehingga anak- anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik


melakukan perilaku yang menyimpang. Pencurian adalah perilaku menyimpang yang

salah satu pemicu nya karena pengangguran, kurang biaya, di tambah lagi karena

kurang mendapatkan pendidikan yang baik.

B. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne


Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

Pada dasarnya remaja merupakan suatu proses perkembangan yang

seharusnya dilalui, dengan beberapa tahap-tahap hingga mencapai titik kedewasaan

berfikir. Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada
masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.

remaja banyak mengalami pengalaman-pengalaman yang sebagian besar dari mereka

merasakan kebahagiaan, namun sebagian juga merasakan kelam.


Masa remaja ini sangat rentan dengan hal-hal baru ingin mencoba sesuatu

yang baru, mencari jati diri hingga kadang mereka bersifat labil sehingga melakukan

hal-hal tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi pada dirinya. Sehubungan
dengan hal tersebut, tidak menutup kemungkinan remaja mencoba hal-hal yang dapat

membawa dirinya menuju kebaikan ataupun sebaliknya mencoba hal-hal yang dapat

merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Perilaku menyimpang yang terjadi
55

dilakukan oleh remaja sudah menjadi hal yang tidak baru lagi karena perilaku
menyimpang ini sudah banyak terjadi di sekitar kita baik disadari ataupun tidak

disadari.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di Desa Bonto Mate’ne


Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng pada tanggal 10 Mei sampai dengan 9 Juli

2021 diketahui bahwa perilaku menyimpang remaja kerap terjadi dan mempunyai

bentuk- bentuk penyimpangan yang berbeda yang tidak sesuai dengan norma- norma
yang berlaku di masyarakat.

Adapun bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di

Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng sebagai berikut:


TABEL 4.5

NO Bentuk-bentuk perilaku menyimpang Jumlah remaja yang terlibat

1 Pengisapan Lem 6 Orang

2 Pencurian 6 Orang

3 Balapan Liar 10 orang

4 Penyalah gunaan obat-obatan terlarang 1 Orang

5 Bermain game berlebihan 3 Orang

6 Berbohong 2 Orang

7 Membantah Orang tua 2 Orang

8 Meninggalkan Shalat 1 Orang

Sumber Data: Wawancara Masyarakat


Data di atas menunjukkan bentuk-bentuk perilaku menyimpang remaja yang

terjadi di Desa Bonto Mate’ne, berdasarkan hasil wawancara terdapat 8 bentuk

perilaku menyimpang yang menimbulkan masalah serta kerugian.


56

1. Pengisapan lem perekat


Menghisap lem merupakan bentuk perilaku menyimpang. Dalam lem Aibon, fox

di dalamnya terkandung zat Lysergic Acid Diethylamide atau LSD. Undang-Undang

Nomor 35 Tahun 2009 LSD merupakan Narkotika Golongan I. Zat tersebut sejenis
zat hirup yang sangat mudah ditemui di produk lem perekat. Pengaruhnya sangat luar

biasa bagi penggunanya, zat yang terkandung dalam lem Aibon, Fox dan sejenisnya

bukan sekedar memabukkan sang pengguna tetapi jika digunakan terus-menerus


dalam jangka waktu yang lama, dapat berbahaya karena merusak sistem saraf,

menjadi ketergantungan, sakit sampai akhirnya meninggal dunia.

Perilaku menyimpang pengisapan lem terjadi di Desa Bonto Mate’ne


Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng, sesuai dengan pernyataan ibu Resky beliau

mengatakan bahwa:
Perilaku menyimpang yang terjadi yaitu 6 remaja yang menghisap lem, di
dapati di gedung belakang posyandu, sekitar sore hari karena sudah tidak
beroperasi, ada juga remaja yang mengisap lem di rumahnya. Remaja yang
melakukan pengisapan lem itu rata-rata anak remaja yang tidak bersekolah, tapi
segera ditangani oleh kepala desa dan aparat yang bersangkutan, untuk segera
diberi peringatan dan teguran, alhamdulillah sudah ditangani dengan baik.7
Berdasarkan wawancara terkait perilaku menyimpang di Desa Bonto Mate’ne.

Pengisapan lem ini dilakukan oleh 6 orang remaja Desa Bonto Mate’ne, rata-rata

pelaku pengisapan lem merupakan remaja yang putus sekolah dan ada juga yang
masih bersekolah. Kegiatan mengisap lem ini dilakukan di tempat-tempat yang sunyi,

di rumah dan juga di gedung-gedung yang sudah tidak beroperasi pada sore hari.

Walaupun zat yang terkandung di dalam lem merupakan zat Narkotika jenis pertama
yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,

akan tetapi hukuman pasti bagi pelaku pengisapan lem belum di cantumkan secara

7
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
57

jelas dalam peraturan per Undang-Undangan yang berlaku, sekaligus pelaku


pengisapan lem merupakan anak di bawah umur atau remaja, maka sangsi yang

diberikan hanya berupa teguran agar tidak melakukan perilaku menyimpang, serta

pemberian efek jera dengan memberikan hukuman dengan menjewer, memarahi yang
dilakukan oleh pihak yang berwenang, kemudian dikembalikan kepada orang tua

remaja tersebut, untuk dinasehati agar tidak melakukan perilaku menyimpang dan

mengulang perbuatannya lagi.


2. Pencurian Cabe

Pencurian merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang yang sangat

meresahkan warga, karena pencurian merupakan tindakan seseorang yang mengambil


barang orang lain secara tidak sah tanpa seizin pemilik. Pelaku pencurian tergolong

dalam perilaku menyimpang yang melanggar aturan hukum, agama dan juga norma

dalam masyarakat.
Sesuai dengan pernyataan ibu Ismarianti bahwa terjadi perilaku menyimpang

pencurian di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng, beliau

mengatakan bahwa:
Perilaku menyimpang yang terjadi saat itu adalah sekumpulan anak remaja
berjumlah 6 orang melakukan pencurian cabe di perkebunan warga,
sekumpulan remaja ini saling memanggil kemudian memanen cabe warga pada
malam hari, diketahui motif pencurian nya yaitu karena butuh uang, terlebih
lagi mereka merupakan remaja pengguna lem. perilaku menyimpang tersebut
menjadi buah bibir dan sempat menghebohkan warga desa.8
Berdasarkan hasil wawancara dapat di ketahui bahwa pencurian cabe yang

dilakukan 6 orang remaja di Desa Bonto Mate’ne merupakan bentuk perilaku


menyimpang yang masih sering didapati, seseorang yang mencuri dapat dijatuhi

hukuman pidana berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan

8
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021
58

tetapi hukuman bagi remaja yang melakukan pencurian tindak pidana nya diatur
dalam Undang-Undang perlindungan anak. Jadi bagi anak remaja yang melakukan

tindak pidana pencurian cabe di Desa Bonto Mate’ne digolongkan pencurian ringan,

hukumannya dilakukan diversi yaitu penyelesaian pidana di luar pengadilan, dengan


mengembalikan anak tersebut kepada orang tua atau wali nya untuk diberikan

teguran, dan nasehat tanpa adanya pidana. Jika anak tersebut melakukan tindak

pidana yang berat maka hukuman pidana nya juga tidak seberat hukuman pidana bagi
orang dewasa.

3. Balapan Liar

Balapan liar merupakan perilaku menyimpang yang dapat membahayakan


pengendara lain dan mengganggu ketenangan masyarakat karena suaranya yang

berisik, pelaku balapan liar tergolong dalam perilaku menyimpang yang melanggar

hukum karena pelakunya dapat di pidanakan sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku pasal 297 UU no 22 tahun 2009 tentang pelanggaran lalu lintas. Balapan liar

terjadi di Desa Bonto Mate’ne bertempat di jalan poros Tangkia, pelaku balapan

berjumlah 10 orang remaja, selebihnya adalah sekelompok penonton balapan liar.


Sesuai dengan pernyataan salah satu informan yang bernama ibu Farida

balapan liar memang sering terjadi di Desa Bonto Mate’ne, beliau mengatakan

bahwa:
Perilaku menyimpang yang terjadi yaitu balapan liar dilakukan oleh 10 orang
remaja, dan itu terjadi kebetulan di dekat rumah saya di jalan poros Tangkia,
biasanya anak-anak remaja setiap sore berkumpul dengan geng-geng masing-
masing, lalu memulai balapan, bukan hanya remaja dari desa ini yang balapan
tapi remaja dari desa lain pun ikut datang untuk balapan. Bahaya juga untuk
anak remaja dan pengendara yang kebetulan lewat di arena itu, karena termasuk
jalanan umum, balapan itu membuat kebisingan. Biasanya pelaku balapan liar
59

ini di bubarkan oleh aparat negara dan tidak segan-segan untuk melakukan
penyitaan terhadap kendaraan yang digunakan untuk balapan. 9

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Farida tentang balapan liar maka

dapat disimpulkan bahwa perilaku ini sangat meresahkan masyarakat. Warga merasa,
balapan liar menimbulkan suara yang mengganggu pendengaran, menghalangi laju

kendaraan pengendara lain serta membahayakan nyawa dari pelaku balapan liar.

Hukuman yang diberikan oleh pelaku balap liar ringan tanpa korban yaitu

memberikan sangsi dengan menyita kendaraan yang digunakan, walaupun pelaku

balap liar bisa dijatuhi hukuman penjara, akan tetapi berbeda dengan pelaku balap liar
yang dilakukan remaja, anak remaja yang melakukan tindak pidana di kembalikan ke

orang tua atau wali kemudian hukuman yang diberikan berupa teguran, atau

memberikan efek jera. Jika pelaku menyebabkan kematian bagi seseorang, maka
hukumannya juga lebih berat sesuai dengan peraturan Undang-Undang dengan pidana

khusus untuk anak remaja yang telah diatur dalam Undang-Undang perlindungan

anak.

4. Penyalahgunaan obat-obatan terlarang

Obat-obatan dalam dunia medis seperti tramadol merupakan jenis obat yang di

konsumsi untuk pereda nyeri, akan tetapi harus di bawah pengawasan dan resep dari

dokter. Karena obat ini mengandung zat Narkotika jenis pertama. Jika di salah
gunakan dapat dijatuhi pidana, tentang penyalah gunaan narkoba. Seorang anak

bernama SA di ketahui menggunakan obat tramadol, yang merupakan obat terlarang

yang tidak boleh digunakan secara bebas, pelaku menggunakan obat tersebut karena

9
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
60

adanya pengaruh dari lingkungan, kemudian karena penasaran akhirnya mencoba,


sehingga akibat dari penggunaan obat-obatan ini membuat SA putus sekolah.

Sesuai dengan pernyataan ibu Juna beliau mengatakan bahwa:


Perilaku menyimpang remaja yang terjadi, yaitu ada salah satu anak bernama
SA menggunakan obat terlarang tramadol, karena takut di tangani oleh pihak
kepolisian, orang tua SA kemudian mengirim anaknya keluar kota, agar SA
tidak menggunakan obat terlarang dan juga agar jauh dari lingkungan buruk
yang mempengaruhinya menggunakan obat tersebut. Akibat dari kejadian itu
SA akhirnya putus sekolah. 10

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa penggunaan obat-obatan

seperti tramadol dengan dosis tinggi tidak boleh digunakan semaunya, tetapi harus di

iringi dengan pengawasan serta harus berdasarkan resep dokter. Karena penggunaan
obat tramadol tanpa resep dari dokter akan sangat berbahaya bagi kesehatan hingga

menyebabkan kematian.

Hukuman yang diberikan kepada pengguna obat tramadol yaitu dengan

merehabilitasi agar berhenti mengkonsumsi obat tersebut, dalam peraturan

perundang-undangan juga di jelaskan bahwa bagi pengguna Narkotika hanya di


rehabilitasi, berbeda dengan pengedar maka akan di jatuhi hukuman yang tegas.

Selain dari wawancara warga Desa, pernyataan Kepala Desa Bonto Mate’ne

juga semakin memperkuat informasi mengenai bentuk- bentuk perilaku menyimpang


yang terjadi di Desa Bonto Mate’ne beliau mengatakan bahwa:

Perilaku-perilaku menyimpang memang terjadi di Desa Bonto Mate’ne, dan


permasalahan seperti itu tidak bisa dihindari. Untuk balapan liar yang kita
temui ini biasanya pada saat- saat menjelang Ramadhan atau pada saat bulan
Ramadhan di subuh hari atau menjelang berbuka puasa mereka menganggap
dan menjadikan hal demikian sebagai rutinitas atau kebiasaan. Untuk perilaku
menyimpang lain, remaja melakukan pencurian, minum-minum,remaja

10
Juna (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
61

kecanduan menghisap lem, ada juga kasus kawin lari dan itu alhamdulillah
sudah ditangani dengan baik. 11

Perilaku menyimpang yang kerap kali terjadi di lingkungan masyarakat tidak

dapat dihindari. Ada pun bentuk- bentuk perilaku penyimpangan yang terjadi

bermacam-macam, dari perilaku- perilaku kecil merugikan diri sendiri hingga

perilaku menyimpang yang berat yang merugikan banyak orang.

Perilaku menyimpang remaja akan sangat beragam bentuknya. Karena setiap

anak remaja akan mempunyai pola pikir sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-

harinya, juga mempunyai pengaruh yang berbeda. Setiap anak remaja akan
melakukan hal- hal yang berbeda dari waktu ke waktu. Bisa saja hari ini melakukan

hal-hal positif kemudian di hari selanjutnya terlibat masalah dan akhirnya melakukan

perilaku menyimpang.

Seperti pernyataan salah satu remaja yang mengungkapkan keseharian nya ia

mengatakan bahwa:
Kegiatan sehari- hari yang saya lakukan biasanya mengerjakan tugas,
membantu orang tua memanen telur, ikut ke kebun memanen jagung, memanen
bawang, perilaku menyimpang yang saya lakukan yaitu saya berkelahi, balapan
liar sampai beberapa kali motor saya diamankan polisi.12

Pandangan Islam mengenai remaja juga jelas bahwa remaja yaitu masih di

tahap proses pendewasaan. Remaja yang masih belum sempurna perkembangan fisik,

akal, dan pola pikirnya yang dari hal tersebut belum dibebankan kewajiban untuk

melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah diatur dalam agama, akan tetapi

dikatakan remaja adalah masa persiapan sehingga pada masa ini sudah diajarkan

sedikit demi sedikit pengetahuan tentang kewajiban menjalankan perintah agama dan

11
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
12
Rahmat (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
62

menjauhi larangan. Jadi wajar saja jika terkadang pola dan tingkah lakunya berubah-

ubah. Perilaku menyimpang yang berat akan sangat mudah untuk di deteksi, berbeda

dengan perilaku menyimpang ringan, kita sering melakukan perilaku menyimpang itu

tetapi kita tidak menyadari dan menganggap itu adalah sesuatu yang wajar

5. Main game berlebihan.

Main game biasanya dilakukan remaja untuk menghibur diri, manfaat main
game juga sangat banyak, terlebih lagi untuk mengasah otak, menghilangkan stres,

apalagi bagi yang profesinya sebagai gamer.

Akan tetapi berdampak buruk jika main game dilakukan secara berlebihan,
dampak buruk yang diakibatkan karena kecanduan main game diantaranya lalai

dalam melaksanakan shalat, berpengaruh pada kesehatan, berpengaruh pada nilai

sekolah, yang paling parah dia bisa menjadi pelaku antisosial karena hilangnya
kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Maka dari itu main game

secara berlebihan termasuk perilaku menyimpang.

Perilaku menyimpang yang terjadi di Desa Bonto Mate’ne, dan sudah di


anggap sebagai hal yang wajar seperti main game berlebihan. Berdasarkan pernyataan

dari ibu Ismarianti tentang perilaku menyimpang yang dilakukan anaknya beliau

mengatakan bahwa:
Perilaku menyimpang yang anak saya lakukan yaitu ketika di suruh kadang
tidak menurut karena keasyikan bermain game, hingga lupa waktu, lupa belajar,
tidak mengerjakan PR, yah paling hal-hal yang lumrah seperti itu kalau perilaku
menyimpang yang berlebihan seperti mencuri, narkoba anak saya tidak
melakukannya.13

Berdasarkan observasi dan hasil wawancara kebanyakan remaja jika sudah

asyik bermain game mereka bisa lupa waktu, lupa dengan dunia sekitarnya, alhasil

13
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
63

ketika sudah merasa asyik bermain game kemudian orang tua memberikan perintah
atau melarang, anak bereaksi dengan membantah perkataan orang tua. Sehingga

menimbulkan kerugian-kerugian bagi remaja, baik untuk kesehatannya, berpengaruh

ke pelajaran hingga berpengaruh pada sifat menghargai orang tua.

Adapun kerugian-kerugian yang muncul menurut informasi yang disampaikan

beliau mengatakan bahwa:


Kerugiannya mungkin akan berpengaruh ke pelajaran, jika lebih lama waktu
yang digunakan bermain game dibandingkan belajar, kemudian berpengaruh
pada kesehatannya karena begadang terlalu lama di depan gadget. Jika sudah
berlebihan seperti itu saya akan menyita gadget nya, atau tidak memberikan
uang untuk membeli paket data. 14

Berdasarkan hasil wawancara ibu ismarianti jika merasa anaknya sudah sangat
berlebihan, akan memberi hukuman dengan menyita gadget anaknya, kemudian tidak

memberikan uang saku, dan memberikan teguran atau peringatan. Sesuatu hal yang

berlebihan itu tidak baik, bermain game boleh dilakukan jika sesuai dengan porsi nya
dan tidak berlebihan. Jika sudah mengganggu pelajaran, kesehatan, dan menimbulkan

mudarat yang lebih banyak maka kita harus membatasi diri, dalam ajaran agama

Islam juga mengajarkan, dan melarang sesuatu yang berlebihan.

6. Berbohong

Berbohong merupakan jenis penipuan karena pernyataan yang diungkapkan


tidak benar, dan termasuk perilaku menyimpang dari norma agama. Seseorang akan

berbohong jika merasa ketakutan dan berusaha menyembunyikan sesuatu agar tidak

mendapatkan masalah. Berbohong dianggap hal yang biasa dan sudah dianggap
wajar, berbohong termasuk ke dalam perilaku menyimpang ringan, karena berbohong

14
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
64

tidak dapat dijatuhi hukuman pidana, kecuali jika memberikan keterangan palsu saat
persidangan.

Sesuai dengan penjelasan di atas bapak malo, mengatakan bahwa:


Perilaku menyimpang yang selalu dilakukan anak saya itu berbohong, biasanya
izin ke rumah teman karena ada tugas, tapi ternyata malah ke tempat lain,
sering keluar dengan temanya tanpa izin terlebih dahulu. Kadang merasa marah
sebagai orang tua jika di bohongi anak, tapi sebisa mungkin memberikan
masukan, menegur dengan baik bahwa perbuatan itu tidak baik, jika sudah
melampaui batas, saya akan tegas menyita motornya atau menjewer nya. 15

Hukuman yang diberikan kepada anak yang suka berbohong menurut


pemaparan orang tua, yaitu diberikan teguran, pemahaman agar tidak berbohong lagi,

jika masih di ulangi maka orang tua dari sang anak akan bertindak lebih tegas dengan

menyita kendaraan atau dengan menjewer anak tersebut.

Penyimpangan yang beragam terjadi sesuai dengan personal remaja itu

sendiri, sesuai pula dengan lingkungan yang mempengaruhinya, berdasarkan hasil


wawancara, remaja suka berbohong kepada orang tuanya, karena berusaha menutupi

kebenaran yang terjadi. Dan takut untuk menerima konsekuensi dari kesalahan yang

dilakukan, sehingga remaja memilih jalan pintas yaitu dengan berbohong kepada
orang tuanya.

7. Membantah orang tua.

Membantah orang tua merupakan perilaku yang tercela, dan merupakan

perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma kesopanan.
sikap itu merupakan perbuatan yang sangat tidak di anjurkan oleh agama.

15
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
65

Sesuai dengan pernyataan salah satu informan yang mengungkapkan perilaku


menyimpang yang dilakukan anaknya, beliau mengatakan bahwa:
Perilaku menyimpang yang anak saya lakukan, kadang suka membantah jika
dinasehati atau diperingatkan. Mungkin sikap seperti itu sudah biasa di
kalangan anak remaja tapi, sebisa mungkin kita sebagai orang tua mengajarkan
untuk selalu menghormati orang tua. Menegur anak jika salah, kalau sudah
sangat keterlaluan kita pukul, tetapi tidak berlebihan, di pukul supaya anak
mempunyai efek jera dan takut membantah orang tua lagi. 16

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat dikatakan anak remaja pada

umumnya suka membantah orang tuanya, dikarenakan anak remaja tidak ingin diatur.

8. Meninggalkan shalat.
Shalat merupakan tiang agama bagi umat semua umat muslim, dan merupakan

suatu kewajiban yang harus di jalankan, terdapat lima shalat fardu wajib yang harus

di laksanakan setiap harinya, dan jika tidak dilaksanakan maka akan mendapatkan
ganjaran di hari akhir kelak. Namun masih banyak anak remaja yang menyepelekan

shalat dan meninggalkan shalat, padahal meninggalkan shalat adalah termasuk salah

satu diantara dosa besar dan merupakan perilaku menyimpang dari norma agama
Islam.

Salah satu orang tua mengungkapkan perilaku menyimpang yang dilakukan

anaknya, beliau mengatakan bahwa:


Perilaku menyimpang yang dilakukan anak saya yaitu, kadang lupa waktu jika
sudah main ke rumah temanya. Kadang shalat tidak tepat waktu bahkan suka
menyepelekan dan meninggalkan shalat. Sedangkan shalat merupakan
kewajiban, kadang saya marah dan selalu memperingatkan untuk shalat, saya
juga pernah mendengar jika umur sudah lebih dari 7 tahun, anak yang tidak
shalat boleh di pukul. 17

16
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.

17
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
66

Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa, banyak remaja tidak


memperhatikan shalat nya, banyak anak remaja yang sudah balig dan berkewajiban

melaksanakan shalat, menyepelekan bahkan di tinggalkan. Meninggalkan shalat

merupakan perilaku menyimpang dari norma agama. Hukuman bagi seseorang yang
meninggalkan shalat menurut pemaparan informan yaitu dengan di pukul, dan

hukuman lainnya yaitu mendapatkan siksaan di akhirat kelak.

Perilaku-perilaku menyimpang yang dianggap wajar memang tidak diatur


hukumannya dalam Undang-Undang akan tetapi walau demikian tetap saja

menimbulkan berbagai kerugian hukuman untuk perilaku menyimpang yang

tergolong ringan itu dapat diberikan oleh orang tua, atau berdasarkan ketentuan
hukum adat yang ada di masyarakat.

C. Faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne


Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

Bagian ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai


faktor- faktor apa saja yang menyebabkan atau memicu adanya perilaku menyimpang

yang terjadi di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

Berdasarkan observasi dan wawancara berbagai faktor menjadi salah satu pemicu
sehingga anak- anak remaja melakukan perilaku menyimpang.

1. Faktor Internal

Perilaku menyimpang yang di akibatkan oleh faktor internal yakni:


a. Berbohong

Anak yang merasakan ketakutan yang berlebih karena melakukan kesalahan

akan berusaha mencari pembenaran dengan berbohong, perubahan emosi yang tidak
stabil menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki jiwa yang sehat. Faktor internal
67

adalah faktor dari dalam diri anak tersebut yang mengakibatkan perilaku
menyimpang, seperti emosi yang tidak bisa dikontrol, pengendalian diri yang lemah.

Sehingga membuat anak remaja tidak mampu dalam mengarahkan dirinya karena

perubahan emosi secara tiba-tiba.


Sesuai dengan pernyataan di atas ,bapak Malo mengatakan bahwa:
Faktor terjadinya perilaku menyimpang biasanya dalam diri anak itu sendiri
yang pemikirannya belum matang, kecemasan dan ketakutan yang membuat dia
berbohong. walaupun kita sebagai orang tua selalu memberikan nasehat atau
pengajaran, akan tetapi jika dari dalam diri anak kita tidak mau berubah pasti
akan terasa sulit. 18

Faktor yang mengakibatkan perilaku menyimpang ada dalam diri anak, seperti

faktor psikis yang dialami, dapat mempengaruhi pikirannya sehingga bisa berubah-
ubah, merasakan kecemasan atau ketakutan, berusaha mencari pembenaran atas

kesalahan yang dilakukan dengan cara berbohong, agar memperoleh ketenangan

fikiran serta keluar dari rasa ketakutan, dan rasa bersalah akibat kesalahan yang anak
lakukan tetapi mereka takut untuk mengakui hal tersebut.

b). Membantah Orang Tua

Gangguan psikis lebih berbahaya dibanding cacat fisik, karena gangguan

psikis tidak terlihat. Kita sering mendengar atau sering menonton film yang ber genre
psikopat. Psikopat atau yang sering disebut psycho adalah salah satu contoh kasus

cacat psikis yang sangat berbahaya, karena penderita psikopat ini cenderung

kehilangan empati terhadap dunia sekitar, juga memiliki kontrol perilaku yang sangat
buruk. Sehingga dapat melakukan perilaku menyimpang atau antisosial , yaitu dengan

18
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
68

melanggar aturan- aturan, melakukan tidak kriminal, termasuk kekerasan bahkan


pembunuhan.

Psikopat sendiri dalam keseharian nya akan berusaha menunjukkan sisi yang

lain, mereka akan bersifat manipulatif untuk mendapatkan kepercayaan orang lain,
mereka dengan mudah memperhatikan lalu meniru emosi yang dirasakan orang lain,

seolah- olah merasakan emosi yang tidak pernah mereka rasakan, mereka akan

berperilaku layaknya orang normal pada umumnya. Remaja- remaja yang sering
tersulut emosi yang berlebihan, tidak dapat mengendalikan diri, serta emosi yang

kadang berubah- ubah termasuk dalam faktor yang menjadi masalah dalam diri anak

remaja sehingga melakukan perilaku menyimpang.


Seperti pengakuan dari hasil wawancara salah satu remaja di Desa Bonto

Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng ia mengatakan bahwa:


Faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang, yaitu saya merasa bahwa
faktornya berasal dari dalam diri saya yang masih plin-plan, belum menemukan
jati diri, kadang di ingatkan suka melawan, melanggar aturan, belum teguh
pendirian. Sehingga ketika orang tua memberi nasehat atau melarang, saya
bereaksi dengan membantah perkataan orang tua saya, kemudian akhirnya saya
menyalahkan mereka, padahal mereka hanya memberikan nasehat agar saya
tidak melakukan perbuatan yang buruk, kadang saya menyesal ketika sudah
membentak dan membantah orang tua, saya rasa saya hanya tersulut emosi dan
tidak bisa mengontrol nya.19

Dapat di lihat dari hasil wawancara dengan remaja, faktor dari dalam diri anak

remaja itulah yang akan menjadi tolak ukuran nya, walaupun orang tua selalu
mengajarkan, selalu menasehati, akan tetapi jika dalam diri anak remaja ini menolak

arahan yang diberikan orang tua, maka tidak akan ada perubahan yang terjadi, akan

19
Yuliana (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
69

tetapi jika sikap dalam diri anak terbuka dengan nasehat orang tua maka akan terjalin
kerja sama sehingga perilaku anak dapat berubah sesuai yang diharapkan.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri anak remaja yang dapat

mempengaruhi kepribadianya sehingga menyebabkan mereka melakukan perilaku

menyimpang. Ada beberapa faktor yang menjadi tolak ukur utama yang
mengakibatkan anak berperilaku menyimpang.

a. Lingkungan Keluarga.
Perilaku menyimpang yang di akibatkan oleh lingkungan keluarga yakni:

1). Meninggalkan Shalat.


Penanaman nilai- nilai kebaikan sejak kecil sangat amat akan mempengaruhi

perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Mulai dari kebiasaan- kebiasaan yang

sering di ajarkan, penanaman nilai- nilai agama, kejujuran, menghargai orang tua
disiplin dan lain sebagainya. Akan tetapi adakalanya penerapan nilai- nilai kebaikan

dan semacamnya terhambat dan tidak berjalan sesuai yang diharapkan terlaksana

pada lingkungan keluarga pada umum nya. Ada beberapa alasan- alasan yang
melatarbelakangi sehingga penerapan nya tidak berjalan baik.

Penerapan pendidikan yang ditanamkan sejak kecil di lingkungan kelurga

akan menghasilkan dampak yang sangat besar jika berjalan sesuai rencana, tetapi
kenyataan tidak mesti tentang keberhasilan ada juga lingkungan keluarga yang gagal

dalam pelaksanaannya karena masalah- masalah tertentu yang di hadapi.

seperti kelurga yang tidak harmonis atau broken home, terlalu memanjakan
anak, ada juga anak yang di lingkungan keluarganya tidak mendapat cukup perhatian
70

sehingga dirinya tidak terkontrol, anak yang kurang kasih sayang, tidak mendapatkan
pengajaran tentang Agama, bagaimana kewajiban melaksanakan shalat sehingga

cenderung melakukan semua hal yang dia inginkan mereka seenaknya meninggalkan

shalat, menganggap shalat tidak berguna, sehingga mereka tidak mengetahui hakikat
manusia untuk menyembah Allah dan melaksanakan shalat.

Sebagaimana dengan informasi yang disampaikan kepala Desa Bonto Mate’ne

Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng faktor perilaku menyimpang berasal dari


lingkungan kelurga, beliau mengatakan bahwa:
Kalau faktor pertama yang menyebabkan perilaku menyimpang, yaitu berakar
dari lingkungan keluarga, ada anak remaja yang di besarkan di lingkungan
keluarga yang memberikan segalanya atau orang tua yang terlalu memanjakan
anaknya, sehingga sang anak akan bertindak sesuka hatinya, ada juga anak yang
di besarkan di keluarga yang broken home, kurang kasih sayang, kurang
perhatian dari kedua orang tuanya, sehingga sang anak tidak mendapatkan
contoh teladan yang baik, tidak mendapatkan pendidikan yang layak, tidak di
ajarkan pengetahuan agama, bagaimana kewajiban kita sebagai manusia yaitu
beribadah dan melaksanakan shalat. jadi menganggap bahwa meninggalkan
shalat itu hal yang wajar dan tidak penting. 20

Sangatlah penting kedisiplinan dan penerapan nilai- nilai agama ditanamkan


sejak usia dini di lingkungan keluarga karena akan melekat dan menjadi awal mula

pembentukan jati diri bagi anak tersebut, juga sebagai benteng diri dari hal- hal buruk

serta pengaruh- pengaruh negatif yang akan menghadang dimasa depan. Jika sudah
tertanam nilai kebaikan sejak dini maka perilaku itu akan melekat dan sulit untuk

digoyahkan. Maka dengan sendirinya anak remaja dapat memilah mana perilaku yang

positif dan mana perilaku yang negatif.


2). Pencurian

20
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
71

Faktor yang mengakibatkan perilaku menyimpang salah satunya karena


kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil, belum dikatakan cukup untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga. Sehingga jika sudah menginginkan atau membutuhkan

sesuatu, seseorang akan nekad melakukan segala macam cara untuk mendapatkannya,
salah satu caranya yaitu mencuri.
Faktor yang mengakibatkan perilaku menyimpang yang kedua yaitu karena
kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil, anak remaja yang melakukan
pencurian cabe baru-baru ini mengaku mencuri cabe karena ingin membeli lem
hisap, karena tidak punya uang, dan sudah tidak tahan akibat kecanduan.
Akhirnya mereka saling memanggil untuk melakukan aksi pencurian. 21

Berdasarkan wawancara dari Kepala Desa Bonto Mate’ne, pelaku sempat

mengaku kepadanya bahwa salah satu motif dari remaja itu mencuri karena
membutuhkan uang, ditambah lagi mereka adalah remaja pengguna lem, karena

sudah sangat frustrasi dan membutuhkan uang untuk membeli lem akhirnya mereka

memutuskan mencuri.
b. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan dan perubahan
perilaku setiap individu. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup

sendiri dan bergantung kepada orang lain, selalu berinteraksi dengan lingkungan

sekitar sehingga perilaku dan kedisiplinan yang dimiliki setiap orang adalah cerminan
dari lingkungan sekitarnya, serta para remaja yang secara langsung maupun tidak

langsung meniru perilaku orang-orang disekitarnya. Dengan interaksi sehari-hari anak

remaja dalam lingkungan sosialnya, maka perilaku dan kedisiplinan remaja sesuai

21
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
72

dengan kondisi masyarakat yang penuh dengan keragaman dan berdasarkan berbagai
faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial.

Dapat disimpulkan dari hasil observasi dan wawancara berbagai perilaku

menyimpang yang dilakukan remaja- remaja salah satu penyebabnya terjadi karena
faktor lingkungan sosial, perilaku menyimpang yang diakibatkan oleh lingkungan

sosial di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng yaitu:

1). Pengisapan Lem.


2). Balapan Liar.

3). Penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

4). Main Game berlebihan.

Salah satu faktor yang mengakibatkan remaja melakukan perilaku

menyimpang yaitu lingkungan sosial sesuai dengan pernyataan yang bernama Malo’
beliau mengatakan bahwa:
Faktor terjadinya perilaku menyimpang salah satunya berasal dari lingkungan
sosial pertemanan, perilaku anak akan sesuai dengan lingkungan pertemanan
nya, mengikuti kebiasaan temanya, keluyuran hingga larut malam, bolos
sekolah, dan lainya 22

Dari hasil wawancara dapat dipahami bahwa lingkungan sosial sangat


berpengaruh pada kepribadian anak, kebiasaan yang tidak baik, interaksi dalam

lingkungan pertemanan yang negatif akan membuat anak seringkali bertindak

semaunya, hingga melakukan perilaku menyimpang itu karena dorongan dari


lingkungan pertemanan.

22
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
73

Pendapat yang sama juga dikatakan ibu Resky orang tua remaja di Desa Bonto
Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng beliau mengatakan bahwa:
Faktor terjadinya perilaku menyimpang yaitu karena pergaulan di lingkungan
pertemanan, sehingga anak saya ikut-ikutan keluyuran, nongkrong hingga larut
malam, apalagi saya sering menyaksikan anak remaja balapan liar di sekitar
rumah saya jadi saya takut anak saya juga terpengaruh, anak remaja melakukan
balapan liar karena ingin dianggap keren oleh teman-temannya, walaupun anak
saya hanya menonton pertandingan tapi saya merasa khawatir. Jadi saya selalu
memberi peringatan. 23

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Rama salah satu remaja Desa Bonto
Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng informan mengatakan bahwa:
Biasanya orang tua memperingatkan, memberikan nasehat agar tidak
melakukan hal yang tidak baik, akan tetapi di lingkungan pertemanan sangat
berpengaruh, awalnya saya hanya ikut- ikutan teman bolos, nongkrong dekat
terminal dengan rombongan yah supaya terlihat keren, ikut tauran ke sekolah
lain karena setia kawan. 24

Sebelum sekolah online dari hasil wawancara remaja mengaku sering ikut-

ikutan bolos dengan temanya, lalu nongkrong di pinggir jalan. Remaja pada dasarnya
belum bisa mengontrol diri dari rasa ingin mencoba sesuatu yang baru, ikut- ikutan

dengan teman untuk mendapat perhatian dan juga agar terlihat keren. Rata- rata anak

remaja mempunyai tingkat solidaritas yang tinggi.


Menurut informasi dari salah satu remaja lainnya di Desa Bonto Mate’ne

Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng ia mengatakan bahwa:


Faktor yang menyebabkan perilaku menyimpang itu berasal dari lingkungan
pertemanan, hobi saya kan motor jadi saya suka balapan, agar terlihat keren.
Teman-teman juga suka balapan jadi saya bersama-teman sering balapan,
kadang juga suka otak atik motor mengganti alat-alatnya agar terlihat lebih
bagus dan keren. Tetapi sekarang saya tidak mau balapan lagi karena motor
saya sudah sering disita polisi, saya kapok. 25

23
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
24
Rama (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
25
Rahmat (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
74

Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak remaja, dan
sudah menjadi hal yang lumrah, dapat kita ketahui bahwa anak remaja masih sangat

labil, belum menemukan jati diri, masih suka bertualang melakukan suatu hal yang

baru, ikut- ikutan dengan temannya tanpa menyadari dan memperhatikan dampak
yang akan ditimbulkan dari perilaku menyimpang yang dilakukan.

Lingkungan masyarakat sebagai tempat bersosialisasi, mengharuskan anak

remaja berinteraksi dengan orang- orang di sekitarnya. Baik dengan tetangga-


tetangga, teman masa kecil, masyarakat dari berbagai kalangan juga berbagai umur,

anak remaja seharusnya sudah mengetahui hukum alam bagaimana cara bersikap

dengan orang-orang yang umurnya lebih tua dengan mereka, dan bagaimana cara
bergaul dengan anak remaja seusia nya. Dari lingkungan masyarakat anak- anak

dapat memperhatikan kegiatan- kegiatan orang lain yang biasa mereka temui, mereka

secara tidak langsung menjadi pengamat dan pemerhati.


Dengan demikian tanpa disadari anak- anak secara otomatis belajar dan

meniru perilaku orang lain di sekitarnya. Jika anak- anak remaja meniru hal-hal

positif yang dilakukan orang dewasa maka itu akan sangat baik dan menguntungkan.
Tapi jika terjadi sebaliknya anak- anak meniru hal negatif maka akan membawa

kerugian dan masalah.

Hal ini sesuai dengan pemaparan oleh informan yang bernama ibu Ismarianti
bahwa lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor penyebab perilaku

menyimpang, beliau mengatakan bahwa:


Salah satu faktor perilaku menyimpang itu dari lingkungan, teman- teman anak
saya di lingkungan sekitar rumah kadang suka datang mengajak anak saya
75

bermain game sampai larut malam, bagaimana saya ingin melarang anak,
terkadang banyak juga orangtua yang ikutan bermain game, ada sebagian orang
dewasa yang ikut bermain game, faktor teknologi juga menjadi pemicu karena
di keseharian lebih banyak waktu menggunakan gadget. 26

Berdasarkan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa selama masa pandemic


anak- anak remaja diharuskan sekolah dari rumah dengan menggunakan media

komunikasi atau informasi gadget sebagai alat yang digunakan guru dan siswa untuk

berkomunikasi dalam hal pembelajaran online. Akan tetapi karena terlalu sering
menggunakan gadget, anak- anak remaja menjadi ketergantungan. Game dikalangan

masyarakat menjadi trend sebagai salah satu cara mengusir kejenuhan karena

kebosanan di masa pandemic.


Pengaruh teknologi bagi kehidupan masyarakat sangat terkait, melihat

masyarakat gemar bermain game, baik itu kalangan dewasa, dan orang tua. Maka

anak remaja pun akan semakin menjadi- jadi, karena merasa bermain game bukanlah
masalah besar, tanpa melihat kerugian yang bisa muncul akibat bermain game secara

berlebihan.

Hal yang sama diungkapkan informan lain yang mengatakan bahwa:


Faktor perilaku menyimpang itu berasal dari lingkungan sosial masyarakat dan
sosial media bahkan banyak orang dewasa ikut bermain game, terkadang ada
orang tua yang sengaja memberikan dan memfasilitasi anaknya dengan gadget
khusus untuk bermain game, faktornya lainnya juga karena sekarang sekolah di
rumah sehingga lebih banyak waktu untuk bermain gadget.27

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara perilaku menyimpang terjadi

karena faktor lingkungan masyarakat, lingkungan keseharian akan saling terkait dan

berkomunikasi, anak remaja secara tidak langsung meniru hal- hal yang dilakukan
orang dewasa. Keterkaitan media elektronik dengan masyarakat juga tidak dapat

26
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
27
Jabal (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
76

dipisahkan, semua akan sangat berkaitan satu sama lain. Maka dari itu masyarakat
sebaiknya lebih berhati- hati dan lebih bijak dalam menggunakan media elektronik

atau gadget.

D. Upaya Penanggulangan Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto

Mate’ne Kecamamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

Pada bagian ini menjelaskan mengenai hasil wawancara dan observasi


mengenai upaya penanggulangan yang dapat dilakukan terhadap perilaku

menyimpang remaja di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng.

1. Memberikan teguran saat melakukan perilaku menyimpang.


Memberikan teguran adalah usaha untuk memperingatkan seseorang agar

sadar dengan apa yang telah dilakukannya, sehingga ia kembali ke jalan yang benar.

Pentingnya menegur anak ketika melakukan kesalahan atau perilaku menyimpang


sangat penting . Sudah menjadi kewajiban seorang Muslim untuk memberikan

peringatan atau nasehat, jika dia melihat seseorang melakukan sesuatu yang salah.

Hal ini tidak boleh dibiarkan, karena jika dibiarkan, dikhawatirkan orang tersebut
akan melakukan kesalahan yang sama di lain waktu dan tempat.

Teguran merupakan salah satu pendidikan dan tuntunan yang diajarkan oleh

Nabi kepada umat Islam. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki semua
kesalahan sebelumnya, dan mengingatkan bahwa ada kegiatan lain yang lebih

bermanfaat untuk dilakukan.

Seperti pemaparan yang disampaikan informan bernama ibu ismarianti salah


satu orang tua remaja di Desa Bonto Mate’ne, beliau mengatakan bahwa:
77

Sebagai orang tua selalu menegur anak, jika melakukan kesalahan atau perilaku
menyimpang. Itu adalah bentuk upaya menanggulangi, sehingga anak saat
ditegur sadar bahwa apa yang dilakukan itu salah, dan tidak mengulangi nya. 28
Pernyataan yang sama juga dikatakan informan lain yang bernama Resky
beliau mengatakan bahwa:
Jika anak melakukan kesalahan hal pertama yang dilakukan orang tua yaitu
menegur, dan memperingatkan bahwa apa yang dilakukannya itu salah, pelan-
pelan dinasehati dengan lembut, orang tua juga harus mencontohkan hal-hal
yang baik kepada anak seperti sopan dalam bicara, membantu tetangga-
tetangga, tidak mengatakan kata- kata kotor, disiplin dan sebagainya 29
Dengan memberikan teguran dan pemahaman kepada anak ketikamelakukan

kesalahan. Anak akan lebih menghargai orang tua, sehingga ketika sudah tau bahwa

apa yang dilakukan itu salah, maka sang anak tidak akan mengulanginya. Apalagi
jika orang tua sendiri yang menerapkan hal positif, seperti melakukan hal- hal yang

baik , maka kepribadian yang terbentuk dalam diri anak semakin kental karena

dibarengi dengan usaha menganjurkan dibarengi dengan contoh tauladan dari orang
tua.

Demikian pula pernyataan salah satu remaja di Desa Bonto Mate’ne

Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng ia mengatakan bahwa:


Orang tua saya menegur ketika saya melakukan kesalahan, tidak langsung di
pukul, mereka memberikan pemahaman dan pengertian bahwa apa yang saya
lakukan itu salah, dan akan merugikan diri atau merugikan orang lain, sehingga
dengan teguran itu saya tidak mengulangi kesalahan yang sama. 30
Berdasarkan hasil wawancara kepada orang tua dan remaja maka dapat

dikatakan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

perilaku menyimpang yakni dengan memberikan teguran, berupa peringatan untuk

28
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
29
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
30
Yuliana (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
78

tidak melakukan perilaku menyimpang, lebih baik lagi jika orang tua memberikan
contoh yang baik kepada anak- anaknya. Sehingga remaja mampu berbuat baik

kepada orang lain berdasarkan kebiasaan yang diajarkan dan dianjurkan orang tua,

remaja juga akan semakin sadar dan menjauhi perilaku menyimpang sehingga
melakukan hal- hal positif.

2. Memberikan sanksi atau hukuman sesuai dengan bentuk perilaku


menyimpang yang telah dilakukan.

Sebagai orang tua pasti akan sangat menyayangi anaknya, dan menginginkan

yang terbaik untuk anaknya. Begitupun jika sang anak melakukan kesalahan atau
melakukan perbuatan yang menyimpang. Maka orang tua berkewajiban untuk

memberikan arahan kepada anak, salah satu upaya penanggulangan perilaku

menyimpang yaitu dengan memberikan sanksi atau hukuman kepada anak sesuai
dengan perbuatan yang dilakukannya.

Hukuman ini dimaksudkan untuk menggantikan perilaku buruk menjadi baik,

setelah anak menyadari dan menyesali perbuatannya yang telah dia lakukan.
Hukuman selalu mengandung rasa tidak baik pada anak-anak, oleh karena itu di

dalam memberikan hukuman harus mengingat hukumannya adalah diberikan sesuai

dengan kesalahan dia melakukan. Hukuman harus sebaik mungkin untuk


menghindari hukuman fisik dan keras berdasarkan kekuasaan, karena cara itu juga

akan menumbuhkan kekerasan terhadap anak. Anak akan menjadi frustrasi dan reaksi

akan menyebabkan balas dendam, hukuman harus menjadi alat mendisiplinkan agar
anak-anak lebih terorganisir dan terarah. Sifat hukuman dan saksi diharapkan akan

membuat anak jera dan tidak mengulang perbuatan yang melanggar aturan. Saya
79

akhirnya bisa merasakan efeknya di pagi hari remaja dalam membentuk kepribadian
yang utuh atau kepribadian yang bermoral dan disiplin.

Seperti yang dikatakan salah satu informan yang bernama ibu Resky beliau

mengatakan bahwa:
Ketika anak melakukan perilaku menyimpang, atau sebuah kesalahan. Maka
upaya yang dilakukan sebagai orang tua memberikan nasehat dan teguran.
Akan tetapi jika anak tidak mendengarkan kemudian mengulang kembali
kesalahan yang sama, maka orang tua akan sedikit lebih tegas dengan
memberikan hukuman atau sanksi sesuai dengan perbuatan yang telah
dilakukan. 31

Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh informan lain yang
mengatakan bahwa:
Upaya penanggulangan yang saya lakukan ketika melihat anak saya melakukan
perilaku menyimpang yaitu memberikan pemahaman bahwa apa yang dia
lakukan itu salah, tetapi jika anak masih tidak mau mendengar saya akan
memberikan hukuman dengan memukulnya atau menjewer nya. Agar anak
merasa dan menyadari bahwa apa yang dia lakukan itu sebuah kesalahan yang
tidak boleh dilakukan lagi.. . 32
Pendapat sama dikatakan informan lain yang merupakan salah orang tua
remaja beliau mengatakan bahwa:
Sebagai orang tua bertugas membimbing dan memotivasi anak untuk rajin
belajar dan selalu berperilaku baik, Menasehati supaya tidak melakukan hal- hal
menyimpang lagi, menghukum dengan memarahi atau memberi ancaman
supaya ada efek jera agar tidak melakukan prilaku menyimpang lagi.33

Hukuman adalah tindakan terakhir yang diambil terhadap setiap pelanggaran


yang telah dilakukan berkali-kali setelah diberitahu, ditegur, dan diperingatkan.

Hukuman memiliki makna dan nilai sebagai akibat dari pelanggaran dan hukuman

juga merupakan titik awal untuk tidak terjadi pelanggaran. Hukuman sebagai alat

31
Juna (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021
32
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
33
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
80

pendidikan harus mampu membangkitkan kesadaran kepada anak remaja itu,


sehingga ketika dia melakukan kesalahan maka akan siap untuk memperbaiki

perilakunya.

Pemerintah Desa mempunyai program yang dapat diandalkan agar


mengurangi pelaku perilaku menyimpang beliau mengatakan bahwa:
Pemerintah desa bertanggung jawab dalam mencari solusi sehingga anak- anak
yang melakukan perilaku menyimpang bisa berubah, kita berikan bimbingan
dan melihat skil apa yang mereka miliki. Kemudian dialihkan ke hal- hal yang
positif . Menciptakan lapangan kerja bagi remaja-remaja yang putus sekolah,
Ikut sertakan dalam Karang Taruna, bergabung dalam kegiatan- kegiatan
organisasi Desa. Memberikan modal usaha kepada organisasi karang taruna
sehingga mengurangi kegiatan- kegiatan negatif yang dapat terjadi seperti
perilaku menyimpang. 34

Dari hasil wawancara dapat dikatakan bahwa pemberian hukuman harus

memiliki nilai pedagogis atau mendidik, dengan hukuman ini diharapkan dapat
memotivasi anak untuk tidak lakukan lagi dan dengan hukuman ini dapat membantu

anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab dan menjadi mandiri secara moral

sampai. Akhirnya si anak melakukan perbuatan itu yang bagus. Saat memberikan
hukuman harus disertai dengan penjelasan dan diakhiri pengampunan. Dengan

demikian anak tidak merasa terhina, tetapi mereka akan lebih memahami dan

mengenali kesalahan mereka.

3. Membatasi Pergaulan dan Lingkungan pertemanan anak.

Masalah pergaulan menjadi tolak ukur tingkah laku dan kepribadian anak
remaja saat ini. Lingkungan pergaulan akan mempengaruhi seperti apa watak anak.

Jika lingkungan pertemanan anak baik maka baik pula proses perkembangan nya ke

depan. Apabila lingkungannya buruk selalu mengajak pada kenakalan, seperti bolos

34
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021
81

sekolah, tidak rajin dalam belajar maka anak yang bergaul dengan lingkungan
pertemanan tersebut akan sama malasnya dengan teman lainnya, karena lingkungan

pertemanan anak sangat berpengaruh.

Maka dari itu sebaiknya para orang tua memberikan pengajaran kepada anak
agar waspada dan berhati- hati dalam memilih lingkungan pertemanan. Anak pun

dengan ajaran dari orang tua akan merasa berhati- hati dan memfilter teman yang

dapat membawa keuntungan dan kebaikan bagi diri anak remaja.


Seperti yang dikatakan salah satu informan yang bernama ibu Ismarianti

beliau mengatakan bahwa:


Saya selaku orang tua tentunya harus selalu memberikan arahan- arahan yang
baik, memperingatkan untuk menjauhi teman- teman yang mempengaruhi ke
hal- hal buruk, menanamkan pondasi agama sejak kecil supaya bisa bedakan
yang baik dan buruk. 35
Pemaparan informan lain yaitu salah satu remaja Desa Bonto Mate’ne
Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng Ia mengatakan bahwa:
Orang tua saya selalu melarang untuk bergaul dengan teman yang nakal,
membatasi diri dengan teman-teman yang membawa pengaruh buruk bagi saya.
Memperingatkan untuk tidak mengulangi perbuatan menyimpang yang telah
dilakukan.36
Hal yang sama dikemukakan oleh informan lain yang mengatakan bahwa:
Orang tua saya selalu melarang dan memperingatkan untuk tidak bergaul
dengan orang- orang yang nakal, lebih membatasi diri dan memilih lingkungan
yang baik untuk di ajak berteman. Karena saya sudah tidak mau lagi melakukan
hal-hal yang tidak baik, jadi saya lebih berhati- hati lagi mulai sekarang. 37

35
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
36
Rama (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
37
Rahmat (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
82

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan
bahwa salah satu upaya untuk menanggulangi perilaku menyimpang yakni dengan

membatasi pergaulan remaja, orang tua memberikan pemahaman kepada remaja

untuk menjaga lingkungan pertemanan. Sebisa mungkin menghindari teman- teman


yang akan membawa pengaruh buruk.

4. Cemoohan atau ejekan dari masyarakat terhadap perilaku negatif remaja

Cemoohan atau ejekan dari masyarakat akan sangat membuat orang lain takut

untuk melakukan perilaku menyimpang. Karena seseorang yang mendapatkan


kecaman dari orang lain, akan merasa depresi, tertekan hingga pelaku tidak bisa

menampakkan muka dan berjalan dengan tegap keluar rumah. Kecaman dari

masyarakat berupa omongan miring maupun berupa tindakan yang dilakukan


masyarakat sebagai refleks diri, dalam memperlakukan orang lain yang melakukan

perilaku menyimpang. Kita bisa melihat contoh di lingkungan sekitar kita, ketika

masyarakat mendapati orang lain mencuri, maka mereka akan bereaksi dengan
menghajar sang pelaku hingga babak belur.

Seperti yang dikatakan salah satu orang tua remaja yang mengemukakan

upaya menanggulangi perilaku menyimpang di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan


Sinoa Kabupaten Bantaeng beliau mengatakan bahwa:
Upaya yang dilakukan untuk menanggulangi perilaku menyimpang yaitu
dengan memberikan sanksi sosial, berupa cemoohan dan ejekan dari
masyarakat, sehingga pelaku tidak berani untuk melakukan perilaku
menyimpang. 38

38
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021
83

Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh informan lain bernama ibu Farida
yang mengemukakan upaya dalam penanggulangan perilaku menyimpang, beliau

mengatakan bahwa:
Upaya penanggulangan perilaku yaitu dengan mengecam memberikan tindakan
yang tegas bagi pelaku, saya rasa masyarakat secara tidak langsung sudah
memberikan tekanan bagi pelaku kejahatan, dengan mencela, memberikan
sorotan yang membuat pelaku merasa takut untuk melakukan perilaku
menyimpang . 39
Pendapat yang sama diperkuat oleh informan, ia mengatakan bahwa:
Menurut saya upaya pertama yang harus dilakukan yaitu dengan tidak
menganggap remeh tindakan-tindakan pelanggaran, masyarakat harus
memberikan tekanan bahwa perilaku buruk yang dilakukan sangat dibenci, saya
rasa kita bisa melihat dengan jelas bahwa sanksi sosial dari masyarakat lebih
menakutkan dari hukuman, apalagi di zaman yang semakin berkembang ini jika
seseorang melakukan kejahatan lalu tersebar ke dunia digital, maka pelaku akan
mendapatkan kecaman dari banyak orang, baik yang berada di lingkungan
terdekat ataupun yang jauh, sehingga memberikan tekanan mental yang
mengakibatkan seseorang akan berfikir dua kali untuk melakukan perilaku
menyimpang. 40

Dapat disimpulkan dari hasil wawancara sanksi sosial dari masyarakat secara

tidak langsung menjadi upaya dalam menanggulangi perilaku menyimpang, karena

tekanan atau sorotan yang diberikan masyarakat membuat pelaku menjadi takut dan
tertekan. Dia tidak merasakan sakit pada anggota badan nya tetapi akan merasakan

ketakutan, sehingga dia tidak akan merasa ketenangan dalam hidupnya. Masyarakat

juga akan mencap pelaku sebagai orang yang buruk, menjauhi pelaku dan
mengucilkan nya. Secara tidak langsung ini akan berdampak pada mental pelaku,

hingga ia tidak berani lagi melakukan perilaku menyimpang. Orang-orang yang

menyaksikan pelaku dikucilkan dan mendapat hujatan akan berfikir dua kali jika

39
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
40
Kasmawati (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 25 Mei 2021.
84

ingin melakukan perilaku menyimpang, sehingga dengan hal itu dapat mengurangi
pelaku-pelaku kejahatan yang membahayakan.

Dengan melakukan berbagai upaya penanggulangan perilaku menyimpang

maka remaja akan semakin sadar dan tidak lagi melakukan perilaku menyimpang.
Upaya penanggulangan yang dilakukan membuat remaja mengetahui perilaku yang

dilakukan itu adalah sebuah penyimpangan dan perilaku yang negatif, remaja juga

menjadi waspada dan takut untuk melakukan perilaku menyimpang karena sanksi
atau hukuman yang akan diterima. Perilaku menyimpang yang terjadi di Desa Bonto

Mate’ne semakin hari semakin berkurang karena kerjasama, dan adanya upaya

penanggulangan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh orang tua, masyarakat,


serta aparat dan tokoh yang ada di Desa Bonto Mate’ne kecamatan Sinoa Kabupaten

Bantaeng.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil observasi dan wawancara mengenai
Perilaku Menyimpang Remaja dan Upaya Penanggulangannya di Desa Bonto

Mate’ne. Maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk Perilaku menyimpang remaja di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan


Sinoa Kabupaten Bantaeng menurut dari hasil penelitian terdapat dua bentuk

perilaku menyimpang yakni perilaku menyimpang yang bersifat melanggar hukum

(Undang-Undang) dan perilaku menyimpang yang tidak melanggar hukum


(Undang-Undang) tetapi melanggar norma. Perilaku menyimpang yang melanggar

hukum yang terjadi di Desa Bonto Mate’ne yakni Pencurian, Pengisapan Lem,

Balapan Liar, Penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Perilaku menyimpang yang


tidak melanggar hukum (Undang-Undang) tetapi melanggar norma yang terjadi di

Desa Bonto Mate’ne yakni, bermain game berlebihan, berbohong, membantah

orang tua, meninggalkan shalat.


2. Faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne

Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng adalah dari hasil penelitian berdasarkan

observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa faktor yang mengakibatkan


terjadinya perilaku menyimpang remaja yakni faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal berasal dari dalam diri anak tersebut yang masih labil dengan

emosi yang berubah-ubah, kemudian faktor eksternal yakni faktor dari luar seperti
di lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial masyarakat.

84
85

3. Upaya Penanggulangan Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne


Kecamamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng adalah berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

perilaku menyimpang diantaranya yaitu dengan memberikan teguran saat


melakukan perilaku menyimpang, Memberikan sanksi atau hukuman sesuai

dengan bentuk perilaku menyimpang yang telah dilakukan baik sanksi fisik,

maupun non fisik, Membatasi Pergaulan dan Lingkungan pertemanan anak,


Cemoohan atau ejekan dari masyarakat terhadap perilaku negatif remaja sehingga

mereka malu untuk melakukan perbuatan yang melanggar norma.

Hasil dari upaya penanggulangan perilaku menyimpang yaitu remaja menjadi


lebih sadar dan berhati- hati dengan perbuatannya, terutama tidak mengulangi

perilaku menyimpang yang dilakukan remaja di Desa Bonto Mate’ne, dengan

adanya upaya penanggulangan, maka perilaku menyimpang menjadi berkurang.


Remaja lebih menyadari bahwa melakukan perbuatan yang menyimpang

merupakan perilaku negatif serta akan merugikan banyak orang.

B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dan sebagai keterbatasan

yang dimiliki penulis dalam penelitian ini, maka penulis akan mengemukakan

beberapa implikasi dalam penelitian ini sebagai harapan yang ingin dicapai
sekaligus kelengkapan dalam penyusunan skripsi ini yakni sebagai berikut:

1. Di harapkan kepada orang tua dan segenap masyarakat untuk lebih mengawasi dan

bekerja sama dalam mencegah dan mengupayakan perilaku menyimpang remaja


dapat berkurang. Sehingga remaja dapat menjadi generasi yang baik ke depannya

dan menjadi generasi yang berguna bagi bangsa dan negara.


86

2. Hasil Penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah sebagai bahan masukan, agar
pemerintah membuat program yang dapat mencegah atau menanggulangi dan

mengurangi perilaku menyimpang.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta, 2003.
Ali, Muhammad dan M Asrori. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara, 2012.
Cahyadi, Mubin dan Ani. Psikologi Perkembangan. Cet. I; Ciputat: Quantu Teaching,
2006.
Daradjat, Zakiyah. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1995.
…….. Ilmu Jiwa Agama. Cet. 16; Jakarta: Bintang bulan , 1997.
…….. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang, 2006.
Ghony, M.Djunaidi & Fauzan Almanshur. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Hawi, Akmal. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Palembang: IAIN Raden
Fatah Press, 2008.
Herdiansah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Selemba Humanika, 2010.
Husman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Ishak, Anugrah. “Perilaku Menyimpang Pada Kalangan Remaja Studi kasus : Pelaku
Balapan Liar Kalangan Remaja Di Daerah Kijang”. Skripsi. Tanjung Pinang:
Fak.Ilmu sosial dan Politik UMR Ali Haji, 2016.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Press, 2009.
Kadir, Abdul, ,dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
Kementerian Agama RI. Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah.Bandung: Mikraj
Khazanah Ilmu, 2011.
Khasanah, Khuswatun. “Penyimpangan Perilaku Remaja Dan Kontrol Sosial di Desa
Menunggal Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”. Skripsi (Surabaya:
Fak Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel , 2018.
Mania, Sitti. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Cet. 1; Makassar:
Alauddin University Press, 2013.
Mantiri, Vive Vike. “ Perilaku Menyimpang Remaja di Kelurahan Pondang
,Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan”. 6, No.1. 2014: h.
1-13.
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya,
2000.

87
88

……….. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Cet. XXXII; Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2014.
Muhadjir, Noeng. Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan Posivistik, Rasionalistik,
Phenomenologik, dan Realisme Metaphidik. Yogyakarta: Rake Sarasin,1998.
Mulyono, Y. Bambang. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan
Penanggulangannya. Yogyakarta: Kanisius, 1989.
Narwako J Dwi, Sosiologi, Jakarta: Kencana, 2007.
Nasir, Moh. Metodologi Penelitian. Jakarta: Balai Aksara, 1998.
Nasir, Sahilul A. Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problem Remaja.
Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Patoni, Ahmad. Dinamika pendidikan Anak.Jakarta: Bin a Ilmu, 2004.
Putra, Rahmat Dian. “Perilaku Menyimpang Remaja Studi Pada Remaja Yang Gemar
Game Online di Warnet”. Skripsi (Pontianak: Fak Ilmu sosial dan Ilmu
politik,UI, 2015.
Putri, Densi Sah. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Remaja
Studi Kasus Pada Remaja Kecanduan Komix Obat Batuk Di Desa Palak
Bengkerung Kabupaten Bengkulu Selatan”. Skripsi. Bengkulu: Fak.
Ushuluddin adab dan Dakwah IAIN Bengkulu, 2018.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1988.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
……... Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera
Hati, 2004.
……... Tafsir al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sugiyono. Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabets,
2006.
………. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Cet. XXII;
Bandung: Alfabeta, 2015.
Sumanto, Wasty. ,Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Syafaat, Aat. Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja.
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.
Tohirin. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Integrasi dan
Kompetensi. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005.
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Bandung: Citra Umbara, 2006 .
WJ, Goode. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
LAMPIRAN- LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Rahma Yuliana lahir di Desa Bonto Mate’ne

Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng pada tanggal 07 Juli

2000 dari pasangan Ayahanda Kasim dan Ibunda Sohra,


merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Memulai

pendidikan pada sekolah SDN Inpres Morowa yang

kemudian tamat pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis


melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Bissappu

kemudian tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan

di SMA Negeri 1 Bantaeng yang kemudian lulus pada tahun 2018. Pada tahun 2018
diterima sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar di

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai