Skripsi
Oleh:
Rahma Yuliana
NIM: 20100118016
﷽
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat kesehatan,
hidayah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat
dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad saw yang senantiasa menjadi
terdapat banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi, namun berkat ridha Allah swt
dan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak sehingga segala kesulitan dan
tantangan yang dihadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, melalui tulisan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis mengucapkan permohonan maaf dan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kedua orangtua tercinta, yakni ayahanda Kasim dan ibunda Sohra
yang dengan penuh cinta dan kesabaran serta kasih sayangnya dalam membesarkan,
membina serta mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan senantiasa
1. Prof. Dr. H. Hamdan, M.A., Ph.D. Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. H.
iv
H. Kamaluddin Abunawas, M.Ag., Wakil Rektor IV yang telah membina dan
memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk
2. Dr. H. A. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar, Dr. M. Shabir U., M.Ag. Wakil Dekan I, Dr. M. Rusdi,
M.Ag., Wakil Dekan II, dan Dr. H. Ilyas, M.Pd., M.Si. Wakil Dekan III, yang
3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. Ketua dan
selama penulis menempuh kuliah berupa ilmu, nasehat, sampai penulis dapat
menyelesaikan kuliah.
4. Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. dan Dr. Syamsuddin, M.Pd.I Pembimbing
I dan II yang telah bersedia dan sabar meluangkan waktu memberi arahan,
5. Prof. Dr. H. Bahaking Rama, M.S. dan Dr. Sitti Riadil Janna, M.A. Penguji I
dan II yang telah memberi arahan, koreksi, masukan dan pengetahuan baru
dalam perbaikan skripsi ini.
v
7. Kepala Desa Bonto Mate’ne, para staf Desa Bonto Mate’ne dan para orangtua
serta adik-adik remaja di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten
Yang juga telah membantu, memberikan motivasi dan dorongan serta selalu
11. Kepada sepupu-sepupuku kasma wati, Yuliana, Fira Yuniar, Ramlah, Selvi
yang membantu dalam mendokumentasikan dan menemani penyusun saat
proses wawancara.
12. Kepada semua teman-teman PAI angkatan 2018 yang tidak dapat disebutkan
satu per satu, terima kasih atas bantuan, nasehat, dan semangatnya sehingga
13. Kepada para sahabat SMP ku, terima kasih atas doa, semangat, dan motivasinya
selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................... xi
viii
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 43
B. Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne
Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng................................................ 54
C. Faktor Terjadinya Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto Mate’ne
Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng ............................................... 66
D. Upaya Penanggulangan Perilaku Menyimpang Remaja di Desa Bonto
Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng ................................. 76
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 84-88
A. Kesimpulan ........................................................................................... 84
B. Implikasi Penelitian .............................................................................. 85
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 87
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB I
PENDAHULUAN
Ketika manusia menggunakan akalnya untuk berfikir, maka mereka akan mampu
inginkan sehingga kita dapat memaksimalkan potensi yang telah diberikan oleh sang
pencipta. Karena Pendidikan merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk
menjadi tahu apa yang sebelumnya ia tidak ketahui, dan ketika sudah tahu maka akan
lebih dikembangkan lagi melalui pendidikan.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Pengembangan potensi sangat dibutuhkan bagi diri setiap manusia, agar skil
yang dimiliki menjadi lebih meningkat dan bermanfaat bagi lingkungan sekitar.
1
UU RI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra Umbara.
2006), h. 72.
1
2
menjauhi larangan-larangan-Nya.2
merupakan tuntunan ahklak yang menyangkut perbuatan dalam majelis. Tentu saja
yang dimaksud diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi diri
mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum beriman menjadi
dua kelompok besar, yang pertama sekedar beriman dan beramal shaleh, dan yang
kedua beriman dan beramal shaleh serta memiliki pengetahuan. terdapat perbedaan
derajat yang sangat bertolak belakang di antara dua kelompok tersebut. Derajat
kelompok kedua ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai ilmu yang di
2
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 99.
3
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah (Bandung: Mikraj
Khazanah Ilmu, 2011), h. 273.
3
sandangnya, tetapi juga amal pengajarannya kepada pihak lain secara lisan, atau
tulisan maupun keteladanan.4
manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
mereka.5
makhluk sosial menjadi sorotan besar, terutama para remaja-remaja masa kini yang
menjadi pelaku dasar pendidikan. Pada lingkungan masyarakat seringkali ditemukan
penyimpangan sosial yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku. terdapat
perilaku positif dan juga terdapat perilaku menyimpang negatif yang dilakukan oleh
remaja secara umum.
dan dunia dewasa. Oleh sebab itu, pada masa ini merupakan masa yang penuh
kesukaran dan persoalan, bukan saja bagi remaja itu sendiri, tetapi juga bagi orang
norma kesopanan atau adat istiadat. Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 77.
5
Achmad Patoni, Dinamika Pendidikan Anak (Jakarta: Bina Ilmu, 2004), h. 42.
6
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Berbasis Integrasi dan
Kompetensi) (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2005), h. 42.
7
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1988), h. 206.
4
remaja sangat bermacam-macam. Misalnya, laki-laki yang tidak shalat Jum’at, kebut-
kebutan di jalan raya, berbohong, membentak orang tua, mencuri, menodong, pesta
khamar, pesta narkoba, pemerkosaan, kumpul kebo, diskotik/dunia malam,
menyimpang di kalangan remaja sudah dianggap sebagai hal yang wajar dan sudah
biasa dilakukan, karena pengaruh globalisasi yang kian meningkat sehingga remaja
terbawa arus dan sudah mulai tidak sejalan dengan norma agama serta norma sosial
yang berlaku. Sehingga dengan penyimpangan yang dilakukan tidak hanya akan
merugikan dirinya tetapi akan merugikan orang tua, teman, dan masyarakat di
sekitarnya.
Penyimpangan lainnya yang sering kali kita jumpai di luar sana, remaja-
remaja perempuan yang tidak menutup aurat dengan sempurna. Hal demikian
termasuk suatu penyimpangan karena telah melanggar norma agama, padahal sudah
menjadi kewajiban bagi muslim dan muslimah untuk menutup aurat sebagai mana
telah diterangkan dalam Q.S Al-A’raf /7: 26:
Terjemahnya:
Hai anak Adam sesungguhnya kami telah menurunkan padamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan, dan pakaian taqwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. 8
8
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah, h. 78.
5
dan juga menyiapkan bulu sebagai bahan-bahan pakaian indah untuk menghiasi
dirinya dan yang digunakan pada acara-acara istimewa, dan disamping pakaian yang
terbuat dari bahan-bahan, Allah juga menyiapkan pakaian taqwa yaitu pakaian yang
untuk mencegah hal-hal buruk semakin berkembang yang nantinya akan berakibat
fatal dan bisa merugikan banyak orang. Salah satu caranya dengan bekerja sama dan
saling mengingatkan satu sama lain untuk menjauhi hal- hal yang bertentangan
dengan norma yang berlaku, baik itu norma agama, adat dan etika.
Allah swt telah mengingatkan kita dalam ayat-ayat-Nya yang indah bahwa
seseorang dari perbuatan yang mungkar seperti yang sudah diterangkan dalam QS.
Ali-Imran/03:104:
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2004), h. 56.
6
Terjemahnya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang mungkar;
Merekalah orang-orang yang beruntung.10
Quraish Shihab menjelaskan letak perbedaan ini, kata Minkum pada ayat 104
surat Ali-Imran menyatakan bahwa ada ulama yang dipesankan oleh ayat itu tidak
tertuju kepada setiap orang , Bagi yang memahaminya demikian, maka ayat itu untuk
mereka yang mengandung dua macam perintah. Perintah pertama kepada seluruh
umat Islam untuk membentuk dan menyiapkan suatu kelompok khusus yang bertugas
Perintah pertama dalam hal ini bisa jadi suatu lembaga kemasyarakatan yang
tugasnya adalah untuk melaksanakan dakwah dan ada kegiatan-kegiatan khusus
olehnya untuk melancarkan dakwah. Perintah kedua adalah dakwah yang dilancarkan
sebagai salah satu bentuk ketidakselarasan dari ajaran agama dapat kita atasi dengan
berbohong, membantah orang tua, pencurian, dan balapan liar. Hal ini bisa menjadi
gambaran akan pentingnya memberikan perhatian kepada remaja terhadap bahaya
10
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah, h. 33.
11
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2007), h. 73.
7
atau pusat yang mejadi rujukan peneliti, agar memudahkan dalam mengumpulkan dan
menganalisis data sesuai tujuan penelitian. Adapun fokus penelitian dalam skripsi ini
peraturan perundang-undangan
menyimpang
menyebabkan perilaku
menyimpang .
C. Rumusan Masalah
D. Kajian Pustaka
keluarga dan perceraian orang tua, kesalahan pola asuh orang tua, pengaruh
teman sebaya, pengaruh lingkungan sekolah (lingkungan pergaulan).12
12
Densi Sah Putri, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Menyimpang Remaja Studi
Kasus pada Remaja Kecanduan Komix Obat Batuk di Desa Palak Bengkerung Kabupaten Bengkulu
Selatan”, Skripsi (Bengkulu: Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Bengkulu 2018), h. 86.
10
bahwa pada anak muda atau remaja yang telah masuk ke dalam dunia balap
anaknya yang membuat anak remaja tersebut dengan mudah dan bebas
untuk ikut dalam dunia balap liar. Anak remaja yang terlibat dalam balap
liar di Kijang Kota masih berusia sangat muda. Anak remaja tersebut tidak
terlalu memikirkan resiko balap liar dan ikut masuk ke dalam dunia balap
liar dikarenakan remaja tersebut lebih menuruti egonya sendiri dari pada
keselamatan dirinya. Sebagian besar anak remaja tersebut lebih memilih
balapan liar hanya untuk mendapatkan sanjungan dan diakui dari teman
buruk merupakan masalah utama bagi orang tua dari pelaku. Kurangnya
tuanya.13
13
Anugrah Ishak, “Perilaku Menyimpang pada Kalangan Remaja: Studi Kasus Pelaku Balapan
Liar Kalangan Remaja di Daerah Kijang”, Skripsi (Tanjung Pinang: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
UMR Ali Haji 2016), h. 77.
11
pada remaja yang suka balapan liar sedangkan peneliti membahas tentang
perilaku menyimpang remaja dan upaya penanggulangannya.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Vive Vike Mantiri yang berjudul “Perilaku
sudah tidak menerima arahan dan nasehat lagi dari orangtua, maka dari itu
mereka mudah sekali terpengaruh oleh hal-hal negatif yang ada di sekitar
mereka.14
14
Vive Vike Mantiri, “Perilaku Menyimpang Remaja di Kelurahan Pondang, Kecamatan
Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan”: Journal Volume III. No.1. (2014), h.12.
12
komunikasi yang terjalin antara anak dan orang tua dan sifat tertutup yang
dimiliki oleh anak sehingga tidak mau bercerita kepada orang tua tentang
apa yang dirasakan olehnya. Kondisi sosial dengan para teman juga sangat
berpengaruh dalam hal ini karena ketika anak berada di luar rumah akan
berbaur dengan ara teman. Oleh karena itu, jika para teman suka keluar
kontrol sosial yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dari para orang tua
yang memberikan bimbingan baik kepada anaknya, memberikan
pendidikan agama agar anak memiliki landasan berpikir yang baik dan
beberapa wadah organisasi yang dinaungi oleh para remaja tetapi juga para
15
Khuswatun Khasanah, “Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kontrol Sosial di Desa
Menunggal Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”, Skripsi (Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, 2018), h. 95.
13
5. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmat Dian Putra yang berjudul “Perilaku
yang gemar bermain game online di Warnet Mario Bross Kota Baru
Pontianak. Adapun bentuk perilaku menyimpang dilakukan remaja-remaja
tersebut adalah perilaku menyimpang yang bersifat amoral dan anti sosial
yang gemar bermain game online di Warnet Mario Bross Kota Baru
Pontianak disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktor yang
berasal dari diri remaja itu sendiri yang berupa Adanya rasa ingin tahu,
rasa penasaran serta rasa ingin diakui oleh teman bermain nya dan faktor
a. Kegunaan Ilmiah
Penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang upaya
16
Rahmat Dian Putra, “Perilaku Menyimpang Remaja Studi Pada Remaja yang Gemar Game
Online di Warnet”, Skripsi (Pontianak: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, 2015), h. 12-13.
15
b. Kegunaan Praktis
1) Memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman khususnya mengenai
menyimpang dapat juga dikatakan sebagai penyimpangan sosial dan agama. Sesuatu
yang tidak sesuai dengan norma sosial di masyarakat yang telah ditetapkan bersama
dalam sistem sosial. Juga perilaku yang melanggar norma agama yang tidak sesuai
syari’at Islam.
kepentingan orang lain yang dianggap sebagai kenakalan atau perbuatan dosa oleh
ajaran agama dan dipandang oleh ahli jiwa sebagai manifestasi dari gangguan jiwa
atau akibat tekanan batin yang tidak dapat diungkapkan dari ketegangan perasaan
pelanggaran norma sehingga perilaku menyimpang ini menjadi tidak asing lagi sebab
1
Soerjono Soekamto, Sosiologi Keluarga (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 199.
16
17
melampaui batas yang wajar, sudah sama bahkan bisa saja melampaui dengan bentuk
kejahatan yang dilakukan oleh orang dewasa, bukan hanya melanda keluarga kelas
Hal ini diakibatkan oleh kemajuan dan perkembangan pergaulan remaja tanpa
dibarengi oleh peningkatan dari perbaikan agama dan moral kaum remaja.
Kekhawatiran orang tua sangat beralasan karena mungkin saja anaknya terlibat dalam
Perilaku menyimpang yang melampaui batas karena pergaulan yang kurang baik.
menyimpang itu tidak hanya terletak pada lingkungan familial dan tetangga saja, akan
tetapi yang paling utama disebabkan oleh kontak kulturalnya. Maka karir kejahatan
anak-anak jelas dipupuk oleh lingkungan sekitar yang buruk dan jahat.2 Seperti yang
perilaku menyimpang yang merupakan penyimpangan dari norma agama dan juga
norma sosial masyarakat. Perilaku menyimpang seharusnya diberikan sangsi.
sepi, balapan liar, dan berbagai macam perilaku menyimpang lainnya. Bahkan sudah
2
Kartini Kartono, Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2003), h. 30.
18
Masalah hubungan dengan orang tua, ini pun termasuk masalah yang dihadapi
oleh remaja dari dulu sampai sekarang orang tua dan anak sama-sama keras kepala,
yang disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat antara orang tua dan anak-anaknya
yang menjadikan penyimpangan terjadi, penyimpangan juga timbul karena remaja
mengikuti arus dan mode, seperti rambut gondrong, pakaian kurang sopan, lagak dan
lagu terhadap orang tua kurang hormat, karena pada lingkungan pertemanan nya hal
di atas merupakan perilaku yang dianggap gaul, dianggap jago dan berkuasa karena
ditakuti. Pergaulan seperti ini yang didapatkan dari lingkungan yang salah lalu
dibawalah ke lingkungan keluarga atau masyarakat.
B. Pengertian Remaja
Remaja adalah peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa juga
rentangan kehidupan manusia yang berlangsung sejak berakhirnya masa kanak-kanak
2. Remaja dalam pengertian masyarakat, dalam hal ini remaja sangat bergantung
3
Akmal Hawi, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Palembang: IAIN Raden Fatah
Press, 2008), h. 81.
19
pedesaan yang sangat sederhana mungkin masa remaja tidak kekal, sebab
begitu mereka tumbuh besar dan kuat, mereka dianggap telah mampu
melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan orang tuanya. Maka saat itulah
keluarga.
3. Remaja dari segi ajaran Islam ialah sering disebut dengan kata (balig) yang
mana seorang anak yang sudah dikenal hukum dalam mengerjakan hukum
Islam dalam kehidupan sehari-hari atau kata lain terhadap mereka yang telah
pengertian isi dibatasi pada usia 11-18 tahun. Karena pada usia tersebut dalam
anak-anak lagi.4
Masa remaja saat menginjak ke masa dewasa ia akan mengalami masa kritis,
karena remaja berada dalam masa peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja
sedang mencari identitasnya atau mencari jati diri. Dalam proses perkembangan yang
keluarganya. Seperti yang telah diketahui bahwa fungsi keluarga adalah memberi
pengajaran, panutan serta mengayomi sehingga menjamin rasa aman maka dalam
masa kritisnya remaja sungguh- sungguh memerlukan realisasi fungsi tersebut.
4
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), h. 56.
20
Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya karena pada
periode itu, seseorang beralih dari tahap kehidupan anak-anak, untuk menuju ke tahap
selanjutnya, yaitu tahap kedewasaan.5 Masa remaja menjadi suatu masa yang sangat
menentukan karena pada masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik
secara fisik maupun psikis. karena berbagai perubahan- perubahan yang terjadi
disebut dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai”. Remaja
sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas, mereka sudah tidak termasuk ke
dalam golongan anak-anak, tetapi belum juga diterima sepenuhnya untuk diterima ke
golongan orang dewasa. Pada masa itu remaja juga sedang mengalami perkembangan
pesat dalam aspek intelektual dari cara berpikir di dalam berinteraksi dalam
masyarakat.7
Remaja dari segi pandangan Islam yang sudah dikemukakan sebelumnya oleh
Zakiyah Daradjat adalah remaja sering disebut dengan kata (balig) yang juga telah
dijelaskan dalam Q.S An-Nur / 24: 58-59:
5
Goode, W.J, Sosiologi Keluarga (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 204.
6
Mubin dan Ani Cahyadi, Psikologi Perkembangan (Cet. I; Ciputat: Quantum Teaching,
2006), h. 103.
7
Muhammad Ali dan M. Asrori, Psikologi Remaja (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 10.
21
Terjemahnya:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita)
yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta
izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh,
ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah
sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu tidak ada dosa atasmu dan
tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu mereka melayani kamu,
sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah
menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Terjemahnya:
Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka
meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui
lagi Maha Bijaksana.8
M. Quraish Shihab menjelaskan dalam kitab tafsirnya al-Misbah bahwa ayat
58 merupakan salah satu ayat yang mengarahkan manusia pada norma sosial dalam
lingkungan keluarga. Ia merupakan perintah untuk orang tua agar mendidik anak-
anak dan bawahannya agar memperhatikan norma-norma pergaulan.
Ayat ini menuntut agar orang-orang yang disebutkan di sini meminta izin
terlebih dahulu sebelum masuk pada waktu-waktu tersebut. Dengan demikian, ada
kesempatan untuk orang tua dan para tuan untuk menghindari terlihatnya oleh orang
lain apa yang dianggap rahasia dan tidak pantas dilihat. Selain itu, ayat ini juga
mengandung anjuran kepada anggota keluarga agar memakai pakaian yang pantas
8
Kementerian Agama RI, Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah, h. 180.
22
ketika bertemu satu sama lain, sehingga wibawa, kehormatan, dan etika mereka terus
terpelihara.9
dengan kata mencapai hulm karena salah satu tanda kedewasaan adalah “mimpi
mani, bila hal itu terjadi pada usia yang memungkinkan yakni sembilan tahun, atau
tumbuhnya rambut kasar pada kemaluan dan ditambah tanda buat anak perempuan
Dari dua ayat di atas mengemukakan kata balig yang dalam agama Islam
digunakan untuk menentukan awal mula umat Islam harus menjalankan kewajiban
beribadah dalam kehidupan sehari-hari.Dari kesimpulan yang dapat kita lihat dalam
pandangan Islam mengenai remaja sudah jelas bahwa tidak ada kata remaja dalam
Islam, akan tetapi dikatakan dua keadaan yang terjadi yaitu pada masa kanak-kanak
yang masih belum sempurna perkembangan fisik, akal, dan pola pikirnya yang dari
9
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta:
Lentera Hati, 2002), h. 396.
10
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, h. 397.
23
terjadi pada perempuan saat ia mulai menstruasi dan bagi laki-laki yaitu mimpi basah.
Setelah terjadi hal demikian, dia sudah dibebankan tanggung jawab dan kewajiban
untuk melaksanakan ketentuan untuk beribadah sebagaimana yang telah diatur dalam
agama, untuk melaksanakan segala perintah sesuai hukum syari’at dan menjauhi
larangan.
dilakukan remaja dengan merugikan diri sendiri dan lingkungan dapat dikatakan
penyebab dari perilaku menyimpang ini karena salah pergaulan dan juga karena
faktor umur yang kita ketahui masa remaja adalah masa coba-coba mereka selalu
ingin mencoba sesuatu yang baru entah itu berupa kenakalan atau sesuatu yang buruk
atau yang baik karena sekedar mencoba dan ingin dianggap lebih jago dari teman
sepergaulannya.
11
Narwako J Dwi, Sosiologi (Jakarta: Kencana, 2007), h. 101.
24
1. Perilaku menyimpang yang bersifat tidak melanggar hukum yang tidak di atur
dalam peraturan Undang-Undang sehingga tidak tergolong dalam pelanggaran
hukum seperti tidak mematuhi orang tua, berbohong, pulang larut malam,
bergaul dengan teman yang membawa pengaruh negatif, tidak shalat, tidak
menghormati orang yang lebih tua dan lain sebagainya.
terbagi menjadi dua bentuk yakni perilaku menyimpang yang tidak diatur
mendapat ganjaran hukum yang sesuai dengan pelanggaran yang ditentukan dalam
peraturan Undang-Undang.
remaja dapat menyebabkan kerugian. Seseorang pada usia tersebut sudah melampaui
masa kanak-kanak, namun belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa.
Dalam usianya yang belum matang dan mapan tersebut, menyebabkan remaja
mengalami kegoncangan jiwa sebagai proses mencari identitas dirinya. sehingga tak
dalam diri mereka sendiri seperti emosi yang tidak bisa dikontrol, kondisi fisik dan
12
Y. Bambang Mulyono, Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja dan Penanggulangannya
(Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 22.
25
psikis, kontrol diri yang sangat lemah. Kondisi fisik ini merupakan sesuatu yang
dapat di lihat oleh indra penglihatan yaitu bagian tubuh seperti kaki, mata, tangan dan
lainya sedangkan fisik yang tidak dapat di lihat dari luar tubuh seperti otot, nadi
keadaan organ dalam dll. Kemudian adapun penyebab yang paling berpengaruh untuk
diri remaja itu yakni faktor dari luar eksternal.
1. Faktor Internal
Adapun faktor internal yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja
yaitu:
a. Lemahnya pemahaman nilai-nilai agama
b. Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis
c. Pembawaan yang negatif yang mengarah keperbuatan nakal
d. Ketidak seimbangan penemuan kebutuhan pokok dengan keinginan. Hal ini
menimbulkan frustasi dan ketegangan
e. Ketidak mampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan
sekitarnya. 13
Selain itu terdapat faktor lain yang menyebabkan seseorang melakukan
perilaku menyimpang yaitu kondisi fisik. Kondisi fisik ini berupa keadaan tubuh
seseorang baik yang tampak pada bagian-bagian tubuh atau yang tidak nampak
seperti sistem saraf. Keadaan tubuh yang tidak tampak dari luar sangat
biasanya. Semula orangnya ramah dan tidak suka marah, tiba-tiba jadi gampang
marah karena tekanan darah melebihi batas normal, demikian pula pada sistem saraf
terdapat gangguan maka yang lainnya pun ikut terganggu sebab sistem saraf
13
Aat Syafaat, Peranan Pendidikan Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 75
14
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 198
26
Dapat dikatakan bahwa kondisi fisik seseorang mampu mengubah watak dan
perilaku remaja menjadi tidak stabil sehingga pada keadaan kondisi fisik bermasalah
atau terdapat kecacatan maka rentan melakukan hal-hal yang tidak sejalan dengan
perilaku normal pada umumnya atau biasa disebut perilaku menyimpang. Adapun
kondisi psikis yang saling berhubungan yaitu kondisi jiwa atau psikologi seseorang.
dalam diri, kemudian berkaitan dengan jiwa atau rohani seseorang, yang sangat
berperan penting di kehidupan sehari- hari. Jadi kondisi fisik dan psikis seseorang
akan saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena jika kondisi
fisik mengalami gangguan makan psikis akan menggambarkan gangguan yang terjadi
misalnya jika tekanan darah tidak normal (kondisi fisik) maka amarah (kondisi
2. Faktor eksternal
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku menyimpang remaja
yaitu:
a. Lingkungan keluarga/rumah
Lingkungan keluarga sejatinya menjadi tempat perlindungan bagi anak, karena
anak tersebut lahir dan memulai interaksi pertamanya dalam lingkup keluarga. Oleh
Biasa karena terjadi masalah dalam rumah tangga yaitu broken home atau perceraian,
kurangnya perhatian dan masalah lainnya membuat anak menjadi stres dan frustrasi
home dalam rumah tangga orang tua, kesibukan orang tua, kurangnya contoh teladan,
dan kurangnya memberikan dasar pendidikan agama. Orang tua memang seharusnya
menjadi pendidik dan teladan terutama memberikan pemahaman agama yang akan
Dalam hal ini, yang dimaksud didikan agama, bukan hanya pelajaran agama
yang diberikan secara sengaja dan teratur seperti yang dilakukan oleh seorang guru di
sekolah. Akan tetapi, yang lebih penting adalah penanaman jiwa agama yang dimulai
lebih mudah tertanam pada jiwa anak, apabila orang dewasa dalam lingkungan rumah
tangga terutama kedua orang tua (ayah dan ibu), pemberi contoh teladan yang baik
dalam kehidupan mereka sehari-hari, sebab anak lebih cepat meniru ketimbang
melalui kata-kata yang bersifat abstrak itu, tetapi amat disayangkan melihat
kenyataan sekarang ini masih banyak orang tua kurang memahami tentang agama
bahkan memandang remeh ajaran-ajaran agama, dan di anggap tidak terlalu penting
15
Sahilul A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problem Remaja,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 86.
28
tapi tidak diamalkan ajarannya, sehingga keluarga sangat jauh dari agama dan tidak
punya pondasi dalam hidup untuk membentengi dari hal-hal yang tidak baik.
b. Lingkungan Sekolah
wadah bagi remaja untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Sekolah dianggap
sebagai suatu lingkungan yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-
muridnya, lebih-lebih bila dikaitkan dengan pengadaan sumber daya manusia yang
berpengaruh bagi bangsa dan agama bisa juga menghasilkan anak-anak yang jauh
dari kata itu melainkan menjadi pengrusak dengan kenakalan- kenakalan yang
dilakukan. Pada lingkungan sekolah kita kerap kali mendapati perilaku menyimpang
seperti tauran antar sekolah atau geng, ditemukan siswa yang menggunakan lem,
c. Lingkungan Masyarakat
orang lain dalam bertahan hidup. Dalam masa proses bersosialisasi remaja
16
Abdul Kadir, dkk., Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h. 167.
29
remaja harus mempunyai pondasi yang kuat dalam memilah mana yang baik dan
mana yang buruk bagi kehidupan remaja itu sendiri dan untuk lingkungan sekitar.
Pengaruh lingkungan yang paling mendasar yakni adanya strata di masyarakat
latar belakang keluarga tidak mampu biasanya dianggap sebelah mata sehingga anak
tersebut menjadi tidak percaya diri dan cenderung membenci orang lain sehingga
kenakalan yang membuat orang lain takut kepadanya sehingga beranggapan bahwa
dirinya jago dan tidak boleh dipandang sebelah mata. faktor lingkungan dengan
penodongan yang kerap dilakukan orang dewasa pada lingkungan tersebut. Hal-hal
seperti inilah yang dapat mempengaruhi pola pikir anak remaja yang masih mencari
jati diri yang kemudian beranggapan bahwa melakukan hal- hal tersebut tidak
mengapa, sehingga dengan pemikiran seperti ini harus diupayakan mencari solusi
Zakiah Daradjat menawarkan cara yang tepat bahwa pembinaan moral terjadi
melalui pengalaman-pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan sejak kecil. Kebiasaan-
dasar-dasar kebiasaan sudah menjadi rutinitas dan tertanam dalam dirinya. seperti
itu berarti seseorang belum pernah melakukannya penyimpangan atau kejahatan, oleh
karena itu lebih mudah untuk mengarahkan dan memberikan ajaran agama atau
akhlak agar tidak terjadi perilaku menyimpang yang akan mengganggu. Ketika
masalah nanti.
sosial masyarakat dan keluarga dapar dilihat dari program-program sosial bekerja
sama dengan keluarga serta pembangunan sosial yang berguna untuk perkembangan
remaja untuk mengembangkan dirinya agar lebih baik dan berguna bagi lingkungan
17
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Cet. 16; Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 83.
18
Sudarsono, Kenakalan Remaja ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 93.
31
remaja yang bermanfaat bagi dirinya dan lingkungan sekitar. Karena ketika remaja-
remaja disibukkan dengan adanya kegiatan keagamaan atau sosial akan mengalihkan
pandangan mereka ke hal-hal yang positif sehingga terhindar dari pergaulan-
pergaulan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku yakni perilaku
menyimpang.
Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku menyimpang:
mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak
dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya
gagal pada tahap ini. Hal ini membuktikan bahwa pada dasarnya setiap anak
mencontoh siapa yang lebih tua darinya atau siapa yang berada di
lingkungannya.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point
pendidik. Teman sebaya atau teman bermain pun akan mempengaruhi sikap
dan tingkah laku seorang anak. Oleh karena itu, seseorang anak atau pun
orang tua perlu memperhatikan siapa yang menjadi teman pergaulan nya.
32
3. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua
memberi arahan dengan siapa dan teman yang mana remaja harus bergaul.
Selain dengan adanya arahan orang tua dalam memilih pergaulan, perlu
adanya kesadaran diri dari remaja itu sendiri untuk bisa memilah mana yang
baik dan mana yang buruk bagi dirinya.
4. Kontrol diri yang baik serta pertahanan dengan memperdalam ilmu agama
sehingga menjadi pondasi yang kuat .Remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada
tidak sesuai dengan harapan.19 Dengan memperdalam ilmu agama maka itu
akan menjadi perisai pertahanan atau sering juga di sebut sebagai benteng diri.
menyimpang dapat diatasi dengan keteladanan dari orangtua, motivasi dari keluarga,
guru, dan teman sebaya, pandai memilih teman dan lingkungan yang baik.
19
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. 139.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
sebenarnya terkait masalah yang terjadi di lapangan sehingga hanya merupakan usaha
kehidupan suatu objek, terkait dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut
1
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 1992), h. 209
33
34
Oleh karena itu tujuan dari analisis kualitatif ini adalah untuk menemukan
teori dengan dasar data yang diperoleh di lapangan juga berdasarkan observasi dan
wawancara yang dilakukan tentang perilaku menyimpang dan upaya
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Desa Bonto Mate’ne Kecamatan Sinoa
Kabupaten Bantaeng dengan alasan yakni karena lokasi gampang dijangkau sehingga
lebih hemat biaya, waktu dalam penelitian dan juga peneliti sedikit banyaknya sudah
mengenal serta mengetahui kultur masyarakatnya.
B. Pendekatan Penelitian
Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan Fenomenologis. Pendekatan
komunikasi dengan masyarakat terkait permasalahan apa saja yang terjadi dengan
berbagai gambaran yang saling berhubungan antara peristiwa yang satu dan yang
lainya.
2
M. Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2016), h. 25.
3
Haris Herdiansah, Metodelogi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta:
Selemba Humanika, 2010), h. 18.
35
C. Sumber Data
Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan
Adapun data yang ingin digunakan peneliti sebagai subyek penelitian adalah:
Sumber primer merupakan sumber terpenting dan jelas dari mana data itu
muncul. Yang secara langsung diambil saat melakukan penelitian di lapangan,
orang narasumber terdiri dari 5orang tua,1 Kepala Desa, dan 10 anak remaja
Sumber data sekunder adalah sumber dari mana data itu didapatkan yang
sifatnya mendukung. Sumber Sekunder bersifat pendukung yang ditemukan
peneliti secara tidak langsung baik dari hasil pengamatan berupa tulisan-
tulisan yang terkait dengan tema pembahasan penelitian ini, baik buku, jurnal
majalah, maupun data dari internet, dan juga dari kesaksian dan wawancara
4
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Bandung, Alfabets, 2006),
h. 308-309.
36
1. Observasi
Observasi yaitu merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan
panca indra yang dimiliki manusia seperti panca indra pendengaran, penglihatan,
untuk memperoleh informasi yang akurat terkait masalah yang terjadi di lapangan
sehingga penulis dapat memperoleh Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau sesuatu tertentu, dan perasaan emosi seseorang.5
cara mencatat atau merekam data-data yang dibutuhkan sebagai sumber untuk
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan
informasi terkait kejadian atau fenomena yang terkait dengan permasalahan yang
yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
dan tidak terstruktur. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode wawancara
5
Sitti Mania, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Cet. 1: Makassar: Alauddin
University Press, 2013), h. 187.
6
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2000), h.
135.
37
nyaman dan lebih bebas menjawab pertanyaan dengan baik dan sebenarnya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi sebagai suatu sarana yang dapat mendukung keakuratan dan
kebenaran data yang diperoleh dari bahan-bahan dokumentasi yang telah diperoleh di
lapangan. Dokumentasi berupa informasi atau bukti resmi yang berguna untuk
catatan. Dokumentasi adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu.
dokumen yang berada pada lingkungan penelitian. Teknik ini bertujuan untuk
mengumpulkan lebih banyak data yang tersedia dalam bentuk dokumen sebagai
pendukung data-data yang sudah ada sebelumnya melalui observasi dan wawancara.
sangat dibutuhkan peneliti dan harus disiapkan sebelum turun ke lapangan untuk
melakukan penelitian.
1. Pedoman Observasi
Pedoman observasi digunakan untuk memudahkan peneliti dalam
2. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara merupakan alat yang dapat digunakan untuk
dengan rapi sehingga kegiatan dapat berjalan efektif dan efisien tanpa
kendala apapun, informan pun akan lebih mengerti maksud pertanyaan.
3. Dokumentasi
Pengolahan data yang dilakukan erat kaitannya dengan analisis data. Data
yang diperoleh dari berbagai sumber berupa hasil wawancara, observasi, dan dari
dokumentasi yang dilakukan sehingga memuat data-data yang lengkap dan penuh.
Analisis berarti mengkaji data yang diperoleh dari lapangan dengan cara
mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.7
menganalisa dengan pemikiran sistematis, logis, dan teranalisis, terhadap semua data
yang berhasil dikumpulkan dengan mengategorikan, mengidentifikasi, interpretasi.
Tujuan dari analisis deskriptif ini adalah membuat deskripsi, menampilkan data
pembahasan ini. Proses analisis data dalam penelitian ini mengandung tiga komponen
analisis data versi Miles dan Huberman, bahwa ada tiga alur kegiatan, yaitu reduksi
data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan atau verifikasi.8
hal pokok, merangkum dan mengambil data-data yang dianggap penting dan
memisahkan data-data yang kurang penting. Memfokuskan pada hal-hal
penting dengan mencari tema dan pola serta membuang yang tidak perlu.
7
Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, Pendekatan Posivistik, Rasionalistik,
Phenomenologik, dan Realisme Metaphidik (Yogyakarta: Rake Sarasin,1998), h. 104.
8
Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), h. 85.
40
nya data dan informasi yang padu dan lebih jelas untuk dipahami. Penyajian
data dapat berupa uraian, bagan atau kesimpulan- kesimpulan serta dapat
terorganisir dan tersusun pada pola hubungan. Sehingga terpetakan dengan
teratur sesuai kategori sehingga lebih muda dimengerti dan dipahami. Pada
Kesimpulan pada penelitian ini masih bersifat sementara baik berupa objek
atau deskripsi yang dikemukakan dan ditulis sebagai kesimpulan. Kesimpulan
sementara ini akan berubah ketika kesimpulan ini tidak mendapat bukti-bukti
dan buku pendukung yang kuat. Akan tetapi jika sudah mempunyai bukti dan
data pendukung yang kuat, maka kesimpulan tersebut sudah jelas. Verifikasi
ini dilakukan untuk menguji keabsahan data dan kebenaran data melalui
informan melalui pertanyaan terkait masalah yang terjadi, baik dari segi
makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati dari tempat penelitian
itu dilaksanakan. Makna yang dirumuskan peneliti dari data harus diuji
dipertanggungjawabkan keabsahannya.
41
konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan
data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai pandangan.9
keabsahan data yang peneliti dapatkan atau temukan dari hasil wawancara peneliti
dengan informan lainnya yang kemudian peneliti mengkonfirmasikan dengan studi
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi ini dilakukan untuk menguji keabsahan data dengan cara menguji
data yang telah diperoleh dari berbagai sumber. Misalnya adalah untuk menguji
keabsahan data mengenai sikap remaja, maka pengumpulan data dan pengecekan data
yang telah diperoleh akan dilakukan kepada teman remaja, orang tua dan guru.
Data yang telah terkumpul dari ketiga sumber tersebut nantinya akan diambil
persamaannya seperti pada penelitian kuantitatif. Namun akan dilanjutkan dengan
klasifikasi, deskripsi untuk melihat perspektif mana yang sama, mana yang berbeda
dan mana yang lebih detail dan mana yang tidak sesuai dengan data. Data yang telah
9
Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi (Cet. XXXII; Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2014 ), h. 331.
10
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif (Jakarta:
Press, 2009), h. 230-231
42
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data, yang dilakukan dengan cara
mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda sesuai dengan jenis
data yang diperoleh. Triangulasi ini dilakukan untuk menguji keabsahan data yang
dilakukan dengan menguji data pada sumber yang sama dengan beberapa teknik yang
bervariasi. Contohnya adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara yang
Jika pengujian data dapat menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti akan
melakukan musyawarah atau diskusi lebih lanjut dengan sumber data yang relevan.
Hal ini dimaksudkan agar data tersebut dapat diketahui keakuratannya. Bisa jadi data
yang diperoleh semuanya akurat dimana hanya sudut pandangnya saja yang berbeda.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu untuk menguji keabsahan data, yang dilakukan dengan cara
melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi dalam waktu dan situasi yang
berbeda yang akan memberi data yang lebih valid.11 Jadi waktu sangat berpengaruh,
jadi pengecekan dilakukan dengan waktu yang berbeda, jika mendapatkan hasil yang
berbeda maka bisa dilaksanakan kembali pengujian secara berulang.
11
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Cet. XXII; Bandung:
Alfabeta, 2015), h. 273-274
BAB IV
Pada periode berikutnya Jannang Cenreng Tahun 1970 sampai dengan 1971
masa awal kemerdekaan yang menjadi jannang pada saat itu mewariskan
Desa
tokoh
1
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 19.
43
44
Desa
s/d 23 Efendi,S.Sos
Desember
2018
Tahun 1994 Desa Bonto Mate’ne di lebur atau dimekarkan menjadi 6 Desa yaitu:
a. Bonto Mate’ne
b. Bonto Majannang
c. Bonto Karaeng
d. Bonto Maccini
45
e. Bonto Bulaeng
f. .Bonto Tiro.
Visi:
Dimana visi tersebut merupakan gambaran ideal tentang keadaan masa depan
Misi:
Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran desa yang
hendak dicapai, Pernyataan Misi membawa Desa ke suatu fokus. Misi inilah yang
harus diemban oleh pemerintah Desa untuk mewujudkan visi desa tersebut diatas,
2
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 10.
46
desa (BUMDES) dan program lain untuk membuka lapangan kerja bagi
masyarakat serta meningkatkan produksi pelaku usaha kecil menengah
(UKM).
segi fisik: sarana air bersih melalui potensi mata air lokal atau sumur bor di
j. Menjalin hubungan/ senergitas yang baik sebagai mitra kerja dengan semua
3
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 11.
47
Visi dan Misi Desa Bonto Mate’ne menjadi tujuan awal pemerintah untuk
menciptakan, kondisi Desa yang damai dan sejahtera. Dengan mengedepankan
keamanan dan ketertiban, sehingga jika di dapati adanya perilaku menyimpang akan
perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada dalam
Desa Bonto Mate’ne merupakan salah satu desa dari beberapa desa yang
Bantaeng, wilayah ini terletak sebelah timur Ibu Kota Kabupaten Bantaeng, jarak dari
Ibu Kota Kecematan + 3km dan jarak dari Ibu kota kabupaten + 7 km. Jika
menggunakan kendaraan bermotor maka jarak tempat kota kecematan + 15 menit dan
+ 30 menit menuju ibu kota kabupaten dan memiliki luas wilayah Desa Bonto
Mate’ne 11,8 km2,dengan lahan yang produktif seperti lahan sawah, perkebunan,
yang terbagi menjadi 9 dusun yaitu: Dusun kampung Tangkala, Dusun Kampung
Bugis, Dusun sarroanging, Dusun Morowa, Dusun Salekoa, Dusun Su’rulangi Dusun
Kampung parang, Dusun Bungung Pangka’ dan Dusun papoang Kanunang. Dusun
Bungung Pangka’ Dan Dusun Papoang Kanunang. Adapun batas-batas Desa Bonto
dari laki-laki 1.600 Jiwa, Perempuan 1.692 jiwa orang dan 985 KK, yang terbagi
Laki-laki Perempuan
4
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 32.
49
Laki-laki Perempuan
KANUNAG
dilihat melalui aspek Pendidikan, aspek kesehatan, aspek keamanan dan ketertiban,
aspek keagamaan, aspek kesenian dan olahraga serta kehidupan gotong royong
masyarakat yang merupakan ciri khas masyarakat Desa yang tetap tumbuh dan
berkembang.5 Kondisi Desa Bonto Mate’ne dari aspek pendidikan dapat digambarkan
5
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 33.
50
TABEL 4.3
Jumlah penerima PKH(Program Keluarga Harapan)
Tahun 2021
No Dusun Jumlah Persentase
1 KMP.TANGKALA 2 2,56%
2 KMP.BUGIS 8 10,25%
3 SARROANGING 6 7,69%
4 MOROWA 7 8,69%
5 SALEKOA 6 7,69%
6 SU’RULANGI 20 25,64%
7 KMP.PARANG 10 12,82%
Jumlah 78 100%
memberikan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
dengan syarat dapat memenuhi kewajiban terkait pendidikan dan kesehatan. PKH,
bertujuan mengurangi beban RTSM dan diharapkan dapat memutus mata rantai
Bonto Mate’ne menjadi salah satu desa rujukan data terpadu terbanyak, untuk
51
kedepan penerima PKH lebih signifikan dan terarah demi mengurangi kemiskinan di
Desa Bonto Mate’ne. 6
ada di Desa Bonto Mate’ne cukup tinggi, kemudian untuk masyarakat yang bermata
pencaharian sebagai petani menjadi rating teratas karena keadaan lokasi yang
strategis, kemudian cuaca, tanah yang gembur menjadi salah satu faktor utama yang
sangat mendukung masyarakat untuk bertani, kemudian di susul rating kedua sebagai
1 PNS 19
2 TNI 10
3 POLRI 8
4 Pensiunan 4
6
Dokumen RPJM Desa Bonto Mate’ne Kec. Sinoa Kab. Bantaeng Tahun 2020-2021, h. 34.
52
5 Pedagang 64
6 Buruh bangunan 18
7 Dokter 0
8 Bidan 9
9 Tenaga Honorer 84
10 Karyawan Swasta 13
11 Tukang Kayu 23
12 Sopir 40
13 Montir 9
14 Petani 985
15 Peternak 87
53
16 Wiraswasta 95
17 Perawat 10
18 Dosen 1
19 Pegawai BUMN 0
20 Tukang Listrik(PLN) 2
21 Tukang Jahit 3
22 Pelajar/Mahasiswa 541
Jumlah 3.292
Angka pengangguran 313 orang di dominasi dari remaja yang putus sekolah,
masyarakat yang notabene penghasilannya dari bertani dirasa kurang memadai apabila
digunakan untuk membiayai sekolah anak, apalagi jika masyarakat yang hanya
menggarap lahan orang lain, dengan pendapatan yang sangat minim. Untuk kehidupan
sehari- hari saja tidak cukup, apalagi jika harus membiayai anak sekolah. Hal inilah
salah satu pemicu nya karena pengangguran, kurang biaya, di tambah lagi karena
berfikir. Masa remaja merupakan suatu masa yang sangat menentukan karena pada
masa ini seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis.
yang baru, mencari jati diri hingga kadang mereka bersifat labil sehingga melakukan
hal-hal tanpa memperhatikan dampak yang akan terjadi pada dirinya. Sehubungan
dengan hal tersebut, tidak menutup kemungkinan remaja mencoba hal-hal yang dapat
membawa dirinya menuju kebaikan ataupun sebaliknya mencoba hal-hal yang dapat
merugikan dirinya sendiri ataupun orang lain. Perilaku menyimpang yang terjadi
55
dilakukan oleh remaja sudah menjadi hal yang tidak baru lagi karena perilaku
menyimpang ini sudah banyak terjadi di sekitar kita baik disadari ataupun tidak
disadari.
2021 diketahui bahwa perilaku menyimpang remaja kerap terjadi dan mempunyai
bentuk- bentuk penyimpangan yang berbeda yang tidak sesuai dengan norma- norma
yang berlaku di masyarakat.
2 Pencurian 6 Orang
6 Berbohong 2 Orang
Nomor 35 Tahun 2009 LSD merupakan Narkotika Golongan I. Zat tersebut sejenis
zat hirup yang sangat mudah ditemui di produk lem perekat. Pengaruhnya sangat luar
biasa bagi penggunanya, zat yang terkandung dalam lem Aibon, Fox dan sejenisnya
mengatakan bahwa:
Perilaku menyimpang yang terjadi yaitu 6 remaja yang menghisap lem, di
dapati di gedung belakang posyandu, sekitar sore hari karena sudah tidak
beroperasi, ada juga remaja yang mengisap lem di rumahnya. Remaja yang
melakukan pengisapan lem itu rata-rata anak remaja yang tidak bersekolah, tapi
segera ditangani oleh kepala desa dan aparat yang bersangkutan, untuk segera
diberi peringatan dan teguran, alhamdulillah sudah ditangani dengan baik.7
Berdasarkan wawancara terkait perilaku menyimpang di Desa Bonto Mate’ne.
Pengisapan lem ini dilakukan oleh 6 orang remaja Desa Bonto Mate’ne, rata-rata
pelaku pengisapan lem merupakan remaja yang putus sekolah dan ada juga yang
masih bersekolah. Kegiatan mengisap lem ini dilakukan di tempat-tempat yang sunyi,
di rumah dan juga di gedung-gedung yang sudah tidak beroperasi pada sore hari.
Walaupun zat yang terkandung di dalam lem merupakan zat Narkotika jenis pertama
yang tercantum di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,
akan tetapi hukuman pasti bagi pelaku pengisapan lem belum di cantumkan secara
7
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
57
diberikan hanya berupa teguran agar tidak melakukan perilaku menyimpang, serta
pemberian efek jera dengan memberikan hukuman dengan menjewer, memarahi yang
dilakukan oleh pihak yang berwenang, kemudian dikembalikan kepada orang tua
remaja tersebut, untuk dinasehati agar tidak melakukan perilaku menyimpang dan
dalam perilaku menyimpang yang melanggar aturan hukum, agama dan juga norma
dalam masyarakat.
Sesuai dengan pernyataan ibu Ismarianti bahwa terjadi perilaku menyimpang
mengatakan bahwa:
Perilaku menyimpang yang terjadi saat itu adalah sekumpulan anak remaja
berjumlah 6 orang melakukan pencurian cabe di perkebunan warga,
sekumpulan remaja ini saling memanggil kemudian memanen cabe warga pada
malam hari, diketahui motif pencurian nya yaitu karena butuh uang, terlebih
lagi mereka merupakan remaja pengguna lem. perilaku menyimpang tersebut
menjadi buah bibir dan sempat menghebohkan warga desa.8
Berdasarkan hasil wawancara dapat di ketahui bahwa pencurian cabe yang
8
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021
58
tetapi hukuman bagi remaja yang melakukan pencurian tindak pidana nya diatur
dalam Undang-Undang perlindungan anak. Jadi bagi anak remaja yang melakukan
tindak pidana pencurian cabe di Desa Bonto Mate’ne digolongkan pencurian ringan,
teguran, dan nasehat tanpa adanya pidana. Jika anak tersebut melakukan tindak
pidana yang berat maka hukuman pidana nya juga tidak seberat hukuman pidana bagi
orang dewasa.
3. Balapan Liar
berisik, pelaku balapan liar tergolong dalam perilaku menyimpang yang melanggar
hukum karena pelakunya dapat di pidanakan sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku pasal 297 UU no 22 tahun 2009 tentang pelanggaran lalu lintas. Balapan liar
terjadi di Desa Bonto Mate’ne bertempat di jalan poros Tangkia, pelaku balapan
balapan liar memang sering terjadi di Desa Bonto Mate’ne, beliau mengatakan
bahwa:
Perilaku menyimpang yang terjadi yaitu balapan liar dilakukan oleh 10 orang
remaja, dan itu terjadi kebetulan di dekat rumah saya di jalan poros Tangkia,
biasanya anak-anak remaja setiap sore berkumpul dengan geng-geng masing-
masing, lalu memulai balapan, bukan hanya remaja dari desa ini yang balapan
tapi remaja dari desa lain pun ikut datang untuk balapan. Bahaya juga untuk
anak remaja dan pengendara yang kebetulan lewat di arena itu, karena termasuk
jalanan umum, balapan itu membuat kebisingan. Biasanya pelaku balapan liar
59
ini di bubarkan oleh aparat negara dan tidak segan-segan untuk melakukan
penyitaan terhadap kendaraan yang digunakan untuk balapan. 9
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Farida tentang balapan liar maka
dapat disimpulkan bahwa perilaku ini sangat meresahkan masyarakat. Warga merasa,
balapan liar menimbulkan suara yang mengganggu pendengaran, menghalangi laju
kendaraan pengendara lain serta membahayakan nyawa dari pelaku balapan liar.
Hukuman yang diberikan oleh pelaku balap liar ringan tanpa korban yaitu
balap liar bisa dijatuhi hukuman penjara, akan tetapi berbeda dengan pelaku balap liar
yang dilakukan remaja, anak remaja yang melakukan tindak pidana di kembalikan ke
orang tua atau wali kemudian hukuman yang diberikan berupa teguran, atau
memberikan efek jera. Jika pelaku menyebabkan kematian bagi seseorang, maka
hukumannya juga lebih berat sesuai dengan peraturan Undang-Undang dengan pidana
khusus untuk anak remaja yang telah diatur dalam Undang-Undang perlindungan
anak.
Obat-obatan dalam dunia medis seperti tramadol merupakan jenis obat yang di
konsumsi untuk pereda nyeri, akan tetapi harus di bawah pengawasan dan resep dari
dokter. Karena obat ini mengandung zat Narkotika jenis pertama. Jika di salah
gunakan dapat dijatuhi pidana, tentang penyalah gunaan narkoba. Seorang anak
yang tidak boleh digunakan secara bebas, pelaku menggunakan obat tersebut karena
9
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
60
seperti tramadol dengan dosis tinggi tidak boleh digunakan semaunya, tetapi harus di
iringi dengan pengawasan serta harus berdasarkan resep dokter. Karena penggunaan
obat tramadol tanpa resep dari dokter akan sangat berbahaya bagi kesehatan hingga
menyebabkan kematian.
Selain dari wawancara warga Desa, pernyataan Kepala Desa Bonto Mate’ne
10
Juna (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
61
kecanduan menghisap lem, ada juga kasus kawin lari dan itu alhamdulillah
sudah ditangani dengan baik. 11
dapat dihindari. Ada pun bentuk- bentuk perilaku penyimpangan yang terjadi
anak remaja akan mempunyai pola pikir sendiri dalam menjalani kehidupan sehari-
harinya, juga mempunyai pengaruh yang berbeda. Setiap anak remaja akan
melakukan hal- hal yang berbeda dari waktu ke waktu. Bisa saja hari ini melakukan
hal-hal positif kemudian di hari selanjutnya terlibat masalah dan akhirnya melakukan
perilaku menyimpang.
mengatakan bahwa:
Kegiatan sehari- hari yang saya lakukan biasanya mengerjakan tugas,
membantu orang tua memanen telur, ikut ke kebun memanen jagung, memanen
bawang, perilaku menyimpang yang saya lakukan yaitu saya berkelahi, balapan
liar sampai beberapa kali motor saya diamankan polisi.12
Pandangan Islam mengenai remaja juga jelas bahwa remaja yaitu masih di
tahap proses pendewasaan. Remaja yang masih belum sempurna perkembangan fisik,
akal, dan pola pikirnya yang dari hal tersebut belum dibebankan kewajiban untuk
dikatakan remaja adalah masa persiapan sehingga pada masa ini sudah diajarkan
sedikit demi sedikit pengetahuan tentang kewajiban menjalankan perintah agama dan
11
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
12
Rahmat (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
62
menjauhi larangan. Jadi wajar saja jika terkadang pola dan tingkah lakunya berubah-
ubah. Perilaku menyimpang yang berat akan sangat mudah untuk di deteksi, berbeda
dengan perilaku menyimpang ringan, kita sering melakukan perilaku menyimpang itu
tetapi kita tidak menyadari dan menganggap itu adalah sesuatu yang wajar
Main game biasanya dilakukan remaja untuk menghibur diri, manfaat main
game juga sangat banyak, terlebih lagi untuk mengasah otak, menghilangkan stres,
Akan tetapi berdampak buruk jika main game dilakukan secara berlebihan,
dampak buruk yang diakibatkan karena kecanduan main game diantaranya lalai
sekolah, yang paling parah dia bisa menjadi pelaku antisosial karena hilangnya
kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Maka dari itu main game
dari ibu Ismarianti tentang perilaku menyimpang yang dilakukan anaknya beliau
mengatakan bahwa:
Perilaku menyimpang yang anak saya lakukan yaitu ketika di suruh kadang
tidak menurut karena keasyikan bermain game, hingga lupa waktu, lupa belajar,
tidak mengerjakan PR, yah paling hal-hal yang lumrah seperti itu kalau perilaku
menyimpang yang berlebihan seperti mencuri, narkoba anak saya tidak
melakukannya.13
asyik bermain game mereka bisa lupa waktu, lupa dengan dunia sekitarnya, alhasil
13
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
63
ketika sudah merasa asyik bermain game kemudian orang tua memberikan perintah
atau melarang, anak bereaksi dengan membantah perkataan orang tua. Sehingga
Berdasarkan hasil wawancara ibu ismarianti jika merasa anaknya sudah sangat
berlebihan, akan memberi hukuman dengan menyita gadget anaknya, kemudian tidak
memberikan uang saku, dan memberikan teguran atau peringatan. Sesuatu hal yang
berlebihan itu tidak baik, bermain game boleh dilakukan jika sesuai dengan porsi nya
dan tidak berlebihan. Jika sudah mengganggu pelajaran, kesehatan, dan menimbulkan
mudarat yang lebih banyak maka kita harus membatasi diri, dalam ajaran agama
6. Berbohong
berbohong jika merasa ketakutan dan berusaha menyembunyikan sesuatu agar tidak
mendapatkan masalah. Berbohong dianggap hal yang biasa dan sudah dianggap
wajar, berbohong termasuk ke dalam perilaku menyimpang ringan, karena berbohong
14
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
64
tidak dapat dijatuhi hukuman pidana, kecuali jika memberikan keterangan palsu saat
persidangan.
jika masih di ulangi maka orang tua dari sang anak akan bertindak lebih tegas dengan
kebenaran yang terjadi. Dan takut untuk menerima konsekuensi dari kesalahan yang
dilakukan, sehingga remaja memilih jalan pintas yaitu dengan berbohong kepada
orang tuanya.
perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma agama dan norma kesopanan.
sikap itu merupakan perbuatan yang sangat tidak di anjurkan oleh agama.
15
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
65
umumnya suka membantah orang tuanya, dikarenakan anak remaja tidak ingin diatur.
8. Meninggalkan shalat.
Shalat merupakan tiang agama bagi umat semua umat muslim, dan merupakan
suatu kewajiban yang harus di jalankan, terdapat lima shalat fardu wajib yang harus
di laksanakan setiap harinya, dan jika tidak dilaksanakan maka akan mendapatkan
ganjaran di hari akhir kelak. Namun masih banyak anak remaja yang menyepelekan
shalat dan meninggalkan shalat, padahal meninggalkan shalat adalah termasuk salah
satu diantara dosa besar dan merupakan perilaku menyimpang dari norma agama
Islam.
16
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
17
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
66
merupakan perilaku menyimpang dari norma agama. Hukuman bagi seseorang yang
meninggalkan shalat menurut pemaparan informan yaitu dengan di pukul, dan
tergolong ringan itu dapat diberikan oleh orang tua, atau berdasarkan ketentuan
hukum adat yang ada di masyarakat.
Berdasarkan observasi dan wawancara berbagai faktor menjadi salah satu pemicu
sehingga anak- anak remaja melakukan perilaku menyimpang.
1. Faktor Internal
akan berusaha mencari pembenaran dengan berbohong, perubahan emosi yang tidak
stabil menunjukkan bahwa seseorang tidak memiliki jiwa yang sehat. Faktor internal
67
adalah faktor dari dalam diri anak tersebut yang mengakibatkan perilaku
menyimpang, seperti emosi yang tidak bisa dikontrol, pengendalian diri yang lemah.
Sehingga membuat anak remaja tidak mampu dalam mengarahkan dirinya karena
Faktor yang mengakibatkan perilaku menyimpang ada dalam diri anak, seperti
faktor psikis yang dialami, dapat mempengaruhi pikirannya sehingga bisa berubah-
ubah, merasakan kecemasan atau ketakutan, berusaha mencari pembenaran atas
fikiran serta keluar dari rasa ketakutan, dan rasa bersalah akibat kesalahan yang anak
lakukan tetapi mereka takut untuk mengakui hal tersebut.
psikis tidak terlihat. Kita sering mendengar atau sering menonton film yang ber genre
psikopat. Psikopat atau yang sering disebut psycho adalah salah satu contoh kasus
cacat psikis yang sangat berbahaya, karena penderita psikopat ini cenderung
kehilangan empati terhadap dunia sekitar, juga memiliki kontrol perilaku yang sangat
buruk. Sehingga dapat melakukan perilaku menyimpang atau antisosial , yaitu dengan
18
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
68
Psikopat sendiri dalam keseharian nya akan berusaha menunjukkan sisi yang
lain, mereka akan bersifat manipulatif untuk mendapatkan kepercayaan orang lain,
mereka dengan mudah memperhatikan lalu meniru emosi yang dirasakan orang lain,
seolah- olah merasakan emosi yang tidak pernah mereka rasakan, mereka akan
berperilaku layaknya orang normal pada umumnya. Remaja- remaja yang sering
tersulut emosi yang berlebihan, tidak dapat mengendalikan diri, serta emosi yang
kadang berubah- ubah termasuk dalam faktor yang menjadi masalah dalam diri anak
Dapat di lihat dari hasil wawancara dengan remaja, faktor dari dalam diri anak
remaja itulah yang akan menjadi tolak ukuran nya, walaupun orang tua selalu
mengajarkan, selalu menasehati, akan tetapi jika dalam diri anak remaja ini menolak
arahan yang diberikan orang tua, maka tidak akan ada perubahan yang terjadi, akan
19
Yuliana (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
69
tetapi jika sikap dalam diri anak terbuka dengan nasehat orang tua maka akan terjalin
kerja sama sehingga perilaku anak dapat berubah sesuai yang diharapkan.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor dari luar diri anak remaja yang dapat
menyimpang. Ada beberapa faktor yang menjadi tolak ukur utama yang
mengakibatkan anak berperilaku menyimpang.
a. Lingkungan Keluarga.
Perilaku menyimpang yang di akibatkan oleh lingkungan keluarga yakni:
perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Mulai dari kebiasaan- kebiasaan yang
sering di ajarkan, penanaman nilai- nilai agama, kejujuran, menghargai orang tua
disiplin dan lain sebagainya. Akan tetapi adakalanya penerapan nilai- nilai kebaikan
dan semacamnya terhambat dan tidak berjalan sesuai yang diharapkan terlaksana
pada lingkungan keluarga pada umum nya. Ada beberapa alasan- alasan yang
melatarbelakangi sehingga penerapan nya tidak berjalan baik.
akan menghasilkan dampak yang sangat besar jika berjalan sesuai rencana, tetapi
kenyataan tidak mesti tentang keberhasilan ada juga lingkungan keluarga yang gagal
seperti kelurga yang tidak harmonis atau broken home, terlalu memanjakan
anak, ada juga anak yang di lingkungan keluarganya tidak mendapat cukup perhatian
70
sehingga dirinya tidak terkontrol, anak yang kurang kasih sayang, tidak mendapatkan
pengajaran tentang Agama, bagaimana kewajiban melaksanakan shalat sehingga
cenderung melakukan semua hal yang dia inginkan mereka seenaknya meninggalkan
shalat, menganggap shalat tidak berguna, sehingga mereka tidak mengetahui hakikat
manusia untuk menyembah Allah dan melaksanakan shalat.
pembentukan jati diri bagi anak tersebut, juga sebagai benteng diri dari hal- hal buruk
serta pengaruh- pengaruh negatif yang akan menghadang dimasa depan. Jika sudah
tertanam nilai kebaikan sejak dini maka perilaku itu akan melekat dan sulit untuk
digoyahkan. Maka dengan sendirinya anak remaja dapat memilah mana perilaku yang
20
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
71
sesuatu, seseorang akan nekad melakukan segala macam cara untuk mendapatkannya,
salah satu caranya yaitu mencuri.
Faktor yang mengakibatkan perilaku menyimpang yang kedua yaitu karena
kondisi ekonomi keluarga yang tidak stabil, anak remaja yang melakukan
pencurian cabe baru-baru ini mengaku mencuri cabe karena ingin membeli lem
hisap, karena tidak punya uang, dan sudah tidak tahan akibat kecanduan.
Akhirnya mereka saling memanggil untuk melakukan aksi pencurian. 21
mengaku kepadanya bahwa salah satu motif dari remaja itu mencuri karena
membutuhkan uang, ditambah lagi mereka adalah remaja pengguna lem, karena
sudah sangat frustrasi dan membutuhkan uang untuk membeli lem akhirnya mereka
memutuskan mencuri.
b. Lingkungan sosial
seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan dan perubahan
perilaku setiap individu. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup
sendiri dan bergantung kepada orang lain, selalu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar sehingga perilaku dan kedisiplinan yang dimiliki setiap orang adalah cerminan
dari lingkungan sekitarnya, serta para remaja yang secara langsung maupun tidak
remaja dalam lingkungan sosialnya, maka perilaku dan kedisiplinan remaja sesuai
21
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
72
dengan kondisi masyarakat yang penuh dengan keragaman dan berdasarkan berbagai
faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial.
menyimpang yang dilakukan remaja- remaja salah satu penyebabnya terjadi karena
faktor lingkungan sosial, perilaku menyimpang yang diakibatkan oleh lingkungan
menyimpang yaitu lingkungan sosial sesuai dengan pernyataan yang bernama Malo’
beliau mengatakan bahwa:
Faktor terjadinya perilaku menyimpang salah satunya berasal dari lingkungan
sosial pertemanan, perilaku anak akan sesuai dengan lingkungan pertemanan
nya, mengikuti kebiasaan temanya, keluyuran hingga larut malam, bolos
sekolah, dan lainya 22
22
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
73
Pendapat yang sama juga dikatakan ibu Resky orang tua remaja di Desa Bonto
Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng beliau mengatakan bahwa:
Faktor terjadinya perilaku menyimpang yaitu karena pergaulan di lingkungan
pertemanan, sehingga anak saya ikut-ikutan keluyuran, nongkrong hingga larut
malam, apalagi saya sering menyaksikan anak remaja balapan liar di sekitar
rumah saya jadi saya takut anak saya juga terpengaruh, anak remaja melakukan
balapan liar karena ingin dianggap keren oleh teman-temannya, walaupun anak
saya hanya menonton pertandingan tapi saya merasa khawatir. Jadi saya selalu
memberi peringatan. 23
Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Rama salah satu remaja Desa Bonto
Mate’ne Kecamatan Sinoa Kabupaten Bantaeng informan mengatakan bahwa:
Biasanya orang tua memperingatkan, memberikan nasehat agar tidak
melakukan hal yang tidak baik, akan tetapi di lingkungan pertemanan sangat
berpengaruh, awalnya saya hanya ikut- ikutan teman bolos, nongkrong dekat
terminal dengan rombongan yah supaya terlihat keren, ikut tauran ke sekolah
lain karena setia kawan. 24
Sebelum sekolah online dari hasil wawancara remaja mengaku sering ikut-
ikutan bolos dengan temanya, lalu nongkrong di pinggir jalan. Remaja pada dasarnya
belum bisa mengontrol diri dari rasa ingin mencoba sesuatu yang baru, ikut- ikutan
dengan teman untuk mendapat perhatian dan juga agar terlihat keren. Rata- rata anak
23
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
24
Rama (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
25
Rahmat (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
74
Lingkungan sosial sangat berpengaruh terhadap tingkah laku anak remaja, dan
sudah menjadi hal yang lumrah, dapat kita ketahui bahwa anak remaja masih sangat
labil, belum menemukan jati diri, masih suka bertualang melakukan suatu hal yang
baru, ikut- ikutan dengan temannya tanpa menyadari dan memperhatikan dampak
yang akan ditimbulkan dari perilaku menyimpang yang dilakukan.
anak remaja seharusnya sudah mengetahui hukum alam bagaimana cara bersikap
dengan orang-orang yang umurnya lebih tua dengan mereka, dan bagaimana cara
bergaul dengan anak remaja seusia nya. Dari lingkungan masyarakat anak- anak
dapat memperhatikan kegiatan- kegiatan orang lain yang biasa mereka temui, mereka
meniru perilaku orang lain di sekitarnya. Jika anak- anak remaja meniru hal-hal
positif yang dilakukan orang dewasa maka itu akan sangat baik dan menguntungkan.
Tapi jika terjadi sebaliknya anak- anak meniru hal negatif maka akan membawa
Hal ini sesuai dengan pemaparan oleh informan yang bernama ibu Ismarianti
bahwa lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor penyebab perilaku
bermain game sampai larut malam, bagaimana saya ingin melarang anak,
terkadang banyak juga orangtua yang ikutan bermain game, ada sebagian orang
dewasa yang ikut bermain game, faktor teknologi juga menjadi pemicu karena
di keseharian lebih banyak waktu menggunakan gadget. 26
komunikasi atau informasi gadget sebagai alat yang digunakan guru dan siswa untuk
berkomunikasi dalam hal pembelajaran online. Akan tetapi karena terlalu sering
menggunakan gadget, anak- anak remaja menjadi ketergantungan. Game dikalangan
masyarakat menjadi trend sebagai salah satu cara mengusir kejenuhan karena
masyarakat gemar bermain game, baik itu kalangan dewasa, dan orang tua. Maka
anak remaja pun akan semakin menjadi- jadi, karena merasa bermain game bukanlah
masalah besar, tanpa melihat kerugian yang bisa muncul akibat bermain game secara
berlebihan.
karena faktor lingkungan masyarakat, lingkungan keseharian akan saling terkait dan
berkomunikasi, anak remaja secara tidak langsung meniru hal- hal yang dilakukan
orang dewasa. Keterkaitan media elektronik dengan masyarakat juga tidak dapat
26
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
27
Jabal (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
76
dipisahkan, semua akan sangat berkaitan satu sama lain. Maka dari itu masyarakat
sebaiknya lebih berhati- hati dan lebih bijak dalam menggunakan media elektronik
atau gadget.
sadar dengan apa yang telah dilakukannya, sehingga ia kembali ke jalan yang benar.
peringatan atau nasehat, jika dia melihat seseorang melakukan sesuatu yang salah.
Hal ini tidak boleh dibiarkan, karena jika dibiarkan, dikhawatirkan orang tersebut
akan melakukan kesalahan yang sama di lain waktu dan tempat.
Teguran merupakan salah satu pendidikan dan tuntunan yang diajarkan oleh
Nabi kepada umat Islam. Tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki semua
kesalahan sebelumnya, dan mengingatkan bahwa ada kegiatan lain yang lebih
Sebagai orang tua selalu menegur anak, jika melakukan kesalahan atau perilaku
menyimpang. Itu adalah bentuk upaya menanggulangi, sehingga anak saat
ditegur sadar bahwa apa yang dilakukan itu salah, dan tidak mengulangi nya. 28
Pernyataan yang sama juga dikatakan informan lain yang bernama Resky
beliau mengatakan bahwa:
Jika anak melakukan kesalahan hal pertama yang dilakukan orang tua yaitu
menegur, dan memperingatkan bahwa apa yang dilakukannya itu salah, pelan-
pelan dinasehati dengan lembut, orang tua juga harus mencontohkan hal-hal
yang baik kepada anak seperti sopan dalam bicara, membantu tetangga-
tetangga, tidak mengatakan kata- kata kotor, disiplin dan sebagainya 29
Dengan memberikan teguran dan pemahaman kepada anak ketikamelakukan
kesalahan. Anak akan lebih menghargai orang tua, sehingga ketika sudah tau bahwa
apa yang dilakukan itu salah, maka sang anak tidak akan mengulanginya. Apalagi
jika orang tua sendiri yang menerapkan hal positif, seperti melakukan hal- hal yang
baik , maka kepribadian yang terbentuk dalam diri anak semakin kental karena
dibarengi dengan usaha menganjurkan dibarengi dengan contoh tauladan dari orang
tua.
dikatakan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
28
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
29
Resky (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021.
30
Yuliana (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
78
tidak melakukan perilaku menyimpang, lebih baik lagi jika orang tua memberikan
contoh yang baik kepada anak- anaknya. Sehingga remaja mampu berbuat baik
kepada orang lain berdasarkan kebiasaan yang diajarkan dan dianjurkan orang tua,
remaja juga akan semakin sadar dan menjauhi perilaku menyimpang sehingga
melakukan hal- hal positif.
Sebagai orang tua pasti akan sangat menyayangi anaknya, dan menginginkan
yang terbaik untuk anaknya. Begitupun jika sang anak melakukan kesalahan atau
melakukan perbuatan yang menyimpang. Maka orang tua berkewajiban untuk
menyimpang yaitu dengan memberikan sanksi atau hukuman kepada anak sesuai
dengan perbuatan yang dilakukannya.
setelah anak menyadari dan menyesali perbuatannya yang telah dia lakukan.
Hukuman selalu mengandung rasa tidak baik pada anak-anak, oleh karena itu di
akan menumbuhkan kekerasan terhadap anak. Anak akan menjadi frustrasi dan reaksi
akan menyebabkan balas dendam, hukuman harus menjadi alat mendisiplinkan agar
anak-anak lebih terorganisir dan terarah. Sifat hukuman dan saksi diharapkan akan
membuat anak jera dan tidak mengulang perbuatan yang melanggar aturan. Saya
79
akhirnya bisa merasakan efeknya di pagi hari remaja dalam membentuk kepribadian
yang utuh atau kepribadian yang bermoral dan disiplin.
Seperti yang dikatakan salah satu informan yang bernama ibu Resky beliau
mengatakan bahwa:
Ketika anak melakukan perilaku menyimpang, atau sebuah kesalahan. Maka
upaya yang dilakukan sebagai orang tua memberikan nasehat dan teguran.
Akan tetapi jika anak tidak mendengarkan kemudian mengulang kembali
kesalahan yang sama, maka orang tua akan sedikit lebih tegas dengan
memberikan hukuman atau sanksi sesuai dengan perbuatan yang telah
dilakukan. 31
Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh informan lain yang
mengatakan bahwa:
Upaya penanggulangan yang saya lakukan ketika melihat anak saya melakukan
perilaku menyimpang yaitu memberikan pemahaman bahwa apa yang dia
lakukan itu salah, tetapi jika anak masih tidak mau mendengar saya akan
memberikan hukuman dengan memukulnya atau menjewer nya. Agar anak
merasa dan menyadari bahwa apa yang dia lakukan itu sebuah kesalahan yang
tidak boleh dilakukan lagi.. . 32
Pendapat sama dikatakan informan lain yang merupakan salah orang tua
remaja beliau mengatakan bahwa:
Sebagai orang tua bertugas membimbing dan memotivasi anak untuk rajin
belajar dan selalu berperilaku baik, Menasehati supaya tidak melakukan hal- hal
menyimpang lagi, menghukum dengan memarahi atau memberi ancaman
supaya ada efek jera agar tidak melakukan prilaku menyimpang lagi.33
Hukuman memiliki makna dan nilai sebagai akibat dari pelanggaran dan hukuman
juga merupakan titik awal untuk tidak terjadi pelanggaran. Hukuman sebagai alat
31
Juna (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021
32
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
33
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
80
perilakunya.
memiliki nilai pedagogis atau mendidik, dengan hukuman ini diharapkan dapat
memotivasi anak untuk tidak lakukan lagi dan dengan hukuman ini dapat membantu
anak-anak menjadi lebih bertanggung jawab dan menjadi mandiri secara moral
sampai. Akhirnya si anak melakukan perbuatan itu yang bagus. Saat memberikan
hukuman harus disertai dengan penjelasan dan diakhiri pengampunan. Dengan
demikian anak tidak merasa terhina, tetapi mereka akan lebih memahami dan
Masalah pergaulan menjadi tolak ukur tingkah laku dan kepribadian anak
remaja saat ini. Lingkungan pergaulan akan mempengaruhi seperti apa watak anak.
Jika lingkungan pertemanan anak baik maka baik pula proses perkembangan nya ke
depan. Apabila lingkungannya buruk selalu mengajak pada kenakalan, seperti bolos
34
Irwan (41 tahun). Kepala Desa, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 21 Mei 2021
81
sekolah, tidak rajin dalam belajar maka anak yang bergaul dengan lingkungan
pertemanan tersebut akan sama malasnya dengan teman lainnya, karena lingkungan
Maka dari itu sebaiknya para orang tua memberikan pengajaran kepada anak
agar waspada dan berhati- hati dalam memilih lingkungan pertemanan. Anak pun
dengan ajaran dari orang tua akan merasa berhati- hati dan memfilter teman yang
35
Ismarianti (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 23 Mei 2021.
36
Rama (15 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021.
37
Rahmat (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 28 Mei 2021.
82
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan
bahwa salah satu upaya untuk menanggulangi perilaku menyimpang yakni dengan
Cemoohan atau ejekan dari masyarakat akan sangat membuat orang lain takut
menampakkan muka dan berjalan dengan tegap keluar rumah. Kecaman dari
perilaku menyimpang. Kita bisa melihat contoh di lingkungan sekitar kita, ketika
masyarakat mendapati orang lain mencuri, maka mereka akan bereaksi dengan
menghajar sang pelaku hingga babak belur.
Seperti yang dikatakan salah satu orang tua remaja yang mengemukakan
38
Malo (39 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 29 Mei 2021
83
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh informan lain bernama ibu Farida
yang mengemukakan upaya dalam penanggulangan perilaku menyimpang, beliau
mengatakan bahwa:
Upaya penanggulangan perilaku yaitu dengan mengecam memberikan tindakan
yang tegas bagi pelaku, saya rasa masyarakat secara tidak langsung sudah
memberikan tekanan bagi pelaku kejahatan, dengan mencela, memberikan
sorotan yang membuat pelaku merasa takut untuk melakukan perilaku
menyimpang . 39
Pendapat yang sama diperkuat oleh informan, ia mengatakan bahwa:
Menurut saya upaya pertama yang harus dilakukan yaitu dengan tidak
menganggap remeh tindakan-tindakan pelanggaran, masyarakat harus
memberikan tekanan bahwa perilaku buruk yang dilakukan sangat dibenci, saya
rasa kita bisa melihat dengan jelas bahwa sanksi sosial dari masyarakat lebih
menakutkan dari hukuman, apalagi di zaman yang semakin berkembang ini jika
seseorang melakukan kejahatan lalu tersebar ke dunia digital, maka pelaku akan
mendapatkan kecaman dari banyak orang, baik yang berada di lingkungan
terdekat ataupun yang jauh, sehingga memberikan tekanan mental yang
mengakibatkan seseorang akan berfikir dua kali untuk melakukan perilaku
menyimpang. 40
Dapat disimpulkan dari hasil wawancara sanksi sosial dari masyarakat secara
tekanan atau sorotan yang diberikan masyarakat membuat pelaku menjadi takut dan
tertekan. Dia tidak merasakan sakit pada anggota badan nya tetapi akan merasakan
ketakutan, sehingga dia tidak akan merasa ketenangan dalam hidupnya. Masyarakat
juga akan mencap pelaku sebagai orang yang buruk, menjauhi pelaku dan
mengucilkan nya. Secara tidak langsung ini akan berdampak pada mental pelaku,
menyaksikan pelaku dikucilkan dan mendapat hujatan akan berfikir dua kali jika
39
Farida (45 Tahun). Orang tua remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 26 Mei 2021.
40
Kasmawati (16 Tahun), Remaja, Wawancara, Desa Bonto Mate’ne, 25 Mei 2021.
84
ingin melakukan perilaku menyimpang, sehingga dengan hal itu dapat mengurangi
pelaku-pelaku kejahatan yang membahayakan.
maka remaja akan semakin sadar dan tidak lagi melakukan perilaku menyimpang.
Upaya penanggulangan yang dilakukan membuat remaja mengetahui perilaku yang
dilakukan itu adalah sebuah penyimpangan dan perilaku yang negatif, remaja juga
menjadi waspada dan takut untuk melakukan perilaku menyimpang karena sanksi
atau hukuman yang akan diterima. Perilaku menyimpang yang terjadi di Desa Bonto
Mate’ne semakin hari semakin berkurang karena kerjasama, dan adanya upaya
Bantaeng.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil observasi dan wawancara mengenai
Perilaku Menyimpang Remaja dan Upaya Penanggulangannya di Desa Bonto
hukum yang terjadi di Desa Bonto Mate’ne yakni Pencurian, Pengisapan Lem,
Faktor internal berasal dari dalam diri anak tersebut yang masih labil dengan
emosi yang berubah-ubah, kemudian faktor eksternal yakni faktor dari luar seperti
di lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial masyarakat.
84
85
dengan bentuk perilaku menyimpang yang telah dilakukan baik sanksi fisik,
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas dan sebagai keterbatasan
yang dimiliki penulis dalam penelitian ini, maka penulis akan mengemukakan
beberapa implikasi dalam penelitian ini sebagai harapan yang ingin dicapai
sekaligus kelengkapan dalam penyusunan skripsi ini yakni sebagai berikut:
1. Di harapkan kepada orang tua dan segenap masyarakat untuk lebih mengawasi dan
2. Hasil Penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah sebagai bahan masukan, agar
pemerintah membuat program yang dapat mencegah atau menanggulangi dan
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta, 2003.
Ali, Muhammad dan M Asrori. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara, 2012.
Cahyadi, Mubin dan Ani. Psikologi Perkembangan. Cet. I; Ciputat: Quantu Teaching,
2006.
Daradjat, Zakiyah. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung, 1995.
…….. Ilmu Jiwa Agama. Cet. 16; Jakarta: Bintang bulan , 1997.
…….. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang, 2006.
Ghony, M.Djunaidi & Fauzan Almanshur. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016.
Hawi, Akmal. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Palembang: IAIN Raden
Fatah Press, 2008.
Herdiansah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Selemba Humanika, 2010.
Husman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:
Bumi Aksara, 2009.
Ishak, Anugrah. “Perilaku Menyimpang Pada Kalangan Remaja Studi kasus : Pelaku
Balapan Liar Kalangan Remaja Di Daerah Kijang”. Skripsi. Tanjung Pinang:
Fak.Ilmu sosial dan Politik UMR Ali Haji, 2016.
Iskandar. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta: Press, 2009.
Kadir, Abdul, ,dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012.
Kartono, Kartini. Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003.
Kementerian Agama RI. Al-Fattah Al-Qur’an 20 Baris Terjemah.Bandung: Mikraj
Khazanah Ilmu, 2011.
Khasanah, Khuswatun. “Penyimpangan Perilaku Remaja Dan Kontrol Sosial di Desa
Menunggal Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik”. Skripsi (Surabaya:
Fak Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel , 2018.
Mania, Sitti. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Cet. 1; Makassar:
Alauddin University Press, 2013.
Mantiri, Vive Vike. “ Perilaku Menyimpang Remaja di Kelurahan Pondang
,Kecamatan Amurang Timur Kabupaten Minahasa Selatan”. 6, No.1. 2014: h.
1-13.
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya,
2000.
87
88
kemudian tamat pada tahun 2015. Pada tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan
di SMA Negeri 1 Bantaeng yang kemudian lulus pada tahun 2018. Pada tahun 2018
diterima sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar di