Anda di halaman 1dari 84

Etika Anak Terhadap Orang Tua Menurut Imam Al-Ghazali

(Studi Kasus MI DDI Tanete) Kec. Maritengngae Kab.Sidenreng


Rappang

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar


Sarjana Agama Jursan Aqidah Dan Filsafat Islam
Pada Fakultas Ushuluddin Filsafat Dan Politik
UIN Alauddin Makassar

Oleh :

MELLY QADRIANI

NIM: 30100117028

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

ÉOó¡Î0«!$#Ç`»uH÷q§9$#ÉOŠÏm§9$#

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan limpahan

rahmat-Nya kepada kita semua , dan khususnya pada penulissehingga penulis

dapat menyusun skripsi ini.

Shalawat serta salam tak lupa pula kita kirimkan kepada Nabi

Muhammad saw. sebagai suri tauladan yang telah membawa kita dari alam

kegelapan menuju alam yang terang menderang seperti sekarang ini atau dengan

kata lain rahmatan lil a’lamin.

Penulis amat menyadari bahwa dari awal penulisan hingga akhir dari

penulisan skripsi ini telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, bak

berupa bimbingan, motivasi, pikiran, dan do’a. untuk itulah penulis dalam

kesempatan ini akan mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua Ibunda tercinta (Hj. Rusni) yang telah mengasuh,

menyayangi, menasehati dan mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan teruntuk Ayahanda tercinta (Abd. Kadir) terimakasih

karena telah membiayai selama penulis kuliah, selalu mendokan dan selalu

memberikan semangat untuk mengerjakan penelitian dan selalu mendoakan.

Semoga kalian berdua selalu diberikan kesehatan agar dapat melihat anak-

anaknya sukses, insya Allah. Dan kepada :

1. Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph. D, selaku Rektor Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar, Wakil Rektor I Prof. Dr. H. Mardan

M, M, Ag, Wakil Rektor II Dr. Wahyuddin, M. Hum, Wakil Rektor III


Prof. Dr. Darusssalam, M. Ag, Wakil Rektorat IV Dr. H Kamaluddin

Abunawas, M. Ag.

2. Dr. Muhsin Mahfudz, M. Th.I selaku Dekan beserta Wakil Dekan I Dr.

Hj. Rahmi D, M. Ag, Wakil Dekan II Dr. Darmawati H, M, HI, dan

Wakil Dekan III Dr. Abdullah Thalib, M. Ag.

3. Dr. Muhaemin, M. Th. I., M. Ed. Selaku Ketua Jurusan Aqidah dan

Filsafat Islam dan Muh. Abdi Goncing, S. Fil. I, M. Ed. Selaku Sekertaris

Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam pada Fakultas Ushuluddin, Filsafat

dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Prof. Dr. H. Muh. Natsir Siola, MA. Selaku pembimbing I dan Dr. Andi

Nurbaety, MA. Selaku pembimbing II yang telah mengarahkan dan

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

5. Dr. Hj. Rahmi D, M. Ag. Selaku penguji I dan Dr. Muhaemin, M. Th. I.,

M. Ed. Selaku penguji II yang telah memberi kritik dan saran demi

penyempurnaan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para Dosen Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar.

7. Karyawan dan Staf Akademik Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik

Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah memberikan

pelayanan yang baik.

8. Para guru MI DDI Tanete yang telah menjadi informan sehingga penulis

dapat mendapatkan informasi

9. Seluruh masyarakat Desa Tanete terutama para informan yang telah

membantu peneliti dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

10. Teman-teman angkatan 2017 Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam

khusunya keluarga AFI-1, yang selalau bersama-sama dalam menempuh


pendidikan di Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar yang selalu memberikan semangat untu

berjuang bersama.

11. Teman-teman Sidrap bersinergy karena selalu memberikan semangat

dan dorongan kepada penulis sehingga tulisan ini dapat terselesaikan.

12. Untuk saudara seperjuangan mulai jenjang sekolah Madrasah

Tsanawiyah sampai Madrasah Aliyah yang sampai sekarang masih selalu

memberikan dorongan dan dukungan sehingga penulis dapat

menyelesaikan hasil penelitiannya

13. Saudara-saudari KKN-DK angkatan 64 Kelurahan Lautang Benteng yang

memberikan semangat dan berjuang bersama untuk pencapaian gelar

sarjana

Semoga Allah swt. melimpahkan segala rahmat dan berkah-Nya kepada

kita semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang

luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, dengan segala ketulusan

dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang

bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis

berharap sungguh dengan rahmat dan izin-Nya, mudah-mudahan skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Wassalam,

Samata, 26 Oktober 2021


Penulis

Melly Qadriani
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................iv

ABSTRAK.........................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus...............................................6

C. Rumusan Masalah...............................................................................8

D. Kajian Pustaka....................................................................................8

E. Tujuan dan Kegunaan Penellitian......................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................14

A. Biografi Al-Ghazali...........................................................................14

B. Pengertian Etika.................................................................................23

BAB III METODE PENELITIAN.................................................................36

A. Jenis dan Lokasi Penelitian...............................................................36

B. Pendekatan Penelitian.......................................................................36

C. Sumber Data......................................................................................37

D. Metode Pengumpulan Data...............................................................37

E. Indtrumen Penelitian.........................................................................38

F. Teknik Analisis Data.........................................................................38

BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................40

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................40

B. Konsep Etika anak terhadap orang tua menurut al-Ghazali..............47


C. Cara membina Akhlak pada santri MI DDI Tanete berdasarkan

pendapat Imam Al-Ghazali...............................................................53

D. Hasil pembinaan Akhlak santri MI DDI Tanete kepada orang

tuanya.................................................................................................61

BAB V PENUTUP.............................................................................................64

A. Kesimpulan........................................................................................64

B. Saran..................................................................................................65

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................67

LAMPIRAN.......................................................................................................70

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama : Melly Qadriani

Nim : 30100117028

Jurusan : Aqidah dan Filsafat Islam

Judul : Etika Anak terhadap Orang tua Menurut Imam Al-


Ghazali (Studi Kasus MI DDI Tanete) Kecamatan
Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pokok permasalahan tentang


etika anak terhadap orang tua sebagaimana pendapat Imam al-Ghazali pada studi
kasus MI DDI Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang.
pokok permasalahannya adalaha (1) Bagaimana konsep Etika anak terhadap
orang tua menurut al-Ghazali?(2) Bagaimana cara membina Akhlak pada santri
MI DDI Tanete berdasarkan pendapat Imam Al-Ghazali?(3) Bagaimana hasil
pembinaan Akhlak santri MI DDI Tanete kepada orang tuanya?
Untuk memecahkan permasalahan diatas, maka penulis menggunakan
metode penelitian yang bersifat deskritif kualitatif yang dilakukan di lapangan
dengan menggunakan pendekatan fenomenologi dan akhlak. Selanjutnya sumber
data yang digunakan adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung
oleh peneliti di lapangan dari narasumber. kemudian data sekunder, yaitu data
pendukung yang didapatkan peneliti dari beberap referensi yang berkaitan
dengan penelitian seperti buku, jurnal, skripsi, tesis, laporan dan dokumentasi.
Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan, yaitu
handphone yang digunakan sebagai alat untuk merekam dan mengambil foto.
Kemudian teknik analisis data adalah reduksi data (selesksi data), display data
(penyajian data), verifikasi data (penarikan kesimpulan).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka hasil yang diperoleh
di lapangan menunjukkan bahwa (1). Konsep etika anak terhadap orang tua
menurut al-Ghazali adalah mendengarkan ketika orang tua berbicara, mematuhi
perintah orang tua, tidak berjalan dihadapan keduanya, tidak mengeraskan suara
diatas suaranya, memenuhi panggilan keduanya, merendahkan diri pada orang
tua, berusaha mendapatkan ridha orang tua, tidak mengungki-ungkit kebaikan
yang telah diberikan kepada orang tua, tidak bepergian kecuali mendapatkan izin
darinya (2)Cara membina akhlak santri MI DDI Tanete Kecamatan
Maritengngae berdasarkan pendapat Imam al-Ghazali, yang pertama dengan
memberi nasehat, nasehat merupakan metode yang memberi pengaruh terhadap
sikap anak karena semakin sering dinasehati akan membuatnya berperilaku baik
dan lemah lembut. yang kedua, ekstrakulikuler merupakan tempat untuk
dijadikan latihan pembinaan akhlak santri agar dapat menjadi lebih baik, serta
tempat untuk menyalurkan potensi yang dimiliki santri agar terhindar dari hal
negatif. yang ketiga, keluarga merupakan madrasah pertama yang efektif dalam
upaya pembinaan akhlak karena sesungguhnya yang paling dekat dengan anak
adalah orang tuanya jadi orang tua memberikan pengaruh yang besar. yang
keempat pembiasaan dengan cara membiasakan anak bertutur kata dengan baik
dan bertingkah laku yang baik. kelima adalah pemberian hukuman dan hadiah,
dengan adanya hukuman akan memberikan efek jerah kepada santri agar tidak
melakukan kesalahan. Sedangkan hadiah juga penting untuk diberikan saat santri
melakukan kebaikan agar ia kecanduan melakukannya setiap saat(3). Hasil
pembinaan akhlak santri MI DDI Tanete kepada orang tua, yaitu MI DDI Tanete
sebagai perantara yang baik sebagai tempat menimbah ilmu agama. Walaupun
belum memberikan hasi yang maksimal, akan tetapi ada perubahan yang terjadi
selama anak menuntut ilmu di MI DDI Tanete.
Implikasi dari penelitian ini adalah kepada guru agar selalu
mempertahankan cara pembinaan akhlak kepada santri agar dapat memberikan
alumni yang berakhlak yang baik teruama kepada orang tua dan sebagai anak
hendaklah menjadi generasi mudah yang mempunyai kualitas akhlak yang baik.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna

dimuka bumi ini. Manusia adalah makhluk yang paling mulia jika dibandingkan

dengan makhluk lainnya, karena manusia telah dikaruniai oleh Allah swt akal,

kehendak dan perasaan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. 1 Akan tetapi

manusia terkadang lalai dalam menyikapi sesuatu, baik sikap kepada orang tua

maupun kepada sesama manusia. Hal yang sangat dekat dengan diri manusia

adalah tidak bisa di pisahkan dari diri setiap individu.2

Akhlak mempunyai kedudukan penting dalam Islam, karena ruang

lingkup Islam membahas tiga pokok komponen, yaitu akidah, syariat dan akhlak,

jika akhlak seorang manusia baik maka baik pula hal yang ada disekitarnya. 3

Ketahuilah bahwasanya yang diridhai di sisi Allah yaitu orang yang berakhlak

dengan baik dengan ditutupi kejelekannya dan diampuni dosa-dosanya oleh

Allah.4Oleh karenanya sebagai manusia yang beriman harus memiliki akhlak


yang baik sesuai dengan ajaran dan perintah agama islam, akhlak memiliki

peranan yang sangat penting pada diri manusia, sebagai manusia terakhir dengan

fitrah yang suci, lingkungan sekitarlah yang menjadikan manusia menjadi

manusia yang berakhlak baik dan buruk.5

1
Supriadi, Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), h. 1
2
Imam Al-Ghazali, Majmu’ah Rasail Al-ghazali,terj. Kamran A. Irsyadi, Majmu’ah
Rasail (Yogyakarta: Diva Press,2018), h. 60.
3
Nurhayati, “Akhlak dan Hubungannya Dengan Aqidah Dalam Islam”, Mudarrisuna,
Vol. 4, No. 2, Juli-Desember 2014, h. 289.
4
Imam Al-Ghazali, Mukhtasar Ihya’ Ulumuddin. Penerj. Zaid Husein Al-Hamid,
Ringkasan Ihya Ulumuddin (Jakarta: Pustaka Amani,1995), h. 127.
5
Akilah Mahmud, “Ciri dan Keistimewaan Akhlak Dalam Islam”Ciri dan Keistimewaan
Aklak,Vol. 13 No. 1 2019, h. 30.
Maka dari itu sebagai manusia yang beriman dan memiliki akhlak harus

mengajarkan kepada anak ilmu yang berlandaskan al-Quran dan Hadis, agar

anak terbiasa dengan sikapnya yang baik, baik kepada orang lain lebih-lebih

kepada orang tua sendiri. Dalam Islam selain kedudukan akhlak baik yang tinggi

di dalam Islam, orang tua juga mempunyai derajat yang tinggi di dalam Islam.

Sebelum dilahirkan ke dunia, kita sebagai anak berada dalam kandungan ibu

kurang lebih sembilan bulan lamanya. Banyak sekali resiko yang dihadapi

olehnya terutama ketika hendak melahirkan, karena ketika melahirkan beliau

mempertaruhkan nyawanya demi buah hatinya. Ketika anak telah dilahirkan ibu

dan ayah memiliki peran lagi untuk mendidik dan membesarkan anaknya.6

Ayah juga demikian, beliau telah berusaha keras membanting tulang,

mencari nafkah untuk menghidupi istri dan anak. Ayah selalu berusaha untuk

memenuhi kebutuhan dan keperluan keluarganya, seperti makan,pakaian dan

pendidikan untuk anaknya. Dengan tujuan agar bisa menjadi manusia yang

berguna untuk diri sendiri,keluarga dan agama.7

Orang tua telah memberikan kepada kita kasih sayang yang tak ada

batasnya. Oleh karenanya kita sebagai anak harus berbakti dan menghormati

kedua orang tua kita. Adapun akhlak kepada orang tua sebagai berikut:

menyayanginya, menghormatinya, mencintainya, mematuhinya dan

merendahkan diri padanya serta senantiasa sopan kepadanya. Perlu kita ketahui

bahwasanya hidup bersama dengan orang tua mrupakan nikmat yang sangat luar

biasa, yang tidak dapat tergantikan dengan apapun didunia ini. Pandanglah orang

tua dengan penuh kasih sayang, janganlah memandangnya dengan penuh

kemarahan dan janganlah mengeluarkan suara yang keras kepadanya.

Mustofa, Akhlak Tasawuf ( Bandung: Pustaka Setia, 2017), h. 163.


6

Murtini, Akhlak Siswa Terhadap Guru (Semarang: PT. Sindur Press, 2008), h. 55.
7
Berbuat baik kepada orang tua dalam bahasa arab disebut dengan Birrul

walidainyang mempunyai arti berbuat Ihsan (berbuat baik), berbuat baik kepada

orang tua merupakan salah satu sikap mulia yang ada pada ajaran agama Islam.

Sedangkan durhaka kepada orang tua disebut Uquuqul Walidain artinya

menjauhi mereka (durhaka), durhaka kepada orang tua salah satu sikap yang

amat dibenci oleh Allah swt.8 Barang siapa yang durhaka kepada orang tuanya

maka orang tersebut jauh dari Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS Al

Isra /17: 23-24 yang berbunyi:

     


     
      
       
      
     

Terjemahnya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-dua
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhanku, kasihanilah
mereka keduanya keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik
aku di waktu kecil.”9

Umar Hasyim, Anak Shaleh (Surabaya: Bina Ilmu, 2000),h. 15.


8

Departemen Agama RI, Al-Quran Al-Karim dan Terjemahannya (Bogor: Halim, 2007),
9

h. 227
Ayat di atas mengandung perintah dan kewajiban untuk mengesakan

Allah swt, serta berbuat baik terhadap orang tua baik dari segi perkataan,

perbuatan dan tidak boleh sesekali membentaknya walaupun mereka melakukan

kesalahan. Selaku anak janganlah pernah mengeluarkan perkataan ‘ah’ kepada

orang tua, sebagai anak hendaklah selalu mengeluarkan perkataan yang baik

kepada orang tua dan selalulah mendokan orang tua. Hal ini menunjukkan suatu

akhlak atau etika kepada Allah swt dan orang tua. Tentunya sangat disadari

semua itu ajakan bagi kaum muslimin dalam beribadah, mengikhlaskan diri,

tidak mempersekutukan-Nya dan memperlakukan sebaik mungkin sesuai dengan

ajaran al-Qur’an.10

Dari ayat di tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebagai anak harus

berbuat baik kepada kedua orang tua baik secara perkataan, perbuatan dan hal

lainnya yang bisa membuat mereka benci kepada kita. Di dalam islam tidak ada

perbedaan dalam menghormati orang tua yang muslim dan non muslim serta

islam telah memerintahkan kepada setiap pemeluknya untuk senantiasa berbuat

baik kepadanya, walaupun orang tua tersebut berlainan keyakinan. Akhlak

terhadap orang tua sangat harus di jaga dan harus selalu diutamakan karena jasa-

jasa keduanya tidak mungkin bisa dibalas dengan apa yang telah orang tua

berikan. Berbakti kepada kedua orang tua, sangat besar pengaruhnya kepada

kehidupan manusiabaik di dunia maupun di akhirat kelak. Berbakti kepada orang

tua merupakan salah satu hak dan kewajiban setiap manusia.11

Tulisan ini mencoba memaparkan pemikiran al-Ghazali dengan menyorot

langsung pada akhlak anak terhadap kedua orang tua, karena dalam sebuah

karyanya beliau menjelaskan secara rinci bagaimana cara anak menghormati dan
10
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati,2002),h. 443-444
11
Muhammad Abdurrahman, Akhlak: Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia (Jakarta:
Rajawali Pers, 2016.
memperlakukan kedua orang tua dengan baik. Penulis sengaja mengambil profil

al-Ghazali karena al-Ghazali adalah seorang diantara para pemikir dan

pembaharu besar dalam Islam. Kebesaran al-Ghazali dapat dilihat dari beberapa

segi dan keahlian yang dimilikinya, Ia mempunyai tujuan untuk menghidupkan

semangat baru bagi agama Islam al-Ghazali memang begitu besar perhatiannya

sekaligus usahanya yang tidak pernah berhenti untuk mengarahkan kehidupan

manusia menjadi berakhlak dan bermoral, hampir seluruh hidupnya ia curahkan

untuk berkampanye yang bertema “Gerakan akhlak bermoral”. Oleh karena itu

pandangan dan pemikirannya tentang akhlak sangat luas dan mendalam.

Al-Ghazali memang benar-benar memperhatikan kehidupan muslim, agar

senantiasa menjadi muslim sejati, berakhlak, dan bermoral. Kepribadian muslim

merupakan pribadi yang jiwanya dilandasi keimanan, dihiasi akhlak mulia yang

mampu merealisasikan keimanannya tersebut dalam bentuk amal yang shaleh

untuk kemaslahatan bersama.12 Adapun adab anak terhadap orang tua menurut

al-Ghazali adalah sebagai berikut:

1. Mendengarkan perkataan orang tua

2. Berdiri ketika mereka berdiri, hal itu adalah salah bentuk

penghormatan kepadanya

3. Melaksanakan perintahnya

4. Tidak berjalan di depan mereka

5. Berusaha menyenangkan hati mereka

6. Tidak mengerasakan suara melebihi suara mereka.13

12
Dina Fitria, “Akhlak Anak Terhadap Orang Tua Menurut Al-Ghazali Dalam Kitab
Bidayah Al-Hidayah dan Implikasinya dalam Pembentukan Kepribadian Muslim, Skripsi
(Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Walisongo, 2008), h. 3.
13
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah, terj. Kamran A Irsyadi, Menggapai Hidayah
(Bandung: Penerbit Marja, 2019), h. 102.
Itulah beberapa etika atau akhlak yang harus dimiliki oleh seorang anak

agar orang tua juga merasa dirinya dihormati ketika anaknya patuh kepadangan

dan mendengarkan perkataannya pasti beliau merasa sangat bahagia, sebagai

anak juga telah melakukan tanggungjawabnya. Berdasarkan latar belakang yang

ada di atas, penulis akan membahasnya di bab pembahasan setelah melakukan

penelitian dengan judul “Etika Anak Terhadap Orang Tua Menurut Imam Al-

Ghazali (Studi Kasus MI DDI Tanete) Kecamatan Maritengngae Kabupaten

Sidenreng Rappang.” Olehnya itu penulis akan melakukan penelitian di MI DDI

Tanete untuk memastikan bagaimana cara pembinaan akhlak dan mengetahuai

apakah anak-anak disana masih menjunjung tinggi etika atau akhlak kepada

orang tuanya.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diamana peneliti akan memfokuskan penelitiannya

dengan membahas etika anak kepada orang tuanya, penelitiannya akan di

lakukan di MI DDI Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng

Rappang.

2. Deskripsi Fokus

Agar tidak terjadi kekeliruan penyampaian pembahasan maka penulis

akan mendeskripsikan kalimat yang ada pada judul.

a. Etika Anak terhadap Orang Tua

Etika kepada orang tua merupakan jiwa manusia yang menimbulkan

perbuatan baik karna kebiasaan tanpa pemikiran dan pertimbangan

sehingga menjadi pribadi yang kuat pada jiwa seseorang untuk selalu

berbuat baik kepada orang tua yang telah mengasuh dan mengandung
sampai dewasa.14 Olehnya itu sebagai anak yang baik harus senantiasa

selalu berbakti dan taat kepada kedua orang tua. Kata berbakti kpada

orang tua selalu bersanding dengan taat kepada Allah di dalam al-Qur’an.

b. Al-Ghazali

Al-Ghazali nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin

Muhammad al-Ghazali, di lahirkan di Thus. Beliau merupakan seorang

pemikir besar dalam Islam yang di anugrahi gelar Hujjatul Islam (bukti

kebenaran Agama Islam) karena beliau mempunyai daya ingat yang kuat

dan bijak dalam menanggapi sesuatu dan beliau juga merupakanZain ad-

din (perhiasan Agama). Al-Ghazali adalah seorang ulama besar yang

lahir pada tahun 450 H.15Ia juga sangat mencintai pengetahuan sehingga

beliau banyak menguasai bidang ilmu pengetauan. Al-Ghazali juga

banyak berkorban untuk Agama Islam.16

c. MI DDI Tanete

Madrasah merupakan tempat belajar dan menerima pendidikan atau

pelajaran untuk anak-anak. Madrasah berada di bawah naungan

Departemen Agama. Sedangkan DDI adalah terdiri dari tiga kata yaitu

Darud artinya rumah atau tempat, Da’wah artinya ajakan memasuki

rumah tersebut dan Irsyad artinya petunjuk yang akan didapat melalui

proses berdakwah disuatu tempat atau daerah tertentu jadi DDI yaitu

suatu tempat untuk menimbah ilmu pengetahuan agama .17 MI DDI

14
Abu Luthfiyah, Wahai Anakku Berbaktilah Kepada Kedua Orang Tuamu (Bogor:
Pustaka Ibnu Kastir,2000), h. 1.
15
Novel bin Muhammad Alaydrus, Imam Al-Ghazali Bercerita Kisah-Kisah dalam Ihya’
Ulumuddin (Surakarta: Taman Ilmu, 2005), h. 13.
16
Ahmad Zaini, “Pemikir Tasawuf Imam Al-Ghazali”,Jurnal Akhlak dan Tasawuf, Vol. 2
No. 1, 2016, h. 150.
17
Kaswad Sartono, Pondok Pesantren DDI As-Salman Allakuang Menuju Terwujudnya
Pendidikan Yang Termutu (Makassar: Grand Design, 2010), h. 1-2.
Tanete merupakan salah satu madrasah atau sekolah keagamaan yang

berada di Desa Tanete.


C. Rumusan Masalah

Penulis telah menguraikan uraian di atas sebagai latar belakang,

selanjutnya penulis akan menguraikan rumusan masalah yang akan di bahas di

bab berikutnya sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep Etika anak terhadap orang tua menurut al-Ghazali?

2. Bagaimana cara membina Akhlak pada santri MI DDI Tanete

berdasarkan pendapat Imam Al-Ghazali?

3. Bagaimana hasil pembinaan Akhlak santri MI DDI Tanete kepada orang

tuanya?

D. Kajian Pustaka
Berikut ini akan dibahas mengenai penelitian yang mempunyai ke

samaan dengan apa yang penulis teliti dan penulis akan memaparkan apa

perbedaan tulisan itu dengan tulisan penulis, berikut penelitian sebelumnya:

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Muslihudin 2014 dengan judul

“Etika Sosial Menurut Imam al-Ghazali (Studi terhadap kitab Bid ya al-Hid yah)

Tulisan ini membahas tentang bagaimana etika kepada sesama manusia di

terapkan seperti yang telah di jelaskan oleh Imam al-Ghazali yaitu bagaimana

etika manusia kepada sesama manusia, karna dalam sebuah karyanya beliau

menjelaskan secara terperinci bagaimana cara seseorang menghormati atau

memperlakukan orang dengan baik di sekitarnya. Perbedaan penelitian ini

dengan penelitian penulis dengan judul “ Etika Anak Terhadap Orang tua Pada

MI DDI Tanete” yaitu penelitian saya berfokus kepada anak-anak, sedangkan

penelitan di atas berfokus kepada sosial atau masyarakat.18


18
Muslihuddin, “Etika Sosial Menurut Imam Al-Ghazali: Studi Terhadap Kitab Bidayah
Al-Hidayah, Skripsi (Fakultas Ushuluddin dan Pemikira Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2014), h. 8.
Perbedaannya yaitu dia umum sedangkan saya lebih khusus. Kemudian

ditinjau dari studi kasusnya, yritu studi kasus saya berfokus kepada Santri MI

DDI Tanete, sedangkan studi kasus yang di gunakan penelitian ini berfokus

kepada Kitab Bidaya al-Hidayah. Mungkin itu saja letak perbedaanya.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Evi Khusnul Khuluq dengan judul

“Etika Peserta Didik dalam Perspektif Imam Al-Ghazali (Telaah Kitab Ihya

Ulumuddin)”, Dari hasil penelitian yang telah di lakukan oleh peneliti skripsi ini

yaitu menjelaskan bahwa seorang peserta didik harus membersihkan hati atau

jiwanya dulu dari hal buruk dan tidak terlalu melibatkan hal duniawi. Beliau

harus bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu agar mendapatkan hasil yang

baik pula. Peserta didik juga tidak boleh menyombongkan diri atas ilmu yang

telah di dapatkannya dan tidak boleh menentang guru atau siapapun orang yang

telah mengajar kita karna beliaulah yang membuat kita pintar atas ilmu yang

telah di berikan kepada kita.19

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian saya yaitu, penelitian ini lebih

berfokus kepada perilaku pesrta didik kepada gurunya, disini mnjelaskan bahwa

peserta didik harus mempunyai etika yang baik kepada guru. Sedangkan di

penelitian saya yaitu fokus kepada sikap santri kepada orang tuanya, mengapa

penulis mengambil judul tersebut karna penulis melihat anak jaman sekarang

banyak mendapat pelajaran dari handphone.

Ketiga, Paryono dengan judul penelitian “Konsep Pendidikan Akhlak

Imam Al-Ghazali”. Di dalam skripsi ini penulis membahas tentang al-Ghazali,

al-Ghazali menekankan pada pengajar tentang keteladanan dan selain itu beliau

juga menggunakan pendekatan behavioristik sebagai salah satu pendekatan


19
Evi Khusnul Khaliq, “Etika Peserta didik dalam Perspektif Imam Al-Ghazali: Telaah
Kitab Ihya Ulumuddin, Skripsi, (Salatiga: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga,
2017), h. 4.
dalam pendidikan yang di jalankan. Selanjutnya al-Ghazali dalam konsep

pendidikan akhlak beliau melakukan pengolaborasian antara behavioristik

dengan humanistik.

Yang membedakan tulisan peneliti dengan skripsi ini yaitu, skripsi ini

lebih berfokus kepada konsep akhlak dan cara mengajarkan akhlak yang baik

kepada peserta didik. Sedangkan yang punya penelti secara umum dan

membahas tentang etika al-Ghazali dan penerapannya di lingkup keluarga lebih

khususnya orang tua. Sedangkan yang menjadi persamaannya yaitu sama-sama

menggunakan konsep al-Ghazali.

Keempat, Penulis mendapatkan artikel dengan judul “Etika Islam

Menurut Imam Al-Ghazali” 2016. Yang membahas tentang etikah al-Ghazali

yang sangat hebat, banyak orang yang berpendidikan tapi pada kenyataannya

tidaklayak dalam membuat keputusan yang baik di dalam kehidupannya dan

mereka tidak merasa lebih baik secara moral dalam menjalani kehidupan.

Mereka mempunyai pengetahuan tetapi kurang kebijaksaan. Olehnya itu etika

sangat diperlukan di kehidupan sehari-hari. Al-Ghazali merupakan salah seorang

yang memberikan sumbangsi yang sangat besar kepada masyarakat terkhususnya

pada masyarakat Islam dan pemikirannya yang sangat banyak di berbagai hal.20

Dalam membahas etika beliau juga menyumbang pemikirannya yang luar

biasa, salah satunya di dalam karyanya Ihya Ulum Al-Din yang sangat terkenal.

Pada artikel ini banyak yang membahas tentang pencapaian-pencapaian al-

Ghazali di bidang etika dan termasuk juga memberikan pembelajaran tentang

etika hidup yang sering di jumpai dikehidupan sehari-hari.bedanya dengan

penelitian saya adalah penelitian saya hanya berokus kepada etika anak kepada

orang tua, tidak sampai membahas tentang tata cara hidup beretika dengan baik.

20
https://youchenkymayeli.blogspot.com/2016/02/etika-islam-menurut-imam-al-
gazali.html?m=1 . diambil pada tanggal 09Juli 2021.
Kelima, Dina Fitria dengan judul “Akhlak Anak Terhadap Orang tua

Menurut Al- Ghazali dan Impikasinya Dalam Pembentukan Muslim”. Pada

penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana cara anak agar selalu hormat dan

patuh kepada orang tua dan begitu pula sebaliknya bagaimana orang tua

mendidik anaknya mulai dari hal kecil agar hal tersebut dapat menjadi pondasi

bagi dirinya agar terbiasa selalu melakukan kebaikan dilingkungan sekitarnya.21

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian peneliti, yaitu penelitian ini

membahas pendapat al-Ghazali dalam bukunya Bidayat Al-Hidayat tentang

bagaimana anak menghormati orang tua. Sedangkan penelitian yang sekarang

membahas semua pendapat al-Ghazali dari semua buku yang ada membahas

tentang materinya. Kesimpulannya baha penelitian pembahasannya sempit

sedangkan yang sekarang berbentuk umum atau pembahasannya lebih luas.

E. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan penelitian dan kegunaan penelitian ini dapat memberkan

pengetahuan mengenai Etika Anak dimasa sekarang, khususnya pada Santri MI

DDI Tante

1. Tujuan

Dari hasil penulisan rumusan masalah yang telah di kemukakan oleh

penulis sehingga penulis akan memaparkan tentang tujuan yang akan di

capai ketika tulisan ini di baca oleh pembaca, yaitu:

a. Untuk mengetahui konsep Etika anak terhadap orang tua menurut al-

Ghazali

b. Untuk mengetahui cara pembinaan Akhlak pada santri MI DDI Tanete

berdasarkan pendapat Imam Al-Ghazali

Dina Fitria, “Akhlak Anak Terhadap Kedua Orang Tua Menurut Al-Ghazali Dalam
21

Kitab Bidyat Al-Hidaya”,Skripsi, (Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2008), h. 3.


c. Untuk mengetahui bagaimana hasil pembinaan Akhlak santri MI DDI

Tanete berdasarkan pendapat Imam Al-Ghazali kepada orang tuanya


2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian yaitu sebagai bahan untuk pembaca agar dapat

menambah wawasannya mengenai etika anak terhadap orang tua menurut

imam al-Ghazali dan agar pembaca mengetahui dan memahami etika

anak kepada orang tua agar dapat menambah kesadaran pembaca akan

sikap kepada orang tua agar selalu dalam lindungan Allah swt.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Riwayat Hidup Al-Ghazali

1. Biografi Al-Ghazali

Nama lengkapnya adalah al-Ghazali yaitu Abu Hamid Muhammad bin

Muhammad bin Muhammad al-Ghazali. Beliau dilahirkan di kota kecil Thus

yang masih termasuk kota Khurasa Iran pada tahun 450 H yag bertepatan dengan

tahun 1058 M. Sedangkan al-Ghazali diambil dari nama Ghuzala yang

merupakan nama sebuah kampung di Thus. Al-Ghazali meninggal pada tahun

505 H/111 M di Thus dan dikebumikan di tempat itu pula. Pekerjaan ayah al-

Ghazali yaitu sebagai pemintal wol yang kemudian dijual di tokonya di Thus.22

Ayah al-Ghazali merupakan seorang sufi yang sangat saleh. Ayah al-

Ghazali berharap kelak anaknya ketika besar menjadi sufi dan ahli hukum serta

dapat memberikan nasehat kepada umatnya. Ketika ayahnya meninggal al-

Ghazali dan saudaranya di titipkan kepada teman ayahnya yang merupakan

seorang sufi yang hidupnya sederhana, kemudian doa ayah al-Ghazali

dikabulkan oleh Allah swt, sekarang al-Ghazali dan saudaranya menjadi sosok

yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, Ahmad menjadi ulama besar, al-

Ghazali sangat gemar menuntut ilmu kemudian mengajarkannya kepada orang

lain.23

Al-Ghazali menghabiskan waktunya dengan memasuki sekolah agama di

daerahnya, al-Ghazali belajar fiqh kepada Ahmad bin Muhammad al-Thusi.

Kemudian untuk menambah pengetahuannya al-Ghazali pindah ke Jurjan untuk

belajar kepada al-Imam al-Allamah Abu Nashr al-Isma’ili. Di Jurjan al-Ghazali

Syarif, M, “Mengenal Biografi Intelektual Imam Al-Ghazali”. Jurnal Syahadah. Vol. V,


22

No. 2, Oktober 2017, h. 4.


Novel bin Muhammad Alaydrus, Imam Al-Ghazali Bercerita Kisah-Kisah dalam Ihya’
23

Ulumuddin. h, 3.
mulai menulis ilmu-ilmu yang diajarkan oleh gurunya, kemudian dari Jurjan al-

Ghazali kembali ke Thus, di Thus al-Ghazali benar-benar serius belajar selama

tiga tahun sehingga beliau menghafal semua yang dipelajari dan memahami apa

yang dibaca.24

Al-Ghazali diberi julukan Hujjatul Islam karena beliau mempunyai

kelebihan bijak, pandangannya benar, memiliki fitrah yang menakjubkan,

ingatannya sangat kuat, mempunyai daya tangkap yang sangat tajam,

pandangannya mendalam dan berkebolehan menyalami makna-makna yang

terperinci sehingga gurunya al-Juaini mengatakan bahwa: “al-Ghazali adalah

lautan yang dalam”. Al-Hafiz Abdul Ghafir bin Isma’il memberi peringkat

kepada al-Ghazali, beliau mengatakan bahwa al-Ghazali merupakan seorang

yang sangat bersungguh-sungguh dan berijtihat shingga dirinya dapat

menyelesaikan pendidikannya dengan cepat dan mengalahkan yang lainnya. 25

Inilah salah satu kelebihan al-Ghazali, beliau tidak pernah merasa bosan

menuntut ilmu dan senantiasa mempunyai kemauan untuk mengetahui dan

mendalami ilmu secara dalam.

Al-Ghazali termasuk salah satu dari tokoh-tokoh pemikir Islam yang

mempunyai berbagai pengetahuan dan kebudayaan yang luas. Beliau tidak

menjurus kepada satu atau dua bidang ilmu dan pemikiran yang sebagaimana

kebanyakan tokoh-tokoh Islam terkemuka yang lain. Jika disebut Ibnu Sina atau

Al-Farabi, maka akan terlintas dipikiran dua ahli falsafah agung dari ahli

falsafah Islam dan jika disebut Imam Al-Bukhari, Muslim dan Ahmad, terlintas

24
Muhammad Hudaeri, “Al-Ghazali”, Makalah. (Serang: akultas Ushuluddin dan Adab
Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, 2020), h. 3.
25
Imam Al-Ghazali, Ftihatul Ulum, terj. Muhammad Adib, Epistemologi Pesantren
(Jakarta: Media Nusantara, 2006),h. 7.
dipikiran tokoh-tokoh yang mempunyai kemampuan menghafal, teliti, amanah

dan berpengetahuan.26

Tetapi berbeda dengan al-Ghazali, jika disebut namanya maka

bercabanglah ilmu yang dimilikinya dari berbagai aspek. Bisa dikatakan bahwa

beliau adalah seorang laki-laki yang mengetahui segala sesuatu dan dahaga

kepada cabang-cabang pengetahuan. Al-Ghazali merupkan seorang tokoh Islam

yang memahami banyak ilmu pengetahuan secara terperinci. Beliau terkenal

sebagai hujjatul Islam dan pembaharu yaitu beliau akan membuat pembaruan

atau pemahaman yang lebih jelas mengenai sesuatu ilmu yang diterapkannya.27

Beliau berbeda dengan ulama-ulama lainnya yang mana usaha mereka

menghafal apa yang mereka terima, menulangi dan menukilnya. Bahkan beliau

seorang alim yang aktif, maklumat yan diterimanya diteliti dan diuji seauh mana

kebenaran dan kebatilannya. Oleh karena itu, ada kalanya beliau menolak,

mengubah atau menjelaskan dan menguraikan lalu membuat pembaharuan.28

2. Ilmu yang didalami Al-Ghazali

a. Al-Ghazali dan Ilmu Kalam

Al-Ghazali memberi sumbangan yang cukup besar dalam

perkembangan Ilmu Kalam. Beliau telah mengarang banyak buku atau tulisan

yang berkaitan dengan Ilmu kalam. Al-Ghazali lebih tertarik membahas

tentang Ilmu Kalam menurut metodologi para sahabat dan juga yang

berhubungan dengan Rasulullah. Beliau menguatkan hujah-hujahnya dengan

berlandaskan al-Qur’an dan as-sunnah dan pembahasan para sahabat.

Awaliyah Musgami, Tarekat dan Mistisme dalam Islam (Makassar: Alauddin University
26

Press,2013), h. 81.
Ahmad Bangun Nasution dan Ruyani Hanum Siregar, Ahlak Tasawuf:Pengenalan,
27

Pemahaman dan Pengaplikasiannya (jakarta: PT Rajagrafindo,2013), h. 157.


Ahmad Bangun Nasution dan Ruyani Hanum Siregar, Ahlak Tasawuf:Pengenalan,
28

Pemahaman dan Pengaplikasiannya, h. 158.


Dalam sejarah pernah dibahas bahwa al-Ghazali tidak menyukai

kelompok perdebatan yang terkait dengan Ilmu Kalam. Jika dijemput ke

majelis seperti itu, beliau hanya berdebat dengan menggunakan metodologi

para sahabat dan Rasulullah. Beliau berpendapat bahwa perdebatan yang

diasaskan kepada hujjah akal tanpa berlandaskan dengan al-Qur’an dan

Sunnah maka hanya akan menambah lagi kerisauan dan kekeliruan dalam

masyarakat Islam pada saat itu.29

Oleh karena itu, al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ Ulumuddin ketika

membicarakan tentang teori dan konsep ilmu tidak meletakkan pada Ilmu

Kalam sebagai satu ilmu yang bermanaat kepada masyarakat. Bahkan beliau

menganggap siapa yang keterlaluan dalam membincangkan tentang isu-isu

yang berkaitan dengan sifat dan perbuatan Allah ialah termasuk di dalamnya

termasuk orang yang masuk pada golongan bid’ah di dalam Islam. Beliau

menyatakan bahwa ilmu kalam tidak bermanfaat kepada manusia karena dua

sebab yaitu, yang pertama, ilmu ini menyimpang jauh dari matlamatnyayang

utama, yaitu mengenai Allah. Kedua, perbincangan antara ahli ilmu kalam

terlalu jauh sehingga menyimpang dari pada apa yang dibincangkan oleh para

ulama salaf.

b. Al-Ghazali dan Falsafah

Pembahasan yang berkaitan dengan isu-isu ilmu kalam telah membuka

ruang kepada golongan munafik dan musuh-musuh Islam menimbulkan

keraguan kepada akidah dan pegangan umat Islam. Menyadari hakikat

tersebut dan di dorong atas rasa tanggungjawab setelah melihat tidak ada

seorangpun ulama pada ketika itu bangun menentang musuh-musuh Islam

yang menggunakan ilmu falsafah sebagai senjata utama untuk melemahkan

29
Iskandar Zulkarnain, “Ilmu Kalam Al-Ghazali Kitab Al-Iqtisad Fi Al-I’tiqad”, Skripsi.
(Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, 2017), h. 34.
akidah umat Islam, al-Ghazali bangun menentang penghujatan terhadap

golongan tersebut. Al-Ghazali memberikan sumbangan yang besar pada

bidang ini khususnya yang berkaitan dengan falsafah Islam.Setelah

menganalisis ilmu falsafah yang dipelajarinya, al-Ghazali membagikan

golongan yang membahas falsafah kepada tiga golongan, yaitu atheis, teologi

dan natural.30

Selain itu, al-Ghazali merupakan orang pertama yang

mengklasifikasikan semua ilmu falsafah menjadi enam bagian yaitu

matematika, fisika, mantiq, siasah,ketuhanan dan akhlak. Matematika

menurut al-Ghazali adalah berkaitan dengan ilmu hisab. Ilmu tersebut tidak

berkaitan dengan pembahasan dari sudut pandang agama. Fisika berkaitan

dengan kajian alam, bintang-bintang, air, langit, udara dan seluruh alam. Ilmu

mantiq adalah ilmu yang berkaitan dengan logika atau akal dan bagaimana

akal menyusun perkataan yang akan dikemukakan. Siasah menurut al-Ghazali

adalah perkara yang berkaitan dengan unsur-unsur keduniaan yang membantu

manusia menjalani kehidupan seharian dengan lebih baik. Selain itu, ilmu

ketuhanan dalam falsafah membahas tentan aspek ketuhanan dari perspektif

akal.31

Ilmu ketuhanan ini berlandaskan oleh perbincangan mantiq dan logika.

Kemudian ilmu yang terakhir dalam ilmu alsafah al-Ghazali adalah akhlak

yang berhubungan dengan bagaimana seseorang menjalani kehidupan sehari-

hari dengan sikap dan kepribadian yang mulia.

30
Ahmad Atabik, “Telah Pemikiran Al-Ghazali Tentang Filsafat”. Jurnal Fikrah, Vol. 2,
No. 1, Juni 2014, h. 28.
31
Dedi Supriyadi, Pengantar Filsafat Islam: Konsep, Filsafat dan Ajarannya, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 174.
c. Al-Ghazali dan Tasawuf

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa al-Ghazali telah menjadi

ahli falsafah kemudian beliau telah membongkar keburukan ilmu falsafah dan

menerka ilmu baru yang berkaitan dengan falsafah. Beliau menyerang ilmu

falsafah ketuhanan Yunani. Begitu juga halnya dengan ilmu tasawuf, apabila

beliau melibatkan diri menjadi seorang ahli sufi. Beliau akan membersihkan

tasawuf dari perkara-perkara kurafat daripada perkara yang keluar dari

pengamalan agama Islam yang sebenarnya.32

Pada bidang tasawuf al-Ghazali mempunyai guru, diantara guru-

gurunya ada yang termasyhur ialah Al-Junaid dan Al-Harith Al-Muhasibin.

Diantara banyaknya tulisan al-Ghazali ada kitab yang paling populer yaitu

kitab Ihya’Ulumuddin kitab ini telah menjadi rujukan penting untuk untuk

ilmu fiqh dan tasawuf mulai dari awal penulisannya hingga hari ini. Kitab ini

telah di terjemahkan kedalam beberapa bahasa seperti Melayu, Urdu, Inggris

dan Bahasa Prancis. Ada beberapa pendorong sehingga al-Ghazali menulis

kitab ini yaitu karena kesadarannya yang sangat tinggi terhadap masyarakat

dalam menanggapi persoalan fiqh dan tasawuf.

Metodologi al-Ghazali pada saat menulis kitab ini dengan merujuk ke

sumber primer, yaitu al-Qur’an dan Sunnah. Kemudian diikuti dengan para

sahabat dan tabi’in. Kemudian setelah al-Ghazali merujuk ke data primer

barulah al-Ghazali merujuk ke data sekunder yaitu dengan mengutarakan

semua pendapatnya ke dalam tulisannya. Kehadiran kitab Ihya’Ulumuddin

memberi implikasi besar dalam pengajian tasawuf. Sumbangan tersebut

sangat besar pengaruhnya terhadap bidang tasawuf karena al-Ghazali telah

memurnikan ilmu tasawuf dari kesesatan dan bid’ah.33

d. Al-Ghazali dan Ilmu Fiqh


32
Awaliyah Musgami, Tarekat dan Mistisme dalam Islam, h. 82.
Kitab Ihya’Ulumuddin bukan sekedar membawa pembaruan dalam

bidang tasawuf bahkan membawa pembaruan dalam bidang penulisan ilmu

fiqh. Jika diteliti, kita akan dapati al-Ghazali menerima metodologi penulisan

baru fiqh yang berasaskan kepada gabungan antar ilmu fiqh dan tasawuf.

Didalamnya kita dapat mendapatkan bacaan tentang tasawuf dan fiqh dalam

waktu yang sama. Contohnya ketika menjelaskan tentang shalat, al-Ghazali

tidak sekedar menulis teori dan cara pengamalan melakukan shalat dan

rukun-rukunnya bahkan beliau juga menegaskan soal kehadiran hati,

kemudian mengahadirkan kekhusyukan dan khuduk dalam melakukan

shalat.34

3. Karya-karya Imam Al-Ghazali

Imam al-Ghazali merupakan penulis yang sangat handal dan tidak

diragukan lagi tulisannya karena ilmunya yang banyak beliau utarakan kedalam

tulisannya. Karya imam al-Ghazali diperkirakan mencapai 300 kitab, diataranya

yaitu:

a. Muqhasid al-Falasifah (tujuan para filsuf), ini merupkan karangan

pertama al-Ghazali yang berisi tentang masalah-masalah filsafat

b. Tahaful al-Falasifah (kekacauan pikiran para filsuf) buku ini beliau buat

pada saat berada di Baghdad pada saat jiwanya dilanda keragu-raguan. Di

dala buku tersebut al-Ghazali mengancam filsafat dan filsof dengan tegas.

c. Miyar al-Ilmi/Miyar Almi (kriteria ilmu-ilmu) disini al-Ghazali

menjelaskan kriteria ilmu-ilmu yang ada

d. Ihya’Ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu agama) kitab ini

merupkasan salah satukaryanga yang paling besar selama beberapa tahun,

Ahmad Zaini, “Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali”, Jurnal Akhlak Tasawuf. Vol. 02,
33

No. 01 2016, h. 154.


Deswita, “ Konsep Al-Ghazali tentang Fiqh dan Tasawuf”. Jurnal, Vol. 13, No. 1, Juni
34

2014, h. 85.
dalam keadaan harus berpindah-pindah tempat antara Damaskus,

Yarussalem, Hijaz dan Thus yang berisi panduan fiqih, tasawuf dan

filsafat.35

e. Al-Munqiz Min al-Dhalal (penyelamat dari ksesatan) di dalam kitab ini

berisi tentang sejarah perkembangan alam pikiran al-Ghazali sendiri dan

merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan untu

mencapai Tuhan.

f. Al-Ma’arif al-Aqliyah (pengetahuan yang rasional)

g. Miskayat al-Anwar (lampu yang bersinar) kitab ini membahas mengenai

akhlak dan tasawuf

h. Minhaj al-Abidin (jalan mengabdikan dirikepada Tuhan)

i. Al-iqtishad fi al i’tiqob (modernisasi dalam akidah)

j. Ayyuha al walad

k. Al-Musytasyfa

l. Ilham al-awwam an-‘ilmal kalam

m. Mizan al-amal

n. Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak bagi orang-orang yang

baik dan keselamatan dari kejahatan

o. Assrar ilmu Addin(rahasia ilmu agama)

p. Al-washit (pertengahan)

q. Al-wajiz (yang ringkas)

r. Az-zariyah ilaa’ makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang paling

mulia)

s. Al-hibr al-masbuq fi nashihoh al-mutuk (barang logam mulia uraian

tentang nasehat kepada para raja)

35
Ahmad Zaini, “Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali”, Jurnal Akhlak Tasawuf. Vol. 02,
No. 01 2016, h. 153.
t. Al-mankhul minta’liqoh al-ushul (pilihan yang tersaing dari noda-noda

ushul fiqh.

u. Syifa al qolil fibayan alsyaban wa al mukhil wa masalik at ta’wil (obat

orang yang sedang dengki penjelasan tentang hal-hal yang samar serta cara

penglihatan)

v. Tarbiyatul aulad fi Islam (pendidikan anak di dalam Islam)

w. Tahzib al-ushul(kolaborasi terhadap ilmu ushul fiqh)

x. Al-ikhtishos fi al’itishod (kesederhaan dalam beri’tiqod)

y. Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam menafsirkan Al-Qur’an).36

4. Sifat pribadi Al-Ghazali

Sosok Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan diberi gelar

Hujjatul Islam karena kemampuannya yang bijak dalam berhujjah. Beliau sangat

dihormati di dua dunia Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat

kebesaran Islam. Beliau menguasai berbagai macam bidang ilmu pengetahuan.

Imam al-Ghazali sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia juga tega meninggalkan

segala kemewahan hidup untuk bermusafir dan mengembara untuk meningalkan

kesenangan hidup demi untuk mencari ilmu pengetahuan.37

Sebelum beliau memulai pengembaraan, beliau telah mempelajari karya

ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Bustahim. Imam al-

Ghazali telah mengembara selama 10 tahun. Ia telah mengunjungi tempat-tempat

suci di daerah Islam yang luas seperti Mekkah, Mesir, Madinah dan Jerussalem.

Beliau terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang yang telah mengaharumkan nama

ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu tinggi. Sejak kecil

36
Zainuddin,dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta Bumi Aksara, 1991),
h. 8.
Ahmad Bangun Nasution dan Ruyani Hanun Siregar, Akhlak Tasawuf: Pengenalan,
37

Pemahaman dan Pengaplikasiannya , h. 168-169.


beliau telah dididik dengan akhlak yang mulia dan baik. Hal tersebut

menyababkan beliau benci kepada sifat riya, sombong, takabbur, megah dan

tidak gemar kepada kemewahan, kepalsuan dan mencari sesuatu agar

dapatmecapai ridha Allah swt.


B. Etika Secara Umum

1. Pengertian Etika

Secara etimologi kata etika brasal dari bahasa Yunani ethos dan

ethikos.ethos yang mempunyai arti kebiasaan, sifat, watak, adat istiadat dan

praktis. Sedangkan ethikos berarti susila, kelakuan, perbuatan yang baik dan

keadaban. Di dalam bahasa Arab kata etika dikenal atau sering diartikan dengan

istilah akhlak. Dari asal kata tersebut A. Sonny kemudian mengasumsikan

bahwa etikaada kaitannya dengan tata cara hidup yang baik, kebiasaan yang

diturunkan dari generasi ke generasi.38 Sedangkan di dalam ensiklopedi

pendidikan, etika juga disebt sebagai filsafat nilai-nilai yang merupakan

pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.

K Bertens di dalam bukunya menjelaskan lebih detail lagi mengenai

etika. Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu berasal dari kata ethos dalam

bentuk tunggal memiliki banyak arti, yaitu tempat tinggal yang biasa;padang

rumput; kandang, kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap, cara berfikir.

Dalam bentuk jamak artiya adalah adat kebiasaan. Dalam arti tersebut etika

berkaitan dengan tata cara hidup yang baik, kebiasaan hidup yan baik, baik

kepada orang lain dan masyarakat. Tata cara hidup yang baik ini akan turun

temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Olehnya itu mari mulai

memperbaiki diri agar bisa mendapatkan generasi yang cerdas dalam segala hal

dan tingkahlaku.

Kebiasaan hidup baik ini dilakukan dala bentuk kaidah, norma-norma

atau aturan yang kemudian disebarluaskan dengan cara dikenal, dipahami, dan

diajarkan secara lisan dalam masyarakat. Etika dipahami sebagai ajaran yang

38
St. Aisyah BM, Antara Akhlak, Etika dan Moral(Makassar: Alauddin University Press,
2014), h. 11.
berisikan perintah atau ajakan tentang baik dan buruknya perilaku manusia, yaitu

perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.39

Kemudian secara terminologi bisa dikatakan sebagai ilmu tentang baik

dan buruk atau dengan kata lain adalah teori tentang nilai. Dalam Islam teori

nilai mengenal lima kategori baik-buruk, yaitu sangat baik, baik, netral,

buruk,dan sangat buruk. Nilai tersebut ditentukan oleh Tuhan karena hanya

Tuhanlah yang dapat menetukan penilaian tersebut kepada hamba-hambanya,

karena Tuhan adalah maha suci yang bebas dari kesalahan atau noda apapun.

Etika juga disebut dalam ilmu normatif karena di dalamnya mengandung norma

atau nilai-nilai yang dapat digunakan di dalam kehidupan sehari-hari.40

2. Pengertian Etika Menurut Para Ahli

a. Etika Menurut Aristoteles

Aristoteles mendefinisikan etika dalam dua pengertian yaitu terminius

technicus serta manner dan costum. Terminius technicus merupakan

sebuah etika yang dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari suatu problema tindakan manusia. Sedangkan Manner dan

Costum merupakan sebuah pembahasan etika yang memiliki hubungan

dengan tata cara serta adat kebiasaan yang telah melekat pada diri

manusia. Manner dan Costum berkaita dengan baik dan buruknya

perilaku serta perbuatan manusia.

b. Etika Menurut H. A. Mustafa

Etika merupakan ilmu yang menyelidiki terhadap suatu perilaku yang

baik dan yang buruk dengan memperhatikan perbuatan manusia sejauh

apa yang diketahui oleh akal serta pikiran manusia.41


39
A. Sonny, Etika Lingkungan, (Jakarta:Kompas, 2002),h. 2.
40
Sarwoko, Pengantar Filsafat Ilmu Keperawatan, (Jakarta: Salemba, 2007),h. 80.
41
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.
76.
c. Etika Menurut Soeragarda Poerbakawatja

Etika merupakan suatu ilmu yang memberikan arahan, acuan serta

pijakan kepada suatu tindakan manusia.

d. Etika Menurut K. Bertens

Etika sering digunakan dalam arti nilai-nilai serta norma-norma moral

yang menjadi pegangan untuk seseorang dalam suatu kelompok dalam

mengatur tingkah lakunya. Etika juga digunakan dalam arti kumpulan

dari asas dan nilai moral atau disebut juga dengan kode etik. Dan juga

digunakan dalam arti ilmu mengenai baik dan buruknya sebuah

tingkah laku seseorang.42

e. Etika Menurut DR. James J. Spillane SJ

Etika yaitu memperhatikan tingkah laku manusia dalam mengambil

keputusan yang berhubungan dengan moral. Etika mengarah kepada

penggunaan akal budi dengan objektivitas guna agar dapat menentukan

benar atau salah tingkah laku seseorang.

f. Etika Menurut Sumaryono

Etika merupakan pembelajaran mengenai kebenaran dan tidak

benarnya berdasarkan pada kodrat manusia yang diwujudkan melalui

kehendak manusia dalam bertindak.43

g. Etika Menurut W.J. S. Poerwadarminto

Etika merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang membahas tentang

suatu perilaku atau perbuatan manusia yang dilihat dari sisi baik dan

buruknya yang sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.

h. Etika Menurut Hamzah Yakub


42
Admin Materi, “Pengertian Etika Menurut ara Ahli dan Pengertian Etika Secara
Umum”. https://materibelajar.co.id/pengertian-etika-menurut-para-ahli/ (diakses pada tanggal 27
September 2021).
43
Ensiklopedia Islam Modern, (Bandung: Mizan, 2002), h. 25.
Etika merupakan pengetahuan yang menyelidiki perbuatan mana baik

dan mana yang buruk serta dapat memperlihatkan amal perbuatan

manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.44

3. Etika Secara Umum Dibagi Menjadi Dua

a. Etika Umum, yaitu membahas tentang kondisi-kondisi dasar

bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia

mengambil keputusan secara etis, teori-teori etika dan prinsip moral

dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak

ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum

dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas

mengenai pengertian umum dan teori-teori.

b. Etika Khusus, adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam

bidang kehidupan khusus. Penerapan ini bisa berwujud. Bagaimana

saya bisa mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan

dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara teori

dan prinsip-prinsip moral dasar.

4. Macam-Macam Etika

Saat membandingkan baik buruknya tingkah laku manusia, dapat di

golongkan ke beberapa macam etika, yaitu:

a. Etika Deskriptif

Etika deskriptif adalah salah satu usaha untuk menilai suatu tindakan

atau perilaku berdasarkan pada ketentuan atau norma baik dan buruk

yang tumbuh di dalam kehidupan bersama di masyarakat. Kerangka

etika ini pada hakikatnya menempatkan kebiasaan yang sudah ada di

dalam masyarakat sebagai acuan etis. Etis itu dianggap sebagai suatu

44
Mohammad Maiwan, Memahami Teori-teori Etika (Jakarta: Pendidikan Pancasila dan
Kearganegaraan Fakutas Ilmu Sosial UNJ, 2016), h. 195.
tindakan seseorang tapitergantung dengan kesesuaian yang dilakukan

kebanyakan orang. Etika deskriptif mempunyaidua bagian yang sangat

penting. Yang pertama adalah sejarah kesusilaan. Pada hal ini yang

diselidiki ialah pendiri-pendiri yang mengenai baik dan buruk, norma-

norma kesusilaan yang berlaku da cita-cita kesusilaan yang dianut oleh

bangsa tertentu apakah terjadi penerimaan dan bagaimana

pengolahannya. Entalah perubahan apayang akan di dapatkan

kesusilaan dalam perjalanan waktudan hal apa yang akan

mempengaruhinya. Sehingga bagaimanapun sejarah etika penting juga

untuk diketahui oleh sejarah kesusilaan.45

Yang kedua adalah fenomenologi kesusilaan, dalam hal ini istilah

fenomenologi digunakan dalam arti seperti dalam ilmu pengetahuan

agama. Fenomenologi agama mencari makna keagamaan dari gejala-

gejala keagamaan, mencari logos, susunan batiniah yang

mempersatukan gejala-gejala ini dalam keselarasan yang tersembunyi

dan penataan yang mengandung makna. Demikian pula dengan

fenomenologi kesusilaan. Artinya, ilmu pengetahuan ini melukiskan

kesusilaan sebagaimana dengan adanya.

b. Etika Normatif

Etika normatif merupakan penetapan berbagai sikap dan perilaku yang

ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya

dijalankan oleh manusia dan apapun tindakan yang bernilai dalam

hidup ini. Jadi, etika normatif merupakan norma-norma yang dapat

menuntun manusia agar bertindak dengan kaidah atau norma yang

disepakati dan berlaku di dalam masyarakat.

45
Sri Hudiarini, “Pernyataan Etika Bagi Masyarakat Akademik di Kalangan Dunia
Pendidikan Tinggi”, Jurnal Moral Kemasyarakatan. Vol. 02, No.1. Juni 2017, h. 4-5.
c. Etika Deontologi

Deontologis berasal dari bahasa Yunani, deon yang mempunyai arti

kewajiban. Artinya: etika deontologi menekankan kewajiban manusia

untuk bertindak secara baik. Suatu tindakan itu baik bukan dinilai dan

dibenarkan berdasarkan akibatnya atau tujuan baik dari tindakan

tersebut, selain berdasarkan tindakan itu sendiri sebagai baik pada

dirinya, motivasi, kemauan dengan niat yang baik dan dilaksanakan

berdasarkan kewajiban, serta bernilai moral.46

d. Etika Teologis

Teologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu telos yang artinya tujuan.

Teologis menjelaskan benar atau salahnya tindakan tersebut justru

tergantung dari tujuan yang hendak tercapai, atau brdasarkan akibat

yang ditimbulkan oleh tindakan yang dilakukan. Suatu tindakan dinilai

baik apabila menghasilakan sesuatu yang baik pula.

5. Ciri-Ciri Etika

Ada beberapa ciri-ciri etika yang dapat dipahami serta membedakannya

dengan jenis norma yang lainnya. Ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Etika akan tetap berlaku meskipun tidak ada yang menyaksikannya.

b. Etika bersifat absolut dan mutlak.

c. Di dalam etika ada cara pandang yang berasal dari sisi batiniyah

manusia.

d. Etika merupakan norma yang sangat berkaitan dengan perbuatan atau

perilaku manusia.
6. Faedah Mempelajari Etika

46
Amril Mansur, “Implementasi Klarifikasi Nilai dalam Pembelajaran dan
Fungsionalisasi Etika Islam”, Jurnal Ilmiah Keislaman. Vol. 5, No. 1, Januari 2006, h. 65.
Sering muncul dalam fikiran banyak orang bahwa dapatkah etika

menjadikan kita menjadi orang baik?. Jawabannya adalah etika itu tidak dapat

menjadikan semua manusia baik. Kedudukannya hampir sama kedudukan

dokter. Dokter dapat menjelaskan kepada pasiennya mengenai bahayanya

mengomsumsi minuman keras dan bahayanya terhadap tubuh dan akal. Kemudia

pasien bertugas untuk memilih meninggalkan agar tubuh dan akal sehat atau

memilih untuk terus meminumnya dan dokter tidak mempunyai hak untuk

mencegahnya. Seperti itulah juga etika tidak dapat menjadikan semua manusia

menjadi baik. Maka itu etika hanya bisa menjelaskan baik dan buruknya suatu

tingkah laku seseorang dan menjelaskan ketika melakukan kebaikan akan

mendapat pahala, tinggal manusianya yang memilih jalanya masing-masing.47

Orang yang tidak mempelajari etika juga dapat memberi penilaian baik

dan buruk kepada sesuatu dan dapat pula dia menjadi baik. Akan tetapi orang

yang belajar etika tidak hanya menilai orang lain akan tetapi akan

mengaplikasikan apa yang dia telah pelajari. Dalam kehidupan sehari-hari, etika

sangat penting untuk diterapkan dikehidupan sehari-hari untuk menciptakan nilai

moral yang baik. Beberapa orang hanya mengartikan etika sebagai konsep untuk

dipahami dan bukan menjadi bagian dari kita. Tapi sebenarnya etika harus

dimiliki ilmunya dan diterapkan dikehidupan sehari-hari, sebagai modal utama

untuk membuat kita menjadi lebih baik. Etika yang baik akan mencerminkan

perilaku baik, sedangkan etika buruk, akan menggambarkan perilaku buruk pula.

Selain itu etika juga dapat membuat kita menjadi bertanggung jawab, bersikap

adil dan responsif.48

47
Ahmad Amin, Etika: Ilmu Akhlak (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995),h. 6-7.
48
Nur Rafika Sani, Siti Norma, dan Ratna Dewi, “Akhlak Tasawuf Tujuan dan Faedah
Mempelajari Etika” Makalah. (Medan: Universitas Islam Sumatra Utara Pendidikan Agama
Islam,2017),h. 4.
C. Etika Al-Ghazali

1. Etika anak terhadap orang tua menurut Imam Al-Ghazali

Dalam pembahasan etika anak terhadap orang tua menurut al-Ghazali,

dikhususkan pada akhlak baik dan buruk. Yang menjelaskan tata cara anak

berbakti atau berinteraksi dengan orang tua dengan baik. Pada kita Bidayat al-

Hidayah al-Ghazali menjelaskan mengenai etika anak atau akhlak anak kepada

orang tua, yaitu:

a. Mendengarkan Ketika Orang tua Berbicara

sebagai anak yang baik harus mendengarkan orang tua ketika berbicara,

meskipun pembicaraannya mengandung cacian dan ungkapan terhadap

anak, anak di perkenankan tidak membalas cacian tersebut, selain itu

anak tidak boleh memutus pembicaraan, tidak berbicara ketika tidak

dipersilahkan, hal ini bertujuan agar anak selalu menghormati orang

tua.49

b. Mematuhi Perintah Keduanya

Berdiri ketika orang tua berdiri mempunyai tujuan untuk menghormati

kedua orang tua, anak harus selalu menghormati kedua orang tua, anak

harus selalu menghormati dan menjaga kehormatan keduanya,

walaupun kedudukan orang tua lebih rendah dari pada anaknya.

Contohnya ketika anak berprofesi sebagai bos di salah satu perusahaan

kemudian orang tuanya berprofesi sebagai buru biasa, sebagai anak

harus selalu menghormati orang tua dan tidak boleh merendahkannya.


49
Abu Hamid Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah. terj, Ahmad Fahmi Zamzam, Panduan
Amalan Harian Bidayatul Hidayah (Permulaan Jalan Hidayah),(Jakarta:Pustaka
Darussalam,1995), h. 160.
c. Mematuhi Perintah Keduanya

Anak harus selalu menjalankan perintah yang dilontarkan orang tua dan

meringankan beban orang tua. Akan tetapi tidak semua perintah yang di

perintahkan orang tua harus dilakukan, ada perintah yang tidak perlu

dilakukan, yaitu ketika perintah tersebut bertentangan dengan ajaran

Islam.50

d. Tidak Berjalan di Hadapan Keduanya

Ketika orang tua sedang duduk, sebagai anak tidak boleh selalu lewat

mondar-mandir di hadapannya dan ketika jalan bersama orang tua

sebagai anak disarankan untuk jangan bersandingan atau berjalan di

depan orang tua. Boleh berjalan mendahuluinya ketika ada sesuatu hal

yang penting tetapi harus meminta izin terlebih dahulu kepadanya.

e. Tidak Mengeraskan Suara di Atas Suara Keduanya.51

Tidak mengeraskan suara ketika berbicara dengan orang tua, terkadang

ada anak ketika berbicara dengan orang tua lupa bahwa lawan bicaranya

adalah orang tua. Sebagai anak harus menggunakan suara yang lemah

lembut dan tidak berbicara kasar.

f. Memenuhi Panggilan Orang tua

Ketika orang tua memanggil anak, maka anak harus bersegera

memenuhi panggilan orang tua dengan suara lemah lembut, tidak

mengeluarkan nada membentak dan tidak keras.

50
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-hidayah. terj. Mujahidin Muhayan, dkk, Bimbingan
Bidayah Al-Hidayah Menggapai Hidayah (Jakarta: Menara, 2006), h. 16.
51
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah.Terj. Kamran A Irsyadi, Menggapai Hidayah,
(Bandung: Marja, 2019), h. 102.
g. Berusaha Mendapatkan Ridha Keduanya

Dalam melakukan suatu perbuatan, diusahakan agar anak selalu

mendapatkan izin untuk memperoleh keridhaan kedua orang. Contoh

ketika ingin keluar rumah biasakan meminta izin dengan orang tua.52

h. Merendahkan diri pada Orang Tua

Merendahkan diri atau bersikap rendah merupakan bentuk sikap

tawadhu anak kepada orang tua, menundukan diri dihadapan orang tua

merupakan kewajiban anak yang tidak boleh diabaikan. Bersikap

sopanlah,tawadhu dan ramah dihadapan orang tua dan janganlah

menjadi anak yang mempunyai sifat tidak baik di hadapa orang tua,

apalagi memperlakukannya dengan semena-mena. Sebab ini merupakan

perbuatan tercela dan kedurhakaan seorang anak kepada orang tua.

i. Tidak mengungkit-ungkit Jasa atau Kebaikan yang telah diberikan

Anak terhadap Orang tua

Pada pembahasan ini lebih mengkhususkan kepada jasa orang tua

kepada anaknya. Jasa orang tua tidak bisa degantikan dengan suatu

apapun, agar anak tidak menyombongkan diri kepada orang tua

meskipun anak tersebut telah melakukan kebaikan kepadanya, sebagai

anak tidak boleh mengungkit-ungkit.

j. Tidak Melirik Keduaya dengan Tatapan Marah

Pada saat berinteraksi dengan orang tua, anak harus selalu

menyenangkannya, melirik keduanya dengan marah dan menatapnya

52
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah, terj, Kamran Al Irsyadi, Menggapai Hidayah,
h. 102.
dengan tajam, karena hal tersebut bisa menyinggung perasaan dan

menyakitkan hati orang tua. Oleh karenanya apabila berhadapan dengan

orang tua harus selalu bersikap penuh kasih sayang.53

k. Tidak Mengerutkan Dahi di Hadapannya

Maksudnya janganlah bermuka masam didepannya, karena perbuatan

ini sama dengan menyusahkan hati orang tua, meskipun anak

menghadapi permasalahan yang sangat berat, dirundung duka dan

kesusahan, marah atau ada ketidak cocokan dengan pendapat orang tua,

maka anak harus berusaha agar tetap berpenampilan ceria dengan

pendapat orang tua.

l. Tidak Bepergian Kecuali Mendapatkan Izin Darinya

Meminta izin dengan orang tua sebelum bepergian merupakan salah

satu cerimanan dari penghormatan anak kepada orang tua. Disini

dijelaskan dengan tegas bahwa tidak boleh bepergian kecuali dengan

izin orang tua, diantaranya adalah pada saat jihad, berdagang,

melakukan haji, berkunjung ke makam Nabi dan para wali.54

2. Kelebihan pemikiran Al-Ghazali

Penulis akan menjelaskan mengenai kelebihan pemikiran al-Ghazali,

kelebihan al-Ghazali dapat dilihat dari beberapa hal,antara lain:

a. Al-Ghazali merupakan ulama besar yang sangat dikenal dalam Islam

yang menguasai banyak ilmu pengetahuan, sehingga yang menjadi

53
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah, terj, Kamran Al Irsyadi, Menggapai Hidayah,
h. 102.
Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia (Jakarta:
54

PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 139.


pokok ajarannya menjadi bahan panduan yag sangat penting dalam

membina akhlak, agar manusia berakhlak mulia.

b. Al-Ghazali yaitu seorang sufi sehingga pemikirannya mengenai akhlak

anak terhadap kedua orang tua lebih dipengaruhi oleh kesufistikannya,

dalam pemikarannya beliau lebih berhati-hati dalam setiap tindakan ,

dalam berinteraksi dengan orang tua terutama dalam bertutur kata dan

berperilaku, agar selalu mendapatkan ridha dan tidak menyakiti hati

orang tua.55

c. Pemikiran al-Ghazali di dalam kitab Bidayah Hidayah, memuat ajaran

tentang akhlak dan tata cara mengurusi anggota tubuh.

55
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah.Terj. Kamran A Irsyadi, Menggapai Hidayah,
h. 103.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

Jenis penelitian yang di kemukakan oleh peneliti adalah jenis penelitian

deskriptif kualitatif , dengan jenis penelitian yang telah di paparkan oleh peneliti

dengan tujuan memberikan penjelasan tentang Etika anak kepada orang tua

menurut al-Ghazali. Lokasi penelitian ini akan di adakan pada Madrasah

Iptidaiyah (MI DDI Tanete) yang berletak di Kecamatan Maritengngae

Kabupaten Sidenreng Rappang.

B. Pendekatan Penelitian

Melalui metode yang akan di gunakan peneliti akan menggunakan

pendekatan, antara lain sebagai berikut:

a. Fenomenologi

Penelitian ini menggunakan penelitian fenomenologi karena penelitian

ini di teliti secara nyata atau berdasarkan fenomena yang terjadi pada

sekelompok individu. Maksudnya yaitu peneliti akan melakukan

pengamatan dilapangan sesuai dengan apa yang ada dilapangan.

b. Akhlak

Penelitian ini menggunakan pendekatan akhlak karena penelitian ini

akan diteliti dari aspek akhlaknya atau tingkah laku santri dari segi baik

dan buruknya. Jadi melalui pendekatan ini penulis dengan mudah

mendapatkan informasi.
C. Sumber Data

Sumber data yang di maksud disini, yaitu subjek dari mana asal data

penelitian itu di peroleh.56 Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber

data, yaitu:

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang di kumpulkan langsung oleh peneliti itu

sendiri dari sumber pertama. Adapun yang akan menjadi sumber data

primer dalam penelitian ini adalah guru dan orang tua.

b. Data Sekunder

Data sekunder, yaitu data pendukung yang didapatkan oleh penulis dari

beberapa referensi yang berkaitan dengan penelitian seperti buku,

jurnal, laporan, skripsi, disertasi dan dokumentasi. Dan data yang di

peroleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh orang ataupun

komentar orang.

D. Metode Pengumpulan Data

Merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan penelitian

secara langsung ke lokasi penelitian yang memiliki hubungan dengan judul yang

di teliti. Yang di lakukan dengan cara observasi,wawancara dan dokumentasi.

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

pengamatan sendiri.57 Observasi juga bisa dilakukan dengan cara

mencatat hal-hal penting yang di amati secara sistematik.

56
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,2014), h.
45.
57
Muri Yusuf, Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitati dan Penelitian Gabungan,
(Jakarta: Kencana, 2014),h. 384.
b. Wawancara
Wawancara adalah menggali data dengan bentuk lisan. Hal ini harus

dilakukan secara mendalam agar penulis mendapatkan data dan

informasi yang benar dan secara detail terkait apa yang sedang diteliti.58

c. Dokumentasi

Metode ini di gunakan untuk mengumpulkan data Dokumentasi adalah

metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data, sumber ini terdiri

dari dokumen dan rekaman yang berkaitan dengan penelitian.

Dokumentasi yang di maksud disini yaitu pelengkap dari observasi dan

wawancara agar data yang di dapat lengkap.59

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan disaat

melakukan penelitian, adapun alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1). Handphone yang berfungsi sebagai alat bantu untuk merekam segala

aktivitas yang terjadi di lapangan baik berupa pengambilan video,

merekam suara saat melakukan wawancara dan pengambilan foto.

2). Alat tulis berfungsi untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan

penelitian yang ada di lapangan yang diperoleh dari informan.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan yang sangat penting dan memerlukan

data secara sistematis. Analisis data merupakan jenis penelitian kualitatif yang

dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama masih ada di lapangan dan

58
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian(Yogyakarta: Pustaka Baru Press,2014), h. 75.
59
Khalifa Mustamin, dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan,(Makassar: Alauddin Press,
2009), h. 97.
setelah selesai melakukan penelitian.60 Adapun teknik yang dilakukan

menganalisis data adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data (Seleksi Data)

Ini merupakan proses untuk menyederhanakan, memfokuskan,

mengubah dan mengabsraksi data yang kasar dari lapangan. Pada tahap

reduksi data yang sudah di kumpulkan kemudian di pilih agar data

dapat menjadi lebih mudah untuk diolah karna sudah lebih sederhana.

b. Display Data (Penyajian Data)

Proses ini merupakan cara untuk merangkai suatu organisasi yang dapat

memudahkan penulis untuk membuat kesimpulan atau tindakan yang

diusulkan. Di tahap ini data yang telah di redukasi kemudian dipilih

ulang sesuai yang dibutuhkan kemudian diorganisasikannya agar

memudahkan penulis untuk menarik kesimpulan kemudian di sajikan

secara sistemasis.

c. Verifikasi Data (Penarikan Kesimpulan)

Verifikasi data adalah bagian terakhir dari analisis data yang kemudian

menimbulkan sebuah kesimpulan yang akurat dari hasil penelitian yang

sesuai dengan rumusan masalah.

Kesimpulan pada tulisan kualitatif akan menjadi jawaban dari rumusan

masalah dan isinya adalah kristalisasi data lapangan yang amata sangat penting

bagi praktik pada perkembangan ilmu pengetahuan.

60
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Jakarta: Alfabeta, 2009),
h. 245.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bagi masyarakat Kabupaten Sidenreng Rappang, Desa Tanete

merupakan desa yang tidak asing karena di desa tersebut terkenal dengan desa

yang memproduksi telur ayam. Desa Tanete bisa dibilang seluruh penduduknya

mata pencahariannya sebagai peternak ayam petelur dan petani.

1. Kondisi Umum Desa

Desa Tanete merupakan salah satu desa yang tetdapat di Kecamatan

Maritengngae. Yang letaknya dari ibu kota kurang lebih 4 kilometer dari Ibu

kota Kabupaten Sidenreng Rappang, yaitu kota Pangkajenne.

Desa Tanete berbatasan dengan:

Tabel I. Perbatasan Desa Tanete

Seblah Utara Kelurahan Pangkajene

Desa Allakuang
Seblah Selatan

Seblah Barat Kelurahan Arawa

Seblah Timur Kelurahan Amparita

Sumber Data: Kantor Desa Tanete, 15 Juni 2021

Dari tabel di atas menjelaskan bahwa Desa Tanete mempunyai

perbatasan dengan Desa yang berada di seblah Utara, Barat, Timur dan Selatan.
Tabel II. Jumlah Sekolah

TK 2
SD 2

SMP -

SMA -
Sumber Data: Kantor Desa Tanete,15 Juni 2021

Pendidikan merupakan ilmu terapan, yaitu penerapan ilmu atau disiplin

ilmu lainnya terutama filsafat, humanis, psikologi dan sosiologi. Teori

pendidikan akan dapat berkembang, akan tetapi perkembangannya dimulai dari

sub-sub teorinya.61 Menurut pendapat para ahli bahwa pendidikan adalah dimulai

sejak lahir dan berlangsung sepanjang hidup.62

2. Sejarah Berdirinya MI DDI Tanete

Pendidikan agama Islam merupakan sumber daya manusia dan

mendapatkan posisi yang sangat berpengaruh karena betapa pentingnya

pendidikan Islam. Sehingga pada tanggal 12 Oktober 1985 didirikan sekolah

Diniyah di Desa Tanete.

Dalam perkembangannya, madrasah tersebut mengalami kemajuan yang

menggembirakan sehingga mempunyai banyak alumni. Dan alumni-alumni

tersebut kemudian bertebaran untuk melanjutkan sekolahnya ke pesantren-

pesantren. Pencapaian tersebut tidak dapat terjadi tanpa adanya dukungan dari

semua pihak, terutama masyarakat sekitar. Kemudian di tahun 2016 didirikanlah

61
Nur Hamiah dan Muhammad Juhar, Pengantar Manajemen Penddikan di Sekolah,
(Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2015), h. 20.
62
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), h. 74.
Madrasah Iptidaiyah DDI Tanete. Pendirinya bernama H. Salman Saenong,

beliau merupkan anak dari seseorang yang mendirikan sekolah Diniyah.63

Madrasah Iptidaiyah Desa Tanetet belum mempunyai ruangan yang

memedai. Sekolah tersebut masih menggunakn bangunan lama, jumlah

ruangannya hanya terdapat 4 ruangan akan tetapi di dalam ruangan tersebut

terdapat dua kelas sehingga bisa cukup untuk digunakan.

3. Profil MI DDI Tanete

Adapun beberapa profil MI DDI Tanete. Kecamatan Maritengngae.

Kabupaten Sidrap, sebagai berikut:

Nama Madrasah : MI DDI Tanete

Alamat : Jl. H. Muh. Kitab Desa Tanete

Nama Yayasan : Yayasan Darud Da’wah Wal Irsyad

Alamat Yayasan : Jl. H. Muh. Kitab

4. Struktur organisasi MI DDI Tanete

Kepala Madrasah

Kaeraty, S. Pd. I

Wakil Kepala Madrasah

Rahmi, S. Pd. I

Sekertaris Bendahara

Asrul, S. Pd. Nurasia, S. Pd.


63
Kha
5. Nama-nama guru MI DDI Tanete Kecamatan Maritengngae

Kabupaten Sidenreng Rappang

Selain adanya struktur organisasi, terdapat pula nama-nama guru di MI

DDI Tanete. Kecamatan Maritengngae. Kabupaten Sidenreng Rappang, sebagai

berikut:

Tabel III. Nama guru MI DDI Tanete


No Nama Guru
1 H.Salman Sainong, S. Pd. I.
2 Khaeraty, S. Pd. I.
3 KM. Masykur, S. Pd. I.
4 Asrul, S. Pd.
5 M. Yunus, S.Pd, I.
6 Munawir
7 Nurasia, S. Pd.
8 Hardianty Amiruddin, S.Pd. I.
9 Rahmi, S. Pd.
10 Nur Khaerati, S.Pd. I
Sumber Data: MI DDI Tanete 15 Juni 2021.

6. Visi, Misi dan Tujuan MI DDI Tanete Kecamatan Maritengngae

Kabupaten Sidenreng Rappang

Ada satu hal yang tidak bisa terlepaskan dari satu lembaga, yaitu adanya

visi, misi dan tujuan. Hal tersebut dikarenakan satu lembaga memerlukan adanya

visi dan misi untuk mencapai apa tujuan didirikannya. Berikut visi dan misi MI

DDI Tanete:

Visi MI DDI Tanete:

Terwujudnya peserta didik yang cerdas dan beraakhlakul karimah

Misi MI DDI Tanete:

a. Menciptakan Madrasah sebagai sumber belajar


b. Memotivasi guru agar lebih aktif mengajar secara inovatif, kreatif dan

menyenangkan

c. Melibatkan stakeholder dalam menyusun program di Madrasah

Tujuan MI DDI Tanete:

a. Meningkatkan perilaku budi pekerti yang luhur

b. Meningkatkan Imtaq dan Ipteq

c. Meningkatkan keterampilan siswa

d. Mempersiapkan siswi untuk melanjutkan pendidikan ke jejang yang lebih

tinggi

e. Meningkatkan proesionalisme personal

7. Mata Pelajaran di Madrasah Iptidaiyah DDI Tanete

Kabupaten Sidenreng Rappang

a. Akidah Akhlak

b. Bahasa Arab

c. Al-Qur’an Hadist

d. Sejarah Kebudayaan Islam

e. Fiqhi

f. Bahasa Indonesia

g. Seni Budaya

h. Matematika

i. PKN

j. Penjaskes

8. Fasilitas yang dimiliki MI DDI Tanete


Tak dapat dipungkiri bahwa terjadinya proses belajar tidak ditentukan

oleh adanya santri dan guru yang profesional, akan tetapi juga ditentukan dengan

tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Demikian pula halnya di MI

DDI Tanete, yang merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang berada

dibawah naungan Kementrian Agama juga mempunyai fasilitas pembelajaran

yang menunjang, agar dapat tercapai pembelajaran yang bermutu. Fasilitas yang

penuli maksud adalah fasilitas yang berupa fisik yang meliputi sarana dan

prasarana.

Fasilitas yang dimiliki oleh MI DDI Tanete, masih dalam kondisi

sederhana tapi cukup memedai untuk dipakai dalam proses pembelajaran.

Walaupun demikian pihak madrasah terus berusaha untuk memenuhi sarana

yang memadai dalam rangka menunjang proses pembelajaran.

Kemudian di MI DDI Tanete masih sementara mencari dana untuk

melakukan pembangunan yang lebih layak untuk digunakan dalam proses

pembelajaran agar santri merasa nyaman dengan tempat belajar. Karena dalam

proses pembelajaran hal yang paling utama yang dibutuhkan adalah tempat yang

memedai.
9. Jumlah Santri MI DDI Tanete

Dari tahun ketahun jumlah santri MI DDI Tanete teru meningkat, jumlah di

tahun 2021 adalah sebagai berikut:

Tabel IV. Jumlah santri MI DDI Tanete


Kelas Jumlah

I 30

II 31

III 30

IV 22

V 20

VI 17
Sumber Data: MI DDI Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten
Sidenreng Rappang, 15 Juni 2021.
Demikianlah hasil penjelasan penulis mengenai profil MI DDI Tanete,

semoga hasil penelitian ini memberikan sedikit gambaran kepada pembaca

tentang MI DDI Tanete.


B. Konsep Etika Anak Terhadap Orang Tua Menurut al-Ghazali

Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu berasal dari kata ethos

dalam bentuk tunggal memiliki banyak arti, yaitu tempat tinggal yang

biasa;padang rumput; kandang, kebiasaan, adat; akhlak, watak; perasaan, sikap,

cara berfikir. Dalam bentuk jamak artiya adalah adat kebiasaan. Dalam arti

tersebut etika berkaitan dengan tata cara hidup yang baik, kebiasaan hidup yang

baik, baik kepada orang lain dan masyarakat. Tata cara hidup yang baik ini akan

turun temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Olehnya itu mari mulai

memperbaiki diri agar bisa mendapatkan generasi yang cerdas dalam segala hal

dan tingkahlakunya.

1. Etika al-Ghazali

Dalam pembahasan etika anak terhadap orang tua menurut al-Ghazali,

dikhususkan pada akhlak baik dan buruk. Yang menjelaskan tata cara anak

berbakti atau berinteraksi dengan orang tua dengan baik. Pada konsep al-Ghazali

yang membahas tentang etika anak atau akhlak anak kepada orang tua, yaitu:

a. Mendengarkan ketika orang tua berbicara

Ketika orang tua sedang berbicara sebaiknya diam terlebih dahulu,

jangan bicara sebelum dipersilahkan bicara dan jangan sekali-kali

memotong pembicaraan orang tua. Sebagai anak yang baik harus

mendengarkan orang tua ketika berbicara, meskipun pembicaraannya

mengandung cacian dan ungkapan terhadap anak, anak di perkenankan

tidak membalas cacian tersebut, selain itu anak tidak boleh memutus
pembicaraan orang tua, tidak berbicara ketika tidak dipersilahkan, hal

ini bertujuan agar anak selalu menghormati orang tua.64

b. Berdiri ketika orang tua berdiri

Berdiri ketika orang tua berdiri mempunyai tujuan untuk menghormati

orang tua, sebagai anak harus selalu menghormati orang tua dan

menjaga kehormatan keduanya, walaupun kedudukan orang tua lebih

rendah dari pada anaknya. Contohnya ketika duduk bersama orang tua

kemudian orang tua hendak berdiri, sebaiknya sebagai anak juga ikut

berdiri sebagai rasa hormat kepada yang lebih tua, walaupun sebagai

anak mempunyai jabatan yang tinggi dari pada mereka, akan tetapi

kehormatan kepada mereka tetap dijaga agar nereka merasa senang..

c. Mematuhi perintah keduanya

Anak harus selalu menjalankan perintah yang diucapkan orang tua dan

meringankan beban orang tua.65 Akan tetapi tidak semua yang di

diucapkan orang tua harus dilakukan, ada perintah yang tidak perlu

dilakukan, yaitu ketika perintah tersebut bertentangan dengan ajaran

Islam.66

d. Tidak berjalan dihadapan keduanya

Ketika orang tua sedang duduk, sebagai anak tidak boleh selalu lewat

mondar-mandir di hadapannya dan ketika jalan bersama orang tua


64
Abu Hamid Al-Ghazali, Bidayatul Hidayah. terj, Ahmad Fahmi Zamzam, Panduan
Amalan Harian Bidayatul Hidayah (Permulaan Jalan Hidayah),(Jakarta:Pustaka
Darussalam,1995), h. 160.
65
Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin.terj, Muh. Zuhri, dkk, Ihya Ulumuddin, (Semarang:
CV. Asy Syifa’, t.th), h. 91.
66
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-hidayah. terj. Mujahidin Muhayan, dkk, Bimbingan
Bidayah Al-Hidayah Menggapai Hidayah (Jakarta: Menara, 2006), h. 16.
sebagai anak disarankan untuk jalan bersandingan atau berjalan di

belakangnya. Boleh berjalan mendahuluinya ketika ada sesuatu hal

yang penting tetapiharus meminta izin terlebih dahulu kepadanya.67

e. Tidak mengeraskan suara di atas suara keduanya

Ketika berbicara dengan orang tua hendaknya jangan mengeraskan

suara, terkadang ada anak ketika berbicara dengan orang tua lupa

bahwa lawan bicaranya adalah orang tua. Sebagai anak harus

merendahkan suara yang lemah lembut dan tidak berbicara kasar.

f. Memenuhi panggilan orang tua

Ketika orang tua memanggil anak, maka anak harus bersegera

memenuhi panggilan orang tua dengan suara lemah lembut, tidak

mengeluarkan nada membentak dan keras.

g. Berusaha mendapatkan ridha keduanya

Dalam melakukan suatu perbuatan, diusahakan agar anak selalu

mendapatkan izin untuk memperoleh keridhaan kedua orang. Contoh

ketika ingin keluar rumah biasakan meminta izin dengan orang tua.68

h. Merendahkan diri pada orang tua

Merendahkan diri atau bersikap rendah merupakan bentuk sikap

tawadhu anak kepada orang tua, menundukan diri dihadapan orang tua

merupakan kewajiban anak yang tidak boleh diabaikan. Bersikap

sopanlah, tawadhu dan ramah dihadapan orang tua dan janganlah

67
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah.Terj. Kamran A Irsyadi, Menggapai Hidayah,
(Bandung: Marja, 2019), h. 102..

68
menjadi anak yang mempunyai sifat tidak baik di hadapan orang tua,

apalagi memperlakukannya dengan semena-mena. Sebab itu merupakan

perbuatan tercela dan kedurhakaan seorang anak kepada orang tua.

i. Tidak mengungkit-ungkit jasa atau kebaikan yang telah diberikan anak

terhadap orang tua

Pada pembahasan ini lebih mengkhususkan kepada jasa orang tua

kepada anaknya. Jasa orang tua tidak bisa degantikan dengan suatu

apapun, agar anak tidak menyombongkan diri kepada orang tua

meskipun anak tersebut telah melakukan kebaikan kepadanya, sebagai

anak tidak boleh mengungkit-ungkit kebaikan yang telah dilakukan.

j. Tidak melirik keduaya dengan tatapan marah

Pada saat berinteraksi dengan orang tua, anak harus selalu

menyenangkannya, tidak melirik keduanya dengan tatapan marah dan

menatapnya dengan tajam, karena hal tersebut bisa menyinggung

perasaan dan menyakitkan hati orang tua. Oleh karena itu apabila

berhadapan dengan orang tua harus selalu bersikap penuh kasih

sayang.69

k. Tidak mengerutkan dahi dihadapannya

Maksudnya janganlah bermuka masam didepannya, karena perbuatan

ini sama dengan menyusahkan hati orang tua, meskipun anak

menghadapi permasalahan yang sangat berat, dirundung duka dan

kesusahan, marah atau ada ketidak cocokan dengan pendapat orang tua,
69
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah, terj, Kamran Al Irsyadi, Menggapai Hidayah,
h. 102.
maka anak harus berusaha agar tetap berpenampilan ceria dengan

pendapat orang tua.

l. Tidak bepergian kecuali mendapatkan izin darinya

Meminta izin dengan orang tua sebelum bepergian merupakan salah

satu cerimanan dari penghormatan anak kepada orang tua. Disini

dijelaskan dengan tegas bahwa tidak boleh bepergian kecuali dengan

izin orang tua, diantaranya adalah pada saat jihad, berdagang,

melakukan haji, berkunjung ke makam Nabi dan para wali.70

Demikianlah penjelasan konsep etika anak terhadap orang tua menurut

al-Ghazali dengan cara berperilaku kepada orang tua, agar terhindar dari sikap

kedurhakaan agar terhindar dari siksaan.

2. Kelebihan pemikiran Al-Ghazali

Penulis akan menjelaskan mengenai kelebihan pemikiran al-Ghazali,

kelebihan al-Ghazali dapat dilihat dari beberapa hal,antara lain:

a. Al-Ghazali merupakan ulama besar yang sangat dikenal dalam Islam

yang menguasai banyak ilmu pengetahuan, sehingga yang menjadi

pokok ajarannya menjadi bahan panduan yag sangat penting dalam

membina akhlak, agar manusia berakhlak mulia.71

b. Al-Ghazali yaitu seorang sufi sehingga pemikirannya mengenai akhlak

anak terhadap kedua orang tua lebih dipengaruhi oleh kesufistikannya,

dalam pemikarannya beliau lebih berhati-hati dalam setiap tindakan ,

70
Muhammad Abdurrahman, Akhlak Menjadi Seorang Muslim Berakhlak Mulia (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2016), h. 139.
71
Dina Fitria, “Akhlak Anak Terhadap Kedua Orang Tua Menurut Al-Ghazali Dalam
Kitab Bidyat Al-Hidaya”,Skripsi, h. 25.
dalam berinteraksi dengan orang tua terutama dalam bertutur kata dan

berperilaku, agar selalu mendapatkan ridha dan tidak menyakiti hati

orang tua.72

c. Pemikiran al-Ghazali di dalam kitab Bidayah Hidayah, memuat ajaran

tentang akhlak dan tata cara mengurusi anggota tubuh.

Demikianlah penjelasan tentang konsep al-Ghazali tentang etika anak

terhadap orang tua, semoga bisa diaplikasikan kepada para generasi mudah agar

menjadi pemuda yang taat kepada orang tua dan kepada Allah swt, mudah-

mudahan terhindar dari sikap durhaka kepada orang tua.

72
Imam Al-Ghazali, Bidayah Al-Hidayah.Terj. Kamran A Irsyadi, Menggapai Hidayah,
h. 103.
C. Cara Membina Akhlak Pada Santri MI DDI Tanete Berdasarkan

Pendapat Imam Al-Ghazali

Belajar dapat diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan pengetahuan,

pengalaman, keterampilan dan sikap untuk membudidayakan seluruh potensi

fisiologis, psikologi, jasmani dan rohani dengan bersumber kepada berbagai

macam sumber informasi baik yang berupa manusia ataupun sosial media dan

bahan bacaan. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku dengan adanya

praktek ataupun latihan yang di hasilkan dari proses pembelajaran.73

Sekolah merupakan lingkungan kedua anak setelah rumah yang

mempunyai peranan penting.Terutama dalam pembinaan akhlak, mental,

pendidikan dan keterampilan. Di sekolah santri dibina dan dididik oleh guru baik

melalui proses pembelajaran ataupun pada kegiatan lainnya dan guru selalu

memantau tingkah laku santrinya.

Banyak para ahli yang berpendapat bahwa tujuan pendidikan yaitu

pembentukan akhlak terutama pendidikan Islam yang diidentik dengan tujuan

hidup setiap muslim terutama pada generasi mudah, agar menjadi hamba yang

taat dengan ajaran Allah swt. Pada kenyataannya, usaha pembinaan akhlak

melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus

dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina dan

pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi

73
Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996), h. 38
Muslim yang berakhlak mulia, menaati perintah Allah dan Rasul-Nya, patuh

kepada orang tua serta sayang kepada sesama makhluk.74

Sebaliknya jika anak tidak dibina akhlaknya atau hanya dibiarkan tanpa

ada bimbingan, pendidikan, arahan akan menjadi anak yang yang nakal dan

melakukan perbuatan tercela. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pembinaan

akhlak memang sangat perlu dilakukan pada diri anak.75

Menyikapi persoalan yang ada pada generasi mudah, khususnya pada

kaum pelajar agar tidak terjadi penyimpangan moral. Maka guru MI DDI Tanete

sebagai salah satu lembaga pendidikan yang telah melakukan bentuk pembinaan

akhlak terhadap santri dengan melalui pembelajaran di kelas. Adapun upaya lain

yang dilakukan dalam pembinaan akhlak santri, yaitu sebagai berikut:

1. Nasehat atau Ceramah

Nasehat adalah perhatian terhadap seseorang yang dinasehati. Nasehat

juga mempunyai pengertian lain yaitu teguran, ajaran, petunjuk dan

mengingatkan seseorang dengan baik dan lemah lembut agar dapat melunakkan

hatinya.
Setelah melakukan shalat dzuhur secara berjamaah selaku guru yang
sempat hadir memberi sedikit nasehat kepada santri agar mereka mereka
selalu shalat 5 waktu di rumah dan selalu bertutur kata yang baik dan
berperilaku mulia kepada orang tua, guru dan sesama teman, selain di
Mesjid pemberian nasehat juga dilakukan di Sekolah kietika upacara dan
pada proses pembelajaran.76

Di MI DDI Tanete mempunyai cara lain dalam pembinaan Akhak, selain

dalam proses belajar mengajar mereka juga melakukan pembinaan dengan cara

menasehati. Karena sebenarnya lebih sering memberikan nasehat kepada anak,


74
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: PT. Grafindo Persada,
2014), h. 133.
75
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,h. 134.
76
khaeraty, (42 Tahun, Kepala sekolah), Wawancara pada tanggal 17 Juni 2021, Desa
Tanete.
akan ada perubahan tingkah laku seperti tujuan nasehat diinginkan walaupun itu

tidak terjadi secara cepat akan tetap berproses.


2. Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler merupakan suatu wadah untuk dijadikan tempat

pembinaan akhlak santri agar dapat berperilaku baik, serta tempat untuk

menyalurkan potensi yang dimiliki santri, sehingga mereka dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki dan bisa terhadap dari hal-hal yang

bersifat negatif.
Kegiatan ekstrakurikuler ini bukan hanya sebagai tempat hiburan dan
tempat mengembangkan bakat yang di miliki santri, akan tetapi juga
sebagai wadah transformasi nilai-nilai agama karena dalam kegiatan
tersebut terdapat lomba-lomba yang berbau agama dan menyelipkan
materi yang berkaitan dengan akhlak.77

Adapun beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan MI DDI

Tanete Kabupaten Sidenreng Rappang, yaitu sebagai berikut:

a. Pramuka, yang dilakukan dia kali dalam sebulan

b. PMR, yang dilakukan setiap hari Jum'at. Bagi yang masuk pramuka di di
perbolehkan masuk PMR

c. Latihan Qasidah, menari dan menyanyi biasanya dilakukan ketika ingin

mengikuti lomba di Kabupaten

d. Training Dakwah dilakukan sebelum memasuki bulan Ramadhan agar santri

mempunyai persiapan di bulan Ramadhan untuk ceramah di berbagai mesjid di

kampungnya masing-masing.

3. Keluarga

77
Salman Sainong (46 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 19 Juni 2021, Desa
Tanete.
Keluarga mempunyai peranan penting dalam proses pembinaan akhlak

santri. Pembinaan akhlak kepada anak sangatlah penting, orang tua tidak hanya

berperang sebagai pemberi nafkah kepada anak, melindungi, mengasihi akan

tetapi juga bertujuan sebagai pendidik yang baik dan memberikan contoh yang

baik kepada anak.


Keluarga merupakan madrasah pertama anak yang efektif dalam upaya
membina akhlak.Karena orang tua yang paling dekat dengan
anak.Dengan demikian orang tua mempunyai peranan penting dalam
pembentukan akhlak anak meempunyai akhlak baik dan buruk.78

Keadaan keluarga sangan besar pengaruhnya dalam mendidik anak,

apabila dalam satu keluarga terdapat masalah hal tersebut dapat merusak mental

dan psikis anak kemudian akan menimbulkan kenakalan kepada anak dan

menjadi susah untuk diatur. Olehnya itu perlu sebagai orang tua menjaga

keharmonisan dalam keluarga. Menurut al-Ghazali melatih anak untuk berakhlak

yang baik, pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua.79

3. Pembiasaan

Pembiasaan adalah salah satu cara yang efektif terutama dalam

pembinaan akhlak terhadap santri MI DDI Tanete Kecamatan maritengngae

Kabupaten Sidenreng Rappang. pada kehidupan sehari-hari banyak kebiasaan

yang secara langsung terjadi, baik dalam bertutur kata ataupun bertingkah laku

kepada orang tua, kebiasaan tersebut ada yang mengarah kepada hal positif ada

yang juga kurang baik atau tidak sesuai dengan perintah Allah.

Jiwa anak yang masih suci, bagaikan batu permata yang masih polos,

olehnya itu dengan mudah ia menerima segala bentuk rekayasa yang ditujukan

78
Rahmi, (40 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 17 Juni 2021, Desa Tanete.

79
Muhammad Abul Quasem, Etika Al-Ghazali, Etika Majmuk di Dalam Islam,(Bandung:
Pustaka, 1998), h. 102.
kepadanya dan mempunyai kecenderungan yang dibiasakan kepadanya. Jika

baik ia akan tumbuh dewasa dalam keadaan baik dan bahagia.80


Yang digunakan dalam pembentukan akhlak santri adalah dengan cara
membiasakan santri berlaku soan kepada orang tua, ustadz dan kepada
sesama santri. tahu cara menghormati orang yang lebih tua dan cara
menyayangi yang lebih mudah.81

Dengan upaya pembiasaan, sangat membantu bagi perkembangan jiwa

santri dan pembiasaan yang dilakukan sejak dini memiliki pengaruh yang sangat

kuat terhadap perilaku santri untuk masa yang akan datang. sehingga mereka

akan terhindar dari berbagai bentuk pelanggaran atau penyimpangan kepada

nilai ajaran agama.


Membiasakan santri secara terus menerus dan secara berkelanjutan
dengan adanya tujuan, sehingga benar-benar tertanam dalam diri santri
dan akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk diubah dan
ditinggalkan hari ini dan dikemudian hari.82

Olehnya itu akhlak harus dibina sejak kecil agar menjadi suatu kebiasaan

yang dilakukan secara berkelanjutan. Kebiasaan yang baik akan menciptakan

akhlak yang baik bagi santri.

4. Hukuman dan Hadiah

Dengan adanya pemberian hadiah dan hukuman bertujuan untuk

mendidik santri. Dengan diberikannya hadiah kepada santri akan memberikan

semangat untuk melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh.

Hadiah merupkan sesuatu yang menggembirakan bagi santri karena dapat


merangsang psikologi agar dapat meningkatkan prestasi, dapat diberikan

80
Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati:Membentuk Akhlak Mulia, terj. Muhammad Al-
Baqir, (Bandung: Karisma, 2001), h. 103.
81
Rahmi (40 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 17 Juni 2021, Desa Tanete.

82
Asrul (29 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 20 Juni 2021, Desa Tanete.
dalam bentuk benda, kejiwaan, pujian dan tepuk tangan. Walaupun hal
kecil yang diberikan akan memberikan perilaku positif bagi santri.
Sedangkan hukuman berfungsi sebagai konsekuwensi bagi santri yang

melakukan kesalahan atau pelanggaran. Dengan adanya hukuman akan

memberikan efek jerah kepada yang melanggar hukuman. Olehnya itu di MI

DDI Tanete Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang

menerapkan tata tertib beserta sanksi yang harus dipatuhi oleh santri, sebagai

berikut:

a. Santri dilarang terlambat

b. Santri dilarang memanjangkan rambut (laki-laki)

c. Santri dilarang mengeluarkan baju

d. Santri dilarang memakai sepatu warna-warni kecuali hitam

e. Santri dilarang menggunakan aksesoris

f. Santri dilarang berkelahi

g. Santri dilarang membawa benda tajam

Adapun sanksi atau hukuman yang di dapat ketika melanggar peraturan

di atas, yaitu:

a. Bagi santri yang terlambat, maka di jemur di lapangan.

b. Bagi santri yang kedapatan berambut panjang, maka di botak.

c. Bagi santri yang kedapatan memakai sepatu selain hitam, maka

sepatunya di sita selama 1 minggu.

d. Bagi santri yang kedapatan menggunakan aksesoris, maka aksesorisnya

disita.

e. Bagi santri yang kedapatan berkelahi, maka di jemur di lapangan dan

diberi surat panggilan orang tua.


f. Bagi santri yang kedapatan membawa benda tajam, maka orang tuanya

dipanggil ke sekolah.
Fungsi hukuman yaitu sebagai motivasi untuk santri agar tidak
melakukan kesalahan, memberikan hukuman yang mendidik agar
hukuman tersebut tidak dianggap sepeleh bagi santri, untuk
menghindarkan diri dari perilaku yang tidak baik.83

Selain penerapan yang diatas, guru MI DDI Tanete juga melakukan

pembinaan akhlak melalui proses pembelajaran melalui metode pembelajaran

Cerita dan tanya jawab. Menggunakan metode ceirta agar santri mudah

memahami pembelajaran, karena anak-anak lebihh mudah mengerti

pembelajaran apabila dilakukan dengan metode cerita dan gampang

mengingatnya.

Selanjutnya metode tanya jawab dilakukan agar santri dapat mengulang

kembali apa yang telah di dapatkan pada pemberian materi. Jadi diadakan tanya

jawab agar pelajaran yang didapatkan tidak mudah hilang.

MI DDI Tanete membina akhlak anak kepada orang tua dengan perintah

al-Quran dan Hadis, Walaupun sebenarnya MI DDI Tanete tidak menerapkan

secara langsung ajaran al-Ghazali, akan tetapi didalam al-Quran terdapat pula

konsep ajaran al-Ghazali. Dan secara tidak langsung ajaran tersebut ada

beberapa yang dijalakuan antara lain yaitu, seperti bagaimana cara bertutur kata

yang baik, patuh kepada orang tua, jangan membentak orang tua dengan suara

yang keras, sebelum keluar rumah minta izin kepada orang tua, dll serta berbuat

baik kepada sesama teman.

Penulis memberitahu kepada guru tentang konsep al-Ghazali bahwa

menurut al-Ghazali cara anak berbakti kepada orang tua, yaitu dengan cara

menghormati orang tua, mendengar ketika orang tua berbicara, mematuhi


83
khaeraty, (42 Tahun, Kepala sekolah), Wawancara pada tanggal 17 Juni 2021, Desa
Tanete.
perintah keduanya, tidak membentak orang tua, tidak keluar rumah kecuali ada

izin dari orang tua dan dll. Penulis memberikan informasi agar guru dapat

menerapkan kepada santri tentang konsep al-Ghazali.


D. Hasil Pembinaan Akhlak Santri MI DDI Tanete Kepada Orang Tuanya

Orang yang tidak pernah belajar etika juga dapat memberi penilaian baik

dan buruk kepada sesuatu. Namun orang yang pernah belajar etika tidak hanya

menilai orang lain akan tetapi akan mengaplikasikan apa yang dia telah pelajari.

Dalam kehidupan sehari-hari, etika sangat penting untuk diterapkan dikehidupan

sehari-hari untuk menciptakan nilai moral yang baik.

Beberapa orang hanya mengartikan etika sebagai konsep untuk dipahami

dan bukan menjadi bagian dari kita. Tapi sebenarnya etika harus dimiliki

ilmunya dan diterapkan dikehidupan sehari-hari, sebagai modal utama untuk

membuat kita menjadi lebih baik. Etika yang baik akan mencerminkan perilaku

baik, sedangkan etika buruk, akan menggambarkan perilaku buruk pula. Selain

itu etika juga dapat membuat kita menjadi bertanggung jawab, bersikap adil dan

responsif.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan dari orang tua santri

MI DDI Tanete, yaitu menurutnya selain pembelajaran yang didapatkan di

madrasah anak juga mendapatkan dari orang tua. Karena sebagai orang tua juga

perlu memahami bahwa madrasah pertama anak adalah orang tua di rumah.

Sepungenna massikolah anakku okko MI DDI Tanete engkana


perubahan ri ampe kedona iyanaro manacaji makanja’ namo dee namga
perubahanna nasa berubah i taccedde;-cedde’. Contoh pappedeceng
engkae napigau iyanaritu narekko laloi okko yolona tau matoa ee engkai
tu mattabe’-tabe’nai nappai narekko mabbicarai makanja’ batena mewai
ada tau ee.84

Maksudnya:

Selama anakn saya menempuh pendidikan di MI DDI Tanete ada banyak


hal baru yang dialami dari sikap walaupun perubahan sikap tersebut tidak
terjadi secara cepat. contoh sikap yang terjadi yaitu ketika lewat di depan
84
Nurhyati, (40 Tahun, Masyarakat), Wawanarapada tanggal 08 Juli 2021, Desa Tanete.
orang tua, anak tersebut berlaku sopan di depan orang tua dan pada saat
bertutur kata diucapkan dengan perkataan yang sopan.85

Sebenarnya selama anak mendapatkan perhatian dan pembiasaan berlaku

sopan, maka ia akan terbiasa dengan perlakuan tersebut karena anak lebih suka

mencontoh perilaku yang disaksikan secara langsung. Olehnya itu sebagai orang

tua berilah contoh yang baik kepada anak, jangan memberikan contoh yang tidak

sewajarnya. Selanjutnya menurut pendapat Ibu Rusni tentang anaknya adalah

Anak saya sekolah di MI DDI Tanete dan sekarang sudah kelas 5. Saya
merasa kalau anak saya sedikit membangkan kalau ada yang saya
katakan kemudian anak saya tidak mendengarkan, dia hanya acuh tak
acuh dengan perkataan saya. Tapi saya selalu berusaha untuk
memberitahu kepada anak saya bahwa sikap tersebut tidak baik. Saya
juga sedikit mengerti dengan sikapnya karena dia masih anak-anak, akan
tetapi saya berharap ketika dia tumbuh dewasa dia bisa mengubah
sikapnya dan sadar akan sikapnya yang sekarang, kalau sikap itu salah.86

Sedangkan menurut guru yang telah diwawancarai di lapangan


mengatakan bahwa walaupun tidak semua anak dapat berperilaku baik,
akan tetapi dalam pembinaan akhlak akan terus di tingkatkan. Akan
tetapi ada beberapa santri yang mengalami perubahan sikap dan ada juga
yang masih susah untuk diatur. Hal tersebut wajar terjadi karena tiap-tiap
anak ada masa dimana dia mengalami kesadaran untuk berbuat baik, ada
yang cepat dan ada juga yang lambat.87

Al-Ghazali menitik beratkan etika anak terhadap kedua orang tua

menurut al-Ghazali bisa di jadikan landasan bagi anak, agar mereka mengetahui

cara bersikap kepada orang tua, menghormati orang tua, memuliakan keduanya

dan agar terhindar dari dosa durhaka terhadap orang tua. Olehnya itu sebagai

orang tua janganlah pernah bosan mendidik dan mengajarkan kepada anak

85
Nurhyati, (40 Tahun, Masyarakat), Wawanarapada tanggal 08 Juli 2021, Desa Tanete.

86
Pepi, (27 Tahun, Masyarakat), Wawanarapada tanggal 08 Juli 2021, Desa Tanete.
87
Nurasia, (29 tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 19 Juni 2021, Desa Tanete.
tentang etika atau akhlak, teruslah membiasankan anak berbuat baik dan bertutur

kata sopan kepada siapapun, agar sikapnya tersebut terbawah sampai dia tua.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memaparkan hasil penelitian yang berjudul Etika Anak Terhadap

Orang Tua Menurut Imam Al-Ghazali (Studi Kasus MI DDI Tanete) pada santri

MI DDI Tanete. Penulis akan memberikan kesimpulan yang dianggap penting

dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Dalam pembahasan etika anak terhadap orang tua menurut al-Ghazali,

dikhususkan pada akhlak baik dan buruk. Yang menjelaskan tata cara

anak berbakti atau berinteraksi dengan orang tua dengan baik. Pada kitab

Bidayat al-Hidayah al-Ghazali menjelaskan mengenai etika anak atau

akhlak anak kepada orang tua, yaitu:mendengarkan ketika mereka

berbicara, mematuhi perintah keduanya, tidak berjalan dihadapan

keduanya, tidak mengeraskan suara melebihi suara keduanya, memenuhi

panggilan orang tua, berusaha mendapatkan ridha keduanya,

merendahkan diri kepadanya, tidak melirik kepadanya dengan tatapan

marah, tidak mengerutkan dahi dihadapannya, tidak bepergian kecuali

mendapatkan izin darinya.

2. Sekolah merupakan madrasah kedua setelah dirumah bagi anak-anak

karena disekolah mereka dididik oleh gurunya dengan berbagai macam

pembelajaran dan pembinaan akhlak karena perlu pembinaan akhlak

terhadap santri, sebagai berikut pembinaanya dengan cara memberti

nasehat, melalui pelatihan ekstrakulikuler, pengaruh keuarga, dengan


adanya pembiasaan bererilaku sopan dan baik dan memberikan hukuman

dan hadiah atas perilaku yang telah dilakukan santri

3. Menurut hasil penelitian yang penulis dapatkan dari orang

tua santri MI DDI Tanete, selain pembelajaran dan didikan guru

disekolah anak-anaknya juga mendapatkan didikan dari orang tuanya.

Karena ada orang tua yang dapat memahami pendapat yang mengatakan

madrasah pertama anak adalah orang tua di rumah, jadi kebanyakan

orang tua yang mendidik anaknya dengan ajaran agama dan juga akhlak

yang baik kepada sesama. walaupun tidak semua santri mengalami

perubahan sikap akan tetapi dengan adanya pembinaan akhlak akan

membuat santri menjadi sadar untuk melakukan perbuatan baik.

B. Saran

Setelah memparkan beberapa kesimpulan, maka penulis akan

memberikan saran, sebagai berikut:

1. Kepada guru agar tetap konsisten dalam

membina akhlak agar setiap alumni MI DDI Tanete menjadi alumni

yang mempunyai akhlak yang baik dan taat kepada orag tua dan guru.

2. Sebagai anak harus selalu jaga perasaan

orang tua dengan selalu bertutur kata yang sopan san bertingkah laku

baik kepada orang tua dan sesama teman.

3. orang tua merupakan sosok yang sangat

dekat dengan anak olehnya itu sebagai orang tua harus selalu

memberikan contoh yang baik kepada anak. Karena madrasah pertama


anak adalah orang tua di rumah, sebelum anak keluar beradaptasi

dengan orang lain.


DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata dan Fauzan.Pendidikan Perspektif Hadist. Jakarta: UIN Jakarta


Press, 2005.

Admin Materi, “Pengertian Etika Menurut ara Ahli dan Pengertian Etika
Secara Umum”. https://materibelajar.co.id/pengertian-etika-menurut-
para-ahli/= diakses pada tanggal 27 September 2021.

Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004.

Al-Ghazali, Abu Hamid. Bidayatul Hidayah. terj, Ahmad Fahmi Zamzam,


Panduan Amalan Harian Bidayatul Hidayah (Permulaan Jalan
Hidayah),Jakarta:Pustaka Darussalam,1995.

Al-Ghazali, Imam. Bidayah Al-hidayah. terj. Mujahidin Muhayan, dkk,


Bimbingan Bidayah Al-Hidayah Menggapai Hidayah, Jakarta: Menara,
2006.

Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin.terj, Muh. Zuhri, dkk, Ihya Ulumuddin.


Semarang: CV. Asy Syifa’, t.th.

Al-Ghazali, Imam. Majmu’ah Rasail Al-ghazali,terj. Kamran A. Irsyadi,


Majmu’ah Rasail, Yogyakarta: Diva Press,2018.

Al-Ghazali, Imam. Mukhtasar Ihya’ Ulumuddin. Penerj. Zaid Husein Al-Hamid,


Ringkasan Ihya Ulumuddin, Jakarta: Pustaka Amani,1995.

Al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati:Membentuk Akhlak Mulia, terj.


Muhammad Al-Baqir. Bandung: Karisma, 2001.

Aly, Hery Noer. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1996.

Amin,Ahmad. Etika: Ilmu Akhlak. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1995.

Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994.

Bagus, Lorens. Kamus Filsafat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2000.

Departemen Agama RI. Al-Quran Al-Karim dan Terjemahanya. Bogor:


Halim,2007.

Faried, Femmi Silaswaty.Optimalisasi Perlindungan Anak Melalui Penetapan


Hukum Kebiri,Jurnal Serambi Hukum, Vol. 11 No. 01, Februari-Juli
2017.
Fitria, Dina.“Akhlak Anak Terhadap Kedua Orang Tua Menurut Al-Ghazali
Dalam Kitab Bidyat Al-Hidaya”,Skripsi.Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo, 2008.

Hasyim, Umar. Anak Shaleh. Surabaya: Bina Ilmu, 2000.

Juhar, Nur Hamiah dan Muhammad. Pengantar Manajemen Penddikan di


Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2015.

Kurniaan, Aris. “Pengertian Etika, Fungsi, Manfaat, Macam-macam dan Para


Ahli. Guru Pendidikan, 19 Februari 2021.

Mahmud, Akilah. Aqidah Akhlak, Gowa: Gunadarma Ilmu, 2018.

Mansur, Amril. “Implementasi Klarifikasi Nilai dalam Pembelajaran dan


Fungsionalisasi Etika Islam”, Jurnal Ilmiah Keislaman. Vol. 5, No. 1,
Januari 2006.

Misbahuddin. Etika Reformasi Suatu Tinjauan Teologi, Makassar: Alauddin


University Press, 2011.

Musgamy, Aaliah. Tarekat Dan Mistisme Dalam Islam, Makassar: Alauddin


University, 2013.

Mustamin, Khalifa, dkk. Metodologi Penelitian Pendidikan. Makassar: Alauddin


Press, 2009.

Muthahhari, Murtadha. Konsep Pendidikan Islam. Depok: Iqra Kurnia


Gemilang,2000.

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2014.
Nur Rafika Sani, dkk. “Akhlak Tasawuf Tujuan dan Faedah Mempelajari Etika”
Makalah. Medan: Universitas Islam Sumatra Utara Pendidikan Agama
Islam,2017.
Quasem, Muhammad Abul. Etika Al-Ghazali. Etika Majmuk di Dalam Islam.
Bandung: Pustaka, 1998.

Rahmawati. “Peran Akhlak Tasawuf Dalam Masyarakat Modern”, Jurnal Al-


Munir, Vol. 8, No. 2, November 2015.

Rohayat, Enok i.Pemikiran Al-Ghazali Tentang Pendidikan Akhlak, Jurnal


Pendidikan Islam, Vol. XVI, No. 01, Juni 2011.

Sabiq, Sayid. Islam Dipandang Dari Segi Rohani-Moral-Sosial, Jakarta: PT


Rineka Cipta, 1994.

Sari, Maya. “Ikhsan dan Akhlak Terhadap Orang Tua”,Skripsi, Banda Aceh :
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry,2018.

Shihab, M. Quraish. TafsirAl-Misbah: Pesan dan Kesan dan Keserasian Al-


Qur’an, Jakarta: Lentera Hati, 2002.
St. Aisyah BM.AntaraAkhlak Etika dan Moral. Makassar: Alauddin University
Press,2014.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Jakarta: Alfabeta,


2009.

Sujarweni,Wiratna.Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru


Press,2014.

Supriadi. Etika dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Di Indonesia. Jakarta:


Sinar Grafika, 2006.

Tajibu, Kamaluddin. Etika Jurnalistik Islam. Makassar: Alauddin University


Press, 2014.

W.J.S. Poerwadarminta.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka,1976.

Yayasan Al-Hasanah, “Adab Seorang Anak Kepada Orang Tua Menurut Imam
Al-Ghazali”. Pengetahuan Umum,15 Februari 2020.

Yusuf, Muri.Metode Penelitian:Kuantitatif, Kualitati dan Penelitian Gabungan.


Jakarta: Kencana, 2014.

Zaini, Ahmad.Pemikiran Tasawuf Imam Al-Ghazali,Jurnal Akhlak dan


Tasawuf, Vol. 2 No. 1, 2016.

Zuriah, Nurul. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT Bumi


Aksara,2005.

Nurasia ,(29 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 19 Juni 2021, Desa Tanete.

Asrul (29 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 20 Juni 2021, Desa Tanete.

Khaeraty, (42 Tahun, Kepala Sekolah), Waancara pada tanggal 17 Juni 2021,
Desa Tanete.

Nurhayati, (40 Tahun, Masyarakat), Wawancara pada tanggal 08 Juli 2021, Desa
Tanete.

Pepi, (27 Tahun, Masyarakat), Wawancara pada tanggal 08 Juli 2021, Desa
Tanete.

Rahmi, (40 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 17 Juni 2021, Desa Tanete.

Sainong,Salman (46 Tahun, Guru), Wawancara pada tanggal 19 Juni 2021, Desa
Tanete.
L
A

N
DAFTAR INFORMAN

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN ETIKA ANAK TERHADAP

No Nama Umur Pekerjaan Tanggal


.
1. Khaeraty, S. Pd. I 42 Kepala Sekolah 17 Juni
2021
2. Nurasia, S. Pd. 29 Guru 19 Juni
2021
3. Rahmi, S. Pd. I 40 Guru 17 juni
2021
4. Salman Sainong,S. Pd. I 46 Guru 19 Juni
2021
5. Asrul, S. Pd. 29 Guru 20 Juni
2021
6. Nurhayati 40 IRT 08 Juli
2021
7. Pepi 27 IRT 08 Juli
2021
ORANG TUA MENURUT IMAM AL-GHAZALI DI MI DDI TANETE

KECAMATAN MARITENGNGAE KABUPATEN SIDENRENG

RAPPANG

A. IDENTITAS INFORMAN

1. NAMA

2. UMUR

3. JABATAN

4. AGAMA

5. ALAMAT

B. DAFTAR PERTANYAAN

1. Kapan MI DDI Tanete didirikan?

2. Apa visi, misi dan tujuan MI DDI Tanete?

3. Berapa jumlah pengajar MI DDI Tanete?

4. Metode apa yang digunakan dalam pembinaan akhlak?

5. Bagaimana penerapan santri selama melakukan

pembinaan etika?

6. Bagaimana cara anda menyikapi santri yang melakukan

kesalahan?

7. Apakah di MI DDI Tanete menerapkan konsep pemikiran

al-Ghazali tentang etika anak kepada orang tua?

8. Apakah sikap santri MI DDI Tanete sejalan dengan

konsep pemikiran al-Ghazali?


9. Bagaimana sikap anak anda selama menuntut ilmu di MI

DDI Tanete?

10. Bagaimana sikap santri kepada orang tua ketika dirumah?

11. Sebagai orang tua bagaimana anda mengajar anakberbuat

baik kepada anda?

12. Menurut anda apakah pengaruh sifat orang tua

mempunyai pengaruh yang besar dalam mendidik anak?


DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai