Anda di halaman 1dari 116

PERAN ORGANISASI KEPEMUDAAN (OKP) TERHADAP ENDIDIKAN

POLITIK BAGI GENERASI MUDA DI KABUPATEN SOPPENG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat Guna Melakukan Penelitian


Pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Oleh

Nur Aliuddin

105430013515

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASIL DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Kamu bisa karna kamu bergerak...


Dengan doa disertai ikhtiar Insya Allah Kamu bisa...

Saya persembahkan karya ini untuk:


Kedua orang tua saya yang selalu memberikan
doa dan dukungan, serta teman-teman yang selalu
memberikan suport, dan teruntuk sahabat
profesional yang selalu membersamai dalam suka
dan duka, serta dukungan, saran, motivasi sehingga
karya ini dapat diselesaikan.
ABSTRAK

Nur Aliuddin. 2019. Peran Organisasi Kepemudaan (OKP) Terhadap


Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda di Kabupaten Soppeng. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Muhajir dan
Pembimbing II Suardi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Oraganisasi Kepemudaan (OKP)


terhadap pendidikan politik serta dampak dari pendidikan politik bagi generasi
muda di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan indonesia.

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriftif.


Tekhnik pengumpulan data menggunakan Observasi, Wawancara, dan
Dokumentasi, sedangkan teknik analissi data mengguakan deskriftif kualitatif
dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian, dan verifikasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (i) peran Organisasi Kepemudaan (OKP)
terhadp pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng belum
terlalu maksimal (ii) dampak yang ditimbulkan dari pendidikan politik yang
diadakan mampu menambah wawasan dan meningkatkan partisipasi politik.

Kata Kunci : Peran OKP terhadap pendidikan politik


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa ta‟Ala. Atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

sesuai yang diharapkan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah atas Nabi

Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam, nabi yang terakhir diutus ke bumi

persada ini, untuk menyempurnakan akhlak umat manusia. Dan dialah Nabi yang

menjadi perombak peradaban Islam hingga kita dapat merasakaannya saat ini.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban sebagai

salah satu persyaratan guna menempuh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Terima kasih yang teramat tulus dari relung hati yang paling dalam

dipersembahkan kepada Ayah dan Ibu saya atas pengorbanan mulia dan suci serta

restunya demi keberhasilan penulis mencapai apa yang dicita-citakan. Semoga

Allah Subhanahu Wa ta‟Ala memberikan rahmat, berkah dan hidayah-Nya serta

meninggikan derajat di sisi-Nya.

Penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan sebagaimana mestinya tanpa

ada keterlibatan berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuannya.

Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan kepada Dr. Muhajir.,M.Pd. dan Suardi, S.Pd.,M.Pd. selaku

pembimbing yang selalu memberikan dorongan, semangat, dan membuka


wawasan berpikir dalam memecahkan masalah dalam penyelesaian penulisan

skripsi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

penulis sampaikan kepada:

Pror. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE.,MM Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar semoga dengan kepimpinan bapak senantiasa diridhai

oleh Allah SWT.

Erwin Akib, S.Pd, M.Pd, P.h.D Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. Muhajir., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Makassar, serta seluruh dosen dan para staf dalam lingkungan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar

karena berkat bimbingan dan arahan kepemimpinan mereka pula penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh keluarga,

sahabat, kakak-kakak, teman kelas, dan teman-teman Program Studi Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar

yang tidak dapat disebut namanya satu persatu, yang telah memberikan masukan

mengenai materi yang perlu ditambahkan dalam skripsi ini, motivasi dan

semangat ketika penulis sedang mengalami kesulitan dalam proses penyelesaian

skripsi ini.
Rasa syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa

ta‟Ala. atas bantuan yang diberikan selama proses penyelesaian skripsi. Akhirnya,

dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

sempurna. Untuk itu saran dan kritik yang dapat menyempurnakan skripsi sangat

penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.

Makassar, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN................................................................................. iv

SURAT PERJANJIAN .................................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR....................... ............................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................6
C. Tujuan Penelitian .........................................................................................6
D. Manfaat Penelitian .......................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka ..........................................................................................8


1. Konsep Peran .........................................................................................8
2. Organisasi Kepemudaan (OKP) ...........................................................10
3. Pendidikan Politik ................................................................................13
4. Fungsi Pendidikan Politik ....................................................................18
5. Tujuan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda ..................................19
6. Bentuk Pendidikan Politik ...................................................................23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................................25
C. Kerangka Fikir ...........................................................................................28
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian .......................................................................30


B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................30
C. Fokus Penelitian ........................................................................................31
D. Sumber Data ..............................................................................................31
E. Informan Penelitian ..................................................................................32
F. Instrumen Penelitian .................................................................................33
G. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................34
H. Teknik Analisis Data ................................................................................37
I. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................................ 39S

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian


1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian ........................................................42
2. Letak Geografis ....................................................................................43
3. Sosial Budaya .......................................................................................46
B. Hasil Penelitian
1. Bentuk Peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap Pendidikan
Politik Bagi Generasi Muda di Kabupaten Soppeng .......................... 50
2. Implikasi sosial peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap
pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng ..........76
C. Pembahasan
1. Bentuk Peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap Pendidikan
Politik Bagi Generasi Muda di Kabupaten Soppeng ...........................88
2. Implikasi sosial peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap
pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng ..........89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan.....................................................................................................92
B. Saran ...........................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................95
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel


Halaman
Tabel 3.1 Klarifikasi Pengumpulan Data ............................................39
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Soppeng ..........................48
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Agama ....................................50
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.3 Aksi Demonstrasi.................................................................77


Gambar 4.4 Kegiatan Pendidikan Politik ................................................84
Gambar 4.5 Pendidikan Politik dalam Perkaderan ..................................77
Gambar 4.6 Kegiatan Bedah Filem dan
Diskusi Politik ......................................................................................................88
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partisipasi politik dalam sebuah negara demokrasi merupakan sesuatu

yang sangat substansial. Salah satu alasan yang mendasar terkait hal tersebut

adalah karena salah satu indikator kualitas demokrasi ditentukan oleh tinggi dan

rendah partisipasi politik masyarakat suatu negara. Partisipasi politik merupakan

kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam

kehidupan politik, salah satu diantaranya dengan jalan memilih pimpinan negara

secara langsung dan ikut andil dalam memengaruhi kebijakan pemerintah.

Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan

umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan dengan pejabat

pemerintah atau anggota parlemen.

Kenyataan bahwa negara terbentuk dari hubungan-hubungan politik

membawa dampak terjadinya proses politik sepanjang kelangsungan hidup negara

(Victor, 2015). Oleh sebab itu proses politik yang terjadi tidak mungkin dihindari

setiap warga dalam suatu negara. Setiap warga negara pasti akan berhubungan

atau bersinggungan dengan proses politik entah itu disukai atau tidak disukai. Ini

menunjukan betapa proses politik sangat penting dan memiliki dampak yang

signifikan terhadap kehidupan setiap warga dalam suatu negara.

Bagi Indonesia yang menganut sistem politik berlandaskan Pancasila,

pendidikan politik bagi generasi muda sangat diperlukan sebagai langkah

memperkenalkan politik yang baik sebagai wujud menjalankan sistem demokrasi


dengan tepat. Dengan pendidikan politik yang baik diharapkan generasi muda

semakin sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara, mampu

memahami dan menanamkan budaya politik yang didambakan yaitu budaya

politik partisipan. Untuk itu pembinaan generasi muda dibidang politik

merupakan bagian yang sangat penting dari keseluruhan proses pembangunan

nasional, dan inilah yang menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan

masyarakat.

Pendidikan politik dapat dipahami sebagai salah satu fungsi politik yang

ditunaikan oleh struktur politik masyarakat untuk memberikan pemahaman

kepada masyarakat tentang nilai-nilai, simbol-simbol, keyakinan-keyakinan,

pandangan-pandangan tentang sistem politik melalui proses dialogik, terbuka,

kritis, rasional atau penyadaran. Dengan adanya pendidikan politik tersebut

diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga negara untuk berpartisipasi

dalam kehidupan bernegara. Salah satu upaya untuk membina generasi muda

dibidang politik, yaitu dengan mempersiapkan sejak awal, terutama sejak duduk

di bangku sekolah. Melalui pendidikan politik di sekolah, peserta didik akan

memperoleh banyak pengetahuan tentang dunia politik dan peranan mereka di

dalamnya.

Di masa kemerdekaan pengakuan akan hak politik dan partisipasi politik

dijamin penuh oleh konstitusi. Para penguasa tak pernah lupa menegaskan

pengakuan tersebut yang antara lain terlihat dari konsiderans atau pertimbangan

yang mendasari kebijaksanaan pemerintah. Masyarakat luas telah pula paham

akan adanya jaminan atas hak-hak tersebut. Justru kenyataan tersebut bersama
warisan tradisi berpartisipasi secara politik dari generasi pendahulu

menumbuhkan keinginan mereka, namun kenyataanya partisipasi politik dibatasi

atas nama kekuasaan. Hal inilah yang mengakibatkan banyak perjuangan yang

dilakukan masyarakat terkususnya para pemuda agar partisipasinya tersalurkan,

salah satu cara yang dilakukan para pemuda untuk menyalurkan partisipasinya

adalah dengan bergabung di salah satu Organisasi Kepemudaan (OKP).

Organisasi Kepemudaan (OKP) idealnya merupakan wadah pembinaan

calon pemimpin masa depan melalui pembentukan mental dan karakter yang

berkualitas. Di negara kita, Organisasi Kepemudaan (OKP) tumbuh subur sebagai

salah satu kekuatan sosial politik masyarakat yang cukup diperhitungkan.

Beragam Organisasi Kepemudaan (OKP) yang terbentuk, baik yang dilandasi

kesadaran demokrasi maupun yang tidak, menambah jejeran kekuatan massa

rakyat yang dikenal berasal dari basis intelektual, moral, kedaerahan dan unsur

kepentingan partai politik. Peran serta Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam

membangun kesadaran politik pada generasi muda saat ini sangatlah dituntut,

pendidikan politik haruslah dijadikan sebagai manuver dalam melakukan

pendekatan pada pemuda agar menjadi pemilih dan bijak dalam menjalankan

kewajibannya untuk menyukseskan perpolitikan yang ada. Tanpa terkecuali

Organisasi Kepemudaan (OKP) yang ada di Kabupaten Soppeng diantara

organisasi yang dimaksud ialah: Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia

(PMII).
Mengacu pada peraturan Undang-Uundang Nomor 2 tahun 2011 pasal 1

ayat (4) tentang Pendidikan Politik bahwa “ Pendidikan politik adalah proses

pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban dan tanggung jawab setiap

warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara” ( Niagara, 2012 ). Tentu

dalam hal ini Organisasi Kepemudaan (OKP) harus mampu memainkan perannya

sebagai sarana, penyalur, dan penggerak yang mampu menghimpun generasi

muda di Kabupaten Soppeng untuk menjadi partisipan politik yang demokratis,

melalui pendidikan politik maupun sosialisasi politik yang sesuai dengan

konstitusi, tentu hal ini sangat menjadi tuntutan bagi segenap Organisasi

Kepemudaan (OKP) terlebih lagi arah gerakan dan tujuan mencakup, agama,

sosial dan politik secara khusus, hal ini sebagai tantangan bagi Organisasi

Kepemudaan (OKP) untuk memberikan pemahaman kepada generasi muda agar

tidak menjadi apatis terhadap politik.

Generasi muda yang masih minim dengan pengalaman dalam

berpartisipasi politik, tentu sangat muda untuk dijadikan sebagai alat politik guna

menguntungkan suatu pihak, terlebih lagi bayang-bayang serangan fajar (money

politic) yang tumbuh subur dikalangan masyarakat secara umum dan pemuda

secara khususnya, hal inilah yang kemudian akan mencederai proses demokrasi.

Tanpa adanya pendidikan politik persepsi yang akan muncul ditengah masyarakat

umum dan generasi muda secara khusus ialah golput dan money politic adalah

pilihan, tentu hal ini merupakan persepsi yang keliru, terlebih lagi ketika ada

anggapan semua calon sama saja, ini merupakan anggapan yang salah. Di sinilah
peran Organisasi Kepemudaan (OKP) sebagai Agen of chage dan Sosial control,

terutama di Kabupaten Soppeng.

Kejadian di atas menujukkan bahwa betapa pentingnya diadakan

pendidikan politik terutama di Kabupaten Soppeng guna kembali membuka

wawasan generasi muda di Kabupaten Soppeng tentang politik yang apik dan

kendala yang dihadapi yakni kurangnya implementasi pendidikan politik di

kalangan generasi muda di Kabupaten Soppeng sehingga hal inilah yang

kemudian mempengaruhi jumlah pemilih muda, terjadinya money politic dan

kecurangan politik lainnya di Kabupaten Soppeng di sinilah peran penting

Organisasi Kepemudaan (OKP) selaku partner kerja pemerintah yang memiliki

arah gerakan tentang politik guna tercapainya pemuda yang demokratis.

Organisasi Kepemudaan (OKP) di Kabupaten Soppeng memiliki beban

tersendiri dalam menyelesaikan permasalahan tersebut maka di sinilah perlunya

peran serta Organisasi Kepemudaan (OKP) dan pihak pemerintah untuk lebih

intens dalam mengawal politik yang ada di Kabupaten Soppeng terlebih lagi

ketika melihat fenomena yang ada politik sering di jadikan sebagai ajang

penyaluran kepentingan pribadi bagi sekelompok orang.

Oleh karena itu melihat fenomena yang ada di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di Kabupaten Soppeng dengan mengangkat judul penelitian

“Peran Organisasi Kepemudaan ( OKP ) terhadap Pendidikan Politik Bagi

Generasi Muda di Kabupaten Soppeng” guna melihat sejauh mana pembinaan

Organisasi Kepemudaan (OKP) di Kabupaten Soppeng terhadap generasi muda

terkait pendidikan politik, tentu hal ini menarik bagi peneliti dan menjadi pokok
penelitian dikarenakan pendidikan politik merupakan sarana penyalur untuk

generasi muda guna meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang politik

dan bagaimana politik yang baik agar tidak ada lagi apatis di negara demokrasi

terutama apatis politik terlebih lagi Kabupaten Soppeng merupakan wilayah yang

strategis untuk melakukan penelitian dikarenakan wilayah ini cukup berkembang

serta perkembangan Organisasi Kepemudaan (OKP) yang cukup pesat .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap

pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng?

2. Bagaimana implikasi sosial peran Organisasi Kepemudaan (OKP)

terhadap pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bentuk peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap

pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng.

2. Untuk mengetahui implikasi sosial peran Organisasi Kepemudaan (OKP)

terhadap pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh

peran Organanisasi Kepemudaan (OKP) dalam pembinaan generasi muda

terkait pendidikan politik dan pengaruhnya terhadap partisipasi politik dalam

realitas politik yang ada di Kabupaten Soppeng.


2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan bagi

pemerintah di Kabupaten Soppeng dalam mengembangkan

Organisasi Kepemudaan (OKP) sebagai partner kerja dibidang

politik terutama dalam hal pendidikan politik serta dalam

meningkatkan partisipasi politik masyarakat dan generasi muda di

Kabupaten Soppeng.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

konstruktif kepada Organisasi Kepemudaan (OKP) untuk senantiasa

menjadi sosial kontrol terhadap generasi muda dalam hal pendidikan

politik di Kabupaten Soppeng.

c) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh

masyarakat di Kabupaten Soppeng agar dapat lebih meningkatkan

pemahaman tentang politik serta memahami arti penting pendidikan

politik bagi generasi muda yang diusung oleh Organisasi

Kepemudaan (OKP) di Kabupaten Soppeng.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Konsep Peran

Peran (role) merupakan sebuah teori yang ramai diperbincangkan pada

tahun 1930-an. Diskursus perihal peran tentu tidak lepas dari para pemikir ilmu-

ilmu sosial seperti Max Webber, Talcott Parsons, Ralph Linton, Ralf Dahrendorf

yang meletakkan dasar teoritis untuk perihal peran tersebut. Diskursus ilmu sosial

ini menjadi basis penting perkembang pemikiran filosofis khususnya pada filsafat

sosial dan politik sebagaimana dikembangkan oleh Jürgen Habermas dan Hannah

Arendt Pierre Bourdieu.

Ada tiga hal yang senantiasa muncul dalam mendefinisikan teori peran

yaitu, organisasi sosial, budaya dan performans yang muncul dalam interaksi

manusia. Dalam interaksi ini masing-masing individu tetap bertindak secara

otonom. Jadi di satu sisi manusia berada dalam sebuah struktur masyarakat dan

budaya di sisi lain juga tampil dengan kekhasan individual. Sebenarnya di dalam

teori peran ini juga bisa diamati secara empiris ruang hidup manusia, dimana di

satu pihak ia adalah pribadi unik di sisi lainnya ia pun tumbuh dalam konteks

masyarakat, ada struktur sosial budaya yang juga turut menentukan. Menurut

Talcott Parsons (Bolo, 2013) mendefinisikan peran sebagai “as the crucial social

mechanism that positioned individuals in social structure but, more important,


inculcated culture as individuals were socialized into them”. Dari definisi ini ada

tiga hal yang bisa ditarik yaitu bahwa peran itu berkaitan dengan individu-

individu dalam sebuah struktur dan menjadi budaya. Dalam tradisi ilmu psikologi

sosial kontemporer teori peran ini dibagi dalam dua ketegori yakni peran

struktural dan interaksi simbolik.

Bila kita menelaah teori peran ini maka akan bersinggungan dengan

pemikiran Pierre Bourdieu mengenai habitus. Menurut Bourdieu (Bolo, 2013:13)

ada tiga aspek habitus:

pertama, habitus bukan sikap atau persepsi, tetapi serangkaian disposisi

yang tertanam dalam diri individu (embodied dispositions, disebut juga oleh

Bourdieu “bodily hexis”) yang menjadi orientasi tindakan atau perilaku dalam

masyarakat, yang diperoleh melalui proses sosialisasi, sehingga dapat dikatakan

bahwa habitus menjadi “kodrat kedua”. Dalam pandangan Bourdieu, habitus

“dibentuk” dan “membentuk”, kondisi sosial dan budaya. Kedua, habitus tidak

mendeterminasi, tetapi memberi orientasi. Maka mempunyai kemungkinan untuk

tindakan lain, namun karena sifatnya historis maka kemungkinan itu dibatasi oleh

kondisi obyektif. Ketiga, habitus merupakan produk sosialisasi, tetapi juga secara

berkesinambungan dimodifikasi oleh pengalaman individu akan dunia luar,

meskipun pada kenyataannya lebih banyak cenderung ke arah reproduksi daripada

transformasi.

Pemahaman ini sebenarnya berdekatan dengan maksud peneliti tentang

peran. Peran itu merupakan tindakan individu maupun kelompok yang secara

sistematis dan melahirkan efek terhadap individu maupun kelompok lainnya. Efek
yang timbul ini bisa berupa hal positif maupun negatif bagi individu maupun

kelompok lainnya dilihat dari sudut pandang orientasi yang dicapai oleh tindakan

atau efek yang timbul dari peran yang dihasilkan dari proses sosialisasi.

Dengan demikian konsep peran dalam penelitian ini juga ingin

menampilkan dimensi individu maupun kelompok yang berinteraksi dalam sebuah

tatanan yang tumbuh dalam masyarakat berdasarkan sebuah cita-cita bersama.

Individu-individu maupun kelompok itu kemudian secara nilai dipengaruhi oleh

kondisi normatif dalam organisasi tersebut, tetapi sekaligus juga bisa mewarnai

kelompok yang ada. Dalam interaksi ini muncul budaya bersama yang melekat

pada individu dan sekaligus menjadi struktur normatif kelompok dan kerangka

nilai (budaya kelompok).

2. Organisasi Kepemudaan (OKP)

Organisasi merupakan sebuah sistem budaya yang sudah ada sejak zaman

awal manusia. Studi kebudayaan awal menunjukkan bahwa tindakan manusia

zaman dulu seperti berburu mengandaikan kerja organisasi demikian juga dalam

masyarakat modern perkembangan teknologi tidak lepas dari pola organisasi.

Menurut (Bolo, 2013) :

Organisasi merupakan suatu kegiatan, yang mengatur hubungan-

hubungan antara sistem terbuka dan lingkungannya. Dalam konteks pemahaman

ini organisasi manusia senantiasa mempunyai ciri terbuka, karena organisasi

sesungguhnya bukan sekadar wujud tetapi sistem. Dan berbicara sistem berarti

juga melihat fungsi-fungsi yang ada dalam sistem tersebut. Namun, fungsi sebuah

benda itu akan mudah dipahami bila kita berpikir dalam kategori sistemik.
Organisasi merupakan jaringan sistem yang beroperasi dan berkoneksitas

satu dengan lain secara terbuka dan hidup. Contoh sederhana sebuah pabrik tekstil

tetap akan beroperasi sejauh pabrik tersebut menjalin koneksi dengan berbagai

macam sistem jaringan dagang di dunia ini yang berkaitan dengan jaringan ekspor

dan impor. Bila dia berada dalam sistem maka kemungkinan hidup dan

berkembang lebih besar. Sehingga walaupun, sebuah perusahaan masih

mempunyai gedung, kantor, mesin, komputer dan berbagai benda-benda kantor

lain akan tidak berguna kalau dia tidak berada dalam sebuah sistem perdangangan

baik yang bersifat lokal, nasional bahkan internasional. Pemahaman tentang

organsisasi sebagai sebuah sistem yang hidup dan berkoneksitas dengan berbagai

jaringan yang lain ini yang ingin dikembangkan.

Berdasarkan pemahaman peran sebagaimana diuraikan di atas bahwa

peran mempunyai orientasi struktur dan nilai atau sosial budaya, pribadi dan

kelompok maka perihal organisasi yang dipahami di sini pun tak lepas dari

dimensi-dimensi tersebut. Organisasi adalah kumpulan orang-orang yang

mengikatkan diri satu dengan yang lain secara bebas. Sebuah organisasi

mempunyai latar belakang terbentuk dan orientasi ke masa depan. Latar belakang

terbentuk sebuah organisasi lahir dari cita-cita sekelompok orang atau masyarakat.

Demi tercapainya cita-cita kelompok tersebut, akan membentuk berbagai

perangkat normatif yang menjaga agar idealisme yang telah digariskan bisa

tercapai semaksimal mungkin.

Demikian juga pemahaman Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam

penelitian ini lebih dilihat sebagai sebuah sistem yang hidup dan terbuka. Dan bila
kita melihat sejarah Indonesia Organisasi Kepemudaan (OKP) mempunyai sifat

yang terbuka dalam jaringan yang hidup tersebut.

Menurut Sentot Imam (Arifridho, 2017:7) Organisasi Kepemudaan

(OKP) adalah lembaga yang menghimpun segenap potensi anak muda baik

mahasiswa maupun anak sekolah yang masuk kategori pemuda bahkan mereka

yang tidak menjadi anak terdidik. Organisasi Kepemudaan (OKP) ini berdiri

bersama dengan visi dan struktur kepemimpinan, budaya dan model aktualisasi

ide dan gagasannya. Bentuk dari organisasi ini lebih banyak berkaitan dengan

lembaga Himpunan mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

(IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam (PMII), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)

dan lembaga organisasi kedaerahan serta yang sejenis dari hal tersebut.

Pemuda yang terhimpun di dalamnya menjalani proses kaderisasi,

interaksi dan uji kemampuan memimpin dengan adanya struktur kepemimpinan

yang di tata melalui forum-forum kongres dan pengambilan kebijakan strategis

lainnya. Pendidikan dalam sistem perkaderan dan rekrutmen tercipta melalui

proses ideologisasi, prosesnya dengan mengikuti tahapan perkaderan 1,

perkaderan 2 dan tahapan selanjutnya perkaderan 3 dan keterampilan lainnya.

Sejalan dengan apa yang dipahami oleh peneliti Organisasi kepemudaan

(OKP) merupakan pilar yang sangat penting bagi bangsa Indonesia dan

Kabupaten Soppeng pada hkususnya, dimana organisasi yang secara sistematis

menghimpun para generasi muda atau individu dengan individu lainnya dengan

memanfaatkan segenap potensi yang dimiliki oleh individu, organisasi yang

berbicara tentang sistem ini mampu menjadi sarana bagi suatu bangsa melalui
generasi muda dalam mencapai tujuan bersama yang tidak terlepas dari cita-cita

bangsa Indonesia, namun pada saat ini kita dapat melihat ada beberapa Organisasi

Kepemudaan (OKP) yang tidak mempertahankan idealismenya selaku organisasi,

banyak kemudian yang di tunggangi oleh partai politik yang bertujuan untuk

melacarkan kepentingan pribadinya. Hal ini yang harus di retas ditengah-tengah

masyarakat guna mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada Organisasi

Kepemudaan (OKP) yang dikenal sebagai agen of change dan sosial control

ataupun sebagai lembaga yang netral.

3. Pendidikan Politik

Istilah pendidikan politik dalam Bahasa Inggris sering disamakan dengan

istilah political sucialization. Istilah political sosialization jika diartikan secara

harfiah ke dalam bahasa Indonesia akan bermakna sosialisasi politik. Oleh karena

itu, dengan menggunakan istilah political sosialization banyak yang

mensinonimkan istilah pendidikan politik dengan istilah Sosialisasi Politik, karena

keduanya memiliki makna yang hampir sama. Dengan kata lain, sosialisasi politik

adalah pendidikan politik dalam arti sempit.

Menurut Ramlan Surbakti (1992) memberikan pengertian tentang

pendidikan politik harus dijelaskan terlebih dahulu mengenai sosialisasi politik, ia

berpendapat bahwa :

“Sosialisasi politik dibagi dua yaitu pendidikan politik dan


indoktrinasi politik. Pendidikan politik merupakan suatu proses dialogik
diantara pemberi dan penerima pesan. Melalui proses ini, para anggota
masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-nilai, norma-norma, dan
simbol-simbol politik negaranya dari berbagai pihak dalam sistem politik
seperti sekolah, pemerintah, dan partai politik.”.
Pendapat di atas menyatakan bahwa pendidikan politik merupakan bagian

dari sosialisasi politik. Pendidikan politik mengajarkan masyarakat untuk lebih

mengenal sistem politik Negaranya. Dapat dikatakan bahwa sosialisasi politik

adalah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat.

Melalui proses sosialisasi politik inilah para anggota masyarakat memperoleh

sikap dan orientasi terhadap kehidupan politik yang berlangsung dalam

masyarakat.

Merujuk pada pengertian pendidikan politik, Rush dan Althoff (1983)

menganggap bahwa sosialisasi politik ialah sebagai suatu proses, oleh pengaruh

dimana seorang individu bisa mengenali sistem politik, yang kemudian

menentukan sifat persepsi-persepsinya mengenai politik serta reaksi-reaksinya

terhadap gejala-gejala politik. Sosialisasi politik tergantung dari lingkungan

tempat individu tinggal maupun kepribadian dari individu tersebut seperti yang

diungkapkan oleh Rush dan Althoff (1983) yaitu :

Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, dan

kebudayaan dimana individu-individu berada; selain itu juga ditentukan oleh

interaksi pengalaman-pengalaman serta kepribadiannya.

Sosialisasi politik sebagai suatu proses belajar tentang politik. Berkaitan

dengan pendapat-pendapat tersebut, persoalan pokok sosialisasi politik adalah

bagaimana seseorang menjadi paham akan politik. Dalam proses belajar politik

(political learning) terdapat sumber atau agen atau sarana-sarana sosialisasi

politik. Menurut Almond (1990) menyebutkan adanya beberapa agen sosialisasi

politik, seperti keluarga, sekolah, kelompok bergaul atau bermain (peer group),
pekerjaan, media massa, dan kontak politik langsung. Pentingnya agen-agen atau

sarana-sarana sosialisasi politik, sangat bergantung pada intensitas interaksi

individu dengan agen-agen atau sarana-sarana, proses komunikasi, penekunan,

dan usia seseorang.

Menurut Alfian (2015) juga menganggap bahwa adanya keeratan

hubungan antara pendidikan politik dan sosialisasi politik sehingga ia mengatakan

bahwa:

”Adapun sosialisasi politik ini dapat dianggap sebagai pendidikan

politik dalam arti yang longgar”.

Mengenai pengertian dari pendidikan politik dalam arti kata yang lebih

ketat Alfian ngatakan :

“dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses

sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati

betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang

hendak di bangun”.

Hal serupa juga dinyatakan oleh Kartini Kartono (2010) bahwa :“Pendidikan

politik merupakan upaya pendidikan yang disengaja dan sistematis untuk

membentuk individu agar mampu menjadi partisipan yang bertanggung jawab

secara etis/moral dalam mencapai tujuan- tujuan politik”.

Rusadi Kartaprawira (1988) memandang bahwa pendidikan politik yaitu :

sebagai upaya meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat

berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya, sesuai dengan paham


kedaulatan rakyat atau demokrasi bahwa rakyat harus mampu menjalankan tugas

partisipasi.

Dalam kaitan pendidikan politik ini, Kosasih Djahiri (2011) menyatakan

bahwa: Pendidikan politik adalah pendidikan atau bimbingan, pembinaan warga

negara suatu negara untuk memahami mencintai dan memiliki rasa keterikatan

diri (sense of belonging) yang tinggi terhadap bangsa negara dan seluruh

perangkat sistem maupun kelembagaan yang ada.

Dengan demikian pendidikan politik berupaya merubah warga negara

agar dapat memiliki kesadaran politik. Memiliki kesadaran politik berarti

memiliki keterpaduan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dari individu

dalam berpolitik.

Dihubungkan dengan tujuan pendidikan politik untuk menciptakan warga

negara yang memiliki kesadaran politik sehingga terjadi pembaharuan kehidupan

politik dalam rangka menciptakan suatu sistem politik yang demokratis, Affandi

(2015) melihat sosialisasi politik dalam tiga perspektif, Yakni perspektif

konsensus, perspektif kontruksi sosial tentang realitas dan prespektif humanisme.

Menurut Al-Khumaisi (Affandi, 2015) mendefinisikan pendidikan politik

sebagai upaya formal maupun nonformal yang dicurahkan untuk membantu pada

generasi dan pemuda agar bisa berpikir merdeka tentang hukum dan kekuasaan,

memberikan penyadaran kepada mereka tentang persoalan-persoalan kontemporer

regional, nasional maupun internasional dengan tujuan untuk membentuk dan

menumbuhkan pengetahuan, nilai, dan organisasi yang menjamin peningkatan


partisipasi politik individu, bingkai falsafah masyarakat, tujuan-tujuan dan

kemaslahatannya.

Dari beberapa pengertian pendidikan politik diatas akhirnya telah

mengantarkan peneliti pada sebuah kesimpulan secara menyeluruh, bahwa

pendidikan politik merupakan upaya sadar yang dilakukan oleh individu maupun

kelompok dalam upaya memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada

anggota masyarakat tentang nilai-nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik

negaranya dari berbagai pihak melalui lembaga yang secara terstuktur mengarah

pada pendidikan politik ataupun sosialisasi politik dimana dalam pendidikan

politik terjadinya proses dialogis antara pemberi dan penerima pesan.

Pendidikan politik pula dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang politik agar mampu berpartisipasi secara

maksimal dalam sistem politik negaranya, pendidikan politik ini tak sekadar

terkungkung diwilayah sekolah ataupun instansi terikat lainya namun secara luas

pendidikan politik merujuk pada proses pemberian pemahaman kepada

masyarakat terkait sistem politik.

Namun sedikit kritikan oleh penulis terhadap pendidikan politik di

Indonesia sering di jadikan sebagai alat yang di manfaatkan oleh oknum-oknum

yang tidak bertanggung jawab untuk meraih kepentingan pribadi maupun

kelompok sehingga masyarakat terkadang antipati terhadap sosialisasi politik dan

terkadang masyarakat hanya ingin menghadiri sosialisasi politik yang

diselenggarakan oleh pemerintah ketika ada jaminan berupa uang dan sebagainya,

tentu hal ini yang akan mencederai pendidikan politik kita. Maka dari itu sudah
menjadi tugas dan tanggung jawab bersama sebagai warga negara untuk

senantiasa menjalankan amanat konstitusi sesuai koridor yang ada dan pemerintah

harus bertindak tegas terhadap oknum-oknum yang kedapatan melakukan

pelanggaran dalam politik namun, pada nyatanya hal itu yang kurang di Negera

Indonesia ini.

4. Fungsi Pendidikan Politik

Sesuai dengan pengertian pendidikan politik itu sendiri maka pendidikan

politik mempunyai dua fungsi utama yaitu pertama dalam merubah atau

membentuk tata laku pribadi atau individu dan yang kedua lebih luas lagi yaitu

membentuk suatu tatanan masyarakat yang diinginkan sesuai dengan tuntutan

politik. Menurut Kartini Kartono (2010) bahwa pendidikan politik dapat

memberikan sumbangan besar bagi :

a. Proses demokrasi yang semakin maju dari semua individu (rakyat) dan

masyarakat/struktur kemasyarakatannya,

b. Dengan prinsip-prinsip realistik, lebih manusiawi, dan berlandaskan hukum

formal dalam menggalang komunikasi politik yang modern.

Fungsi pendidikan diatas lebih menekankan fungsinya dalam merubah

tatanan masyarakat agar lebih baik dari sebelumnya yang ditandai dengan adanya

perubahan sikap dari individu-individu dalam masyarakat tersebut, yang lebih

mendukung proses demokrasi. Sedangkan fungsi pendidikan bagi individu sendiri,

menurut Kartini Kartono (2010) ialah:


a. Peningkatan kemampuan individual supaya setiap orang mampu berpacu dalam

lalu lintas kemasyarakatan yang menjadi semakin padat penuh sesak dan

terpolusi oleh dampak bermacam-macam penyakit sosial dan kedurjanaan.

b. Disamping mengenai kekuasaan, memahami mekanismenya, ikut

mengendalikan dan mengontrol pelaksanaan kekuasaan di tengah masyarakat.

Fungsi pendidikan politik bagi individu yang tertera di atas tidak hanya mengubah

individu tapi juga membentuk individu yang baru. Dalam artian bahwa seorang

individu dengan melalui pendidikan politik tidak hanya memiliki pengetahuan dan

pemahaman tentang politik tapi juga mempunyai kesadaran dan sensitivitas dalam

berpolitik yang direalisasikan dalam bentuk perbuatan yaitu dengan ikut

berpartisipasi atau ditunjukan dengan sikap dan perilaku politik yang lebih luas

dalam usahanya untuk mencapai tujuan politik.

Rusadi Kantaprawira (1988) memandang pendidikan politik sebagai salah

satu fungsi struktur politik dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan

politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem

politiknya. Dalam kaitan itu Affandi (2015) mengatakan bahwa pendidikan politik

merupakan metode untuk melibatkan rakyat dalam sistem politik melalui

partisipasinya dalam menyalurkan tuntutan dan dukungan.

Dalam hal ini peneliti mengemukakan bahwa fungsi pendidikan politik

selain sebagai alat untuk mengubah perilaku dan menambah pengetahuan politik

suatu masyarakat juga memiliki fungsi sebagai alat untuk menjalankan demokrasi

secara benar dengan jalan ikut serta mengendalikan dan mengontrol sistem politik

melalui pengetahuan politik yang telah ditanamkan melalui pendidikan politik.


5. Tujuan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda

Tujuan pendidikan politik menurut (Wibowo, 2013:15) adalah

memberikan pedoman kepada generasi muda Indonesia guna meningkatkan

kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan tujuan pendidikan

politik ialah menciptakan generasi muda Indonesia yang sadar akan kehidupan

berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu

usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

Tujuan pendidikan politik menurut Kartini Kartono (2010) berikut ini.

1. Membuat rakyat (individu, kelompok, klien, anak didik, warga masyarakat),

yaitu:

a. Mampu memahami situasi sosial politik penuh konflik.

b. Berani bersikap tegas memberikan kritik membangun terhadap kondisi

masyarakat.

c. Aktivitasnya diarahkan pada proses demokratisasi individu atau perorangan,

dan demokratisasi semua lembaga kemasyarakatan serta lembaga negara.

d. sanggup memperjuangkan kepentingan dan ideologi tertentu, khususnya yang

berkolerasi dengan keamanan dan kesejahteraan hidup bersama.

2. Memperhatikan dan mengupayakan, yaitu:

a. Peranan insani dari setiap individu sebagai warga negara (melaksanakan

realisasi diri/aktualisasi diri dari dimensi sosialnya).

b. Mengembangkan semua bakat dan kemampuannya (aspek kognitif, wawasan,

kritis, sikap positif, keterampilan politik).


c. Agar orang bisa aktif berpartisipasi dalam proses politik, demi pembangunan

diri, masyarakat sekitar, bangsa, dan negara.

Menurut M. Nur Khoiron (Affandi, 2015) mengemukakan bahwa tujuan

pendidikan politik, antara lain :

1. Mempromosikan perluasan wawasan, kepentingan, dan partisipasi dalam

pemerintahan di tingkat lokal, provinsi, dan nasional sebagaimana

mendukung proses dan tujuan perkumpulan-perkumpulan warga di

masyarakat sipil.

2. Memperdalam pengertian tentang dasar-dasar sejarah, filsafat, politik, sosial,

ekonomi, demokrasi dan konstitusi baik di Indonesia maupun di negara-

negara barat.

3. Menyemaikan komitmen dan keberpihakan yang rasional atau prinsip-prinsip

dan nilai-nilai fundamental sebagaimana terungkap dalam dokumen-dokumen

ini, seperti deklarasi HAM beserta konvensi yang menyertai UUD 1945,

Pancasila dan Sumpah Pemuda yang telah mengikat bersama sebagai sebuah

bangsa dan menjadi wahana untuk membangun kinerja.

4. Mempromosikan pengertian tentang peran-peran mendasar dari lembaga-

lembaga berikut nilai-nilai masyarakat sipil dalam memperjuangkan

kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, setara dan manusiawi di

Indonesia. Selain itu, pendidikan politik menjadi sarana membentuk karakater

kepemimpinan pada generasi muda. Hilangnya karakter kepemimpinan

menjadi masalah tersendiri pada generasi muda sehingga harus menjadi

agenda berikutnya dalam penyelenggaraan pendidikan politik. Dalam suasana


Indonesia yang terdiri atas masyarakat majemuk, perlu adanya sosok

kepemimpinan antar budaya pada generasi muda sehingga mampu

menjalankan peran kepemimpinan yang demokratis dalam kondisi bangsa

Indonesia yang multikultural dan plural.

Pendidikan politik pula ditujukan sebagai sarana menciptakan generasi

muda yang mampu memerankan posisi politisnya dan mampu menjadi seorang

pemimpin yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia seperti yang

terkandung dalam Pancasila. Pendidikan politik dalam hal ini ditujukan untuk

membentuk generasi muda yang mampu menjadi pemimpin demi terciptanya

budaya politik Pancasila.

Kantaprawira (Wahyuningsi, 2013) mengemukakan budaya politik tidak

lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan

politik yang dihayati oleh anggota sistem politiknya. Dalam kacamata Indonesia,

Pancasila sebagai ideologi sekaligus sumber utama kehidupan mengilhami

terciptanya suasana dan sistem politik yang berasaskan pada nilai-nilai Pancasila.

Hal ini mendorong untuk terciptanya budaya politik Pancasila dalam dinamika

politik Indonesia. Hal tersebut mengilhami kita agar pendidikan politik Indonesia

ditujukan untuk menciptakan generasi muda yang mampu menjalankan peran dan

posisi politisnya dalam suasana budaya politik Pancasila sehingga terciptanya

iklim demokrasi yang menuntut partisipasi warga negara yang bernafaskan

Pancasila. Salah satu sarana penyeleggaraan pendidikan politik tersebut adalah

melalui organisasi kepemudaan sebagai langkah pemberdayaan generasi muda.


Dari hasil tinjauan tujuan pendidikan politik bagi generasi muda di atas

tidak terlepas dari apa yang dipahami peneliti yaitu pendidikan politik bagi

generasi muda sangatlah penting dimana sebagai upaya untuk menanamkan

karakter kepemimpinan dan kemudian mampu memerankan posisi politisnya di

tengah masyarakat multikultural dan plural serta sebagai penerus cita-cita bangsa

sesuai amanat konstitusi.

6. Bentuk Pendidikan Politik

Pendidikan politik tidak akan terlaksana tanpa adanya penyelenggaraan

yang dilakukan secara nyata di lapangan atau di tengah-tengah masyarakat.

Sedangkan penyelenggaraan pendidikan politik tentunya akan berkaitan erat

dengan bentuk pendidikan politik yang akan diterapkan di tengah-tengah

masyarakat tersebut. Dengan demikian, bentuk pendidikan politik mana yang

akan diterapkan dalam mendukung terlaksananya pendidikan politik merupakan

hal yang sangat penting bagi pemerintahan suatu negara, pada umumnya

pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan

pendidikan di dalam sebuah negara.

Bentuk pendidikan politik menurut Rusadi Kantaprawira (1988) dapat

diselenggarakan antara lain melalui :

a. Bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain bentuk publikasi

massa yang biasa membentuk pendapat umum.

b. Siaran radio dan televisi serta film (audio visual media)


c. Lembaga atau asosiasi dalam masyarakat seperti masjid atau gereja tempat

menyampaikan khotbah, dan juga lembaga pendidikan formal (sekolah)

ataupun informal.

Berdasarkan pendapat diatas, dapat kita lihat bahwa pendidikan politik

dapat diberikan melalui berbagai jalur. Pemberian pendidikan politik tidak hanya

dibatasi oleh lembaga seperti sekolah atau organisasi saja. Namun dapat diberikan

melalui media, misalnya media cetak dalam bentuk artikel.

Apabila dihubungkan dengan macam bentuk pendidikan politik di atas,

bentuk pendidikan politik yang diemban media massa dalam hal ini, yaitu surat

kabar dan partai politik ialah bukan merupakan bentuk pendidikan politik formal.

Semua bentuk pendidikan politik sebenarnya tidak jadi persoalan, artinya

semuanya baik asalkan mampu memobilisasi simbol-simbol nasional sehingga

pendidikan politik tersebut dapat merubah individu yang memiliki kecintaan

terhadap bangsanya atau memiliki rasa keterikatan diri (sense of belonging) yang

tinggi terhadap bangsa negara.

Apabila diasosiasikan dengan bentuk politik yang tertera diatas, maka

menurut penulis yang menjadi tolak ukur utama keberhasilan pendidikan politik

terletak pada penyelenggaraan bentuk pendidikan politik yang melalui jalur

lembaga atau asosiasi dalam masyarakat. Dalam hal ini penulis lebih setuju bila

pendidikan politik lebih ditekankan melalui jalur pendidikan formal. Pendidikan

politik fomal yaitu pendidikan politik yang diselenggarakan melalui lembaga

resmi (sekolah) dengan hal demikian pendidikan politik akan lebih tersalurkan

dan akan lebih muda dipahami apabila di ajarkan sejak dini pada generasi muda
kita, termasuk apabila pendidikan politik di masukkan dan dikupas secara

mendalam dalam sebuah mata pelajaran semisal Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan tentu hal ini akan jauh lebih memberikan efek terhadap

generasi muda kita jangan hanya melaksanakan pendidikan politik pada saat

waktu-waktu tertentu semisal menjemput pemilu dan lain sebagaianya.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang diajukan pada dasarnya berpatokan pada beberapa

penelitian sebelumnya yang menghasilkan sejumlah temuan tentang peran

Oraganisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan politik generasi muda

diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Jumiati (2015) tentang Peran Pemerintahan

Daerah Dalam Pendidikan Politik Ormas Islam Hizbu Tahrir Indonsia (HTI)

di desa Gentungang Kecamatan Bajeng Barat Kabupaten Gowa, dari hasil

penelitian tersebut menjelaskan bahwa peran pemerintah daerah dalam

pendidikan politik ormas Islam Hizbu Tahrir Indonesia (HTI) di desa

Gentungang Kecamatan Bajeng Barat dikategorikan tidak berjalan secara

efektif. Pendidikan politik Hizbu Tahrir ternyata tidak memihak kepada

pemerintah daerah dan terkesan kontra terhadap apa yang telah dilakukan

pemerintah saat ini. Sesuai dengan yang mereka pahami bahwa dalam

mengikuti pemilihan adalah sebagai Al-Hukum (pembuat hukum). Artinya

dengan ikut memilih maka kita telah memberikan wewenang kepada mereka

yang telah melakukan hal tersebut. Padahal dalam pemahaman dan keyakinan

seperti diajarkan dalam agama Islam yang dibawah oleh Rasulullah


Muhammad SAW, yaitu hanya Allah SWT yang berhak membuat hukum,

adapun yang menjadi landasan dalam peran pemerintah daerah ada dua yaitu:

(a)sebagaimana yang telah diamanatkan dalam undang-undang Republik

Indonesia No.23. tahun 2014 tentang pemerintah daerah. (b) undang-undang

Republik Indonesia No 2 tahun 2008 tentang partai politik pasal 1 (4) tentang

pendidikan politik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh jumiati kesamaan

dengan penelitian ini adalah objek kajian tentang pendidikan politik suatu

organisasi, serta kesamaan metode yang digunakan mengacu pada penelitian

kualitatif deskriktif , serta tehnik pengambilan data dengan cara wawancara.

Sedang yang menjadi perbedaan terletak pada lokasi penelitian serta objek

kajian tentang peran pemerintah.

2. Dandung Arifridho (2017) dengan judul penelitian Pengaruh Organisasi

Kepemudaan HMI Terhadap Partisipasi Politik Anggota HMI di Bandar

Lampung penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara

Organisasi Kepemudaan HMI terhadap Partisipasi Politik anggota HMI di

Bandar Lampung. Sampel pada penelitian ini menggunakan metode

statifikasi sampling. Teknik analisis data statistik dengan menggunakan

regresi linier sederhana (SPSS). Hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini

terdapat pengaruh antara organisasi kepemudaan HMI terhadap partisipasi

politik anggota HMI di Bandar Lampung dengan menggunakan pengujian

hipotesis sebesar 0,457. Dapat dilihat dari pedoman Interpretasi Koefisien

Korelasi bahwa angka sebesar 0,457 dikategorikan sedang. Hasil pengujian


hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengaruh

organisasi kepemduaan HMI terhadap partisipasi politik anggota HMI di

Bandar Lampung masuk dalam kategori sedang. Persamaan dengan penelitian

yang akan diteliti terletak pada objek kajian tentang organisasi kepemudaan

yang ada namun yang menjadi perbedaan terletak pada metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode explanatory research,

dimana peneliti menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel

melalui pengujian hipotesa.

3. Adreas Doweng Bolo (2015) dengan judul penelitian Peran organisasi

Kemasyarakatan pemuda (OKP) di wilayah bandung Dalam Memelihara

Rasa Nasionalisme dalam penelitian ini Organisasi Kepemudaan sebagai

wadah tumbuh dengan cukup banyak di Bandung sebanyak 173 OKP dengan

distribusi 83 OKP di Kota Bandung dan 93 OKP di Kabupaten Bandung.

Sebuah jumlah yang tergolong baik dalam pengertian bahwa orang muda,

cukup antusias berorganisasi. Demikian juga bila kita melihat berbagai

kegiatan yang dihasilkan ada berbagai macam gerakan yang memberi harapan

pada publik akan masa depan bangsa Indonesia. Kegiatan seperti, ikrar

kesetian pada negara dan penolakan berbagai macam teror serta kegiatan

yang mengancam persatuan dan kesatuan. Demikian juga pembekalan ilmu di

dunia maya berupa pelatihan media online merupakan berbagai upaya

membangun kualitas pemuda yang berpengetahuan sekaligus peduli terhadap

sesama anak bangsa.


Penelitian ini mengamati bahwa berbagai kegiatan kaum muda tersebut

lebih sebagai sebuah gegap gempita ke dalam belum cukup kuat membawa

arus perubahan ke luar. Penulis melihat bahwa gerakan kaum muda yang riuh

tersebut lebih sebagai sebuah gerak sentripetal. Orientasi politik kekuasaan

menjadi kuat dalam gerak ini. Dimensi sentrifugal, acapkali terpinggirkan

dalam hingar bingar kegiatan kaum muda tersebut. Karena begitu kuatnya

dimensi sentripetal maka persaingan dan dinamika internal organisasi

menjadi begitu keras dan menghabiskan banyak energi. Karena OKP sekadar

menjadi pelayan politik kekuasaan.

C. Kerangka Pikir

Pendidikan politik merupakan hal yang sangat penting bagi generasi muda

terutama dalam hal memahamkan dan meningkatkan partisipasi politik di suatu

negara, namun pada kenyataanya banyak kendala yang dihadapi oleh

penyelenggara politik dalam meningkatkan partisipasi politik generasi muda

diantara kendala yakni kurangnya minat generasi muda terhadap politik (apatis

politik) serta bermunculannya berbagai tindakan yang inkonstitusi terhadap

penyelenggaraan politik termasuk money politic dikalangan masyarakat terkusus

generasi muda. Organisasi Kepemudaan (OKP) sebagai partner kerja pemerintah

memilki peran sosial, kekuatan moral serta dalam aspek pembangunan nasional

dan dituntu untuk mampu menghimpun generasi muda dan memanfaatkan segala

potensi yang di miliki, Organisasi Kepemudaan (OKP) pula harus mampu ikut

andil dalam melakukan pendidikan politik guna menunjang partisipasi politik

generasi muda di Kabupaten Soppeng dengan jalan segala bentuk kegiatan


program yang ia jalankan harus mampu di arahkan dan menjadi sarana edukasi

politik bagi generasi muda sehingga mampu menjadi partisipan yang bertanggung

jawab dalam bidang politik salah satu bentuk peran pembinaan yang harus

dilakukan yakni ikut serta dalam sosialisasi politik dengan KPU yang ada di

daerah hal ini pula yang tidak boleh luput oleh Organisasi Kepemudaan (OKP)

yang ada di Kabupaten Soppeng sehingga melahirkan implikasi sosial dalam

masyarakat demi terciptanya kepercayaan terhadap politik yang ada. Dari uraian

di atas maka disusunlah suatu bagan kerangka pikir di bawah ini :


Peran organisasi kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan
politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng

Pendidikan
politik

 Keteladanan
 Pelatihan
 Penataran
 Penyuluhan
 berorganisasi

Pendidikan
politik
Bentuk peran
Organisasi Implikasi
Kepemudaan

Kesadaran politik

Gambar 2.1. Bagan kerangka pikir


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan dan

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi berdasarkan hasil penelitian

dan pemaknaan terhadap data yang diperoleh, guna menghasilkan data deskriptif

bersifat uraian kata-kata atau makna-makna tertulis dari orang-orang atau

informan yang diteliti dan dapat dipercaya. Menurut Creswell (2010), penelitian

kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami

makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari

masalah sosial atau kemanusiaan. Adapun strategi yang digunakan penulis dalam

penelitian adalah studi kasus, penelitian kualitatif metode studi kasus yang

digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena tentang

peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan politik bagi generasi

muda di Kabupaten Soppeng hal ini signifikan diteliti dengan metode studi kasus,

mengingat hal tersebut diharapkan mampu memberi pemaparan tentang peran

penting Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam suatu negara dalam sistem politik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan

penyusun memilih lokasi ini karena melihat perkembangan Organisasi

Kepemudaan (OKP) yang ada lumayan pesat dan peran serta dalam mengawal

pemerintahan yang ada di Kabupaten Soppeng dan juga termasuk keikut sertaan
dalam membantu pemerintah dalam pembinaan generasi muda di Kabupaten

Soppeng, hal ini sesuai dengan permasalahan yang dikaji dan waktu pelaksanaan

penelitian ini membutuhkan waktu selama kurang lebih dua bulan, dengan

pelaksanaan di mulai pada bulan Oktober sampai dengan bulan November 2019.

C. Fokus Penelitian

Yang menjadi fokus dalam penelitian adalah peran serta Organisasi

Kepemudaan (OKP) yang ada di Kabupaten Soppeng dalam hal pembinaan

pendidikan politik bagi generasi muda yang ada di Kabupaten Soppeng demi

tercapainya generasi muda yang mampu menjadi generasi yang sadar politik serta

menjadi partisipan yang bertanggung jawab, sehingga bisa memahami proses

penggunaan kekuasaan dalam menegakkan aturan dalam masyarakat dan

masyarakat secara umum dapat menggunakan hak politiknya.

D. Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu data primer

dan data sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari informan yang

terdiri beberapa dari ketua Organisasi, perwakilan KPU dan bebrapa generasi

muda dengan menggunakan teknik wawancara (interview guide) dan pengamatan

(observasi), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pengkajian

bahan pustaka berupa buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-

dokumen pada instansi Yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dengan

menggunakan teknik dokumentasi. Secara jelas sumber data sebagai berikut:

1. Data primer
Merupakan data yang diperoleh dari obyek penelitian melalui observasi

yakni mengamati secara langsung serta mencatat peristiwa penting yang

berhubungan dengan pembahasan. Dalam penelitian ini peneliti memeperoleh

data primer dengan turun lansung melakukan observasi dengan beberapa

Organisasi Kepemudaan (OKP) diantaranya dengan Organisai IMM, HMI,

PMII, Pemuda Muhammadiyah, IPM, dan MPM yang ada di Kabupaten

Soppeng observasi yang dilakukan oleh peneliti terkait dengan kegiatan

pendidikan politik yang dilakukan oleh beberapa organisasi yang ada di atas

,Selanjutnya data yang diperoleh melalui wawancara peneliti mewaancarai

ketua Organisasi di antaranya IL, SL, BR, IM, SF, ED dan dijadikan sebagai

sebagai data primer.

2. Data sekunder

Data ini diperoleh melalui telaah dokumen yang ada kaitannya dengan

penelitian, data ini dapat melalui buku-buku hukum, bahan kepustakaan,

peraturan perundang-undangan dan lain-lain. Dalam penelitian ini peneliti

memperoleh data sekunder dengan beberapa sumber antara lain jurnal yang

berkaitan dengan penelitian yang dilakukan bersama dengan Organisasi

Kepemudaan (OKP) di Kabupaten Soppeng, dokumen-dokumen, maupun hasil

penelitian sebelumnya yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti.

E. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian kualitatif yaitu informan penelitian yang

memahami informasi tentang objek penelitian. Informan yang dipilih harus


memiliki kriteria agar informasi yang didapatkan bermanfaat untuk penelitian

yang dilakukan, informan yang peneliti tentukan merupakan orang-orang yang

terikat secara kelembagaan dengan Organisasi Kepemudaan (OKP) yang ada di

Kabupaten Soppeng. Dalam pelaksanaannya penelitian ini menggunakan teknik

key person. Teknik memperoleh informan penelitian seperti itu digunakan karena

peneliti sudah memahami informasi awal tentang objek penelitian maupun

informan penelitian sehingga peneliti membutuhkan key person untuk memulai

melakukan wawancara atau observasi. Key person ini adalah tokoh formal

maupun tokoh informal. Penulis menentukan informan penelitian dalam penelitian

ini sesuai jumlah yang dibutuhkan dalam melengkapi data observasi dan

wawancara.

Dalam melakukan Penelitin, peneliti memiliki 13 informan penelitian

diantaranya ada 6 ketua lembaga kepemudaan yaitu IM, SL, BR, IM, SF, dan ED

yang aktif di Kabupaten Soppeng , 1perwakilan dari KPU Kabupaten Soppeng

yaitu EI dan 6 dari perwakilan generasi muda yaitu UM, RE, NF, AR, MR, dan

ND yang berperan aktif di Kabupaten Soppeng keseluruhan informan yang dipilih

oleh peneliti di anggap cakap dan berkaitan dengan penelitian sehingga dapat

memberikan data sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2009), penelitian kualitataif sebagai Human

Instrumen, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai

sumber data serta melakukan pengumpulan data, melalui kualiatas data, analisis

data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan temuan. Namun selanjutnya


setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka dapat dikembangkan instrument

penelitian sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan

dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

Oleh karena itu, instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri, sebagai intrumen utama peneliti sudah melakukan observasi dengan

mengamati secara langsung obyek peneliti, selanjutnya dilakukan wawancara

dengan beberapa informan, sedangkan instrument lain berupa alat perekam untuk

merekam saat peneliti mewawancarai informan, sedangkan kamera yang

digunakan untuk mengambil gambar-gambar sebagai dokumentasi saat

melakukan penelitian, dan pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan

yang di siapkan oleh peneliti, untuk mengungkap informasi yang terkait dengan

penelitian sehingga data yang dikumpulkan bersifat valid/sahih.

Untuk memperoleh fakta-fakta di lapangan, maka peneliti sebagai

instrumen utama dan melengkapi diri dengan pedoman wawancara, lembar

observasi, alat dokumentasi seperti perekam dan kamera serta alat catatan (pulpen

dan buku).

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data dalam penelitian Kualitatif di rancang

dan di susun oleh peneliti sendiri agar tersusun secara baik dan sistematis agar

penelitian menghasilakan data yang valid/sahih. Mengacu pada urgensi

pengkajian yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka digunakan beberapa

teknik pengumpulan data sebagai berikut:


1. Teknik observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan pengamatan secara langsung pada wilayah yang merupakan

fokus penelitian, pada wilayah tersebut peneliti mengamati berbagai hal

yang berhubungan dengan Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam

melakukan observasi penelitian ini memilih beberapa organisasi untuk

dijadikan sebagai objek dalam melakukan observasi seperti organisasi

IMM, HMI, PMII, Pemuda Muhammadiyah, MPM dan IPM yang ada di

Kabupaten Soppeng dalam melakukan observasi ini peneliti ikut lansung

dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh Organisasi Kepemudaan

(OKP) yang berkaitan dengan pendidikan politik dan melakukan

pengamatan lansung kondisi di lapangan, serta observasi juga dilakukan

dengan mencari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian guna

menunjang kevalidan data yang ingin di peroleh.

2. Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

melakukan tanya jawab dengan beberapa narasumber (Ketua Organisasi

Kepemudaan) atau key informan (informan kunci/Utama), serta kepada

informan tambahan, seperti beberapa anggota yang terlibat serta generasi

muda yan telah dibina melalui pendidikan politik. Dalam penelitian ini

peneliti melakukan wawancara dengan beberapa ketua organisasi sebagai

informan kunc di antaranya ada IL ketua IMM, SL, ketua HMI, BR ketua

PMII, IM ketua Pemuda Muhammadiyah, SF ketua MPM, dan ED ketua

IPM dan narasumber tambahan dari KPU yaitu EI dan beberapa

narasumber dari generasi muda di antaranya ada UM, RE, NF, AR, MR,
ND. Pertama-tama peneliti melakukan wawancara dengan ketua

Organisasi Kepemudaan (OKP) di lokasi yang telah disepakati bersama

untuk melakukan wawancara, dari wawancara tersebut peneliti

memberikan pertanyaan sesuai dengan informasi yang di butuhkan, kedua

peneliti melakukan wawancara dengan perwakilan KPU di Kabupaten

Soppeng yang membidangi sosialisasi, parmas, pemilih pemula dan SDM,

peneliti memberi pertanyaan seputar bentuk kerjasama yang dilakukan

antara Organisasi Kepemudaan dan KPU di Kabupaten Soppeng dalam

melakukan pendidikan politik, ketiga peneliti mencari informan dari

kalangan generasi muda yang dinilai dapat memberikan informasi yang

bisa diangkat dalam penelitian ini, pertanyaan yang diberikan seputar

keterlibatan serta pemahaman mereka mengenai pendidikan politik.

3. Dokumentasi merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau

dicetak, dapat berupa catatan, suara, buku harian, dan dokumen-dokumen.

Pada kesempatan ini peneliti menelusuri berbagai data yang ada pada

Organisasi Kepemudaan (OKP). Selain itu, proses dokumentasi ini juga

sengaja peneliti adakan untuk memperkuat hasil penelitian ini, dengan

meghadirkan gambar yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan politik

Organisasi Kepemudaan (OKP) di Kabupaten Soppeng serta rekaman

beberapa informan guna menunjang hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti, hasil dokumentasi darpat dilihat pada bab hasil penelitian dan

lampiran dokumentasi yang ada pada penelitian ini.

Tabel 3.1 Klasifikasi Pengumpulan Data


Teknik Analisis

No Data Aspek yang ingin diteliti

1. Wawancara 1. Tujuan organisasi yang mengarah


pada pendidikan politik.
2. Pembinaan organisasi kepemudaan
terhadap pendidikan politik generasi
muda di Kabupaten Soppeng
3. Visi misi yang mengarah pada
pendidikan politik
4. Arah gerakan organisasi terkait
pendidikan politik di Kabupaten
Soppeng
5. Program kerja yang mengarah pada
pendidikan politik generasi muda di
Kabupaten Soppeng
6. Bentuk sosialisai politik yang pernah
dilakukan Organisasi kepemudaan di
kabupaten Soppeng
7. Manfaat dari pendidikan politik yang
telah diselenggarakan oleh
Organisasi Kepemudaan terhadap
generasi muda di Kabupaten soppeng
8. Perbandingan sesudah dan sebelum
dilakukannya pendidikan politik bagi
generasi muda di Kabupaten
Soppeng
2. Observasi 1. Visi Dan Misi Organisasi
2. Arah gerakan gerakan organisasi
3. Pelatihan berbasis pendidikan politik
4. Tingkat sosialisasi politik
5. Dampak sosialisasi politik
3. Dokumentasi 1. Profil dan Struktur Organisasi
2. Visi Misi organisasi
3. Data Jumlah anggota Organisasi
Kepemudaan (OKP)
4. Dokumentasi lingkungan fisik
organisasi
5. Dokumentasi kegiatan
6. Dokumentasi selama proses
penelitian berlangsung
H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik

deskriptif kualitatif, dimana seluruh data yang diperoleh dari observasi,

wawancara, maupun dokumentasi. Untuk menyajikan data agar mudah dipahami,

maka langkah-langkah anlisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Analysis Interactive Model dari Miles dan Huberman, yang membagi langkah-

langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu pengumpulan

data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions). Adapun tahapan-tahapan

yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data

Semua data yang diperoleh tentang tinjauan sosio yuridis terhadap pendidikan

politik dikumpulkan dan dicatat secara objektif kemudian diperiksa, diatur,

kemudian di urutkan secara sistematis.

Penulis mengumpulkan data baik dari observasi yang dilakukan dan

wawancara dengan beberapa informan tersebut dikumpulkan, serta diperkuat

dengan adanya kumpulan dokumentasi dijadikan satu sehingga memudahkan

peneliti dalam penyajian data.

2. Reduksi data

Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstarakan

dan informasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan pada lokasi

penelitian di Kabupaten Soppeng. Setelah peneliti mengumpulkan data, maka

peneliti melakukan pemilihan data yang mana cocok dengan fokus penelitian
yang akan diteliti melalui penyederhanaan sehingga memudahkan peneliti

dalam penyajian data.

3. Penyajian data

Dilakukan dengan mendeskripsikan sekumpulan informasi secara teratur dan

sistematis yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat. Setelah

peneliti mereduksi data maka peneliti mendeskripsikan hasil penelitian baik

dalam observasi, wawancara, maupun dokumentasi untuk memudahkan

dalam penarikan kesimpulan pada hasil penelitian.

4. Verifikasi

Upaya mendapatkan kepastian akan keabsahan dari data yang telah diperoleh,

dengan memperhatikan kejelasan dari setiap sumber data yang ada.dengan

demikian maka peneliti dapat menarik kesimpulan berdasarkan data dari

keseluruhan proses yang telah dilaksanakan. Setelah peneliti menyajikan data

dengan mendeskripsikan hasil dari penelitian maka peneliti akan menarik

suatu kesimpulan dari hasil penelitian yang ditemukan dilapangan.

I. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data merupakan tahap yang sangat penting dalam

penelitian kualitatif, karena sangat menentukan tingkat kepercayaan terhadap hasil

penelitian yang telah dilakukan yaitu:

1. Perpanjangan pengamatan

Perpanjangan pengamatan dilakukan apabila data yang ditemukan

sebelumnya belum lengkap. Selain itu, perpanjangan pengamatan juga dapat


dilakukan untuk mengecek kembali kebenaran data yang didapatkan

sebelumnya.Dalam penelitian ini peneliti melakukan perpanjangan

pengamatan dengan mengikuti perkembangan yang dilakukan oleh

Organisasi Kepemudaan (OKP) IMM, HMI, PMII, Pemuda Muhmmadiyah

MPM, dan IPM yang ada di Kabupaten Soppeng guna melengkapi data

yang sebelumya.

2. Meningkatkan ketekunan

Teknik ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud

mengadakan pengamatan dengan teliti, rinci dan mendalam serta

berkesinambungan terhadap fenomena dan peristiwa yang terjadi pada latar

penelitian sehingga ditemukan hal-hal yang relevan dengan kepentingan

penelitian. Dalam penelitian ini untuk meningkatkan ketekuna maka peneliti

ikut dan terjun lansung dalam beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

Organisasi Kepemudaan (OKP) serta tetap mengikuti perkembangan yang

terjadi terkait pendidikan politik yang dilakukan oleh Organisasi

Kepemudaan (OKP) yang ada di Kabupaten Soppeng.

3. Triangulasi

Triangulasi pada tahap ini dilakukan triangulasi sumber (metode,

waktu, teknik) yakni data yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara

dengan sumber data primer, peneliti membuktikan kebenaran data tersebut

dengan mewawancarai lagi orang trigulator sebagai pembanding. Data hasil

wawancara dengan trigulator dibandingkan dengan hasil wawancara dengan

sumber data primer. Apabila triangulator memberikan data yang sama


terhadap setiap pertanyaan yang diajukan pada sumber data primer maka

kesimpulan yang diambil peneliti semakin kuat. Dalam hal ini peneliti

membandingkan data hasil wawancara dengan hasil observasi dan telaah

dokumentasi dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh data yang valid

dari penelitian ini data triangulasi dapat dilihat dalam lampiran penelitian

yang telah dilampirkan oleh peneliti.

4. Member Check

Pada tahap ini peneliti kembali kelapangan untuk mengecek kembali

semua data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan

dokumentasi dengan informan. Data yang sudah dianalisis di cross-check

kembali kepada informan dengan memperhatikan data-data dan kesimpulan

yang diambil oleh penliti pada saat proses analisis data. Apabila data sudah

dapat diterima dan disetujui maka dibuatlah kesimpulan hasil penelitian

dalam penelitian ini hasil dari member Chek dapat dilihat pada lampiran

penelitian yang telah dilampirkan oleh peneliti.


BAB VI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian

Di dalam lontara tertulis bahwa jauh sebelum terbentuknya kerajan

Soppeng telah ada kekuasaan yang mengatur jalannya pemerintah yang

didasarkan pada kesepakatan 60 pemuka masyarakat bergelar Arung,

Sullewatang, Paddereng dan Pabbicara yang mempunyai daerah kekuasan

tersendiri. Namun suatu waktu terjadi suatu musim kemarau disana timbul huru

hara, kekacauan sehingga kemiskinan dan kemeralatan terjadi dimana-mana

olehnya itu 60 pemuka masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang

junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut.

Tampillah Arung Bila mengambil insiatif mengadakan musyawarah besar

yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang matoa dari

Soppeng Rilau, sementara musyawarah berlangsung, tiba-tiba 2 (dua) burung

Kakatua memperebutkan setangkai padi, sehingga musyawarah terganggu dan

Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti

kemana mereka terbang.

Burung Kaktua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili dan tempat inilah

ditemukan seorang yang berpakaian indah sementara duduk di atas batu, yang

bergelar Manurunge Ri Sekkanyili. Terjadilah mufakat dari 60 tokoh masyarakat

untuk mengangkat Manurunge Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai


pemimpin yang diikuti dengan IKRAR antara LATEMMAMALA dengan rakyat

Soppeng dengan mengangkat sumpah di atas batu yang diberikan nama

LAMUNG PATUE, sambil memegang segenggang padi dengan mengucapkan

ikrar yang artinya “isi padi tak akan masuk melalui kerongkonan saya bila

berlaku curang dalam melakukan pemerintahan selaku Datu Soppeng”. Pada saat

itu LATEMMAMALA menerima pengangkatan dengan DATU SOPPENG,

sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng.

2. Letak Geografis

a. Letak dan Batas Wilayah

Gambar 4.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Soppeng

Secara geografis Kabupaten Soppeng terletak diantara 4o06o00o - 4o32o00o

Lintang Selatan 119 o42 o 18 o – 120 o06 o13 o Bujur Timur berada sekitas 180 km

di sebelah utara Kota Makassar (Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan) dengan waktu
tempuh sekitar empat jam menggunakan alat transportasi darat. Luas wilayah

1.500 km2 yang terdiri dari daratan dan perbukitan. Luas daratan ± 700 km2

berada pada ketinggian rata-rata ±60 meter di atas 200 meter permukaan laut.

Ibukota Kapubaten Soppeng yaitu WatanSoppeng berada pada ketinggian ±120

meter diatas permukaan laut. Temperatur udara di Kabupaten Soppeng berada

pada kisaran ± 24o sampai dengan ± 30o dan keadaan angin berada pada kecepatan

lemah sampai sedang.

Berdasarkan komposisi penggunaan lahan, 25.991 Ha atau sekitar 17,33

persen dimanfaatkan untuk arel persawahan, 28.003 Ha (17,34%) untuk tegalan

dan kebun 29.733 Ha (19, 82%) merupakan hutan Negara, 24.042 Ha (16,03%)

merupakan hutan rakyat dan selebihnya digunakan lahan perkebunan, perumahan,

dan sebagainya.

Kabupaten Soppeng dibagi menjadi 8 kecamatan terdiri dari 49 desa, 21

kelurahan, 124 dusun dan 39 lingkungan Kabupaten Soppeng terletak antara

4o06`’ Lintang Selatan dan 4o32’ Lintang Selatan dan antara 119o41’ 18” Bujur

Timur – 120o06’ 13” Bujur Timur, dengan batas wilyah :

1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Sidenrang Rappang dan Wajo,

2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Wajo dan Bone Timur,

3. Sebelah Selatan Dengan Kabupaten Bone, dan

4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Barru.

b. Keadaan Iklim

Temperatur udara di Kabupaten Soppeng berada sekita 24oC hingga 30oC.

Keadaan angin berada pada kecepatan lemah sampai sedang. Curah hujan
Kabupaten Soppeng pada tahun 2018 berada pada intensitas 148 mm dan 14 hari

hujan/bulan. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Soppeng tertinggi jadi bulan

April yaitu 209 mm yang paling rendah yakni bulan September 63 mm.

c. Keadaan Penduduk

Berdasarkan buku Kabupaten Soppeng dalam angka, jumlah penduduk

Kabupaten Soppeng pada tahun 2018 tercatat sebanyak 226.466 jiwa yang terdiri

dari laki – laki 106.594 jiwa dan perempuan 119.872 jiwa. Penduduk tersebut

tersebar di seluruh Desa/ Kelurahan dalam wilayah Kabupaten Soppeng dengan

kepadatan 151 jiwa/km2.

Penyebaran penduduk Kabupaten Soppeng dirinci menurut kecamatan,

bahwa penduduk terbagi atas wilayah Kecamatan Marioriwawo yaitu 44.899 jiwa

dari total jumlah penduduk, Kecamatan Lalabatan dengan jumlah penduduk

44.828 jiwa dari total jumlah penduduk, Kecamatan Lilirilau sekitar 27.244 jiwa

dari total jumlah penduduk dan yang paling terendah Kecamatan Citta dengan

jumlah 8.101 jiwa dari jumlah penduduk.

Ditinjau dari kepadatan penduduk per km persegi, Kecamatan yang

terpadat adalah Kecamatan Liliriaja yaitu 284 jiwa/km2 dan yang terjarang

penduduknya adalah Kecamatan Marioriawa sekitar 88 jiwa/km2. Soppeng

memiliki jarak alternatif yang terajangkau dari pusart kabupaten. Jarak dari

kacamatan menuju ibukota kabupaten berkisar antara 0 km higga 35 km.

Sedangkang Lalabata yang beribukota di Watansoppeng adalah kecamatan

terdekat, sekaligus menjadi ibukota kabupaten serta pusat pemerintahan dan

perekonomian di wilayah Soppeng. (Statistik Kabupaten Soppeng 2018).


Tabel 4. 1

Jumlah Penduduk
No. Kecamatan Luas Rumah
Km Tangga Laki-Laki Perempuan Total

1 Marioriwawo 300 11 214 20 799 24 100 45 646


2 Lalabata 278 11 066 21 717 23 111 42 865
3 Liliriaja 96 6 979 12 858 14 386 27 074
4 Ganra
57 3 014 5 231 6 217 11 800
5 Citta 40 2 023 3 645 4 456 9 259
6 Liliriau
187 10 251 18 012 20 638 40 748
7 Donri-Donri
222 6 286 10 839 12 323 24 813
8 Marioriawa 320 7 520 13 493 14 641 28 539
Jumlah 230
1 500 58 353 106 594 119 872
744
Jumlah Penduduk di Kabupaten Soppeng Menurut Kecamatan Tahun 2018

Sumber : Kabupaten Soppeng dalam angka-2018

3. Sosial Budaya

Kondisi sosial Kabupaten Soppeng dapat digambarkan melalui

perkembangan bidang pendidikan, kesehatan dan keagamaan.

a. Kesehatan

Tingkat kemajuan suatu daerah dapat tercermin dari banyak fasilitas

kesehatan di daerah tersebut. Jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Soppeng

adalah : rumah sakit 1 buah dengan tempat tidur 82, puskesmas 17 Induk, 45

Puskesmas pembantu dan dokter praktek sebanyak 41 orang. Rumah Sakit terletak
di Ibukota Kabupaten Soppeng yaitu Kota Watansoppeng, sedangkan

Puskesmas/pustu tersebar di semua kecamatan.

Jumlah pengunjung Rumah Sakit pada tahun 2018; rawat jalan 36.642

pasien, rawat inap 5.105 pasien, serta pengunjung puskesmas/pustu 202.931

pasien. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan

ekonomis sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan. Status kesehatan dan gizi masyarakat di Kabupaten Soppeng terus

ditingkatkan melalui perluasan akses penduduk terhadap fasilitas pelayanan

kesehatan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Hal tersebut dapat dilihat

dari capaian empat sasaran dampak pembangunan kesehatan antara lain;

meningkatnya umur harapan hidup pada tahun 2017 menjadi 71,2 tahun,

menurunnya angka kematian ibu yakni 6 per 100.000 KH, menurunnya Angka

Kematian Anak Balita (AKABA) pada tahun 2017menjadi 2 per 1000 KH, dan

menurunnya prevalensi kurang gizi pada anak balita. Berdasarkan hasil

pemantauan status gizi balita pada tahun 2017, menunjukkan bahwa dari 4.702

balita yang ada hanya 1 persen kondisinya berada di bawah standar gizi dan

sebanyak 4.274 anak (82%) yang kondisi gizinya normal. Selain itu kinerja

upaya peningkatan kesehatan di Kabupaten Soppeng juga dapat dilihat dari

meningkatnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, meningkatnya

cakupan kunjungan kehamilan keempat (K4), meningkatnya cakupan imunisasi


lengkap anak balita, meningkatnya cakupan jaminan kesehatan masyarakat dan

lain sebagainya.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat telah

dialokasikan dana untuk program kesehatan gratis sebesar Rp. 6,196,165,723,-

pada tahun 2018 yang bersumber dari Pemerintah Provinsi Rp. 1.529.779.200,-

dan Pemerintah Kabupaten sendiri sebesar Rp. 4.666.386.523

b. Agama

Tabel. 4.2
Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kabupaten Soppeng Tahun 2018

No. Agama Jumlah Persentase (%)


1 Islam 230.029 99,7
2 Kristen 688 0,29
3 Hindu 18 0,007
4 Budha 9 0,003
Jumlah 230.744 100
Sumber Data : Kabupaten Soppeng Dalam Angka, 2018

Mayoritas penduduk Kabupaten Soppeng menganut agama Islam sekitar

99,7 persen dari total penduduk yang ada, dan selebihnya menganut kepercayaan

Kristen sekitar 0,29 persen, Hindu 0,007 persen serta Budha 0,003 persen. Sejauh

ini kehidupan beragama di Kabupaten Soppeng berjalan cukup toleran dimana

para penganut agama tersebut hidup berdampingan dengan tenang dan damai.

c. Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan

pembangunan di daerah. Ada berbagai indikator untuk mengukur keberhasilan


pembangunan ekonomi di suatu daerah diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi,

perubahan struktur ekonomi, tingkat pendapatan perkapita (PDRB), dan lain

sebagainya. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan kontribusi dari

pertumbuhan berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung

menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator

ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan yang telah dicapai dan

berguna untuk menentukan arah pembangunan dimasa yang akan datang.

Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan untuk mengukur kinerja dari pelaksanaan

suatu proses pembangunan, sehingga pembangunan yang berhasil salah satunya

ditentukan oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil.

B. Hasil Penelitian

Wawancara dilakukan dengan menggunakan tehnik purposive terhadap 6

narasumber kunci yang dilakukan di Kabupaten Soppeng. Narasumber yang

berhasil diwawancarai secara intensif dengan nama menggunakan inisial, yaitu IL,

SL, IM, ED, SF, dan BR selaku Ketua Organisasi Kepemudaan di Kabupaten

Soppeng. Adapun narasumber tambahan sebanyak 7 orang narasumber yang

diambil secara acak guna menunjang hasil penelitian dengan inisial RE, AR, MR,

NF, UM dan ND sebagai perwakilan generasi muda yang ada di Kabupaten

Soppeng dan EI selaku Perwakilan KPU Kab Soppeng yang membidangi

sosialisasi, parmasa, pendidikan pemilih dan SDM.

Data yang belum sepenuhnya terungkap melalui wawancara akan di

lengkapi dari data hasil observasi langsung secara partisipatif yang dilakukan

dengan rentang waktu pada kurang lebih 60 hari dari bulan Oktober hingga
November tahun 2019. Untuk memperkuat data hasil wawancara dan observasi

dilakukan penelusuran terhadap dokumen dan arsip yang ada. Kemudian data

yang diperoleh tersebut dianalisa agar dapat diketahui bagaimanakah peran

Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan politik bagi generasi muda di

Kabupaten Soppeng. Dari semua data hasil penelitian kemudian diuraikan

berdasarkan garis besar pertanyaan penelitian.

1. Bentuk Peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap Pendidikan

Politik Bagi Generasi Muda di Kabupaten Soppeng

Peran (role) merupakan sebuah teori yang ramai diperbincangkan pada

tahun 1930-an. Diskursus perihal peran tentu tidak lepas dari para pemikir ilmu-

ilmu sosial seperti Max Webber, Talcott Parsons, Ralph Linton, Ralf Dahrendorf

yang meletakkan dasar teoritis untuk perihal peran tersebut. Diskursus ilmu sosial

ini menjadi basis penting perkembang pemikiran filosofis khususnya pada filsafat

sosial dan politik sebagaimana dikembangkan oleh Jürgen Habermas dan Hannah

Arendt Pierre Bourdieu.

Ada tiga hal yang senantiasa muncul dalam mendefinisikan teori peran

yaitu, organisasi sosial, budaya dan performans yang muncul dalam interaksi

manusia. Dalam interaksi ini masing-masing individu tetap bertindak secara

otonom. Jadi di satu sisi manusia berada dalam sebuah struktur masyarakat dan

budaya di sisi lain juga tampil dengan kekhasan individual. Sebenarnya di dalam

teori peran ini juga bisa diamati secara empiris ruang hidup manusia, dimana di

satu pihak ia adalah pribadi unik di sisi lainnya ia pun tumbuh dalam konteks

masyarakat, ada struktur sosial budaya yang juga turut menentukan. Menurut
Talcott Parsons (Bolo, 2013) mendefinisikan peran sebagai “as the crucial social

mechanism that positioned individuals in social structure but, more important,

inculcated culture as individuals were socialized into them”. Dari definisi ini ada

tiga hal yang bisa ditarik yaitu bahwa peran itu berkaitan dengan individu-

individu dalam sebuah struktur dan menjadi budaya. Dalam tradisi ilmu psikologi

sosial kontemporer teori peran ini dibagi dalam dua ketegori yakni peran

struktural dan interaksi simbolik.

Bila kita menelaah teori peran ini maka akan bersinggungan dengan

pemikiran Pierre Bourdieu mengenai habitus. Menurut Bourdieu (Bolo, 2013:13)

ada tiga aspek habitus:

pertama, habitus bukan sikap atau persepsi, tetapi serangkaian disposisi

yang tertanam dalam diri individu (embodied dispositions, disebut juga oleh

Bourdieu “bodily hexis”) yang menjadi orientasi tindakan atau perilaku dalam

masyarakat, yang diperoleh melalui proses sosialisasi, sehingga dapat dikatakan

bahwa habitus menjadi “kodrat kedua”. Dalam pandangan Bourdieu, habitus

“dibentuk” dan “membentuk”, kondisi sosial dan budaya. Kedua, habitus tidak

mendeterminasi, tetapi memberi orientasi. Maka mempunyai kemungkinan untuk

tindakan lain, namun karena sifatnya historis maka kemungkinan itu dibatasi oleh

kondisi obyektif. Ketiga, habitus merupakan produk sosialisasi, tetapi juga secara

berkesinambungan dimodifikasi oleh pengalaman individu akan dunia luar,

meskipun pada kenyataannya lebih banyak cenderung ke arah reproduksi daripada

transformasi.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada ketua Organisasi

Kepemudaan (OKP), KPU dan beberapa generasi muda di Kabupaten Soppeng

maka dapat diperoleh bahwa Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam menjalankan

peran terhadap pendidikan politik di Kabupaten Soppeng harus melakukan

kerjasama dengan segenap unsur-unsur pemerintahan yang bertanggung jawab

serta memiliki komponen yang harus di penuhi diantaranya tujuan, visi dan misi,

arah gerakan serta kegiatan yang harus di arahkan pada pembinaan politik bagi

generasi muda di Kabupaten Soppeng. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan, adapun hasilnya yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan

Tujuan pendidikan politik menurut (Wibowo, 2013:15) adalah

memberikan pedoman kepada generasi muda Indonesia guna meningkatkan

kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan tujuan pendidikan

politik ialah menciptakan generasi muda Indonesia yang sadar akan kehidupan

berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai salah satu

usaha untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan dalam

menjalankan perannya setiap unsur-unsur yang bertanggung jawab memberikan

pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng harus memiliki

tujuan yang mengarah pada pendidikan politik.

Berdasarkan wawancara dengan EI (devisi Sosialisasi, Parmas, Pendidikan

Pemilih, dan SDM KPU) bahwa:

“ jadi di devisi kami selaku parmas, sosialisasi, pendidikan pemilih dan


SDM dalam hal ini setiap kegaiatan atau tahapan yang dilakukan oleh
KPU Kabupaten Soppeng itu kami sosialisasikan atau kami informasikan
kepada masyarakat agar hal ini bisa menjadi transparan kepada masyarakat
bahwa hal-hal inilah yang dilakukan oleh KPU berdasarkan tentang
pendidikan politik pada masyarakat khususnya pada generasi muda ini di
pileg 2019 kemarin betul sekali kami banyak menyasar kepemudaan
contohnya kami go to school go to kampus kemudaian kerjasama dengan
stakeholder, stakeholder ini adalah LSM ataukah ormas yang ada di
Kabupaten Soppeng, jadi pendidikan politik ini tidak serta merta kami
dari KPU menyampaikan tahapan saja akan tetapi bagaimana kami di KPU
memberikan pendidikan politik kepada masyarakat bahwa memilih itu
seperti ini apasih tujuan dari pemilu dan apa fungsi dari pemilu itu sendiri
jadi digaris bawahi bahwa KPU dalam melaksanakan sosialisasi bukan
hanya mengarah penyampaian saja atau fice to fice kepada masyarakat tapi
intinya adalah bagaimana kami dari KPU memberikan pendidikn politik
kepada masyarakat, pendidikan yang kami masksud adalah masyarakat tau
apa itu pemilu pentingnya pemilu dan fungsi dari diadakannya pemilu itu
sendiri”

Berdasarkan hasil wawancara dengan IL yang merupakan ketua organisasi

kepemudaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di Kabupaten Soppeng

menyatakan bahwa:

“pada dasarnya ketika tujuan ikatan mahasiswa muhammadiyah di


interpretasikan kepada hal yang lebih jauh maka tidak bisa melepaskan
diri pada persoalan politik ketika politik tidak disempitkan hanya pada
persoalan partai karna bicara politik itu berbicara apa yang menjadi prodak
kebijakan hari ini itu adalah hasil dari prodak politik dan disitu IMM
mengawal apa yang menjadi keberlansungan bangsa hari ini,
mengusahakan tersbentuknya akademisi yang berahlak mulia itu tidak
hanya menjadi akademisi di ruag-ruang akademik tapi harus
terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dan salah satu bentuknya
yaitu dengan pengawalan kebangsaan”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SL selaku ketua

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kabupaten Soppeng mengatakan

bahwa:

“Pastinya ada karena dalam HMI ini kan ada fariabel dimana HMI
mengutamakan perkaderan yang dimana keilmuan 5 dimensi namanya dan
didalamnya ada unsur politik tentunya kita menyampaikan pada kader-
kader bagaimana sistem politik itu sendiri”
Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan BR selaku ketua

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“kalau di Soppeng itu yah pasti ada disana ada persoalan politik karna
kenapa dalam organisasi itu baru bisa berdiri tegak kalau kita bersinergi
dengan politik yang ada di Kabupaten Soppeng apalagi pendidikan politik
disitulah kita mengkaji bagaimana sistem politik yang ada di Kabupaten
Soppeng karena jangan sampai kita tidak tau persoalan itu padahal
demokrasi itu penting setiap organisasi itu penting karan pemuda itu harus
tau selut belut politik itu bagaimana kita mengkritisi jika tidak tau dengan
politik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan IM selaku ketua

Pemuda Muhammadiyah (PM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“jadi kita mengacu pada visi dan misi organisasi pemuda muhammadiyah
di Kabupaten Soppeng ini dan visinya adalah bagaimana menggenjot
Pemuda Muhammadiyah masuk kedalam rana politik artinya mengikuti
rana kebangsaan yang berkembang saat ini kemudian apakah tujuan
organisasi ada yang mengarah pada pendidikan politik jelas itu ada
dimana pemuda itu harus ikut aktif dalam mengikuti arah perkembangan
politik yang ada sekarang”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SF selaku ketua

Majelis perwakilan Mahasiswa (MPM) lamappapoleonro Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“mengenai itu ada sedikit mengenai politik karna disitu ada hal berkaitan
dengan politik seperti pemilihan ketua senat dan lainya”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan ED selaku ketua

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“yah secara khusus tidak namun ada bagian-bagian tertentu kita megarah
pada politik seperti pada saat pemilihan ketua dan sebagainya”
Sehubungan dengan pendidikan politik ada pula pandangan dari beberapa

generasi muda yang ikut aktif dan pernah mengikuti pendidikan politik ketika di

wawancarai tentang pemahaman mengenai pendidikan politik, hasil wawancara

dengan UM (22) yang mengatakan bahwa:

“pendidikan politik adalah pendidikan yang mengatur segala regulasi-


regulasi demokrasi yang ada di negara kita, karena Negara Indonesia
adalah negara demokrasi dan dalam negara demokrasi ada yang namanya
politik dan politik inilah yang mengatur masyarakat dalam berdemokrasi,
saya pernah mengikuti kegaiatan worshop yang diadakan oleh KPU,
kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat mulai dari pemuda
sampai dikalangan-kalangan yang memiliki hak pilih, karna kenapa
kegiatan seperti ini sangat berpengaruh bagaimana cara menyikapi asumsi
yang beredar di masyarakat bahwa politik itu sperti ini dan sperti itu
padahal tujuan politik itu suci menyangkut orang banyak”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan RE (24) selaku

generasi muda mengatakan bahwa :

“tentang pendidikan politik sedikit saya paham tentang bagaimana caranya


belajar untuk berpolitik, Kalau untuk gambaran yang dilakukan oleh
organisasi itu mungkin belum pernah tetapi untuk KPU yang mengadakan
di Kabupaten Soppeng itu kita sebagai mahasiswa kita di undang untuk
bagaimana caranya terlibat lansung dengan politik itu sendiri karena KPU,
kita dihadirkan untuk bagaimana caranya mengetahui intisari politik itu
sendiri tetapi tidak di ajarkan seratus persen untuk bagaimana kita
berpolitik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan NF (19)

mengatakan bahwa :

“yah paham, yah saya pernah mengikuti seperti sosialisasi yang diadakan
oleh KPU dan sosialisasi pemilih muda yang diadakan oleh delegasi
pemuda di Kabupaten Soppeng”

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan AR (20) mengungkpkan

bahwa :
“tentang pendidikan politik saya memahami tapi tidak terlalu dalam,yang
pernah saya ikuti Kalau KPU belum pernah tetapi kalau OKP baru-baru
ini saya mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah yaitu bedah filem tentang politik”

Selanjutnya hal lain di ungkpakna oleh MR (21) ketika ditanyakan tentang

pendidikan politik ia mengatakan bahwa :

“tidak mengetahui tidak pernah mengikuti karena tidak adanya


pemberitahuan yang sampai”

Dari hasil wawancara yang dilaukan oleh ND (18) ditemukan kesamaan

dengan yang mengatakan bahwa :

“tidak mengetahui, tidak pernah karena tidak pernah mendapatkan


informasi”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan yang

terdiri dari KPU, ketua Organisasi Kepemudaan (OKP) dan generasi muda

mengenai tujuan yang mengarah pada pendidikan politik serta pengetahuan

mengenai pendidikan politik dapat dikatakan bahwa organisasi kepemudaan serta

KPU di Kabupaten Soppeng memiliki tujuan yang mengarah pada pendidikan

politik hal ini di anggap penting karena pada dasarnya sebagai lembaga harus

paham dan memahamkan tentang politik itu sendiri, segala bentuk regulasi

kebijakan di negara tidak terlepas dari politik maka dari itu pemuda harus paham

dan mengetaui tentang politik dan hal itu bisa didapatkan melalui pembelajaran

yang mengarah pada pendidikan politik, pendidikan politik tidak hanya

disempitkan dalam ruang-ruang kelas maupun ruang-ruang publik namun

bagaiman pendidikan politik yang dimaksud yaitu upaya memberikan pemahaman


kepada generasi muda melalui bentuk apa saja yang memiliki nilai edukasi politik

seperti yang di ungkapkan oleh salah satu ketua organisais kepemudaan IL

dimana ketika tujuan organisasi di interpretasikan maka tidak dapat terlepas dari

politik karna berbicara tentang kebijakan saat ini itu merupakan hasil prodak dari

politik dan pemuda harus paham itu, untuk pendidikan politik semestinya lembaga

dan segala unsur yang bertanggung jawab dalam pemerintahan harus memiliki

tujuan yang di arahkan pada pendidikan politik. Namun tidak bisa dipungkiri

masih ada generasi muda yang tidak mengetahui tentang pendidikan politik politik

dengan dalih tidak pernah ada pemberitahuan yang sampai hal ini menunjukkan

bahwa masih kurang nampaknya kegiatan yang dilakukan, serta kurang massifnya

pendidikan politik yang dilakukan oleh OKP di Kabupaten Soppeng, kegiatan

pendidikan politik masih didominasi oleh KPU di sinilah perlu adanya inisiasi

dari organisasi kepemudaan untuk melakukan kerjasama dengan pihak-pihak

terkait agar tujuan serta edukasi politik yang dilakukan dapat memberi efek yang

berarti bagi generasi kita terutamanya di Kabupaten Soppeng.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti yang dilakukan

oleh peneliti pada saat berada di lokasi bahwa:

“Memang dalam tujuan Organisasi Kepemudaan (OKP) dan KPU di


Kabupaten Soppeng memiliki tujuan yang mengarah pada pendidikan
politik hal ini di tunjukkan pula dengan adanya kerjasama yang dilakukan
antara KPU dan Organisasi Kepemudaan dalam memberikan pemahaman
politik kepada generasi muda yang ada di Kabupaten Soppeng, dari hasil
observasi pula diperoleh kegiatan-kegiatan organisasi kepemudaan yang
mengarah pada pendidikan politik salah satu contohnya dari organisasi
kepemudaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang melakukan
kegiatan perkaderan yang didalamnya ada materi yang berkaitan dengan
politik kegiatan tersebut di selenggarakan di gedung pusat dakwah
Muhammadiyah Jalan Bila Selatan Kecamatan Lalabata dengan peserta
dari kampus-kampus yang ada di Kabupaten Seoppeng serta kegiatan
seminar kepemudaan yang dilakukan oleh PMII bekerjasama dengan
FORKOPIMDA Kab. Soppeng kegiatan ini dilaksanakan di gedung aula
kantor bupati Kabupaten Soppeng jalan Salotungo yang melibatkan
kalangan pemuda yang terdiri dari Siswa, Mahsiswa, OKP dan pemuda
secara umum, namun dari sisi pemuda itu sendiri masih ada yang belum
tersentuh pendidikan politik dan tau menahu tentang pendidikan politik
dengan dalih tidak adanya informasi yang tersebar hal ini menunjukkan
bahwa syiar dari kegiatan pendidikan politik di Kabupaten Soppeng belum
massif”

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti

di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Organisasi Kepemudaan (OKP) memiliki

tujuan yang mengarah pada pendidikan politik dan tujuan ini di realisasikan

dengan berbagai macam cara termasuk bekerjasama dengan KPU di Kabupaten

Soppeng meskipun dalam observasi di temui belum maksimalnya realisasi dari

tujuan tersebut

Hal ini dapat dihubungkan dengan jurnal (Mulayawan, 2018) Tujuan

adalah penjabaran visi dan misi, dan merupakan hal yang akan dicapai atau

dihasilkan oleh organisasi/perusahaan. Tujuan usaha berupa target yang bersifat

kuantitatif dan merupakan pencapaian ukuran keberhasilan kinerja perusahaan.

Dalam merumuskan tujuan harus bersikap SMART, yaitu specific, measurable,

action-oriented, realistic, dan timely, atau spesifik/khusus, bisa diukur, memiliki

orientasi pada tindakan, realistis, serta ada jelas penentuan waktu.

b. Visi dan Misi

Berdasarkan wawancara dengan EI (devisi Sosialisasi, Parmas, Pendidikan

Pemilih, dan SDM KPU) bahwa:

“kalau visi misi kami meluas maksudnya tetap di kepemudaan itu atau
organisasi kepemudaan yang ada di Kabupaten Soppeng inilah yang benar-
benar akan kita gali bersama karna kita tau bahwa OKP yang ada di
Kabupaten Soppeng ini sangat mempunyai peran yang sangat besar kiata
tau teman-teman OKP itu punya basis dan massa yang banyak OKP ini
yang dimana mereka sudah memiliki pemikiran yang matang yang bisa
memajukan demokrasi yang ada di Kabupaten Soppeng dan ditangan
teman-teman OKP inilah mereka bisa menunjukkan bahwa kami ini
berdemokrasi bukan hanya melakukan hal-hal yang tidak berguna tapi
teman-teman OKP ini kita harapkan bersama menjalin kejasama dengan
kami menyukseskan demokrasi di Kabupaten Soppeng ini”

Berikut beberapa hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa ketua

organisasi kepemudaan terkait visi ddan misi organisasi yang mengarah pada

pendidikan politik, menurut IL mengatakan bahwa:

“IMM mengajarkan bahwa segala bentuk penindasan atau ketidak adilan


itu adalah musuh bersama dan mengindahkan segala bentuk hukum yang
ada jadi itu bagian daripada prinsip-prinsip dasar yang dimiliki IMM dan
di drop kebawah dan itu diterjemahkan menjadi langkah-langkah taktis
dan strategis”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SL selaku ketua

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kabupaten Soppeng mengatakan

bahwa:

“Secara khusus berbicara tentang pendidikan politik tentu ada namun


apabila mendorong kader masuk dan terjuan atas nama lembaga itu tidak”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan BR selaku ketua

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“ada semisal kita ikut dalam menyukseskan semisal money politik, atau
pilkada bagaimana okp itu terlibat untuk menyuarakan jangan money
politik bagaimana menyuarakan demokrasi yang rill tanpa ada intervensi
dari pihak tertentu”
Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan IM selaku ketua

Pemuda Muhammadiyah (PM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“yah betul itu ada dalam visi dan misi tentang bagaimana arah kedepan
organisasi bagaimana organisasi ini betul-betul hidup oleh regenrasi
apalagi dalam bidang politik dan di organisasi kita memang ada yang
membidangi tentang politik dan ham dan didalamnya ada pendidikan
politik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SF selaku ketua

Majelis perwakilan Mahasiswa (MPM) lamappapoleonro Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“mengarah dengan pendidikan politik mungkin sangat minim karna kami


disini terfokus pada jurusan kami yakni manajemen dimana kita
melakukan sesuai dengan ekonomi mungkin sedikit saja yang disinggung
mengenai politik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan ED selaku ketua

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“Megarah itu tidak ada”

Selanjutnya, wawancara yang dilakukan dengan beberapa generasi muda

yang pernah mengikuti pendidikan politik tentang penyampaian visi misi dari

pihak penyelenggara pendidikan politik. hasil wawancara dengan RE (24)

mengatakan bahwa:

“Tidak ada penyampain visi dan misi terlebih dahulu”

Selanjutnya, wawancara yang dilakukan dengan AR (21) selaku generasi

muda mengatakan bahwa:

“tidak ada”
Hal yang lain di ungkapkan oleh NF (20) selaku generasi muda yang

mengatakan bahwa :

“ada pemberitahuan”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan UM (22) yang

mengatakan bahwa :

“visi misi yang disampaikan pada saat itu saya rasa arahnya kurang jelas
kemana”

Dan menurut AR (21) saat di wawancarai tentag pemberitahuan visi dan

misi lembaga yang melakukan kegiatan mengatakan bahwa:

“tidak ada pemberitahua”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa

narasumber di atas dapat dikatakan bahwa dalam visi dan misi lembaga ada yang

mengarah pada pendidikan politik dimana dalam visi berbicara tentang tujuan

yang akan di capai dan misi berbicara tentang cara yang akan dilakukan dalam

mencapai suatu visi, visi merupakan sesuatu yang ditetapkan sedari awal yang

sifatnya statnan sedang misi merupakan cara yang bisa saja beruba seiring dengan

kondisi yang ada dan hal inilah yang di butuhkan oleh organisasi kepemudaan

dalam memberikan pemahaman politik kepada generasi muda harus ada visi dan

misi yang di arahkan pada pendidikan politik dan hal itu telah di lakukan

meskipun di dapatkan temuan dari keterangan beberapa generasi muda bahwa

tidak ada penyampaian visi dan misi oleh pihak penyelenggara pendidikan politik,

namun tidak semua tidak menyampaikan seperti dikatakan oleh NF yang

menurutnya ada pemberitahuan sebelumnya oleh pihak penyelenggara. Hal lain


juga di tunjukkan oleh KPU yang memiliki visi dan misi yang mengarah pada

pendidikan politik dan dalam mencapai itu KPU melibatkan Organisasi

Kepemudaan (OKP) tentu hal tersebut saling menguntungkan seperti yang

dikatakan oleh EI organisasi kepemudaan memiliki basis massa yang banyak dan

pemikiran yang matang tentu hal ini bisa menjadi partner yang baik begitu pula

seperti yang telah di lakukan oleh BR salah satu ketua OKP dimana mengatakan

bahwa apa yang telah dilakukan itu seperti ikut mengkampanyekan menolak

money politik sebagai wujud demokrasi yang rill tanpa adanya penindasan,

namun ada saja OKP yang tidak memiliki visi dan misi yang mengarah pada

pendidikan politik hal ini sangat di sayangkan melihat politik sangat penting

untuk di pelajari sebagai acuan dalam mengawal kebijakan-kebijakan dan generasi

muda tidak boleh tabu terhadap hal yang seperti itu.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti terkait visi dan

misi dari Organisasi Kepemudaan (OKP) pada saat berada di lokasi maka dapat

dikatakan bahwa:

“Dalam visi dan misi ada yang mengarah pada pendidikan politik hal ini di
dapat terlihat dari kegiatan yang dilakukan oleh OKP serta penanaman
budaya politik yang dilakukan seperti yang dilakukan di Pemuda
Muhammadiyah yang pada dasarnya kader-kader di siapkan untuk masuk
pada wilayah politik dimana dikenal adanya kader bangsa dalam
persyarikatan Muhammadiyah hal ini pula yang di teruskan di organisasi
naungan Muhammadiyah. Di KPU sendiri ada visi misi yang mengarah
pada pendidikan politik dan dalam visi misi tersebut melibatkan organisasi
kepemudaan dalam mencapai tujuan tersebut terbukti dari adanya
pelibatan dari KPU untuk anggota organisasi kepemudaan sebagai bagaian
dari RELASI (relawan demokrasi) bentukan dari KPU guna memperluas
jaringan dalam menyampaikan pendidikan politik di masyarakat
Kabupaten Soppeng, namun hal yang jarang dilakukan oleh Organisasi
Kepemudaan (OKP) dalam melakukan kegiatan pendidika politik pada
generasi muda yaitu penyampaian visi misi dari organisasinya padahal hal
tersebut sangat perlu guna menarik minat dari pemuda untuk bergabung
dengan organisasi dan menarik dalam politik itu sendiri hal ini terlihat saat
peneliti ikut di salah satu kegiatan OKP yang nuansanya pendidikan politik
memang tidak ada pemberitahuan visi dan misi dari OKP itu sendiri”

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam menjalankan visi dan

misi ada yang mengarah pada pendidikan politik hal ini juga dapat dibuktikan

dengan berbagai kegiatan yang dilakukan beberapa mengarah pada pendidikan

politik.

Seperti dalam jurnal (Salamadian, 2017 ) menyangkut visi dan misi

dimana visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai

inti sebuah organisasi, perusahaan atau instansi. Visi merupakan tujuan masa

depan sebuah instansi, organisasi, atau perusahaan. Visi juga adalah pikiran-

pikiran yang ada di dalam benak para pendiri. Pikiran-pikiran tersebut adalah

gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai. Jika visi adalah gagasan

mengenai tujuan utama, maka misi adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui

untuk mencapai visi tersebut. Selain itu, misi juga merupakan deskripsi atau

tujuan mengapa perusahaan, organisasi atau instansi tersebut berada di tengah-

tengah masyarakat. Misi juga bisa dikatakan sebagai Penjabaran sebuah visi. Jika

visi hanya dituliskan dalam satu kalimat saja, maka misi akan dijabarkan dengan

beberapa kalimat yang mudah untuk dipahami pembaca atau siapa saja yang

melihatnya.

c. Arah Gerakan
Berdasarkan wawancara dengan EI (devisi Sosialisasi, Parmas, Pendidikan

Pemilih, dan SDM KPU) bahwa:

“go to kampus kemudaian kerjasama dengan stakeholder, stakeholder ini


adalah LSM ataukah ormas yang ada di Kabupaten Soppeng”

Berdasarkan hasil wawancara dengan IL yang merupakan ketua organisasi

kepemudaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di kabupaten Soppeng

menyatakan bahwa:

“programnya adalah program pengembangan sumber daya manusia ujung-


ujungnya ketika ditarik dalam konteks muhammadiyah akan ada persiapan
menjadi kader persyarikatan, kader ummat dan kader bangsa yang
diarahkan pada kader bangsa nantinya harus memiliki kualifikasi
pengetahuan dasar tentang persoalan-persoalan politik itu makanya
dilakukanlah pembinaan-pembinaan dasar dan sebagainya baik itu bersifat
perkaderan formal maupun perkaderan non formal yang sifatnya mengarah
pada pendidikan politik dan sebagainya”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SL selaku ketua

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kabupaten Soppeng mengatakan

bahwa:

“seperti seminar ataukah dialog-dialog itu sendiri kalau dan berkisar ada
momentum politik kita membuat diskusi-diskusi intens mengenai
perkembangan politik sekarang ini”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan BR selaku ketua

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“gerakan yang kita lakukan itu seperti kita selalu mengawal kebijakan-
kebijakan yang ada di Kabupaten Soppeng supaya itu tidak menjadi
kontroversi di tengah masyarakat dan pemuda-pemuda juga bisa memiliki
pandangan mengenai politik di kabupaten soppeng, ketika kita tidak
melakukan hal itu jika ada regulasi yang timbul dan kita tidak mengetahui
maka tentu kita akan tinggal dia da tidak menindak lanjuti hal tersebut dan
untuk program kerja dari PMII bentuknya hanya kajian sekaligus observasi
di setiap lembaga yang ada kaitannya dengan politik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan IM selaku ketua

Pemuda Muhammadiyah (PM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“jadi tidak semua arah gerakan itu mengacu pada pendidikan politik
artinya kita harus menyikapi perkembangan politik jika memang ada
nuansa politik kita mengajak dan mengajari adik-adik kita untuk
bagaimana ikut peran aktif dalam bidang politik dalam hal ini pendidikan
politik dan kita dalam melakukan pembinaan kita memberikan pada
bidang politik dan hukum untuk bagaimana mengajarkan dan menerapkan
membimbinga dik-adik menyikapi hal-hal yang ada di politik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SF selaku ketua

Majelis perwakilan Mahasiswa (MPM) lamappapoleonro Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“arah kegiatannya mungkin di kegiatan yang sesuai dengan pemerintahan


seperti ada kegiatan terkusus seperti yang biasa kita lakukan kita kumpul
bersama dengan teman-teman dan berdiskusi”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan ED selaku ketua

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“penuangan materi terhadap kader salah satunya dengan pelatihan TM 1,


TM 2 dan seterusnya”

Selanjutnya, wawancara yang dilakukan dengan beberapa generasi muda

yang pernah mengikuti pendidikan politik tentang arah gerakan yang dilakukan

oleh penyelenggara pendidikan politik membuat senang dan paham tujuan

diadakan kegiatan pendidikan politik. hasil wawancara dengan UM (22)

mengatakan bahwa:
“yah senang kami dari kalangan pemuda sangat mengapresiasi kegiatan
yang seperti ini karena kenapa, kegiatan seperti ini sangat berpengaruh
apalagi kita pemilih-pemilih pemula ingin mengetahui regulasi-regulasi
serta aturan-aturan dalam memilih pemimpin dan bagaimana peraturan-
peraturan yang ada di dalamnya”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan RE (24) selaku

generasi muda mengatakan bahwa :

“senang, tujuan sedikit saya pahami bahawa pendidikan politik ini


dilakukan agar bagaiman kita bisa paham politik itu sendiri

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan NF (19)

mengatakan bahwa :

“yah senang karna mengajarkan kita bagaimana berorganisasi dan


kesinambungan antara organisasi dan politik tersebut.”

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan AR (20) mengungkpkan

bahwa :

“yah semakin banyak kegiatan pendidikan politik yang dilakuakn itu


menambah wawasan saya dan membuat saya senang”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakuakan dengan beberapa

narasumber di atas dapat dikatakan bahwa arah gerakan yang dilakukan oleh

Organisai Kepemudaan (OKP) dan KPU dapat memberi manfaat bagi generasi

muda yang pernah mengikuti kegiatan tersebut seperti yang dikatkan oleh UM

“yah senang kami dari kalangan pemuda sangat mengapresiasi kegiatan yang

seperti ini karena kenapa, kegiatan seperti ini sangat berpengaruh apalagi kita

pemilih-pemilih pemula ingin mengetahui regulasi-regulasi serta aturan-aturan

dalam memilih pemimpin dan bagaimana peraturan-peraturan yang ada di


dalamnya” dari hal tersebut menunjukkan pendidikan politik mampu memberi

dampak yang signifika serta di apresiasi oleh kalangan-kalangan pemuda, namun

yang menjadi kekurangan dari organisasi kepemudaan ini diman arah gerakan

yang dilakukan tidak begitu massif dan kegiatan yang sifatnya tidak ada

pengembagan karena kegiatan yang dilakukan hanya seputar seminar, dialog serta

worshop yang sifatnya hanya menjemput momentum politik tertentu saja.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai arah

gerakan yang dilakukan oleh organisasi kepemudaan terhadap pendidikan politik

dapat di katakan bahwa

“Organisasi kepemudaan (OKP) masing masing memiliki tripmen atau


gerakan tersendiri dalam melakukan pendidikan politik seperti yang
dilakukan oleh organisasi kepemudaan Ikatan Mahasiswa muhamadiyah
dimana melakukan pembentukan sumber daya manusia yang dimiliki
dalam hal ini kader salah satu arah gerakan yang dimiliki kata IL yaitu
dengan mengarahkan kader sebagai kader bangsa dalam konteks
Muhammadiyah saat dinilai kader tersebut sudah siap sedangkan di HMI
itu sendiri kata SL arah gerakan yang dilakukan seperti seminar, dialog
yang diadakan saat ada momentum politik maka kegiatan tersebut di
lakukan, namun ada pula organisasi kepemudaan yang ditemui di lapangan
yang kemudian arah gerakannya belum nampak sama sekali di Kabupaten
Soppeng diantaranya Pemuda Muhammadiyah dikarenakan kefakuman
selama dua priode jadi belum ada kegiatan yang nampak terlaksana,
sedangkan dari KPU sendiri dalam gerakannya melibatkan stagholder
termasuk organisasi kepemudaan yang ada di Kabupaten Soppeng dan
menyasar kampus-kampus guna melakukan pendidikan politik, hal lain
yang di ungkapkan oleh beberapa generasi muda bahwa pendidikan politik
membuat mereka senang serta dapat menambah wawasan mereka terkait
politik dan hal itu benar adanya dapat dilihat saat kehadiran beberapa
generasi muda yang menjadi narasumber utama peneliti di kegiatan nobar
yang dilakukan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dimana filem
yang diputar berkaitan dengan isu politik serta dilanjutkan dengan diskusi
yang dihadiri oleh beberapa kalangan pemuda dan kegiatan tersebut
nampak menunjukkan apresiasi dari para pemuda yang hadir termasuk
UM, dan NF yang mengutarakan pandangan mengenai politik saat
dilakukannya diskusi dan pengetahuan mereka tentang politik cukup
lumayan”
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakuakan maka dapat

ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam arah gerakan Organisasi Kepemudaan

(OKP) terdapat upaya pendidikan politik nampak dari beberapa rangkaian

kegiatan serta upaya yang dilakukan oleh Organisasi Kepemudaan (OKP) di

Kabupaten Soppeng.

Sejalan dengan Jurnal (Jabier, 2014 yang mengatakan bahwa tentu banyak

sekali definisi arah dari berbagai bidang ilmu, mulai dari sudut pandang ilmu

fisika dan berbagai disiplin ilmu yang lainnya. Namun kita harus memberi batasan

arti dari kata arah agar pemahasan kita tidak rancu. Arti kata arah pada topik kita

kali ini ialah tujuan atau orientasi. Sedangkan arti dari gerakan ialah sebuah

kegiatan atau usaha manusia untuk menuju apa yang ingin manusia tuju seperti

dari nasib buruk ke nasib baik dan nasib baik menuju nasib yang lebih baik, serta

hasil dari dokumentasi di bawah ini yang membuktikan arah gerakan dari

Organisasi Kepemudaan yang mengarah pada pendidikan politik.

Gabar 4.1 salah satu arah gerakan yang dilakukan oleh organisasi kepemudaan
(Sumber : Peneliti)
Gambar 4.2 gerakan pendidikan politik Organisasi Kepemudaan bersama
dengan KPU Kabupaten Soppeng.
(Sumber : Peneliti)

Berdasarkan garmbar tersebut dapat dilihat bahwa arah gerakan yang

dilakukan oleh Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan politik di

Kabupaten Soppeng melalui serangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan mulai

dari gambar 4.1 merupakan kegiatan bedah filem dan diskusi yang bertemakan

politik yang dilakukan oleh salah satu OKP. Gambar 4.2 memperlihatkan bahwa

gerakan pendidikan politik yang dilakukan oleh KPU Kabupaten Soppeng

bersama salah satu Organisasi Kepemudaan (OKP) yang ada.

d. Pendidikan Politik

Berdasarkan wawancara dengan EI (devisi Sosialisasi, Parmas, Pendidikan

Pemilih, dan SDM KPU) tentang gerakan yang dilakukan dan pelibatan OKP

dalam gerakan tersebut mengatakan bahwa:

”yah bekerjasama salah satunya ada beberapa OKP dan teman-teman


kampus kami menyampaikan sosialisasi tahapan-tahapan yang ada di KPU
dengan tujuan mereka nanti perpanjangan tangan kami stek holder yang
ada di bawah menjadi perpanjangan tangan kami di KPU untuk
menyampaikan hal ini ke mereka, kami kumpulkan shering dengan mereka
bahwa kami di KPU tidak mampu hanya berjalan sendiri di tangan
sahabat-sahabat kawan-kawan semua ini hal-hal yang kami sampaikan
masalah demokrasi, masalah kepemiluan disampaikan, OKP kita ini
memiliki massa yang banyak jaringan yang banyak dan mereka
pemikirannya sudah matang, sudah bisa diajak bekerjasama masalah
demokrasi ini teman- teman adik-adik SMA kita di Kabupaten Soppeng
ini”

Dari hasil wawancara di atas terdapat pula hasil wawancara dengan

beberapa ketua lembaga terkait gerakan yang dilakukan dalam pembinaan

pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng dimana IL

mengatakan bahwa:

“pada dasarnya kita tidak lansung mengkampanyekan narasi politik secara


gamblang tetapi dengan melakukan proses pembinaan kemudian proses
penyadaran itu ketika dia sudah sadar bahwa harga bers naik, harga bensin
naik dan sebagainya itu adalah prodak dari politik maka itu bagian dari
proses pembinaan politik bagi generasi muda”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SL selaku ketua

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kabupaten Soppeng mengatakan

bahwa:

“apabila ingin mengenai banyak kalangan biasanya kita membuat dialog


dengan berkolaborasi dengan okp-okp lain dengan melibatkan pemilih-
pemilih seperti anak SMA dan memperkenalkan bagaimana pendidikan
politik itu sendiri”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan BR selaku ketua

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“kemarin kami melakukan semacam kajian per kampus kita memanggil


setiap ketua Bem untuk hadir di sekertariat PMII dalam membicarakan
terkait tentang demokrasi yang jujur, tidak tumpang tindih dan tidak ada
intervensi dan betul-betul murni apa yang kita lakukan kemarin”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan IM selaku ketua

Pemuda Muhammadiyah (PM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“jadi melakukan pengkajian seminar-seminar dan worshop kebangsaan


dan dimana ketika kita melihat pemuda di kabupaten soppeng ini sangat
antusias dalam mengikuti pesta demokrasi mereka betul-betul dan terjun
kedalam perpolitikan yang ada contoh kemarin pemilu serentak”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SF selaku ketua

Majelis perwakilan Mahasiswa (MPM) lamappapoleonro Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“saya sedikit memberi arahan kepada teman-teman atau memberi wadah


kepada teman-teman untuk berdiskusi mengenai politik atau berkaitan
denga jurusan kami managemen yang sedikit menyinggung tentang
politik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan ED selaku ketua

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“dengan cara menanamkan politik yang apik melalui pengkajian-


pengkajia”

Dari hasil wawancara di atas terdapat pula hasil wawancara dengan

beberapa ketua generasi muda terkait materi yang diberikan mampu menarik

minat generasi muda, seperti yang dikatakan oleh UM bahwa:

“saya rasa tidak terlalu karna materi yang disampaikan itu tidak
mengenah”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan RE (24) selaku

generasi muda mengatakan bahwa :


“tidak terlalu”
Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan NF (19)

mengatakan bahwa :

“yah membuat tertarik karna dibuat paham tentang politik”

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan AR (20) mengungkpkan

bahwa :

“yah walaupun tidak banyak namun adalah sedikit yang bisa menarik
karna mengetahui apa itu politik”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa

narasumber dapat diketahui bahwa OKP dalam melakukan pendidikan politik

dengan berbagai cara termasuk bekerjasama dengan KPU di Kabupaten Soppeng

seperti yang dikatakan oleh IL dimana dalam melakukan pembinaan

organisasinya tidak lansung menyuarakan tentang narasi politik secara gamblang

namun bagaimana melakukan pembiaa dan melakukan proses penyadaran dimana

ketika pemuda telah disadarkan bahwa apa yang terjadi sekarang ini semisal harga

bahan pokok naik dan lain sebagainya merupakan prodak politik maka itu bagian

dari pendidikan politik, sendangkan yang dikatakan oleh SL dimana melakukan

pendidikan politik dengan jalan melakukan seminar dan mengundang banyak

kalangan termasuk pemilih pemula namun hal berbeda ditunjukkan oleh beberapa

generasi muda yang telah mengikuti kegiatan pendidikan politik dimana ada rasa

kurang tertarik dengan politik itu sendiri hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya

pola pembinaan yang harus dilakukan oleh organisasi kepemudaan agar dapat

menumbuhkan semangat serta ketertarikan generasi muda terhadap politik.


Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa organisasi

kepemudaan dalam hal kegiatan pembinaan pendidikan politik melakukan dengan

berbagai macam cara dengan demikian organisasi kepemudaan telah melakukan

perannanya selaku partner pemerintah dalam menyukseskan demokrasi ini melalui

politik dan edukasi politik kepada generasi pelanjut, namun metode yang

dilakukan harus lebih kreatif agar generasi muda tidak bosan ataupun jenuh

dengan pendidikan politik dengan itu dapat menarik minat generasi muda dalam

hal politik dan pendidikan politik dapat memberi manfaat yang lebih terhadap

generasi muda di Kabupaten Soppeng secara khusus.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang kegiatan

pendidikan politik yang dilakukan oleh organisasi kepemudaan bahwa:

“Memang benar beberapa Organisasi Kepemudaan (OKP) melakukan


pembinaan pendidikan politik terhadap generasi muda di Kabupaten
Soppeng salah satu Organisasi Kepemudaan yang melakukan pembinaan
tersebut adalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang
melakukan pengkajian bedah film dan diskusi yang dibuka secara umum di
gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Soppeng yang
berlokasikan di bila selatan, jumlah peserta yang hadir lumayan banyak
dan antusiasme peserta bedah film cukup antusias kegiatan ini dilakukan
oleh Ikatan Mahasiswa muhammadiyah (IMM) dengan maksud membuka
kembali wawasan pemuda terkait wacana-wacana politik yang terjadi di
indonesia dan bagaimana peran pemuda untuk menanggapi hal tersebut.
Kegiatan lain pula di tunjukkan oleh Organisasi Kepemudaan PMII yang
melakukan dialog kepemudaan yang melibatkan beberapa narasumber
termasuk Bapak Bupati Kabupaten Soppeng yang dilakukan pada
peringatan sumpah pemuda isu yang dikaji ialah isu politik tetang
radikalisme yang selama ini menyeret nama salah satu agama.
Serta keterangan dari KPU yang mengatakan adanya bentuk kerjasama
dengan OKP dalam melakukan pendidikan politik hal tersebut terlihat dari
pelibatan beberapa OKP dalam pendidikan politik yang dilakukan oleh
KPU serta bergabungnya beberapa anggota OKP dalam relawan demokrasi
bentukan dari KPU Kabupaten Soppeng, hal ini menunjukkan bahwa
organisasi kepemudaan betul melakukan pendidikan politik namun
pelibatan dalam pendidikan politik ini kebanyakan hanya terjadi pada
lingkup kader saja belum ada gebrakan dalam menyasar generasi muda
secara umum di Kabupaten Soppeng”
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti

maka dapat dikatakan bahwa Organisasi Kepemudaan (OKP) melakukan

serangkaian kegiatan pendidikan politik baik itu berupa pengkajian isu serta aksi-

aksi yang dilakukan, termasuk beberpa kegiatan penunjang seperti dalam sebuah

perkaderan termasuk melakukan kerjasama dengan KPU di Kabupaten Soppeng.

Dapat dikaitkan dengan jurnal (Dhealentera, 2016) Pendidikan politik

adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang hak, kewajiban, dan

tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika dikaitkan dengan partai politik, pendidikan politik bisa diartikan sebagai

usaha sadar tersistematis dalam mentransofmasikan segala sesuatu yang

berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut kepada massanya agar

mereka sadar akan peran dan fungsinya, serta hak dan kewajibannya sebagai

manusia atau warga negara dan dapat ditunjang dengan hasil dokumentasi gambar

di bawah ini:
Gambar 4.3 Aksi demosntrasi di gedung DPRD Kabupaten Soppeng
(Sumber : Peneliti)

Gambar 4.4 Kegiatan Pendidikan politik Organisai Kepemudaan bersama dengan


KPU Kabupaten Soppeng.
(Sumber : Peneliti)
Gambar 4.5 Proses Pendidikan politik dalam perkaderan
(Sumber : Peneliti )

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa Organisasi

Kepemudaan (OKP) dalam melakukan pendidikan politik dengan berbagai macam

cara seperti pada gambar 4.3 memperlihatkan aksi demonstrasi terhadap kebijakan

yang dikeluarkan pemerintah tentuh tindakan ini dilakukan berangkat dari hasil

pengkajian dan konsolidasi dari Organisasi Kepemudaan(OKP) beserta beberapa

aliansi mahasiswa dan hal tersebut tidak jauh dari politik. Gambar 4.4

menunjukkan adanya kerjasama antara Organisasi Kepemudaan (OKP) bersama

KPU Kabupaten Soppeng dalam memperkenalkan program rumah pintar pemilu,

serta gambar 5.5 memperlihatkan proses perkaderan yang dilakukan oleh salah

satu Organisasi Kepemudaan (OKP) dan materi di dalamnya membahas tentang

kebijakan politik yang terjadi dan bagaimana cara untuk menyikapi hal tersebut.

Dari beberapa gambar di atas menunjukkan adanya kegiatan pendidikan politik

yang dilakukan oleh Organisasi kepemudaan meskipun kegiatan tersebut masih

menyentuh rana internal organisasi belum ada kegiatan yang mengacuh pada

pendidikan politik secara umum untuk generasi muda di Kabupaten Soppeng.


2. Implikasi sosial peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap

pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng

Dian Privamera Widodo (2015) Berbicara tentang implikasi yang

membicarakan tentang efek yang ditimbulkan dimasa depan atau dampak yang

dirasakan ketika melakukan sesuatu yang terjadi di dalam interaksi sehari-hari.

Manusia sebagai mahluk sosial tentu tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

manusia lainnya, jika ditarik dalam konteks suatu lembaga atau organisasi yang

menjadi objek penggerak di dalamnya ialah manusia itu sendiri tentunya akan ada

beberapa hal yang akan ditimbulkan dari setiap peran baik itu berupa hal positif

maupun hal negatif yang ditimbulkan. termasuk implikasi sosial yang terjadi

terhadap Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan politik bagi

generasi muda di Kabupaten Soppeng. Adanya implikasi dari pendidikan politik

bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng yang dimana memiliki dampak positif

dan negatif dapat dibuktikan dengan adanya hasil wawancara, hasil observasi dan

hasil dokumentasi.

a. Positif

Berdasarkan wawancara dengan EI selaku devisi devisi sosialisasi,

pendidikan pemilih, parmas dan SDM KPU Kabupaten Soppeng tentang implikasi

sosial peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan politik bagi

generasi muda di Kabupaten Soppeng yaitu:

“alhamdulillah untuk pencapaian kami ini di pemilu serentak 2019


partisipasi meningkat, kenapa saya katakan meningkat karena target
partisipasi yang diberikan KPU pusat itu 77,5% kami di Kabupaten
Soppeng 79,53% melebihi target”
Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan dengan IL selaku ketua

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) yang mengatakan bahwa:

“tentu jika orang sudah disadarkan dengan harga bawang naik, haraga
beras naik, harga apapun yang naik itu ketika sudah sadar bahwa itu adalah
prodak daripada politikmaka dia pula akan sadar bagaimana pentingnya
kontribusi dalam politik itu tapi kalau mereka belum disadarkan tentang
bahaya dari dampak kebijakan politik itu maka dia akan fine-fine saja
ketika harga barang naik itu dia akan anggap bahwa itu by accident
(kebetulan) bukan merupakan hasil dari kebijakan hukum itu, kebijakan
politik itu padahal itu semuakan dari kebijakan politik yang dipahami
secara mendalam”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SL selaku ketua

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kabupaten Soppeng mengatakan

bahwa:

“dalam pandangan saya pendidikan politik untuk pemuda itu sangat di


perlukan karna melihat dinamika politik saat ini serba kompleks diamana
kita sebagai pemuda tidak boleh acuh terhadap hal ini demi kenyamanan
dan keberkansungan kebijakan-kebijakan yang pro rakyat jadi sebagai
pemuda harus mengetahui politik itu sendiri”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan BR selaku ketua

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“kalau berbicara tentang masyarakat umum belum tersentuh yang hanya


tersentu di skala kabupaten soppeng ini hanya sampai pada okp-okp yang
aktif di Kabupaten Soppeng serta pendidikan politik pasti meningkatkan
wawasan dan partisipasi politik yang ada di kabupaten soppeng karna
bentuk politik itu baik ada di tangan pemuda sekrang politik itu akan
berjalan sesuai dengan rellnya bergantung degan pemuda kapan pemuda
tidak tersentuh dengan pendidikan politik maka politik ini tidak bisa
berkembang”
Selanjutnya hal yang lain di ungkapkan oleh IM selaku ketua Pemuda

Muhammadiyah Kabupaten Soppeng yang menyatakan bahwa:

“yah pemuda itu harus mengembangkan wawasannya terutama dengan hal


pendidikan politik, jadi pendidikan politik ini bisa berupa seminar,
worshop kebangsaan dan lain sebagainyan didalam itu mereka terbuka
bagaimana tentang politik jadi pendidikan politik sangat penting untuk
masuk dalam kelembagaan”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SF selaku ketua

Majelis perwakilan Mahasiswa (MPM) lamappapoleonro Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“kita bisa melihat dimana teman-teman ingin mengetahui tentang politik


dan bagaiman jalur-jalur politik yang beredar dan bagaimana di sosial
media berkaitan dengan politik serta gerakan ini saya tidak menjamin
namun dengan adanya pendekatan seperti ini Insya Allah teman-teman
bisa respek dengan politik”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan ED selaku ketua

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“penenaman pada kader segala bentuk kejahatan politik tidak dibenarkan


dalam konstitusi dan itu harus di cegah manfaatnya menambah wawasan
mengenai politik”

Sehubungan dengan pendidikan politik ada pula pandangan dari beberapa

generasi muda yang ikut aktif dan pernah mengikuti pendidikan politik ketika di

wawancarai tentang dampak positif pendidikan politik, hasil wawancara dengan

UM (22) yang mengatakan bahwa:

“betul, setelah saya mengikuti sosialisasi yang di lakukan oleh KPU


kemarin saya sangat merasa bahwa politik ini harus kita suport karna di
politik inilah penentu dimana memilih pemimpin yang baik agar negara
kita semakin maju”
Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan RE (24) selaku

generasi muda mengatakan bahwa :

“yah berguna karna kita dapat paham politik itu seperti apa”

Berbeda dengan NF selaku generasi muda yang pernah mengikuti

pendidikan politik yang di adakan oleh OKP yang mengatakah bahwa:

“manfaatnya dapat mengerti dan paham bagaimana dinamika organisasi


dan juga bisa mengetahui bagaimana dinamika politik yang berkembang di
Kabupaten Soppeng ini serta pendidikan politik dapat berguna untuk
menyukseskan perpolitikan yang ada di Kabupaten Soppeng”

Hal yang sama juga di sampaikan oleh AR selaku generasi muda di

kabupaten Soppeng yang mengatakan bahwa:

“dapat menambah wawasan kita tentang politik, jadi kita bisa


berkontribusi sebagaimana kita di kabupaten soppeng”

Dari hasil wawancara di atas yang dilakukan dengan beberapa narasumber

dapat disimpulkan bahwa implikasi positif dari peran Organisasi Kepemudaan

(OKP) terhadap pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng itu

mempunyai dampak positif, hal itu dapat terlihat dari jumlah peningkatan

partisipan politik di Kabupaten Soppeng yang melebihi target serta apresiasi dari

generasi muda yang pernah mengikuti kegiatan pendidikan politik mereka senang

terutama pendidikan politik juga dapat menambah wawasan mereka tentang

politik yang ada di Kabupaten Soppeng seperti halnya yang di sampaikan oleh IL

salah satu ketua lembaga bahwa ketika orang sudah disadarkan dengan kondisi

sosial seperti harga barang naik harga bahan bakar naik dan mereka sadar bahwa
itu merupakan hasil dari prodak politik maka secara tidak lansung mereka akan

sadar bagaimana pentingnya berkontribusi terhadap politik.

Adapun hasil Observasi yang didapatkan oleh peneliti selama berada di

lokasi penelitian, yaitu:

“memang benar implikasi positif peran Organisasi Kepemudaan (OKP)


terhadap pendidikan politik di Kabupaten Soppeng memang ada dan
disambut antusias oleh generasi muda di Kabupaten Soppeng hal ini
terlihat saat di adakannya bedah film oleh salah satu organisasi
kepemudaan yakni IMM yang yang mana jumlah peserta yang hadir
cukup lumayan banyak, dari kepesertaan yang hadir terlihat juga beberapa
generasi muda yang dijadikan narasumber hadir dikegiatan tersebut.
Kegiatan ini dilaksanakan di gedung pusat dakwah muhammadiyah
Kabupaten Soppeng jalan Bila Selatan Kecamatan Lalabata. Peserta yang
datang sangat antusias dalam diskusi mengkaji politik yang berkembang di
indonesia, dari hasil diskusi terlihat bagaiamana para pemuda yang hadir
masing-masing mempertahankan argumentasi dan pandangan politik
mereka sesuai dengan film yang di bedah serta diseret pada konteks
gambaran perpolitikan saat ini”

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa memang

benar implikasi positif peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan

politik di Kabupaten Soppeng memang ada dan disambut antusias oleh generasi

muda di Kabupaten Soppeng hal ini terlihat saat di adakannya bedah film oleh

salah satu organisasi kepemudaan yakni IMM yang yang mana jumlah peserta

yang hadir cukup lumayan banyak, dari kepesertaan yang hadir terlihat juga

beberapa generasi muda yang dijadikan narasumber hadir dikegiatan tersebut.

Kegiatan ini dilaksanakan di gedung pusat dakwah muhammadiyah Kabupaten

Soppeng jalan Bila Selatan Kecamatan Lalabata. Peserta yang datang sangat

antusias dalam diskusi mengkaji politik yang berkembang di indonesia, dari hasil

diskusi terlihat bagaiamana para pemuda yang hadir masing-masing


mempertahankan argumentasi dan pandangan politik mereka sesuai dengan film

yang di bedah serta diseret pada konteks gambaran perpolitikan saat ini.

Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi

atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau

mendukung keinginannya. Sedangkan positif adalah pasti atau tegas dan nyata

dari suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal yang baik. positif adalah

suasana jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang

menjemukan, kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme.

Dapat dikaitkan pula dengan jurnal (Sumantri, 2013) Dampak adalah

keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan

kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung

keinginannya. Sedangkan positif adalah pasti atau tegas dan nyata dari suatu

pikiran terutama memperhatikan hal-hal yang baik. positif adalah suasana jiwa

yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,

kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme.

Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-

usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokkan

fokus mental seseorang pada yang negatif. Bagi orang yang berpikiran positif

mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir buruk maka ia akan segera memulihkan

dirinya. Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak positif adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang baik,

serta dengan hasil dokumentasi gampar di bawah ini:


Gambar 4.6 kegiatan bedah filem dan diskusi politik
(Sumber : Peneliti)

Berdasarkan hasil dokumentasi gambar 4.6 yang menunjukkan salah satu

kegiatan pendidikan politik yang diadakan oleh salah satu Organisasi

Kepemudaan (OKP) yang melibatkan beberapa OKP dan generasi muda secara

umumnya dapat dilihat bahwa adanya respon positif dari kalangan pemuda

terhadap pendidikan politik yang dilaksanakan serta respon dari beberapa peserta

yang cukup antusias terhadap isu politik yang di kaji.

b. Negatif

Berdasarkan wawancara dengan EI (devisi Sosialisasi, Parmas, Pendidikan

Pemilih, dan SDM KPU) bahwa:

“masyarakat tidak percaya lagi dengan pemilu, kemudia tingkat partisipasi


mereka menggunakan hak pilih kurang karena dorongan empati yang
diberikan kurang jadi masyarakat yang memang di bawa standar ini mau
tidak mau mereka berfikir saya memberi hak suara saya atau tidak”

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ketua Organisasi

Kepemudaan (OKP) terkait cara mengurangi dampak negatif dari pendidikan


politik serta mencegah budaya apatis politik generasi muda menurut IL yang

merupakan ketua Organisasi Kepemudaan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah di

kabupaten Soppeng menyatakan bahwa:

“tentunya semua organisasia kepemudaan itu harus berjalan sesuai dengan


rellnya masing-masing bahwa posisi pemuda itu dimana fase mahasiswa
itu adalah fase kritis terhadap realitas sosial yang ada ketika sudah sampai
pada fase kritis mereka akan mengurai persoalan-persoalan kebangsaan
yang ada di sekitarnya, kalau sudah sampai pada kemampuan untuk
mengurai maka dia akan mampu merespon hasil dari kebijakan- kebijakan
politik yanga da di sekitarnya.

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SL selaku ketua

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Kabupaten Soppeng mengatakan

bahwa:

“sebagai OKP yang melihat proses-proses politik itu sendiri sangat perlu d
sampaikan dan tentu harus melibatkan penyelenggara-penyelenggara
seperti misalkan KPU dan Bawaslu itu sangat penting kita berkolaborasi”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan BR selaku ketua

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“saya ingin sampaikan bahwa setidaknya ada semacam pembimbingan,


pendampingan yang sifatnya tidak material yang terkhusus misalnya ada
orang yang terjun dalam politik ini jangan mengambarkan bahwa politik
ini harus dibeli dengan uang tetapi bagaimana politik dijarankan sesuai
hati nurani semisal ada pilkada jangan menyuarakan ketika anda
memberikan suara maka anda mendapatkan uang maka itu yang akan
merubah paradigma masyarakat bahwa politik itu bisa dibelli dengan uang
kalau dari saya hanya semacam pembimbingan dan pendampingan”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan IM selaku ketua

Pemuda Muhammadiyah (PM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:


“untuk menarik perhatian pemuda terjun dalam politik salah satunya
mereka melihat di media sosial mereka melihat permasalahan apa yang
terjadi di negara kita yang kedua bagaimana kita melakuakan sosialisasi
politik semacam worshop seminar kebangsaan serta pendidikan politik
bisa mengurangi budaya apatis politik d Kabupaten Soppeng”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan SF selaku ketua

Majelis perwakilan Mahasiswa (MPM) lamappapoleonro Kabupaten Soppeng

mengatakan bahwa:

“untuk melakukan daya tarik atau menerjunkan teman-teman kita butuh


pemikiran-pemikiran yang berbeda dimana kita memberikan suatu
pelajaran kepada teman-teman dan bisa memberikan dayatarik tersendiri
atau kita memunculkan sesuatu dimana teman-teman berminat mengetahui
politik serta makna dari politik itu sendiri”

Selanjutnya, hasil wawancara yang dilakukan dengan ED selaku ketua

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“segala bentuk kejahatan politik termasuk monney politik tidak dibenarkan


dalam konstitusi dan itu yang ditanamkan pada kader-kader untuk
menjalankan konstitusi dengan benar”

Sehubungan dengan pendidikan politik ada pula pandangan dari beberapa

generasi muda yang ikut aktif dan pernah mengikuti pendidikan politik ketika di

wawancarai tentang dampak negatif atau kekurangan dari pendidikan politik yang

telah mereka ikuti, hasil wawancara denganBerdasarkan hasil wawancara dengan

AR (20) salah satu generasi muda di Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:

“kekurangannya yaitu musiman, maksudanya dilakukan hanya pada


waktu-waktu tertentu”

Selanjutnya hasil wawancara dengan NF (19) selaku generasi muda di

Kabupaten Soppeng mengatakan bahwa:


“Kekurangannya yaitu adanya kepentingan pribadi dari penyelenggara
sosialisasi tersebut”

Hal lainpun disampaikan oleh UM (22) selaku generasi muda yang pernah

mengikuti pendidika politik yang di adakan KPU yaitu:

“yang menjadi kekurangan adalah KPU ketika dia melakukan sosialisasi


pihak-pihak yang dilibatkan itu hanya dari kalangan-kalangan pemuda-
pemuda yang berpendidikan, padahal sebenarnya yang paling di utamakan
itu adalah pemuda-pemuda yang putus sekolah, nah di sinilah KPU harus
melakukan program-program secara ekstra bagaimana melibatkan
pemuda-pemuda yang putus sekolah sehingga mengetahui perpolitikan
yang ada di Indonesia”

Selanjutnya, hal yang sama di ungkapkan oleh RE (24) selaku generasi

muda yang pernah mengikuti pendidikan politik yang diadakan oleh KPU yaitu:

“untuk kekurangan belajar politik itu banyak sekali kekurangan yang mana
politik itu bisa saja memecahkan bahkan kita satu organisasi atau lembaga
jika kita tidak sepaham bisa saja politik memecahkan hal itu”

Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan ke empat narasumber yang

berbeda AR, NF, UM dan RE sebagai generasi muda yang pernah mengikuti

pendidikan politik yang di adakan oleh OKP dan KPU maka dapat disimpulkan

bahwa implikasi negatif yang dirasakan oleh generasi muda terhadap pendidikan

politik yang diselenggarakan dimana pendidikan politik tidak terlalu maksimal

menyentuh kalangan pemuda dikarenakan penyelenggaraan yang musiman serta

adanya sekat golongan menerima pendidikan politik, adapun hasil wawancara

yang dilakukan dengan beberapa ketua Organisasi Kepemudaan tentang upaya apa

yang harus di tempuh agar dapat menghilangkan efek negatif dari tidak

diadakannya pendikan politik maka dapat di katakan bahwa harus adanya

kerjasama antara pihak-pihak yang terkait seperti pihak pemerintah dan juga perlu
adanya kerjasama antara setiap organisasi kepemudaan di Kabupaten Soppeng

tidak hanya di titik beratkan pada satu organisasi saja dengan itu pendidikan

politik dinilai akan lebih meminimalisir efek negatif dari tidak diadakannya

pendidikan politik jangan sampai apa yang dikawatirkan oleh EI dimana jangan

sampai kepercayaan dari masyarakat itu menurun serta tingkat partisipasi dari

masyarakat terhadap politik juga menurun dan jangan sampai kepercayaan

masyarakat terhadap politik itu tidak ada lagi, maka dari itu perlu adanya

kerjasama antara organisasi kepemudaan dan pihak-pihak yang terkait seperti

KPU, Bawaslu serta unsur-unsur pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan politik bagi masyarakat dan generasi muda di Kabupaten Soppeng.

Berdasarkan hasil observasi selama peneliti berada di lapangan dapat

dikatakan bahwa:

“Memang benar pendidikan politik diselenggarakan musiman (hanya pada


saat momen tertentu) serta tidak adanya model pendidikan politik yang
disusun setiap OKP secara terperinci (silabus kegiatan), hal inilah yang
meyebabkan tidak meratanya pengetahuan politik generasi muda serta
kurangnya ide-ide dari OKP untuk melakukan kegitan yang lebih besar
dan pelibatan OKP oleh KPU Kabupaten Soppeng dalam pembinaan
pendidikan politik tidak terlalu maksimal terlebih kegiatan pendidikan
politik masih banyak di dominasi oleh KPU ini menunjukkan bahwa
Organisasi Kepemudaan (OKP) masih menutup diri dengan dunia luar
hanya segelintir organisasi saja yang berani melakukan gebrakan dan
efeknyapun tidak teralu maksimal”

Dari hasil wawancara dan observasi di atas maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa implikasi negatif terhadap pendidikan politik yang diselenggarakan di

kabupaten soppeng baik dari OKP maupun KPU belum maksimal hal ini ditandai

dari kurang meratanya pendidikan politik/sosialisasi politik yang dilakukan di

kabupaten soppeng, tidak adanya silabus tertentu juga menambah ketidak


merataan pendidikan politik yang menyentuh generasi muda, serta kegiatan

pendidikan politik yang dilakukan terkesan musiman dengan katalain di adakan

saat momentum-momentum tertentu saja.

Seperti dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah

pengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif. (Sumantri, 2013) Dampak

adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi

kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung

keinginannya. berdasarkan beberapa penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif

adalah pengaruh buruk yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya.

Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak negatif adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk

dan menimbulkan akibat tertentu.

C. Pembahasan

1. Bentuk Peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap Pendidikan

Politik Bagi Generasi Muda di Kabupaten Soppeng

Pentingnya peranan Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam menyukseskan

pembangunan nasional memungkinkan organsisasi kepemudaan tidak boleh

melepaskan diri dari perannya termasuk peranan dalam mengembangkan

demokrasi, dalam pengembangan demokrasi tentu ada hal yang harus di

perhatikan termasuk pemuda sebagai generasi pelanjut dalam suatu negara,

pendidikan politik bagi generasi merupakan salah satu upaya dalam

mengembangkan demokrasi di indonesia. Pemuda menjadi penting peranannya


bukan saja karena bagian dari penduduk indonesia namun beberapa alasan antara

lain, pertama, pemuda adalah generasi penerus yang akan melanjutkan cita-cita

perjuangan bangsa. Kedua, kelansungan sejarah dan budaya bangsa, corak dan

warna masa depan suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh arah persiapan atau

pemimpin dan pengembangan generasi muda pada saat ini, ketiga, terjaminnya

proses kesinambungan nilai-nilai dasar negara. Peranan generasi muda dalam

pembangunan sangat penting artinya, bukan saja karena pemuda sebagai lapisan

masyarakat paling besar tetapi yang paling penting adalah tanpa potensi dan

kreativitas generasi muda , maka pembangunan akan kehilangan arah.

Untuk mencapai hal tersebut perlu peran Organisasi Kepemudaan (OKP)

dalam membantu mengembangkan potensi yang dimiliki oleh generasi muda

termasuk dalam politik. Pendidikan politik yang dilakukan oleh organisasi

kepemudaan merupakan salah satu bentuk mengasah nalar politik bagi para

genersi muda. Dengan adanya pendidikan politik bagi generasi muda yang

dilakukan oleh Organisasi Kepemudaan (OKP) diharapkan semakin dapat

menambah pengetahuan politik bagi generasi muda.

Kehadiran pendidikan politik yang dilakukan oleh organisasi kepemudaan

di Kabupaten Soppeng diharapkan mampu memaksimalkan peranya dalam

memberikan edukasi politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng agar

generasi muda tidak buta akan politik serta dapat memberikan sumbangsi politik

bagi Kabupaten Soppeng dan bangsa indonesia secara keseluruhan.

Setelah melakukan penelitian di Kabupaten Soppeng tentang peran

organisasi kepemudaan terhadap pendidikan politik bagi generasi muda dengan


beberapa narasumber kunci dan beberapa generasi muda, didapati temuan- temuan

berupa ketidak maksimalan pembinaan yang dilakukan oleh Organisasi

Kepemudaan (OKP) dalam melakuakan pembinaan bagi generasi muda hal ini

dikarenakan Organisasi Kepemudaan (OKP) perannanya lebih banyak terlihat

hanya dalam internal organisasi serta kegiatan pendidikan politik kebanyakan

hanya terfokus terhadap kader-kader lingkup organisasi belum banyak menyentuh

pembinaan pendidikan politik terhadap generasi muda secara umum di Kabupaten

Soppeng.

2. Implikasi sosial peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap

pendidikan politik bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng

Suatu organisasi mempunyai arti penting dalam masyrakat, karena

organisasi dapat membantu/mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam

lingkungan & kehidupannya,organisasi bisa sebagai pendukung proses sosialisasi

yang berjalan di sebuah lingkungan bermasyrakat, yang paling utama organisasi

merupakan tempat/wadah aspirasi dari seklompok individu yang berbeda beda.

Organisasi juga bisa dapat digunakan sebagai tempat pengontrolan/pengawasn

terhadap kebijakan kebijakan dan kerja dari sebuah pemerintahan yang sedang

berjalan atau bisa disebut organisasi berbasis politik (Reka, 2015).

Dalam perkembanganya tentu dalam menjalankan peranannya organisasi

memberikan manfaat positif maupun negatif , dimana dampak positif berbicara

keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan

kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung

keinginannya yang baik, sedangkan negatif sendiri berbicara keinginan untuk


membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk

dan menimbulkan akibat tertentu (Sumantri, 2013).

Organisasi Kepemudaan dalam menjalankan perannya termasuk dalam

pendidikan politik tentu dapat memunculkan implikasi sosial dari kalangan

masyarakat secara umum yang bisa memberi dampak berupa dampak positif

maupun dampak negatif dimana kegiatan pendidikan politik yang dilakukan oleh

organisasi kepemudaan. Kegiatan pendidikan politik yang di adakan oleh

Organisasi kepemudaan di Kabupaten Soppeng memunculkan respon positif hal

itu dapat terlihat dari jumlah peningkatan partisipan politik di Kabupaten Soppeng

yang melebihi target serta apresiasi dari generasi muda yang pernah mengikuti

kegiatan pendidikan politik mereka senang terutama pendidikan politik juga dapat

menambah wawasan mereka tentang politik yang ada di Kabupaten Soppeng,

namun adapula respon negataif dari kegiatan pendidikan politik yang dilakukan

ini menunjukkan bahwa ada ketidak puasa dari generasi muda terhadap

pendidikan politik yang dilakukan hal ini dikarenakan kegiatan yang dilakukan

bersifat musiman dadn rentan waktu yang cukup lama dimana kegiatan

berlansung saat adanya momentum politik saja serta ada pula yang memanfaatkan

momen pendidikan politik sebagai ajang kepentingan pribadi.

Organisai Kepemudaan hendaknya dapat memaksimalkan perannya

dalam melakukan pendidikan politik dengan jalan bekerjasama bersama unsur-

unsur pemerintahan yang terlibat serta harus ada upaya dan gebrakan baru yang

sifatnya dapat menunjang pendidikan politik agar edukasi politik dapat


tersampaikan secara maksimal di kalangan pemuda secara umum tidak hanya

berkisar dalam lingkup internal kader organisasi terutama di Kabupaten Soppeng

agar pendidikan politik bisa memunculkan dampak yang signifikan dalam

menjalankan proses demokrasi di negara.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Bentuk peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan politik

bagi generasi muda di Kabupaten Soppeng yaitu: Organisasi Kepemudaan

(OKP) memiliki bentuk peran yang beragam melalui tujuan, visi misi, arah

gerakan serta kegiatan yang dilakukan dan peran itu sangat penting dalam

pendidikan politik bagi generasi muda, salah satu bentuk peran yang

dilakukan dengan adanya pembinaan yang dilakukan seperti melakuakan

pengkajian isu sentral, pembentukan SDM yang siap dan paham politik,

dialog yang ada kaitannya dengan politik serta melakukan kerjasama dengan

KPU dalam melakukan pendidikan politik di Kabupaten Soppeng hal ini

dilakukan sebagai upaya dalam menambah wawasan politik generasi muda,

namun bentuk peran yang dilakukn oleh Organisasi Kepemudaan belum

terlalu maksimal hal ini dikarenakan proses pembinaan pendidikan politik

yang dilakukan kebanyakan hanya menyentuh kader dari organisasi.

2. Implikasi soisial peran Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pendidikan

politik bagi generasi muda di kabupaten soppeng yaitu: pendidikan politik

yang dilakuakan mendapatkan respon positif oleh para pemuda hal ini

ditandai dari kehadiran oleh para pemuda saat dilakukannya kegiatan yang

bersinggungan dengan pendidikan politik serta dialektika yang timbul setelah


dilakukanya kegiatan, namun hal yang menjadi dampak negatif dari

pendidikan politik ini yakni kurang massifnya kegiatan pembinaan yang

dilakukan oleh Organisasi Kepemudaan (OKP) terhadap pemuda secara

umum di Kabupaten Soppeng serta kegiatan yang dilakukan bersifat

menjemput momentum sehingga lahir paradigma di kalangan pemuda dan

masyarakat bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan kampanya salah satu

calon yang akan dipilih.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka penulis dapat

memberikan beberapa saran yaitu:

1. Merujuk pada hasil penelitian, Organisasi Kepemudaan (OKP) diharpkan

dapat memaksimalkan kembali perannya dalam melakukan pendidikan politik

dengan melakuakan kegiatan yang subtansi yang berkaitan dengan

pendidikan politik.

2. Adanya silabus kusus dalam pendidikan politik seperti sekolah politik dengan

rangkaian-rangkaian kegiatan yang sesuai dengan target yang ingin dicapai

dan kegiatan-kegiatan pendidikan politik yang dilakukan di sosialisasikan

sebelumnya di sekolah-sekolah, kampus-kampus maupun media agar

informasi sampai kepada masyarakat secara umum dan pemuda secara umum.

3. Kegiatan pendidikan politik hendaknya dilakukan dengan melibatkan

generasi muda Kabupaten Soppeng secara umum agar pendidikan politik

memiliki efek yang signifikan terhadap generasi muda terlebih lagi terhadap

perpolitikan di Kabupaten Soppeng.


4. KPU dalam melibatkan Organisasi Kepemudaan (OKP) dalam pendidikan

politik bagi generasi muda harus lebih maksimal dan pelibatan OKP dalam

skala lebih besar agar OKP mampu memaksimalkan diri dalam mengawal

pendidikan politik di Kabupaten Soppeng.

5. Saran Bagi Pembaca agar dapat menjadi sumber pengetahuan baru dan dapat

menambah wawasan dan khasanah keilmuan dari pembaca. Sehingga dapat

mebuka cakrawala berfikir pembaca.

6. Saran Bagi Peneliti selanjutnya adalah Penelitian ini dapat dijadikan referensi

untuk penelitian selanjutnya guna menyempurnakan penelitian yang sudah

ada. Perlu adanya kajian sosiologi yang lebih mendalam didalam era yang

modern ini kususnya pada pendidikan politik. Melihat pentingnya pendidikan

politik bagi generasi muda, yang terkadang mereka lupa bahwa pendidikan

politik penting di negara demokrasi ini.


DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Dyas. 2015. Sosialisasi Politik, Administrasi Negara. Skripsi tidak


diterbitkan. Bandung: Universitas Negeri Islam Sunan Gunung Djati.

Almond, Gabriel. 1990. Budaya Politik, Tingkah laku Politik dan Demokrasi di
lima negara. Jakarta : Bumi Aksara.
Creswell, J. W. (2010). Research design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
Mixed. Yogjakarta: PT Pustaka Pelajar.
Djahiri, Khosasi. 2011. Ilmu Politik dan Kenegaraan. Bandung: Uiversitas
Terbuka.
Eka wahyuningsi. 2013. Konstruksi Pendidikan Politik pada Sekolah Menengah
Atas diKota Pangkalpinang. Tesis. Bandung. FKIP Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Jumriati. 2015. Peran Pemerintahan Daerah Terhadap Pendidikan Politik Ormas
Islam Hizbu Tahrir Indonesia (HTI) di Desa Gentungan Kecamatan
Bajeng Barat Kabupaten Gowa. Skripsi. Ilmu Pemerintahan. Sospol.
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Kartono, Kartini. 2010. Pendidikan Politik Sebagai Bagian dari Pendidikan
Orang Dewasa. Bandung : Mandarmaju.
Kartaprawira, Rusadi. 1988. Sistem Politik Indonesia . Bandung : Sinar Baru.
Puji Wibowo. 2013. Pelaksanaan Pendidikan Politik di Sekolah Sokaraja
Majelang Pemilihan Kepala Daerah Kab. Banyumas. Skripsi. FKIP.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Universitas Muhammadiyah
Purwekorto.
Rush, Althoff. 1983. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Rajawali.
Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia
widiasarana Indonesia.
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuaitatif, Kuantitatif dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Affandi, Idrus. 2015. Teori dan Konsep dalam Konteks Pendidikan Politik,
(online), (http://repository.ut.ac.id/4009/1/PKNI4423-M1. pdf, Diakses
pada Tanggal 05 februari 2019).

Arifridho, Dandung. 2017. Pengaruh Organisasi Kepemudaan HMI Terhadap


Partisipasi Politik Anggota HMI di Bandar Lampung, (Online),
(http://digilib.unila.ac.id/29934/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEM
BAHASAN. pdf Diakses pada Tanggal 29 April 2019).
Bolo, Andreas. 2015. Peran Organisasi Kemasyarakatan (OKP) di Wilayah
Bandung dalam memelihara rasa Nasionalisme, (Online)
http://journal.unpar.ac.id/index.php/Sosial/article/view/1682. Diakses
pada Tanggal 30 April 2019)
Dhealentera, Fiqy.2016. Pentingnya Pendidikan Politik di dalam Masyarakat.
(Online),(https://www.kompasiana.com/fiqydhealentera/57bd42b2ae7e612
e142aa3e1/pendidikan-politik-pentingnya-pendidikan-politik-dalam-
masyarakat?page=all . Diakses pada tanggal 8 desember 2019).
Jabier, Muhammad. 2014. Arah Gerakan Mahasiswa Indonesia. (online),
(https://salamadian.com/pengertian-contoh-perbedaan-visi-dan-misi/.
Diakses pada tanggal 7 Desember 2019).
Mulyawan, rifqi. 2018. Pengertian Tujuan : Menurut Para Ahli, Makna dan Jenis
Tujuan Secara Lengkap. (Online), (https://rifqimulyawan.com/pengertian-
tujuan.html. Diakses tanggal 20 November 2019).
Niagara, 2012. Pendidikan politik bagi partai politik. (online),
(https://adoc.tips/pendidikan-politik-bagi-partai-politik-dirlanudin.html.
Diakses pada tanggal tanggal 8 desember 2019)
Primavera, widodo. 2015. Teknologi dan Implikasi Sosial, (Online)
(https://prezi.com/u7k3pgw-9pmd/teknologi-dan-implikasi-sosial/. Diakses
pada tanggal 20 November 2019).
Reka. 2015. Peran organisasi Sosial dalam Masyarakat. (Online),
(https://rekayasa-komputer.blogspot.com/2015/01/peran-organisasi-sosial-
dalam-masyarakat.html. Diakses pada tanggal 8 Desember 2019).
Salmadian. 2017. Visi dan Misi : Pengertian, Contoh & Perbedaan Visi dan Misi.
(Online), (https://salamadian.com/pengertian-contoh-perbedaan-visi-dan-
misi/. Diakses tanggal 6 Desember 2019).
Sumantri, Satrio. 2013. Dampak Munculnya Budaya Jalanan (Street Culture)
Terhadap Gaya Hidup Remaja Perkotaan. (Online),
(http://digilib.unila.ac.id/268/10/BAB%20II.pdf. Diakses pada tanggal 8
desember 2019).
Victor, alex. 2015. Pentingnya Pendidikan Politik Generasi Muda Terhadap
Pelaksanaan Partisipasi Politik Di Distrik Samofa Kabupaten Biak
(Online).
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/politico/article/download/10405/99
91 Diakses pada tanggal 8 desember 2019).
HASIL DOKUMENTASI

Wawancara dengan ketua IMM

Wawancara dengan KPU


Wawancara dengan generasi muda

Wawancara dengan ketua MPM


Wawancara dengan ketua pemuda muhammadiyah

Wawancara dengan ketua PMII


Kegiatan pendidikan poliitk

Kegiatan pendidikan politik


Kegiatan pendidikan politik

Anda mungkin juga menyukai