SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
Nur Alam
10538 1666 09
Harus kugapai.....!!
Kebanggan terbesar adalah bukan karena tidak pernah gagal, tapi bangkit
kembali setiap kali terjatuh.
Berusaha dan berdoalah, serta serahkan semua kepada allah, insya allah segala
sesuatu akan menjadi lebih mudah dan indah dengan izin-nya. Amin
Kupersembahkan…………..
“Karya sederhana ini sebagai tanda
baktiku kapada kedua orang tuaku serta seluruh keluarga
tercinta yang senantiasa menyayangiku, berdoa dengan tulus dan
ikhlas
dan selalu memberikan yang terbaik
serta selalu mengharapkan kesuksesanku
Doa…, Pengorbanan…, Nasehat…, serta kasih sayang yang
tulus menunjang kesuksesanku
dalam menggapai cita-citaku”
iv
ABSTRAK
Nur Alam. 2016. “Kawin Lari Dalam Kontks Kekinian Pada Masyarakat
Lalabata Kabupaten Soppeng”. Skripsi Program Studi Pendidikan Sosiologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dibimbing oleh Nurdin dan Suardi.
v
KATA PENGANTAR
Tiada ungkapan yang paling indah selain pujian kepada Allah swt, Tuhan
semesta alam, yang karena atas berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan untuk Nabiullah Muhammad saw,
Sang revolusioner sejati, Nabi yang telah menghamparkan permadani-permadani
keislaman dan menggulung tikar-tikar kejahiliaan.
vi
Soppeng yang telah berbaik hati menerima penulis selaku mahasiswa yang telah
mengadakan kegiatan penelitian serta memberikan informasi-informasi yang
sangat penting bagi penulis.
Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam kelancaran penyusunan skripsi ini. Semoga bantuan dan
dukungannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah swt.
Tiada imbalan yang dapat diberikan oleh penulis, hanya kepada Allah
SWT penulis menyerahkan segalanya dan semoga bantuan yang diberikan selama
ini bernilai ibadah disisi-Nya. Amin.
Penulis sadar bahwa tidak ada karya insan yang sempurna, dan skripsi ini
merupakan satu bukti nyata bahwa karya ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik yang sifatnya konstruktif sangat penulis harapkan dari
segenap para pembaca demi karya yang lebih baik lagi dihari esok. Semoga karya
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
MOTTO ........................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 8
viii
3. Komponen-Komponen Dalam Masyarakat. ..................................... 42
D. Kerangka Pikir. ........................................................................................ 43
A. Metode Pendekatan................................................................................. 46
B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 47
C. Deskripsi Fokus ...................................................................................... 48
D. Subjek Penelitian .................................................................................... 48
E. Data dan Sumber Data ........................................................................... 49
F. Teknik pengumpulan data ...................................................................... 50
G. Teknik analisis data ................................................................................ 51
H. Keabsahan Data ...................................................................................... 53
ix
BAB VII PENYELESAIAN ADAT
A. Maddeceng. .......................................................................................... 92
B. Membunuh Pasangan Yang Melakukan Kawin Lari. .......................... 95
A. Kesimpulan. ......................................................................................... 97
B. Saran. ................................................................................................... 99
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100
RIWAYAT HIDUP
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masyarakat yang berasal dari atau terdiri atas ratusan suku bangsa dengan latar
itulah ingin diciptakan, dibina, dan dikembangkan suatu masyarakat bangsa yang
tunggal yang memiliki sistem nilai dan gagasan utama (budaya) yang sama
Masyarakat yang pada dasarnya majemuk dengan arah cita-cita yang tunggal
itulah yang dinyatakan dengan semboyang Bhineka Tunggal Ika dan ditegaskan
Indonesia ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah budaya rakyat Indonesia
bangsa”.
Peristiwa sejarah selalu melibatkan seorang atau banyak orang dalam proses
pelaku sejarah atau saksi mata yang pada akhirnya menimbulkan tradisi lisan dan
tertulis, yang pada dewasa ini di daerah tanah Bugis banyak meninggalkan
warisan masa lampau yang kaya akan tradisi yang mengandung nilai-nilai luhur.
1
2
setiap daerah beda-beda dalam menjalankan perkawinan itu sendiri, karena setiap
menurut UU No. 1 tahun 1974 yang diatur dalam pasal 1, yang berbunyi sebagai
berikut:“Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
beraneka ragam suku dan bangsanya, sudah pasti beraneka ragam pula hukum
tempat keturunannya semula ketempat lain yang tak sesuku dengannya tapi ada
kalanya pegangan hukum adat daerah keturunannya masih kuat, sehingga tetap
lain tersebut terpengaruh dengan adat yang dibawahnya. Namun demikian adapula
mereka yang telah berpindah dari daerah keturunannya tidak lagi memakai hukum
Kabupaten Soppeng yang mayoritas penduduknya adalah suku Bugis sama halnya
menganut agama Islam, namun demikian dalam hal hukum adat masyarakat
Lalabata Kabupaten Soppeng yang mayoritas suku Bugis bentuk perkawinan yang
Kawin lari ini pada masyarakat Lalabata Kabupaten Soppeng biasanya terjadi
perempuannya itu tidak sesuai untuk anaknya karena kemungkinan yang sangat
banyak.
penyebab terjadinya kawin lari lebih disebababkan oleh laki-laki berasal dari
keturunan lapisan masyarakat yang dianggap lebih rendah, laki-laki itu dianggap
kurang dalam kesopanan, adat istiadat atau yang lainnya, anak Perempuan sudah
Perkawinan dan bagaimanakah akibat hukum dari pada pelaksanaan kawin lari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan kawin lari
dari pada pelaksanaan kawin lari Dalam penelitian ini, digunakan metode
pendekatan Yuridis Empiris, dengan menggunakan data primer dan data sekunder
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini menyatakan, cara kawin lari
ini terpaksa dilakukan karena si laki-laki yang menjadi pilihan anaknya tidak
mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarganya. Akibat hukum dari pada
kawin lari ini adalah apabila dari pihak wali (orang tua) merasa keberatan dengan
cara yang dilakukan oleh si laki-laki, maka orang tua dapat menyatakan keberatan
dan melaporkan kepihak yang berwajib dengan tuntutan bahwa laki-laki tersebut
telah melanggar Pasal 332 KUHPidana. Dan perkawinan tersebut dapat diterima
oleh orang tua apabila si pria dapat membayar denda atau membayar uang sesuai
pelanggaran dalam ketentuan kawin lari.Dapat disimpulkan bahwa kawin lari ini
orag tua dan keluarga terhadap laki-laki yang menjadi pilihannya. Namun karena
tidak mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarga maka si anak menempuh
Penyelesaian Kawin Lari Oleh Toko Adat Di Desa Mantobua Kecamatan Lohia
beberapa tahapan yaitu orang tua tidak setuju, perempuan telah hamil, perempuan
sudah kawin tetapi tidak ada kecocokan dalam rumah tangganya, dan menghindari
biaya perkawinan yang tinggi. Dan upaya penyelesaian kawin lari oleh Tokoh
(Karabuno Kakawi).
Kabupaten Soppeng mengenal istilah mallariang ialah membawa gadis lari dan
silariang ialah laki-laki dan perempuan sepakat melarikan diri. Bentuk kawin lari
dibawa lari atau pergi bersama laki-laki akan menjadi to-masirik mereka
bila menemuinya, untuk menghindari peristiwa tersebut harus melalui proses yang
disebut maddeceng artinya memperbaiki kembali. Satu contoh pada tahun 2008,
6
terdapat satu kasus kawin lari di Kecamatan Lalabata, dimana pihak laki-laki
membawa lari seorang anak perempuan lari meninggalkan desa karena tidak
diwariskan oleh leluhur untuk menjunjung tinggi adat istiadat yang di dalamnya
terptri pula sendi-sendi tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini
dalam kehidupan masyarakat. Kuatnya siri‟ yang dimiliki oleh masyarakat Bugis
sangat jelas terlihat jika harkat dan martabatnya dilanggar oleh orang lain, maka
orang yang dilanggar harkat dan martabatnya tersebut akan berbuat apa saja untuk
masyarakat. Begitupula dengan kawin lari yang oleh masyarakat Bugis dianggap
penting dalam adat istiadat masyarakat Bugis. Bagi masyarakat Bugis, kawin lari
Perbuatan memalukan dalam konteks ini bagi orang Bugis bukan hanya dirasakan
sebagai beban moral keluarga inti yang bersangkutan tetapi juga merupakan aib
(siri’) yang ditanggung oleh seluruh anggota kerabat dekat yang termasuk dalam
diacu segi keberlakuan hukum adat, sepintas terlihat dapat dibenarkan. Namun
kawin lari, dapat dipandang tidak dibenarkan baik menurut ketentuan hukum
Meskipun demikian pada saat sekarang ini kejadian kawin lari yang
dilakukan oleh masyarakat suku Bugis masih tetap berlangsung, tidak terlepas
Kabupaten Soppeng.
Soppeng dalam suatu penelitian dengan judul “Kawin Lari Dalam Konteks
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang di atas, maka dapat di temukan beberapa masalah
2. Apakah implikasi sosial kawin lari terhadap budaya siri‟ (mali) yang
C. Tujuan Penelitian
2. Untuk mengetahui implikasi sosial kawin lari terhadap budaya siri‟ (malu)
Soppeng..
lari tersebut..
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
9
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
Penelitian murni yang beranjak dari nol atau dari awal jarang
penelitian selanjutnya.
salah satu bukti bahwa kawin lari pada masyarakat yang ada di Indonesia
mendapat persetujuan dari orang tua dan keluarga maka si anak menempuh
10
11
Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan akibat hukum dari pada pelaksanaan
cara kawin lari ini terpaksa dilakukan karena si laki-laki yang menjadi
keluarganya. Akibat hukum dari pada kawin lari ini adalah apabila dari
pihak wali (orang tua) merasa keberatan dengan cara yang dilakukan oleh
oleh orang tua apabila si pria dapat membayar denda atau membayar uang
disimpulkan bahwa kawin lari ini merupakan suatu alternatif terakhir yang
Lari pada masyarakat Muna dan Bagaimana peranan tokoh adat dalam
dan peranan tokoh adat dalam penyelesaian Kawin Lari pada masyarakat
setuju, Perempuan telah hamil, Perempuan sudah kawin tetapi tidak ada
13
yang tinggi. Dan upaya penyelesaian Kawin Lari oleh Tokoh Adat yaitu
Lombok Nusa Tenggara Barat. Hasil dari penelitian ini adalah Pada
kebiasaan yang sudah ditetapkan dan diatur di dalam hukum adat Suku
Sasak.
suatu kebiasaan yang sudah ditetapkan dan diatur dalam hukum adat Suku
lari bersama antara laki-laki dan perempuan yang saling mencintai atas
keinginan bersama yang merupakan awal dari prosesi adat, (c) akibat dari
penyimpangan maka akan diambil tindakan hukum oleh Tetua adat yang
penyelesain hukum adat yang berbeda pula. Penelitian yang telah ada
masyarakat terhadap kawin lari dan penyelesain hukum adat bagi orang
a. Pengertian Perkawinan
Maha Esa”.
tidak hanya cukup dengan adanya “ikatan lahir” atau “ikatan bathin”
hukum antara seorang pria dan seorang wanita untuk hidup bersama
Islam.
perdata saja.
lama.
Esa.
larangan Allah.
dilakukan menurut tata tertib adat/agama mereka itu adaah sah menurut
dengan didampingi oleh seorang wali nikah dan dua orang saksi.
yang sah, akta perkawinan tersebut ditanda tangani pula oeh wali nikah,
20
dua orang saksi dan pegawai pencatat nikah. Begitu pula halnya dengan
adat yang biasanya dipimpin oleh kepala adat jadi wali menurut struktur
b. Azaz-azaz Perkawinan
dan atau kepercayaan, tetapi juga harus mendapat pengakuan dari para
anggota kerabat.
5) Perkawinan dapat dilakukan oleh pria dan wanita yang belum cukup
umur atau masih anak-anak. Begitu pula walaupun sudah cukup umur
sebagai ibu rumah tangga dan ada yang bukan ibu rumah tangga.
1. Sistem Perkawinan
calon isteri bagi setiap pria menurut Soerojo Wignjodipuro (1971:7) ada 3
sistem yaitu :
1) Sistem Endogami
dimana seorang pria harus mencari caon isteri diuar marga (klen
2) Sistem Exogami
3) Sistem Eleutherogami
2. Bentuk-bentuk Perkawinan
1) Perkawinan Jujur
susunannya patrilineal.
isteri harus kawin dengan saudara pria dari suami yang telah
wafat.
suami kawin lagi dengan kakak atau adik wanita dan isteri yang
2) Perkawinan Semanda
yaitu :
isteri.
urusannya.
punya anak wanita dan hanya mempunyai anak pria maka untuk
anak prianya, sehingga kedua suami isteri itu nanti yang akan
3) Perkawinan Mentas
tua mereka.
3. Cara-cara Perkawinan
daerah dengan daerah yang lain berbeda caranya demikian juga istilah yang
kepada orang tua si perempuannya itu setuju, orang tua dari si laki-laki
Jika diterima oleh orang tua dari pihak perempuan tidak langsung
dahulu.
26
mencari pasangan jodoh, tapi dapat pula dilakukan oleh perantara yang
seorang wanita yang masih perawan atau terhadap janda yang telah habis
masa iddahnya.
pengikat itu menjadi milik dari famili pihak perempuan. Alat pengikat ini
dipakai juga sebagai tanda larangan apabila ada laki-laki lain yang hendak
semula kepada pihak laki-laki maka “mahar” yang telah diberikan pada
perempuan yang dipinangnya itu hilang dan tidak ada kewajiban dari
lamaran dan pertunangan. Hal ini terjadi biasanya dikarenakan orang tua
tidak setuju. Kedua calon suami istri yang telah sepakat untuk
kedua belah pihak orang tua tidak menyetujui apa yang dilakukan
anaknya, karena dalam masyarakat Bugis terlalu banyak resiko yang akan
terjadi selain itu melanggar adat. Bisa saja pihak laki-laki yang membawa
anak gadis orang bisa di bunuh oleh pihak keluarga perempuan karena
Ini juga menjadi solusi buat calon kedua mempelai karena tidak
2).
bersama.
terjadinya kawin lari tidak saja dilakukan bujang terhadap gadis, tetapi
ada juga yang sedang dalam ikatan perkawinan atau sudah pernah kawin.
paksaan. Adapun kebaikan dari perkawinan bawa lari dan prkawinan lari
a. Silariang
31
seorang gadis bersama pria pujaan atas dasar kehendak berdua, tetapi
tau sala.
atau diam seribu bahasa maka dianggap orang yang tidak punya harga
tutup kepala atau apa saja yang dipakainya baik baju ataupun
pada saat itupula toma siri tidak berhak membunuh tau sala.
mana To sala mendapat hak untuk tidak dihukum atau dibunuh oleh To
hukuman dan raja atau kepala adat, maka pulihlah siri bagi keluarga
merasa terhina maka hal itu dinamakan siri, dengan siri inilah sehingga
b. Rilariang
menimbulkan siri bagi pihak keluarga sebagai pihak yang terkena siri
atau sebagai pihak toma siri maka menurut hukum adat berkewajiban
33
c. Erangkale
Erang artinya bawa dan kalee berarti diri. Jadi erang kale apabila gadis
bagi keluarganya.
erangkale terjadi dari suku kata yaitu erang artinya bawa dan kale
sebagai berikut:
maka gadis pergi membawa diri ke rumah kepala adat atau iman,
35
jawab.
dengan kawin silariang atau rilariang yakni adanya dua pihak yang
erangkale timbul karena adanya perasaan siri dari pihak gadis atau
kemauan sendiri.
a. Teori Fenomenologi
aktor itu sendiri atau dari sudut pandang orang pertama yang
mengalaminya.
dunia luar sana diterima melalui indera dan dapat diketahui hanya
fenomenologi.
b. Teori Tindakan
sosial dan teori tindakan. Teori tindakan ini dipelopori oleh Max
Weber.
37
bukan penyebab.
terhadap perceraian.
1. Pengertian Masyarakat
Bahasa Arab yang memiliki arti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan
identitas.
januari 2014).
januari 2014).
kesamaan.
januari 2014).
bersama.
januari 2014).
januari 2014.
menghasilkan kebudayaan.
januari 2014).
januari 2014).
40
mereka hidup dalam satu rumah. Jadi setiap orang akan membentuk
beraneka warna yang mencakup bidang yang luas sekali. Akan tetapi,
manusia tertentu.
pantas.
bermasyarakat.
D. Kerangka Pikir
tinjaun pustaka dan hasil penelitian yang relevan. Fenomena kawin lari
restu dari orang kedua orang tua salah satu pasangan tersebut dan masalah
dari kedua orang tua salah satu pasangan merupakan faktor utama yang
fokusnya pada tindakan sosial. Arti tindakan sosial di sini adalah tindakan
terjawab sepenuhnya.
Fenomena Masyarakat
Kawin Lari Di
Masyarakat Lalabata
Pandangan Penyelesaian
Masyarakat Implikasi Sosial Hukum Adat
Analisis
Temuan
Pembaca
Gambar 1
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Pendekatan
politik, ekonomi, sosial dan budaya. Berbagai temuan lapangan yang bersifat
45
46
masyarakat Lalabata yang melakukan kawin lari tersebut, penelitian ini tidak
hanya menekan hal-hal yang nampak secara eksplisit saja melainkan harus
kelebihan yaitu :
B. Lokasi Penelitian
Alasan peneliti memilih lokasi tersebut yaitu selain karena daerah ini
mencari informan.
47
C. Deskripsi Fokus
Dalam penelitian ini, sesuai dengan judul “Kawin Lari Dalam Konteks
segala sesuatu yang berkaitan dengan peristiwa kawin lari pada masyarakat
D. Subjek Penelitian
Tabel. 1 Informan
sekunder dan data primer, yang diperoleh melalui studi kepustakaan maupun
48
1. Data Primer
berupa tape perekam, kamera dan buku catatan. Data ini dibutuhkan untuk
2. Data Sekunder
dengan cara pencarian data pada media informasi yang mana kerap menjadi
penelitian ini.
Teknik pengumpulan data ini terdiri dari teknik pengumpulan data utama
cara :
1. Observasi
perhatian secara teliti terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat
2. Wawancara
temu muka berulang antara peneliti dengan subjek yang akan diteliti.
3. Dokumentasi
bahwa dalam penelitian sosial, ada berbagai jenis dokumen yang bisa
adalah kesesuaian antara data yang ada di dalam dokumen dengan data yang
sejak pertama kali terjun ke lapangan sampai pengumpulan data dan menjawab
penyajian.
penyesuaian jika menemui kenyataan ganda dan mencari data pendukung yang
dalam penelitian ini berdasarkan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
1. Pertama – tama reduksi data, data yang diperoleh dari lapangan dicatat secara
rinci dan diteliti kemudian di pilih data yang penting, membuat kategori
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara yang
menampilkan data yang telah di reduksi. Penyajian data dalam penelitian ini
51
3. Yang ketiga adalah penarikan kesimpulan, berarti data yang sudah melalui
secara lengkap.
H. Keabsahan Data
dari hasil wawancara pada orang-orang yang masuk ke dalam sampling dan
teori.
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Disini
“dalam hal ini jangan sampai banyak mengharapkan bahwa hasil perbandingan
Kabupaten Barru.
kecamatan ini berada pada wilayah dengan wilayah topografi yang beragam.
Sebagian desa berada pada wilayah dengan topografi yang datar dan sebagian lagi
berada pada wilayah yang berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut
2. Keadaan Demografi
a. Penduduk
55
53
54
setiap km2. Penduduk di kecamatan ini terdiri dari perempuan 20.315 dan
b. Pendidikan
Lalabata terdapat 19 unit TK, 44 unit SD dan MI, 10 unit SLTP dan MTs dan
c. Agama
mushalah yang tersebar disemua desa/ kelurahan. Selain itu, terdapat 3 gereja.
d. Mata Pencaharian
Kabupaten Soppeng. Pada tahun 2015, produksi padi sebanyak 35.052 ton
yang dihasilkan dari areal tanaman seluas 3.270 Ha. Jenis buah-buahan yang
sosial masyarakat. Atap rumah yang dibuat bersusun tiga menandakan orang
tersebut berasal dari kalangan bangsawan. Begitu pula dengan adat istiadat
55
datang.
dimana calon mempelai didudukkan di atas tikar pandan yang bulat dilengkapi
dengan alat kebesaran keluarganya yang biasanya terdiri dari: lellu’ yang
mempelai wanita biasanya dipayungi dan pembawa payung berasal dari keluarga
cara lama. Ada pembawa tempat sirih, dilengkapi tempat meludah, lengkap
dengan beberapa budak mereka zaman dahulu yang mengenakan jas putih.
ana’ matoala atau anak penerus, tingkatan kedua anak arung atau anak-anak
dari arung, tingkatan ketiga adalah tau deceng atau orang-orang baik. Golongan
masyarakat biasa saat ini tidak memiliki bumbungan tiga susun seperti pada
maka kelak anak yang lahir tidak bisa menyandang gelar bangsawan sama
dengan ibunya karena gelar tersebut mengikut pada garis keturunan laki-laki.
dari golongan ketiga, maka kelak anak yang lahir masih bisa menyandang status
bangsawan. Hal berbeda ketika mempelai laki-laki berasal dari golongan ketiga,
maka kelak anak yang lahir tidak bisa menyandang gelar bangsawan sama
dengan ibunya karena gelar tersebut mengikut pada garis keturunan laki-laki.
Lalabata tidak jauh berbeda dengan daerah lain. Pada umumnya terdiri atas:
a. Sompa/ mahar atau mas kawin dalam bentuk uang sebagai syarat sah
b. Dui menre atau sejumlah uang belanja dari mempelai pria sebagai syarat
c. Ciccing pasio’, yaitu cincin emas dari mempelai pria untuk mengikat
mempelai wanita.
d. Sarung sutra sebagai hadiah untuk kedua belah pihak keluarga mempelai.
pucuk daun pisang, lilin, bekkeng (tempat daun pacar logam), wenno (padi
sebagainya.
tahun sampai 57 tahun. Masing-masing satu informan 57, 50, 45, 40, 36,
Tabel 2
Identitas Informan
kelamin Perkawinan
Peneliti memperoleh data dari kesepuluh informan yang dipilih. Dari sepuluh
a. Pasangan Vd dan fr
beragama Islam yang berusia 18 tahun dan menjadi seorang ibu rumah tangga.
sedangkan Fr hanya bersekolah sampai kelas 2 SMA. Pasangan ini kini telah
tinggal bersama kedua orang tua Fr. Keterbatasan ekonomi yang menjadi alasan
petani. Pada masa duduk di bangku sekolah, Fr termasuk anak yang berprestasi,
bidan.
dahulu, ketika itu Fr masih duduk di kelas 2 SMA. Pada awalnya Vd membawa
orang tua Fr mengetahui jika anakx hamil. Pada akhirnya ketika Fr memberikan
61
kabar kepada kedua orang tuanya jika dia akan melakukan kawin lari, maka
Pada awalnya kedua orang tua Fr tidak menyetujui jika anak mereka
Tetapi ketika mereka mengetahui jika anak mereka hamil, maka dengan terpaksa
kedua orang tua Fr menikahkan Fr dan Vd. Fr mengakui jika dia merasa malu
karena melakukan kawin lari karena hamil di luar nikah. Selain itu, dia juga
mengakui bahwa dia sangat takut ketika orang tuanya mengetahui jika dirinya
membuat mereka masih menjadi beban kedua orang tua Fr, dan mereka juga
tinggal bersam kedua orang tua Fr. Frpun merasa menyesal kareana tidak
melanjutkan sekolah sehingga kini dirinya hanya menjadi seorang ibu rumah
b. Pasangan AG dan MN
beragama Islam yang berusia 18 tahun dan berprofesi sebagai ibu rumah tangga.
Pasangan ini menikah pada tahun 2015, pada saat ini mereka telah
mempunyai 1 orang anak. Anak mereka masih berusia 2 bulan. Pasangan ini
mendapatkan restu dari kedua orang tua MN. Hal itu dikarenakan AG terkenal
adalah seorang preman dan suka mabuk-mabukan. Oleh sebab itu, kedua orang
tua MN tidak mengijinkan mereka berhubungan. Atas dasar suka sama suka,
pasangan ini lalu sepakat untuk melakukan kawin lari. Mereka melakukan kawin
mengatakan kepada orang tuanya jika dia akan membawah lari anak orang.
Ketika itu kedua orang tua AG tidak melarang, malah membantu untuk
menikahkan anak mereka. Kemudian, kedua orang tua AG memberi tahu kepada
orang tua MN jika MN telah di nikahkan sama anak mereka. Setelah itu, kedua
bisa dipenuhi karena MN menolak melanjutkan sekolah dan lebih memilih untuk
Lapajung.
63
karena dirinya keturunan jawa. Di desa Lapajung , kebiasaan kawin lari itu
dilakukan oleh masyarakat asli seperti suku Bugis. AG melakukan kawin lari
mereka.
melakukan kawin lari adalah karena tidak mendapatkan restu dari kedua orang
tua salah satu pasangan. Di sisi lain, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan
mereka melakukan kawin lari adalah karena hamil di luar nikah. Peristiwa ini
membuat malu keluarga perempuan, apalagi kalau kita lihat kronologis sampai
keduanya melakukan kawin lari. Penulis berharap kedepannya tidak ada lagi
yang melakukan kawin lari seperti yang terjadi saat ini, karena itu bisa saja
malu tersebut akan berujung pada beban yang dirasakan oleh anggota keluarga.
selain memuat aturan-aturan, tata caar dan tahapan yang harus dilalui oleh
perkawinan ini mendapat pengesahan dari masyarakat, tata cara rangkaian adat
perkawinan itu terangkat dalam suatu kegiatan yang diseut sebagai upacara
perkawinan.
dilengkapi tata rias wajah, tata rias sanggul, serta tata rias busana yang lengkap
64
65
bertujuan untuk menyatukan dua keluarga besar yang telah terjalin sebelumnya
menjadi semakin erat atau dalam istilah orang Bugis disebut mappasideppe
sama dengan masyarakat Bugis di daerah lain. Hal ini dipertegas oleh pendapat
daerah lain, yang membedakan ritualnya saja. Proses pelamaran sampai dengan
dengan perjamuan.
keluarga perempuan untuk mengetahui jati diri calon mempelai. Dari hasil
tersebut berjanji akan memberi tahukan kepada keluarga dari pihak laki-
laki-laki terlibat dan pihak laki-laki juga tidak ikut serta. Utusan disebut
yang dilamar sudah ada yang meminang atau tidak. Penentuan waktu
yang tersembunyi.
hari), balanca (uang belanja) doi menre (uang naik) dan sompa (emas
yang pada umumnya manis-manis agar hidup calon pengantin selalu manis
Uang belanja atau dui menre’ merupakan uang antara yang harus
biaya dari prosesi perkawinan. Penyerahan uang belanja ini juga menelan
doa restu dan sekaligus menjadi saksi atas perkawinan kedua mempelai
agar masyarakat tidak berburuk sangka ketika suatu saat melihat kedua
mempelai bermesraan. Secara umum proses ini terbagi atas dua tahapan,
antara lain:
dimulai. Semakin tinggi status sosial dari keluarga yang akan mengadakan
pesta perkawinan itu lebih lama juga dalam persiapan yang dilakukan.
akan ada pesta perkawinan kepada seluruh keluarga dan rekan-rekan. Hal
terbuat dari beras ketan yang digoreng sampai hangus yang dicampur
dengan asam jawa dan jeruk nipis. Setelah acara mappasau (mandi uap),
pacci(pacar), dimana setelah acara ini berarti calon mempelai telah siap
dengan hati yang suci bersih serta ikhlas untuk memasuki alam rumah
kawinsoro yang dipimpin oleh indo botting. Pada acara resepsi sebelum
malam masa menginap dipersingkat menjadi satu malam. Setelah acara ini
selesai, maka dilanjutkan dengan siara kubur. Prosesi ini ditutup dengan
Pada acara resepsi ada yang dinamakan dengan ana botting, hal
a) Nilai Kekerabatan
b) Status Sosial
seseorng di masyarakat.
pesta perkawinan.
d) Gotong-royong
dan upacara perkawinan yang diminta pihak gadis tidak dapat dipenuhi pihak
laki-laki, Gadis belum diizinkan oleh orang tuanya untuk bersuami tetapi
dikarenakan keadaan gadis bertindak sendiri, Orang tua akan keluarga gadis
menolak lamaran pihak laki-laki, lalu gadis bertindak sendiri, Gadis yang
telah bertunangan dengan seorang pemuda yang tidak disukai oleh si gadis,
Gadis dan bujang telah berbuat yang bertentangan dengan hukum adat dan
a. Laki-laki yang menginginkan anak gadis dri pihak perempuan berasal dari
d. Gadis dan laki-laki telah berbuat yang bertentangan dengan hukum adat
antara laki-laki yang melamar dengan anak gadis yang dilamar telah ada
dalam masyarakat Lalabata terdiri dari dua jenis, yaitu “seorang laki-laki
membawa lari seorang gadis yang dikenal dengan istilah Mallariang dan kedua
belah pihak yakni laki-laki dengan gadis sama-sama sepakat untuk melarikan
musyawarah antara para pihak, serta akibat yang ditimbulkan akan dapat
maksiat lainnya.
Apabila kawin lari ini meskipun tidak sesuai dengan tata cara perkawinan
masyarakat Lalabata tetapi hal tersebut dibenarkan, karena hal itu tertuang dalam
musyawarah antara para pihak , serta akibat yang ditimbulkan akan dapat
maksiat lainnya.
Apabila kawin lari ini diacu dengan ketentuan Pasal 332 Kitab Undang-
(4). Bilamana yang memberi izin telah kawin dengan wanita yang dibawa lari itu,
diatas, dapatlah diuraikan bahwa setiap kawin lari yang secara tidak langsung
75
membawa lari anak gadis orang lain dikenakan ancaman hukuman pidana
penjara yaitu tujuh tahun apabila perbuatan berlarian itu disetujui oleh
setuju untuk melarikan diri tetapi akibat tipu daya, kekerasan atau ancaman
lari anak gadis tersebut adalah apabila ada pengaduan, yang mana pengaduan
dapat dilakukan oleh wanita itu sendiri atau walinya apabila pada waktu dibawa
lari telah dewasa, maka pengaduan dapat dilakukan oleh wanita itu ataupun
suaminya, kalau sudah kawin. Apabila dalam berlarian itu mereka telah kawin,
maka laki-laki yang membawa lari tidak dapat dikenakan pidana sebelum
perkawinan dibatalkan.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, bentuk kawin lari ini tidak sesuai
dengan norma dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Namun demikian hingga
saat sekarang ini masih saja terjadi, yang diantaranya dilakukan oleh sebagian
dilakukan dalam beberapa proses. Dalam proses tersebut ada fase yaitu calon
berlangsung.
sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang ada di dalam
mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh, yaitu jalur
pranata sosial. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah
menyimpang begitu juga dengan kawin lari. Tindakan melarikan gadis dari
Sesuatu yang dikatakan menyimpang tidak hanya hal-hal yang berbau kriminal,
tetapi sesuatu yang melanggar norma yang terdapat di dalam masyarakat juga
ketika seseorang membawa kabur gadis tanpa seijin kedua orang tua, tetapi juga
masyarakat.
yang mempengaruhi terjadinya kawin lari, maka penelitian ini dianalisis dengan
fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang menampakkan diri.
makna yang diberikan individu lain, tetapi berdasarkan pada kesadaran subjektif
aktor itu sendiri atau dari sudut pandang orang pertama yang mengalaminya.
kawin lari secara mendalam sesuai dengan kenyataan dan bukan merupakan
sesungguhnya yang dialami oleh para pelaku kawin lari sesuai dengan kesadaran
mereka.
Tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua salah satu pasangan.
Pernikahan merupakan hal yang di anggap sakral dan dilakukan menurut UUD
dan agama masing-masing. Dalam agama Islam menikah memiliki syarat dan
ketentuan yang harus dipenuhi supaya pernikahan tersebut dianggap syah dan
dapat diakui di dalam Negara maupun agama. Bagi pihak perempuan, orang tua
karena akan menjadi wali. Apabila wali dari pihak perempuan tidak ada maka
pernikahan tersebut dianggap tidak sah. Kawin lari dilakukan oleh pasangan
78
remaja karena tidak mendapatkan restu dari kedua orang tua salah satu pasangan
yang biasanya adalah orang tua dari pihak perempuan. Pilihan untuk kawin lari
atau melarikan anak gadis orang adalah satu cara yang dianggap paling berhasil
anaknya di bawah lari orang lain dengan terpaksa menikahkan anaknya karena
khawatir nantinya anak tersebut akan melakukan hal-hal yang melanggar norma.
hubungan anak mereka. Antara lain adalah karena anak mereka masih pada usia
sekolah. Selain itu juga dapat disebabkan karena orang tua mengetahui
menyatakan (wawancara 24 januari 2016) “ orang tua istri saya tidak mengijinkan
saya berhubungan dengan anak mereka karena saya di sini terkenal sebagai
preman yang suka mabuk-mabukan. Selain itu, mereka juga tidak setuju karena
Selain faktor diatas , keinginan kedua orang tua supaya anak mereka
2016) “orang tua saya sebenarnya menginginkan saya untuk melanjutkan sekolah
mba, karena mereka tahu saya ingin jadi bidan. Saya juga pernah dipindahkan ke
Makassar supaya sekolah saya tidak berhenti dan tidak buru-buru menikah.
Setelah mereka tahu jika saya kawin lari pun saya tetap tidak boleh nikah dan
79
diminta untuk melanjutkan sekolah. Tetapi setelah mereka tahu jika saya hamil,
Anak yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke atas pasti akan
keinginan kedua orang tua supaya anaknya mendapatkan pekerjaan yang layak
juga menjadi latar belakang mengapa orang tua melarang anaknya untuk menikah
terlebih dahulu.
remaja karena orang tua ingin masa depan anak mereka lebih terjamin.
menjadi hal biasa karena yang sering terjadi pasti alasan orang tua tidak
setuju.”
kawin lari pasti karena alasan tidak mendapatkan restu dari orang tua atau
hamil diluar nikah. Sesungguhnya jika seorang anak melakukan kawin lari
dianggap sebagai aib keluarga. Karena menikah dengan cara membawa lari
anak gadis orang atau sama saja diculik. Cara ini merupakan cara paksaan
supaya kedua orang tua memberikan ijin untuk melakukan pernikahan. Orang
80
tua yang anaknya telah dibawah lari mau tidak mau akan memberikan ijin
yang melakukan kawin lari tidak akan melakukan hal tersebut jika di dalam
masyarakaat tidak pernah terjadi kawin lari. Seperti yang terdapat dalam teori
interaksi adalah proses interpretif dua arah. Kita tidak hanya memahami
perilaku orang lain, tetapi bahwa interprestasi ini akan memberi dampak
terhadap pelaku yang perilakuna diintepretasi dengan cara tertentu pula. Hal
ini dapat dilihat ketika seseorang memilih untuk melakukan kawin lari.
masyarakat.
tidak memiliki keiginan untuk sekolah pasti akan lebih memilih untuk
menikah. Hal ini terjadi karena mereka beranggapan bahwa menikah adalah
salah satu pilihan terbaik jika tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.
menikah dengan cara kawin lari. Kondisi sosial ekonomi dan belum memiliki
81
tersebut harus mengikuti adat dan budaya yang ada didalam masyarakat
tersebut.
kebanyakan orang dengan istilah kawin lari. Karena memang orang yang
menikah tanpa wali si gadis berarti memang tidak mendapat persetujuan dari
cara ialah menikah diam-diam tanpa sepengatahuan si wali wanita, atau juga
dengan membawa kabur si wanita dan menikah di tempat lain dengan wali
Padahal kalau kita buka kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah kawin lari
punya makna yang lebih luas dan sedikit berbeda dengan pemahaman
Kawin lari ialah "perkawinan dengan cara melarikan gadis yang akan
dikawininya dengan persetujuan gadis itu untuk menghindarkan diri dari tata
cara adat yang dianggap berlarut-larut dan memakan biaya yg terlalu mahal".
sah. Seperti Pandangan Tokoh masyarakat tentang kawin lari sebagai berikut :
“ada madzhab Fiqih yang membolehkan menikah dengan tanpa wali. Karena
memang ada pendapat yang mengatakan demikian, maka tidak bisa juga kita
asal melarang. Lebih lanjut iya menjelaskan bahwa Wali bukanlah syarat sah
pernikahan.”
lamaran dan pertunangan. Hal ini terjadi biasanya dikarenakan orang tua tidak
bagaimanapun keadaannya untuk „nikah lari‟ tanpa ada idzin dari orang tua
pilihannya, lalu dia „kawin lari‟ tanpa izin walinya, lalu setelah menikah ia
lagi, untuk para wanita, izin orang tua sangatlah perlu dan harus, karena bukan
semata untuk masalah sah tidaknya pernikahan, akan tetapi keberkahan setelah
lari tanpa izin walinya, dan disarankan untuk para wanita, izin orang tua
sangatlah perlu dan harus, karena bukan semata untuk masalah sah tidaknya
pernikahan, akan tetapi keberkahan setelah pernikahannya. Karena izin orang tua
A. Dampak Negatif
dan martabat, maka sudah barang tentu kawin lari yang dilakukan akan
harkat dan martabatnya dilanggar oleh orang lain, maka orang yang dilanggar
harkat dan martabatnya dilanggar tersebut dapat berbuat apa saja untuk
tengah kehidupan masyarakat. Begitu pula halnya dengan kawin lari yang
Besarnya pengaruh siri’ (malu) ini atas perbuatan kawin lari bagi
“Kuatnya siri’ (malu) dipegang oleh suku Bugis di Kecamatan ini, maka
kemungkinan besar apabila bertemu pria yang membawa lari anak gadisnya
tersebut akan dibunuh. Hal ini lima tahun belakangan ini pernah terjadi 1 kali
84
85
pada tahun 2010, b. Apabila tidak bertemu dengan pria yang dicari tersebut
menyatakan bahwa “ Kawin lari berpengaruh sangat besar dengan siri’ (malu)
yang dianut masayarakat Lalabata, maka apabila terjadi kawin lari, a. Pihak
keluarga wanita akan mencari si pria kemanapun dia pergi, kemudian kalau
bertemu dapat dibunuh oleh mereka, b. Pihak keluarga laki-laki akan terus
bahwa perbuatan kawin lari mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap
Lalabata, sehingga apabila terjadi kawin lari bukan tidak mungkin pihak
keluarga perempuan yang harkat dan martabatnya dilanggar dengan lari atau
gadisnya.
maka untuk menghilangkan rasa malu pihak keluarga perempuan akan pindah
dari desa yang didiaminya, tetapi hal ini dalam tahun 2015 ini tidak pernah
terjadi lagi dan walaupun mereka tidak menemukan laki-laki yang melarikan
harkat dan martabat keluarga pihak perempuan yang dibawa lari, tetapi juga
mereka dengan kejadian ini selain menanggung malu juga harus selalu
tindakan pembunuhan yang akan ditempuh dalam hal terjadinya kawin lari ini
Tabel 3.
Masyarakat.
N0 Tindakan Jumlah %
1 Biar saja 2 10
Jumlah 20 100
yang dapat dilakukan dengan terjadinya kawin lari menurut 2 orang (10%)
responden lebih condong menyatakan bahwa yang melakukan kawin lari untuk
dibunuh adalah laki-laki yang membawa lari anak gadis dan 6 orang (30%)
responden menyatakan bahwa kedua pihak yang melakukan kawin lari harus
dibunuh.
yang dianut oleh masyarakat Lalabata terlihat dengan Implikasi Sosial yang
mungkin timbul dengan kawin lari tersebut. Dalam hal ini A.Mattarima
“untuk tetap terjaganya siri’ (malu) atas terjadinya kawin lari, maka implikasi
sosial yang timbul dengan terjadinya kawin lari tersebut adalah: a. Hubungan
anak perempuan dengan orang tua bisa lepas, b. Hubungan antara keluarga laki-
kediamannya.
bermusuhan.
88
4. Pembunuhan akan terjadi terhadap salah satu atau kedua pihak yang
di atas, siri salah satunya dimaknai sebagai hal yang berkaitan dengan gengsi
B. Dampak Positif
sangat penting dalam adat istiadat masyarakat Bugis. Bagi masyarakat Bugis,
kawin lari antara laki-laki dan perempuan tanpa didahului oleh penyelenggaraan
(mappakasiri). Perbuatan memalukan dalam konteks ini bagi orang Bugis bukan
hanya dirasakan sebagai beban moral keluarga inti yang bersangkutan tetapi juga
merupakan aib (siri’) yang ditanggung oleh seluruh anggota kerabat dekat yang
diacu segi keberlakuan hukum adat, sepintas terlihat dapat dibenarkan. Namun
kawin lari, dapat dipandang tidak dibenarkan baik menurut ketentuan hukum
Meskipun demikian pada saat sekarang ini kejadian kawin lari yang
dilakukan oleh masyarakat suku Bugis masih tetap berlangsung, tidak terlepas
Kabupaten Soppeng.
kawin lari pada masyarakat lalabata jika di pandang secara adat sepintas bisa
dibenarkan, tapi yang namanya perbuatan kawin lari ini bisa saja merusak
Meskipun pada saat sekarang ini kawin lari masih tetap berlangsung, tapi sudah
tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, sampai ada yang membunuh salah satu
PENYELESAIAN ADAT
A. Maddeceng
Pancasila serta kuatnya keyakinan akan ajaran agama, maka tidak selamanya
kebencian dan dendam orang tua kepada anak maupun suami anaknya tetap
maddeceng ).
Abdul Wajid (Wawancara 28 januari 2016) selaku Tokoh Adat desa Seppang
orang seperti sesepuh adat, alim ulama, kades mupun keluarga dekat si pria.
Dalam acara ini pihak wanita meminta uang pengganti adat yang
90
91
hubungan baik kembali antara anak dengan orang tua dan antar orang tua
yang melakukan kawin lari, pasangan yang melakukan kawin lari untuk
perempuan, terlebih dahulu harus mengutus beberapa orang yang terdiri dari:
1. Sesepuh Adat.
2. Alim Ulama.
3. Kepala Desa.
anak mereka dengan hak yang paling besar diterima oleh pihak perempuan.
Dalam hal ini keluarga pihak perempuan meminta semacam uang pengganti
pihak yang hadir tersebut. Pada lokasi penelitian desa Seppang uang
pengganti jumlah berkisar antara Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai
Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah), sedangkan Desa Lapajung jumlah uang
pengganti ini biasanya berada pada angka Rp. 1.500.000,- (satu juta lima
ratus ribu rupiah) sampai Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah). Uang
perkawinan kembali secara Islam dengan alasan bahwa pernikahan itu belum
sah, karena hanya dihadiri oleh wali hakim dan tidak disetujui oleh keluarga
perubahan pada kultur tradisional khususnya suku Bugis, namun masih ada
keinginan mereka, terutama kaum muda yang ingin dengan mudah dan bebas
untuk melakukan perkawinan. Keinginan kaum muda ini sudah barang tentu
terhadap akibat dari kawin lari adalah mendatangkan utusan pihak laki-laki
yang melakukan kawin lari. Pihak perempuan menerima uang pengganti adat
pada mempelai yang melakukan kawin lari tersebut setelah diterimanya uang
pengganti.
Lalabata, maka apabila terjadi kawin lari, a. Pihak keluarga wanita akan
mencari si pria kemanapun dia pergi, kemudian kalau bertemu dapat dibunuh
kawin lari mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap siri’ (malu) yang
apabila terjadi kawin lari bukan tidak mungkin pihak keluarga perempuan
yang harkat dan martabatnya dilanggar dengan lari atau dilarikan anaknya
informan di atas, siri salah satunya dimaknai sebagai hal yang berkaitan
maka untuk menghilangkan rasa malu pihak keluarga perempuan akan pindah
dari desa yang didiaminya, tetapi hal ini dalam tahun 2015 ini tidak pernah
terjadi lagi dan walaupun mereka tidak menemukan laki-laki yang melarikan
PENUTUP
A. Kesimpulan
tanpa ada izin dari orang tua khususnya walinya. Karena, orang tua,
mereka yang yakin dengan pilihannya, lalu dia „kawin lari‟ tanpa izin
kebenaran alasan orang tuanya. Sekali lagi, untuk para wanita, izin orang tua
sangatlah perlu dan harus, karena bukan semata untuk masalah sah tidaknya
Soppeng adalah:
dijodohkan sebelumnya.
berkelakuan baik.
95
96
3. Perbuatan kawin lari menimbulkan titik singgung dengan budaya siri’ (malu)
yang diyakini secara utuh sampai sekarang ini pada masyarakat Lalabata
a. Karena malu pihak keluarga perempuan akan pindah dari desa tempat
kediamanya.
d. Pembunuhan terhadapa salah satu atau kedua orang dari yang melakukan
B. Saran
dapat menjadi salah satu jalan tengah dari permasalahan kawin lari pada
adalah sederajat.
Ahmad Zarkasih 2013. Siapa Yang Sedikit Ilmunya, Pasti Banyak Ngambeknya:
Kawin Lari, (Online), Jilid 1, http://zarkasih20.blogspot.co.id. Diakses 9
januari 2013).
Akhi Yuda 2013. Makalah Nikah Siri dan Kawin Lari. (Online), Jilid 1,
http://akhi-yuda.blogspot.co.id. Diakses 8 januari 2013).
98
99
Tips Serba Serbi, 2015. Pengertian Kawin Lari Pada Suku Bugis. (Online), Jilid 1,
No. 1, http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id, Diakses 7 februari 2015).
Tips Serba Serbi, 2015. Pengertian Kawin Lari Pada Suku Bugis: Apa Itu Kawin
Lari, (Online), Jilid 1, No. 1, http://tipsserbaserbi.blogspot.co.id,
Diakses 5 januari 2015).