PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
ALDO SAPUTRA
A1N119013
i
PUNCAK LAKUDE SEBAGAI OBJEK WISATA DAN
DAMPAKNYATERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA
MASALILI KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA
PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Proposal
Penelitian Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah
OLEH
ALDO SAPUTRA
A1N119013
ii
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Konsep Sejarah.................................................................................. 6
B. Konsep Konsep Pembangnan Ekonomi..............................................8
C. Pariwisata............................................................................................9
D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Masyarakat.........................................14
E. Penelitian Relevan ............................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang
hendak diangkat oleh peneliti dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak ekonomi objek wisata terhadap pendapatan pelaku usaha
wisata sebelum dan setelah keberadaan objek wisata Puncak Lakude?
2. Bagaimana dampak sosial objek wisata terhadap tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan pelaku usaha wisata sebelum dan setelah keberadaan objek wisata
Puncak Lakude?
C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana dampak ekonomi objek wisata terhadap
pendapatan pelaku usaha wisata sebelum dan setelah keberadaan objek wisata
Puncak Lakude.
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak sosial objek wisata objek wisata
terhadap tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan pelaku usaha wisata sebelum
dan setelah keberadaan objek wisata Puncak Lakude
5
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
b. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Sejarah
Berdasarkan teori yang disampaikan dalam buku-bukunya, Arnold J.
Toynbee memberi kesimpulan yaitu dalam gerak sejarah tidak terdapat hukum
tertentu yang menguasai dan mengatur timbul tenggelamnya kebudayaan-
kebudayaan dengan pasti (Tamburaka, 1999: 65). Dalam melihat dan menentukan
pola irama gerak sejarah, Arnold J. Toynbee membandingkan perkembangan
proses sejarah dengan kebudayaan. Menurut pandangan Toynbee, kebudayaan
(civilization) adalah wujud daripada kehidupan suatu golongan seluruhnya.
Pendapat Toynbee ini serupa seperti apa yang disebut oleh Oswald Spengler
sebagai kultur dan civilization.
Sejalan dengan itu, Arif (2011: 6) mengatakan bahwa lazimnya pohon (syajarah)
itu memiliki cabang-cabang akar yang kuat menghujam kedalam perut bumi,
menumbuhkan batang yang tegak, serta memiliki cabang-cabang dan ranting-ranting
tempat tumbuh dan berkembangnya dedaunan, bunga dan juga buah yang lebat.
Diinspirasi dari keadaan pohon seperti itulah dikembangkan pengertian sejarah sebagai
(1) suatu urutan asal-usul keturunan yang berkesinambungan, (2) suatu silsilah keturunan
bercabang-cabang dan (3) pertumbuhan dari peristiwa satu menuju peristiwa lain secara
berkesinambungan (kontinuitas) sesuai dengan garis waktu.
6
7
menerus, kedua upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita dan ketiga
adalah kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka waktu
yang panjang (Suryana, 2000).
Schumpeter menyatakan bahwa pembangunan ekonomi disebabkan oleh
perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan
ekonomi diyakini tercipta karena inisiatif golongan pengusaha yang inofatif.
Untuk mengetahui laju pembangunan ekonomi suatu negara perlu diketahui
tingkat pertambahan nasional dan pendapatan perkapita. Pendapatan per kapita
dianggap sebagai ukuran dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Pendapatan
perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah (Suryana, 2000).
Tujuan utama dari upaya pembangunan ekonomi adalah menciptakan
pertumbuhan yang setinggi-tingginya, selain itu harus pula menghapus atau
mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat
pengangguran. Kesempatan kerja bagi masyarakat akan memberikan pendapatan
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).
Terdapat empat model pembangunan yaitu model pembangunan ekonomi
yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan
kemiskinan dan model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan dasar (Suryana, 2000).
Kesimpulan dari uraian diatas adalah pembangunan ekonomi merupakan
suatu proses yang mengarah pada peningkatkan pendapatan per kapita masyarakat
melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Pembangunan ekonomi lebih berorientasi
kepada proses meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam jangka panjang,
apabila tingkat pendapatan per kapita masyarakat meningkat maka suatu negara
dapat dikatakan sejahtera/makmur.
C. Pariwisata
1. Definisi Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu,yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan
untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi
semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1982).
10
yang harus dijaga karena lingkungan alam memiliki kontribusi yang besar
terhadap keberlanjutan industri pariwisata.
3. Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan pada hakekatnya merupakan pembangunan
yang berlangsung secara berlanjut sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
generasi demi generasi. Terdapat tiga dimensi pokok dalam pembangunan
berkelanjutan yaitu berkelanjutan ekonomi, berkelanjutan sosial budaya dan
berkelanjutan lingkungan dalam suatu ruang lingkup global (Salim, 2010).
Konsep pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan sumber daya
pariwisata yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal dan kepuasan
13
optimal dalam jangka waktu yang panjang. Prinsip yang dianut dalam konsep
pariwisata berkelanjutan adalah tidak ada gunanya memperoleh untung besar
dalam jangka pendek apabila sesudahnya akan menimbulkan kerugian jangka
Panjang (Damanik dan Weber, 2006).
Pembangunan pariwisata berkelanjutan haruslah memanfaatkan sumber
daya alam secara optimal sesuai daya dukung sehingga tidak menimbulkan
kerusakan, menghormati sosial budaya masyarakat setempat, memastikan manfaat
ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya
alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan
berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena pada dasarnya sumber
dayaalam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang
terbatas.Padahakekatnya terdapat empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh
usahapengembangan pariwisata berkelanjutan adalah kondisi ekonomi, sosial,
budayadan lingkungan hidup.Alasan utama pembangunan ekonomi harus
berkelanjutan adalah yangpertama menyangkut alasan moral.
Generasi kini menikmati barang dan jasa yangdihasilkan dari sumber daya
alam dan lingkungan sehingga secara moral perluuntuk memperhatikan
ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasimendatang. Kewajiban
moral tersebut mencakup tidak menggunakan sumber dayaalam yang dapat
merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatanbagi generasi
mendatang untuk memperoleh manfaat dari sumber daya tersebut.Kedua yaitu
alasan ekologi, Keanekaragaman hayati memiliki nilai ekologi yangsangat tinggi,
oleh karena itu aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan padakegiatan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan semata yang padaakhirnya dapat
mengancam fungsi ekologi. Faktor ketiga, yang menjadi alasanperlunya
memperhatiakan aspek keberlanjutan adalah alasan ekonomi. Alasan darisisi
ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak diketahui apakahaktivitas
ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan,seperti kita
ketahui, bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukupkompleks, sehingga
sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanyadibatasi pada pengukuran
kesejahteraan antargenerasi (Fauzi, 2004).
14
lokasi penelitian terkait flora dan fauna. Puncak Tinambung memiliki potensi
wisata alam yang layak dikembangkan dengan persentasi kelayakan diatas 60%
yaitu sebesar 77,84%. Hal ini dikarenakan kawasan Puncak Tinambung memiliki
daya tarik berupa flora dan keindahan alam, aksesibilitas, akomodasi, serta sarana
dan prasarana penunjang yang mendukung sehingga layak dikembangkan.
Ramadanti (2019) penelitianya tentang Dampak Keberadaan Objek Wisata
Hutan Pinus Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Di Wisata Hutan
Pinus Desa Sumberbulu. Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa keberadaan
objek wisata Hutan Pinus memberikan dampak terhadap kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat Desa Sumberbulu Kecamatan Songgon Kabupaten
Banyuwangi yaitu sebagai berikut: (1) Dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
wisata terhadap kondisi ekonomi masyarakat sekitar ialah positif. Banyaknya
kunjungan wisatawan ke objek wisata Hutan Pinus dapat menciptakan peluang
usaha bagi masyarakat sekitar. Sebagian besar masyarakat mengalami
peningkatan penghasilan melalui beberapa biaya yang dikeluarkan oleh
wisatawan. (2) Dampak pariwisata terhadap jenis pekerjaan juga dialami oleh
masyarakat sekitar objek wisata Hutan Pinus. Sebelum terjadi pengembangan
objek wisata Hutan Pinus sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan
beberapa orang tidak memiliki pekerjaan. Namun setelah dilakukan
pengembangan objek wisata Hutan Pinus terjadi perubahan dari jenis pekerjaan
penduduk sekitar. Sebagian masyarakat bekerja di sektor pariwisata seperti
karyawan pengelola wisata, pedagang dan penyedia jasa penginapan homestay.
Dampak pariwisata terhadap pendidikan di Desa Sumberbulu setelah ada
pengembangan objek wisata Hutan Pinus, terjadi peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas
seseorang dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan. Hal tersebut dibuktikan
melalui banyaknya jumlah anak dari para pelaku usaha wisata yang melanjutkan
pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menggambarkan dan dapat
meberikan motivasi peneliti untuk mengungkap kembali tentang puncak Lakude
Sebagai wisata Alam dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
22
BAB III
METODE PENELITIAN
23
24
1. Sumber Lisan, yaitu data yang diperoleh melalui studi lisan (hasil wawancara)
dengan tujuh informan yang merupakan tokoh adat, tokoh masyarakat, dan
pegawai pariwisata setempat yang dianggap banyak mengetahui tentang system
pertanian tradisional.
2. Sumber tertulis, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk buku, arsip, skripsi
serta laporan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sumber-
sumber tersebut diperoleh di perpustakaan Universitas Halu Oleo, dan
perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, serta Kantor Kecamatan
Kontunaka dan Perpustakaan Dinas Pariwisata Kabupten Muna.
3. Sumber visual (benda-benda, peralatan dan kegiatan) yaitu data yang diperoleh
melalui hasil pengamatan langsung terhadap alat-alat dan tata cara pelaksanaan
pembanguna tempat wisata.
D. Prosedur Penelitian
1. Heuristik
a. Kritik Eksternal
b. Kritik Internal
Kritik internal adalah kritik yang menekankan pada isi sumber. Kritik ini
dilakukan untuk menilai kredibilitas (kebenaran) isi sumber data yang didapatkan,
dengan cara membandingkan antara bukti yang didapatkan dilapangan dengan
bukti-bukti lain dari hasil pengamatan, wawancara, dan studi dokumen.
3. Historiografi
Historiografi merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
penelitian yang dilakukan untuk menyusun dan mendeskripsikan sebuah kisah
sejarah dalam bentuk karya tulis ilmiah secara sistematis berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh, serta lolos dari kritik dan interpretasi sehingga menjadi
sebuah karya tulis yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
26
a. Interpretasi
Interpretasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penulis sehingga
kecenderungan untuk memasukkan ide-ide, gagasan, dan pikiran penulis. Semua
data yang telah diperoleh kemudian saling dihubungkan satu sama lain sehingga
didapatkan suatu fakta sejarah yang dapat dipercayai kebenarannya secara ilmiah.
Penafsiran data penting untuk memberikan arti dan makna agar memperoleh
kesimpulan akhir yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Eksplanasi
Eksplanasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah dilakukannya
penafsiran yaitu penjelasan. Penjelasan ini dimaksudkan peneliti harus dapat
menjelaskan sumber-sumber yang berhubungan dengan pokok-pokok masalah
penelitian.
c. Ekspose
Setelah penafsiran dan penjelasan sumber dilakukan, maka tahap berikut
adalah tahap penyajian, dimana peneliti menulis suatu karya sejarah berdasarkan
interpretasi dan eksplanasi sesuai permasalahan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Roeslan. 1967. Penggunaan Ilmu Sejarah. Bandung: Prapantja.
Abdullah Enan, Ibnu Khaldun: His Life and Work (New Delhi: Kitab Bhavan)
Basrowi dan Juariyah. 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Volume
Nomor 1 April 2010.
Damanik, J dan Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari teori ke aplikasi.
Yogyakarta: Andi.
Fadjri, P.A. 2000. Analisis Kualitas Sumber Daya Alam Manusia Menurut Kota di
Indonesia. Warta Demokrafi.
Fauzi.A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadara, Ali. 2018. Prosedur dan Pendekatan Penelitian dan Penulisan Sejarah
(Bahan Ajar Metodologi Sejarah Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP
Dan JurusanIlmu Sejarah FIB). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Dunia Pustaka
Jaya.
27
28
Syaiful Akbar, Manusia dan Pendidikan menurut pemikiran Ibnu Khaldun dan
John Dewey (Banda Aceh, Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 15 No.2
Toynbee. Tamburaka 1999. Pengantar ilmu sejarah, teori filsafat sejarah, sejarah
filsafat dan iptek. Surabaya: Rineka cipta.