Anda di halaman 1dari 22

Laporan Riset Partisipasi

ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM


PENGELOLAAN KAWASAN WISATA

IRVIANSYAH
19.3400.014

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE
2022
1

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAN DAMBAR....................................................................viii


PENDAHULUAN....................................................................................................1
Latar Belakang......................................................................................................1
Tujuan Penulisan..................................................................................................2
Metode Penulisan.................................................................................................2
RINGKASAN STUDI PUSTAKA..........................................................................2
1. Barriers To Community Participation In Tourism Development In
Island Destination; Tioman Island (Mustapha etal. 2013)...........................3
2. Community-based tourism: Local participation and perceived
impacts A comparative study between two communities in
Thailand (Breugel 2013)...............................................................................4
3. Desires of Community Participation in Tourism Development
Decision Making Process: A Case Study of Barabarani,
Mto Wa Mbu, Tanzania (Michael et al. 2013).............................................7
4. Local Community Participation in Homestay Program
Development in Malaysia (Razzaq et al. 2011)............................................9
5. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan
di Kota Solok (Yulianti 2012)....................................................................11
6. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Pemukiman Kumuh
Kelurahan Ploso (Advianty 2013)..............................................................13
7. Pengetahuan, Sikap dan Partisipasi Masyarakat Lokal dalam
upaya Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi
(Kholifah 2014)..........................................................................................15
8. Strategi Pengembangan Ekowisata di Kabupaten Kepulauan
Yapen Provinsi Papua (Karsudi et al. 2010)..............................................17
9. Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Pesisir pada
Pengelolaan KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang
(Ayunita et al. 2012)...................................................................................19
10. Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal dalam Pemanfaatan
Potensi Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata di Kawah
Cibuni (Imran 2012)...................................................................................21
11. Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal
Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali (Dewi et al.
2013)......................23
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN...............................................................25
Partisipasi Masyarakat........................................................................................25
Kawasan Wisata - Ekowisata.............................................................................27
Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata..................................30
KESIMPULAN......................................................................................................34
Hasil Rangkuman dan Pembahasan..................................................................344
Perumusan Masalah dan Usulan Kerangka Analisis Baru............................35-36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38
2

RIWAYAT HIDUP................................................................................................41
3

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia terletak di garis


khatulistiwa yang membentang dari Sabang sampai Merauke dengan wilayah
sepanjang 3.977 mil di antara Samudera Hindia dan Pasifik (Dotinga 2002).
Posisi negara yang berada di zona khatulistiwa, menjadi suatu hal yang tidak
mengherankan bagi dunia apabila Indonesia menjadi salah satu negara dengan
potensi sumberdaya alam yang sangat melimpah, termasuk keindahan alam dan
potensi dalam pengembangan wisata.
Selain keindahan alam yang dimiliki hampir ada di setiap wilayah di
Indonesia, potensi wisata yang sangat menarik minat wisatawan terutama
wisatawan mancanegara adalah keunikan budaya bangsa Indonesia yang
beraneka ragam dengan ciri khas di masing-masing daerah. Potensi wisata itulah
yang kemudian oleh pemerintah Indonesia dikembangkan dan dijadikan sebagai
salah satu sektor yang mendatangkan devisa bagi negara 1. Pemerintah
mengadakan peningkatan pembangunan di sektor ini, baik pembangunan sarana
atau prasarana di tempat wisata yang sudah ada maupun pengembangan objek
wisata baru.
Data BPS tahun 20102 menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisata
cenderung meningkat dari tahun 1997 hingga 2008. Pada tahun 1998, jumlah
wisatawan yang datang ke Indonesia paling rendah dibanding dengan tahun-
tahun yang lain karena situasi dan kondisi di Indonesia yang tidak stabil akibat
krisis moneter. Lebih dari itu semua, keberhasilan Indonesia meningkatkan
jumlah wisatawan mancanegara mendorong pemerintah semakin meningkatkan
persebaran wisatawan nusantara. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
mengungkapkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan sebanyak
240 juta orang menghasilkan pendapatan sebesar Rp 138 triliun (Sary 2011).
Oleh karena itu, pemerintah tetap memacu pengembangan sektor ini sebagai
peraih devisa negara yang penting sehingga promosi wisata terus ditingkatkan
dari tahun ke tahun.
Peningkatan pengembangan industri wisata atau pariwisata ini pasti akan
memberikan dampak bagi masyarakat lokal salah satunya terhadap peningkatan
taraf hidup mereka. Hal ini seharusnya menjadi sorotan penting bahwa apa
yang telah diperoleh masyarakat tentunya tidak terlepas dari peran atau
partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Peran apa yang mereka
mainkan, adakah faktor yang menghambat, upaya apa saja yang telah dilakukan,
bagaimana mereka melakukan, dan apa dampaknya bagi kehidupan mereka
nantinya, adalah hal yang menjadi aspek penting untuk dikaji lebih mendalam.
Peran masyarakat lokal yang mungkin dapat dilihat adalah ketika
masyarakat lokal yang bekerja diluar dari bidang wisata contohnya sebagai
petani, buruh, atau pekerja serabutan dapat merambah dengan menjadi pedagang
atau pengusaha di sekitar obyek wisata, menyediakan, baik barang ataupun jasa,
membangun tempat penginapan bagi pengujung yang datang, dan juga menjadi

1
Baca UU nomor 10 tahun 2009 dan UU nomor 5 tahun 2011 tentang kepariwisataan nasional
2
Baca Badan Pusat Statistik 2010- Jumlah kunjungan wisata tahun 1997 hingga 2008
4

tour guide bagi pengunjung lokal dan asing yang ingin berkeliling di daerah
kawasan wisata tersebut.
Menurut Cohen dan Uphoff (1979) peran atau partisipasi yang dilakukan
oleh masyarakat bisa dilihat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengelolaan atau pemanfaatan, pengawasan, menikmati hasil dan evaluasi. Selain
itu aspek akan syarat-syarat tumbuhnya partisipasi dalam masyarakat juga
menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan seperti adanya kesempatan,
kemampuan dan kemauan (Slamet 2003). Penting untuk diketahui bahwa dalam
penerapannya partisipasi masyarakat tidak lepas dari pengaruh faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri dan luar masyarakat itu sendiri, meliputi faktor internal
dan eksternal. Sehingga dari faktor-faktor tersebut dapat diketahui juga faktor-
faktor apa saja yang dapat mendukung atau menghambat jalannya partisipasi
dalam suatu kegiatan dan dampak atau implikasinya akan dirasakan kedepannya.

Tujuan Penulisan
Kajian penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk menganalisis dan
mengetahui lebih lanjut tentang faktor- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Mengidentifikasi lebih lanjut bentuk partisipasi yang diberikan oleh
masyarakat dalam pengelolaan wisata, serta mengidentifikasi faktor pendukung
dan penghambat dari partisipasi masyarakat pada penelitian-penelitian
sebelumnya. Selain itu, harapannya kajian pustaka ini juga dapat bermanfaat
terutama sebagai informasi awal untuk mengkaji lebih lanjut tentang partisipasi
masyarakat, dan pengembangan wisata dan keterkaitan partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan wisata.

Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam proses penyusunan studi pustaka terkait
partisipasi masyarakat dan pengembangan wisata ini menggunakan metode
analisis data sekunder dengan mengumpulkan beragam bahan referensi hasil
penelitian ataupun text books sebagai penambah wawasan dan teori. Bahan
referensi hasil penelitian dapat berupa skripsi, artikel-jurnal, laporan proceeding,
thesis, ataupun disertasi baik nasional maupun internasional. Selanjutnya kajian
pustaka diringkas, dilakukan analisis dan sintesis berdasarkan teori sehingga
menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis tinjauan faktual dari hasil
pembahasan. Studi pustaka ini juga menghasilkan kerangka pemikiran serta
pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian
selanjutnya.
5

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN

Partisipasi Masyarakat
Secara garis besar makna partisipasi menurut Arnstein (1969) dalam Dewi
et al. (2013) adalah sebagai kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat untuk
mengatasi persoalannya pada masa kini guna mencapai kehidupan yang lebih baik
pada masa mendatang. Dijelaskan bahwa partisipasi merupakan redistribusi
kekuatan, yang memungkinkan kaum terpinggirkan secara ekonomi dan politik
untuk dilibatkan dalam perencanaan pembangunan masa depan. Makna partisipasi
yang mengacu pada pendapat Arnstein adalah kekuatan yang dimiliki oleh
masyarakat untuk mengatasi persoalannya pada masa kini guna mencapai
kehidupan yang lebih baik pada masa mendatang.
Berbeda dengan Arnstein, menurut Brager dan Specht (1973) menyatakan
bahwa partisipasi masyarakat sebagai sarana bagi orang-orang yang tidak dipilih atau
ditunjuk secara resmi oleh lembaga untuk dapat mempengaruhi keputusan terkaait
program dan kebijakan pemerintah yang nantinya dapat mempengaruhi kehidupan
mereka. WHO (2002) juga memandang partisipasi masyarakat sebagai proses
warga negara untuk menyalurkan pendapat suara mereka dan terlibat dalam proses
pengambilan keputusan. Selain itu, sebagian para profesional sepakat bahwa
partisipasi masyarakat lokal dapat meningkatkan proses pengambilan keputusan
yang mengarah pada sasaran pemanfaatan sumberdaya yang efisien. Partisipasi
masyarakat juga penting dalam mendidik masyarakat setempat untuk terus
waspada menjaga lingkungan mereka dan menjadi lebih responsif terhadap hak-
hak yang mereka miliki (Musthapa, et al. 2013).
Pemikiran tentang partisipasi masyarakat juga diutarakan oleh Slamet
(2003), menurut beliau makna partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat
diartikan sebagai ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam
kegiatan-kegiatan pembangunan baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan/
implementasi, pengawasan dan evaluasi, juga ikut serta memanfaatkan dan
menikmati hasil-hasil pembangunan. Penekanannya disini bahwa partisipasi
dalam pembangunan bukan hanya berarti ikut menyumbangkan sesuatu input ke
dalam proses pembangunan, tetapi termasuk ikut memanfaatkan dan menikmati
hasil- hasil pembangunan. Sehingga dapat dikatakan keberhasilan pembangunan
nasional dietentukan oleh tingkat partisipasi masyarakat, baik dalam
menyumbangkan masukan (input) maupun dalam menikmati hasilnya.
Berdasarkan definisi atau pengertian tentang partisipasi dalam
pembangunan seperti diuraikan diatas, maka partisipasi dalam pembangunan
dapat dibagi menjadi lima jenis:
1. Ikut memberi input proses pembangunan, menerima imbalan atas input
tersebut dan ikut menikmati hasilnya
2. Ikut memberi input dan menikmati hasilnya.
3. Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut menikmati hasil
pembangunan secara lansung.
4. Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut memberi input.
5. Memberi input tanpa menerima imbalan dan tidak menikmati hasilnya.
Kemungkinan adanya jenis partisipasi yang lain masih ada, tetapi seperti halnya
dengan jenis ke-5, partisipasi semacam itu tidak dikehendaki oleh masyarakat,
karena tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan (hasil)
6

pembangunan berarti pula bahwa masyarakat tidak naik tingkat hidup atau tingkat
kesejahteraannya (Slamet 2003).
Tabel 1. Perbandingan Definisi Partisipasi Masyarakat
Tokoh Partisipasi Masyarakat

Arnstein Merupakan redistribusi kekuatan, yang memungkinkan kaum


(1969) terpinggirkan secara ekonomi dan politik untuk dilibatkan dalam
perencanaan pembangunan masa depan.
Brager dan Sarana bagi orang-orang yang tidak dipilih atau ditunjuk secara resmi
Specht (1973) oleh lembaga untuk dapat mempengaruhi keputusan terkait program
dan kebijakan pemerintah yang nantinya dapat mempengaruhi
kehidupan mereka.
Uphoff et al. Keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
(1979) tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya.
Verhagen Bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan
(1979) pembagian kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat.
FAO Suatu proses aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok
(1989) yang terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya
untuk melakukan hal itu.
WHO (2002) Proses warga negara untuk menyalurkan pendapat suara mereka dan
terlibat dalam proses pengambilan keputusan.
Slamet (2003) Ikut sertanya masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-
kegiatan pembangunan baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan/
implementasi, pengawasan dan evaluasi, juga ikut serta memanfaatkan
dan menikmati hasil- hasil pembangunan.
Mardikanto Keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dalam
(2010) suatu kegiatan. Keikutsertaan tersebut dilakukan sebagai akibat dari
terjadinya interaksi sosial antara individu yang bersangkutan dengan
anggota masyarakat lainnya.

Hasil yang diperoleh dari pemaparan konsep serta definisi-definisi diatas


terkait partisipasi masyarakat dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat
adalah suatu sarana atau wadah bagi seseorang atau sekelompok yang tidak dipilih
atau ditujuk oleh suatu lembaga yang mungkin juga merupakan bagian dari kaum
terpinggirkan secara kondisi sosial untuk terlibat dan ikut serta pada proses
pengambilan keputusan dalam kegiatan suatu program pembangunan yang
diwujudkan melalui interaksi sosial dan komunikasi baik secara langsung maupun
tidak lansung. Selain itu, dalam penerapannya partisipasi masyarakat juga
dipengaruhi faktor-faktor yang dapat mendukung maupun menghambat. Faktor-
faktor tersebut meliputi faktor internal maupun eksternal. Adapun beberapa hasil
penelitian terkait tentang partisipasi masyarakat dalam suatu program
pembangunan, pengembangan masyarakat yang telah ditemukan serta dianalisis
dari beberapa bahan pustaka yang saya baca. Lihat pada tabel. 2 dibawah ini:
7

Tabel 2. Kajian pustaka tentang Partisipasi Masyarakat


Judul Penelitian Hasil Penelitian Analisis
Analisis Partisipasi  Faktor-faktor internal yang Apakah faktor-faktor
Masyarakat dalam mempengaruhi partisipasi yang dipaparkan juga
Pelaksanaan Program masyarakat adalah umur, status dapat mempengaruhi
Nasional warga di kelurahan, jenis kelamin, bentuk partisipasi
Pemberdayaan pekerjaan, pendidikan dan masyarakat dalam
Masyarakat (PNPM) pengetahuan. faktor eksternal yang program
Mandiri Perkotaan di mempengaruhi keterlibatan pengembangan
Kota Solok (Yulianti, pemerintah daerah, pengurus wisata.
2012) kelurahan (RT/RW), tokoh
masyarakat dan fasilitator.
Tingkat Partisipasi  Merujuk pada tingkat (tangga) Apakah pada tingkat
Masyarakat pada partisipasi yang di utarakan (tangga) partisipasi
Pemukiman Kumuh Arnstein (1969); manipulation yang di utarakan
Kelurahan Ploso (paling bawah), theraphy, Arnstein (1969) ini
(Advianty, 2013) informing, consultation, placation, dapat diterapkan
patnership, delegated power, untuk melihat
citizen control (paling atas). sejaumana
 Ditemukan semakin rendah pengembangan
tingkatan partisipasi maka, semakin wisata.
tinggi tingkat kekumuhannya.
Begitu sebaliknya , semakin tinggi
tingkatan partisipasi maka, semakin
rendah tingkat kekumuhannya.

Kawasan Wisata - Ekowisata


Menurut Adisasmita (2010), Kawasan adalah bentangan permukaan (alam)
dengan batas- batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional.
Kawasan memiliki fungsi tertentu (misalnya kawasan lindung, kawasan budidaya,
kawasan pesisir pantai, kawasan pariwisata, dan lainnya). Wisata berarti
perjalanan atau bepergian. Jadi, kawasan wisata adalah bentangan permukaan
yang dikunjungi atau didatangi oleh banyak orang (wisatawan) karena kawasan
tersebut memiliki objek wisata yang menarik. Objek wisata sendiri adalah suatu
tempat yang menjadi kunjungan wisatawan kerena mempunyai sumberdaya tarik,
baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti keindahan alam atau pegunungan,
pantai, flora dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-
monumen, candi- candi, tarian- tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa kawasan wisata adalah kawasan dengan
luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan
pariwisata menjadi sasaran wisata (UU No.9 tahun 1990 tentang pariwisata)
dalam Adisasmita (2010).
Menurut BPS (1991) dalanm Adisasmita (2010), Pariwisata berarti
keseluruhan rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan gerakan manusia yang
melakukan perjalanan atau persinggahan sementara dari tempat tinggalnya, ke
suatu atau beberapa tempat tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang
didorong oleh beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah tetap.
Pariwisata meliputi berbagai jenis, karena keperluan dan motif perjalanan wisata
8

yang dilakukan bermacam- macam, misalnya pariwisata pantai, pariwisata etnik,


pariwisata budaya, pariwisata rekreasi, pariwisata alam, pariwisata kota,
pariwisata agro, pariwisata perkotaan, pariwisata sosial, pariwisata alternatif.
Konsep Ekowisata sendiri pertama kali diungkapkan oleh Hector
Ceballos-Lascurain (1987) dengan mendefinisikan ekowisata adalah perjalanan
ketempat- tempat yang masih alami dan relatif belum terganggu atau tercemari
dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, flora
dan fauna, serta bentuk- bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik
dari masa lampau maupun masa kini. Rumusan Ceballos-Lascurain kemudian
disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal
tahun 1990, sebagai berikut, Ekowisata adalah kegiatan wisata alam yang
bertanggung jawab dengan menjaga keaslian dan kelestarian lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Penjelasan yang dikemukakan
oleh TIES sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-
Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam bebas atau
terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-
unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap keaslian dan
kelestarian lingkungan serta kesejahteraan masyarakat setempat.
Seiring perjalanannya, definisi ekowisata kini mulai banyak dikemukakan
oleh beberapa ahli salah satunya menurut Linberg dan Hawkins (1995), yang
berpendapat bahwa, Ekowisata adalah hal tentang menciptakan dan memuaskan
suatu keinginan akan alam, tentang mengeksploitasi potensi wisata untuk
konservasi dan pembangunan dan mencegah dampak negatifnya terhadap ekologi,
kebudayaan, dan keindahan. Sedangkan menurut Goodwin (1997) dalam Ambo
(2011) ekowisata adalah “Wisata alam berdampak ringan yang menyebabkan
terpeliharanya spesies dan habitatnya secara langsung dengan peranannya dalam
pelestarian dan atau secara tidak langsung dengan memberikan pandangan kepada
masyarakat setempat, untuk membuat masyarakat setempat dapat menaruh
nilai, dan melindungi wisata alam dan kehidupan lainnya sebagai sumber
pendapatan. Menurut Ambo, (2011) sendiri Ekowisata adalah wisata berbasis
pada alam dengan menyertakan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap
lingkungan alami dan budaya dengan pengelolaan kelestarian eko-logis.
Dengan demikian, dapat disimpulkan pada dasarnya ekowisata harus
dibedakan dari wisata alam walaupun ekowisata masih merupakan bagian dari
ekowisata. Penekanannya adalah kalau wisata alam, atau berbasis alam, mencakup
setiap jenis wisata-wisata massal, dan wisata pertualangan. Kalau ekowisata
memanfaatkan sumber daya alam dalam bentuk yang masih alami, termasuk
spesies, habitat, bentangan alam, pemandangan dan kehidupan air laut dan air
tawar serta menjaga dan merawat kelestarian alam tersebut. Wisata alam adalah
perjalanan wisata yang bertujuan untuk menikmati kehidupan liar atau daerah
alami yang belum dikembangkan. Wisata alam mencakup banyak kegiatan, dari
kegiatan menikmati pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif,
sampai kegiatan fisik seperti wisata petualangan yang sering mengandung
resiko. Dapat ditekankan kalau Ekowisata menuntut persyaratan tambahan bagi
pelestarian alam. Sehingga dapat disimpulkan Ekowisata merupakan upaya untuk
memaksimalkan dan sekaligus melestarikan potensi sumber daya alam dan budaya
masyarakat setempat untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang
berkesinambungan.
9

Konsep Pengembangan Ekowisata


Sastrayuda (2010) konsep pengembangan ekowisata meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai lingkungan telah memberikan implikasi
munculnya berbagai tuntutan di semua sektor pembangunan. Tuntutan- tuntutan
tersebut telah dan akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru, cara cara
pendekatan baru dalam berbagai kegiatan baik bisnis pariwisata secara langsung
yang dilakukan dunia usaha pariwisata dan usaha-usaha masyarakat dalam upaya
meningkatkan taraf kesejahteraan mereka. Kondisi tersebut makin meyakinkan
bahwa lingkungan bukan lagi beban, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan usaha-usaha ekonomi. Dengan maksud lain, lingkungan
mempunyai peran penting dalam usaha mendorong semua lapisan masyarakat
untuk memanfaatkannya sebagai peluang bisnis, sehingga diharapkan dapat
mendorong semua pihak untuk dapat menyelesaikan masalah-masalah dan
mampu mendorong keikutsertaan mereka dalam segala unsur secara bersama-
sama serta menanggulangi masalah lingkungan secara bersama-sama.
Pengembangan ekowisata haruslah mempertimbangkan dua aspek,
yaitu aspek tujuan wisata dan aspek pasar. Meskipun pengembangan ekowisata
konsep produk atau pasar, namun pengembangan produk wisata tetap menjamin
kelestarian sumberdaya alam dan budaya masyarakat. Pengembangan ekowisata
lebih dekat kepada aspek pelestarian, karena didalamnya sudah terkandung aspek
keberlanjutan. Pelestarian sumberdaya alam dan budaya masyarakat akan
menjamin terwujudnya keberlanjutan pembangunan. Dalam pelakanaannya,
ekowisata hampir tidak dilakukan eksploitasi sumberdaya alam, tetapi hanya
menggunakan jaa alam dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan,
fisik, dan psikologis wisatawan. Bahkan, dalam berbagai aspek, ekowisata
merupakan bentuk wisata yang mengarah ke metatourism. Artinya, ekowisata
tidak menjual tujuan atau objek, tetapi menjual filosofi dan rasa. Dari aspek inilah
ekowisata tidak akan mengenal kejenuhan pasar.
Tabel 3. Kajian pustaka terkait Konsep Pengembangan Wisata
Judul Penelitian Hasil Penelitian Analisis

Strategi Pengembangan Penggunaan analisis penawaran- Penerapan strategi dan


Ekowisata di Kabupaten permintaan (supply-demand) dan pendekatan dalam
Kepulauan Yapen analisis prospektif yang mengacu pengembangan wisata
Provinsi Papua (Karsudi pada pedoman Analisis Daerah dan sebagai bahan
et al. 2010) Operasi Objek Daya Tarik Wisata acuan untuk penelitian
Alam (ADO-ODTWA). selanjutnya.
Identifikasi Kapasitas Peran komunitas lokal dalam Segala aspek pada
Komunitas Lokal dalam pengembangan ekowisata dilihat indikator
Pemanfaatan potensi dari sudut pandang; kepemimpinan, pengembangan
Ekowisata Bagi orgnisasi, kolaborasi kerjasama, ekowisata merupakan
Pengembangan dan hubungan antar organisasi. indikator yang
Ekowisata di Kawah Selain itu dilihat dari aspek modal termasuk kedalam
Cibuni (Imran 2012) komunitas (fisik, finansial, faktor-faktor yang
lingkungan, teknologi, manusia, dapat mempengaruhi
sosial, serta melihat pandangan partisipasi
pihak luar
10

Partisipasi Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata


Masyarakat setempat atau mereka yang bertempat tinggal di sekitar
daerah tujuan wisata (DTW) mempunyai peran yang amat penting dalam
menunjang keberhasilan pemngembangan ekowisata. Peran dari masyarakat
dalam memelihara lingkungan yang menjadi daya tarik utama ekowisata tidak
dapat diabaikan. Hal yang terpenting adalah upaya memberdayakan masyarakat
setempat dengan mengikutsertakan mereka dalam berbagai kegiatan wisata
(Hartono 2003 dalam Nugroho 2013). Untuk itu pengelola harus dapat
menghimbau masyarakat agar bersedia berpartisipasi aktif secara positif di dalam
pembangunan pariwisata dengan memelihara lingkungan di sekitar mereka. Agar
pembangunan pariwisata dapat berkelanjutan dan efektif, serta pandangan dan
harapan masyarakat setempat perlu dipertimbangkan.
Partisipasi masyarakat lokal sangat dibutuhkan dalam pengembangan
kawasan wisata/ ekowisata karena masyarakat lokal sebagai pemilik sumber daya
pariwisata yang ditawarkan kepada wisatawan. Secara umum partisipasi dapat
dimaknai sebagai hak warga masyarakat untuk terlibat dalam proses pengambilan
keputusan pada setiap tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pelestarian. Masyarakat bukanlah sekadar
penerima manfaat atau objek belaka, melainkan sebagai subjek pembangunan.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan disebutkan bahwa penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan
berdasarkan azas, manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, asli dan merata,
perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. dalam
melaksanakan program atau proyek pembangunan, diperlukan adanya peran serta
atau partisipasi masyarakat, sehingga proyek ataupun program pembangunan
tersebut tepat sasaran yang mencapai target sebagaimana yang telah direncanakan
sebelumnya. Peran masyarakat yang tercantum dalam UU No. 9 Tahun 1990
adalah 1) Masyarakat memiliki kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan serta dalam penyelenggaraan kepariwisataan. 2) Dalam rangka proses
pengambilan keputusan, Pemerintah dapat mengikutsertakan masyarakat
sebagaimana yang dimaksud dalam poin 1 melalui penyampaian saran, pendapat,
dan pertimbangan. Partisipasi masyarakat dapat diartikan dengan
mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan atau
pengelolaan, pengawasan dan evaluasi dalam usaha pengembangan industri
pariwisata, sehingga rasa memiliki dan tanggung jawab tumbuh pada masyarakat
terhadap objek wisata yang ada di daerahnya.
1. Bentuk Partisipasi Masyarakat
Brandon (1993) dalam Dalimunthe (2007) mengatakan perencanaan dan
pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat secara optimal melalui
musyawarah dan mufakat setempat. Bentuk Partisipasi masyarakat meliputi enam
kriteria, yakni: 1. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait lain
dalam proses perencanaan dan pengembangan ekowisata. 2. Membuka
kesempatan dan mengoptimalkan peluang bagi masyarakat untuk mendapat
keuntungan dan berperan aktif dalam kegiatan ekowisata. 3. Membangun
hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan
dan pencegahan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan. 4. Meningkatkan
11

keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan


menunjang pengembangan ekowisata. 5. Mengutamakan peningkatan ekonomi
lokal dan menekan tingkat pendapatan (leakage) serendah-rendahnya, dan 6.
Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Selain itu, bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat pula berupa
penyediaan pusat interpretasi dan pengunjung, mengurus pembagian penghasilan
dengan sebagian dari biaya masuk lokasi wisata dialokasikan untuk masyarakat
lokal, penyediaan sarana dan prasarana, pelayanan jasa, serta menanam
pepohonan, memelihara jalur setapak, dan membangun toko atau warung untuk
menjual makanan, minuman, dan souvenir.
2. Faktor Internal dan Eksternal dalam Partisipasi
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
berasal dari dalam masyarakat itu sendiri seperti mencakup: umur, status warga di
kelurahan, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan dan pengetahuan. Sedangkan
faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat berasal
dari luar masyarakat itu sendiri, dimana mencakup: lingkungan, cuaca,
stakeholder yang terlibat (pemerintah daerah, pengurus kelurahan (RT/RW),
tokoh masyarakat dan fasilitator).
3. Faktor penghambat dan pendukung
Faktor penghambat dan pendukung sendiri mencakup faktor internal dan
faktor ekternal pada sub-bab sebelumnya. Namun, pada faktor penghambat Tosun
(2000) telah membagi hambatan partisipasi mayarakat kedalam tiga bagian
hambatan operasional, hambatan struktural dan, hambatan budaya/cultural. Pada
penelitian sebelumnya Mustapha et al. (2013) telah mengkatagorikan ketiga tipe
hambatan.
1. Tipe hambatan operational seperti: keengganan pemegang saham terhadap
berbagi kekuasaan, sentralisasi administrasi publik, dan kurangnya
informasi.
2. Tipe Hambatan structural yaitu: Dominasi Elite, Kurangnya sumber daya
keuangan, Sikap profesional, dan Kurangnya hukum yang sesuai sistem.
3. Tipe hambatan cultural yaitu: Terbatasnya kemampuan masyarakat orang
miskin, apatis, dan rendahnya tingkat kesadaran di komunitas lokal.
Dari beberapa hasil literatur yang telah saya baca masih banyak serta beragam
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat seperti:
dilibatkannya masyarakat secara lansung, adanya keinginan, kemampuan dan
kemauan dari masyarakat untuk dilibatkan, serta adanya motivasi akan
pendapatan dan terjaganya lingkungan (pendukung), kekurangan SDM, modal
sosial, dan kurang optimalnya peranan stakeholder (penghambat)
Adapun beberapa hasil dari kajian pustaka terkait tentang partisipasi
masyarakat dalam pengembangan wisata yang telah ditemukan dan dianalisis dari
literatur atau bahan pustaka yang saya baca. Berikut pemaparan pada tabel. 4
dibawah ini :
12

Tabel 4. Kajian Pustaka Hubungan Pengaruh Partisipasi Masyarakat dalam


Pengembangan Wisata.
Judul Penelitian Hasil Penelitian Analisis

Local Community Adanya indikator keberhasilan Indikator tersebut juga


Participation in Homestay yang dilihat dari peningkatan merupakan bagian dari
Program Development in kapasitas masyarakat meliputi; faktor-faktor yang
Malaysia (Razzaq et partisipasi lokal, pengetahuan, mempengaruhi partisipasi
al.2011) sikap, keterampilan masyarakat, masyarakat.
kepemimpinan, struktur
masyarakat, kebersamaan, dan
kemitraan eksternal.
Analisis Persepsi dan Ditemukan aspek persepsi dan Apakah aspek persepsi
Partisipasi Masyarakat partisipasi masyarakat saling merupakan faktor yang
Pesisir pada Pengelolaan mempengaruhi dan akan dapat mempengaruhi
KKLD Ujungnegoro berdampak dalam partisipasi masyarakat,
Kabupaten Batang (Ayunita pembangunan wisata. akankah aspek tersebut
et.al 2012) berlaku dalam penelitian-
penelitian selanjutnya?
Community-based tourism: Memaparkan 2 konsep penting Berupa thesis, dengan
Local participation and yaitu; partisipasi masyarakat dan metode kuantitatif dan
perceived impacts A kepuasan dampak pariwisata. memakan waktu panjang ,
comparative study between Adanya hambatan yang merujuk serta membandingkan 2
two communities in pada hambatan yang diutarakan komunitas yang berbeda.
Thailand (Breugel 2013) Tosun (2000) yaitu; hambatan
operasional, struktural, dan
kultural.
Desires of Community Ditemukan adanya faktor Penelitian ini berbeda
Participation in Tourism penting bagi masyarakat yaitu; dengan hakikat prinsip
Development Decision Keterlibatan Stakeholder, pembangunan dimana
Making Process: A Case pemangku kepentingan dan memperlihatkan bahwa
Study of Barabarani, Mto pejabat pemerintah untuk masyarakat tidak bisa
Wa Mbu, Tanzania bersama-sama masyarakat ikut berdiri sendiri dalam
(Michael et al. 2013) serta pada proses pengambilan suatu pembangunan
keputusan dalam pembangunan wisata.
wisata.
Barriers To Community Dipaparkan bahwa ada 9 faktor Apakah ke-9 faktor
Participation In Tourism (internal dan eksternal) yang tersebut juga dapat
Development In Island dirumuskan kedalam tiga tipe berlaku dalam
Destination; Tioman Island hambatan yaitu; tipe hambatan mempengaruhi
(Musthapha et al. 2013) operational, tipe hambatan pengembangan wisata
struktural dan tipe hambatan lainnya? Dan akankah
kultural, yang nantinya akan dirumuskan kedalam tipe
berpengaruh terhadap hambatan yang sama.
pembangunan wisata.
Pengetahuan, Sikap dan Ditemukan aspek pengetahuan Aspek pengetahuan dan
Partisipasi Masyarakat akan mempengaruhi aspek sikap sikap merupakan
Lokal dalam upaya masyarakat yang nantinya aspek merupakan faktor intenal
Pengembangan Pariwisata tersebut akan mempengaruhi yang dapat mempengaruhi
di Kabupaten Banyuwangi partisipasi masyarakat itu partisipasi masyarakat.
(Kholifah, 2014) sendiri dalam pembangunan
13

wisata.

Dari segala faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, baik mendukung


ataupun menghambat jalannya partisipasi, perkembangan industri wisata ini yang
nantinya akan menjadi tiang penting atau tolak ukur apakah mampu menghasilkan
pendapatan dan menjadi sumber dana bagi suatu daerah dan masyarakat sekitar
kawasan wisata. Semakin baik perkembangan kawasan wisata tersebut maka
semakin tinggi pula tingkat kepuasan pemerintah serta masyarakat dalam
menikmati hasil dari pengelolaan wisata tersebut. Kepuasan tersebut dapat dilihat
dari kunjungan wisata yang semakin meningkat maka jumlah pengeluaran
wisatawan yang diakumulasikan akan semakin bertambah sehingga berdampak
pada naiknya permintaan barang atau jasa yang diperlukan oleh wisatawan. Dari
proses tersebut maka akan berakibat pada bertambahnya kesempatan kerja yang
berarti menaikkan pendapatan masyarakat, dan dengan meningkatnya pendapatan
masyarakat maka akan meningkatkan kesejahteraan mereka dan banyak alternatif
jenis usaha yang dapat meningkatkan motivasi masyarakat untuk bekerja.
14

KESIMPULAN

Hasil Rangkuman dan Pembahasan


Seperti yang telah tercantum dalam UU nomor 10 tahun 2009 dan UU
nomor 5 tahun 2011 tentang kepariwisataan, bahwa saat ini pemerintah Indonesia
mulai mengembangkan dan menjadikan potensi alam wisata yang ada di indonesia
sebagai salah satu sektor yang dapat mendatangkan devisa bagi negara dan
masyarakat. Pengembangan wisata sendiri tentunya melalui beberapa tahapan dari
tahapan (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengelolaan atau pemanfaatan, (4)
menikmati hasil dan (5) evaluasi. Semua tahapan tersebut tidak terlepas dari
adanya peran atau kontribusi yang diberikan oleh beberapa pihak terutama
masyarakat sekitar kawasan wisata. Hal ini menandakan bahwa ada atau tidaknya
partisipasi dari masyarakat merupakan salah satu kunci penting dari suatu
keberhasilan program pengembangan wisata di suatu kawasan.
Menurut hasil ringkasan pustaka terkait definisi-definisi partisipasi yang
dikemukakan oleh para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi
masyarakat adalah suatu sarana atau wadah bagi seseorang atau sekelompok yang
tidak dipilih atau ditujuk oleh suatu lembaga yang mungkin merupakan bagian
dari kaum terpinggirkan secara kondisi sosial untuk terlibat dan ikut serta pada
proses pengambilan keputusan dalam kegiatan pembangunan yang diwujudkan
melalui interaksi sosial dan komunikasi baik secara langsung maupun tidak
lansung. Dalam penerapannya partisipasi masyarakat dipengaruhi faktor-faktor
yang dapat mendukung maupun menghambat. Faktor-faktor tersebut meliputi
faktor internal maupun eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat
berasal dari dalam masyarakat itu sendiri seperti mencakup umur, status warga,
jenis kelamin, status pekerjaan, tingkat pendidikan atau tingkat pengetahuan,
agama, budaya dll. sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat berasal dari luar kendali masyarakat itu sendiri, seperti
mencakup kondisi lingkungan sosial dan masyarakat, kondisi cuaca, peraturan,
perizinan, finansial, keterlibatan stakeholder (pemerintah daerah, pengurus
kelurahan (RT/RW), tokoh masyarakat dan fasilitator) dll.
Selain faktor internal dan eksternal adapula faktor penghambat dan
pendukung. Terkait faktor penghambat dan pendukung sendiri mencakup faktor
internal dan faktor ekternal itu sendiri yang mampu memberikan masyarakat
berupa dorongan atau sebaliknya untuk berpartisipasi masyarakat. Menurut,
Tosun (2000) hambatan partisipasi mayarakat dibagi kedalam tiga bagian: (1)
hambatan operational seperti, keengganan pemegang saham terhadap berbagi
kekuasaan, sentralisasi administrasi publik, dan kurangnya informasi. (2) Tipe
hambatan structural yaitu: Dominasi Elite, Kurangnya sumber daya keuangan,
Sikap profesional, dan Kurangnya hukum yang sesuai sistem. (3) Tipe hambatan
cultural/budaya yaitu: Terbatasnya kemampuan masyarakat orang miskin, Apatis,
dan rendahnya tingkat kesadaran di komunitas lokal.
Adanya pengaruh dari faktor-faktor yang dapat mendukung atau
menghambat tentunya akan berpengaruh juga pada bentuk-bentuk partisipasi yang
dilakukan masyarakat setempat di sekitar lokasi kawasan wisata. Terlepas dari ada
atau tidaknya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi, Brandon (1993)
15

dalam Dalimunthe (2007) mengatakan dalam sebuah perencanaan dan


pengembangan pariwisata sebisa mungkin harus melibatkan masyarakat secara
optimal melalui musyawarah dan mufakat setempat. Adapun enam kriteria bentuk
partisipasi masyarakat, yakni:
1. Melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait lain dalam proses
perencanaan dan pengembangan ekowisata.
2. Membuka kesempatan dan mengoptimalkan peluang bagi masyarakat
untuk mendapat keuntungan dan berperan aktif dalam kegiatan ekowisata.
3. Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat untuk
melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dampak negatif yang
ditimbulkan.
4. Meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang
yang berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata.
5. Mengutamakan peningkatan ekonomi lokal dan menekan tingkat
kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya.
6. Meningkatkan pendapatan masyarakat.
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dapat pula berupa penyediaan pusat
interpretasi dan pengunjung, mengurus pembagian penghasilan dengan sebagian
dari biaya masuk lokasi wisata dialokasikan untuk masyarakat lokal, penyediaan
sarana dan prasarana, pelayanan jasa, serta menanam pepohonan, memelihara
jalur setapak, dan membangun toko atau warung untuk menjual makanan,
minuman, dan souvenir. Sehingga dari bentuk partisipasi yang dilakukan di sektor
pariwisata yang sangat menjanjikan ini nantinya akan berakibat pada
bertambahnya kesempatan kerja dan berarti mampu menaikkan serta
menghasilkan pendapatan dan menjadi sumber dana bagi suatu daerah dan
masyarakat dimana pariwisata tersebut berada.

Perumusan Masalah
Penulisan studi pustaka ini akan berlanjut pada sebuah penelitian baru
yang akan mengkaji lebih dalam partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
kawasan wisata. Hal ini membangkitkan minat penulis karena dari seluruh bahan
pustaka yang telah diringkas, kebanyakan menyebutkan bahwa peran atau
partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan wisata sangatlah penting
karena akan menjadi salah satu sektor yang dapat mendatangkan devisa bagi
negara dan masyarakat. Terlepas dari ungkapan tersebut penting untuk dikaji
lebih lanjut serta mendalam terkait adakah masalah-masalah yang dapat menjadi
kendala atau faktor penghambat jalannya partisipasi masyarakat itu sendiri, jika
ada, faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat partisipasi dan sejaumana
hambatan partisipasi mempengaruhi pengmbangan wisata. Sehingga dengan
menganalisis akar permasalahan pada partisipasi kita dapat mengetahui seberapa
besar pengaruh partisipasi masyarakat dalam pengelolaan wisata terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat. Berikut adalah perumusan pertanyaan
penelitian dari hasil penulisan studi pustaka ini:
1. Apa bentuk partisipasi yang diberikan oleh masyarakat dalam pengelolaan
wisata tsb?
2. Faktor- faktor apa saja yang dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan kawasan wisata (meliputi faktor internal dan eksternal)?
16

3. Sejauhmana faktor penghambat partisipasi masyarakat mempengaruhi


pengelolaan kawasan wisata?

Usulan Kerangka Analisis Baru


Kegiatan pengelolaan wisata akan melibatkan banyak pihak di dalamnya
dan akan selalu bersentuhan dengan masyarakat lokal yang ada di sekitar obyek
atau kawasan wisata tersebut. Dengan kata lain antara kegiatan pengelolaan wisata
dengan peran masyarakat merupakan dua hal yang saling berhubungan dan terikat,
untuk itu sebelum kita melihat bentuk atau peran dari masyarakat itu sendiri
alangkah lebih baik untuk terlebih dahulu kita mengidentifikasi serta menganalisis
perihal faktor-faktor yang termasuk dalam hambatan partisipasi meliputi faktor-
faktor internal dan eksternal dan melihat kerkaitan antara hambatan partisipasi
terhadap pengelolaan kawasan wisata.

Penjelasan Kerangka berpikir :


Dari faktor-faktor (internal dan eksternal) yang dapat mempengaruhi, baik
mendukung ataupun menghambat jalannya partisipasi, dapat diketahui semakin
tinggi faktor yang mendukung untuk berpartisipasi maka semakin tinggi
keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan wisata tersebut. Tetapi, semakin tinggi
faktor yang menghambat partisipasi maka semakin rendah keterlibatan
masyarakat dalam pengelolaan wisata tersebut. Tingginya keterlibatan masyarakat
inilah yang nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan industri wisata ini.
Perkembangan wisata yang baik nantinya akan menjadi tiang penting atau tolak
ukur apakah mampu menghasilkan pendapatan dan menjadi sumber dana bagi
suatu daerah dan masyarakat sekitar kawasan wisata. Semakin baik perkembangan
kawasan wisata tersebut maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pemerintah
serta masyarakat dalam menikmati hasil dari pengelolaan wisata tersebut.
Kepuasan tersebut dapat dilihat dari kunjungan wisata yang semakin meningkat
maka jumlah pengeluaran wisatawan yang diakumulasikan akan semakin
bertambah sehingga berdampak pada naiknya permintaan barang atau jasa yang
diperlukan oleh wisatawan. Dari proses tersebut maka akan berakibat pada
bertambahnya kesempatan kerja yang berarti menaikkan pendapatan masyarakat,
dan dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka akan meningkatkan
kesejahteraan mereka dan banyak alternatif jenis usaha yang dapat meningkatkan
motivasi masyarakat untuk bekerja.
17

Gambar 1. Usulan Kerangka Analisis Baru

Hambatan operasional
Adanya faktor penghambat
Hambatan structural Perencanaan
Faktor Internal: partisipasi
Hambatan kultural Pengelolaan/pemanfaatan
Umur Menikmati hasil
status warga evaluasi
jenis kelamin
Adanya faktor pendukung
status pekerjaan
partisipasi
Tingkat
pendidikan Tingkat
tingkat kepuasan
pengetahuan, 6 Kriteria Terjadinya Partisipasi Masyarakat masyarakat
sikap, perilaku. dalam Pengembangan wisata/pariwisata
agama (Brandon 1993)
budaya dll Melibatkan masyarakat setempat dalam proses
Tingkat
perencanaan dan pengembangan ekowisata.
pendapatan
Membuka kesempatan dan mengoptimalkan
bagi negara dan
peluang bagi masyarakat
masyarakat
Membangun hubungan kemitraan
Faktor Eksternal: Meningkatkan keterampilan masyarakat
kondisi lingkungan Meningkatkan pendapatan masyarakat
Pengembangan
kondisi sosial dan Mengutamakan peningkatan ekonomi lokal
wisata
masyarakat, berkelanjutan
kondisi cuaca,
peraturan
Keterlibatan stakeholder
perizinan Ket:
Pemerintah daerah.
modal finansial : terdiri dari
Pengurus kelurahan (RT/RW)
keterlibatan Tokoh masyarakat : berpengaruh
stakeholder Kantor/balai pengeola wisata : berhubungan
: berkorelasi
18

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita Raharjo. 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang. Buku.


[Cetak]. Edisi 1. Xiv 302 Hal. ISBN: 978-979-756-633-3. Graha Ilmu.
Yogyakarta [ID]. Dapat dipinjam di Perpustakaan LSI- IPB
Advianty SA, Handayeni Ketut DME. 2013. Tingkat Partisipasi Masyarakat pada
Pemukiman Kumuh Kelurahan Ploso. Journal [Teknik Pomits]. [Internet].
[diunduh 2014 Oktober 07 - pukul 10.25]. Vol. 2(2), ISSN: 2337-3539
(2301-9271 Print). Surabaya [ID]. Dapat diunduh dari:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=89237&val=4186
Aripin. 2005. Pengaruh kegiatan pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat
di kawasan Bukit Cinta Rawa Pening Kabupaten Semarang. Univerisitas
Diponegoro. Semarang [ID]: [diunduh 2014 Oktober 12 - pukul 10.35].
Dapat diunduh dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31440/4/Chapter%20II.pdf
Asmara Yudi, Suhirman. [tidak ada tahun]. Persepsi dan Sikap Masyarakat
Terhadap Kegiatan Ekowisata Kampung Cikidang Desa Langensari
Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Journal [Perencanaan
Wilayah dan Kota A SAPPK V1N2]. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 12 -
pukul 10.35]. Hal 568- 576. Bandung [ID]. Dapat diunduh dari:
sappk.itb.ac.id/jpwk1/wp-content/uploads/2014/05/V1N2568-576.pdf
Ayunita Dian NND, Hapsari TD. 2012. Analisis Persepsi dan Partisipasi
Masyarakat Pesisir pada Pengelolaan KKLD Ujungnegoro Kabupaten
Batang. Journal. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 12 - pukul 10.35]. SEPA
: Vol. 9(1) Hal 117 – 124, ISSN : 1829-9946. Semarang [ID]. Dapat
diunduh dari:
http://agribisnis.fp.uns.ac.id/wp-content/uploads/2013/03/ANALISIS-PERSEPSI-
DAN-PARTISIPASI-MASYARAKAT-PESISIR.pdf
Breugel Liedewij. 2013. Community-based tourism: Local participation and
perceived impacts A comparative study between two communities in
Thailand. Thesis [Faculty of Social Sciences - Radboud University
Nijmegen].[Internet].[diunduh 2014 Oktober 08 - pukul 12.45]. 83 Hal.
Belanda [NL]. Dapat diunduh dari:
http://www.ru.nl/publish/pages/657546/thesis_liedewij_van_breugel_scs.pdf
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Perkembangan Wisatawan Mancanegara
Berdasarkan Jumlah Kedatangan ke Indonesia Menurut Pintu Masuk 1997-
2008. [Internet]. Dapat dilihat di: www.bps.go.id/booklet/booklet_okt2009.pdf
Dalimunthe N. 2007. Partisipasi masyarkat dalam pengembangan potensi wisata
bahari Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. [tesis]. Medan [ID]:
Universitas Sumatera Utara. 142 hal. [diunduh 2014 Oktober 12 - pukul
10.35]. Dapat diunduh dari:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7119/1/08E00254.pdf
Damanik J. Helmut, F Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata (Dari
Teori ke Aplikasi). Pusat Studi Pariwisata(PUSPAR) UGM. Yogyakarta
[ID]. Dipinjam di Perputakaan LSI IPB
Dewi Made HU, Fandeli Chafid, Baiquni M. 2013. Pengembangan Desa Wisata
Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan,
Bali. Journal [KAWISTARA]. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 12 - pukul
19

10.35]. Vol. 3(2), Hal. 117-226. Yogyakarta [ID]. Dapat diunduh dari:
http://jurnal.ugm.ac.id/kawistara/article/download/3976/3251
Imran Andelissa Nur. 2012. Identifikasi Kapasitas Komunitas Lokal dalam
Pemanfaatan potensi Ekowisata Bagi Pengembangan Ekowisata di Kawah
Cibuni. Journal. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 12 - pukul 10.35]. Vol.
23(2), Hal 85 – 102. Bandung [ID]. Dapat diunduh dari:
http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/02/03-Jurnal-6-
Andelisa.pdf
[Inpres] Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1999 Tentang
Kepariwisataan.
Karsudi, Soekmadi Rinekso, Kartodihardjo Hariadi. 2010. Strategi Pengembangan
Ekowisata di Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua. Artikel Ilmiah.
JMHT. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 12 - pukul 10.35]. Vol. XVI, (3):
148–154, ISSN: 2087-0469. Bogor [ID]. Dapat diunduh dari:
http://jamu.journal.ipb.ac.id/index.php/jmht/article/viewFile/3178/2122
Kholifah Ma’rifatul. 2014. Pengetahuan, Sikap dan Partisipasi Masyarakat Lokal
dalam upaya Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Journal.
[Internet]. [diunduh 2014 Oktober 12 - pukul 10.35]. Hal 257–263.
Surabaya [ID]. Dapat diunduh dari: http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/swara-
bhumi/article/view/9233
Michael Muganda, Mgonja John T, Backman Kenneth F. 2013. Desires of
Community Participation in Tourism Development Decision Making
Process: A Case Study of Barabarani, Mto Wa Mbu, Tanzania. Journal
[American of Tourism Research]. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 09 -
pukul 12.45]. Vol. 2(1): 84-94 hal. doi: 10.11634/216837861302318.
Amerika [US]. Dapat diunduh dari: http://www.worldscholars.org
Mustapha NA, Azman I , Ibrahim Y. 2013. Barriers To Community Participation
In Tourism Development In Island Destination; Tioman Island. Journal
[Tourism, Hospitality & Culinary Arts]. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober
09- pukul 16.45]. Vol 5 (1). Malaysia. Dapat diunduh dari:
http://www.jthca.org/Download/pdf/V5%20IS1/chap%205.pdf
Nugroho PS. 2013. Pengelolaan Kawasan Wisata Berbasis Masyarakat sebagai
upaya Penguatan Ekonomi Lokal dan Pelestarian Sumber Daya Alam di
Kabupaten Karanganyar. Journal [Cakra Wisata]. [Internet]. [diunduh 2014
Oktober 12 - pukul 10.35]. Vol. 13 Jilid 1. Karangayar [ID]. Dapat diunduh
dari: lppm.uns.ac.id/journal/index.php/cakrawisata/article/download/6/5
[Peraturan Pemerintah Republik Indonesia] Nomor 50 Tahun 2011 Tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025.
Dapat diunduh dari: hukum.unsrat.ac.id/pp/pp2011_50.pdf
Razzaq Abdul RA, Hadi MY, Zaid Mohamad, Hamzah Amran, Khalifah Zainab,
Mohamad NH. 2011. Local Community Participation in Homestay Program
Development in Malaysia. Journal [Modern Accounting and Auditing].
[Internet]. [diunduh 2014 Oktober 09 - pukul 12.45]. Vol. 7(12), 1418-1429
ISSN 1548-6583. Malaysia. Dapat diunduh dari:
http://www.davidpublishing.com/davidpublishing/Upfile/2/29/2012/201202
2905846383.pdf
Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan – Pemikiran
Prof. Margono Slamet; Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam
20

Pembangunan Perdesaan.....editor. Buku. [Cetak]. Bogor [ID]. IPB Press.


ISBN 979-493-095-4. Dipinjam di Perpustakaan LSI- IPB.
Tuwo Ambo. 2011. Pengelolaan ekowisata pesisir dan laut. Brilian
internasional. Surabaya [ID]. [Buku]. Dipinjam di Perputakaan LSI IPB
[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan.
[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Kepariwisataan.
Yulianti Yoni. 2012. Analisis Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Kota Solok.
Artikel. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 07 - pukul 10.25]. Padang [ID]. Dapat
diunduh dari: http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ANALISIS-
PARTISIPASI-MASYARAKAT.pdf
21

Anda mungkin juga menyukai