Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN


POTENSI PARIWISATA RELIGI MAKAM DATO TIRO DI
KABUPATEN BULUKUMBA

WIWIT ARINATI
NIM: 105611125419

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTASA ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

Judul Proposal Penelitian : Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan

Potensi Pariwisata Religi Makam Dato Tiro Di

Kabupaten Bulukumba

Nama Mahasiswa : Wiwit Arianti

Nomor Induk Mahasiwa : 105611125419

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si Muh. Yusuf, S.Sos., M.Si

Mengetahui:

Ketua Program Studi

Dr. Nur Wahid, S.Sos., M.Si


NBM: 991 742
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang Penelitian...................................................................................
B. Rumusan Masalah Penelitian..............................................................................
C. Tujuan penelitian................................................................................................
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI...........................................................................................
A. Penelitian Terdahulu.........................................................................................
B. Peran pemerintah..............................................................................................
C. Pengelolaan.......................................................................................................
D. Objek Wisata....................................................................................................
1. Pariwisata......................................................................................................
2. Kepariwisataan..............................................................................................
3. Potensi Wisata...............................................................................................
E. Kerangka Pikir..................................................................................................
F. Fokus penelitian................................................................................................
G. Deskripsi Fokus Penelitian...........................................................................
BAB III METODE PENELITIAN..........................................................................
A. Waktu Dan Lokasi Penelitian...........................................................................
B. Jenis Dan Tipe Penelitian.................................................................................
C. Sumber Data.....................................................................................................
D. Informan Penelitian..........................................................................................
E. Teknik Pengumpulan Data...............................................................................
F. Teknik Analisis Data........................................................................................
G. Keabsahan Data............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sektor pariwisata belakangan ini ini telah menjadi salah-satu bidang


yang potensial untuk memberikan sumbangsi pada pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Banyak negara di dunia, proses perencanaan dan pengelolaan sektor
pariwsata tidak selalu menjadi skala prioritas dalam sebuah pemerintahan.

Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan baik


perubahan pola, bentuk dan sifat kegiatan, serta dorongan orang untuk
melakukan perjalanan. Pariwisata merupakan industry gaya baru yang mampu
menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cukup dalam hal kesempatan kerja,
pendapatan, taraf hidup dan dalam mengaktifkan sektor lain didalam Negara
penerima wisatawan. Kebudayaan merupakan hasil budidaya manusia yang
selalu tumbuh dan berkembang.

Pariwisata merupakan salah satu hal penting bagi suatu negara. Dengan
adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah
tempat objek wisata itu berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap
objek wisata. Berkembangnya sektor pariwisata di suatu negara akan menarik
sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya diperlakukan
untuk menunjang industri wisata, seperti sektor pertanian, peternakan,
perkebunan, kerajinan rakyat, peningkatan kesempatan kerja, dan lain
sebagainya. Mata rantai kegiatan yang terkait dengan industri pariwisata
tersebut mampu menghasilkan devisi dan dapat pula digunakan sebagai sarana
untuk menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran
dan meningkatkan angka kesempatan kerja.

Sejak tahun 1978 pemerintah terus berusaha mengembangkan


kepariwisataan dalam meningkatkan penerimaan devisa, memperluas lapangan
kerja, dan memperkenalkan kebudayaan. Pembinaan serta pengembangan
pariwisata dilakukan dengan tetap memperhatikan terpeliharanya kebudayaan
dan kepribadian nasional. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah dan
pengaturan-pengaturan yang lebih terarah berdasarkan kebijaksanaan yang
terpadu, antara lain bidang promosi, penyediaan fasilitas serta mutu, dan
kelancaran pelayanan.

Menurut undang-undang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


10.Tahun 2009, Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah, dan 3 pemerintah daerah (UU Kepariwisataan No. 10
Tahun 2009). Dengan adanya pariwisata kita akan lebih mengenal lebih banyak
lagi baik tentang agama, adat-istadat dan keindahan alam.

Dalam rangka memanfaatkan peluang pariwisata yang secara prospektif


dapat menguntungkan, maka diperlukan juga iklim usaha yang kondusif agar
dapat menjamin berlangsungnya kegiatan pariwisata, serta membuka peluang
investasi guna meningkatkan aktivitas pariwisata, yang selanjutnya melalui
pengelolaan berbagai potensi secara optimal diharapkan akan dapat menarik
dunia usaha untuk melakukan kegiatan penanaman modal di Kabupaten
Bulukumba dapat dipastikan bahwa aktivitas ekonomi akan meningkat dan
pada gilirannya akan memberi dampak secara langsung terutama dalam
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dan menunjang
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

Model pelaksanaan pengembangan destinasi pariwisata daerah yang


diusulkan untuk diterapkan dalam pengembangan potensi wisata daerah di
Kabupaten Bulukumba mengacu pada kondisi aktual saat ini berupa potensi
dan masalah wisata. Untuk mengembangkan wisata terdapat berbagai
stakeholders yang terlibat (pemerintah, lembaga non pemerintah), SDM,
program-program, dana dan fasilitas. Berdasarkan keterlibatan stakeholders
dan berdasarkan kondisi saat ini didapatkan program-program yang diharapkan
dapat memberikan arahan yang jelas di dalam upaya pengembangan daerah
tujuan wisata di Kabupaten Bulukumba kedepannya. Sasaran tersebut di atas
dapat tercapai melalui pengelolaan dan pengusahaan yang benar dan
terkoordinasi, baik lintas sektoral maupun swasta yang berkaitan dengan
pengembangan kegiatan pariwisata sehingga diperlukan peran serta dan
dukungan dari masyarakat dan pemerintah dan seluruh sektor yang berperan
dalam pengembangan kepariwisataan. Keberhasilan pelaksanaan
pengembangan daerah tujuan wisata sangat tergantung dan tidak terlepas dari
peran semua elemen, tentunya dengan memperhatikan unsur program,
anggaran dan proses yang ada.

Toraja Utara diarahkan sebagai sektor yang dapat diandalkan untuk


mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat, peningkatan PAD,
pemberdayan masyarakat sekitar, untuk memperluas kesempatan kerja, dan
memasarkan produk-produk budaya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Pengembangan kawasan wisata harus terencana, bertahap secara
menyeluruh untuk dapat memperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat.

Pengelolaan sektor pariwisata merupakan suatu tindakan yang logis,


mengingat dampak positif yang ditimbulkan diantaranya semakin meluasnya
kesempatan usaha, baik hotel, biro perjalanan, toko cinderamata serta
meningkatnya pendapatan masyarakat dan mendorong terpeliharnya keamanan
dan ketertiban walapun sebenarnya juga ada hal-hal yang berdampak negatif.

Peranan pemerintah daerah dalam mengelola objek wisata religi Makam


Dato Tro memang dinilai masih tidak tertata, karena dalam pelaksanaan dapat
dilihat infrastruktur dan sarana-prasarana yang belum sepenuhnya mendukung.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi oleh pemerintah daerah adalah
kemampuan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan objek wisata secara
efektif dan efisien. Dalam rangka proses pengelolaan di atas maka salah satu
tugas penting pemerintah kabupaten Bulukumba adalah berperan membangun
serta mempromosikan sumber daya pariwisata yang ada di kabupaten
Bulukumba. Oleh karena itu sangat perlu adanya pengelolaan lingkungan yang
terencana dari pemerintah untuk keberlanjutan pariwisata kedepannya.
Jika melihat kondisi fisik pariwisata yang ada di Bulukumba saat ini
pengelolaanya sudah bagus.Keunikan Bulukumba sebagai pilihan daerah
wisata baik untuk wisatawan asing dan dalam negeri tersebut, saat ini sudah
didukung dengan infrastruktur yang memadai.Akses jalan yang dilalui di
beberapa tempat wisata sudah bagus.Selain itu fasilitas di setiap tempat wista
sudah memadai seperti tempat penginapan yang dekat dengan lokasi wisata,
kamar mandi (toilet). Namun kekurangan lainnya adalah tidak di sediakannya
panduan tertulis seputar wisata setempat memberinya ketidaktahuan akan
fungsi dan sejarah obyek-obyek wisata yang ada. Alangkah baiknya jika
dibangun pusat riset yang juga menyediakan banyak pemandu dan mencetak
buku panduan secara berkala. Selain itu pemerintah juga belum melibatkan
pihak swasta ataupun investor dalam pengelolaan pariwisata sedangkan
kerjasama antara pihak swasta dan investor sangat penting demi kemajuan
potensi wisata di setiap daerah.

Salah-satu wisata yang berpotensi mendatangkan banyak keuntungan


bagi masyarakat adalah destinasi Wisata religi makam Dato Tiro.

Potensi pariwisata Dato Tiro perlu dikembangkan dan dibina secara


terarah, terpadu, dan berkelanjutan agar dapat meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan usaha dan
meratakan pendapatan yang pada akhirnya mampu menunjang pembangunan
daerah kabupaten Bulukumba Mencermati latar belakang di atas maka penulis
tertarik mengangkat Judul Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengeloloaan
Potensi Pariwisata Religi Makam Dato Tiro Di Kabupaten Bulukumba.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka


permasalahan yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimana peran pemerintah daerah dalam penelolaan potensi


pariwisata
Religi makam Dato Tiro di Kabupaten Bulukumba?
2. Faktor apa saja yang mrnjadi pendukung dan penghambat dalam
pengelolaan potensi pariwisata Religi Makam Dato Tiro Di Kabupaten
Bulukumba?

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah di uraikan diatas, maka
tujuan yang akan diteliti adalah:
1. Untuk mengetahui peran pemerintah daerah dalam penelolaan
potensi pariwisata reliti makam Dato Tiro di Kabupaten
Bulukumba.
2. Untuk mengetahui Faktor apa saja yang mrnjadi pendukung dan
penghambat dalam pengelolaan potensi pariwisata Religi Makam
Dato Tiro Di Kabupaten Bulukumba?

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis, hasil penelitian ini memberikan informasi
mengenai peran pemerintah daerah dalam pengelolaan potensi
pariwisata religi makam dato Tiro Di Kabupaten Bulukumba.
2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi dan dapat menambah pengetahuan tentang peran
pemerintah dalam penegelolaan potensi pariwisata religi makam
Dato Tiro Kabupaten Bulukumba.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu bertuajuan untuk mendapatkan bahan perbandingan atau
acuan. Selain dari itu penelitian terdahulu juga untuk mengatasi anggapan
persamaan dari penelitian ini, maka peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian
terdahulu sebagai berikut:
1. Hasil penelitian Hasni Maddimunri
Penelitian Hasni Maddimunri, (2015), yang bertajuk “Peran
Pemerintah Dalam Pengembangan Potensi Wisata Alam Bantimurung
Di Dinas Pariwisata Kabupaten Maros”. Berdasarkan uraian dari Bab-
Bab sebelumnya mengenai peran pemerintah dalam pengembangan
potensi wisata alam Bantimurung di Dinas Pariwisata Kabupaten
Maros, maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai berikut:
Peran Pemerintah dalam pengembangan potensi wisata alam
Bantimurimg di Dinas Pariwisata Kabupaten Maros: Peran
Pemerintah sebagai regulator, Peran Pemerintah sebagai Fasilitator,
Peran pemerintah sebagai motivator.
2. Hasil penelitian Nurfadila
Penelitian Nurfadila, (2018), yang berjudul “Peran Pemerintah
Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam Lewaja Di Kabupaten
Enrekang” Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah
dalam hal ini Dispora dalam pengembangan pariwisata alam Lewaja
di Kabupaten Enrekang, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Pengelolaan objek wisata alam Lewaja di Kabupaten Enrekang
oleh pemerintah (Dispora) seperti menyediakan sarana dan
prasarana penunjang bagi wisatawan.
b. Faktor Pendukung dalam pengelolaan objek wisata alam Lewaja
kabupaten Enrekang yang paling utama yaitu dukungan dari
masyarakat seperti turut serta mengambil bagian seperti menjaga
kebersihan di objek wisata sekitar tempat tinggal mereka
3. Hasil penelitian Zeferino Martins, Syamsul Alam Paturusi, Ida Bagus
Ketut Surya
Penelitian Zeferino Martins, Syamsul Alam Paturusi, Ida Bagus Ketut
Surya (2017), yang berjudul “Peran Pemerintah Dalam Pengembangan
Potensi Pariwisata Di Area Branca Metiaut, Dili” Berdasarkan kesimpulan,
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pengembangan Area Branca
Metiaut sebagai daerah wisata menghadapi faktor pendukung dan hambatan.
Faktor Pendukung Area Branca Metiaut sebagai sebuah daerah tujuan wisata
yang memiliki daya tarik utama berupa pemandangan alam pantai yang landai
indah, dengan pasir yang berwarna putih. Hal ini menjadi faktor pendukung
pemerintah untuk mengembangkan pariwisata di Pasir Putih. Daya tarik
wisata Pasir Putih Cristo Rei, Dili sangat cocok digunakan untuk kegiatan
rekreasi bagi wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan
mancanegara yang berkunkjung di TimorLeste. Kegiatan yang bisa dinikmati
oleh wisatawan di lokasi ini adalah berjemur (sun-bathing) dan bersantai
(relax).
B. Peran pemerintah
Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki peran dan
fungsi dalam menjalankan kehidupan. Dalam melaksanakan perannya, setiap
manusia memiliki cara atau sikap yang berbeda-beda. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh latar belakang kehidupan sosialnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), menjelaskan pengertian peran
sebagai berikut:
1. Peran adalah pemain yang diandaikan dalam sandiwara maka ia adalah
pemain sandiwara atau pemain utama.
2. Peran adalah bagian yang dimainkan oleh seorang pemain dalam
sandiwara, ia berusaha bermain dengan baik dalam semua peran yang
diberikan
3. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan.
Hal pertama yang perlu dijelaskan untuk memahami peran
Pemerintah
Desa adalah konsepsi tentang peran dan Pemerintah Desa. Peran menurut
Soerjono (2002:260) merupakan “aspek Dinamis yang kedudukan (status) apabila
seorang melaksanakan hak-hak dan kewajibankewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan”. Suatu peran paling sedikit
mencangkup tiga hal:
1. Peran adalah meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peran dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan ;
2. Peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi;
3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial.
Dari pengertian di atas maka penulis menarik kesimpulan tentang
peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh sekelompok orang
terhadap orang tertentu yang memilik status atau jabatan untuk menjalankan
perannya. Yang artinya jika seseorang dalam pemerintahan memiliki status atau
jabatan, maka orang-orang memiliki harapan terhadapnya untuk menjalankan
peran serta fungsinya sesuai dengan jabatan yang di embannya.
Pitana dan Gayatri (2005:95), mengemukakan pemerintah daerah
memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai:
1. Motivator, dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah
sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan.
Investor, masyarakat, serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan
sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan
pariwisata dapat berjalan dengan baik.
2. Fasilitator, sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran
pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang mendukung segala
program yang dilakukan. Adapun pada prakteknnya pemerintah bisa
mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun
masyarakat.
3. Dinamisator, dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung
pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat harus
dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai salah satu
stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk mensinergiskan
ketiga pihak tersebut, agar diantaranya tercipta suatu simbiosis mutualisme
demi perkembangan pariwisata.

C. Pengelolaan
Menurut Leiper dalam Ratna Medi (2018) pengelolaan merujuk pada
seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang,
atau bisa juga merujuk pada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut.
Fungsifungsi manajemen tersebut yaitu:
1. Planning (perencanaan)
2. Directing (mengarahkan)
3. Organizing (termasuk coordina ting)
4. Controlling (pengawasan)
Menurut Terry (2009) pengelolaan (management) adalah sebuah
proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan: perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Sejalan dengan Terry, Oey Liang
Lee dalam Suprapto (2009), juga mendefinisikan manajemen sebagai seni
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan
pengontrolan atas human and national resources (terutama human resources)
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu. Pengelolaan
merupakan suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

D. Objek Wisata
Obyek wisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan
wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke
tempat tersebut. Menurut SK. MENPARPOSTEL No.: KM. 98 / PW.102 /
MPPT-87, obyek wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki
sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai
daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.
1. Pariwisata

Oraganisasi pariwisata dunia, mendefenisikan pariwisata sebagai


aktivitas perjalanan dan tinggal seoranng di luat tempat tinggal dan
lingkungannya selama tidak lebih dari satu tahun berurutan untuk
berwisata, bisnis atau tujuan lain dengan tidak untuk bekerja ditempat yang
dikunjungi tersebut.

Menurut Yeti dalam Nurfadilla (2018), Secara etimologis


pariwisata berasal dari bahasa sangsekerta yang terdiri dari dua kata yaitu
“pari” dan “wisata”. Pari berarti berulang-ulang, berkali-kali atau berputar-
putar, sedangkan wisata berarti perjalanan atau bepergian, jadi pariwisata
berarti perjalanan yang dilakukan secara berputar- putar, berulang-ulang
atau berkali-kali.

Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas
yang dapat menarik minat wisatawan atau pengungjung untuk datang ke
suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum
dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat dikatakan
sebagai daya tarik wisata. Obyek dan daya tarik wisata merupakan dasar
bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik di suatu daerah kepariwisataan
sulit untuk dikembangkan.

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara


waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat lain dengan maksud bukan
untuk berusaha (business) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi,
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya
dan rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. Undang-
undang nomor 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah.
Menurut Ratna Medi, dkk (2018) Ada beberapa komponen pokok
yang secara umum disepakati di dalam memberi batasan mengenai
pariwisata:
a. Traveler. Orang yang melakukan perjalanan antar dua atau lebh lokalitas
b. Orang yang yang melakukan perjalanan, ke daerah yang bukan
merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12 bulan, dan tujuan
perjalannya bukan untuk terlibat dalan kegiatan untuk mencari nafka,
pendapatan atau penghidupan di tempat tujuan.
c. Touris. Bagian dari visitor yang menghabiskan waktu paling tidak 1
malam di daerah yang di kunjungi.

2. Kepariwisataan
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Pasal 1,
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah,
dan pengusaha.
Menurut Blakely dalam Ratna Medi (2018) mengemukakan teori
pengelolaan pariwisata dibagi ke dalam empat: koordinator, fasilitator,
stimulator, motivator.
a. Koordinator
Sebagai koordinator pemerintah daerah dapat menetapkan
kebijaksan atau strategi bagi pembangunan daerah dan merangkul semua
komponen masyarakat untuk menjadi aktor utama dalam pembangunan.
Mencakup peran pemerintah selaku pengkoordinasi dan asosiasi di
bidang pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik ditingkat lokal,
regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani
perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi
antara seluruh sektor dalam industry pariwisata.
b. Fasilitator
Pemerintah sebagai fasilitator yaitu menciptakan kondisi yang
kondusif bagi pelaksana pembangunan daerah. Sebagai faslitator
pemerintah bergerak dibidang pendampingan melalui pelatihan,
pendidikan dan peningkatan keterampilan serat dibidang pendanaan atau
permodalan kepada masyarakat yang di berdayakan Dalam membangun
pariwisata Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba bertanggung jawab
memfasilitasi masyarakat untuk bersama mengelola pariwisata sesuai
dengan kebutuhan yang diperlukan dalam hal sarana dan prasarana yang
mendukung efektivitas program atau kegiatan. Pemerintah dalam hal ini
Dinas Pariwisata menyediakan lahan untuk masyarkat sekitar objek
wisata untuk tempat membuka usaha.
c. Stimulator
Menurut Blakely Stimulator adalah pemerintah dapat menciptakan
strategi untuk membangun objek dan daya tarik wisata. Dinas
kebudayaan dan daya tarik wisata menyusun strategiyang akan
dilaksanakan dalam rangkapengembangan objek wisata. Disini
pemerintah melibatkan dan bekerja sama dengan masyarakat, dengan
membangun sarana seperti tempat untuk berjualan sepertikantin sehingga
mendatangkan keuntungan baik untuk pemerintah daerah, masyarakat
setempat, dan wisatawan.
d. Motivator
Dalam pembangunan pariwisata peran pemerintah sebagai motivator
diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan. Investor,
masyarakat serta pengusaha dibidang pariwisata merupakan sasaran
utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan
pariwisata dapat berjalan dengan baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa
proses pengelolaan dan pengembangan pariwisata tidak lepas dari
dukungan masyarakat ataupun pengusaha di bidang pariwisata.
3. Potensi Wisata
Menurut Wiyono dalam Ratna Medi (2018) potensi dapat diartikan
sebagai kemampuan dasar dari sesuatu yang masih terpendam didalamnya
yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam
diri sesuatu tersebut. Menurut Prihadi (2004) potensi biasa disebut sebagai
kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum
dimanfaatkan secara optimal.
Potensi wisata adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh daerah
tujuan wisata, dan merupajan daya tarik agar orang-orang mau datang
berkunjung ke tempat tersebut Sedangkan pengertian potensi wisata menurut
Sukardi (1998:67), potensi wisata adalah segala sesuatu yang dimiliki oleh
suatu daerah untuk daya tarik wisata dan berguna untuk mengembangkan
industri pariwisata di daerah tersebut.Potensi wisata dibagi menjadi tiga
macam, yaitu: potensi wisata alam, potensi kebudayaan dan potensi wisata
buatan manusia.

E. Kerangka Pikir
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan di dukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerinta daerah (Antariksa, 2016). Sedangkan pengertian
pariwisata menurut UU Nomor 10 tahun 2009 adalah berbagai macam
kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan
oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (Bab 1,
Pasal 1, Ayat 3).
Pengembangan kegiatan pariwisata diperlukan pengaturan-pengaturan
alokasi ruang yang dapat menjamamin sustnaible development guna
mencapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini sesuai dengan prisip-prinsip
dasar dalam pengembangan kepariwisataan nasional yang bertujuan untuk
meningktakan sumberdaya alam buatan secara berdaya guna, berhasil guna
dan tepat guna meningkatkan kwalitas sumber daya manusia, mewujudkan
perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta menanggulangi dampak
negatif terhadap lingkungan dan keamanan, oleh karena itu dibutuhkan
strategi-strategi khusus dari pemerintah kita untuk mengelola kepariwisataan
nasional. Karena dengan itu cara pengelola dapat lebih mudah dilaksanakan
oleh pemerintah atau masyarakat luas.
Penataan ruang untuk menunjang kepariwisataan tidak hanya
memberikan arahan lokasi investasi, tetapi juga haru memberikan arahan
jaminan terpeliharanya ruang/daerah pengembangan pariwisata yang
berkualitas dan mempertahankan keberadaan objek-objek pariwisata.
Keterbatasan dukungan sarana dan prasarana penunjang merupaka juga salah
satu yang perlu diperhatikan. Dimana dukungan sarana dan prasarana
merupakan faktor penting untuk keberlanjutan penyelenggaraan kegiatan
pariwisata, seperti penyediaan akses, akomodasi, sarana prasarana pendukung
lainnya. Masih banyak kawasan wisata yang sangat berpotensi, tetapi masih
belum didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Melalui uraian di
atas, maka peneliti menggambarkan alur berpikir penelitian ini yang menjadi
acuan dalam menyusun penelitian ini.

Pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan


sebagai berikut:
Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan
Potensi Pariwisata Religi Makam Dato Tiro Di
Kabupaten Bulukmba

Kordinator Fasilitator Stimulator Motivator

Keberhasilan pengelolaan pariwisata


religi makam dato tiro

Bagan 2.1 Kerangka Pikir


F. Fokus penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah,

kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan

teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang

bersangkutan dari rumusan masalah adalah bagaimana Peran

Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Potensi Pariwisata Religi

Makam Dato Tiro Di Kabupaten Bululukmba.

G. Deskripsi Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian, maka dikemukakan beberapa

deskripsi fokus penelitian yaitu:

a. Koordinator

Yaitu, pemerintah daerah atau pejabat fungsional ahli madya yang

diberikan tugas dan fungsi koordinator sesuai dengan bidang

tugasnya.

b. Fasilitator

Yaitu, pemerintah daerah sebagai fasilitator yang menciptakan

kondisi yang kondusif dan memberikan atau menjembatangi

masyarakat untuk mengoptimalkan pembangunan terutama dalam

bidang pariwisata.

c. Stimulator
Yaitu, pemerintah dapat menciptakan strategi untuk membangun

objek dan daya tarik wisata.

d. Motivator

Yaitu, pemerintah daerah sebagai motivator yang atrinya bahwa

pemerintah memberikan dorongan kepada mayarakat dan pihak

swasta di bidang pariwista agar diberikan motivasi agar

perkembangan pembangunan dapat berjalan dengan baik.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian


Waktu penelitian akan dilakukan 2 bulan yang berlokasi di Kabupaten

Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Adapun alasan memilih lokasi

penelitian tersebut karena peneliti ingin mengetahui Peran Pemerintah

Daerah Dalam Penglolaan Potensi Pariwisata Religi Makam Dato Tiro Di

Kabupaten Bulukumba.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan

pendekatan kualitatif yakni dengan cara melakukan wawancara

langsung terhadap informan. Tujuan digunakan penelitian deskriptif

kualitatif yaitu untuk memperoleh gambaran mendalam mengenai

peran pemerintah daerah dalam pengelolaa potensi pariwisata religi

makam Dato Tiro Di Kabupaten Bulukumba.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertipe deskriptif kualitatif yaitu menjelaskan dan

menggambarkan pengalaman para informan mengenai peran

pemerintah daerah dalam pengelolaa potensi pariwisata religi makam

Dato Tiro Di Kabupaten Bulukumba.


C. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari pengamatan langsung

(observasi), dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada

implementor dan masyarakat yang berpengaruh tentang bagaimana

peran pemerintah daerah dalam pengelolaa potensi pariwisata religi

makam Dato Tiro Di Kabupaten Bulukumba.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan

untuk elengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan

sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang

terkait dengan objek yang dikaji. Data sekunder terutama diperoleh

melalui dokumentasi.

D. Informan Penelitian

Teknik yang digunakan dalam pemilihan informan menggunakan

Purposive Sampling, merupakan teknik yang digunakan dalam memilih

informan yang lebih mengetahui modalitas pada pemilihan bupati di

Kabupaten Bulukumba. Adapun informan dalam penelitian ini yaitu

pegawai dinas pariwisata Kabupaten Bulukumba dan masyarakat sekitar

lokasi objek Wisata.


E. Teknik Pengumpulan Data
Guna memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian,

maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Yaitu pengamatan yang dilakukan peneliti secara langsung di

lapangan untuk memperoleh data mengenai peran pemerintah daerah di

Bulukumba.

2. Wawancara

Peneliti akan melakukan wawancara langsung secara mendalam

kepada informan yang menjadi objek dari penelitian ini yaitu, pemerintah

daerah terkait.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

untuk menyediakan dokumen-dokumen dengan menggunakan bukti yang

akurat dari sumber-sumber informasi khusus dari karangan penulis, buku,

dan undang-undang.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono, (2015) teknik analisis data adalah langkah

yang dilakukan untuk mengelolah data, dimana data yang diperoleh ,

dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa dan menyimpulkan

persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Adapun teknik

analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Reduksi data dalam penelitian ini ialah peniliti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok pada hal-hal yang penting, dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data direduksi oleh peneliti, maka selanjutnya peneiliti

menyajikan data kedalam bentuk yang lebih sederhana seperti uraian

ringkas, table informan, dan gambar kerangka fikir, dengan demikian

penyajian data akan sangat memudahkan peneliti untuk memahami apa

yag terjadi, dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah dipahami oleh peneliti.

3. Penarikan Kesimpulan / verifikasi (Conclusion Drawing)

Pada tahap ini peneliti akan memperoleh kesimpulan yang

tentative, kaku, dan meragukan, sehingga kesimpulan tersebut perlu untuk

diverifikasi, kesimpulan yang ditulis oleh peneliti senantiasa diverifikasi

selama penelitian berlangsung, agar kesimpulan yang dihasilkan tidak

diragukan dan dapat dipercaya.

G. Keabsahan Data

Menurut Sugiyono, (2015) salah satu cara paling penting dan

mudah dalam uji keabsahan hasil penelitian adalah dengan melakukan data

triangulasi, teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik


pengumpulan data dan sumber data yang yang telah ada. Pada penelitian

ini peneliti menggunakan tiga macam triangulasi diantaranya yaitu :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang

telah diperoleh melalui beberapa sumber. Dalam hal ini peneliti

melakukan pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh

melalui hasil pengamatan, wawancara dan dokumen-dokumen yang

ada. Selanjutnya peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan

wawancara dan membandingkan hasil wawancara dengan dokumen

yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini data

yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi dan

dokumen. Apabila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data

tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti

melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan

atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar atau

mungkin semuanya benar karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat


narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan

data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka

pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan

pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam

waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang

berbeda, maka dilakukan pengecekan dengan wawancara, observasi,

atau teknik lain

4. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih

valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian

kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi

yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka

dilakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain.


DAFTAR PUSTAKA

Medi, R. (2018). Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan Potensi Pariwisata


Buntu Burake di Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Administrasi Publik (Public
Administration Journal), 1–12.
http://eprints.unm.ac.id/11136/1/JURNALTIN.pdf

Maddimunri, H. (2015). Peran Pemerintah Dalam Pengembangan Potensi Wisata


Alam Bantimurung Di Dinas Pariwisata Kabupaten Maros.

Nurfadilah. (2018). Peran Pemerintah Dalam Pengelolaan Objek Wisata Alam


Lewaja Di Kabupaten Enrekang.

Sugiyono. (2015). memahami penelitian kualitatif. Bandung. Alfabeta.

Suni, M. T., & Herianto, D. (2019). Efektivitas Peranan Pemerintah Daerah


Dalam Merevitalisasi Potensi Objek Pariwisata Di Kabupaten Jeneponto.
PUSAKA (Journal of Tourism, Hospitality, Travel and Business Event), 1(1),
14–17. https://doi.org/10.33649/pusaka.v1i1.8

Zeferino Martins, Syamsul Alam Paturusi, I. B. K. S. (2017). Peran Pemerintah


Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata Di Area Branca Metiaut, Dili.

Regulasi Undang-Undang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009

Anda mungkin juga menyukai