Anda di halaman 1dari 31

1

PUNCAK LAKUDE SEBAGAI OBJEK WISATA DAN


DAMPAKNYATERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA
MASALILI KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH

ANDI ASRA
A1N118057

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
2

PUNCAK LAKUDE SEBAGAI OBJEK WISATA DAN


DAMPAKNYATERHADAP SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DESA
MASALILI KECAMATAN KONTUNAGA KABUPATEN MUNA

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Seminar Proposal
Penelitian Pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Sejarah

OLEH

ANDI ASRA
A1N118057

JURUSAN/PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................iii

RENCANA DRAF SKRIPSI..................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................6
C. Tujuan Penelitian................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..............................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sejarah................................................................................ 11
B. Konsep Konsep Pembangnan Ekonomi............................................12
C. Pariwisata..........................................................................................15
D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Masyarakat.........................................17
E. Penelitian Relevan............................................................................19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................


B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................................23
C. Sumber Data Penelitian....................................................................24
D. Prosedur Penelitian...........................................................................24

DAFTAR PUSTAKA
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keindahan


dan kekayaan alam yang melimpah terutama pada sektor wisata. Pariwisata
merupakan salah satu aset yang menjajikan karena dianggap sebagai salah satu
penunjang perekonomian terutama bagi negara berkembang. Keanekaragaman
wisata serta budaya Indonesia menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan dalam
maupun luar negeri dan pariwisata di Indonesia memiliki potensi yang besar
untuk dikembangkan, perkembangan industri pariwisata diharapkan mampu
mengambil
peranan sebagai penyumbang terbesar pendapatan negara melalui berbagai
pengeluaran wisatawan.
Sektor pariwisata di Indonesia merupakan sektor industri yang sedang
tumbuh dan berkembang. Beberapa negara di dunia menganggap pariwisata
sebagai sebuah aspek penting dari strategi pengembangan negara. Setiap literatur
pariwisata memberikan ulasan bahwa sektor pariwisata dapat memberikan
keuntungan terhadap negara yang bersangkutan. Industri pariwisata dianggap
sebagai jawaban untuk menghadapi permasalahan ekonomi di Indonesia karena
dapat memberikan banyak peluang ekonomi dengan menciptakan lapangan
pekerjaan, mendorong pembangunan ekonomi serta dapat menjaga kualitas
lingkungan (Suwantoro, 2004).
Industri pariwisata di Indonesia menunjukkan perkembangan positif,
dilihat dari jumlah kedatangan wisatawan asing. Jumlah kunjungan wisatawan
mancanegara atau wisman ke Indonesia pada Agustus 2018 mencapai 1,51 juta
kunjungan, mengalami kenaikan sebesar 8,44 persen dibandingkan dengan jumlah
kunjungan wisman pada Agustus 2017 yang berjumlah 1,39 juta kunjungan.
Jumlah tersebut dilihat pada tabel 1.1 yaitu dari jumlah wisman ke Indonesia yang
datang melalui pintu masuk udara, laut dan darat (BPS, 2018).
5

Pengaruh kunjungan wisatawan sangat berarti untuk pengembangan


industri pariwisata dan pendapatan asli daerah sehingga wisatawan tertarik untuk
berkunjung. Adanya dukungan alokasi dana dari pemerintah setiap tahunnya
bertujuan untuk membantu sektor pariwisata dalam mengembangkan tempat
wisata agar banyak dikunjungi oleh wisatawan. Banyaknya wisatawan yang
berkunjung menjadikan sektor pariwisata berpotensi meningkatkan pendapatan
asli daerah (Rantetadung, 2012).
Sebagai sumber penerimaan pendapatan, pariwisata tidak terlepas dari
pengaruh jumlah kunjungan wisatawan. Pada negara yang sedang berkembang,
aktivitas kepariwisataan menunjukkan bagian terbesar dari sumber penghasilan
devisa negara dan merupakan wadah yang penting untuk memecahkan masalah
kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat sekitar.
Semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung maka hal tersebut dapat
memberikan dampak yang positif bagi daerah tujuan wisata (Yoeti,1982).
Menurut Spillane (dalam Murdiastuti dkk, 2014) menyatakan bahwa
peranan pariwisata dalam pembangunan secara garis besar berintikan tiga segi,
yaitu yang pertama segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), kedua segi sosial
(penciptaan lapangan kerja), dan ketiga segi kebudayaan (memperkenalkan
budaya kita kepada wisatawan-wisatawan asing).
Pengembangan industri wisata memiliki dampak yang cukup signifikan
terhadap kondisi sosial ekonomi terutama pada masyarakat sekitar. Keberadaan
objek wisata di suatu wilayah diharapkan mampu menopang perekonomian
masyarakat dengan cara menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja bagi
masyarakat serta berfungsi sebagai upaya dalam menjaga kelestarian alam.
Konsep pengembangan industri pariwisata harus didasarkan pada pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Pengembangan dilakukan dalam
upaya untuk meningkatkan kualitas serta manfaat yang dapat diperoleh dari
tempat wisata tersebut.
Menurut Salim (2010), menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan
mencakup tiga dimensi pokok yaitu berkelanjutan ekonomi, berkelanjutan sosial
budaya dan berkelanjutan lingkungan dalam suatu ruang lingkup global.
6

Pembangunan yang berkelanjutan pada hakekatnya ditujukan untuk mencari


pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa
mendatang.
Propinsi Sulawesi Tenggara memiliki banyak sekali keindahan alam yang
tersembunyi yang dapat dijadikan sebagai objek kunjungan wisata. Khususnya di
Kabupaten Muna yang memiliki banyak potensi yang bisa diandalkan sebagai
salah satu sumber pendapatan daerah. Tidak hanya dikenal dengan pelestarian seni
tari dan budaya yang kental, Muna dikenal memiliki keindahan alam yang
menarik.
Keberadaan objek wisata di suatu daerah dapat merubah tingkat
kesejahteraan masyarakat sekitar yaitu meningkatnya pendapatan dari dampak
objek wisata tersebut. Peningkatan kesejahteraan ini dalam artian kemampuan
mengkonsumsi barang serta akses layanan kesehatan dengan mudah, sedangkan
dampak negatif yang ditimbulkan dari keberadaan objek wisata tersebut adalah
terjadinya penyimpangan-penyimpangan sosial seperti pencurian, kekerasan dan
lain sebagainya. Selain itu apabila pengelolaan wisata kurang tepat maka hal
tersebut akan berakibat pada kerusakan kondisi lingkungan wisata. Setiap
pengelolaan objek wisata tentu menginginkan tempat tersebut dapat menyedot
wisatawan domestik maupun mancanegara akan tetapi harus memperhitungkan
beberapa aspek lain seperti kenyamanan bagi penduduk setempat dan kualitas
lingkungan.
Secara umum mayoritas penduduk di Indonesia bergantung pada sector
pertanian. Sektor pertanian menjadi salah satu sektor utama yang diandalkan
masyarakat di Desa Masalili. Berkembangnya sektor pariwisata dapat
mempengaruhi sektor lain untuk berkembang pula karena produk tiap sector
dibutuhkan dalam menunjang kegiatan industri pariwisata pertanian, hotel dan
rumah makan, transportasi dan lain sebagainya. Semakin majunya industry
pariwisata maka kontribusi yang akan diberikan sektor pariwisata terhadap
pemerintah akan semakin besar. Dampak yang dapat dirasakan secara langsung
Sumber daya manusia merupakan pelaku ekonomi yang memiliki pengaruh besar
dalam keberhasilan suatu perekonomian.
7

Dalam upaya pengembangan objek wisata penduduk setempat memiliki


peran yang sangat penting. Oleh karena itu, sangat perlu adanya sarana dan
prasarana dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia, salah
satunya melalui Pendidikan dan kesehatan. Pendidikan memiliki pengaruh besar
terhadap pertumbuhan ekonomi diantaranya semakin berkembangnya kesempatan
masyarakat untuk lebih peduli terhadap peningkatan kualitas hidup, kemampuan,
keterampilan dan keahlian yang berdampak pada peningkatan produktifitas.
Keberadaan objek wisata Puncak Lakude memberikan pengaruh terhadap
kesadaran masyarakat akan pendidikan di desa Masalili.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka permasalahan yang
hendak diangkat oleh peneliti dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak ekonomi objek wisata terhadap pendapatan pelaku usaha
wisata sebelum dan setelah keberadaan objek wisata Puncak Lakude?
2. Bagaimana dampak sosial objek wisata terhadap tingkat pendidikan dan jenis
pekerjaan pelaku usaha wisata sebelum dan setelah keberadaan objek wisata
Puncak Lakude?

C. Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana dampak ekonomi objek wisata terhadap
pendapatan pelaku usaha wisata sebelum dan setelah keberadaan objek wisata
Puncak Lakude.
2. Untuk mengetahui bagaimana dampak sosial objek wisata objek wisata
terhadap tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan pelaku usaha wisata sebelum
dan setelah keberadaan objek wisata Puncak Lakude
8

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk


pengembangan ilmu, yakni Puncak Lakude Sebagai Tempat Wisata Alam
Pengaruhnya Terhadap Sosial Ekonomi dan Sosial Masyarakat serta penelitian ini
dapat menjadi wawasan bagi kalangan akademis untuk menambah citra empiris
bagi pengembangan keilmuan.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan serta


diharapkan mampu mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan.
2. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
referensi dalam menentukan arah kebijakan terkait dengan aktivitas
pariwisata.
3. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumbangan bagi
dunia pendidikan dan menjadi informasi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan terkait dengan pariwisata.
9

BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Sejarah
Berdasarkan teori yang disampaikan dalam buku-bukunya, Arnold J.
Toynbee memberi kesimpulan yaitu dalam gerak sejarah tidak terdapat hukum
tertentu yang menguasai dan mengatur timbul tenggelamnya kebudayaan-
kebudayaan dengan pasti (Tamburaka, 1999: 65). Dalam melihat dan menentukan
pola irama gerak sejarah, Arnold J. Toynbee membandingkan perkembangan
proses sejarah dengan kebudayaan. Menurut pandangan Toynbee, kebudayaan
(civilization) adalah wujud daripada kehidupan suatu golongan seluruhnya.
Pendapat Toynbee ini serupa seperti apa yang disebut oleh Oswald Spengler
sebagai kultur dan civilization.

Sejalan dengan itu, Arif (2011: 6) mengatakan bahwa lazimnya pohon (syajarah)
itu memiliki cabang-cabang akar yang kuat menghujam kedalam perut bumi,
menumbuhkan batang yang tegak, serta memiliki cabang-cabang dan ranting-ranting
tempat tumbuh dan berkembangnya dedaunan, bunga dan juga buah yang lebat.
Diinspirasi dari keadaan pohon seperti itulah dikembangkan pengertian sejarah sebagai
(1) suatu urutan asal-usul keturunan yang berkesinambungan, (2) suatu silsilah keturunan
bercabang-cabang dan (3) pertumbuhan dari peristiwa satu menuju peristiwa lain secara
berkesinambungan (kontinuitas) sesuai dengan garis waktu.

Khaldun dalam Abdullah Enam (1979: 147) berpendapat bahwa dalam


Teori sejarah harus menggunakan berbagai ilmu bantu. Ilmu bantu diistilahkan
Khaldun sebagai ilmu kultur (Ilm al-Umran). Ilmu ini berfungsi sebagai alat untuk
mencari pengertian tentang sebab-sebab yang mendorong manusia untuk berbuat,
melacak akibatakibat dari perbuatan itu, sebagaimana tercermin dalam peristiwa
sejarah. Teori kritik sejarah yang dikembangkan Ibnu Khaldun pada dasarnya
mendapatkan inspirasi dalam Al-Qur‟an. Kenyataan ini, lanjutnya pernah
dikemukakan Muhammad Iqbal yang mengatakan bahwa Mukkadimah Ibnu
Khaldun penuh inspirasi Al-Qur‟an yang didapatkan pengarangnya.
Menurut Abdulgani (1967: 11) bahwa sejarah adalah suatu cabang ilmu
10

yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan


masyarakat serta kemanusiaan masa lampau beserta segala kejadian-kejadian
dengan maksud mengkritisi seluruh hasil penilaian dan penyelidikan tersebut yang
kemudian akan dijadikan perbendaharaan pedoman dan penelitian bagi penentuan
keadaan sekarang serta progres masa depan. Sedangkan Arif (2011: 7)
mendefinisikan sejarah sebagai suatu kajian tentang aktivitas manusia pada masa
lampau, baik dalam bidang militer, sosial, agama, imu pengetahuan dan hasil
kreativitas manusia.
Pengertian sejarah mempunyai beberapa konotasi. Secara umum sejarah
memang dikaitkan dengan peristiwa masa lampau, yaitu sejarah sebagai histoire-
realita dan sejarah sebagai kisah tentang masa lampau, histoire recite. Namun ada
yang mengaitkan dengan benda peninggalan dari masa lampau. Ada juga yang
melihat sejarah sebagai proses penelitian, temuan dari kalangan ilmu sosial yang
menggunakan history research sebagai suatu pendekatan dalam penelitian
(Hariyono, 1995: 51).
Khaldun dalam Syaiful Akbar (2015: 228) mengatakan bahwa pertautan
sejarah pada filsafat mengantarkannya pada pengertian yang sederhana bahwa
filsafat sejarah adalah tinjauan terhadap peristiwa-peristiwa historis secara
filosofis untuk mengetahui faktor-faktor esensial yang mengendalikan peristiwa
historis itu, untuk kemudian mengikhtisarkan hukum-hukum umum yang tetap,
yang mengarahkan perkembangan berbagai bangsa dan negara dalam berbagai
masa dan generasi. Sebagian berpendapat bahwa sejarah berjalan sesuai dengan
suatu kerangka tertentu dan bukannya secara acak-acakan, dan filsafat sejarah
adalah upaya untuk mengetahui kerangka tersebut yang diikuti sejarah dalam
perjalanannya, atau arah yang ditujunya, ataupun tujuan yang hendak dicapainya.
Dalam kasus yang demikian ini, filsafat sejarah merupakan wawasan atau
penilaian seseorang pemikir terhadap sejarah.
Kartodirdjo (2002: 89) membagi sejarah menjadi dua yaitu sejarah dalam
arti objektif yang merupakan kejadian atau peristiwa sejarah yang tidak dapat
terulang kembali dan sejarah dalam arti subjektif atau suatu kontruksi (bangunan)
yang disusun oleh penulis sebagai suatu uraian cerita (kisah). Kisah tersebut
11

merupakan suatu kesatuan rangkaian dari fakta-fakta yang saling berkaitan.


Sejarah sebagai ilmu yang berhubungan dengan prosedur pengumpulan sumber
dan penarikan fakta dari sumber sejarah yang dilakukan oleh sejarawan atau
dengan kata lain bahwa sejarah sebagai ilmu menyangkut teknik-teknik dalam
menyusun dan merekonstruksi sejarawan terhadap sejarah sebagai peristiwa
berdasarkan fakta-fakta yang dimilikinya. Sebagai suatu disiplin ilmu, ilmu
sejarah setara dengan ilmu-ilmu lain karena dalam penyusunannya telah
menggunakan metode analisis yang kritis, walaupun ada proses-proses tertentu
yang berbeda dengan proses ilmiah menurut kriteria ilmu pengetahuan lainnya.
Karena itu sebagaimana ilmu-ilmu lain, sejarah sebagai ilmu pengetahuan
juga mempunyai pengertian dan kajian tersendiri. Sejalan dengan itu, menurut
Kuntowijoyo (2008: 210), sejarah adalah ilmu yang mandiri. Mandiri artinya
mempunyai filsafat ilmu sendiri, permasalahan sendiri, dan penjelasan sendiri
yang dimana sejarah menafsirkan, memahami dan mengerti. Ada tiga hal yang
harus kita pahami yaitu: (1) penjelasan sejarah adalah hermeneutic dan verstehen,
menafsirkan dan mengerti; (2) penjelasan sejarah adalah penjelasan tentang waktu
yang memanjang; (3) penjelasan sejarah adalah penjelasan tentang peristiwa
tunggal.
Sejarah tidak hanya menyangkut masa lalu saja tapi juga bersifat tiga
dimensi, maksudnya adalah dengan mempelajari masa lalu maka kita dapat
mengetahui dinamika yang terjadi pada masa kini dan pada akhirnya kita dapat
meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selain itu peristiwa
yang terjadi pada masa kini adalah proses pada masa lalu atau merupakan hasil
dari peristiwa masa lalu. Dengan demikian, kejadian masa lalu merupakan hal
yang penting untuk diketahui dengan tujuan untuk dapat mengambil pelajaran.
B. Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka
panjang. Terdapat tiga unsur utama dalam pembangunan ekonomi yaitu yang
pertama pembangunan ekonomi sebagai suatu proses perubahan yang terus
12

menerus, kedua upaya untuk meningkatkan pendapatan per kapita dan ketiga
adalah kenaikan pendapatan perkapita harus berlangsung dalam jangka waktu
yang panjang (Suryana, 2000).
Schumpeter menyatakan bahwa pembangunan ekonomi disebabkan oleh
perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Pembangunan
ekonomi diyakini tercipta karena inisiatif golongan pengusaha yang inofatif.
Untuk mengetahui laju pembangunan ekonomi suatu negara perlu diketahui
tingkat pertambahan nasional dan pendapatan perkapita. Pendapatan per kapita
dianggap sebagai ukuran dalam menentukan tingkat kesejahteraan. Pendapatan
perkapita yaitu pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah (Suryana, 2000).
Tujuan utama dari upaya pembangunan ekonomi adalah menciptakan
pertumbuhan yang setinggi-tingginya, selain itu harus pula menghapus atau
mengurangi tingkat kemiskinan, ketimpangan pendapatan, dan tingkat
pengangguran. Kesempatan kerja bagi masyarakat akan memberikan pendapatan
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Todaro, 2000).
Terdapat empat model pembangunan yaitu model pembangunan ekonomi
yang berorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan
kemiskinan dan model pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan
kebutuhan dasar (Suryana, 2000).
Kesimpulan dari uraian diatas adalah pembangunan ekonomi merupakan
suatu proses yang mengarah pada peningkatkan pendapatan per kapita masyarakat
melalui penciptaan lapangan pekerjaan. Pembangunan ekonomi lebih berorientasi
kepada proses meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam jangka panjang,
apabila tingkat pendapatan per kapita masyarakat meningkat maka suatu negara
dapat dikatakan sejahtera/makmur.
C. Pariwisata
1. Definisi Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu,yang dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan
untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi
semata-mata untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1982).
13

Menurut Hutabarat (1992), peranan pariwisata antara lain adalah pertama,


peranan ekonomi, yaitu sebagai sumber devisa negara, peningkatan pendapatan
masyarakat dan memberikan peluang usaha. Kedua, peranan sosial, yaitu sebagai
penciptaan lapangan pekerjaan. Ketiga, Peranan kebudayaan, yaitu
memperkenalkan kebudayaan dan kesenian, dan mendorong terpeliharanya
lingkungan hidup.
Ketiga point diatas dapat dijelaskan, yaitu sebagai berikut: (1) Peranan
ekonomi, yaitu sebagai sumber devisa negara, peningkatan pendapatan
masyarakat dan memberikan peluang usaha.Pariwisata merupakan salah satu
sektor yang mampu mendorong pembangunan di sector lain serta menyumbang
pendapatan di suatu wilayah. Hasil dari perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan
memiliki dampak terhadap peningkatan pendapatan daerah maupun masyarakat
dengan memberikan peluang usaha. Peluang usaha tersebut muncul atas
permintaan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel,
makan dan minum, transportasi dan sebagainya. (2) Peranan sosial, yaitu sebagai
penciptaan lapangan pekerjaan. Keberadaan objek wisata mampu mengurangi
tingkat pengangguran. Permintaan wisatawan terhadap sarana dan prasarana
penunjang wisata mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat
sekitar. Penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan biasanya terkait dengan
pemandu wisata, tukang parkir, pedagang, penyewaan homestay, penyedia jasa
transportasi dan lain sebagainya. Sehingga semakin banyak wisatawan yang
berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. (3) Peranan
kebudayaan, yaitu memperkenalkan kebudayaan dan kesenian, dan mendorong
terpeliharanya lingkungan hidup.
Kedatangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara di suatu
wilayah yang memiliki objek wisata merupakan salah satu cara untuk
memperkenalkan serta mendorong pelestarian kebudayaan. Keanekaragaman adat
istiadat, kesenian, peninggalan sejarah yang selain menjadi daya tarik wisata juga
menjadi modal utama untuk mengembangkan pariwisata. Lingkungan merupakan
salah satu tempat berlangsungnya kegiatan wisata sehingga memiliki pengaruh
besar terhadap daya tarik wisawatan. Kekayaan dan keindahan alam adalah aset
14

yang harus dijaga karena lingkungan alam memiliki kontribusi yang besar
terhadap keberlanjutan industri pariwisata.

2. Kebijakan Pengembangan Pariwisata


Sektor pariwisata dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi yang
penting. Keberadaan pariwisata diharapkan dapat memberikan sumber pendapatan
terbesar negara karena sektor ini memberikan keuntungan bagi negara yang
bersangkutan. Banyaknya kunjungan wisatawan asing dapat membantu negara
terkait dengan penerimaan nilai tukar mata uang asing. Industri pariwisata sering
dianggap sebagai industri yang dapat mengurangi permasalahan ekonomi di
negara Indonesia.
Hal tersebut ditunjukan melalui angka pengangguran yang mulai
berkurang semenjak adanya objek wisata karena kelangsungan aktivitas wisata
tidak terlepas dari peran penduduk di sekitar. Dalam kegiatan pariwisata terjadi
interaksi yang begitu besar yang melibatkan antara masyarakat dengan lingkungan
yang bersangkutan. Disamping memiliki pengaruh yang positif terhadap sektor
lain kenyataannya setiap aktivitas pariwisata tidak luput dari adanya berbagai
kendala dan masalah. Oleh sebab itu dibutuhkan strategi perencanaan kebijakan
yang optimal yang tidak hanya didasarkan pada permasalahan pada saat ini
melainkan juga kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.
Menurut Suwantoro (2004), Jenis kegiatan pariwisata di dunia terbagi
menjadi tiga bagian. Pertama merupakan negara-negara yang bergabung dalam
mengelola sektor pariwisatanya, seperti Hawaii, Bermuda, Karibia, Canary Island,
dan lain-lain. Kedua merupakan negara-negara yang menganggap sector
pariwisata sebagai sebuah sektor penting misalnya Indonesia, Singapore,
Malaysia, UK, USA, negara-negara OECD (Organisation for Economic Co-
operation and Development), China, Thailand, dan lain-lain. Ketiga adalah
negara-negara yang menganggap sektor pariwisata sebagai sektor pendukung,
misalnya Iran, Brunei, Saudi Arabia, dan lain-lain. Kebijakan kepariwisataan
terkait erat dengan perencanaan kepariwisataan.
15

Menurut Edgell (dalam Murdiastuti dkk, 2014) perencanaan


kepariwisataan memperkuat kedudukan kebijakan dalam pembangunan, model
perencanaan tersebut mencakup pernyataan visi dan misi yang diikuti oleh
serangkaian tujuan, sasaran, strategi, dan taktik dalam pengembangan
pariwisata.Kebijkan-kebijakan pariwisata haruslah mempertimbangkan tidak
hanya faktor ekonomi tetapi juga faktor-faktor non-ekonomi. Pembangunan
pariwisata memerlukan adanya dukungan kebijakasanaan pariwisata yang tepat,
yang mampu dijadikan sebagai pedoman bagi tindakan-tindakan di masa
mendatang.
Banyak negara di dunia menganggap bahwa pariwisata merupakan aspek
penting yang memberikan keuntungan terhadap negara yang bersangkutan. Hal
tersebut ditunjukan melalai penciptaan kesempatan kerja, pendapatan asli daerah
yang meningkat, pendapatan nilai tukar mata uang asing, serta peningkatan
pendapatan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, negara-negara yang sedang
berkembang dan menganggap sektor pariwisata dapat membantu permasalahan
ekonominya perlu merencanakan dan menetapkan strategi-strategi khusus guna
menghindari terjadinya pengembangan wisata yang tidak optimal.
Menurut (Suwantoro, 2004), banyak alasan mengapa sebuah negara,
khususnya negara yang sedang berkembang, merancang kebijakan pariwisata. Di
samping alasan yang mendasar bahwa segala sumberdaya harus dapat digunakan
dan dialokasikan seefisien mungkin, pariwisata juga mampu memberikan
kontribusi yang penting terhadap perekonomian negara.

3. Pariwisata Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan pada hakekatnya merupakan pembangunan
yang berlangsung secara berlanjut sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan
generasi demi generasi. Terdapat tiga dimensi pokok dalam pembangunan
berkelanjutan yaitu berkelanjutan ekonomi, berkelanjutan sosial budaya dan
berkelanjutan lingkungan dalam suatu ruang lingkup global (Salim, 2010).
Konsep pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan sumber daya
pariwisata yang bertujuan untuk memberikan keuntungan optimal dan kepuasan
16

optimal dalam jangka waktu yang panjang. Prinsip yang dianut dalam konsep
pariwisata berkelanjutan adalah tidak ada gunanya memperoleh untung besar
dalam jangka pendek apabila sesudahnya akan menimbulkan kerugian jangka
Panjang (Damanik dan Weber, 2006).
Pembangunan pariwisata berkelanjutan haruslah memanfaatkan sumber
daya alam secara optimal sesuai daya dukung sehingga tidak menimbulkan
kerusakan, menghormati sosial budaya masyarakat setempat, memastikan manfaat
ekonomi yang berkelanjutan. Pembangunan ekonomi yang berbasis sumber daya
alam yang tidak memperhatikan aspek kelestarian lingkungan pada akhirnya akan
berdampak negatif pada lingkungan itu sendiri, karena pada dasarnya sumber
dayaalam dan lingkungan memiliki kapasitas daya dukung yang
terbatas.Padahakekatnya terdapat empat bidang pokok yang dipengaruhi oleh
usahapengembangan pariwisata berkelanjutan adalah kondisi ekonomi, sosial,
budayadan lingkungan hidup.Alasan utama pembangunan ekonomi harus
berkelanjutan adalah yangpertama menyangkut alasan moral.
Generasi kini menikmati barang dan jasa yangdihasilkan dari sumber daya
alam dan lingkungan sehingga secara moral perluuntuk memperhatikan
ketersediaan sumber daya alam tersebut untuk generasimendatang. Kewajiban
moral tersebut mencakup tidak menggunakan sumber dayaalam yang dapat
merusak lingkungan, yang dapat menghilangkan kesempatanbagi generasi
mendatang untuk memperoleh manfaat dari sumber daya tersebut.Kedua yaitu
alasan ekologi, Keanekaragaman hayati memiliki nilai ekologi yangsangat tinggi,
oleh karena itu aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan padakegiatan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan semata yang padaakhirnya dapat
mengancam fungsi ekologi. Faktor ketiga, yang menjadi alasanperlunya
memperhatiakan aspek keberlanjutan adalah alasan ekonomi. Alasan darisisi
ekonomi memang masih terjadi perdebatan karena tidak diketahui apakahaktivitas
ekonomi selama ini sudah atau belum memenuhi kriteria keberlanjutan,seperti kita
ketahui, bahwa dimensi ekonomi berkelanjutan sendiri cukupkompleks, sehingga
sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanyadibatasi pada pengukuran
kesejahteraan antargenerasi (Fauzi, 2004).
17

Berdasarkan kesimpulan dari uraian diatas pembangunan


pariwisataberkelanjutan adalah upaya mengolah dan memanfaatkan sumber daya
yangdidasarkan pada kebutuhan sumber daya untuk masa yang akan datang.
Sesuaidengan prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu memenuhi kebutuhan
sekarangtanpa mengorbankan pemenuhan generasi yang akan datang.
Pemanfaatan sumberdaya harus dilakukan secara optimal tanpa menimbulkan
berbagai kerusakan baikdari segi kualitas maupun kuantitas.
Keberhasilan pembangunan pariwisataditentukan dari adanya kebijakan
dalam pengolahan wisata yang baik sertakeikutsertaan masyarakat lokal dalam
melindungi kualitas lingkungan.

D. Kondisi Sosial Ekonomi dan Masyarakat


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu
yang berkenaan dengan masyarakat. Manusia disebut sebagai makhluk sosial
dimana manusia tidak akan mampu hidup tanpa bantuan orang lain. Hal ini
menunjukan bahwa manusia dapat mempengaruhi kondisi sosial seseorang di
suatu lingkungan tertentu melalui interaksi sosial.
Secara etimologi ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yakni oikos yang artinya
rumah tangga dan nomos yang artinya mengatur. Jadi ekonomi memiliki definisi
sebagai cara mengatur rumah tangga. Ekonomi juga sering dikaitkan dengan
bagaimana cara manusia dalam memenuhi keutuhan hidupnya sehari-hari.
Menurut Sumardi dan Evers (2001) (dalam Basrowi dan Juariyah, 2010)
menyatakan bahwa kondisi ekonomi adalah suatu kedudukan yang secara rasional
dan menetapkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian
posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus
dimainkan oleh si pembawa status. Indikator yang termasuk dalam kondisi
ekonomi mencakup berbagai hal yang berkaitan erat dengan pemenuhan
kebutuhan seperti pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, kesehatan, kepemilikan
aset, kredit(pinjaman).
Kondisi sosial ekonomi menurut Sastropradja (2000) (dalam Basrowi dan
Juariyah, 2010) adalah keadaan atau kedudukan seseorang dalam masyarakat
18

sekelilingnya. Kondisi sosial ekonomi masyarakat ditandai adanya saling kenal


mengenal antar satu dengan yang lain, paguyuban, sifat kegotong-royongan dan
kekeluargaan.
Keberadaan objek wisata Puncak lakude akan memberikan dampak kepada
masyarakat di Desa Masalili Kecamatan Kontunaga salah satunya ialah dilihat
dari perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar semenjak wisata
tersebut ada.
Dengan demikian kondisi sosial ekonomi posisi seseorang dalam suatu
lingkungan ditentukan oleh aspek ekonomi seperti pekerjaan, pendapatan dan
pendidikan.Pendidikan merupakan salah satu bentuk dari investasi modal
manusia. Oleh sebab itu pendidikan dianggap sebagai dasar dalam keberhasilan
pembangunan ekonomi nasional. Tingkat pendidikan memiliki peran penting
dalam penentuan kualitas sumber daya manusia yang digunakan sebagai acuan
dalam menentukan jenis pekerjaan dan pendapatan yang diperoleh manusia.Dalam
aspek sosial pendidikan memiliki peranan dalam membina kepribadianseseorang
agar mampu berinteraksi sosial dengan baik. Oleh karena itu,pendidikan dan
pelatihan yang dimiliki seseorang dapat menjadi nilai tambahbagi seseorang.

1. Pariwisata Terhadap Kegiatan Ekonomi Masyarakat Secara Umum


Kegiatan ekonomi merupakan suatu kegiatan seseorangatau masyarakat
untuk memproduksi atau mengkonsumsi barang dan jasa untukmemenuhi
kebutuhan hidupnya. Wisatawan yang datang berkunjung pada suatuNegara atau
Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan sumber pendapatan(income generation)
dan sekaligus juga berfungsi sebagai alat pemerataan(redistribution of income)
bagi penduduk suatu Negara, sedikitnya bagi orang-orang dalam bisnis pariwisata
di DTW yang dikunjungi (Yoeti, 2008).
Ismiyanti (2011) juga mengungkapkan bahwa salah satu kontribusi
terhadap masyarakatyaitu menghasilkan pendapatan bagi masyarakat. Adanya
transaksi antarawisatawan dengan masyarakat sekitar objek wisata dalam bentuk
barang atau jasaakan menghasilkan suatu pendapatan bagi pemilik barang atau
jasa.
19

Sektor pariwisata memiliki keterkaitan erat dengan wisatawan


sehinggadampak positif yang ditimbulkan oleh sektor pariwisata berasal dari
jumlahkunjungan wisatawan, pengeluaran wisatawan baik wisatawan asing
maupunwisatawan domestik, investasi yang dilakukan oleh industri pariwisata
sertapengeluaran pemerintah di sektor pariwisata. Pariwisata memiliki peran
pentingsebagai sumber pekerjaan dan diakui oleh sebagian besar negara di
dunia.Pariwisata merupakan industri yang padat karya karena tenaga kerja sulit
digantidengan modal atau peralatan. Keberadaan objek wisata di suatu daerah
dapatmembantu mengurangi permasalahan terkait dengan penggangguran
karenaadanya peluang kesempatan kerja baru.Sedangkan dampak yang
ditimbulkan oleh pariwisata dikelompokanmenjadi tiga kategori yaitu efek
langsung, efek tidak langsung dan efekinduksi. Misalnya saja, efek langsung yang
diterima tersebut merupakan hasil daripengeluaran wisatawan.
Menurut Murdiastutui, dkk (2014) dampak secaralangsung tersebut yakni
dapat membuka lapangan kerja untuk komunitas lokal,baik sebagai pegawai
bagian kebersihan, keamanan, ataupun yang lainnya yangsesuai dengan
kemampuan, skill, dari masyarakat sekitar yang bisa dipergunakanoleh pihak
pengelola wisata, atau dengan berjualan,seperti : makanan, minuman,atau voucher
hp disekitar objek wisata sehingga masyarakat lokal bisamendapatkan
peningkatan taraf hidup layak. Selain untuk masyarakat lokal,dampak ekonomi
juga akan berpengaruh bagi pemerintah daerah yang akanmendapatkan
pendapatan dari pajak.

2. Dampak Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat


Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan
pengaruhyang dapat timbul karena suatu akibat (baik positif atau negatif). Secara
ekonomimemiliki makna yakni pengaruh suatu pelaksanaan terhadap
kondisiperekonomian di suatu Negara.
Dampak merupakan perubahan yang terjadidilingkungan karena adanya
aktifitas manusia (Suratmo, 2004). Dampak dalamsuatu proyek pembangunan di
20

Negara berkembang utamanya pada aspek sosialmemiliki komponen-komponen


sebagai indikator sosial ekonomi diantaranya: (a) Peningkatan income
masyarakat. (b) kesehatan masyarakat (c) Pertambahan penduduk (d) Penyerapan
tenaga kerja (e) Perkembangan struktur ekonomi yang ditandai adanya aktifitas
perekonomianakibat proyek yang dilakukan seperti warung, restoran, transportasi,
toko danlain sebagainya.
Dalam krisis ekonomi,sektor pariwisata diharapkan berperan
sebagaipenyelamat ekonomi karena mampu menghasilkan pendapatan yang cukup
tinggi.Pariwisata memiliki efek pengganda (multiplier effect) yang tinggi
dibandingkandengan sektor-sektor lainnya.Keberlanjutan kegiatan wisata di suatu
daerahsangat dipengaruhi oleh kelangsungan hidup perekonomiannya. Oleh
karena ituperlu adanya wawasan tentang pengelolaan sumber daya yang
menghasilkanmanfaat ekonomi secara langsung bagi masyarakat sekitar, yaitu
pertumbuhanekonomi yang dinikmati oleh masyarakat (Mulyaningrum, 2005).
Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang strategis
danmenimbulkan dampak berganda (multiplier effect) baik efek secara langsung,
efektidak langsung dan efek induksi menurut Pitana (dalam Murdiastuti dkk,
2014).
Dimana efek tidak langsung dan efek lanjutan termasuk efek sekunder,
sedangkanefek tidak langsung merupakan efek primer. Dampak total ekonomi
pariwisataadalah keseluruhan jumlah dari pengaruh yang terjadi secara langsung
atau tidak,dan dapat di ukur sebagai pengeluaran bruto atau penjualan,
penghasilan,penempatan tenaga kerja dan nilai tambah. Misalnya saja, efek
langsung yangditerima tersebut merupakan hasil dari pengeluaran wisatawan
untuk biayaakomodasi, makanan dan lain sebagainya. Sedangkan efek tidak
langsung dapatditimbulkan dari adanya efek langsung itu sendiri, dimana
permintaan ataswisatawan dalam berbagai produk penunjang aktifitas berwisata
dapatmenimbulkan permintaan terhadap input (bahan baku dan tenaga kerja)
darisektor lain.
Jika pada sektor tersebut mempekerjakan tenaga kerja warga sekitar,maka
pengeluaran dari tenaga kerja tersebut dianggap sebagai dampak lanjutan.Dalam
21

dunia pariwisata penduduk memiliki keterkaitan yang erat dengankondisi


lingkungan sekitar karena mereka terlibat dengan berbagai aktifitasdidalamnya.
Masyarakat sekitar memiliki peranan penting dalam keberlajutan
danpengembangan objek wisata.Sehingga apabila kebijakan yang diambil tidak
tepatmaka hal tersebut dapat merusak kondisi lingkungan atau bahkan
menimbulkandampak buruk bagi sektor lain. Oleh karena itu dalam kegiatan
mengembangkanwisata di suatu daerah harus didasarkan pada prinsip
pembangunan berkelanjutan. Selain dapat merasakan manfaat yang ditimbulkan
dari keberadaan wisata padamasa sekarang, masyarakat juga tidak akan
kehilangan manfaat tersebut untukjangka waktu yang panjang.
Selain itu apabila wisata dikelola dengan baik makahal tersebut dapat
mendatangkan keuntungan yang luar biasa.Dalam dunia industri terutama industi
kepariwisataan dibutuhkan adanyasebuah inovasi baik dari segi fasilitas, layanan
serta promosi dalam pengelolaandan pengembangan wisata. Mengingat sektor
pariwisata memiliki peluangkeuntungan yang menjanjikan maka tidak dapat
dipungkiri bahwa persaingan disektor wisata pada saat ini tumbuh sangat pesat.
Daya tarik wisata pada daerah tujuan wisata tertentu akan menjadi daya saing
apabila daerah tujuan wisatatersebut lebih baik dibandingkan daerah tujuan wisata
lainnya.

3.Dampak Pariwisata Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat


Menurut Spillane (dalam Murdiastuti dkk, 2014) menyatakan
bahwaperanan pariwisata dalam pembangunan secara garis besar berintikan tiga
segi,yaitu yang pertama segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), kedua segi
sosial(penciptaan lapangan kerja), dan ketiga segi kebudayaan
(memperkenalkanbudaya kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Sesuai dengan
teori tersebut,dampak sosial yang ditimbukan oleh pariwisata salah satunya adalah
perubahanpada jenis pekerjaan masyarakat sekitar.
Dampak sosial yang ditimbulkan oleh industri pariwisata ialah
berkaitandengan penciptaan lapangan pekerjaan, pendidikan. Pendidikan
22

merupakan upayadalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya


manusia guna meningkatkan kesejahteraan.
Menurut Herbison dan Myers (dalam Fadjri, 2000) mengungkapkan
bahwa pembangunan sumber daya manusia berarti perlunya peningkatan
pengetahuan, keterampilan, kemampuan yang dimiliki oleh semuaorang.Pada
dasarnya, kualitas sumber daya manusia memiliki pengaruh yangbesar terhadap
keberhasilan suatu pembangunan.
Semakin tinggi pendidikan yangditempuh seserang maka kemampuan
serta keterampilan yang dimiliki punsemakin tinggi. Keberadaan objek wisata
dapat mendorong masyarakat untuklebih mengerti tentang pentingnya pendidikan
bagi kehidupan. Misalnya sajabanyaknya kunjungan wisatawan domestik maupun
manca negara yangmembutuhkan tour guide maka mau tidak mau masyarakat
harus terlibat dalamaktifitas tersebut sehingga dalam hal ini masyarakat dituntut
untuk belajar danmemiliki pengetahuan yang luas. Belajar dalam hal dunia
pariwisata tidak hanya semata-mata diperoleh melalui pendidikan formal,
melainkan bisa diperoleh melalui pelatihan, seminar dan pemberdayaan sumber
daya manusia lainnya. Selain itu meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap
pentingnya pendidikan akan bepengaruh terhadap kualitas anak.
Karena tinggi rendahnya tingkat pendidikan anak juga dipengaruhi oleh
pola pikir orang tua yangmenerapkan prinsip bahwa pendidikan itu penting dalam
upaya mengembangkankualitas serta merubah tingkat kesejahteraan seseorang.
Melalui pendidikanmasyarakat dapat bertindak secara rasional dalam mengambil
setiap keputusan,terlebih bagi mereka yang memiliki peran penting dalam setiap
aktivitaskepariwisataan.Dampak dari pariwisata selain berpengaruh terhadap
pendidikan jugadapat berpengaruh terhadap penciptaan lapangan pekerjaan.
Banyaknya kunjungan wisatawan yang berasal dari berbagai daerah dan budaya
yang berbeda,hal tersebut akan berdampak kepada kondisi sosial masyarakat
sekitar. Banyaknya permintaan wisatawan terhadap barang dan jasa penunjang
wisata dapat mendorong suatu wilayah untuk mengurangi tingkat pengangguran
melaluipenciptaan lapangan pekerjaan yang secara langsung ditimbulkan oleh
adanya aktivitas wisata. Oleh karena itu, masyarakat sekitar dapat memanfaatkan
23

peluangyang ada yaitu untuk berjualan maupun menawarkan jasa sewa


penunjangaktivitas wisata. Perubahan aktivitas masyarakat sekitar akan
berpengaruh terhdappeningkatan pendapatan keluarga yang akan berdampak pada
tingkat kesejahteraan.

E. Penelitian yang Relevan


Bangsa Indonesia memiliki keberagaman budaya dan adat istiadat daerah
yang berbeda. Begitupun juga di daerah Sulawesi Tengah yang mempunyai
banyak suku bangsa yang mana dengan sendirinya banyak mempunyai ciri khas
budaya, salah satunya adalah “puncak Lakude Sebagai wisata Alam dan
Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Sosial Masyarakat di Desa
Masalili Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna. Penelitian mengenai tradisi ini
belum pernah dilakukan sama sekali, namun ada penelitian yang membahas hal
serupa, diantaranya penelitian dari Partiwi (2020) Tentang Analisis Pengelolaan
Objek Wisata Puncak Cemara Kota Sawahlunto. Hasil penelitian ini menguraikan
bahwa Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengelolaan objek wisata puncak
cemara Kota Sawahlunto masih belum maksimal dikarenakan sumber daya
manusia nya yang belum sesuai dengan kualitas dan keahlian dalam melakukan
pengelolaan serta pengembangan terhadap objek wisata puncak cemara. Hal ini
berdasarkan empat indikator yang meliputi: perencanaan, penyusunan program,
pengembangan dan pengelolaan destinasi, dan industri pariwisata yang merupakan
tugas dan fungsi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sawahlunto
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 31 Tahun 2016.
Molo, dkk (2020) dengan penelitianya tentang Potensi Objek Daya Tarik
Wisata Alam Puncak Tinabung di Desa Bissoloro Kecamatan Bongaya Kabupaten
Gowa. Hasil penelitiannya menyimpulkan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa Potensi wisata yang ditawarkan oleh kawasan
Puncak Tinambung adalah berupa flora dan fauna, panorama alam yang indah,
camping ground, dan tracking. Selain sebagai salah satu daerah tujuan wisata
alam, Puncak Tinambung juga dapat dijadikan sebagai salah satu upaya dalam
melakukan pendidikan konservasi bagi para pelajar dan cocok dijadikan sebagai
24

lokasi penelitian terkait flora dan fauna. Puncak Tinambung memiliki potensi
wisata alam yang layak dikembangkan dengan persentasi kelayakan diatas 60%
yaitu sebesar 77,84%. Hal ini dikarenakan kawasan Puncak Tinambung memiliki
daya tarik berupa flora dan keindahan alam, aksesibilitas, akomodasi, serta sarana
dan prasarana penunjang yang mendukung sehingga layak dikembangkan.
Ramadanti (2019) penelitianya tentang Dampak Keberadaan Objek Wisata
Hutan Pinus Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Di Wisata Hutan
Pinus Desa Sumberbulu. Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa keberadaan
objek wisata Hutan Pinus memberikan dampak terhadap kondisi sosial dan
ekonomi masyarakat Desa Sumberbulu Kecamatan Songgon Kabupaten
Banyuwangi yaitu sebagai berikut: (1) Dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas
wisata terhadap kondisi ekonomi masyarakat sekitar ialah positif. Banyaknya
kunjungan wisatawan ke objek wisata Hutan Pinus dapat menciptakan peluang
usaha bagi masyarakat sekitar. Sebagian besar masyarakat mengalami
peningkatan penghasilan melalui beberapa biaya yang dikeluarkan oleh
wisatawan. (2) Dampak pariwisata terhadap jenis pekerjaan juga dialami oleh
masyarakat sekitar objek wisata Hutan Pinus. Sebelum terjadi pengembangan
objek wisata Hutan Pinus sebagian besar masyarakat bekerja sebagai petani dan
beberapa orang tidak memiliki pekerjaan. Namun setelah dilakukan
pengembangan objek wisata Hutan Pinus terjadi perubahan dari jenis pekerjaan
penduduk sekitar. Sebagian masyarakat bekerja di sektor pariwisata seperti
karyawan pengelola wisata, pedagang dan penyedia jasa penginapan homestay.
Dampak pariwisata terhadap pendidikan di Desa Sumberbulu setelah ada
pengembangan objek wisata Hutan Pinus, terjadi peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya pendidikan untuk meningkatkan kualitas
seseorang dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan. Hal tersebut dibuktikan
melalui banyaknya jumlah anak dari para pelaku usaha wisata yang melanjutkan
pendidikan hingga ke perguruan tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menggambarkan dan dapat
meberikan motivasi peneliti untuk mengungkap kembali tentang puncak Lakude
Sebagai wisata Alam dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi
25

Sosial Masyarakat di Desa Masalili Kecamatan Kontunaga Kabupaten Muna.


Yang menjadi dasar utama peneliti di Pulau Muna adalah untuk mengungkap
tentang Puncak Lakude Sebagai wisata Alam dan Pengaruhnya Terhadap
Kehidupan Sosial Ekonomi Sosial Masyarakat di Desa Masalili Kecamatan
Kontunaga Kabupaten Muna.
Dalam proses pengaruh tempat wisata tersirat suatu makna yang
berhubungan erat dengan falsafah hidup yang dapat dijadikan sebagai acuan
dalam kehidupan, karena di dalam pengembangan ini mengandung nilai budaya
dan nilai religius dan terutama pada alat-alat yang digunakan dalam proses
pembangunan wisata ini. Sehingga puncak wisata ini perlu dilakukan penelitian
guna memperkenalkan nilai-nilai tersebut kepada masyarakat luas dan khususnya
para generasi muda.
26

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini bertempat di Desa Masalili Kecamatan Kontunaga
Kabupaten Muna. Adapun waktu penelitianya dilaksanakan pada Bulan
September-Oktober 2021.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Adapun jenis penelitian ini adalah sejarah yang bersifat deskriptif
kualitatif, maka data-data yang diperoleh berdasarkan informasi atau dari objek
yang berdasarkan fakta yang diperoleh dilapangan atau di lokasi penelitian.

Dalam penelitian ini, menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan


struktural adalah suatu pendekatan yang melihat proses sejarah sebagai satu
kesatuan yang terdiri atas sub-sub kesatuan yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Proses sejarah berlangsung sesuai peran dan fungsi dari masing-
masing subkesatuan dalam kesatuan struktur (sifatnya struktural). Pendekatan
struktural mengabaikan peristiwa dalam penjelasan sejarah, dengan pengertian
bahwa struktur sangat domain (ketat) dalam penjelasan sejarah, karena itu
dinamkan struktur ketat. Unsur-unsur penting dalam struktur sejarah bisa struktur
sosial, geografi, ekonomi, budaya, politik, dan agama (Hadara, 2018: 26).

Dengan demikian alasan penulis menggunakan pendekatan struktural


dalam penelitian ini adalah karena dalam pendekatan struktural terjadi perulangan
sejarah dan unsur-unsur yang dibahas salah satunya adalah budaya sebagaimana
dengan kebudayaan yang ada dimasyarakat yang selalu berulang dan masih
dilaksanakan secara turun-temurun.

C. Sumber Data Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan tiga kategori sumber data penelitian
yaitu sebagai berikut:
27

1. Sumber Lisan, yaitu data yang diperoleh melalui studi lisan (hasil wawancara)
dengan tujuh informan yang merupakan tokoh adat, tokoh masyarakat, dan
pegawai pariwisata setempat yang dianggap banyak mengetahui tentang system
pertanian tradisional.
2. Sumber tertulis, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk buku, arsip, skripsi
serta laporan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sumber-
sumber tersebut diperoleh di perpustakaan Universitas Halu Oleo, dan
perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, serta Kantor Kecamatan
Kontunaka dan Perpustakaan Dinas Pariwisata Kabupten Muna.
3. Sumber visual (benda-benda, peralatan dan kegiatan) yaitu data yang diperoleh
melalui hasil pengamatan langsung terhadap alat-alat dan tata cara pelaksanaan
pembanguna tempat wisata.
D. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah


menurut Sjamsuddin (2007: 85) dengan prosedur penelitian yang terdiri dari tiga
tahap yaitu Heuristik, Kritik Sumber, dan Historiografi. Adapun tahap-tahap
penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Heuristik

Tahap ini merupakan langkah awal dalam melakukan kegiatan mencari


dan mengumpulkan sumber yang relevan dengan pokok permasalahan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan sumber-sumber data
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan, yaitu kegiatan peneliti dalam memperoleh data dengan


mengkaji buku-buku maupun skripsi yang berhubngan dengan penelitian.
b. Wawancara, yaitu kegiatan pengumpulan data melalui tanya jawab secara
langsung kepada berbagai informan yang dianggap layak dan banyak
mengetahui tentang permasalahan yang diteliti. Adapun pihak-pihak yang
diwawancarai adalah tokoh adat, tokoh masyarakat, dan pegawai dinas
pariwisata.
28

c. Pengamatan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara


langsung terhadap objek yang diteliti.
d. Studi Dokumen, yaitu pengumpulan data dengan mencari arsip atau laporan-
laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.

E. Kritik Sumber
Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai
kebenaran atau keakuratan dari sumber yang telah didapatkan. Dalam metode
sejarah kritik dibagi menjadi kritik eksternal dan kritik internal.

a. Kritik Eksternal

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap


aspek luar dari sumber sejarah. Aspek eksternal dari suatu sumber adalah
berkaitan dengan apakah sumber tersebut memnag merupakan sumber yang
benar-benar kita butuhkan atau tidak. Kritik eksternal merupakan suatu
pemeriksaan atas suatu catatan atau peninggalan untuk mendapatkan informasi
dan untuk mengetahui keaslian suatu sumber.

b. Kritik Internal
Kritik internal adalah kritik yang menekankan pada isi sumber. Kritik ini
dilakukan untuk menilai kredibilitas (kebenaran) isi sumber data yang didapatkan,
dengan cara membandingkan antara bukti yang didapatkan dilapangan dengan
bukti-bukti lain dari hasil pengamatan, wawancara, dan studi dokumen.

Menguji kredibilitas sumber terkait dengan kontent/isi misalnya, latar


belakang penulis, memahami isi teks.

F. Historiografi
Historiografi merupakan tahap akhir dari seluruh rangkaian kegiatan
penelitian yang dilakukan untuk menyusun dan mendeskripsikan sebuah kisah
sejarah dalam bentuk karya tulis ilmiah secara sistematis berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh, serta lolos dari kritik dan interpretasi sehingga menjadi
sebuah karya tulis yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
29

Menurut Sjamsuddin (2007: 155) tahap-tahap dalam penulisan sejarah


antara lain adalah sebagai berikut:

a. Interpretasi
Interpretasi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penulis sehingga
kecenderungan untuk memasukkan ide-ide, gagasan, dan pikiran penulis. Semua
data yang telah diperoleh kemudian saling dihubungkan satu sama lain sehingga
didapatkan suatu fakta sejarah yang dapat dipercayai kebenarannya secara ilmiah.
Penafsiran data penting untuk memberikan arti dan makna agar memperoleh
kesimpulan akhir yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

b. Eksplanasi
Eksplanasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan setelah dilakukannya
penafsiran yaitu penjelasan. Penjelasan ini dimaksudkan peneliti harus dapat
menjelaskan sumber-sumber yang berhubungan dengan pokok-pokok masalah
penelitian.

c. Ekspose
Setelah penafsiran dan penjelasan sumber dilakukan, maka tahap berikut
adalah tahap penyajian, dimana peneliti menulis suatu karya sejarah berdasarkan
interpretasi dan eksplanasi sesuai permasalahan.
30

DAFTAR PUSTAKA
Abdulgani, Roeslan. 1967. Penggunaan Ilmu Sejarah. Bandung: Prapantja.

Abdullah Enan, Ibnu Khaldun: His Life and Work (New Delhi: Kitab Bhavan)

Arif, Muhammad. 2011. Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama Widya.

Basrowi dan Juariyah. 2010. Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat
Pendidikan Masyarakat Desa Srigading, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Volume
Nomor 1 April 2010.
Damanik, J dan Weber, H.F. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari teori ke aplikasi.
Yogyakarta: Andi.
Fadjri, P.A. 2000. Analisis Kualitas Sumber Daya Alam Manusia Menurut Kota di
Indonesia. Warta Demokrafi.
Fauzi.A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Hadara, Ali. 2018. Prosedur dan Pendekatan Penelitian dan Penulisan Sejarah
(Bahan Ajar Metodologi Sejarah Jurusan Pendidikan Sejarah FKIP
Dan JurusanIlmu Sejarah FIB). Kendari: Universitas Halu Oleo.
Hariyono. 1995. Mempelajari Sejarah Secara Efektif. Jakarta: Dunia Pustaka
Jaya.

Hutabarat, R.V. 1992. Pengaruh Pengembangan Pariwisata pada Perekonomian


Indonesia: Suatu Pendekatan Model I-O dan SAM. Disertasi. Sekolah
Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ismiyanti. 2011. Pengantar Pariwisata. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia

Kartodirdjo, Sartono. 2002. Teori Sejarah dan Masalah Hinstoriografi.


Jakarta: Gramedia.
Molo, dkk. 2020. Potensi Objek Daya Tarik Wisata Alam Puncak
Tinabung di Desa Bissoloro Kecamatan Bongaya Kabupaten
Gowa. Jurnal Penelitian Kehutanan Bonita. Volume (2).
Mulyaningrum. 2005. Eksternalitas Ekonomi dalam Pembangunan
Wisata Alam Berkelanjutan. Studi Kasus Kawasan Wisata Alam
Baturaden Purwokerto, Kabupaten Banyumas Propinsi Jawa
Tengah. Jurnal Penelitian UNIB, Vol. XI. No. 1. Bengkulu:
Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu.
31

Murdiastuti, Rohman dan Suji. 2014. Kebijakan Pengembangan


Pariwisata Berbasis Democratic Governance. Surabaya:
Pustaka Radja.
Partiwi. 2020. Analisis Pengelolaan Objek Wisata Puncak Cemara Kota
Sawahlunto. Skripsi. Universitas Sultan Syarif Kasim Riau.
Ramadanti. 2019. Dampak Keberadaan Objek Wisata Hutan Pinus
Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pelaku Usaha Di Wisata
Hutan Pinus Desa Sumberbulu. Skripsi. Universitas Jamber.

Rantetadung. 2012. Pengaruh Dukungan Pemerintah Dan Kunjungan Wisatawan


Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Nabire. Jurnal
Agroforestri Vii Nomor 1 Maret 2012
Salim, Emil. 2010. Konsep Ekonomi Pembangunan Berkelanjutan. Jakarta.

Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta:


Ombak

Suratmo, F. Gunawan. 2004. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suryana. 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan. Jakarta:
Salemba Empat
Suwantoro, Gamal. 2004. Dasar-dasar Pariwisata.Yogyakarta: Andi

Syaiful Akbar, Manusia dan Pendidikan menurut pemikiran Ibnu Khaldun dan
John Dewey (Banda Aceh, Jurnal Ilmiah Didaktika Vol. 15 No.2

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta:


Erlangga
Toynbee. Tamburaka 1999. Pengantar ilmu sejarah, teori filsafat sejarah, sejarah
filsafat dan iptek. Surabaya: Rineka cipta.

Yoeti, O.A. 1982. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa

Anda mungkin juga menyukai