Anda di halaman 1dari 45

i

PEMODELAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT UNTUK


PENGELOLAAN OBYEK WISATA DI KECAMATAN TELUK PANDAN
KABUPATEN PESAWARAN

(Proposal)

Disusun Oleh :
Nindita Naflah Rizka Santoso
(1853034001)

Pembimbing I : Drs. Yarmaidi, M.Si.


Pembimbing II : Dedy Miswar, S.Si., M.Pd.
Pembahas : Drs. Zulkarnain, M.Si.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PENDIDIKAN GEOGRAFI
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL.................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................. 11
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................... 11
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................... 11
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 12

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Landasan Teori......................................................................................... 13
2.2 Penelitian Relevan.................................................................................... 29
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ........................................................................ 30

III. METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Metode Penelitian .................................................................................... 31
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 31
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 34
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................... 34
3.5 Variabel Penelitian ................................................................................... 35
3.6 Definisi Oprasional Variabel ................................................................... 35
3.7 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 37
3.8 Teknik Analisis Data................................................................................ 38

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 40


ii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Jenis Kelamin dan KK ....... 7
Tabel 2. Objek Wisata di Kecamatan Teluk Pandan ................................................9
Tabel 3. Penelitian Relevan................................................................................... 29
iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................... 30


Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................... 32
Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian ......................................................................... 33
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara terluas ke dua di asia dan ke tujuh di dunia, dan juga
merupakan negara kepulauan terluas di dunia yang memiliki luas daratan 1/3
bagian dan lautan 2/3 bagian dari luas keseluruhan.Sebagai negara kepulauan,
Indonesia memiliki beribu pulau dengan laut yang luas sehingga sangat
memungkinkan untuk memiliki potensi wisata alam yang banyak dan beraneka
ragam. Salah satu jenis wisata yang dimilik Indonesia adalah wisata Bahari.

Sektor pariwisata mempunyai nilai penting dan kontribusi dengan dimensi yang
luas, baik secara ekonomi, sosial politik, budaya, kewilayahan dan lingkungan.
Secara ekonomi, memberikan kontribusi nyata dalam perolehan devisa negara,
pendapatan asli daerah dan juga penyerapan tenaga kerja pada usaha-usaha
kepariwisataan. Pengembangan sektor pariwisata secara langsung dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat terutama masyarakat lokal pada masing-
masing destinasi wisata. Secara sosial politik, pengembangan pariwisata bahari
bagi perjalanan wisata nusantara, dapat menumbuhkan dan memperkuat rasa cinta
tanah air, serta persatuan dan kesatuan bangsa.

Secara kewilayahan, kepariwisataan Indonesia memiliki karakter multisektor dan


lintas regional secara konkret akan mendorong pembangunan infrastruktur dan
fasilitas kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang akan menggerakkan arus
investasi dan pengembangan wilayah (RPJMN Sektor Pariwisata 2015 – 2019,
2014: ). Pembangunan pariwisata diharapkan mampu memberikan kesempatan
bagi seluruh masyarakat di sekitar destinasi untuk berusaha dan bekerja sehingga
mampu memberi andil besar dalam meningkatkan perekonomian dan
penghapusan kemiskinan.
2

Untuk mencapai target yang diinginkan tersebut perlu dukungan dari berbagai
pihak baik pemerintah (pusat dan daerah) maupun swasta. Setiap provinsi
diharapkan dapat meningkatkan performa potensi pariwisatanya sehingga
meningkatkan keinginan wisatawan untuk berkunjung dan berkunjung dan
berkunjung kembali. Pengembangan Kepariwisataan Nasional harus tetap
menjunjung ciri khas bangsa Indonesia khususnya potensi alam, budaya dan
kearifan lokal masyarakat setempat. Norma-norma agama dan nilai-nilai budaya
dalam setiap segi kehidupan akan mewarnai pengembangan kepariwisataan
nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang kondusif terhadap ideologi,
politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Pengembangan
wilayah juga harus mengacu pada potensi wilayah baik potensi wisata (wisata
alam dan budaya) maupun produk kreatif hasil kreativitas masyarakat.

Provinsi Lampung memiliki potensi wisata bahari di kawasan pesisir Teluk


Lampung yang terletak di pesisir selatan sangat berpotensi untuk dijadikan
sebagai daerah tujuan wisata unggulan di Lampung, hal ini didukung oleh kondisi
geografisnya berupa tanjung dan teluk dengan kondisi ombak yang tidak besar
dan cenderung ramah atau tenang sehingga sangat aman untuk melakukan
aktivitas wisata bahari, ditambah lagi dengan pasirnya yang berwarna putih.
Sementara itu potensi atraksi wisatanya juga mendukung dengan kondisi
pantainya yang landai, atraksi ikan lumba-lumba, terumbu karang, dan atraksi
lainnya baik yang alam maupun buatan sebagai pendukungnya.

Sampai sekarang wilayah ini masih menjadi tujuan utama bagi wisatawan lokal
dan domestik yang ingin menikmati suasana pantai. Selain itu keletakan lokasi ini
merupakan wilayah yang menjadi jalur perlintasan dan tempat istirahat bagi orang
yang ingin mengunjungi berbagai wilayah di Sumatera melalui jalur darat dari
arah selatan (Pelabuhan Kapal Bakauheni, Lampung Selatan). Keletakan Provinsi
Lampung yang sangat dekat dengan pulau Jawa terutama Jakarta dan kota-kota di
sekitarnya menyebabkan daya tarik wisata yang ada di Provinsi Lampung
dimasukkan dalam target tujuan wisata mereka.
3

Potensi wisata di Kabupaten Pesawaran didominasi oleh obyek wisata alam


terutama Wisata Pantai dan Pulau-Pulau Kecil dengan keindahan bawah lautnya
yang memiliki kesesuaian dengan topografi dan iklim kawasan ini. Berdasarkan
pertimbangan aksesibilitas jalur jalan utama dan sumberdaya tarik wisata
unggulan yang membentuk tema produk wisata kawasan. Pariwisata diposisikan
sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan nasional Indonesia. Saat ini
dan pada masa-masa mendatang, pariwisata diharapkan dapat memberikan
kontribusi terbesar terhadap peningkatan devisa negara dalam upaya pemerintah
mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Salah satu upaya yang dilakukan sektor pariwisata adalah terus meningkatkan
kinerjanya dengan meperkuat jejaring yang telah ada dan meningkatkan daya
saing usaha pariwisata Indonesia (Astuti, 2008: 89). Meskipun memberikan
manfaat yang besar bagi perkembangan kesejahteraan masyarakat di dunia,
pembangunan pariwisata juga sering disebut sebagai salah satu sumber kerusakan
lingkungan utama, ketika pembangunan pariwisata tersebut membutuhkan
penyediaan infrastruktur yang harus merusak alam sebagaimana yang disebutkan
dalam laporan World Tourism Organization tahun 1996. Banyak kasus di
beberapa daerah, pembangunan resort dan hotel harus menghancurkan pantai, laut,
hutan dan berbagai ekosistem lainnya yang sudah ada dan tumbuh sebelumnya.

Keramaian wisatawan juga memberikan dampak perubahan perilaku binatang


yang ditunjukkan dengan tingkah agresif yang seringkali membahayakan.
Munculnya kawasan kumuh juga menjadi dampak negatif lainnya yang
ditimbulkan oleh pariwisata selain masalah perubahan nilai-nilai budaya lokal
akibat masuknya budaya asing. Makin berkembangnya pariwisata di Indonesia
juga menyisakan banyak kekuatiran, ketika dirasakan pengembangan pariwisata
saat ini lebih didominasi oleh nilai-nilai ekonomi dan estetika terkait dengan
pengembangan industri, dibandingkan pengembangan nilai-nilai etika budaya,
sosial dan kearifan lingkungan dari masyarakat.
4

Sebaliknya pemerintah belum menempatkan tolok ukur keberhasilan pariwisata


dari sisi kesejahteraan, partisipasi dan kepuasan masyarakat yang langsung
bersentuhan langsung dengan wisatawan. Masyarakat lokal yang seharusnya
menjadi subyek utama di dalam pengelolaan pariwisata, justru menjadi obyek
penderita yang diatur dengan berbagai bentuk pengekangan atas nama kepuasan
pengunjung. Mengingat hakekat pariwisata itu sendiri lebih luas dari hanya
sekedar indikator ekonomi, sudah selayaknya perlu dilakukan interpretasi
terhadap kepariwisataan sehingga tidak dimonopoli hanya pada relasi ekonomi
semata. Dengan adanya interpretasi tersebut nantinya pariwisata akan tampil
dengan lebih dinamis dengan ciri-ciri pertumbuhan, globalisasi, integrasi, the
dialogue between cultures, multidisiplin, sensitivitas dan daya pulih yang
merupakan intisari prinsip Global Code of Ethics for Tourism. Karena itu
kepariwisataan tidak hanya dilihat sebagai salah satu aktivitas ekonomi,
melainkan sebagai sebuah wahana penting untuk pembangunan individu dan
manusia (Teguh, 2008:481).

Menurut Muh Aris Marfai (2011), modelling atau pemodelan dapat diartikan
dengan sebuah proses representasi atau penggambaran yang dijabarkan sebagai
suatu model dengan proses berpikir melalui urutan kejadian suatu cerita yang
masuk akal atau logis. Pemodelan juga dapat disimpulkan bahwa suatu proses
yang mampu menjelaskan, menyusun, dan juga menunjukkan kembali pandangan
terhadap dunia nyata. Pemodelan dalam penelitian ini menggambarkan kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang cukup rumit menjadi suatu bentuk
penyederhanaan berupa skema, diagram, visualisasi, dan lain sebagainya agar
mudah dipahami. Seperti yang dijelaskan oleh Muh Aris Marfai (2011), bahwa
suatu proses dalam mendefinisikan dan mengorganisir suatu data atau informasi
tentang dunia nyata menjadi suatu dataset digital yang konsisten dan yang berguna
serta mengandung informasi disebut dengan pemodelan data. Hal ini tentunya
menjadi penting dan berguna untuk Kabupaten Pesawaran yang
memiliki banyak tempat wisata.
5

Sedangkan kumpulan dari berbagai konsep yang berfungsi untuk menjelaskan


suatu data, hubungan antar data, maupun batasan-batasan dalam suatu data yang
terintegrasi dalam suatu organisasi disebut dengan model data. Kabupaten
Pesawaran merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung. Kabupaten ini
diresmikan pada tanggal 2 November 2007 berdasarkan Undang- Undang Nomor
33 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Pesawaran. Semula kabupaten
ini merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan. Kabupaten pesawaran
memiliki luas ± 117.377 ha dan jumlah penduduk sebanyak 421.497 jiwa. Potensi
wisata di Kabupaten Pesawaran didominasi oleh objek wisata alam terutama pantai
dan air terjun serta budaya, sesuai dengan topografi dan iklim kawasan, BPS
Kabupaten Pesawaran (2021).

Untuk melakukan pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta pengendalian


penyelenggaraan kepariwisataan di seluruh wilayah Provinsi Lampung,
pemerintah Propinsi Lampung telah membuat peraturan daerah tentang
kepariwisataan berupa Perda Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Kepariwisataan. Dalam butir (a) dinyatakan “bahwa 48 Jurnal Destinasi
Kepariwisataan Indonesia Vol. 1 No. 1 Juni 2016 keadaan alam, flora, dan fauna
serta peninggalan purbakala, peninggalansejarah, seni, dan budaya daerah
Lampung merupakan sumber daya tarik wisata dan modal pembangunan
kepariwisataan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”.

Selanjutnya dalam usaha pengembangan kepariwisataan daerah, Pemerintah


daerah Provinsi Lampung telah membuat Rencana Induk Pembangunan
Pariwisata Daerah Provinsi Lampung yang tertuang pada Peraturan Daerah
Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2012. Pada Bab 2 Pasal 2 dinyatakan bahwa
penyusunan RIPPDA ini dimaksudkan sebagai arah pengembangan pembangunan
kepariwisataan di daerah Lampung dengan medepankan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat yang berlandaskan pada pelestarian lingkungan alam
dan budaya, peningkatan rasa cinta tanah air, pengembangan ekonomi kerakyatn,
peningkatan kinerja pembangunan pariwisata dan peningkatan Pendapatan Asli
Daerah
6

Menurut Prayoga dan Baskoro (2021), Kabupaten Pesawaran merupakan wilayah


yang baru mengalami pemekaran, yang dalam hal pariwisata mampu
mendatangkan banyak wisatawan pada tahun 2019. Sektor pariwisata Pesawaran
memiliki berbagai objek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Sesuai
dengan dokumen penataan ruang Kabupaten Pesawaran yang menerangkan bahwa
tujuan penataan ruang Kabupaten Pesawaran adalah terwujudnya Kabupaten
Pesawaran yang sejahtera berbasiskan sektor industri, agro dan pariwisata.
Maksud dan tujuan dari sejahtera dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Pesawaran tersebut adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat
yang terlihat dari cukupnya fasilitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa
dan fasilitas lainnya. Sedangkan definisi pariwisata dalam meningkatkan
kesejahteraan meliputi kegiatan pemeliharaan dan pemanfaatan sumber daya
kelautan secara berkelanjutan dan berkualitas, seperti budidaya laut, perikanan
tangkap, budidaya tambak, industri pengolahan hasil laut dan lainnya, transportasi
dan pariwisata.
7

Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Jenis Kelamin dan KK

Jumlah
Jumlah
No. Kelurahan Jumlah Pria Kartu
Wanita
Keluarga
1. Batu Menyan 1.221 2.334 634
2. Olimus 1.157 2.226 592
3. Gebang 3.147 7.320 1.830
4. Hanura 4.415 8.668 2.282
5. Hurun 1.757 3.279 829
6. Munca 628 1.265 312
7. Sidodadi 1.057 2.117 608
8. Sukajaya Lempasing 3.525 6.973 1.901
9. Talang Mulya 739 1.389 354
10. Tanjung Agung 2.124 4.040 1.007
Jumlah 19.770 19.841 10.349
Sumber: Data Profil Kecamatan Teluk Pandan Tahun 2020

Obyek wisata merupakan suatu kebutuhan aktifitas dan fasilitas yang dapat
menarik wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah. Seperti yang
dikatakan oleh Marpaung (2002) obyek dan daya tarik wisata merupakan dasar
dari kepariwisataan, pariwisata akan dapat lebih berkembang apabila di suatu
daerah terdapat lebih dari satu jenis obyek dan daya tarik wisata. Pariwisata di
Indonesia terus mengalami peningkatan dan ditandai dengan jumlah perjalanan
wisatawan internasional dan domestik yang terus menunjukkan pertumbuhan yang
positif, Kementerian Pariwisata (2014). Sehingga sektor wisata dapat menjadi
bagian dari kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan prioritas
pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara berkembang seperti
Indonesia.

Pengelolaan dan pengembangan dari sektor objek wisata merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan perekonomian, sosial dan lingkungan dalam suatu
negara. Terdapat berbagai potensi objek wisata yang dapat dikembangkan berupa
potensi wisata alam yang sebagian besar dimiliki oleh negara-negara berkembang
seperti Indonesia. Hal tersebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan
8

perekonomian yang dapat menghasilkan devisa negara dengan cepat (quick


yielding). Apabila objek wisata dipandang sebagai industri maka dari itu bahan
bakunya juga tidak akan pernah habis, tidak seperti bahan baku wisata yang lain.
Hal tersebut selaras dengan pendapat dari Arbain (2014) pengelolaan dan
pengembangan kawasan objek wisata di suatu daerah dapat dijadikan sebagai
katalisator pembangunan sektor lain yang masih relevan dengan kepariwisataan,
seperti: kamar untuk menginap (hotel), kuliner, perjalanan wisata (travel agent),
dan industri kerajinan, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan perekonomian rakyat.

Dusun Ketapang, Desa Batu Menyan, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten


Pesawaran merupakan salah satu desa yang saat ini menjadi tempat wisata yang
selalu ramai dikunjungi karna keindahan wisata baharinya yaitu pantai. Seperti
yang dikatakan oleh Febriani (2022) setiap akhir pekan, wisatawan yang datang
ke Dusun Ketapang untuk berlibur kurang lebih 1000. Dikatakan pada hari libur
nasional jumlah wisatawan yang datang akan lebih banyak. Wisatawan yang
datang ke Dusun Ketapang untuk berlibur bukan hanya wisatawan dari dalam
kota, tetapi adapula dari luar kota seperti Jakarta, Palembang, Bandung dan masih
banyak kota-kota lainnya.

Selain terkenal karena keindahan pariwisatanya, Dusun Ketapang, Desa Batu


Menyan juga merupakan pelabuhan penyebrangan utama untuk berwisata ke
Pulau Pahawang dan pulau-pulau lain yang berada disekitar Kabupaten
Pesawaran. Wisatawan yang datang ke Dusun Ketapang untuk menyebrang ke
Pulau Pahawang dan pulau-pulau lainnya yang ada di Kabupaten Pesawaran di
akhir pekan kurang lebih 1000 orang, bahkan akan lebih banyak jika pada hari
libur panjang. Sebelum menjadi desa yang terkenal dengan wisatanya, mayoritas
penduduknya sebagai Nelayan, tetapi setelah berkembangnya objek pariwisata
sebagian masyarakat berprofesi menjadi Tour Guide, dan Supir Kapal wisata.
9

Tabel 2. Objek Wisata di Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran

No. Nama Objek Wisata Alamat


1. Pantai Mutun (MS Town Beach) Desa Sukajaya Lempasing
2. Pantai Mutun Hanura Jaya Desa Sukajaya Lempasing
3. Pantai Queen Artha Desa Sukajaya Lempasing
Pantai Teluk Saung Resort dan Desa Sukajaya Lempasing
4.
Pemancingan Apung
5. Pantai Lempasing Desa Sukajaya Lempasing
6. Pantai Mutun Asri Desa Sukajaya Lempasing
7. Pantai Putra Mutun Desa Sukajaya Lempasing
8. Bensor Resort Desa Sukajaya Lempasing
9. Pantai Ketapang Dalam atau Cuku Upas Desa Batu Menyan
10. Pantai Klara Desa Batu Menyan
11. Taman Wisata Dewi Mandapa Desa Gebang
12. Pantai Ringgung (Pantai Sari Ringgung) Desa Sidodadi
13. Pantai Batu Mandi Desa Batu Menyan
14. Pantai atau Pulau Lahu Desa Hurun
15. Pantai atau Pulau Kelagian Balak Otoritas AL
Pantai atau Pulau Kelagian Lunik (Taman Otoritas AL
16.
Laut)
17. Pantai atau Pulau Tangkil Resort Desa Sukajaya Lempasing
18. Pantai atau Pulau Mahitam (taman laut) Desa Batu Menyan
19. Pulau Tegal Emas Desa Gebang
20. Ekowisata Mangrove Petengoran Desa Gebang
21. Youth Camp Tahura Wan Abdurraahman Desa Hurun
22. Air Terjun Abah Uban Desa Hurun
23. Air Terjun Curug Pitu Desa Hurun
24. Air Terjun Talang Mulya Desa Talang Mulya
25. Air Terjun Talang Rabun Desa Talang Mulya
26. Wisata Edukasi / BPPBL Desa Hanura
27. Air Terjun Way Sabu Desa Batu Menyan
28. Air Panas Margodadi Desa Margodadi
29. Muncak Teropong Laut Desa Muncak
30. Muncak Tirtayasa Desa Muncak
31. Muncak Pass Desa Muncak
32. Villa Garden Desa Lempasing
Sumber: Penelitian Tahun 2022

Objek wisata yang berada di Kabupaten Pesawaran digolongkan menjadi tiga


objek wisata yakni, objek wisata pantai, pulau dan alam, namun yang paling
terkenal dari kabupaten pesawaran adalah wisata bahari salah satunya wisata
Pantai Sari Ringgung. Wisata Pantai Sari Ringgung memiliki ±12 ha, jarak
10

menuju objek wisata sari ringgung berjarak 15 km dari pusat Kota Bandar
Lampung. Visi dari pengelola objek wisata pantai sari ringgung adalah menjadi
daerah tujuan wisata yang layak dikunjungi wisatawan mancanegara bukan hanya
wisatawan lokal saja. Sedangkan lokasi yang cukup terkenal dengan pengunjung
yang tidak banyak yaitu Ekowisata Mangrove Petengoran.

Alasan peneliti mengambil lokasi karena merupakan salah satu objek wisata yang
cukup dikenal masyarakat dan berada dalam lokasi yang berdekatan. Selain itu
terdapat perbedaan yang signifikan diantara kedua tempat wisata tersebut yaitu
jumlah wisatawan yang berkunjung. Berdasarkan penelitian pendahuluan yang
telah peneliti lakukan, pada Pantai Sari Ringgung terpantau cukup ramai dengan
akses jalan yang bagus. Berbanding terbalik dengan Hutan Mangrove yang jumlah
pengunjungnya sedikit dengan akses jalan yang cukup sulit dijangkau. Melihat hal
itu, peneliti tertarik untuk melihat kondisi sosial ekonomi dengan perbandingan
dua tempat yang memiliki perbedaan latar belakang

Melihat pada potensi tersebut, pengembangan pariwisata mulai menjadi salah satu
program unggulan dalam pembangunan daerah. Pembangunan pariwisata yang
direncanakan dan dikelola secara berkelanjutan dengan berbasis pada masyarakat
akan mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) dan menciptakan lapangan kerja. Di samping itu, pembangunan
pariwisata juga dapat menciptakan pendapatan yang dapat digunakan untuk
melindungi dan melestarikan budaya dan lingkungan dan secara langsung
menyentuh masyarakat setempat. Namun sayangnya hal ini belum dapat
dimaksimalkan masyarakat setempat

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan dalam paragraf diatas, maka


penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pemodelan Sosial Ekonomi
Masyarakat Untuk Pengelola Obyek Wisata Di Kecamatan Teluk Pandan,
Kabupaten Pesawaran”.
11

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pengembangan pariwisata belum dimanfaatkan secara maksimal sebagai


program unggulan dalam pembangunan daerah

2. Masih diperlukan permodelan untuk bahan informasi guna meningkatkan


kondisi social ekonomi masyarakat Teluk Pandan

3. Banyaknya tempat wisata yang harus dimaksimalkan

4. Adanya penurunan akibat pandemi yang mengharuskan sector pariwisata


harus bangkit

1.3 Batasan Masalah


Agar tujuan penulisan ini mencapai sasaran yang diinginkan dan lebih terarah,
maka diberikan batasan-batasan masalah yaitu permodelan sosial ekonomi untuk
pengelolaan objek wisata di kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat di rumuskan yaitu bagaimanakah


permodelan social ekonomi yang tepat untuk pengelolaan objek wisata di
Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetaui pemodelan sosial ekonomi yang tepat
untuk pengelolaan objek wisata di Kecamatan Teluk Pandan sehingga dapat
mendukung pengembangan pada objek wisata tersebut dan dapat menjadi pedoman
pemeintah dalam mengembangkan kebijakan nasional di bidang pariwisata
berkelanjutan pada khususnya serta mendukung kemandirian ekonomi di daerah
12

1.6 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :
1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung.
2. Sebagai salah satu masukan dalam bahan ajar mata pelajaran Geografi di
SMA kelas XI semester 1, dengan materi tentang sosial ekonomi
masyarakat pedesaan, SMA kelas XI semester 2 dengan pokok bahasan
tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia,
SMA kelas X semester 2 dengan pokok bahasan geografi pariwisata.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
peneliti selanjutnya dalam melakukan kajian sosial ekonomi.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup yang digunakan adalah :
1. Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan
Teluk Pandan, Kabupaten Pesawaran.
2. Ruang lingkup objek penelitian ini adalah serapan tenaga kerja,
pendapatan masyarakat, pemenuhan kebutuhan pokok, dan tingkat
pendidikan anak dari masyarakat di Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten
Pesawaran.
3. Ruang lingkup tempat penelitian ini dilakukan pada Kecamatan Teluk
Pandan, Kabupaten Pesawaran.
4. Ruang lingkup waktu penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2022
5. Ruang lingkup ilmu pada penelitian ini ialah geografi ekonomi dengan
ilmu bantu geografi teknik (penginderaan jauh).
13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Geografi

Menurut Budi Handoyo (2022), geografi merupakan studi tentang tempat-tempat


dan hubungan antara manusia dan lingkungannya. Para ahli geografi
mengeksplorasi sifat-sifat fisik permukaan bumi dan kaitannya dengan manusia
yang tersebar di atasnya. Mereka juga meneliti bagaimana budaya manusia
berinteraksi dengan lingkungan alam dan dampak suatu tempat bagi manusia.
Geografi berupaya memahami dimana suatu fenomena ditemukan, mengapa ada
di sana, dan bagaimana mereka berkembang atau berubah dari waktu ke waktu.

2.1.2 Pendekatan Spasial

Dalam bidang kepariwisataan ilmu geografi diaplikasikan dengan menggunakan


pendekatan spasial. Menurut Wulung (2021), elemen spasial dapat menunjang
pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan dan dapat diaplikasikan dalam
perencanaan kawasan sebagai destinasi pariwisata di Indonesia dan dunia yang
disesuaikan dengan karakteristik wilayah, pasar wisatawan, dan kebijakan
pemerintah setempat. Pendekatan spasial berpotensi menjadi acuan dalam
mengkaji destinasi pariwisata terkait pola pergerakan wisatawan dan dampak
pariwisata (pariwisata berkelanjutan), hal tersebut sangat penting sebagai panduan
pengelola destinasi pariwisata dalam menentukan pengembangan destinasi di
masa yang akan datang ataupun dalam menjadi acuan untuk penelitian
selanjutnya.
14

2.1.3 Pemodelan Sosial Ekonomi

Menurut Muh Aris Marfai (2011), model dapat diartikan sebagai suatu
representasi terhadap realitas yang dilakukan oleh seorang pemodel . Dengan kata
lain, model merupakan suatu penghubung antara dunia nyata (real world) dengan
dunia berpikir (thinking) yang dilakukan dengan tujuan untuk menyelesaikan
suatu permasalahan. Model dihasilkan dari suatu proses berpikir (melalui indra
fisik) dan dunia nyata yang kemudian ditampilkan kembali melalui proses
berpikir, sehingga menghasilkan pemahaman dan pengertian terkait dunia nyata.
Proses penjabaran atau representasi suatu model disebut sebagai modelling atau
pemodelan. Pemodelan merupakan suatu proses berpikir melalui sekuen yang
logis. Pemodelan juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses menerima,
memformulasikan, memproses, dan menampilkan kembali persepsi dunia nyata.

Pemodelan sosial ekonomi yang dimaksud yaitu menampilkan data sosial


ekonomi masyarakat dari data tabel, grafik ataupun data tertulis yang imodelkan
dengan menggunakan pemetaan sebagai hasil representasi data yang ada
sebelumnya. Sehingga dapat lebih mudah dipahami dan terlihat pengaruh lokasi
(spasial) terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakatnya.

2.1.4 Karakteristik Sosial Ekonomi


Sosial menurut KBBI adalah hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat atau
sifat-sifat kemasyarakatan yang memperhatikan umum. Jadi sosial bisa dikakatan
sebuah perilaku manusia yang berhubungan ataupun bekerja sama satu sama lain
dalam kehidupan bermasyarakatnya, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
dan keiginanan didalam hidupnya masing-masing baik kebutuhan sandang, papan
dan juga pangan. Sedangkan ekonomi dapat diartikan sebagai prilaku manusia
dalam mencari alat pemuas kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan di dalam kehidupannya. Sosial ekonomi menurut Soerjono Soekanto
(2007) adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain
dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya
dalam berhubungan dengan sumber daya.
15

Klasifikasi status sosial ekonomi menurut Sunarto (2004) membagi kelas sosial
dalam tiga golongan, yaitu:
1. Kelas atas (upper class)
Upper class berasal dari golongan kaya raya seperti golongan
konglomerat, kelompok eksekutif, dan sebagainya.
2. Kelas menengah (middle class)
Kelas menengah biasanya diidentikkan oleh kaum profesional dan para
pemilik toko dan bisnis yang lebih kecil.
3. Kelas bawah (lower class)
Kelas bawah adalah golongan yang memperoleh pendapatan atau
penerimaan sebagai imbalan terhadap kerja mereka yang jumlahnya
jauh lebih sedikit dibandingkan dengan kebutuhan pokoknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi sosial ekonomi menurut Nasution


(2004) tingkat status sosial ekonomi dilihat atau diukur dari pekerjaan,
penghasilan dan kekayaan, tingkat pendidikan, keadaan rumah dan lokasi,
pergaulan dan aktivitas sosial. Dalam penelitian ini faktor sosial ekonomi yang
digunakan adalah tingkat pendapatan, pekerjaan prang tua, tingkat pendidikan,
kepemilikan aset keluarga serta tingkat pemenuhan kebutuhan hidup. Berikut ini
merupakan penjelasannya:

1) Tingkat Pendidikan
Arti dari pada pendidikan menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan merupakan suatu
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan kualitas yang
ada pada dirinya melalui pendidikan formal ataupun non formal agar
tercipta suatu cita-cita yang diinginkannya.
16

2) Pendapatan
Anwar (2011), pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh
penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan ataupun tahunan. Pendapatan adalah total penerimaan
(uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode
tertentu.
3) Kepemilikan aset keluarga
Setiap keluarga tentunya memiliki aset baik iu berupa harta tetap ataupun
harta lancar baik berupa emas, tanah, bangunan, perusahaan, tabungan,
investasi daln lain-lainnya. Kepemilikan aset keluarga di masyarakat
tentunya berbeda-beda tergantung kekayaan yang dimilikinya. Seberapa
banyak kepemilikan aset keluarga akan mempengaruhi terhadap status
sosial ekonomi keluarga di masyarakat. Keluarga yang memiliki rumah
sendiri dengan kualitas yang bagus dan luas dapat dikatakan status sosial
ekonominya termasuk kategori tinggi, akan tetapi keluarga yang memiliki
rumah tapi menyewa kepada orang lain dengan kualitas rumah yang
sederhana maka tingkat status sosial ekonominya termasuk kategori
rendah.
4) Tingkat pemenuhan atau pengeluaran kebutuhan hidup.
Pada hakikatya setiap manusia yang hidup didunia memilikii
kebutuhankebutuhan yang hendak ingin dicapai agar hidupnya sejahtera
dan tentram di masyarakat. Pada dasarnya semua kebutuhan dan keinginan
manusia di dalam hidup tidak akan lepas dari ekonomi. Semakin banyak
kebutuhan manusia yang ingin dicapai tentunya semakin tinggi
pengeluaran yang akan di keluarkan dan tentunya sebaliknya jika
kebutuhan manusia itu sedikit maka pengeluaran yang dikeluarkannya
juga akan sedikit.
17

5) Sumber Daya Manusia

Mengacu pada salah satu penentu paling penting dari pertumbuhan


ekonomi suatu negara. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
tersedia dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Kualitas sumber daya manusia tergantung pada keterampilan, kemampuan
kreatif, pelatihan, dan pendidikan. Jika sumber daya manusia suatu negara
terampil dan terlatih maka hasilnya juga akan berkualitas tinggi. Di sisi
lain, kekurangan tenaga kerja terampil menghambat pertumbuhan
ekonomi, sedangkan surplus tenaga kerja memiliki arti yang kurang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, sumber daya
manusia suatu negara harus memadai jumlahnya dengan keterampilan dan
kemampuan yang dibutuhkan, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat
tercapai.

6) Sumber Daya Alam

Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk sebagian besar.


Sumber daya alam melibatkan sumber daya yang dihasilkan oleh alam
baik di darat atau di bawah tanah. Sumber daya di darat termasuk tanaman,
sumber daya air dan lansekap. Sumber daya di bawah tanah atau sumber
daya bawah tanah termasuk minyak, gas alam, logam, non-logam, dan
mineral. Sumber daya alam suatu negara bergantung pada kondisi iklim
dan lingkungan. Negara-negara yang memiliki banyak sumber daya alam
menikmati pertumbuhan yang baik daripada negara-negara dengan
sejumlah kecil sumber daya alam.

Pemanfaatan yang efisien atau eksploitasi sumber daya alam tergantung


pada keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia, teknologi yang
digunakan dan ketersediaan dana. Sebuah negara yang memiliki tenaga
kerja terampil dan terdidik dengan sumber daya alam yang kaya
mengambil perekonomian di jalur pertumbuhan. Contoh terbaik dari
ekonomi semacam itu adalah negara-negara maju, seperti Amerika Serikat,
Inggris, Jerman, dan Prancis. Namun, ada negara-negara yang memiliki
sedikit sumber daya alam, tetapi pendapatan per kapita yang tinggi, seperti
Arab Saudi, oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi mereka sangat tinggi.
18

7) Pengembangan Teknologi

Mengacu pada salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan


ekonomi. Teknologi melibatkan penerapan metode ilmiah dan teknik
produksi. Dengan kata lain, teknologi dapat didefinisikan sebagai sifat dan
jenis instrumen teknis yang digunakan oleh sejumlah tenaga kerja tertentu.
Pengembangan teknologi membantu dalam meningkatkan produktivitas
dengan jumlah sumber daya yang terbatas. Negara-negara yang telah
bekerja di bidang pengembangan teknologi berkembang pesat jika
dibandingkan dengan negara-negara yang kurang fokus pada
pengembangan teknologi. Pemilihan teknologi yang tepat juga memainkan
peran bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, teknologi yang tidak tepat –
menghasilkan biaya produksi yang tinggi.

8) Dampak Lingkungan

Pertumbuhan ekonomi dalam suatu industri dapat dipengaruhi tidak hanya


oleh efek lingkungan produk atau jasa tetapi juga oleh persepsi konsumen
terhadap dampak itu. Meskipun industri sekali lagi mengambil dengan
permintaan internasional, jumlah petani bulu di negara itu telah menurun
secara substansial. Jika publik memandang produk atau jasa industri
sebagai berbahaya atau tidak aman, sebagian besar perusahaan dalam
sektor ini dapat mengalami penurunan penjualan yang ditandai dengan
cepat.

9) Faktor Sosial dan Politik

Mainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Faktor-


faktor sosial melibatkan kebiasaan, tradisi, nilai-nilai dan keyakinan, yang
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi sampai batas tertentu. Misalnya,
masyarakat dengan kepercayaan dan takhayul konvensional menolak
adopsi cara hidup modern. Dalam kasus seperti itu, pencapaian menjadi
sulit. Terlepas dari ini, faktor-faktor politik, seperti partisipasi pemerintah
dalam merumuskan dan menerapkan berbagai kebijakan, memiliki bagian
besar dalam pertumbuhan ekonomi
19

Dapat disimpulkan jika kondisi sosial ekonomi merupakan suatu posisi,


kedudukan, jabatan, kepemilikan yang dimiliki seorang individu ataupun
kelompok yang berkaitan dengan tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
kepemilikan aset rumah tangga, dan pemenuhan kebutuhan keluarga serta
pekerjaan yang dimiliki akan sangat mempengaruhi status sosial seseorang,
kelompok ataupun keluarga di dalam lingkungan masayarakat.

2.1.5 Masyarakat

Masyarakat secara terminologi disebut society yang berasal dari kata socius yang
berarti kawan. Istiah masyarakat sendiri berasal dari bahasa arab syaraka yang
berarti ikut serta. Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan
yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan
masyarakat yang memiliki keempat ciri, A Sudarsono dan AT Wijayanti (2016)
yaitu:
1. Interaksi antar warga-warganya,
2. Adat istiadat,
3. Kontinuitas waktu,
4. Rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.

Dapat disimpulkan jika masyarakat merupakan sekelompok individu yang


menempati suatu wilayah dengan kebiasaaan dan tradisi serupa ataupun sama.
Masyarakat juga merupakan sekumpulan individu yang memiliki tuhuan bersama.
Adapun ciri-ciri masyarakat menurut A Sudarsono dan AT Wijayanti (2016),
yaitu:
20

1. Ada Interaksi Antara Sesama Anggota Masyarakat.


Masyarakat terjadi interaksi sosial yang merupakan hubungan sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antara perseorangan, antara
kelompokkelompok, maupun antara perseorangan dengan kelompok. Untuk
terjadinya interaksi sosial harus ada 2 syarat, yaitu kontak sosial dan
komunikasi sosial.
2. Menempati Wilayah Dengan Batas-Batas Tertentu.
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu menurut suatu
keadaan geografis sebagai tempat tinggal komunitasnya, baik dalam ruang
lingkup yang kecil (RT/RW), desa, kecamatan, kabupaten, propinsi dan
bahkan negara.
3. Saling Tergantung Satu Dengan Yang Lainnya.
Anggota masyarakat yang hidup pada suatu wilayah tertentu saling
tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tiap-tiap anggota masyarakat mempunyai keterampilan sesuai dengan
kemampuan dan profesi masing-masing dan saling melengkapi.
4. Memiliki Adat Istiadat/Budaya Tertentu.
Adat istiadat dan budaya diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan
bermasyarakat yang mencakup bidang yang sangat luas diantara tata cara
berinteraksi antara kelompok-kelompok yang ada di masyarakat, apakakah itu
dalam perkawinan, kesenian, mata pencaharian ataupun sistem kekerabatan
dan sebagainya.
5. Memiliki Identitas Bersama.
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh
anggota masyarakat lainnya. Hal ini penting untuk menopang kehidupan
dalam bermasyarakat yang lebih luas. Identitas kelompok dapat berupa
lambang-lambang, bahasa, pakaian, simbol-simbol tertentu dari perumahan,
bendabenda tertentu, seperti : alat pertanian, senjata tajam, kepercayaan dsb

2.1.6 Objek Wisata dan Pengelola Objek Wisata

Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau


sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
21

pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang


dikunjungi dalam jangka waktu sementara objek wisata merupakan tempat yang
menjadi pusat daya tarik dan dapat memberikan kepuasan khususnya pengunjung,
Harahap (2018). Menurut Direktorat Jendral Pariwisata BAB I Pasal 1 dikatakan
bahwa, usaha obyek wisata adalah setiap pengusahaan objek wisata yang dikelola
secara komersial, sedangkan objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang
memiliki sumberdaya wisata yang dibangun dan dikembangkan, hingga
mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi
wisatawan. Sehingganya dapat disimpulkan bahwa objek wisata merupakan suatu
tempat yang dikunjungi oleh sekelompok orang karena berbagai keindahan yang
ditawarkan ataupun tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu yang cukup
lama (rekreasi) sehingga memberikan kepuasan tersendiri ketika mengunjunginya.

Objek dan daya tarik wisata menurut Direktorat Jenderal Pemerintah di bagi
menjadi 3 macam, yaitu:
1. Objek Wisata Alam Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang
berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dalam
keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya . Potensi objek
wisata alam dapat dibagi menjadi empat kawasan , yaitu :
a) Flora dan fauna .
b) Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai, dan
ekosistem hutan bakau.
c) Gejala alam , misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan
danau.
d) Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan,
peternakan, usaha perikanan.
2. Objek Wisata Sosial Budaya Objek wisata social budaya dapat di
manfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata
meliputi muscum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukkan,
dan kerajinan .
3. Objek Wisata Minat Khusus Objek wissata minat khusus merupakan
jenis wisata yang baru di kembangkan di Indonesia . Wisata ini lebih
diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan
22

demikian , biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian.


Contohnya: berburu , mendaki gunung, arung jeram, tujuan pengobatan,
agrowisata, dan lain - lain.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI ), Pengelolaan adalah proses, cara,
perbuatan mengelola; proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan
tenaga orang lain; proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan
organisasi; proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Menurut Peraturan
Mentri Kehutanan No. 4 Tahun 2012, kegiatan pengelolaan dan pengembangan
pariwisata sumber daya alam terdiri dari beberapa unsur, yaitu:

1. Akomodasi : tempat seseorang untuk tinggal sementara


2. Jasa boga dan restoran : industri jasa dibidang penyelenggaraan
makanan dan minuman yang dikelolasecara komersial.
3. Transportasi dan jasa angkutan : industri usaha jasa yang bergerak
dibidang angkutan darat, laut dan udara.
4. Atraksi wisata : kegiatan wisata yang dapat menarik perhatian
wisatawan yang berkunjung.
5. Cendramata (souvenir) : benda yang dijadikan kenang-kenangan untuk
dibawa oleh wisatawan.
6. Biro Perjalanan : badan usaha pelayanan semua proses perjalanan dari
berangkat hingga kembali.

2.1.7 Potensi Wisata

Potensi wisata adalah berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu tempat dan
dapat dikembangkan menjadi suatu atraksi wisata (tourist attraction) yang
dimanfaatkan untuk kepentingan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek-aspek
lainnya. Spillane (1994) mengelompokkan faktor utama pelaku pariwisata dalam
tiga kelompok berikut:
23

1. Manusia yang mencari kepuasan/kesejahteraan lewat perjalanannya se bagai


wisatawan/tamu (guests).
2. Manusia yang tinggal dan berdomisili dalam masyarakat yang menjadi alat
pariwisata yaitu tuan rumah/penduduk setempat (hosts).
3. Manusia yang mempromosikan dan menjadi perantaranya yaitu bisnis
pariwisata/perantara (brokers).

World Tourism Organization (2007: 1) menggambarkan destinasi pariwisata atas


enam elemen, yaitu: Attraction, Public and Private Amenities, Accesibilities, Human
Resources, Image and Character, Price.

1. Attractions. Umumnya menjadi fokus perhatian pengunjung dan dapat


memberikan motivasi awal bagi wisatawan untuk berkunjung. Atraksi bisa
dikategorikan sebagai atraksi wisata alam (pantai, pegunungan, taman, cuaca),
bangunan, budaya. Keberadaannya bisa di ruang publik seperti taman alam,
situs budaya atau sejarah atau bisa di komunitas masyarakat seperti budaya,
warisan atau gaya hidup. Bisa juga berupa keunikan dan emosional atau
pengalaman yang memicu ketertarikan wisatawan untuk berkunjung.

2. Amenities. Berupa layanan dan fasilitas yang mendukung termasuk


infrastruktur dasar untuk pengunjung, transportasi umum, dan jalan serta
pelayanan langsung bagi pengunjung seperti akomodasi, informasi
pengunjung, fasilitas rekreasi, panduan, operator dan fasilitas makan dan
minum serta fasiltas belanja.

3. Accessibility. Kemudahan pengunjung untuk mencapai tujuan wisata melalui


jalan darat, jalur udara, kereta api maupun jalur laut. Pengunjung harus juga
dapat melakukan perjalanan dengan relatif mudah dan persyaratan visa, masuk
pelabuhan, dan kondisi jalur masuk tertentu harus menjadi bagian dari
aksesibilitas.
24

4. Human Resources. Pariwisata adalah industri padat karya dan interaksi dengan
masyarakat lokal merupakan aspek penting dari pengalaman pariwisata.
Tenaga kerja pariwisata terlatih beserta masyarakat yang menyadari manfaat
dan tanggung jawab terkait dengan pertumbuhan pariwisata merupakan
elemen yang sangat diperlukan dan perlu dikelola sesuai dengan strategi
tujuan wisata.

5. Image. Adalah suatu yang unik atau gambaran penting dalam menarik
pengunjung untuk berkunjung. Fasilitas dan atraksi yang baik tidaklah cukup
jika pengunjung tidak dapat membayangkan atau memahaminya ataupun tidak
menyadarinya. Berbagai cara dapat digunakan untuk mempromosikan citra
daya tarik wisata (misalnya dengan pemasaran dan branding, travel media, e-
marketing). Yang termasuk dalam citra tujuan wisata adalah keunikan,
pemandangan, adegan, kualitas lingkungan, keselamatan, tingkat layanan, dan
keramahan.

6. Price. Harga merupakan aspek penting dari persaingan antar tujuan wisata.
Faktor harga berhubungan dengan biaya transportasi ke dan dari tujuan serta
biaya jasa akomodasi, atraksi, makanan dan tour. Keputusan turis juga dapat
didasarkan pada fitur ekonomi lainnya seperti nilai tukar mata uang.

Dalam perencanaannya pengembangan daya tarik wisata harus memperhatikan lima


tahap proses perencanaan pariwisata (A. Yoeti, 2008) yaitu melakukan inventarisasi
mengenai semua fasilitas yang tersedia dan potensi yang dimiliki, menaksir pasaran
pariwisata dan mencoba melakukan proyeksi arus kedatangan wisatawan pada masa
yang akan dating, memperhatikan di mana terdapat permintaan yang lebih besar dari
pada persediaan atau penawaran, melakukan penelitian kemungkinan perlunya
penanaman modal baik negeri maupun asing, melakukan perlindungan terhadap
kekayaan alam yang dimiliki dan memelihara warisan budaya bangsa serta adat
istiadat suatu bangsa yang ada Pengembangan daya tarik wisata harus memperhatikan
elemen destinasi pariwisata, prinsip-prinsip ekowisata untuk menjaga kelestarian
lingkungan alam sebagai potensi dasar dari wisata bahari itu sendiri.
25

2.1.7 EKOWISATA BAHARI

Pengembangan wisata alam bahari memiliki peranan yang sangat penting secara
ekonomis maupun ekologis. Secara ekonomis, pengembangan wisata bahari
berperan dalam peningkatan pendapatan devisa negara dan peningkatan ekonomi
masyarakat di sekitar kawasan. Secara ekologis, pemanfaatan kawasan untuk wisata
bahari ini dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem laut jika tidak dikelola dengan
benar. Pengembangan wisata bahari perlu dikelola dengan konsep ekowisata, yaitu
pendekatan berkelanjutan yang karakteristiknya adalah pengelolaan bentang alam
diarahkan pada pelestarian sumberdaya, pengelolaan budaya masyarakat diarahkan
pada kesejahteraan masyarakat, dan kegiatan konservasi diarahkan pada upaya
menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya untuk masa kini dan masa
mendatang.

Menurut Setiawati (2000), ekowisata didefinisikan sebagai suatu konsep


pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-
upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat seperti peningkatan pendapatan, kesempatan kerja dan peluang
usaha, disamping nilai tambah dari sisi ekonomi, pengembangan ekowisata juga
memberikan nilai tambah dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman kepada
masyarakat untuk lebih menjaga atau menghargai lingkungan agar tidak dirusak.

Ekowisata bahari merupakan konsep pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya pesisir


dengan sistem pelayanan jasa lingkungan yang mengutamakan sumberdaya alam
pesisir sebagai obyek pelayanan, hal yang paling utama dalam konsep pemanfaatan
sumberdaya ekowisata adalah kesesuaian sumberdaya dan daya dukung (carrying
capacity) yang dapat mendukung kegiatan wisata bahari (Hawkins and Robert,
1997; Yulianda, et al, 2010). Ditjen Pariwisata (1998) memberikan pengertian
pariwisata bahari sebagai kegiatan wisata yang berkaitan langsung dengan
sumberdaya kelautan, baik di atas permukaan laut maupun kegiatan yang dilakukan
di bawah permukaan laut. Jenis-jenis kegiatan yang termasuk di dalamnya
berdasarkan pengertian tersebut di antaranya adalah memancing atau sport fishing,
snorkling dan diving.
26

Wisata bahari merupakan suatu kegiatan pengembangan kegiatan pariwisata dengan


mengedepankan aspek kelautan (bahari) sebagai atraksi utama. Beberapa definisi
wisata bahari pesisir menyebutkan daerah peralihan, pertemuan, dan adanya
hubungan saling mempengaruhi antara daratan dan laut. Dengan demikian, wisata
bahari tidak hanya aktivitas air (on the water dan in the water) yang dilakukan oleh
wisatawan, akan tetapi definisi tersebut juga berlaku bagi aktivitas di bentang darat,
selama masih dipengaruhi oleh lingkungan laut (intrusi air laut, pasang surut, dan
angin laut). Berikut adalah beberapa definisi wisata bahari dari beberapa ahli.
1. Orams (1999) mendefinisikan wisata bahari meliputi kegiatan-kegiatan
rekreasi yang melibatkan perjalanan jauh dari tempat seseorang tinggal dan
yang memiliki tuan rumah atau fokus pada lingkungan laut, di mana
lingkungan laut didefinisikan sebagai perairan yang memiliki salinitas (kadar
garam) dan terpengaruh pasang surut.
2. Sero (dalam Djou, 2013) mendefinisikan wisata bahari sebagai bentuk wisata
yang menggunakan atau memanfaatkan potensi lingkungan pantai dan laut
sebagai daya tarik utama. Konsep wisata bahari didasarkan pada view,
keunikan alam, karakteristik ekosistem, kekhasan seni dan budaya serta
karakteristik masyarakat sebagai kekuatan dasar yang dimilikinya.
3. Sarwono (dalam Purwahita, 2017), wisata bahari adalah kegiatan wisata yang
memanfaatkan potensi alam bahari sebagai daya tarik wisata maupun wadah
kegiatan wisata baik yang dilakukan di atas permukaan di wilayah laut yang
tidak dapat dipisahkan dari keberadaan ekosistemnya yang kaya akan
keanekaragaman jenis biota laut

Wisata bahari merupakan salah satu wisata unggulan yang dimiliki Indonesia.
Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan, Indonesia memiliki 20,87Juta
Ha kawasan konservasi perairan, pesisir, dan pulau-pulau kecil. Garis pantai
Indonesia membentang 99.093 km dengan luas laut 3,257Juta km². Kekayaan
maritim ini membuat wisata bahari di Indonesia tak diragukan lagi keindahan dan
keunikannya. Wisata bahari Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke. Di
wisata bahari ini terdapat 590 jenis karang, 2.057 ikan karang, 12 jenis lamun, 34
jenis mangrove, 1.512 jenis crustacean, 6 jenis penyu, 850 jenis sponge, 24 jenis
mamalia Laut, dan 463 titik Kapal Tenggelam.
27

Kekayaan sumber daya alam bahari di Indonesia sangat potensial untuk


dimanfaatkan sebesar-besarnya demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Salah satu
bentuk pemanfaatan kekayaan alam bahari adalah melalui sektor pariwisata.
Manfaat yang akan didapatkan oleh suatu negara dari sektor pariwisata sangatlah
besar, maka tidak mengherankan bila sektor ini pada akhirnya ditetapkan 12 sebagai
leading sector dan core economy oleh Presiden Indonesia, Joko Widodo. Hal
tersebut ditunjukkan dengan perhatian yang lebih besar kepada sektor pariwisata
baik dalam kebijakan anggaran maupun dukungan sektoral lintas kementerian atau
lembaga untuk mendukung program-program pembangunan kepariwisataan.

Data statistik menunjukkan bahwa sektor pariwisata pada tahun 2016 telah menjadi
sumber pendapatan devisa terbesar dari sektor non-migas dan menduduki peringkat
kedua setelah komoditas crude palm oil (CPO). Sumbangan devisa dari sektor
pariwisata meningkat sejak tahun 2015 dari US$12,2 miliar, 2016 menjadi US$13,6
miliar, dan 2017 naik lagi menjadi US$15 miliar. Tahun 2018 ditargetkan meraup
devisa US$17 miliar dan US$20 miliar pada tahun 2020.

Komitmen sektor pariwisata untuk menyumbang devisa nomor satu mengalahkan


sektor perekonomian lain dengan proyeksi nilai sebesar 20 miliar dollar AS pada
tahun 2019. Kementerian Pariwisata sebagai aktor utama pembangunan pariwisata,
pada tahun 2018 menyampaikan beberapa capaian sektor pariwisata Indonesia yang
tumbuh pesat dalam empat tahun terakhir ini. Menurut World Travel & Tourism
Council (WTTC) Pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat ke-9 di dunia, nomor 3
di Asia, dan nomor 1 di kawasan Asia Tenggara (Sakti, 2018). Peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan menjadi salah satu indikator kesuksesan pengembangan
wisata bahari.

Akan tetapi, kondisi tersebut dirasa masih belum optimal bila melihat dari besarnya
potensi yang dimiliki. Indonesia memiliki ribuan pulau dengan sumber daya alam
bahari yang indah, namun hanya mampu menyumbang devisa negara sebesar 10
persen dari total devisa sektor pariwisata atau setara dengan US$1 miliar. Jumlah
tersebut kalah jauh dibandingkan negara tetangga, yaitu Malaysia yang
menyumbangkan 40 persen devisa dengan nilai US$8 miliar (Hustin, 2017).
28

Berdasarkan beberapa definsi yang telah ada dan beberapa hal yang menjadi
perhatian maka dapat disimpulkan bahwa wisata bahari adalah kegiatan perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang menuju lingkungan pesisir
dan laut, melakukan aktivitas di bentang laut dan atau bentang darat dengan tujuan
untuk rekreasi, bersenang-senang, mengembangkan diri, dan berinteraksi dengan
budaya lokal dalam jangka waktu sementara. Definisi tersebut menegaskan bahwa
segala aktivitas di bentang laut dan bentang darat selama melibatkan unsur
perjalanan, sementara waktu, dan beraktivitas wisata di lingkungan/ekosistem pesisir
laut maka termasuk dalam wisata bahari
29

2.2 Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan sebagai bahan
perbandingan dan acuan referensi, yaitu:

Tabel 3. Penelitian Relevan

No. Nama Peneliti Tahun Judul


1. A Yuniarsih, 2014 Pemodelan Sistem Pengusahaan
D Marsono, Wisata Alam Di Taman Nasional
Gunung Ciremai, Jawa Barat
S Pudyatmoko dan (Modelling of Nature Tourism
Ronggo Sadono Management System in Gunung
Ciremai National Park, West Java)
2. Arinza Regina Syuri 2016 Deskripsi Kondisi Sosial Ekonomi
Tenaga Kerja Obyek Wisata Pantai
Sari Ringgung Tahun 2016
3. Shandra Rama Panji 2021 Pendekatan Spasial Untuk
Wulung Pengembangan Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan
30

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Obyek Wisata di
Keadaan Sosial Kecamatan Teluk Pengelola Obyek
Ekonomi Pandan Kabupaten Wisata
Pesawaran

PEMODELAN SOSIAL
EKONOMI

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian


31

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan spasial. Menurut Sandu dan Ali Sodik (2015),
penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Dalam
geografi, pendekatan spasial adalah suatu metode untuk memahami gejala tertentu
agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang yang
dalam hal ini variabel ruang mendapati posisi utama dalam setiap analisis, Putu
Indra .S (2017). Jadi, metode survey ini dapat mengungkapkan tentang fakta yang
akurat mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat serta dengan menggunakan
pendekatan spasial dapat dilakukan Pemodelan Sosial Ekonomi Masyarakat
Untuk Pengelola Obyek Wisata Di Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten
Pesawaran.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu, di Pantai Sari
Ringgung dan Hutan Mangrove Petengoran, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten
Pesawaran pada tahun 2022.
32

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian


33

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian


34

3.3 Alat dan Bahan Penelitian


1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
• Komputer dengan spesifikasi :
- Sistem Operasi: Microsoft Windows 10
- RAM: 2 Gb
- System Type: 64-bit Operating System
• Software :
- ArcGIS 10.3
- Microsoft Office 2010.
- Kamera handphone.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:


a. Citra Google Earth dengan resolusi 30m tahun 2022 yang diambil lewat
aplikasi SAS Planet.
b. Peta Lokasi Penelitian Pantai Sari Ringgung Kecamatan Teluk Pandan
Kabupaten Pesawaran tahun 2022 bersumber dari peta RBI.
c. Peta Lokasi Penelitian Pantai Hutan Mangrove Petengoran Kecamatan
Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran tahun 2022 bersumber dari peta RBI.

3.4 Populasi Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 215).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh penduduk pedagang yang ada di lokasi wisata Pantai Sari Ringgung dan
Ekowisata Mangrove Patengoran yang berjumlah 28 pedagang. Pedagang tersebut
terdiri dari 25 pedagang dari Pantai Sari Ringgung dan 3 pedagang dari Ekowisata
Mangrove Patengoran. Pedagang tersebut terdiri atas pedagang perahu untuk
berenang, pedangang sewa ban, pedagang baju, pedagang makanan, pedagang
sewa jetsky, dan penjaga toilet umum.
35

3.5 Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang menjadi objek pengamatan penelitian, sering


juga disebut sebagai faktor yang berperan dalam penelitian atau gejala yang akan
diteliti Sandu dan Ali Sodik (2015). Variabel dalam penelitian ini adalah
pemodelan sosial ekonomi masyarakat untuk pengelolaan objek wisata

3.6 Definisi Oprasional Variabel

Definisi oprasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur,


dengan membaca definisi operasional dalam suatu penelitian, seorang peneliti
akan mengetahui pengukuran suatu variabel, sehingga peneliti dapat mengetahui
baik buruknya pengukuran tersebut Sandu dan Ali Sodik (2015). Definisi
oprasional variabel penelitian perlu menjelaskan bagaimana variabel penelitian
akan diukur, sehingga DOV dalam penelitian ini yaitu:

1. Pemodelan Sosial Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi tetapi efek terhadap


masyarakat yang masih terlalu rendah mengakibatkan diperlukannya analisa
pengaruh karakteristik regional terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendekatan
keruangan menjadi aspek penting dalam menganalisis karakter perkembangan
ekonomi wilayah, selain itu faktor-faktor geografis dapat mempengaruhi
distribusi keruangan atau sosial dari perkembangan ekonomi wilayah, sehingga
secara spasial dapat dilakukan analisis yang lebih mendalam disertai dengan
perbandingan faktor-faktor ekonomi wilayah yang menjadi basis dalam kegiatan
ekonomi wilayah. Pemodelan sosial ekonomi berarti proses membangun sebuah
model dari suatu system yang nyata dengan menganalisis suatu tingkatan yang
digunakan untuk membedakan masyarakat kedalam sebuah kelompok-kelompok
tertentu.
36

2. Objek Wisata

objek wisata merupakan suatu tempat yang dikunjungi oleh sekelompok orang
karena berbagai keindahan yang ditawarkan ataupun tempat yang cocok untuk
menghabiskan waktu yang cukup lama (rekreasi) sehingga memberikan kepuasan
tersendiri ketika mengunjunginya.

3. Ekowisata Bahari

Ekowisata bahari merupakan konsep pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya


pesisir dengan sistem pelayanan jasa lingkungan yang mengutamakan
sumberdaya alam pesisir sebagai obyek pelayanan, hal yang paling utama dalam
konsep pemanfaatan sumberdaya ekowisata adalah kesesuaian sumberdaya dan
daya dukung (carrying capacity) yang dapat mendukung kegiatan wisata bahari
37

3.7 Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

3.7.1 Kuisioner (Angket)


Menurut W. Gulo (2002), kuesioener atau angket hanya berbeda bentuknya. Pada
kuesioner, pertanyaan disusun dalam bentuk kalimat Tanya, sedangkan angket,
pertanyaan disusun dalam kalimat pernyataan dengan opsi jawaban yang tersedia.
Kalau metode pengamatan dan metode wawancara menempatkan peneliti dalam
hubungan langsung dengan responden, maka dalam metode angket hubungan itu
dilakukan melalui media, yaitu daftar pertanyaan yang dikirim dari responden.
Dalam hal ini maka peneliti mendatangi sendiri responden dan menyampaikan
kepada daftar pertanyaan untuk di isi. Ini berarti di samping angket dipakai,
pengamatan dan wawancara juga digunakan.

3.7.2 Wawancara
Menurut W. Gulo (2002), wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara
peneliti dan responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam
hubungan tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan bola
media yang melengkapi katakata secara verbal. Karena itu, wawancara tidak
hanya menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan,
pengalaman, emosi, motif yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan. Di
sinilah terletak keunggulan dari metode wawancara. Apa pun bentuk wawancara
yang dipergunakan, perlu dipersiapkan daftar pertanyaan (instrumen) dalam
bentuk Pedoman Wawancara.

3.7.3 Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehiclupan (life
histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan, Sugiyono (2013). Teknik
dokumentasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data sekunder
38

berupa peta administrasi lokasi penelitian, peta penggunaan lahan, jenis tanah,
serta berbagai data lain yang diperlukan dalam penelitian ini nantinya.

3.8 Teknik Analisis Data

Sugiyono (2011) menuturkan bahwa analisa data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, pencatatan
lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan
atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi,
Sandu dan Ali Sodik (2015). Analisis statistik deskriptif digunakan apabila
peneliti hanya menghitung data yang yang berlaku pada sampel yang diteliti saja.
39

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Mengubah frekuensi tabel distribusi menjadi tabel persentase dengan


menggunakan rumus
Keterangan:
𝑓 % = persentase yang diperoleh
%= × 100
𝑁
f = variabel
N = jumlah frekuensi
100 = konstanta

2. Mendeskripsikan data pada tabel persentase tanpa melakukan generalisasi.


40

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pariwisata, Pos Dan Telekomunikasi Direktorat Jenderal Pariwisata.


Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata Nomor :Kep-18/U/N/88 Tentang
Pelaksanaan Ketentuan Usaha Obyek Wisata.

FEBRIANI, N. S. 2022. Analisis Dampak Pariwisata Bahari Dan Peran


Perempuan Dalam Meningkatkan Pertumbuhan Usaha Kecil Dan
Menengah (Ukm) Menurut Perspektif Ekonomi Islam (Studi Pada Dusun
Ketapang, Desan Batu Menyan, Kecamatan Teluk Pandan, Kabupaten
Pesawaran Lampung) (Doctoral Dissertation, Uin Raden Intan Lampung).

Gumilang, M. P. M. 2020. Analisis hasil koreksi geometri orthorektifikasi citra


satelit resolusi tinggi dengan menggunakan DEM SRTM, DEM ALOS-
PALSAR, dan DEM NASIONAL (Studi kasus: Kecamatan Wonosari,
Kabupaten Malang) (Doctoral dissertation, INSTITUT TEKNOLOGI
NASIONAL MALANG).

Handoyo, B. 2022. Pengantar Geografi: Penguatan Berpikir Spasial. Bayfa


Cendekia Indonesia.

HARAHAP, M. A. 2018. Tanggapan Pengunjung Terhadap Fasilitas Objek


Wisata Rumah Batu Serombou Di Kabupaten Rokan Hulu.

Hardani, dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. CV. Pustaka
Ilmu.

Kementrian Pariwisata. 2017. Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian


Pariwisata Tahun 2016. Jakarta: Biro Perencanaan dan Keuangan
Sekretariat Kementerian

Marfai, Muh Aris. 2011. Pengantar Pemodelan Geografi. Yogyakarta: Badan


Penerbit Fakultas Geografi.

Nurhasanah, I. S., Alvi, N. N., & Persada, C. 2017. Perwujudan pariwisata


berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat lokal di Pulau
Pahawang,Pesawaran, Provinsi Lampung. Tata Loka, 19(2), 117-128.
41

Pitana, I.G. & Gayatri, P.G. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset

Prayogo, A., & Baskoro, E. (2021). Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terpadu


terhadap Tingkat Kunjungan Wisatawan Domestik pada Wisata Pantai Sari
Ringgung di Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan. Jurnal Manajemen
DIVERSIFIKASI, 1(2), 111-118.

Rencana Strategis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Lampung Tahun


2015-2019 Provinsi Lampung.

Siyoto, S., & Sodik, M. A. (2015). Dasar metodologi penelitian. Sleman: Literasi
Media Publishing.

Soekanto, Soerjono., Sukanto, Suryono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:


Radja Grafindo Persada. 404 Halaman.

Sudarsono, A., & Wijayanti, A. T. 2016. Pengantar Sosiologi. Yogyakarta:


Universitas Negeri Yogyakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung:


CV ALFABETA.

Syuri, A. R., Haryono, E., & Zulkarnain, Z. 2017. Deskripsi Kondisi Sosial
Ekonomi Tenaga Kerja Obyek Wisata Pantai Sari Ringgung Tahun
2016. JPG (Jurnal Penelitian Geografi), 5(2).

Wulung, S. R. P. 2021. Pendekatan Spasial untuk Pengembangan Destinasi


Pariwisata Berkelanjutan. Tornare: Journal of Sustainable and
Research, 3(2), 68-73.

Yuniarsih, A., Marsono, D., Pudyatmoko, S., & Sadono, R. 2014. Pemodelan
Sistem Pengusahaan Wisata Alam Di Taman Nasional Gunung Ciremai,
Jawa Barat (Modelling of Nature Tourism Management System in Gunung
Ciremai National Park, West Java). Jurnal Manusia dan
Lingkungan, 21(2), 220-231.

Anda mungkin juga menyukai