Anda di halaman 1dari 69

STUDI KELAYAKAN DESA METI KECAMATAN

TOBELO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA


UTARA MENJADI DESA WISATA
PROPOSAL SKRIPSI

diajukan guna pengembangan kompetensi keilmuan terapan


pemerintahan dan syarat penyusunan skripsi pada Program Sarjana
Terapan Ilmu Pemerintahan Institut Pemerintahan Dalam Negeri

oleh
YARED VALENTHINO KOLLE
NPP 31.1006

PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN EKONOMI DAN


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI JATINANGOR
2023
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI

Judul Proposal Skripsi : STUDI KELAYAKAN DESA METI

KECAMATAN TOBELO TIMUR

KABUPATEN HALMAHERA UTARA

MENJADI DESA WISATA

Nama : Yared Valenthino Kolle

Nomor Pokok Praja : 31.1006

Program Studi : Pembangunan Ekonomi dan

Pemberdayaan Masyarakat

Fakultas : Politik Pemerintahan

Tempat dan Tanggal Lahir : Tobelo, 10 Februari 2002

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji pada

tanggal…….2023

Jatinangor, ………….2023
Dosen Pembimbing,

Dr. Haikal Ali, SE, MTP


PEMBINA TK. 1 (IV/b)
NIP.19660330 199203 1 008
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT,


DAFTAR ISI
TANDA PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I.......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................11

1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................11

1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................12

BAB II....................................................................................................... 13

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................13

2.1 Penelitian sebelumnya.................................................................13

2.2 Landasan Teoritis.............................................................................16

2.2.1 Studi kelayakan.........................................................................16

2.2.2 Studi Kelayakan Pariwisata.......................................................22

2.2.3 Desa Wisata..............................................................................22

2.2.4 Kriteria Desa Wisata..................................................................25

2.2.5 Analisis Daya Tarik Objek Wisata..............................................26

2.3 Landasan legalistik..........................................................................27

2.3.1 Undang Undang Nomor 10 tahun 2009.....................................27

2.3.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Pemerintahan Daerah...........................................................27

I
2.3.3 Rencana Induk Pembangunan Pariwisata (RIPPARNAS)PP
Nomor50 Tahun2011..........................................................................30

2.3.4 Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 6 Tahun 2011


Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Propinsi Maluku Utara Tahun 2010 – 2025........................................32

2.4 Kerangka Berfikir.............................................................................36

BAB III......................................................................................................38

METODE PENELITIAN............................................................................38

3.1 Pendekatan penelitian.....................................................................38

3.2 Operasionalisasi Konsep.............................................................40

3.3 Instrumen Penilaian.........................................................................42

3.4 Sumber Data dan Informan.............................................................50

3.4.1 Sumber Data.............................................................................50

3.4.2 Informan....................................................................................50

3.5 Teknik Pengumpulan Data...............................................................51

3.5.1 Metode Observasi.....................................................................52

3.5.2 Metode Wawancara...................................................................52

3.5.3 Metode Dokumentasi................................................................53

3.6 Teknik Analisis Data........................................................................53

3.6.1 Teknik Analisis Data mengunakan Pedoman ADO-ODTWA Ditjen


PHKA..................................................................................................56

3.7Jadwal dan Lokasi............................................................................57

3.7.1 Jadwal Penelitian......................................................................57

3.7.2 Lokasi Penelitian.......................................................................59

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................60

II
III
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya..........................................................14

Tabel 3. 1 Angka Bobot Aspek Penilaian Pariwisata...........................40

Tabel 3. 2 Indeks Kelayakan Objek Wisata(%).....................................41

Tabel 3. 3 Indeks Kelayakan Objek Wisata(%).....................................43

Tabel 3. 4 Kriteria Penilaian sarana dan prasarana penunjang..............45

Tabel 3. 5 Kriteria penilaian Aksesbilitas..............................................47

Tabel 3. 6 Kriteria Penilaian Kondisi Sekitar Kawasan........................48

Tabel 3. 7 Kriteria Penilaian Ketersedia Air Bersih..............................49

Tabel 3. 8 Daftar Narasumber................................................................51

Tabel 3. 9 Jadwal Penelitian...................................................................58

IV
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran.............................................................37

Gambar 3. 1 Bagan Analisis Sasaran.......................................................56

V
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis

khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara

SamudraPasifik dan Samudra Hindia. Indonesia juga merupakan Negara

kepulauan terbesar didunia yang mana terdiri dari 17.504 pulau, atau yang

sering kita dengar dengan sebutan Nusantara. Memiliki populasi lebih dari

263.846.946 juta jiwa pada tahun2016, dan Indonesia merupakan Negara

dengan jumlah penduduk terbesar keempat didunia dan Negara yang

berpenduduk muslim terbesar di dunia dengan lebih dari 220 juta jiwa.

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan

terbesar yang mana matahari, laut dan pasir merupakan sesuatu yang

dapat dinikmati oleh wisatawan disepanjang pantai Indonesia. Sumber

daya alam yang dimiliki merupakan suatu potensi yang harus dikelola dan

dikembangkan dengan baik oleh pemerintah untuk meningkatkan

kunjungan wisatawan

Pariwisata adalah salah satu sektor yang dapat mengerekan

perekonomian yang ada di masyarakat, tetapi pada pelaksanaanya harus

tetap memperhatikan aspek berkelanjutan melalui pengembangan

parawisata kerakyatan(Kamila & Setiobudi, 2022). Oleh karena itu untuk

muwujudkan parawisata berkelanjutan yang berbasis kerakyatan, maka

1
diperlukan adanya upaya diversifikasi atraksi wisata yang berorientasi

terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat,pelestarian seni budaya,

serta pembangunan sektor parawisata dengan mengedepankan aspek

ramah lingkungan (Ayu,2016). Salah satu badan PBB yang berfokus pada

bidan keparawisataan yaitu United Nations World Tourism Organization

(UNWTO) mendorong Indonesia dalam pengembangan sektor

parawisatanya, melalui pengembangan desa wisata hal tersebut

berdampak pada kenaikan tingkat perekonomian masyarakat sehingga

terciptanya pembangunan dan pemerataan sampai di tingkat desa.

Pengembangan sektor parawisata merupakan sesuatu yang harus

diperhatikan, karena dengan dikembangkanya sektor parawisata

diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kemajuan ekonomi

masyarakat. Disisi lain kegiatan parawisata merupakan merupakan salah

satu sektor non-migas yang diharapkan dapat menjadi salah satu sektor

yang memberikan kontribusi cukup besar bagi perekonomian di negara

Indonesia. Sebagaimana yang kita tahu, hampir seluruh dunia termasuk

Indonesia dalam 3 tahun kebelakang ini dilanda wabah penyakit Covid-19

yang melumpuhkan hampir seluruh sektor pendapatan masyarakat, salah

satunya adalah di sektor parawisata, pemerintah Indonesia dalam hal ini

melalui kementerian parawisata dan ekonomi kreatif telah melakukan

upaya upaya pemulihan sektor parawisata, dukungan pemulihan ekonomi

Nasionala (PEN) untuk parawisata dan ekonomi kreatif disalurkan melalui

berbagai program yaitu Bangga berwisata di Indonesia, Bangga Buatan

2
Indonesia, dan Indonesia Care/ I Do Care di sektor perhotelan dan

parawisata. Pemerintah melalui dana PEN juga mengalokasikan sebesar

7,67 triliun rupiah pada tahun ini, untuk mendukung pengembangan

Kawasan strategis parawisata nasional dan pelatihan SDM parawisata.

Sejalan dengan tujuan pemerintah untuk meningkatkan sektor

parawisata pasca covid-19, pemerintah mengembangkan desa wisata yag

bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan

rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi penganguran,melestarikan

alam, lingkungan dan sumber daya, serta memajukan kebudayaan. Desa

wisata adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari penduduk

suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung

dibawah sebuah pengelolaan dan memiliki kepedulian, serta kesadaran

untuk berperan bersama sesuai keterampilan dan kemampuan masing-

masing. Desa wisata merupakan suatu kawasan perdesaan yan

menampilkan suasana perdesaan dari berbagai aspek baik itu dari sisi

kehidupan sosial, budaya termasuk didalamnya adat istiadat yang ada

pada masyarakat setempat ekonomi, kegiatan sehari hari yang dilakukan

oleh masyarakat setempat, serta mempunyai struktur tata ruang yang

mempunyai ciri khas dan rancangan bangunan yang berciri khas atau

unik. Desa memiliki kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta

mempunyai potensi utuk dikembangkangkan komponen keparawisataan,

contohnya seperti daya tarik , minuman, makanan, cendera mata atau

3
oleh oleh, akomodasi, dan kebutuhan wisata lainya (Supriadi &

Roedjinand, 2017).

Desa wisata dalam pelaksanaan dan pembentukannya telah

diatur dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala

Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor 9 Tahun 2021 tentang

Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, dalam peratutran tersebut

diatur tentang pentingnya dibangun destinasi wisata yang berkelanjutan,

dengan tujuan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitaran

destinasi wisata tersebut, , melalui pemberkalan dan pemberdayaan

masyarakat yang berkelanjutan sehingga sektor parawisata ini dapat

menjadi sekktor non-migas yang dapat meningkatkan pendapatan asli

daerah maupun nasional. Apalagi pengembangan desa wisata merupakan

salah satu upaya peemrintah untuk mempercepat pembangunan desa

secara terpadu yang telah diamanatkan dalam Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Adanya desa wisata

bertujuan untuk mendorong pemerintah desa untuk mengoptimalkan

pemanfaatan dana desa dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, desa

wisata diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dasar dan prasarana

desa, kapasitas aparatur desa, serta meningkatkan potensi desa.

Maluku Utara adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di

bagian timur Indonesia. Provinsi ini terdiri dari sejumlah pulau di wilayah

Maluku, dan ibu kotanya adalah Sofifi. Maluku Utara merupakan salah

satu provinsi yang baru, karena secara resmi dimekarkan dari Provinsi

4
Maluku pada tahun 1999. Beberapa pulau besar yang termasuk dalam

wilayah Maluku Utara antara lain adalah Halmahera, Ternate, Tidore,

Bacan, dan beberapa pulau kecil lainnya. wilayah ini memiliki keindahan

alam yang menakjubkan, termasuk pantai-pantai yang eksotis, gunung-

gunung, dan taman laut yang kaya akan keanekaragaman hayati bawah

laut. Provinsi ini juga menurut data BPS tahun 2022 dinobatkan sebagai

provinsi dengan tingkat kebaahagian paling tinggi di Indonesia, karena

masyarakatnya yang toleran dan ramah sehingga sangat cocok untuk

jadikan tujuan destinasi bagi para turis dalam negeri dan luar negeri.

Salah satu wilayah di provinsi Maluku Utara yang mempunyai

kemampuan parawisata serta butuh melaksanakan pengembangan

parawisata dan memiliki potensi untuk mewujudkan desa wisata yakin

Kabupaten Halmahera Utara. Kabupaten Halmahera Utara merupakan

salah satu kabupaten di provinsi maluku utara, tepatnya di sebelah utara

pulau Halmahera yang merupakan pulau terbesar di Maluku Utara, Ibu

kota Kabupaten Halmahera Utara terletak di kecamatan Tobelo. Luas

kabupaten ini adalah 3.891,62 km2 dengan jumlah penduduk 197.638

jiwa. Dengan kondisi geografis yang berbentuk kepulauan sudah pastinya

di Halmahera utara memilki berbagai destinasi wisata yang indah dan

layak untuk dikembangkan, baik itu laut, pantai, gunung, maupun wisata

warisan budaya yang telah ada sejak zaman dahulu kala.

Desa Meti adalah salah satu desa dengan pantai dan laut yang

indah. Pulau Meti terletak di sebelah timur Kota Tobelo, di perairan Desa

5
Mawea, Halmahera Utara, Maluku Utara, pesona alam Pulau Meti yang

indah bagaikan surga tersembunyi di pesisir Maluku Utara. Kawasan

perairannya yang indah menampilkan terumbu karang yang indah.

Panorama pantai yang indah dan udara sejuk di sekitar pantai adalah

daya tarik utama pulau ini. Orang-orang setempat juga menciptakan

suasana yang hangat dan ramah, tidak mengherankan pulau ini menarik

banyak wisatawan. Pulau Meti memiliki banyak cerita tentang Perang

Dunia II. Jepang sempat menggunakannya untuk membangun kekuatan

militer selama Perang Dunia II, dengan berbagai potensi yang dimiliki oleh

Desa Meti ini penulis merasa bahwa sangatlah layak untuk

dipertimbangkan pekembangan nya menjadi desa wisata di Kabupaten

Halmahera Utara, karena walalupun memiliki potensi parawisata yang

banyak, masyarakat desa yang rata-rata mata pencaharianya adalah

nelayan masih berada di bawah angka garis kemiskinan, padahal jika

potensi parawisata yang dapat dimanfaatkan secara optimal, sudah tentu

dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Desa Meti. Adapun

beberapa kelebihan atau keuntungan jika sebuah desa menjadi destinasi

wisata, itu dapat menawarkan banyak keuntungan secara ekonomi, sosial,

dan lingkungan. Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat

diperoleh dari transformasi sebuah desa menjadi destinasi wisata:

1. Peningkatan Pendapatan: Desa sata dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat setempat dengan menarik wisatawan. Bisnis seperti

6
homestay, restoran,dan bisnis lain dapat membantu penduduk desa

mendapatkan uang tambahan.

2. Pemberdayaan Masyarakat Lokal: Pengembangan desa wisata

biasanya melibatkan penduduk setempat dalam kegiatan pariwisata. Ini

dapat menciptakan peluang pekerjaan lokal dan membantu dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat.

3. Peningkatan Infrastruktur: Karena lebih banyak wisatawan datang ke

desa, pemerintah cenderung meningkatkan infrastruktur desa. Ini akan

membantu penduduk setempat dan wisatawan dengan memperbaiki jalan,

sanitasi, dan fasilitas lainnya.

4. Pengembangan Warisan Budaya: Desa wisata sering kali melestarikan

dan mempromosikan tradisi dan warisan budaya mereka. Ini dapat

memberikan dorongan untuk melestarikan tradisi lokal dan membantu

generasi muda menghargai warisan budaya mereka

5. Pelestarian Alam dan Lingkungan: Sebagai destinasi wisata,

pengelolaan desa biasanya melibatkan upaya pelestarian alam dan

lingkungan, yang dapat mencakup pengelolaan sumber daya alam,

pengurangan limbah, dan memberikan lingkungan kepada wisatawan dan

masyarakat setempat.

6. Peningkatan Kesadaran Budaya: Desa wisata memberi wisatawan

kesempatan untuk berinteraksi dengan budaya lokal secara langsung. Ini

7
dapat meningkatkan pemahaman dan rasa saling menghargai antara

wisatawan dan penduduk setempat.

7. Pengembangan Ekonomi Diversifikasi: Ketika desa berkembang

menjadi tempat wisata, ekonominya cenderung lebih beragam. Bisnis lain,

seperti pertanian, kerajinan tangan, atau pembuatan produk lokal, juga

dapat berkembang di luar sektor pariwisata.

8. Promosi Pendidikan: Wisatawan seringkali mendorong penduduk

setempat untuk lebih belajar, terutama dalam hal keterampilan dan

pengetahuan yang berkaitan dengan pariwisata. Namun, perlu

diperhatikan bahwa pengembangan desa menjadi desa wisata juga harus

dikelola dengan bijak untuk meminimalkan dampak, seperti over-tourism,

perubahan budaya yang tidak diinginkan, atau kerusakan lingkungan.

Alasan pemilihan Desa Meti menjadi desa yang dapat diajukan

menjadi desa wisata, karena pemerintah Kabupaten Halmahera Utara

sekarang sedang berupaya untuk meningkatkan perekonomian

masyarakat Halmahera utara melalui sektor parawisata, namun di

Kabupaten Halmahera Utara itu sendiri belum ada desa yang menjadi

desa wisata, padahal jika kita melihat potensi yang ada di Desa Meti ini

dapat dipertimbangkan dan diupayakan untuk menjadi desa wisata

pertama di Kabupaten Halmahera Utara, baik itu potensi keindahan

alamnya, maupun budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat Desa

Meti.

8
Menurut (Kartika dkk., 2020) Dalam pengembangan desa menjadi desa

wisata,harus memperhatikan prinsip pengembangan produk desa wisata:

a. Keaslian : atraksi yang ditawarkan adalah aktivitas asli yang terjadi

pada masyarakat di desa tersebut;

b. Masyarakat setempat: merupakan tradisi yang dilakukan oleh

masyarakat dan menjadi keseharian yang dilakukan oleh masyarakat;

c. Keterlibatan masyarakat : masyarakat terlibat secara aktif dalam

aktivitas di desa wisata;

d. Sikap dan nilai: tetap menjaga nilai-nilai yang dianut masyarakat dan

sesuai dengan nilai dan norma sehari-hari yang ada; dan

e. Konservasi dan daya dukung : tidak bersifat merusak baik dari segi fisik

maupun sosial masyarakat dan sesuai dengan daya dukung desa dalam

menampung wisatawan.

Karena banyaknya aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan di desa,

desa wisata memiliki kemampuan untuk mengurangi urbanisasi

masyarakat dari desa ke kota. Desa wisata juga dapat berfungsi sebagai

upaya untuk melestarikan dan memberdayakan potensi budaya lokal dan

prinsip kearifan lokal (local wisdom).

Berdasarkan pengalaman penulis ketika beberapa kali mengunjungi

Desa Meti, des aini termasuk kategori desa yang mengandalkan keunikan

alam yang ada di desa tersebut, seperti laut dan pantai yang indah,

9
namun juga tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke kategori desa

wisata yaitu desa wisata kolaboratif, asalkan masyaraka setempatt dapat

menjadikan kearifan lokal yang ada di desa tersebut menjadi daya tarik

tersendiri bagi Desa Meti.

Salah satu kegiatan yang dapat mendorong terkenalnya daerah

parawisata di Kabupaten Halmahera Utara khususnya parawisata yang

ada di Desa Meti adalah festival wonderfull Halmahera yang merupakan

sebuah event yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Halmahera

Utara, untuk mengenalkan destinasi pariwisata dan kebudayaan yang ada

di Kabupaten Halmahera Utara, festival wonderfull Halmahera yang

dijadikan sarana promosi parawisata ini terakhir kali dilaksnakan pada

tahun 2019, setelah itu tidak pernah lagi dilaksanakan karena pandemik

covid-19 yang melanda Indonesia berapa tahun terakhir ini, namun

menurut informasi yang saya peroleh dari salah satu ASN di Dinas

parawisata Kabupaten Halmahera Utara melalui panggilan telepon

katanya festival wonderfull Halmahera sedang direncanakan untuk

dilaksanakan di tahun 2024 nanti.

Pembentukan desa wisata adalah upaya kolaboratif yang melibatkan

banyak pihak, dan Dinas Parawisata berperan sebagai fasilitator utama

dalam proses ini untuk memastikan kesuksesan dan keberlanjutan desa

wisata. Peningkatan terhadap sektor parawisata di Kabupaten Halmahera

Utara sejatinya telah coba dilakukan oleh pemerintah daerah dengan

berbagai cara baik itu dengan melakukan seperti sail festival pariwisata

10
tobelo, sail Tanjung bongo, maupun festival Adat Masyarakat Nusantara

yang diaksanakan di Tobelo dengan maksud untuk dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat melalui sektor parawisata, namun hasil yang

didapat masih belum maksimal dirasakan oleh masyarakat secara

langsung, hal ini terlihat dari destinasi wisata yang menjadi sepi setelah

event-event tersebut dilaksanakan, serta perekonomian masyarakat yang

mengantungkan hidupnya di sektor parawisata yang tak kunjung membaik

ataupun meningka. Dengan adanya permasalahan di atas maka penulis

akan mengambil judul :” STUDI KELAYAKAN DESA METI MENJADI

DESA WISATA DI KABUPATEN HALMAHERA UTARA “

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis kelayakan terhadap

pengembangan desa menjadi destinasi desa wisata. Untuk mencapai

tujuan ini, beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab adalah:

1. Identifikasi potensi wisata di Desa Meti

2. Identifikasi kelayakan desa wisata berdasarkan potensi wisata di Desa

Meti

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

11
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi objek

wisata yang dimiliki Desa Campakamulya serta mengetahui kelayakan

Desa Meti menjadi desa wisata berdasarkan objek wisata berdasarkan

analisis dari Drijen PHKA.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi dan peluang

pengembangan desa menjadi destinasi desa wisata.

2. Memberikan panduan praktis bagi pemerintah, komunitas, dan individu

yang tertarik untuk mengembangkan desa wisata.

3. Memberikan wawasan tentang dampak positif dan negatif dari

pengembangan desa wisata.

4. Mendorong pembangunan berkelanjutan dan pelestarian budaya lokal

dalam pengembangan desa wisata.

12
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian sebelumnya

Penelitian sebelumnya adalah upaya peneliti untuk mencari

perbandingan dan untuk mencari inspirasi yang baru untuk penelitian yang

dilaksanakan, disamping itu kajian terdahulu membantu peneliti untuk

memposisikan penelitian serta menunjukan keaslian dari penelitian.

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian-penelitian

sebelumnya yang menjadi referensi dan bahan pembanding dalam

Menyusun penelitian ini. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai salah satu

acuan konten, sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan

dalam mengkaji penelitian yang sedang dilakukan. Pada bagian ini peneliti

mencatumkan beberapa hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan

penelitian yang akan hendak dilaksanakan. Kemudian membuat

ringkasanyaa dalam bentuk tabel di bawah ini. Dengan melakukan

langkah ini, maka akan dapat dilihat sejauh mana keaslian dan posisi

penelitian yang akan dilakukan.

Berikut penelitian-penelitian yang menjadi bahan pembanding dan

acuan :

13
Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

No Nama Judul Persamaan Perbedaan


penelitian
1. Nabila Vita Studi Sama sama 1.Lokasi
Kamila(Disemina kelayakan menilai penelitian
si Tugas Akhir) desa cipada kelayakan 2.Instrumen
kecamatan desa menjadi Penilaian
cikalong desa wisata yang berbeda
wetan
kabupaten
bandung barat
sebagai desa
wisata
2. Riska Saputri Strategi Sama-sama 1.Lokasi
pengembanga menilai penelitian
n Desa Wisata kelayakan 2. Pada
Limbasari suatu desa penelitian ini
melalui wisata, dilihat desa wisata
pemberdayaa dari aspek sudah ada
n masyarakat daya tarik, sendangkan
Kecamatan aksibilitas, penelitian
Bobotsari sarana dan yang akan
Kabupaten prasarana dilaksanakan
Purbalingga. penunjang di desa Meti,
dan lain-lain desa
wisatanya
belum ada.
3 I Gusti Nyoman Pengembanga Memiliki 1.Desa wisata
Bagus S.B n Desa Wisata permasalahan nya sudah
I Nyoman Terhadap yang sama ada
Mahaendra Yasa Kesejahteraan yaitu 2.Lebih
Masyarakat pengembanga berfokus
Desa n desa wisata kepada
Panglipuran diharapkan pengembanga
Kecamatan dapat n desa wisata
Bangli meningkatkan serta
Kabupaten kesejahteraan hubunganya

14
Bangli masyarakat dengan
yang tinggal di kesempatan
wilayah memperoleh
tersebut kesempatan
kerja
4. Muhammad Analisis 1.Sama sama 1.Lokasi
Attar, Luchman Potensi dan menilai penelitian
Hakim, dan Arahan kelayakan 2.Instrumen
Bagyo Startegi desa menjadi penelitian
Kebijakan tujuan wisata, yang
Pengembanga digunakan
n Desa mengunakan
Ekowisata Di penilaian
Kecamatan potensi
Bumiaji Kota ODTW
Batu 3.
Mengangkat
juga tentang
arah strategi
yang akan
diambil
5. Ruslan Budiarto Studi Pokok Ruslan
Kelayakan Penelitian Budiarto
Sungai Cicatih sama sama menjelaskan
Sebagai Objek menghitung tentang minat
Wisata Minat nilai khusus arung
Khusus Arung kelayakan jeram dan
Jeram Di objek wisata Daftar
Kabupaten penelitian
Sukabumi ditetapkan
oleh Dinas
Kebudayaan
dan
Parawisata
Jawa barat.
6. Intan Maharani Analisis Pokok 1.Lokasi
Kelayakan penelitian penelitian
Potensi sama sama 2. Tahun
Ekowisata menghitung Penelitian
Pada nilai

15
Kawasan kelayakan
Wisata Alam objek wisata
Bungi
Kecamatan
Kokalukuna
Kota Bau Bau

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN (kesimpulan saja)


2.2 Landasan Teoritis

2.2.1 Studi kelayakan

Studi kelayakan (Feasibility study) adalah sebuah penilaian mengenai

kelayakan dari suatu proyek yang akan dikerjakan. Ujuan dari studi

kelayakan adalah untuk mengetahui secara obyektif dan rasional,

keunggulan dan kelemahan dari hal yang sudah ada dan proyek yang

akan dikerjakan, serta menentukan apakah suatu proyek seharusnya

dikerjakan, dirancang ulang, atau dibatalkan. Studi kelayakan dilakukan

sebelum pengembangan teknis dan implementasi proyek.

Pengertian studi kelayakan menurut O’Brien adalah studi awal untuk

merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir, kebutuhan

sumber daya, biaya, manfaat, dan kelayakan proyek yang diusulkan.

Analisis kelayakan adalaj proses pengukuran dan kelayakan, kelayakan

sebaiknya diukur sepanjang siklus hidup.

Sesuai dengan pengertiannya studi kelayakan bisnis sangat penting

dilakukan sebelum atau sesudah proyek dijalankan, tujuan studi

kelayakan bisnis itu sendiri yaitu (Kasmir & Jakfar,2020:12) :

16
1. Menghindari resiko kerugian
untuk menghindari kerugian di masa mendatang, karena di masa

mendatang ada semacam ketidakpastian. Ada situasi yang dapat

diprediksi akan terjadi atau dengan sendirinya terjadi tanpa diprediksi.

Dalam hal ini, studi kelayakan berfungsi untuk mengurangi potensi

bahaya, baik yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat

dikendalikan.

2. Memudahkan perencanaan
Jika sudah dapat meramalkan apa yang akan terjadi dimasa yang

akan datang, maka akan mempermudah kita dalam melakukan

perencanaan dan hal – hal apa saja yang perlu direncanakan.

Perencanaan meliputi beberapa jumlah dana yang diperlukan, kapan

usaha atau proyek akan dibangun, siapa – siapa yang akan

melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa besar

keuntungan yang akan diperoleh serta bagaimana mengawasinya jika

terjadi penyimpangan. Yang jelas dalam perencanaan sudah terdapat

jadwal pelaksanaan usaha, mulai dari usaha dijalankan sampai waktu

tertentu.

3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan


Akan sangat memudahkan pelaksanaan bisnis dengan memudahkan

berbagai rencana yang sudah disusun. Dengan memiliki pedoman yang

harus diikuti oleh para pelaksana yang mengerjakan proyek tersebut,

pekerjaan dapat dilakukan secara sistematis sehingga mencapai tujuan

17
dan sesuai dengan rencana. Selama melakukan setiap tahap yang telah

direncanakan, rencana yang sudah disusun dijadikan acara.

4.Memudahkan pengawasan

Dengan menjalankan bisnis atau proyek sesuai dengan rencana, akan

lebih mudah bagi perusahaan untuk melakukan bisnis tanpa menyimpang

dari rencana. Karena mereka merasa ada yang mengawasi mereka,

mereka dapat benar-benar melakukan pekerjaan mereka.

5. Memudahkan pengendalian
Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan

maka jika terjadi suatu penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga

akan dapat dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut. Tujuan

pengendalian adalah untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan tidak

melenceng dari rel yang sesungguhnya, sehingga pada akhirnya tujuan

perusahaan akan tercapai.

Dari pengertian dan tujuan studi kelayakan di atas maka dapat ditarik

kesimpulan, bahwa studi kelayakan dapat berperan penting dalam proses

mengambil keputusan investasi. Hasil akhir yang disajikan dari studi

kelayakan merupakan dasar pertimbangan (teknis, ekonomis, dan

komersial) untuk memutuskan apakah investasi pada proyek tertentu jadi

dilakukan atau tidak. Untuk pola yang digunakan untuk meneliti suatu

proyek tidak hanya satu macam saja. Namun terdapat bermacam-macam

18
pola, hal ini dikarenakan bidang usaha itu sendiri terdiri dari berbagai

macam sektor.

Menurut Siswanto Sujoto, pola studi yang digunakan untuk meneliti

suatu kelayakan proyek secara umum mencakup aspek-aspek, yaitu:

Pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, manajemen operasi proyek,

serta ekonomi dan keuangan, Aspek-aspek tersebut saling berhubungan,

jadi tidak boleh melupakan satu aspek saat menilai yang lain.

Pembagian dan pengkajian aspek-aspek dalam studi kelayakan

menurut Subagyo, dibedakan menjadi dua bagian yaitu:

a. Aspek primer

Aspek primer merupakan aspek yang utama dalam penyusunan

studi kelayakan. Aspek primer ini ada dalam semua sektor usaha

yang terdiri dari:

1) Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam studi kelayakan bisnis dan investasi, aspek pasar mencakup

harga, permintaan, dan penawaran. Permintaan dan penawaran

dilakukan dengan menggunakan metode proyeksi untuk beberapa

tahun ke depan. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat

penyerapan pasar sehingga harga tidak turun.

1) Aspek Teknis dan Teknologi

19
Mempelajari cara teknis menjalankan proses produksi termasuk

dalam bagian ini. Namun, mengingat perkembangan teknologi yang

sangat cepat, diperlukan perencanaan untuk menghadapinya.

Tujuannya adalah agar teknologi yang akan digunakan dapat

meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan ekonomi, sehingga produk

yang dihasilkan dapat bersaing di pasar.

2) Aspek Manajemen dan Organisasi

Aspek ini dilakukan dalam yaitu yang pertama, manajemen saat

pembangunan proyek bisnis dan yang ke dua saat bisnis

dioperasionalkan secara rutin. Manajemen buruk dapat

menyebabkan proyek bisnis gagal. Namun, aspek organisasi

adalah bagaimana pekerjaan, otoritas, dan sumber daya

dialokasikan kepada organisasi sehingga tujuan dapat dicapai.

3) Aspek Hukum

Tujuan dari aspek hukum yaitu untuk meneliti keabsahan,

kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki.

Penelitian ini sangat penting mengingat sebelum usaha tersebut

dijalankan, maka segala prosedur yang berkaitan dengan izin-izin

atau berbagai persyaratan harus terlebih dahulu sudah terpenuhi.

4) Aspek Ekonomi dan keuangan

20
Setiap usaha pasti akan memiliki dampak positif dan negatif.

Dampak ini akan dirasakan oleh berbagai pihak, termasuk

pengusaha, pemerintah, dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh

karena itu, aspek ekonomi dan sosial harus dipertimbangkan

karena kesalahan dalam menilai akan memiliki dampak yang luas.

2) Aspek Sekunder

Aspek skunder adalah aspek pelengkap yang disusun

berdasarkan permintaan instansi yang terkait dengan objek

studi, yaitu:

1) Aspek Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

Analisis mengenai dampak lingkuan (AMDAL) adalah hasil

studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan

dan diperkirakan akan memiliki dampak yang signifikan

terhadap lingkungan hidup. Tujuan dari analisis dampak

lingkungan (AMDAL) ini adalah untuk memperkirakan

seberapa besar dampak dari rencana usaha dan atau

kegiatan akan berdampak pada lingkungan hidup.

2) Aspek Sosial

Menurut Kasmir dan jakfar yang berkaitan dengan dampak

sosial suatu proyek atau investasi yaitu, adanya perubahan

demografi, perubahan budaya masyarakat, danperubahan

masyarakat.

21
2.2.2 Studi Kelayakan Pariwisata

Studi kelayakan pariwisata Menurut Pitana dan Diarta,

mencakup beberapa hal spesifik yang harus dipahami dengan baik

jika suatu usaha pariwisata mau memaksimalisasi potensi untuk

sukses. Hal tersebut diantaranya yaitu faktor yang mempengaruhi

permintaan dan penawaran pariwisata.

a. Faktor permintaan potensial

Jumlah penduduk lokal dan tingkat kepadatan penduduk dapat

digunakan untuk memperkirakan permintaan pariwisata.

b. Faktor tempat wisata

Begitupun dengan penawaran, terdapat empat aspek yang

harus diperhatikan dalam penawaran pariwisata, yaitu attraction

(daya tarik), acesable (transportasi), amenities (fasilitas),

ancillary (kelembagaan)

2.2.3 Desa Wisata

Pariwisata merupakan sebuah komoditas ekonomi baru yang mulai

dikembangkan. Ketika datang ke teori ekonomi yang lebih luas,

keunggulan kompetisi dalam pariwisata diukur dari perspektif permintaan.

Misalnya, pariwisata harus berkembang dari permintaan ke penawaran

agar memiliki keunggulan komparatif. Hal ini disebabkan oleh pendapatan

orang, populasi negara wisatawan, biaya hidup, biaya transportasi, nilai

tukar, dan inflasi. Kondisi lingkungan, infrastruktur, dan nilai budaya

22
adalah alasan mengapa tempat wisata sering dikunjungi.Murphy (Tjahjadi

Michael et al., 2016).

Teori keunggulan komparatif yang dikemukakan oleh David Ricardo

mengacu pada keunggulan yang dimiliki setiap daerah atau negara.

Dalam teori tersebut dikemukakan bahwa apabila dua negara melakukan

perdagangan suatu komoditi yang bagi negara tersebut merupakan

keunggulan komparatif karena negara tersebut berspesialisasi pada suatu

komoditi, maka negara-negara tersebut akan mendapatkan keuntungan

Salah satu upaya untuk mewujudkan keunggulan komparatif adalah

dengan mengembangkan desa wisata. Nuryanti (dalam Yuliati &

Suwandono,2016) mengatakan bahwa desa wisata adalah kombinasi dari

atraksi, akomodasi, dan fasilitas pendukung yang dikemas dalam suatu

pola kehidupan masyarakat yang menyatu dengan adat dan tradisi yang

sesuai.Desa wisata adalah jenis pariwisata yang menawarkan berbagai

kegiatan perjalanan wisata yang mendorong pengunjung untuk membeli

barang atau melakukan perjalanan wisata ke desa wisata. Angkutan

wisata, atraksi wisata, dan akomodasi adalah komponen dari produk

pariwisata.

Desa wisata adalah sebuah wujud kombinasi antara akomodasi,

atraksi, dan sarana pendukung yang dikenalkan dalam sebuah tata

kehidupan masyarakat yang menjadi satu dengan aturan dan tradisi yang

berlaku . Sebuah desa bisa disebut desa wisata ialah desa yang

23
mempunyai potensi wisata yang dapat dikembangkan, sebuah tradisi, dan

kebudayaan yang menjadi ciri khas, aksesibilitas dan sarana prasarana

yang mendukung program desa wisata, keamanan yang terjamin,

terjaganya ketertiban, dan kebersihan. Dasar dalam pengembangan desa

wisata ialah pemahaman tentang karakter dan kemampuan elemen yang

ada dalam desa, seperti: kondisi lingkungan dan alam, sosial budaya,

ekonomi masyarakat, struktur tata letak, aspek historis, budaya

masyarakat dan bangunan, termasuk indigeneus knowledge

(pengetahuan dan kemampuan lokal) yang dipunya masyarakat

(Karangasem, dalam Yusuf A.Hilman Dkk 2018).

Mengutip dari pendapat Subagyo, jika dilihat dari perspektif

kehidupan masyarakatnya, pariwisata pedesaan atau desa wisata

merupakan suatu bentuk wisata dengan objek dan daya tarik berupa

kehidupan desa yang memiliki ciri-ciri khusus dalam masyarakatnya,

panorama alam dan budayanya, sehingga mempunyai peluang untuk

dijadikan komoditi bagi wisatawan khususnya wisatawan asing.

Kehidupan desa sebagai tujuan wisata adalah desa sebagai objek

sekaligus juga sebagai subjek dari kepariwisataan yaitu sebagai pihak

penyelenggara sendiri dari berbagai aktivitas kewisataan dan hasilnya

akan dinikmati oleh masyarakat secara langsung. Oleh karena itu peran

aktif masyarakat sangat menentukan kelangsungan kegiataan.

Wisata desa atau desa wisata sangat dipengaruhi oleh intensitas

kegiatan, lokasi, manajemen, dan dukungan masyarakat lokal.

24
Keberhasilan wisata desa atau desa wisata harus sesuai dengan

keinginan masyarakat lokal dan tidak direncanakan secara sepihak.

Mendapat dukungan dari masyarakat lokal, bukan hanya dari satu orang

atau kelompok. Karena keinginan wisatawan untuk hal yang unik dan

produk yang menarik, inisiatif yang menggerakkan modal usaha,

profesionalisme pemasara, dan citra yang jelas harus dikembangkan.

2.2.4 Kriteria Desa Wisata

Adapun karakteristik desa wisata yang harus dimiliki olleh desa

agar dapat menjadi desa wisata, ada beberapa karakteristik desa wisata

yaitu :

1. memiliki banyak daya tarik wisata, baik fisik (perswahan unik, pantai,

dll.) maupun non-fisik (tradisi budaya unik). Daya tarik fisik dan non-

fisik ini dapat digunakan untuk menarik wisatawan ke desa tersebut.

2. memiliki komunitas masyarakat yang tinggal diwilayah tersebut, serta

memiliki sikap menerima dan berkomitmen kuat sebagai tuan rumah

/host dengan wisatawan sebagai tamu/guest untuk dapat saling

berinteraksi, menghargai dan memberikan manfaat yang saling

menguntungkan

3. memiliki kelembagaan pengelolaan yang memadai dan sumber daya

manusia lokal yang potensial untuk mendukung pengelolaan dan

pengembangan desa wisata.

4. Memilki potensi dan peluang pengembangan pasar wisatawan sebagai

unsur pendukung kesinambungan pengembangan desa wisata.


25
Masing-masing kriteria digunakan untuk mengevaluasi karakteristik

utama suatu desa, yang kemudian digunakan untuk menentukan

apakah desa tersebut akan dikategorikan sebagai tinggal inap, on-day

trip, atau berhenti sejenak.

2.2.5 Analisis Daya Tarik Objek Wisata

Analisis data menggunakan pedoman Analisis Daerah Operasi

Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Dirjen PHKA 2003.

Komponen yang dinilai yaitu 1) Daya tarik objek wisata, 2) Aksesibilitas, 3)

Kondisi lingkungan sosial ekonomi, 4) Akomodasi, 5) Sarana dan

prasarana, 6) Ketersediaan air bersih.

Objek dan daya tarik yang telah dinilai kemudian dianalisis sesuai

dengan kriteria pengskoringan ADO-ODTWA tahun 2003 sesuai dengan

nilai yang ditentukan untuk masing-masing kriteria. Jumlah nilai dari

masing-masing kriteria dapat dihitung dengan rumus:

S=NxB
Keterangan:
S = Skor suatu kriteria
N = Jumlah nilai unsur-unsur pada kriteria
B = Bobot nilai

Hasil dari penilaian setiap unsur masing-masing kriteria objekwisata


dirata-ratakan sehingga diperoleh hasil akhir penilaian

26
pengembangan objek wisata dan dilakukan perbandingan dengan
klasifikasi unsur pengembangan berdasarkan nilai bobot.

2.3 Landasan legalistik

2.3.1 Undang Undang Nomor 10 tahun 2009

Desa wisata, menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009,

didefinisikan sebagai daerah tujuan wisata atau destinasi parawisata yang

mengintegrasikan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas parawisata,

dan aksebilitas, yang disajikan dalam struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan adat istiadat dan norma. Secara umum, sebuah desa

wisata adalah suatu wilayah pedesaan yang dapat memanfaatkan semua

fitur yang terkait dengan produk wisata. Desa-desa ini menawarkan

secara keseluruhan suasana yang memiliki tema dengan mencerminkan

keaslian pedesaan dari segi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, dan adat

keseharian, dengan ciri khas arsitektur dan tata ruang desa yang

menggabungkan berbagai aktivitas wisata.

2.3.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014


Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

membahas pembagian urusan kepada pemerintah daerah yang

diamanahkan oleh pemerintah pusat untuk mempercepat terwujudnya

pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta

peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip

27
demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan isi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, urusan

pemerintahan terdiri dari urusan pemerintahan absolut, urusan

pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Urusan

pemerintahan yang sepenuhnya merupakan wewenang pemerintah pusat

adalah urusan pemerintahan absolut. Sedangkan urusan pemerintahan

yang tidak sepenuhnya me jadi kewenangan pusat adalah urusnan

konkuren. Urursan konkuren dilaksanakan oleh pemerintah pusat,

pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota.

Urusan konkuren menjadi dasar pelaksanaan otonomi. Berbeda dengan

urusan pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan konkuren, urusan

pemerintahan umum adalah urusan yang menjadi kewenangan presiden

sebagai kepala pemerintahan.

Urusan pemerintahan konkuren terbagi atas dua jenis, yaitu urusan

pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan. Sebagaimana yang

telah diatur pada pasal 12 ayat 3, urusan pemerintahan pilihan meliputi :

kelautan dan perikanan; pariwisata; pertanian; kehutanan; energi dan

sumber daya mineral; perdagangan; perindustrian; dan transmigrasi.

Pemerintah daerah diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat untuk

melaksanakan urusan pemerintahan. Salah satu urusan pemerintahan

28
yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah adalah

urusan pemerintahan pilihan pada bidang urusan pariwisata.

Hal ini menandakan bahwa pemerintah daerah baik pemerintah provinsi

dan pemerintah Kabupaten/kota berhak mengatur dan mengurus urusan

kepariwisataanya untuk dapat menciptakan kesejahteraan sosial

masyarakat. Pemerintah daerah. Dalam pembagian urusan Pariwisata

dibagi menjadi empat sub urusan yaitu Destinasi Pariwisata, Pemasaran

Pariwisata, Pengembangan ekonomi kreatif melalui pemanfaatan dan

perlindungan hak kekayaan intelektual, Pengembangan daya pariwisata,

dan ekonomi kreatif. Selain itu dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2014

Sub urusan mengenai Pengembangan daya pariwisata dan ekonomi

kreatif, Pemerintah Kabupaten/ Kota juga memiliki tanggungjawab untuk

melakukan beberapa hal yang meliputi:

1. Pengelolaan daya tarik wisata kabupaten/kota.

2. Pengelolaan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota.

3. Pengelolaan destinasi pariwisata

4. Penetapan tanda daftar usaha pariwisata

5. Pemasaran pariwisata dalam dan luar negeri daya tarik, destinasi

dan kawasan strategis pariwisata kabupaten/kota.

6. Penyediaan prasarana (zona kreatif/ruang kreatif/kota kreatif)

sebagai ruang bereksplorasi, berpromosi dan berinteraksi bagi

insan kreatif di daerah kabupaten kota.

29
7. Pelaksanaan peningkatan kapasitas sumber daya manusia

pariwisata dan ekonomi kreatif tingkat dasar.

2.3.3 Rencana Induk Pembangunan Pariwisata (RIPPARNAS)PP


Nomor 50 Tahun 2011

Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 menjelaskan bahwa

pembangunan pariwisata nasional mencakup destinasi pariwisata,

pemasaran pariwisata, industri pariwisata, dan kelembagaan pariwisata.

Pembangunan pariwisata nasional diselenggarakan beradasarkan

RIPPARNAS. RIPPARNAS sendiri memuat visi, misi, tujuan, sasaran dan

arah pembangunan kepariwisataan nasional periode 2010-2025.

Visi pembangunan kepariwisataan nasional adalah terwujudnya

Indonesia sebagai negara tujuan pariwisata berkelas dunia, berdaya

saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan

kesejahteraan rakyat. Sedangkan untuk mewujudkan misi tersebut, maka

ditetapkanlah 4 (empat) misi pembangun kepariwisataan nasional, yaitu :

1. Destinasi Pariwisata yang aman, nyaman, menarik, mudah dicapai,


berwawasan lingkungan, meningkatkan pendapatan nasional,
daerah dan masyarakat;
2. Pemasaran Pariwisata yang sinergis, unggul, dan bertanggung
jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan nusantara dan
mancanegara;
3. Industri Pariwisata yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan
kemitraan usaha, dan bertanggung jawab terhadap lingkungan
alam dan sosial budaya; dan

30
4. Organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme
operasional yang efektif dan efisien dalam rangka mendorong
terwujudnya Pembangunan Kepariwisataan yang berkelanjutan.

Dari Pembentukan visi dan misi pembangunan kepariwisataan

nasional di atas, pembangunan kepariwisataan nasional memiliki tujuan

sebagai berikut :

1. Peningkatan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata;


2. Penyampaian atau pengumuman tentang destinasi pariwisata
Indonesia dengan; menggunakan media pemasaran secara efektif,
efisien dan bertanggung jawab;
3. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional;
4. Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola
pariwisata yang dapat mensinergikan Pembangunan Destinasi
Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara
profesional, efektif dan efisien.

Pembangunan kepariwisataan daerah memiliki sasaran. Sasaran

pembangunan kepariwisataan nasional adalah sebagai berikut :

1. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara;


2. Jumlah pergerakan wisatawan nusantara;
3. Jumlah penerimaan devisa dari wisatawan mancanegara;
4. Jumlah pengeluaran wisatawan nusantara; dan
5. Produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan

Agar visi dan sasaran pembangunan kepariwisataan daerah tertuju

dengan tepat Arah pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan

sebagai berikut :
31
1. Dengan berdasarkan prinsip Pembangunan Kepariwisataan yang
berkelanjutan;
2. Dengan orientasi pada upaya peningkatan pertumbuhan,
peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta
pelestarian lingkungan; dengan tata kelola yang baik;
3. Secara terpadu secara lintas sektor, lintas daerah, dan lintas
pelaku; dan
4. Dengan mendorong kemitraan sektor publik dan privat.

2.3.4 Peraturan Daerah Propinsi Maluku Utara Nomor 6 Tahun 2011


Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah
Propinsi Maluku Utara Tahun 2010 – 2025

Pembangunan kepariwisataan daerah diselenggarakan dengan

berpedoman pada RIPPARDA. RIPPARDA memuat visi penyelenggaraan

pembangunan daerah yaitu terwujudnya Propinsi Maluku Utara sebagai

destinasi wisata Daerah berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan,

unik, dan berbasis pada potensi kearifan lokal yang mendorong

pembangunan daerah dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mewujudkan

misi tersebut maka dirancang dan ditetapkan 5 (lima) misi, yaitu :

1. Meningkatkan daya saing pariwisata Propinsi Maluku Utara baik

pada tingkat Daerah maupun global sehingga mampu

meningkatkan jumlah kunjungan;

2. Mengembangkan daerah tujuan wisata di Maluku Utara yang aman,

nyaman, menarik, mudah dicapai, dan berwawasan lingkungan

sehingga mampu meningkatkan pendapatan daerah dan

masyarakat;

32
3. Mengembangkan pemasaran pariwisata yang sinergis, unggul, dan

bertanggung jawab untuk meningkatkan kunjungan wisatawan baik

nusantara maupun mancanegara di Maluku Utara;

4. Mengembangkan industri pariwisata di Maluku Utara yang berdaya

saing, kridibel, mampu menggerakkan kemitraan usaha, dan

bertanggung jawab atas kelestarian dan keseimbangan lingkungan

alam dan sosial budaya; dan

5. Mengembangkan organisasi Pemerintah Daerah, swasta, dan

masyarakat di Maluku Utara, mengembangkan sumber daya

manusia, regulasi, dan mekanisme operasional yang efektif dan

efisien dalam rangka mendorong terwujudnya kepariwisataan yang

berkelanjutan.

Adapun tujuan dari penyelenggaran pembangunan kepariwisataan

daerah dapat dilihat sebagai berikut :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas kawasan pariwisata di Maluku

Utara yang mampu menarik dan meningkatkan arus kunjungan

wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara, meningkatkan

Produk Domestik Bruto, devisa Daerah, Produk Domestik Regional

Bruto, Pendapatan Asli Daerah, dan pendapatan masyarakat,

dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan;

2. Mengkomunikasikan kawasan pariwisata di Maluku Utara dengan

menggunakan media pemasaran secara efektif, efisienuntuk

meningkatkan citra kawasan pariwisata Maluku Utara dan apresiasi

33
terhadapnya sehingga mampu menarik kunjungan dan kunjungan

ulang wisatawan mancanegara dan wisatawan Nusantara;

3. Mewujudkan industri pariwisata yang mampu menggerakkan

perekonomian nasional/daerah melalui peningkatan investasi di

bidang pariwisata, kerjasama antarusaha pariwisata, memperluas

lapangan kerja, dan melaksanakan upaya-upaya untuk mendukung

pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat; dan

4. Mengembangkan lembaga kepariwisataan dan sistem tata kelola

yang mampu menyinergikan pembangunan industri pariwisata,

kawasan pariwisata, dan pemasaran pariwisata secara profesional,

efektif, dan efisien.

Sasaran dari penyelenggaran pembangunan kepariwisataan daerah

meliputi beberapa poin berikut:

1. Terciptanya peningkatan kualitas dan kuantitas kawasan pariwisata

di Maluku Utara yang mampu menarik dan meningkatkan arus

kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara,

meningkatkan PAD dan PDRB, dan pendapatan masyarakat,

dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan;

2. Terkomunikasikannya kawasan pariwisata di Maluku Utara dengan

menggunakan media komunikasi pemasaran secara efektif dan

efisien untuk meningkatkan citra kawasan pariwisata Maluku Utara

sehingga mampu meningkatkan apresiasi dan menarik kunjungan

34
dan kunjungan ulang wisatawan mancanegara dan wisatawan

Nusantara;

3. Tewujudnya industri pariwisata di Maluku Utara yang mampu

menggerakkan perekonomian nasional melalui peningkatan

investasi di bidang pariwisata, kerjasama antarusaha pariwisata,

memperluas lapangan kerja, dan melaksanakan upaya-upaya

untuk mendukung pelestarian lingkungan dan pemberdayaan

masyarakat; dan

4. Terciptanya pengembangan lembaga kepariwisataan dan sistem

tata kelola yang mampu menyinergikan pembangunan industri

pariwisata, kawasan pariwisata, dan pemasaran pariwisata secara

profesional, efektif, dan efisien;

Agar visi dan sasaran pembangunan kepariwisataan daerah tertuju

dengan tepat, maka perlu memperhatikan arah pembangunan

kepariwisataan sebagai berikut :

1. Pembangunan kepariwisataan Daerah dilaksanakan dengan

mendasarkan pada prinsip pembangunan kepariwisataan yang

berkelanjutan;

2. Pembangunan kepariwisataan Daerah dilaksanakan dengan

orientasi pada upaya-upaya pertumbuhan, peningkatan

kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, serta pelestarian

lingkungan;

35
3. Pembangunan kepariwisataan Daerah dilaksanakan dengan tata

kelola yang baik;

4. Pembangunan kepariwisataan Daerah dilaksanakan secara

terpadu secara lintas sektor, lintas daerah , dan lintas pelaku; dan

5. Pembangunan kepariwisataan Daerah dilaksanakan dengan

mendorong kemitraan sektor publik dan privat.

2.4 Kerangka Berfikir

Dasar pemikiran dari penelitian ini adalah Desa Meti yang terletak

di kecamatan Tobelo timur Kabupaten Halmahera Utara menyimpan

potensi sumberdaya alam yang sangat besar untuk dikembangkan

menjadi desa wisata yang dapat memberikan banyak dampak positif bagi

masyarakat desa Meti. Studi mengenai Analisis kelayakan desa Meti

menjadi desa wisata di Kabupaten Halmahera Utara dapat memberikan

informasi mengenai kelayakan Desa Meti menjadi Desa Wisata di

Kabupaten Halmahera Utara, dengan manganalisis beberapa aspek

seperti daya tarik, aksebilitas, dan sarana prasarana. Maka akan di

dapatkan nilai kelayakan desa Meti, apakah layak untuk dikembangkan

menjadi desa wisata ataukah tidak, dan hasil penelitian ini akan berguna

dalam pemberian informasi yang relevan sehingga kedepannya

pengembangan desa wisata tersebut dapat terarah dan lebih baik lagi dan

akan lebih banyak di kunjungi oleh para wisatawan.

Berikut bagan kerangka berfikir studi kelayakan dari penelitian ini :


36
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran

Kawasan Desa Meti

Studi Kelayakan Desa Meti

Analisis data menggunakan pedoman Analisis Daerah


Operasi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam Dirjen
PHKA 2003.

37
Saran dan Kondisi Pengelolaan
Daya Tarik Akomodasi Aksebilitas
Prasarana Lingkungan dan Pelayanan
Wisata

BAB III
Mengetahui kelayakan Desa Meti untuk menjadi Desa Wisata
di Kabupaten
METODE Halmahera
PENELITIANUtara

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah

berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu

rasional empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu

dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh

penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan diamati oleh

indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui

cara-cara yang digunakan. Sendangkan sistematis artinya proses yang

digunakan dalam penelitian ini mengunakan langkah-langkah tertentu

bersifat logis.

3.1 Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jenis

pendekatan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan untuk penelitian

ini adalah metode skoring dengan melakukan pembobotan dan kemudian

dianalisis dengan analisis dekriptif kualitatif yang mendeskripsikan data-

data yang diperoleh, baik dari data sekunder maupun data primer.

Menurut Mukhtar (2013), metode penelitian deskriptif kualitatif adalah

38
sebuah metode yang digunakan peneliti untuk menemukan pengetahuan

atau teori terhadap penelitian pada satu waktu tertentu.

Dalam perwujudannya pada penelitian ini, peneliti melakukan

observasi lapangan untuk meninjau secara langsung kondisi dari lokasi

penelitian dengan didukung oleh data lain berupa foto dan klarifikasi dari

warga Desa Meti untuk mendukung serta membuktikan kebenaran dari

hasil observasi yang telah dilakukan. Setelah data hasil observasi

terkumpul kemudian dilakukan skoring (pembobotan) dengan menilai

indicator-indikator hasil temuan pada lokasi studi mengunakan acuan

berdasarkan Pedoman Analisis Daerah Operasi Obyek Daya Tarik Wisata

PHKA (2003). Setelah diperoleh hasil dari pembobotan tersebut,

kemudian dilanjutkan dengan analisis dengan membahas dan

menjabarkan secara deskriptif hasil yang telah diperoleh. Setelah

dilakukan analisis deskripsi, indicator-indikator yang membutuhkan data

penunjang untuk mendukung serta membuktikan kebenaran dari hasil

yang telah diperoleh maka dapat dilampirkan foto hasil dokumentasi serta

hasil klarifikasi dari masyarakat Desa Meti.

3.2 Operasionalisasi Konsep

Operasionalisasi Konsep penelitian ini dilakukan dengan meninjau

beberapa literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai

tujuan peneltian. Penelitian ini diawali dengan adanya rencana

39
pengembangan daerah melalui pembangunan di berbagai sektor dan

salah satunya adalah sektor parawisata yang diharapkan dapat

meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat lokal

disekitar objek wisata.

Dalam penelitian ini, mengkaji seberapa besar potensi yang dimilki

oleh Desa Meti untuk dapat dikembangkan sebagai Kawasan wisata alam

di Kabupaten Halmahera Utara dengan melihat potensi parawisata

berdasarkan indicator penilaian potensi berlandaskan pedoman Analisis

Daerah Operasi Objek Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Ditjen

PHKA (2003).

3.2.1 Bobot Penilaian Objek Wisata

Tabel 3. 1 Angka Bobot Aspek Penilaian Pariwisata

NO ASPEK BOBOT KETERANGAN


1. Daya Tarik 6 Daya tarik diberi 6 karena daya
tarik merupakan faktor utama
alasan seseorang melakukan
perjalanan wisata
2. Aksebilitas 5 Aksesibilitas diberi bobot 5 karena
merupakan faktor penting yang
mendukung wisatawan dapat
melakukan kegiatan wisata
3. Sarana dan 3 Sarana dan Prasarana diberi
Prasarana bobot 3 karena hanya bersifat
sebagai penunjang dalam
kegiatan wisata.
4. Koondisi 5 Bobot penilaian kondisi
Lingkungan lingkungan sosial ekonomi adlah
5,dengan radius 5 km dari obyek
wisata
5. Pengelolaan 5 Bobot penilaian pengelolaan dan

40
dan pelayanan pelayanan adalah 5, karena
merupakan faktor penting dalam
parawisata yang berhubungan
langsung dengan kepuasan
pengunjung
6. Akomodasi 3 Bobot penilaian akomodasi 3,
karena merupakan salah satu
faktor yang diperlukan dalam
kegiatan wisata, khususnya
pengunjung dari tempat yang
cukup jauh.

Karsudi dkk (2010) menyatakan setelah dilakukan perbandingan,

maka akan diperoleh indeks kelayakan dalam persen. Indeks kelayakan

suatu Kawasan pariwisata adalah sebagai berikut :

3.2.2 Indeks Kelayakan Penilaian Objek Wisata

Tabel 3.2
Indeks Kelayakan Objek Wisata(%)

Tabel 3. 2 Indeks Kelayakan Objek Wisata(%)


Angka Kelayakan dalam % Keterangan
Tingkat kelayakan >66% Layak dikembangkan, dengan kriteria
suatu Kawasan wisata yang memiliki
potensi, sarana dan prasarana yang tinggi
berdasarkan parameter yang telah
ditetapkan serta didukung oleh
aksesibilitas yang memadai.
Tingkat kelayakan >33,3-66,5% Belum layak dikembangkan, dengan
kriteria suatu Kawasan wisata yang
memiliki potensi, sarana dan prasarana
yang sedang berdasarkan parameter yang
telah ditetapkan serta didukunh oleh

41
aksesibilitas yang cukup memadai.
Tingkat kelayakan <33,2% Tidak layak dikembangkan, dengan
kriteria suau Kawasan wisata yang
memilki potensi, sarana dan prasarana
yang rendah berdasarkan parameter yang
tela h ditetapkan serta aksesibilitas yang
kurang memadai

3.3 Instrumen Penilaian

Analisis mengenai identifikasi potensi Desa Meti menjadi Desa

wisata mengunakan data hasil observasi berdasarkan Pedoman Analisis

Daerah Obyek dan Data Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Ditjen PHKA

(2003). Kemudian hasil observasi dilakukan skoring( pembobotan) dan

kemudian dijelaskan mengunakan analisis deskriptif.

Penilaian dilakukan untuk melihat seberapa besar potensi yang

dimiliki oleh Desa Meti. Kriteria yang dipakai sebagai dasar dalam

penilaian terdiri dari: daya tarik wisata, aksesibilitas, sarana dan

prasarana, kondisi lingkungan, pengelolaan dan pelayanan, dan

akomodasi. Dari masing-masing kriteria tersebut dalam penilaiannya

terdiri dari indicator dan sub indicator yang masing-masing memiliki bobot

nilai yang berbeda yang besarnya antara 1-6. Berikut tersaji tabel

pembobotan (skoring) berdasarkan pedoman ADO-ODTWA Ditjen PHKA.

a. Daya Tarik Objek Wisata

Daya tarik Objek Wisata merupakan hal penting yang harus

diperhatikan sebab itulah yang menjadi alasan utama kenapa pengunjung

42
ingin mengunjungi tempat tersebut, oleh sebab itu kriteria diberikan nilai

indeks 6

Tabel 3. 3 Indeks Kelayakan Objek Wisata(%)


Unsur Nilai
1. Keindahan : Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. pemandangan indah menuju 30 25 20 15 10
pantai
b. pemandangan indah
dari pantai ke sekitar
c. keserasian bangunan dengan
lingkungan
d. keserasian suasana
e. keindahan bawah laut
2. Kekhasan lingkungan desa Meti Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
: 30 25 20 15 10
a. ada nilai sejarah
b. ada pulau
c. kekhasan flora

43
No. Unsur Nilai
d. kekhasan fauna
e. kekhasan budaya
3. Kegiatan wisata yang dilakukan Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
: 30 25 20 15 10
a. Camping
b. Wisata air
(perahu,berenang,snorkeling)
c. Menikmati keindahan
alam d.Kuliner
e.Memancing
4. Kebersihan lokasi objek wisata, Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
terhindar dari: 30 25 20 15 10
a. Industri
b .Jalan ramai
c. Pemukiman penduduk
d .Sampah
e. Vandalisme
5. Kenyamanan: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Bebas bau yang mengganggu 30 25 20 15 10
b. Ada tepi pantai yang landai
c. Tidak ada lalu lintas yang
mengganggu
d. Udara sejuk
e. Bebas kebisingan
6. Keselamatan: Ada 5 Ada 4 Ada 3 Ada 2 Ada 1
a. Tidak arus yang berbahaya
b. Bebas gangguan tumbuhan
berbahaya

44
c. Bebas kepercayaan yang 30 25 20 15 10
mengganggu
d. bebas gangguan binatang
berbahaya
e. Bebas gangguan manusia

JUMLAH

Sumber:Pedoman Analisis Objek Daya Tarik Wisata Dirjen PHKA

b.Sarana dan Prasarana Penunjang (nilai indeks = 3)

Selain mellihat dari potensi daya tarik objek wisata yang dimiliki oleh

desa, penilaian prasarana penunjang untuk membantu dalam

pengembanganpun sangat diperluka oleh sebab itu berikut penilian kriteria

sarana dan prasarana penujang wisata :

Tabel 3. 4 Kriteria Penilaian sarana dan prasarana penunjang


No Unsur/Sub Unsur Macam
>5 4 3 2 1 Nilai
macam macam Macam Macam Macam
NILAI
1 Sarana
a. Rumah
makan/minum
b. Sarana wisata
air
c. MCK
d. Rest area
e. Kios 50 40 30 20 10
cinderamata
f. Sarana
angkutan
umum

45
g. Tempat ibadah
h. Area parkir
i. Bank
j. Pasar
2 Prasarana
a. Jaringan
telepon
50 40 30 20 10
b. Jaringan listrik
c. Jaringan air
minum
d. Kantor
pemerintahan
e. Puskesmas
f. Jalan
g. Dermaga
Jumlah

Sumber:Pedoman Analisis Objek Daya Tarik Wisata Dirjen PHKA

c. Kriteria Penilaian Aksesibilitas

Setelah penilian sarana prasarana dan potensi desa, jarak tempuh dari

pusat bandara dan pusat kota serta keterjangkauan lokasi wisata terhadap

pusat pusat lainnya harus dipertimbangkan, sebab itu berikut penilaian

kriteria aksesbilitas :

46
Tabel 3. 5 Kriteria penilaian Aksesbilitas

No Unsur NILAI
1 Kondisi dan jarak jalan BAIK CUKUP SEDANG BURUK
darat dari Ibu Kota
Kabupaten

< 75 km 80 60 40 20
76-150 km 60 40 25 15
151-225 km 40 20 15 8
>225 km 20 10 5 1
2 Jarak Dalam KM
Pintu gerbang udara S/d 150 151-300 301-450 451-
internasional/Domestik 600
Ternate 15 10 5 1
Manado 25 20 15 10
Kao 30 25 20 15
Morotai 40 35 30 25
3 Waktu tempuh dari Ibu Waktu dalam Jam
Kota Provinsi 1-2 2-3 3-4 4-5
30 25 20 15

4 Frekuensi kendaraan dan >50 40-49 30-39 20-29


pusat informasi ke obyek
wisata (buah/hari) 30 25 20 15

Jumlah
Sumber: Pedoman Analisis Objek Daya Tarik Wisata Dirjen PHKA

d. Kondisi Sekitar Kawasan radius 5 km dari batas kawasan (nilai indeks = 5)

47
Tabel 3. 6 Kriteria Penilaian Kondisi Sekitar Kawasan

No. Unsur/Sub Unsur Nilai


1 Tata ruang wilayah Ada dan Ada tapi Dalam Tidak ada
obyek sesuai tidak sesuai proses
penyusunan
30 20 15 5
2 Mata pencaharian Sebagian Sebagian Petani/nelay Pemilik
penduduk besar besar an lahan/kapa
sebagai pedagang l/pegawai
buruh kecil dan
pengrajin
30 25 20 15
3 Ruang gerak > 50 41 – 50 31 – 40 < 30
pengunjung (ha) 30 25 20 10
4 Pendidikan penduduk Sebagian Sebagian Sebagian Sebagian
sekitar objek wisata besar lulus besar lulus besar lulus besar
SLTA ke SLTP SD tidak lulus
Atas SD
30 25 20 15
5 Tingkat kesuburan Tidak Sedang Subur Sangat
tanah subur/kriti subur
S
30 25 20 15
6 Tanggapan Sangat Mendukun Cukup Kurang
masyarakat terhadap mendukun g mendukung mendukun
pengembangan obyek g g
wisata alam
30 25 20 10
Jumlah

Sumber: Pedoman Analisis Objek Daya Tarik Wisata Dirjen PHKA

48
e. Ketersediaan Air Bersih (Nilai Indeks = 6)

Tabel 3. 7 Kriteria Penilaian Ketersedia Air Bersih


No. Unsur/Sub Unsur Macam Nilai

1 Volume Air Banyak (30) Cukup Sedikit Sangat


(25) (20) sedikit
(10)
2 Jarak sumber air 0 – 1 km (30) 1.1 – 2 2.1 – 4 > 4 km
terhadap lokasi objek km (25) km (20) (10)
3 Dapat tidaknya air Sangat mudah (30) Mudah Agak Sukar
dialirkan ke objek (25) sukar (10)
wisata (20)
4 Kelayakan dikonsumsi Dapat langsung Perlu Perlakua Tidak
dikonsumsi (30) perlakua n layak
n dengan (10)
sederha bahan
na (25) kimia
(20)
5 Ketersediaan/Kontinuit Sepanjang tahun 6-9 3–6 <3
as (30) bulan bulan bulan
(25) (20) (10)
Jumlah

Sumber: Pedoman Analisis Objek Daya Tarik Wisata Dirjen PHKA

(Sero, 2015)

49
3.4 Sumber Data dan Informan

3.4.1 Sumber Data

Menurut Moleong “Sumber data penelitian kualitatif adalah yang berupa

kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda

yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat

dalam dokumen atau bendanya”.

Sumber data penelitian kualitatif secara garis besar dapat dibedakan


menjadi dua, yaitu manusia dan yang bukan manusia.Namun ketika peneliti
memilih manusia sebagai subjek harus tetap mewaspadai manusia
mempunyai pikiran, perasaan, kehendak, dan kepentingan. Untuk
mempermudah mengidentifikasi sumber data, Menurut Arikunto(2010)
mengklasifikasikan menjadi 3 P, yaitu person, place dan paper:
P = person, sumber data berupa orang, dimana sumber data yang dapat
memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atas
jawaban tertulis melalui angket.

P = place, sumber data berupa tempat, yaitu sumber data yang


menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak, misalnya
ruangan, kelengkapan, alat, wujud benda, aktifitas, kinerja, kegiatan
belajar-mengajardan lain sebagainya.

P = paper, sumber data berupa simbol, yaitu sumber data yang


menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau
simbolsymbol lain, lebih mudahnya bisa disebut dengan metode
dokumentasi.

3.4.2 Informan

Informan adalah individu atau kelompok orang yang akan berfungsi

sebagai sumber informasi dalam penelitian. Dengan kata lain, informan

50
adalah narasumber yang akan dimintai beberapa jawaban untuk pertanyaan-

pertanyaan yang telah ditetapkan. Berikut adalah beberapa informan yang

akan digunakan oleh peneliti sebagai sumber informasi dalam penelitian.

Tabel 3. 8 Daftar Narasumber

NO Informan Jumlah

1. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera 1


Utara
2. Sekertaris Dinas Pariwisata Kabupaten 1
Halmahera Utara
3. Kepala Sub bagian Progrma DISPAR 1
Kabupaten Halmahera Utara
4. Kepala Desa Meti 1

5. Sekertaris Desa Meti 1

6. Wisatawan di desa Meti 5

7. Pemilik Homestay di desa Meti 1

Jumlah 11

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dibutuhkan pada penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data primer dibutuhkan untuk menggali informasi langsung dari

pihak pengelola dan instansi terkait tingkat, bentuk, dan faktor penentu

pengembangan kawasan Desa Meti. Sementara itu, data sekunder

dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristik wilayah

51
studi.Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini menggunakan

observasi. Berikut penjelasannya:

3.5.1 Metode Observasi

Metode observasi dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung

pada Kawasan Objek Wisata Desa Meti dengan melihat karakteristik

kawasannya, potensi Objek Kawasannya, aksesibilitas, sarana dan

prasarana, karakteristik masyarakat sekitarnya, serta keterlibatan masyarakat

terhadap kegiatan yang ada di sekitar Kawasan wisata Desa Meti. Selain

menggunakan metode observasi, penelitian ini juga menggunakan

pengumpulan data primer dan studi dokumen beserta literatur-literatur untuk

pengumpulan data sekunder.

3.5.2 Metode Wawancara

Wawancara adalah suatu proses komunikasi atau interaksi dalam

mengumpulkan informasi dengan sistem tanya jawab yang dilakukan antara

peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Simangunsong, 2017).

Wawancara juga diartikan juga sebagai dialog tatap muka antara penanya

dengan informan untuk mendapatkan infromasiterkait objek penelitian yang

telah dirancang sebelumnya. Seiring dengan perkembangan teknologi,

proses wawancara juga bisa dilakukan tanpa bertatap muka langsung, yakni

dengan memanfaatkan media telekomunikasi.

52
Terdapat beberapa tahapan persiapan yang harus disiapkan dalam

melakukan proses wawancara menurut (Simangunsong, 2017), yaitu :

1. Menyiapkan pedoman wawancara

2. Menyiapkan alat wawancara

3. Mengatur waktu wawancara

Saat melaksanakan wawancara, peneliti sudah menyiapkan pedoman

wawancara sebelumnya. Pedoman wawancara digunakan sebagai pengingat

mengenai indikator-indikator yang digunakan pada penelitian. Sehingga

proses wawancara tetap mengacu pada pedoman wawancara yang telah

dibuat sebelumnya oleh peneliti.

3.5.3 Metode Dokumentasi

Mengumpulkan data atau informasi tidak hanya dengan wawancara

atau melakukan observasi lingkungan, tetapi dapat juga dengan

memanfaatkan dokumen-dokumen yang telah ada seperti surat, catatan

harian, arsip, foto, hasil rapat, jurnal dan sebagainya. Teknik ini merupakan

teknik yang lebih sederhana dibandingkan dengan 2 (dua) teknik

sebelumnya..

53
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data adalah sebuah proses pemeriksaan, pengolahan, dan

permodelan data yang digunakan untuk menginformasikan kesimpulan dari

data yang telah diteliti. proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,

Data akan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam

penelitian ini, data diperoleh dengan cara observasi yang kemudian dianalisis

dengan menggunakan metode skoring yang kemudian akan dideskripsikan

dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Merode pengolahan data dalam

penelitian ini mengadopsi teknik analisis dari Miles dan Huberman (2014)

yang menyebutkan bahwa teknik analisis data penelitian kualitatif meliputi:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses yang dilakukan peneliti dalam melakukan

memilih dan memusatkan perhatian. Data-data yang telah diperoleh selama

proses penelitian dikumpulkan untuk kemudian dipilih dan difokuskan kepada

hal-hal pokok dan penting yang sesuai dengan masalah yang diteliti

kemudian selanjutnya direduksi, dirangkum dan difokuskan pada satu hal

sehingga dapat ditentukan pola atau temanya dalam susunan yang

sistematis.

Data yang telah diperoleh oleh penulis selama proses penelitian ditulis

dalam bentuk uraian dan laporan yang terperinci. Tujuannya adalah untuk

54
diperoleh gambaran yang dengan mudah dapat dipahami dari hasil penelitian

tersebut, mempermudah dalam pencarian kembali data yang telah

ditemukan, serta membantu dalam memberikan simbol atau kode pada

aspek-aspek tertentu. Sehingga data hasil reduksi ersebut dapat

mendeskripsikan secara spesifik dan pengumpulan data selanjutnya yang

mampu dipermudah.

b. Penyajian Data/Data Display


Menampilkan data yang telah diolah dan diseleksi ke dalam suatu

bentuk, bisa berupa penjabaran singkat, bagan, hubungan antara kategori,

fIow chart, dan lainnya. Hal inilah yang sangat membantu dalam penarikan

kesimpulan. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data yang telah

dikumpulkan dalam bentuk tabel dan penjabaran agar memudahkan dalam

memahami sekaligus menganalisis data dan informasi yang ada.

c. Kesimpulan

Penarikan kesimpulan didasarkan pada interpretasi dari data-data

yang dikumpulkan yang sifatnya dominan atau yang frekuensinya paling

banyak muncul dan berdasarkan apa yang dilihat serta dirasakan oleh

peneliti selama berada di lokasi penelitian.

55
3.6.1 Teknik Analisis Data mengunakan Pedoman ADO-ODTWA Ditjen
PHKA

Analisis mengenai identifikasi potensi Objek Wisata Desa Meti

menggunakan data hasil observasi berdasarkan Pedoman Analisis Daerah

Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA) Ditjen PHKA

(2003). Kemudian hasil Observasi dilakukan skoring (Pembobotan) dan

kemudian dijelaskan menggunakan analisis deskriptif.

Gambar 3. 1 Bagan Analisis Sasaran

Sumber: Analisis penulis 2023

56
Penilaian dilakukan untuk melihat seberapa besar potensi yang

dimiliki oleh Obyek Wisata Air Terjun Curup Kambas. Kriteria yang dipakai

sebagai dasar dalam penilaian terdiri dari: daya tarik wisata,aksesibilitas,

kondisi lingkungan sosial ekonomi, pengelolaan dan pelayanan, akomodasi,

sarana dan prasarana, ketersediaan air bersih dan keamanan. Dari masing-

masing kriteria tersebut dalam penilaiannya terdiri dari indikator dan sub

indikator yang masing masing memiliki bobot nilai yang berbeda yang

besarnya antara 1-6.

3.7Jadwal dan Lokasi

3.7.1 Jadwal Penelitian

Berdasarkan jadwal penelitian yang telah ditetapkan oleh Lembaga

Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), waktu peneIitian dilakukan

berdasarkan Kalender Akademik Tahun Ajaran 2023/2024.

Penyusunan skripsi dimulai dengan kegiatan penyusunan dan pengajuan

usulan penelitian selama lebih kurang 1 (satu) bulan. Penyusunan usulan

penelitian diawali dengan tahap seleksi dari pihak fakultas terhadap judul

57
serta melakukan bimbingan dengan dosen pembimbing. Secara rinci

kegiatan dan jadwal penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 3. 9 Jadwal Penelitian

TAHUN 2023 TAHUN 2024


NO KEGIATAN
SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN
AUG

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 34

Pengajuan A AA A
Judul dan
Penyusunan PPP P
Usulan
RRR R
Penelitian
222 2
1. 000 0

222 2

222 2

Pengumpula
n Naskah
2.
Usulan
Skripsi
Seminar
Usulan
3.
Penelitian
Perbaikan
4. Usulan Skripsi
Penelitian dan
5. Pengumpulan
Data

58
Penyusunan
6.
Skripsi
Penggandaan,
Pengumpulan,
7.
Pendaftaran
Naskah Skripsi
Ujian
8.
Komprehensif
Perbaikan dan
9. Pengumpulan
Skripsi

3.7.2 Lokasi Penelitian

Untuk menyesuaikan dengan fokus yang akan diteliti serta dalam

mendapatkan kelengkapan data-data, maka peneliti mengambil lokasi

penelitian di 2 (dua) tempat, yaitu Dinas Parawisata Kabupaten Halmahera

Utara dan Desa Meti kecamatan Tobelo Timur Kabupaten Halmahera Utara..

59
DAFTAR PUSTAKA

Sripambudi, Galuh Istu, Yusuf Adam Hilman, and Bambang Triono. "Strategi

Dinas Pariwisata dalam Pengembangan Infrastruktur Objek Wisata

Telaga Ngebel di Kabupaten Ponorogo." Ganaya: Jurnal Ilmu Sosial Dan

Humaniora 3.1 (2020): 38-50.

Kamila, N. V, & Setiobudi, A. (2022). Studi Kelayakan Desa Cipada

Kecamatan Cikalong Wetan Kabupaten Bandung Barat Sebagai Desa

Wisata. Ftsp, 425–431.

https://eproceeding.itenas.ac.id/index.php/ftsp/article/view/1418

Kartika, I., Lisnini, & Alhadi, E. (2020). Studi Kelayakan Desa Burai sebagai

Desa Wisata di Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Terapan Ilmu Ekonomi,

Manajemen Dan Bisnis, 1(1), 20–29.

http://jurnal.polsri.ac.id/index.php/jtiemb

60
Ngetje, H. (2021). Implementasi Program Festival Wonderful Dalam

Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal

Administrasi Publik, 7(106), 81–91.

Sero, A. (2015). Odel Pengembangan Pariwisata Bahari Berbasis

Masyarakat Di Kabupaten Halmahera Utara. Jurnal Nasional Pariwisata,

4(1), 72.

Syamsu, Moch Nur. "Studi Kelayakan Air Terjun Nggembor sebagai Destinasi

Wisata untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Jatimulyo,

Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo,

Yogyakarta." Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah 12.3 (2018): 71-84.

Simangunsong, F. (2017). Metodologi Penelitian Pemerintahan (3 ed.). Alfabeta.

Analisis data menggunakan pedoman Analisis Daerah Operasi Objek dan

Daya Tarik Wisata Alam ( ADO-ODTWA ) Dirjen PHKA 2003 .

Komponen yang dinilai yaitu 1 ) Daya tarik objek wisata , 2 ) Aksesibilitas

, 3 ) Kondisi lingkungan sosial ekonomi , 4 ) Akomodasi. (2003).

61

Anda mungkin juga menyukai