Anda di halaman 1dari 56

STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA PANTAI KENJERAN LAMA

OLEH DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA

Diajukan Dalam Rangka Memenuhi

Mata Kuliah Seminar MK Kosentrasi

Disusun Oleh:

DIKI CANDRA PUTRA

1111600014

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

TAHUN 2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii


DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.1 Rumusan Masalah ............................................................................. 11
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 11
1.4.1 Manfaat Teoritis / Perkembangan Ilmu .................................... 11
1.4.2 Bagi Peneliti ................................................................................ 12
1.4.3 Bagi Pemerintah / Institusi ......................................................... 12
1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat .......................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 14
2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 14
2.2 Landasan Teori .................................................................................. 33
2.2.1 Pengembangan Wisata ............................................................... 33
2.2.2 Manajemen Pelayanan Publik.................................................... 34
2.2.3 NPM (New Publik Manajemen) ................................................. 36
2.3 Kerangka Pikir Penelitian ................................................................. 38
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 41
3.1 Jenis Penelitian ...................................................................................... 41
3.2 Fokus Penelitian ................................................................................. 42
3.3 Lokasi ................................................................................................. 42
3.4 Sumber Data ...................................................................................... 43
3.4.1 Data Primer ................................................................................ 44
3.4.2 Data sekunder ............................................................................. 44
3.5 Jenis Data ........................................................................................... 44
3.5.1 Wawancara ................................................................................. 45
3.5.2 Observasi ..................................................................................... 45
3.5.3 Dokumentasi ............................................................................... 45
3.6 Analisis Data ...................................................................................... 46
3.6.1 Pengumpulan Data ..................................................................... 46
3.6.2 Reduksi Data ............................................................................... 46
3.6.3 Penyajian Data ............................................................................ 47
3.6.4 Penarikan Kesimpulan ............................................................... 47
3.7 Keabsahan Data ................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 50

ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Matriks Penelitian Terdahulu.......................................................................25

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Data Pengunjung Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya...........................8
2.1 Kerangka Pikir Penelitian..................................................................... ........40

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang sedang serius digarap oleh

negara-negara di dunia termasuk Indonesia, dalam rangka mendorong

perekonomian nasional. Indonesia merupakan negara kepulauan yang luas

wilayahnya terutama di sektor pariwisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang

saling berkaitan antara wisatawan, obyek sebagai daya tarik, dan usaha yang terkait

dengan wisata itu sendiri. Pariwisata dapat dikategorikan dalam fenomena sosial,

ekonomi, politik, budaya dan teknologi sehingga menjadikan perhatian dari para

ahli dan perencanaan pembangunan.

Undang-Undang nomor 10 tahun 2009 dalam ketentuan umum menyatakan

bahwa kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata

dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan

setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat,

sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha (PJLHK,

2009).

Menurut (Fandeli, 2011) (1995:37) mengemukakan bahwa pariwisata adalah

segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya

tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dijelaskan pula

bahwa wisata merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat

tujuan lain di luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah,

1
2

melainkan untuk menciptakan kembali kesegaran baik fisik maupun psikis agar

dapat berprestasi lagi.

Sementara itu Menurut (Pendit, 2011) (1990:29) bahwa pariwisata merupakan

suatu sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik, seperti

kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan dan transportasi.

Ditambahkan pula bahwa pariwisata terdiri 10 unsur pokok, yaitu : 1) politik

pemerintah, 2) perasaan ingin tahun, 3) sifat ramaha tamah, 4) jarak dan waktu, 5)

atraksi, 6) akomodasi, 7) pengangkutan, 8) harga-harga, 9) publisitas dan 10)

kesempatan berbelanja.

(Hadi & Ari, 2017) Pengembangan wisata pada hakikatnya suatu proses dalam

rangka memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang telah ada. Pengembangan

wisata dapat berupa kegiatan pembangunan, pemeliharaan, pelestariaan, fasilitas

infrastruktur lainnya. Pengembangan wisata merupakan kegiatan pengembangan

masyarakat di dasarkan pada memajukan tingkat hidup masyarakat, melestarikan

identitas lokal, meningkatnya pendapatan secara ekonomis, memanfaatkan

pariwisata seoptimal mungkin sebagai salah satu pendapatan pemerintah, pengelola

dan warga sekitar yang digunakan untuk mengembangkan wisata.

Menurut (Joyosuharto, 2011) (1995:46) bahwa pengembangan pariwisata

memiliki tiga fungsi, yaitu: 1) menggalakkan ekonomi, 2) memelihara kepribadian

bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup, 3) memupuk rasa cinta

tanah air dan bangsa. Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut maka diperlukan

pengembangan obyek wisata dan daya tarik wisata, meningkatkan dan


3

mengembangan promosi dan pemasaran, serta meningkatkan pendidikan dan

pelatihan kepariwisataan.

Melihat dinamika perkembangan pariwisata di Indonesia, bahwa untuk

melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (2) UU No 10 Tahun 2009 tentang

Kepariwisataan, Perlu menetapkan Perda tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017-2032. (RI, 2017) Pemerintah

daerah diberikan kuasa penuh untuk mengelola potensi pariwisata yang terdapat di

wilayahnya. Hal ini mendorong pemerintah daerah untuk dapat mengelola secara

maksimal pariwisata alamnya. Komitmen pemerintah daerah untuk memajukan

daerahnya secara otomatis mendorong stakeholder daerah, dalam hal ini

pemerintah yang bekerja sama dengan swasta untuk bersama-sama mengelola dan

membangun berbagai potensi pariwisata di daerahnya dan menawarkan berbagai

obyek wisata yang menarik untuk di kunjungi. Di Jawa Timur, salah satu kota besar

dan dikenal sebagai kota industri dan perdagangan yaitu Kota Surabaya. Selain

terkenal dengan kota industri dan perdagangan, Kota Surabaya memiliki beberapa

objek wisata. Akan tetapi sebagian diantaranya tidak menarik dan tidak bisa

diandalkan.

Adanya kewenangan dan otonomi daerah di bidang pengelolaan wilayah

pesisir sejauh 12 mil dari garis pantai sebagaimana diatur dalam Undang –Undang

kepariwisataan di daerah tercantum dalam peraturan daerah Kota Surabaya Nomor

23 tahun 2012 tentang kepariwisataan (JDIH, 2012). Berkembangnya pariwisata

disuatu daerah akan mendatangkan banyak manfaat bagi masyarakat, yakni secara

ekonomis, sosial dan budaya. Namun, jika pengembangannya tidak dipersiapkan


4

dan dikelola dengan baik, justru akan menimbulkan berbagai permasalahan yang

menyulitkan atau bahkan merugikan masyarakat sekitar. Salah satu daerah yang

berusaha mengembangakan potensi kepariwisataan untuk meningkatkan

pendapatan daerah dan masyarakat adalah provinsi Jawa Timur. Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Jawa Timur menunjukkan bahwa Kota Surabaya memiliki berbagai

pariwisata yang menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat. (Choridotul, R, &

Sudarti, 2018).

Perkembangan khususnya di sektor pariwisata kota Surabaya merupakan suatu

kegiatan ekonomi yang memiliki mata rantai yang sangat panjang sehingga akan

menyebabkan sektor lain untuk berkembang pula karena produk-produknya

diperlukan untuk menunjang industri pariwisata yang ada. Keberadaan industri

pariwisata memiliki banyak manfaat seperti peningkatan kesempatan kerja,

kerajinan rakyat, dan lain sebagainya. Upaya pengembangan dan pendayagunaan

berbagai potensi kepariwisataan dan dapat pula digunakan sebagai sarana untuk

mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan angka kesempatan kerja

terutama bagi warga Surabaya. Semakin banyak wisatawan yang datang akan

semakin banyak devisa yang diterima sehingga mendorong pembangunan wisata

tersebut. (Razak, Suzana, & Kapantow, 2017)

(Eligius, 2015) Salah satu wisata di Kota Surabaya adalah Pantai Kenjeran

Lama. Pantai Kenjeran Lama merupakan salah satu tempat wisata alam di Surabaya

yang terletak di ujung timur Surabaya, tepatnya di Jl. Pantai Kenjeran No.1-6,

Kenjeran, Kec. Bulak, Kota SBY, Jawa Timur 60123. Patut untuk dilestarikan, di
5

kembangkan dan di lakukan perawatan lingkungan yang melibatkan pemerintah

dan warga sekitar yang dapat mendatangkan keuntungan bagi Kota Surabaya.

Pemerintah Kota Surabaya menjadikan Pantai Kenjeran Lama sebagai icon

wisata alam Surabaya, yang berkaitan langsung dengan zona maritim dan memiliki

banyak potensi wisata yang dapat diperhitungkan untuk dikembangkan. Banyak

pembenahan infrastruktur yang terus dilakukan hal tersebut menjadi salah satu

pengaruh positif dalam pengembangan wisata Pantai Kenjeran Lama Surabaya.

Namun kondisi saat ini lingkungan yang padat dan terkesan kumuh, disamping

telah rampungnya Jembatan Surabaya yang melintasi Pantai Kenjeran lama ada

beberapa fasilitas yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan lebih parahnya

lagi dalam keadaan tidak terawat dan rusak. fasilitas yang dimaksud disini seperti

tempat duduk, toilet, area kuliner, tempat untuk bilas. (Indrawan, Santosa, & Utami)

Adanya partisipasi dan kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan

masyarakat akan dapat mengembangkan pariwisata tersebut dengan cepat sehingga

banyak wisatawan yang akan berkunjung ke Pantai Kenjeran Lama untuk

menikmati keindahan alam laut yang ada di sana. Masing-masing Kota dan

Kabupaten Provinsi Jawa Timur berusaha untuk membuat program pengembangan

kepariwisataan yang mampu menarik kunjungan wisatawan, membuat wisatawan

agar lebih lama tinggal, dan lebih mampu banyak mengeluarkan uangnya.

Wisatawan akan memilih tujuan wisata yang memberikan pelayanan dan

kenyamanan dari objek wisata yang ditawarkan. (Choridotul, R, & Sudarti, 2018)

(Sinto, 2019) Pantai Kenjeran Lama menjadi salah satu destinasi wisata bagi

wisatawan lokal. Air laut yang sudah kelihatan coklat pekat menambah wajah
6

pantai kenjeran yang kelihatan memang sudah tercemar. Tercemar dari kegiatan

beberapa pabrik di sekitar pantai kenjeran yang tidak bertanggung jawab yang

membuang limbahnya ke pantai. Pantai tersebut juga dasarnya berlumpur, sehingga

merusak keindahan dari pantai. Dan warga yang berada disekitar juga tidak peduli

dengan keadaan pantai sehingga mereka membuang sampah sembarangan disekitar

pantai. Belum adanya sosialisasi dari Pemkot Surabaya sehingga mengakibatkan

kurangnya sadar diri dan rasa ikut memiliki dari warga sekitar terhadap Pantai

Kenjeran Lama Surabaya.

Dalam Upaya pengelolaan pariwisata terdapat hal-hal yang harus diperhatikan

seperti kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan

ancaman (threats) dari segi infrastuktur atau fasilitas yang ada di sekitar objek

wisata. Pantai Kenjeran lama kalah populer dibanding objek wisata pantai lain di

tanah air. Padahal, jika dilihat dari potensi alam dan panorama, sebenarnya pantai

Kenjeran tidak kalah dibandingkan dengan pantai-pantai lainnya. Pantai Kenjeran

juga lebih dikenal sebagai tempat wisata bagi keluarga dan anak-anak. Hal tersebut

disebabkan karena fasilitas yang tersedia lebih kepada permainan dunia anak-anak.

Pantai Kenjeran Lama menjadi salah satu destinasi wisata bagi wisatawan lokal

untuk sekedar melepas penat dan melupakan kebisingan kota Surabaya. Di sini

pengunjung disuguhkan dengan suasana khas pantai dengan menikmati angin yang

sepoi-sepoi dan ombak yang tidak begitu besar. Kegiatan yang bisa dilakukan lebih

mengarah kepada wisata konvensional. Daya tarik dari pantai kenjeran Lama adalah

pemandangan alam, serta ombak yang tidak terlalu besar akan menjadikan

wisatawan bebas beraktivitas di pantai tersebut. Berbagai fasilitas lain yang bisa
7

nikmati oleh pengunjung di Pantai Kenjeran Lama ini. Diantaranya adalah

berenang, memancing, flying fox, play ground permainan anak, kios pernak-pernik

hasil olahan pantai, wisata kuliner tepi pantai, kios jajanan khas pantai, kios ikan

segar, dsb. Pengunjung juga bisa menyewa perahu motor, naik perahu (berlayar)

yang memang sengaja disewakan. Dengan perahu motor ini pengunjung diantara

untuk menikmati suasana dari arah laut serta melihat Jembatan Suramadu dari jarak

yang sangat dekat. Setelah menikmati fasilitas tersebut, pengunjung juga bisa hanya

sekedar duduk-duduk santai dengan menggelar tikar di gazebo atau dermaga kayu

bercabang-cabang yang menjorok ke laut. (Eligius, 2015)

Pantai Kenjeran Lama sebagai wisata pantai yang berdampingan dengan wisata

Jembatan Suramadu seharusnya memang wajib untuk berbenah dari struktur

maupun infrastruktur. Perbaikan dan penambahan sarana maupun fasilitas perlu

dilakukan agar bisa menarik perhatian wisatawan. Jangan sampai Surabaya yang

juga menyandang title kota Bahari ini kehilangan pesona pantai Kenjeran Lama ini.

(Eligius, 2015)

Destinasi di kawasan Kenjeran ini menjadi salah satu daya ungkit kunjungan

wisatawan ke Surabaya. Adanya peningkatan kunjungan dari tahun ke tahun. Data

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya, pada 2017 lalu jumlah kunjungan

wisatawan mencapai 18 juta orang. Jumlah itu meningkat pada 2018 menjadi 21

juta orang, dan pada awal tahun 2019 lalu jumlahnya sudah mencapai 25 juta orang.
8

Gambar :1.1 Data Pengunjung Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya

28%
39% 2017
2018
2019

33%

Sumber : (Perdana, 2019)

(Firdausia Hadi & M. Khoirul Hadi al-Asy Ari, 2017) Mengatakan bahwa

wisata pantai syari’ah di Indonesia masih digarap setengah-setengah, salah satu

contohnya adalah Provinsi Jawa Timur tepatnya di Kabupaten Banyuwangi yakni

Pantai syari’ah di Pulau Santen Banyuwangi. Bertujuan untuk menggali potensi

yang ada pada objek wisata serta untuk memberikan sumbangsih strategi yang tepat

dalam mengembangkan potensi yang ada pada objek wisata pantai syari’ah di Pulau

Santen Banyuwangi. Dengan metode Penelitian Kualitatif, Deskriptif. Hasil

penelitian Guna agar Penelitian ini menjadi rujukan pengembangan wisata pantai

syari’ah di daerah lain.


9

Sedangkan (Choridotul, R, & Sudarti, 2018) memaparkan perkembangan

pariwisata pada suatu daerah membawa dampak manfaat bagi masyarakat secara

ekonomis maupun sosial dan budaya. Strategi pengembangan potensi pariwisata

pantai duta di kabupaten Probolinggo berdasarkan analisis faktor internal dan

eksternal. Bertujuan untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke objek

wisata Pantai Duta. Dengan metode penelitian deskriptif, kualitatif dan analisis

SWOT. Hasil penelitian factor internal dan eksternal mempengaruhi tingkat

kunjungan wisatawan pada objek wisata Pantai Duta.

(Arif & Syam, 2017) Penelitian ini berawal dari permasalahan pengembangan

pariwisata pantai sumedang yaitu kurang terawatnya fasilitas umum, belum

tersedianya sarana dan prasarana objek wisata, tidak tersedianya akomodasi dan

transportasi khusus menuju objek wisata dan masyarakat yang belum sadar wisata.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan objek wisata

Pantai Sumedang di Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan.

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan strategi

pengembangan objek wisata pantai sumedang di kecamatan ranah pesisir,

Kabupaten pesisir selatan adalah 1) melakukan pemberdayaan, penyuluhan agar

menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

masyarakat Sadar Wisata, 2) melakukan koordinasi dengan pihak Swasta untuk

menanamkan modal 3) mengembangkan atraksi pariwisata, 4) memperbaiki dan

mengadakan fasilitas sarana prasarana objek wisata 5) membangun dan

mengadakan Aksesibilitas pariwisata.


10

(Aldy Adrianus Tatali, Ridwan Lasabuda, Jardie A. AndakI, & Bet E. S.

Lagarense, 2018) Pengelolaan pariwisata pesisir Kabupaten Kepulauan Sangihe

telah banyak diteliti namun penelitian yang menekankan pada pengembangan

potensi pariwisata pesisir desa bentung belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan

pada pengembangan atraksi wisata pesisir di Desa Bentung dengan bentuk

diversifikasi produk-produk wisata yang masih banyak selain lomba MBG.

Penelitian ini dilakukan mengunakan metode observasi, kualitatif dan kualitatif

(campuran). deskriptif dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi

sumber daya pesisir di Desa Bentung seperti terumbu karang, hutan mangrove yang

memiliki luas 2,82 Ha, keadaan hutan Mangrove tergolong dalam kondisi tidak

rusak. Kesimpulan perlunya fokus pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.

(Fitridamayanti Razak, Benu Olfie L. Suzana, & Gene H. M. Kapantow, 2017)

Bagaimana cara strategi Pemerintah mengembangkan Wisata Bahari Malalayang

Kota Manado. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pengembangan

Wisata Bahari Pantai Malalayang Kota Manado. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan

wisata bahari Pantai Malalayang terletak pada posisi kuadran I atau terletak antara

peluang eksternal dan kekuatan internal. Kesimpulan perlu adanya pengembangan

fasilitas sarana dan prasarana obyek wisata, penataan kembali “sabua bulu” sebagai

tempat kuliner dan perlu adanya pengelolaan dari pihak pemerintah dan swasta agar

lebih terarah dan berjalan dengan baik serta kedua belah pihak sepakat bekerjasama

untuk mengembangkan obyek wisata Pantai Malalayang secara berkelanjutan.


11

Berdasarkan pernyataan di atas dapat menarik penulis dalam melakukan

penelitian bagaimana cara pemerintah dalam mengembangkan Pantai Kenjeran

Lama agar menarik minat pengunjung dan dapat meningkakan Pendapatan Asli

Daerah.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yaitu :

1. Bagaimana upaya pemerintah kota surabaya dalam mengembangkan objek

wisata Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya ?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mengembangkan objek

wisata Pantai Kenjeran lama Kota Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuannya adalah :

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan sejauh mana upaya yang dilakukan oleh

Pemerintah Kota Surabaya dalam mengembangkan objek wisata Pantai

Kenjeran Lama Kota Surabaya

2. Mendeskripsikan dan menjelaskan faktor pendukung dan penghambat

dalam mengembangkan objek wisata Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis / Perkembangan Ilmu

Hal ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi yang valid

mengenai tema yang diangkat. Secara umum diharapkan dapat memperkaya


12

ilmu pengetahuan, khususnya bagi perkembangan ilmu Administrasi Negara

baik itu bagi peneliti maupun pembaca.

1.4.2 Bagi Peneliti

a. Sebagai sarana untuk mengimplementasikan teori yang telah didapatkan.

b. Adanya tambahan informasi dari berbagai kondisi dan berbagai pihak guna

mengembangkan ilmu sosial dan ilmu politik mengenai perkembangan

pariwisata.

c. Sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah Seminar MK Kosentrasi.

1.4.3 Bagi Pemerintah / Institusi

Dapat dijadikan salah satu referensi maupun dasar acuan yang valid

terkait dengan kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah Kota Surabaya.

khususnya di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sehingga dapat menjadi

destinasi wisata yang lebih berkualitas dan dapat bersaing.

1.4.4 Manfaat Bagi Masyarakat

Masyarakat sebagai pelaku langsung di lapangan, sudah pasti

membutuhkan informasi, khususnya adalah mengenai pariwisata di daerahnya.

Diharapkan masyarakat dapat mengetahui apa saja hambatan yang terjadi dari

berbagai sudut pandang, sehingga sinergitas masyarakat dengan Pemerintah

Daerah dalam hal ini adalah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya

dapat terjalin, lebih jauh lagi adalah masyarakat mampu memanfaatkan potensi
13

pariwisata di daerahnya untuk memajukan ekonomi baik secara pribadi

maupun untuk daerah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Untuk bahan pertimbangan dalam penelitian, peneliti mencantumkan hasil

penelitian terdahulu yang pernah penulis baca. Penelitian terdahulu ini bermanfaat

dalam Strategi Pengembangan Wisata Pantai Kenjeran Lama oleh Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya. Walaupun masalah dan

pembahasannya tidak sama persis tetapi sangat membantu peneliti menemukan

sumber-sumber pemecahan masalah.

Menurut peneliti yang pertama yaitu (Firdausia Hadi & M. Khoirul Hadi al-

Asy Ari, 2017) Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi yang ada pada objek

wisata serta untuk memberikan sumbangsih strategi yang tepat dalam

mengembangkan potensi yang ada pada objek wisata pantai syari’ah di Pulau

Santen Banyuwangi. Adapun yang menjadi latar belakang penelitian ini karena

wisata syari’ah di Indonesia masih di garap setengah-setengah, terbukti pada salah

satu provinsi yang dicanangkan pemerintah melalui kementrian pariwisata

(Kemenpar) yaitu provinsi Jawa Timur untuk menjadi destinasi pariwisata syari’ah

yang diwakili oleh Banyuwangi, memiliki banyak potensi yang dapat

dikembangakan salah satunya wisata pantai syari’ah Pulau Santen yang ternyata

pembentukannya hanya melibatkan masyarakat dan pemerintah daerah tanpa

adanya bantuan pemerintah pusat. Padahal jika digarap dengan baik tentu akan

berpeluang besar dalam mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar objek

wisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif melalui

14
15

metode pengumpulan data dengan observasi, wawancara dan dokumentasi, agar

penelitian ini akan menjadi rujukan pengembangan wisata syari’ah di daerah lain.

Menurut peneliti yang kedua yaitu (Fitridamayanti Razak, Benu Olfie L.

Suzana, & Gene H. M. Kapantow, 2017) Pariwisata merupakan salah satu industri

terbesar yang pernah ada di dunia ini, begitu kompleks dengan melibatkan banyak

pihak dan aspek serta memiliki omset yang luar biasa. Pengembangan

kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor andalan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan

perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha,

serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi

pengembangan Wisata Bahari Pantai Malalayang Kota Manado. Penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dimana data dikumpulkan, dianalisis dan

deskripsikan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

menggambarkan tanggapan responden terhadap wisata bahari berdasarkan

kuisioner yang diberikan. Pengumpulan data melalui observasi lapangan,

wawancara dan studi literatur. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa strategi

pengembangan wisata bahari Pantai Malalayang terletak pada posisi kuadran I atau

terletak antara peluang eksternal dan kekuatan internal. Strategi pengembangan

wisata bahari Pantai Malalayang Kota Manado adalah menjaga dan melestarikan

lingkungan sekitar, perlu adanya pengembangan fasilitas sarana dan prasarana

obyek wisata, penataan kembali “sabua bulu” sebagai tempat kuliner dan perlu

adanya pengelolaan dari pihak pemerintah dan swasta agar lebih terarah dan
16

berjalan dengan baik serta kedua belah pihak sepakat bekerjasama untuk

mengembangkan obyek wisata Pantai Malalayang secara berkelanjutan.

Menurut peneliti yang ketiga yaitu (Arif & Syam, 2017) Penelitian ini berawal

dari permasalahan pengembangan pariwisata pantai sumedang yaitu kurang

terawatnya fasilitas umum, belum tersedianya sarana dan prasarana objek wisata,

tidak tersedianya akomodasi dan transportasi khusus menuju objek wisata dan

masyarakat yang belum sadarwisata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

strategi pengembangan objek wisata Pantai Sumedang di Kecamatan Ranah Pesisir,

Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Teknik

pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

dilakukan dengan Dinas Pariwisata, Bappeda, masyarakat, alim ulama, wali nagari

serta pengunjung. Analisis data untuk menentukan strategi pengembangan obek

wisata dilakukan analisis SWOT (Strengths/ kekuatan, Weakness/ kelemahan,

Opportunities/ peluang, dan Threats/Ancaman). Temuan penelitian menunjukan

strategi pengembangan objek wisata pantai sumedang di kecamatan ranah pesisir,

Kabupaten pesisir selatan adalah 1) melakukan pemberdayaan, penyuluhan agar

menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya

masyarakat Sadar Wisata, 2) melakukan koordinasi dengan pihak Swasta untuk

menanamkan modal 3) mengembangkan atraksi pariwisata, 4) memperbaiki dan

mengadakan fasilitas sarana prasarana objek wisata 5) membangun dan

mengadakan Aksesibilitas pariwisata.

Menurut peneliti yang keempat yaitu (Roy A Wattimena, 2017) Strategi

pengembangan pantai Desa Liang sebagai kawasan objek wisata telah dimiliki
17

belum diimplementasikan dengan baik, di mana peran pemerintah sangat dominan

dibandingkan dengan masyarakat dan tidak adanya konsep ideal mengakibatkan

banyak masalah yang muncul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi

yang diterapkan oleh PT Pemerintah Daerah dengan masyarakat dalam

mengembangkan desa pesisir Liang sebagai kawasan objek wisata. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif proses observasi bersama dengan

wawancara di mana subjek penelitian adalah Kepala PT Produk Pariwisata dan

Departemen Bisnis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif PT Provinsi Maluku, Kepala

Desa Liang, Komunitas Pedagang di Desa Liang Pantai. Instrumen penelitian

adalah peneliti mandiri dan untuk menguji dan memeriksa validitasnya Data yang

digunakan menggunakan teknik triangulasi sumber. Hasil penelitian ini

memberikan ilustrasi bahwa faktor pendukung dalam pengembangan pesisir Desa

Liang adalah memiliki potensi wisata objek wisata atau obyek wisata berupa pantai

yang cukup luas dan panjang, dukungan publik untuk pengembangan pariwisata

dan kepedulian pemerintah di Indonesia pengembangan pariwisata. Faktor

penghambat adalah status kepemilikan tanah yang dihasilkan dalam proses

pengembangan wilayah pantai terbatas, kesadaran masyarakat tidak baik tentang

kesadaran dan pesona pariwisata, fasilitas terbatas daninfrastruktur pariwisata, dan

dana terbatas yang tersedia dalam pengembangan kawasan pesisir sebagai objek

wisata pantai. Strategi yang harus dikembangkan adalah merumuskan strategi

dengan membuat skala prioritas pengembangan yaitu membuat produk strategi

pemasaran dan implementasi dengan menerapkan fungsi manajemen itu adalah

penguatan kelembagaan.
18

Menurut peneliti yang kelima yaitu (Meiwany A. K. Tapatfeto, Juita L.D

Bessie, & Abas Kasim, 2018) Pariwisata adalah salah satu hal penting bagi suatu

negara. Dengan pariwisata, maka suatu negara, khususnya pemerintah daerah

tempat objek wisata berada, akan mendapat pemasukan dari masing-masing objek

wisata pendapatan. Salah satu sumber pendapatan dari pariwisata di kabupaten TTS

diperoleh dari jumlah kunjungan di Pantai Oetune. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan

objek wisata di Pantai Oetune. Juga untuk mengetahui strategi pengembangan mana

perlu dilakukan untuk meningkatkan kunjungan ke Pantai Oetune. Sampel dalam

penelitian ini adalah 30 responden yang diperoleh dengan teknik accidental

sampling dan purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian

ini adalah analisis SWOT. Hasilnya ditunjukkan oleh Matrix Grand Strategy,

terlihat bahwa Daya tarik wisata di pantai Oetune adalah di kuadran I, yang berarti

mendukung strategi secara agresif. Perumusan strategi pengembangan di pantai

Oetune penting untuk dicatat dari berbagai aspek seperti wisatawan, sarana

transportasi, objek wisata, infrastruktur dan fasilitas pendukung dalam daya tarik,

penggunaan TIK sebagai media promosi, serta kebutuhan didukung dengan dana

dan sumber daya manusia yang berkualitas. Saran dalam penelitian ini penting

untuk meningkatkan dan meningkatkan kualitas fasilitas di Pantai Oetune, yang

masih kurang; itu kerjasama dengan berbagai pihak terkait; sinergi antara

Pemerintah dengan akademisi di Indonesia penyediaan sumber daya manusia yang

kompeten di bidang pariwisata 'juga meningkatkan pemanfaatan teknologi


19

informasi untuk memperkenalkan dan mempromosikan pariwisata potensial ke

seluruh dunia masyarakat.

Menurut peneliti yang keenam yaitu (Aldy Adrianus Tatali, Ridwan Lasabuda,

Jardie A. AndakI, & Bet E. S. Lagarense, 2018) Pengelolaan pariwisata pesisir

Kabupaten Kepulauan Sangihe telah banyak diteliti namun penelitian yang

menekankan pada pengembangan potensi pariwisata pesisir desa bentung belum

dilakukan. Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan kabupaten bahari yang

memiliki Kawasan Strategis Pariwisata sesuai dengan PERDA Kepulauan Sangihe

Nomor 15 Tahun 2008, yaitu kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau

memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh

penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan

budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta

pertahanan dan keamanan Desa Bentung mempuyai atraksi wisata Mairokang

Beach Game (MBG) yang diselenggarakan setiap tahun. Penelitian ini berfokus

pada pengembangan atraksi wisata pesisir di Desa Bentung dengan bentuk

diversifikasi produk-produk wisata yang masih banyak selain lomba MBG.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 hingga Maret 2017 mengunakan

metode observasi, kualitatif dan kualitatif (campuran). Metoda analisis deskriptif

dan SWOT digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian mmenunjukkan bahwa

potensi sumber daya pesisir di Desa Bentung seperti terumbu karang, hutan

mangrove yang memiliki luas 2,82 Ha, keadaan hutan Mangrove tergolong dalam

kondisi tidak rusak. Potensi pariwisata pantai Desa Bentung memiliki tiga kawasan

pantai yang memiliki pasir yang berbeda yaitu Pantai Bulo, Pantai Nagha, Pantai
20

Mairokang Bentung. MBG melaksanakan kegiatan – kegiatan yang bernuansa

budaya Sangihe dan menjadi daya tarik wisata Kabupaten Kepulauan Sangihe,

lomba ini merupakan lomba balap perahu. Hasil penelitian menyarankan perlunya

fokus pembangunan sarana dan prasarana pariwisata.

Menurut peneliti yang ketujuh yaitu (Choridotul, R, & Sudarti, 2018)

Perkembangan pariwisata pada suatu daerah membawa dampak manfaat bagi

masyarakat secara ekonomis maupun sosial dan budaya. Kabupaten Probolinggo

memiliki banyak objek wisata salah satunya objek wisata Pantai Duta.diperlukan

strategi yang tepat untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke objek

wisata Pantai Duta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang

melakukan pengkajian terhadap strategi pengembangan potensi pariwisata Pantai

Duta di kabupaten Probolinggo berdasarkan analisis factor internal dan eksternal.

Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung objek wisata Pantai Duta dengan

metode penelitian dengan menggunakan analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini

adalah factor internal dan eksternal mempengaruhi tingkat kunjungan wisatawan

pada objek wisata Pantai Duta.Analisis SWOT merupakan strategi perencanaan dan

pengembangan yang dapat diterapkan pada objek wisata Pantai Duta.

Menurut peneliti yang kedelapan yaitu (Seska M. H. Mengko, Pearl L. Wenas,

& Selvie R. Kalele, 2018) This study aims to identify the potential of Pal Beach

tourism attraction, identify individual infrastructure and attraction facilities of Pal

Beach, and reviewing tourism development of Pal Beach. This research was

conducted in the village of Marinsouw, North Minahasa Regency for six months

from April to October 2016. This study used a qualitative description. The results
21

on the development of Pal beach tourism object showed that 1). Accessibility

(affordability); driveway access to the Pal coastal resorts is damaged and needs to

be repaired by resurfacing and widening the road. 2). Attraction; in this case is the

cultural attraction that is religious tourism such as Tulude culture which is a

tradition of rural communities of Marinsouw on every January 31st should be

developed and packaged in a tour package to attract foreign or domestic tourists to

more frequently come to the village of Marinsouw and the Pal beach. 3) Amenities

(facilities/comfort); there is a needs to build an inn or a cottage accommodation in

Pal coastal region, tourism information facilities are necessary to hold art and

culture of Marinsouw rural communities, souvenir shops, restaurants, sanitation of

toilet, and recreation attraction for entertainment. 4). Ancillary Services

(institutional services and promotions); need to be made marketing and promotional

information systems of Pal beach tourism with the full support of the Government

in promoting Pal beach attraction. Recommendation of this study, the first for North

Minahasa Regency Tourism Office is: a). North Minahasa Regency Government

through the Department of Tourism and Cultural needs to make a MoU with the

state-owned enterprises to build Pal beach attraction. It is a pity if the potential of

Pal beach is not developed and promoted as a tourism destination area; b). Need to

restructure and mapping the Pal coastal tourist area unit. c). Attract investors to

build tourism supporting facilities such as accommodation, tourism information

center, souvenir shops, special attraction; d). Prepare human resources in the field

of hospitality and tourism attractions to manage Pal beach; e). Increase counseling

and training in preparing resources for the development of Pal beach tourism object;
22

and the second for Marinsouw Rural Community is: a). Preserving cultural customs

Tulude as a tourist attraction to be promoted; b. Make Masamper dance attractions

on certain days in Pal coastal resort; c). Manage local products such as Goroho

banana chips, cassava chips, skills for making plastic flower stalks as typical

souvenir from Marinsouw village to raise the family economy; d). Raise awareness

in maintaining the security and cleanliness around Pal coastal resorts.

Menurut peneliti yang kesembilan yaitu (Heru Wiwoho Supadi Putra, Abdul

Hakim, Harsuko Riniwati, & Amin Setyo Leksono, 2019) Taman Beach as one of

the superior tourist destinations in Pacitan has now begun to develop. The

development of Taman Beach tourism object is inseparable from the efforts which

are initiated by the Group of Turtle Rescue Society for Tourism “Taman Ria”which

develops turtle conservation activities through the concept of community-based

ecotourism. Local people have also developed tourist attractions such as flying fox

and swimming pools to attract tourists to visit it and a portion of the tourism

incomes for the funding of turtle conservation activities. However, in the

development process, there are problems such as the low level of community

participation and the lack of management of tourist object that is integrated with

the local community.This study aims to analyze the role and level of community

participation in supporting the development of community-based ecotourism in the

Taman Beach area. The method used in this research is descriptive quantitative.

Quantitative data analysis using the Multidimensional Scaling (MDS) approach.

Data collection is done by using questionnaires and observations in the field. The

variables studied included the dimensions of planning, management, monitoring,


23

and supervision. The results of the study indicate that the involvement of local

communities in the development of ecotourism does not support sustainability, with

an average sustainability index value of 46.864. The level of community

participation according to Arnstein's participatory ladder from the aspect of

planning and management aspects has reached the level of placement participation

in the tokenism category (accepting the provisions). Whereas from the aspect of

monitoring and controlling has reached the level of consultation participation in the

tokenism category (accepting the provisions). The results of the analysis show that

policy strategies are needed to increase community participation through increasing

community roles and responsibilities in planning, management, monitoring, and

controlling.

Menurut peneliti yang kesepuluh yaitu (Irmawanty & Dian Safitri, 2019) This

study aims to (1) identify Kuri Beach marine resources that can support the

development of marine tourism objects (2) find out public perceptions of tourism

development efforts at Kuri Beach and the relationship of livelihood factors on

these perceptions (3) to find out the development of the appropriate Kuri Beach

area with its biophysical characteristics. This research is descriptive qualitative

research, describing the potential of marine resources of Kuri Beach, which is the

supporting factor of its development. This study involves chi-square analysis to find

out public perceptions of their support on the development of this area. The result

shows that in terms of regional biophysics, Kuri Beach was developed as a tourist

area. The sociocultural and economic conditions of the local community support

this development. But to realize this expectation, there are still some obstacles
24

faced, namely, the large supply of sediment from Maros River that enters the coast,

the low level of accessibility and the high content of total suspended solids (TSS)

in the rainy season. All these obstacles must be considered and a solution is sought

so that the wishes of the Maros Regional Government to develop its coastal area

can be realized.
25

Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu

NO JUDUL NAMA & PERMASALAHAN / RUMUSAN/ METODE HASIL KESIMPULAN,


TAHUN UMUM TUJUAN PENELITIAN PENELITIAN REKOMENDASI,
SARAN
1. KAJIAN POTENSI DAN (Firdausia Hadi Wisata syari’ah di Untuk menggali Potensi - Kualitatif Agar penelitian ini akan
STRATEGI & M. Khoirul Indonesia masih di yang ada pada objek Deskriptif menjadi rujukan
PENGEMBANGAN Hadi al-Asy Ari, garap setengah- wisata serta untuk pengembangan wisata
WISATA PANTAI 2017) setengah, salah satu memberikan syari’ah di daerah lain
SYARI’AH (Studi di pulau Jurnal MD contohnya adalah sumbangsih strategi
Santen Kabupaten Membangun provinsi jawa timur yang tepat dalam
Banyuwangi) Profesionalisme tepatnya di kabupaten mengembangkan potensi
Manajemen Banyuwangi yakni yang ada pada objek
Dakwah Vol. 3 pantai syari’ah di wisata pantai syari’ah di
No. 1, Januari – Pulau Santen Pulau Santen
Juni 2017 Banyuwangi Banyuwangi
2. STRATEGI (Fitridamayanti Bagaimana cara Untuk merumuskan - Deskriptif Strategi pengembangan Perlu adanya
PENGEMBANGAN Razak, Benu strategi Pemerintah strategi pengembangan Wisata Bahari pengembangan
WISATA BAHARI Olfie L. Suzana, mengembangkan Wisata Bahari Pantai Malalayang terletak pada fasilitas sarana dan
PANTAI & Gene H. M. Wisata Bahari Malalayang Kota posisi kuadran I atau prasarana obyek
MALALAYANG, KOTA Kapantow, Malalayang Kota Manado. terletak antara peluang wisata, penataan
MANADO, SULAWESI 2017) Manado. eksternal dan kekuatan kembali “sabua
UTARA Jurnal Agri- internal. bulu” sebagai
Sosial Ekonomi tempat kuliner dan
Unsrat, ISSN perlu adanya
1907-4298, pengelolaan dari
Volume 13 pihak pemerintah
Nomor 1A, dan swasta agar
Februari 2017 : lebih terarah dan
227 - 284 berjalan dengan
26

baik serta kedua


belah pihak sepakat
bekerjasama untuk
mengembangkan
obyek wisata Pantai
Malalayang secara
berkelanjutan
3. STRATEGI (Muhammad Pengembangan Untuk mengetahui - Deskriptif Menunjukan strategi
PENGEMBANGAN Arif & pariwisata pantai strategi pengembangan Kualitatif pengembangan objek
OBJEK WISATA PANTAI Alexander Syam sumedang yaitu objek wisata Pantai wisata pantai sumedang di
SUMEDANG DI , 2017) kurang terawatnya Sumedang di kecamatan ranah pesisir,
KECAMATAN RANAH Jurnal fasilitas umum, belum Kecamatan Ranah Kabupaten pesisir selatan
PESISIR KABUPATEN Kepemimpinan tersedianya sarana dan Pesisir, Kabupaten adalah :
PESISIR SELATAN Dan Pengurusan prasarana objek Pesisir Selatan. 1) melakukan
Sekolah Vol.2 wisata, tidak pemberdayaan,
No. 2 Th. 2017 tersedianya akomodasi penyuluhan agar
(Page 191-200) dan transportasi menumbuhkan dan
khusus menuju objek meningkatkan kesadaran
wisata dan masyarakat masyarakat tentang
yang belum sadar pentingnya masyarakat
wisata. Sadar Wisata,
2) melakukan koordinasi
dengan pihak Swasta
untuk menanamkan modal
3) mengembangkan
atraksi pariwisata,
4) memperbaiki dan
mengadakan fasilitas
sarana prasarana objek
wisata
27

5) membangun dan
mengadakan Aksesibilitas
pariwisata.
4. STRATEGI (Roy A Strategi untuk mengetahui - Kualitatif Memberikan ilustrasi
PENGEMBANGAN Wattimena, pengembangan pesisir strategi yang diterapkan Deskriptif bahwa faktor pendukung
PESISIR PANTAI DESA 2017) Desa Liang sebagai oleh PT dalam pengembangan
LIANG SEBAGAI Jurnal Manis kawasan objek wisata Pemerintah Daerah pesisir Desa Liang adalah
KAWASAN OBJEK Volume 1 telah dimiliki dengan masyarakat memiliki potensi wisata
PARIWISATA Nomor 1, belum dalam mengembangkan objek wisata atau obyek
Januari 2017 diimplementasikan desa pesisir Liang wisata berupa pantai yang
dengan baik, di mana sebagai cukup luas dan panjang,
peran pemerintah kawasan objek wisata. dukungan publik untuk
sangat dominan pengembangan pariwisata
dibandingkan dengan dan kepedulian
masyarakat dan tidak pemerintah di Indonesia
adanya konsep ideal pengembangan
mengakibatkan banyak pariwisata.
masalah yang muncul.

5. STRATEGI (Meiwany A. K. Strategi Untuk mengidentifikasi - Analisis ditunjukkan oleh Matrix Penting
PENGEMBANGAN Tapatfeto, Juita pengembangan di faktor pendorong dan SWOT Grand Strategy, terlihat untuk
OBJEK WISATA DALAM L.D Bessie, & pantai Oetune penting penghambat dalam bahwa meningkatkan dan
UPAYA PENINGKATAN Abas Kasim, untuk dicatat pengembangan objek Daya tarik wisata di meningkatkan
KUNJUNGAN (Studi Pada 2018) dari berbagai aspek wisata di Pantai Oetune. pantai Oetune adalah di kualitas fasilitas di
Objek Wisata Pantai Journal Of seperti wisatawan, Juga untuk mengetahui kuadran I, yang berarti Pantai Oetune,
Oetune Kabupaten TTS) Management sarana transportasi, strategi pengembangan mendukung strategi yang masih kurang;
Vol. 6, No.1, objek wisata, mana secara agresif. itu
2018, p1-20 infrastruktur perlu dilakukan untuk kerjasama dengan
dan fasilitas meningkatkan berbagai pihak
pendukung dalam daya kunjungan ke Pantai terkait; sinergi
tarik, penggunaan TIK Oetune. antara Pemerintah
28

sebagai media dengan akademisi


promosi, serta di Indonesia
kebutuhan penyediaan sumber
didukung dengan dana daya manusia yang
dan sumber daya kompeten di bidang
manusia yang pariwisata juga
berkualitas meningkatkan
pemanfaatan
teknologi informasi
untuk
memperkenalkan
dan
mempromosikan
pariwisata potensial
ke seluruh dunia
masyarakat.

6. STRATEGI (Aldy Adrianus Pengelolaan pariwisata Pengembangan atraksi - Observasi, Menunjukkan bahwa Perlunya fokus
PENGEMBANGAN Tatali, Ridwan pesisir Kabupaten wisata pesisir di Desa Kualitatif dan potensi sumber daya pembangunan
PARIWISATA PESISIR Lasabuda, Jardie Kepulauan Sangihe Bentung dengan bentuk Kualitatif pesisir di Desa Bentung sarana dan
DI DESA BENTUNG A. AndakI, & telah banyak diteliti diversifikasi produk- (campuran), seperti terumbu karang, prasarana
KABUPATEN Bet E. S. namun penelitian yang produk wisata yang Deskriptif dan hutan mangrove yang pariwisata.
KEPULAUAN SANGIHE Lagarense, menekankan pada masih banyak selain SWOT memiliki luas 2,82 Ha,
PROVINSI SULAWESI 2018) pengembangan potensi lomba MBG. keadaan hutan Mangrove
UTARA Jurnal pariwisata pesisir desa tergolong dalam kondisi
Kebijakan Sosek bentung belum tidak rusak
KP Vol. 8 No. 1 dilakukan.
Juni 2018: 53-
62
29

7. STRATEGI (Choridotul Strategi Untuk menarik minat - Deskriptif Factor internal dan
PENGEMBANGAN Bahiyah, Wahyu pengembangan potensi wisatawan untuk kualitatif eksternal mempengaruhi
POTENSI PARIWISATA Hidayat R, & pariwisata Pantai Duta berkunjung ke objek - Analisis tingkat kunjungan
DI PANTAI DUTA Sudarti, 2018) di Kabupaten wisata Pantai Duta SWOT wisatawan pada objek
KABUPATEN Jurnal Ilmu Probolinggo wisata Pantai Duta
PROBOLINGGO Ekonomi Vol 2 berdasarkan analisis
Jilid 1/Tahun factor internal dan
2018 Hal. 95 - eksternal
103

8. Pal Beach Tourism (Seska M. H. Identifying potential To identify the potential - Qualitative 1. Accessibility
Development in Marinsow Mengko, Pearl tourism objects, of Pal Beach tourism Description (affordability)
Village, L. Wenas, & individual attraction, identify driveway access to the
North Minahasa Regency Selvie R. infrastructure, individual infrastructure Pal coastal resorts is
Kalele, 2018) facilities, and and attraction damaged and needs to
Journal of reviewing Pal Coast facilities of Pal Beach, be repaired by
Indonesian tourism development. and reviewing tourism resurfacing and
Tourism and development of Pal widening the road.
Development Beach 2. Attraction in this case
Studies Vol.6, is the cultural
No.2, April attraction that is
2018 religious tourism the
Pal beach.
3. Amenities(facilities/co
mfort) there is a needs
to build an inn or a
cottage
accommodation in Pal
coastal region, tourism
information facilities
30

are necessary to hold


art and culture of
Marinsouw rural
communities.
4. Ancillary Services
(institutional services
and promotions)
9. Community Participation in (Heru Wiwoho such as the low level to analyze the role and - Deskriptif shows that
Development of Supadi Putra, of community level of community Kuantitatif. The involvement of local
Ecotourism in Taman Abdul Hakim, participation and the participation in communities in the
Beach, Pacitan District Harsuko lack of management supporting the development of
Riniwati, & of tourist object that is development of ecotourism does not
Amin Setyo integrated with the community-based support sustainability, on
Leksono, 2019) local community. ecotourism in the Taman average
J. Ind. Tour. Beach area. the sustainability index
Dev. Std., Vol.7, value of 46,864.
No.2, April
2019

10. Community Analysis and (Irmawanty & Community perception 1. Identify Kuri Beach - Descriptive That in terms of regional
Perception of the Dian Safitri, of their support for the marine resources that Qualitative biophysics, Kuri Beach
Development of Kuri 2019) development of the can support the was developed as a tourist
Beach Tourism Area in Journal of Kuri Coast and its development of area. The sociocultural
Maros Regency Humanities revision the potential marine tourism and economic conditions
Social Sciences of Kuri Beach marine objects. of the local community
and Education resources, which is a 2. Find out public support this development.
(IJHSSE) supporting factor for perceptions of tourism
its development. development efforts at
Kuri Beach and the
relationship of
31

livelihood factors on
these perceptions
3. To find out the
development of the
appropriate Kuri
Beach area with its
biophysical
characteristics.
11 STRATEGI (Diki Candra Lemahnya Untuk mengetahui - Kualitatif (?) (?)
PENGEMBANGAN Putra 2019) pengawasan atau Strategi Pengembangan
WISATA PANTAI perhatian khusus dari Wisata Pantai Kenjeran
KENJERAN LAMA pemerintah kota dan Lama Kota Surabaya
OLEH DINAS masyarakat sekitar dan untuk menarik
KEBUDAYAAN DAN baik sarana maupun minat wisatawan agar
PARIWISATA KOTA prasarana, kurangnya berkunjung ke Pantai
SURABAYA penambahan dan Kenjeran Lama Kota
pembaharuan sarana Surabaya
dan fasilitas di Pantai
Kenjeran Lama.

Persamaan 10 penelitian terdahulu yaitu tentang strategi yang dibuat untuk obyek wisata dengan tujuan meningkatkan jumlah

pengunjung untuk datang ke obyek wisata dan melihat potensi apa yang harus di tonjolkan dari obyek wisata tersebut, dimana strategi

setiap obyek wisata berbeda dari yang sary dengan yang lainnya. Sedangkan di penelitian ini membahas tentang strategi pengembangan

wisata pantai kenjeran lama yang dilakukan oleh pemerintah kota surabaya, unuk meningkatkan jumlah pengunjung yang datang serta
32

dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif, yang membahas tentang

bagaimana strategi dari pemerintah yang digunakan untuk meningkatkan kualitas wisata Pantai Kenjeran Lama Surabaya agar jumlah

pengunjung meningkat serta Pendapatan Asli Daerah pun meningkat.


33

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengembangan Wisata

Teori pengembangan wisata menjadi teori utama (Grand Theory) dalam

penelitian ini. Menurut Spilane (1987), Pariwisata adalah “perjalanan dari

suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun

kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan

kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan

ilmu”. Ditambah pula bahwa pariwisata terbagi atas beberapa jenis, yaitu: (1)

pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism); (2) pariwisata untuk

berekreasi (recreation tourism); (3) pariwisata untuk budaya (culture tourism);

(4) pariwisata untuk olah raga (sport tourism); (5) pariwisata untuk urusan

usaha dagang (business tourism); dan (6) pariwisata untuk

berkonvensi (conventional tourism).

Fandeli (1995) mengemukakan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek daya tarik wisata

serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Dijelaskan pula bahwa wisata

merupakan suatu kegiatan bepergian dari suatu tempat ke tempat tujuan lain di

luar tempat tinggalnya, dengan maksud bukan untuk mencari nafkah,

melainkan untuk menciptakan kembali kesegaran baik fisik maupun psikis agar

dapat berprestasi lagi.

Sementara itu Menurut pendit (1990) bahwa pariwisata merupakan suatu

sektor yang kompleks, yang juga melibatkan industri-industri klasik, seperti


34

kerajinan tangan dan cinderamata, serta usaha-usaha penginapan dan

transportasi.

Menurut Joyosuharto (1995) bahwa pengembangan pariwisata memiliki

tiga fungsi, yaitu: 1) menggalakkan ekonomi, 2) memelihara kepribadian

bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan hidup, 3) memupuk rasa

cinta tanah air dan bangsa.

Sejalan dengan pendit (1990), pariwisata mampu menghasilkan

pertumbuhan ekonomi, karena dapat menyediakan lapangan kerja,

menstimulasi berbagai sektor produksi, serta memberikan konstribusi secara

langsung bagi kemajuan-kemajuan dalam usaha-usaha pembuatan dan

perbaikan pelabuhan, jalan raya, pengangkutan serta mendorong pelaksanaan

program kebersihan dan kesehatan, proyek sarana budaya, pelestarian

lingkungan hidup dan sebagainya yang dapat memberikan keuntungan dan

kesenangan baik kepada masyarakat setempat maupun wisatawan dari luar.

(Soebagyo, 2012)

2.2.2 Manajemen Pelayanan Publik

Manajemen public merupakan Teori antara (Middle Theory) dalam

penelitian ini. Ada beberapa definisi mengenai manajemen yang diberikan oleh

para ahli. Robbins dan Coulter (1999) menyebutkan manajemen adalah proses

pengkoordinasian dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar

diselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain. 2 kata penting yang

saling terkait di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien.

Pengkoordinasian orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan efektif


35

dan efisien untuk menunjukkan berdaya guna dan berhasil

guna. Pengkoordinasian orang lain tidak 8 teori dan perkembangan manajemen

pelayanan publik berarti kegiatan tidak dapat dilakukan sendiri, hanya saja

dalam pertimbangan efektifitas dan efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu

untuk dapat tercapai secara optimal pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada

proses atau upaya pengkoordinasian yang disebut manajemen.

Ahli-ahli lain juga memberikan definisi yang kurang lebih sama. Gibson,

Donelly, dan Ivancevich (1996) menyebutkan manajemen adalah proses yang

dilakukan seorang atau beberapa orang untuk mengkoordinasikan aktifitas

orang lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak dapat dicapai oleh orang itu

sendiri. Follet dalam Stoner dan Wankel (1986), menyebutkan bahwa

manajemen adalah seni untuk melakukan sesuatu melalui orang lain. Kemudian

Siagian dalam Dadang dan Sylvana (2007) mengemukakan bahwa manajemen

adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu dalam rangka

pencapaian tujuan melalui orang lain.

Manajemen merupakan suatu ilmu dan juga suatu seni. Sebagai suatu

ilmu, manajemen harus memiliki landasan keilmuan yang kokoh. Sebagai seni,

maka manajemen dipraktekkan berdasarkan keterampilan yang diterapkan

untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dari batasan-batasan tersebut, dapat

dikatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni yang mempelajari

bagaimana mengelola manusia melalui orang lain.

Secara substansi Adanya kewenangan dan otonomi daerah di bidang

pengelolaan wilayah pesisir sejauh 12 mil dari garis pantai sebagaimana diatur
36

dalam Undang –Undang kepariwisataan di daerah tercantum dalam peraturan

daerah Kota Surabaya Nomor 23 tahun 2012 tentang kepariwisataan (JDIH,

2012). Berkembangnya pariwisata disuatu daerah akan mendatangkan banyak

manfaaat bagi masyarakat, yakni secara ekonomis, sosial dan budaya. Namun,

jika pengembangannya tidak dipersiapkan dan dikelola dengan baik, justru

akan menimbulkan berbagai permasalahan yang menyulitkan atau bahkan

merugikan masyarakat sekitar. Salah satu daerah yang berusaha

mengembangakan potensi kepariwisataan untuk meningkatakan pendapatan

daerah dan masyarakat adalah provinsi Jawa Timur. Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Jawa Timur menunjukkan bahwa Kota Surabaya memiliki berbagai

pariwisata yang menarik untuk dikunjungi oleh masyarakat. (Choridotul, R, &

Sudarti, 2018).

2.2.3 NPM (New Publik Manajemen)

NPM (New Public Management), pada dasarnya merupakan model yang

dikembangkan oleh para teoritisi dalam upaya memperbaiki kinerja birokrasi

(model tradisional) yang dirasakan kurang mampu beradaptasi dengan

perubahan lingkungan dalam memenuhi harapan masyarakat akan pelayanan

yang diinginkan dengan mengedepankan pendekatan manajerial. NPM

memfokuskan diri pada perbaikan birokrasi dari dalam organisasi (inside the

organization) dengan melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan

(Hughes, 1994, 2). Dengan dokrin sebagaimana diungkapkan Rhodes

mengadopsi pendapat Hood (Hughes,1994,2) sebagai berikut : pertama,

memfokuskan pada kegiatan manajemen bukan pada aktivitas kebijakan,


37

penilaian kinerja dan efisiensi; kedua, pemecahan birokrasi publik menjadi

badan-badan kecil dan sederhana yang berkaitan langsung dengan kepentingan

dasar pengguna jasa (user – pay bases); ketiga, menggunakan ‘quasi market’

dan melemparkan ke pasar (contracting out) sebagai daya dorong terciptanya

kompetisi; keempat, pemotongan biaya; kelima, pola manajemen yang

menekankan pada antara lain target keluaran, pembatasan waktu kontrak,

insentif keuangan dan kebebasan dalam mengelola.

Sedangkan David Osborne dan Ted Gaebler (1992, 13-22) menawarkan

suatu pendekatan manajerial dari sisi lain dalam mengelola birokrasi

pemerintahan dimana birokrasi menjadi bergaya wirausaha (entreprenuer

government). Dengan karakteristik : mendorong kompetisi antar pemberi jasa,

memberi wewenang kepada masyarakat, mengukur kinerja perwakilannya

dengan memusatkan pada hasil bukan pada masukan, digerakan oleh misi

bukan ketentuan dan peraturan, mendefinisikan klien (masyarakat) kembali

sebagai pelanggan dan menawarkan banyak pilihan, mencegah masalah

sebelum muncul, mencurahkan energi untuk menghasilkan uang bukan untuk

membelanjakan, desentralisasi wewenang dengan manajemen partisipasi,

menyukai mekanisme pasar daripada mekanisme birokrasi, dan tidak hanya

memfokuskan pada pengadaan perusahaan negara, tetapi juga pada

mengkatalisir semua sektor –pemerintah, swasta, dan lembaga suka rela- ke

dalam tindakan untuk memecahkan masalah masyarakatnya.

Pendekatan manajerial model NPM yang dikembangkan pertama kali

oleh Hood ini atau managerialism istilah Pollitt atau market based public
38

administration istilah Lan dan Rosenbloom atau entrepreneurial

government istilah Osbone dan Gebler, walau memiliki istilah yang berbeda

namun pada dasarnya sama-sama berupaya mentransformasi birokrasi lama

menjadi birokrasi baru. Dengan melakukan hal-hal yang sebagaimana

dikemukakan Owen E. Hughes (1994, 3) : Improving public management,

reducing budgets, privatisations of public enterprise seem universal; no-one

now is arguing for or increasing the scope of government or bureaucracy.

Dan memiliki tujuan yang sama pula, antara lain : pertama, lebih

memperhatikan pada hasil tujuan dan tanggung jawab personal manajer;

kedua, lebih mengutamakan pembentukan organisasi, personil, dan pekerja

dan suasana yang lebih fleksibel; ketiga, membuat tujuan organisasi dan

personil yang jelas dan mudah diukur dengan menentukan indikatornya;

keempat, staf senior lebih memiliki komitmen politik (politically commited)

pada pemerintah, tidak partisan dan tidak netral benar; kelima, fungsi

pemerintah lebih kepada fasilitator dari pada pelaksana; terakhir, pada fungsi

pemerintah dikurangi dengan melakukan privatisasi (Hughes, 1994, 58

(Febrianto, 2012)

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Pariwisata merupakan suatu aspek yang penting bagi suatu daerah, yang mana

sektor pariwisata dapat menjadi tulang punggung terhadap pendapatan asli daerah

tersebut seperti obyek wisata Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya sebagai

penghasil pendapatan daerah di Kota Surabaya. Pengembangan Wisata Pantai


39

Kenjeran lama Kota Surabaya merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh

pemerintah dan stakeholders dengan tujuan utamanya adalah income atau

pendapatan daerah, dan untuk itu tentu dibutuhkan suatu strategi untuk

mencapainya, dalam penelitian terkait strategi pengembangan Wisata Pantai

Kenjeran lama Kota Surabaya ini akan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT sendiri merupakan suatu cara atau alat untuk menganalisis

faktor-faktor eksternal dan internal yang kemudian menjadi acuan untuk

menentukan langkah-langkah strategis dalam upaya memaksimalkan usaha dan

potensi yang ada agar lebih menguntungkan. Dalam analisis SWOT diketahui

adanya kekuatan (Strenght), kelemahan (Weakness), peluang (opportunity) dan

ancaman (Treahts) yang ditentukan dengan menganalisis faktor-faktor internal dan

eksternal tadi, dengan begitu suatu instansi atau organisasi dapat menentukan

alternatif-alternatif strategis yang nantinya dapat digunakan dalam pengembangan

Wisata Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya. Dengan strategi yang didapatkan

tentu akan tercapai tujuan utamanya yaitu pendapatan daerah yang mana hal

tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Untuk lebih jelasnya peneliti akan menguraikan kerangka berpikir yang dapat

dilihat pada gambar dibawah ini:


40

Gambar : 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Masalah Wisata Pantai Kenjeran Lama :


1. Pengelolaan sampah di Pantai Kenjeran
yang masih buruk
2. Kurangnya perhatian dalam rangka
perbaikan dan penambahan sarana
maupun fasilitas
3. Pencemaran pantai dari limbah
pabrik yang tidak bertanggung
jawab.
4. Kurangnya perawatan di lingkungan
pantai baik dari pemerintah dan
warga sekitar

Strategi Pengembangan Wisata dengan


Teknik Analisis SWOT :
1. Strength : Menjadi salah satu icon wisata
alam Kota Surabaya, banyak kegiatan
yang bisa dilakukan mulai dari anak-anak
hingga orang dewasa.
Income / Pendapatan 2. Weakness : Pengelolaan sampah yang
buruk, kurangnya perhatian dalam sarana
maupun fasilitas, pencemaran pantai dari
limbah di sekitar pantai, kurangnya
perawatan di lingkungan pantai.
3. Opportunities : dapat menarik wisatawan
lokal dan mancanegara.
4. Theats : kualitas, fasilitas, sarana dan
Community Based Tourism prasarana pesaing lebih baik.

Sumber : (Nurfadilah, 2017)


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang

bertujuan untuk mengetahui Strategi Pengembangan Wisata Pantai Kenjeran Lama.

Pengertian penelitian kualitatif menurut (Miles, B Mathew dan Michael Huberman,

1994) menyatakan bahwa salah satu prosedur penelitian yang dihasilkan data

deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Melalui penelitian kualitatif, peneliti dapat mengenali subjek dan merasakan apa

yang mereka alami.

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa salah satu

metode penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang

kenyataan melalui berfikir deskripstif adalah metode penelitian kualitatif. Metode

penelitian deskriptif ini dibagi menjadi beberapa pendekatan yang akan digunakan

dalam penelitian nantinya seperti survei yang sangat penting dilakukan guna

menambah informasi data dan faktual yang terjadi lapangan. Ada pula studi kasus,

yang digunakan untuk melihat kembali latar belakang dan unit sosial yang ada

dalam subjek penelitian. Pada penelitian kali ini, penulis menggunakan pendekatan

kualitatif karena dinilai tepat digunakan dalam penelitian ini dan bermaksud untuk

memahami fenomena atau kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman dari obyek

wisata Pantai Kenjeran Lama Surabaya dengan mendeskripsikannya dalam bentuk

41
42

kata-kata dan bahasa sehingga menghasilkan suatu penggambaran atas fenomena

yang terjadi.

3.2 Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yaitu menentukan strategi pengembangan wisata pantai

kenjeran lama Surabaya. Dalam penelitian kualitatif ada yang disebut batasan

masalah, batasan masalah itu sendiri dalam penelitian kualitatif disebut dengan

fokus, yang berisi pokok masalah umum yang masih bersifat umum. Untuk itu,

dalam penelitian ini fokus penelitiannya adalah Strategi Pengembangan Wisata

Pantai Lama Kenjeran Surabaya

3.3 Lokasi

Dalam menetapkan lokasi penelitian, peneliti harus mempertimbangkan

tentang sejauh mana peneliti mengenali daerah lokasi penelitian dan tentunya waktu

serta biaya yang diperlukan sebagai bahan pertimbangan. Dalam hal ini peneliti

memilih lokasi penelitian di Kota Surabaya.

Kota Surabaya yang merupakan kota besar dan kota industri yang tentu harus

diperhatikan pengembangannya, terlebih dengan potensi pariwisata yang dimiliki

salah satunya yakni Pantai Kenjeran Lama Surabaya. hal ini dapat ditinjau dari

kekuatan, kelemahan, peluang serta ancaman yang terdapat di Pantai Kenjeran

Lama Surabaya. Untuk alasan itulah peneliti memilih lokasi penelitian di Kota

Surabaya.
43

Lokasi Pantai Kenjeran Lama cukup strategis terletak di terletak di ujung timur

Surabaya, bersebelahan dengan perkampungan penduduk serta berada di sekitar

area bisnis atau usaha yang menjadikan Pantai Kenjeran Lama bisa mencapai

keunggulan bersaingnya.

Alamat : Jl. Pantai Kenjeran No. 1-6, Kenjeran, Kec. Bulak, Kota SBY, Jawa

Timur.

Kode Pos: 60123

Tlp. 031 - 3817954

Jam Operasional : 09.00 – 16.00

3.4 Sumber Data

Sumber data adalah para informan yang memberikan informasi yang

dibutuhkan. Informasi yang diperoleh dari para informan dianggap paling

mengetahui secara rinci dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti, yaitu

menentukan strategi pengembangan wisata pantai di kota industri untuk

kesejahteraan masyarakat dan mengevaluasi wisata pantai di kota industri. Selain

itu diperoleh dari hasil dokumentasi yang menunjang terhadap data yang berbentuk

kata-kata tertulis maupun tidak. Dalam Penelitian ini, peneliti akan menggunakan

jenis data kualitatif yang berkaitan dengan masing-masing fokus penelitian yang

sedang diamati.

Penelitian ini menggunakan beberapa sumber data :

a. Pengumpulan data – data Primer

b. Pengumpulan data – data Sekunder


44

3.4.1 Data Primer

Kata-kata dan tindakan dari orang yang diwawancarai atau yang diamati

merupakan sumber data utama dalam penelitian ini. Jenis data yang diambil

dari data tertulis, pencatatan sumber data ini melalui wawancara dan

pengamatan serta merupakan gabungan dari melihat, mendengar dan bertanya.

Data primer diperoleh dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya

untuk mengelola, mengembangkan wisata untuk seluruh masyarakat Kota

Surabaya, terutama sekitar Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya. Untuk hal

ini wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai

kondisi wisata Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya.

3.4.2 Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak yang tidak

berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Data sekunder dalam

penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang terkait guna mengembangkan

wisata dalam lingkup kota industri untuk kesejahteraan masyarakat. Data

sekunder diperoleh dari Badan Statistik, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kota Surabaya, Perpustakaan, dan internet.

3.5 Jenis Data

Adapun jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini dengan cara

mengumpulkan data/masalah yang ingin dipecahkan. Pada penelitian ini peneliti

mengumpulkan jenis data dengan cara sebagai berikut:


45

3.5.1 Wawancara

wawancara adalah alat pengumpulan data yang digunakan dalam

komunikasi langsung yang berbentuk sejumlah pertanyaan lisan yang diajukan

oleh penguumpul data (interviewer) sebagai pencari informasi yang dijawab

secara lisan oleh informan (interviewer). Secara singkat wawancara

didefinisikan sebagai alat pengumpulan data berupa tanya jawab antara pihak

pencari informasi dan sumber informasi yang berlangsung secara lisan. Dalam

hal ini wawancara yang dilakukan berfokus Strategi Pengembangan Wisata

Pantai Kenjeran Lama Kota Surabaya, ditinjau dari kekuatan, kelemahan,

ancaman dan peluang yang ada.

3.5.2 Observasi

Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan

langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

bantuan alat. Observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dengan

mengamati secara langsung Strategi Pengembangan Wisata Pantai Kenjeran

Lama Kota Surabaya.

3.5.3 Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya seseorang. Jenis data ini adalah sebagai pelengkap dalam

pengumpulan data dari hasil observasi dan wawancara yang berguna untuk

hasil penelitian. Sebelum melakukan observasi, peneliti terlebih dahulu


46

mencari refrensi melalui buku, jurnal, artikel di internet serta sumber lainnya

yang dianggap dapat menjawab permasalahan yang diteliti.

Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu data/bukti untuk

mengetahui Strategi Pengembangan Wisata Pantai Kenjeran Lama Kota

Surabaya yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan

(life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang

berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen

yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung,

film dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan

metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

3.6 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model

alir. Langkah-langkah analisis data model alir menurut (Miles, B Mathew dan

Michael Huberman, 1994) adalah sebagai berikut:

3.6.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian

dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan fokus

permasalahan yang akan diteliti.

3.6.2 Reduksi Data

Proses pengumpulan data yang diperoleh peneliti selama dilapangan

untuk dicatat dan diteliti. Mereduksi berarti merangkum, memilah-milah data

yang sifatnya penting, setelah direduksi nantinya akan memberikan gambaran


47

yang lebih jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Redukasi data dimulai sejak

peneliti mulai memfokuskan wilayah penelitian.

3.6.3 Penyajian Data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah penyajian data

dengan cara dikelompokkan atau disusun dalam pola hubungan sehingga akan

lebih mudah. Menurut (Miles, B Mathew dan Michael Huberman, 1994)

penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini yang

sering digunakan dalam penyajian data kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.

Dengan menggunakan display data maka lebih mempermudah selain

menggunakan teks yang bersifat naratif juga dapat ditambahkan gambar, grafik

maupun chart.

3.6.4 Penarikan Kesimpulan

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat

sementara, dan akan berubah-ubah bila tidak ditemukan bukti yang kuat dan

mendukung pada tahap pengupulan data. Aktivitas dalam analisis data yaitu,

data reduction, data display dan conclusion drawing/verification. Tetapi jika

kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti

yang kuat dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,
48

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang dapat

dipercaya.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga

setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hipotesis atau teori.

3.7 Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, validitas ini tidak memiliki konotasi yang sama

dengan validitas dalam penelitian kuantitatif, tidak pula sejajar dengan reliabilitas

yang berarti pengujian stabilitas dan konsistensi respons ataupun dengan

generalisabilitas yang berarti validitas eksternal atas hasil penelitian yang dapat

diterapkan pada setting, orang, atau sampel yang baru dalam penelitian kuantitatif.

Sebaliknya, validitas kualitatif merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi

hasil penelitian dengan menerapkan prosedur prosedur tertentu, sementara

reliabilitas kualitatif mengindikasikan bahwa pendekatan yang digunakan peneliti

konsisten jika diterapkan oleh peneliti-peneliti lain dan untuk proyek-proyek yang

berbeda (Creswell, 2010). Peneliti kualitatif akan mengetahui bahwa pendekatan

mereka konsisten dan reliable adalah dengan selalu mendokumentasikan seluruh

prosedur-prosedur penelitin mereka dan mendokumentasikan sebanyak mungkin

langkah langkah dalam prosedur tersebut.


49

Sementara itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam penelitian kualitatif

selain reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian

sudah akurat dari sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum.

Peneliti hanya menggunakan salah satu strategi yaitu strategi triangulasi.

Penggunaan strategi triangulasi karena strategi ini mudah terjangkau untuk

digunakan peneliti dan lebih mudah dipratekkan untuk memvalidasi data ini.

Menurut (Creswell, 2010) Triangulasi sendiri yaitu sumber-sumber data yang

berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut

dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren.

Tema-tema yang dibangun berdasarkan sejumlah sumber data atau perspektif dari

partisipan akan menambah validitas penelitian.


DAFTAR PUSTAKA

Aldy Adrianus Tatali, Ridwan Lasabuda, Jardie A. AndakI, & Bet E. S. Lagarense.
(2018). STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR DI
DESA BENTUNG KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI
SULAWESI UTARA. JURNAL. Kebijakan Sosek KP Vol. 8 No. 1, 53-62.
Arif, M., & Syam, A. (2017). STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA
PANTAI SUMEDANG DI KECAMATAN RANAH PESISIR
KABUPATEN PESISIR SELATAN. JURNAL KEPEMIMPINAN DAN
PENGURUSAN SEKOLAH Vol.2 No. 2 Th., 191-200.
C. B., R, W. H., & Sudarti. (2018). STRATEGI PENGEMBANGAN POTENSI
PARIWISATA DI PANTAI DUTA KABUPATEN PROBOLINGGO .
Jurnal Ilmu Ekonomi Vol 2 Jilid 1, 95 - 103.
Choridotul Bahiyah, Wahyu Hidayat R, & Sudarti. (2018). STRATEGI
PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DI PANTAI DUTA
KABUPATEN PROBOLINGGO. Ilmu Ekonomi , 95-103.
Creswell, J. (2010). Research design: pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed.
Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
Eligius, E. (2015, Oktober 04). Kompasiana Beyond Blogging. Diambil kembali
dari http://www.discoveringsurabaya.wordpress.com:
https://www.kompasiana.com/egieligius/5610dfa4e2afbda905e8fc6d/panta
i-kenjeran-lama-wisata-pesona-alam-yang-terabaikan?page=all
Fandeli. (2011, November 23). Diambil kembali dari infocittl.org:
http://analisispengembanganpariwisata.blogspot.com/2011/11/
Febrianto, I. I. (2012, Oktober 11). Lintas Sosial Poltik. Diambil kembali dari
lintassosialpolitik.blogspot.com:
http://lintassosialpolitik.blogspot.com/2012/10/teori-new-public-
management_11.html
Firdausia Hadi, & M. Khoirul Hadi al-Asy Ari. (2017). KAJIAN POTENSI DAN
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA PANTAI SYARI'AH.
Membangun Profesionalisme Manajemen Dakwah, 99-115.
Fitridamayanti Razak, Benu Olfie L. Suzana, & Gene H. M. Kapantow. (2017).
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI
MALALAYANG, KOTA MANADO, SULAWESI UTARA. Strategi
Pengembangan Wisata Bahari Pantai Malalayang, 277-284.
Hadi, F., & Ari, M. K.-A. (2017). KAJIAN POTENSI DAN STRATEGI
PENGMEBANGAN WISATA PANTAI SYARI'AH (Studi di Pulau
Santen Kabupaten Banyuwangi). Membangun Profesionalisme Manejemen
Dakwah Vol. 3 No. 1, 99-115.

50
51

Heru Wiwoho Supadi Putra, Abdul Hakim, Harsuko Riniwati, & Amin Setyo
Leksono. (2019). Community Participation in Develoment of Ecotourism in
Taman Beach, Pacitan Distric. Indonesian Tourism and Development
Studies, 91-99.
Indrawan, R. S., Santosa, H., & Utami, S. (t.thn.). Pengembangan Fasilitas Wisata
Taman Hiburan Pantai Kenjeran Surabaya Dengan Konsep WaterFront. 1 -
13.
Irmawanty, & Dian Safitri. (2019). Community Analysis and Perception of the
Development of Kuri Beach Tourism Area in Maros Regency. Humanities
Social Sciences and Education (IJHSSI), 29-34.
JDIH. (2012, Desember 03). Peraturan Daerah (PERDA). Diambil kembali dari
Peraturan Daerah (PERDA) tentang Kepariwisataan:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/23052
Joyosuharto. (2011, November 23). Diambil kembali dari Infocittl.org:
http://analisispengembanganpariwisata.blogspot.com/
Meiwany A. K. Tapatfeto, Juita L.D Bessie, & Abas Kasim. (2018). STRATEGI
PENGEMBANGAN OBJEK WISATA DALAM UPAYA PENINGKTAN
KUNJUNGAN (Studi Pada Objek Wisata Pantai Oetune Kabupaten TTS).
JOURNAL OF MANAGEMENT (SME’s) Vol. 6, No.1, 1-20.
Miles, B Mathew dan Michael Huberman. (1994). Analisis Data Kualitatif Buku
sSumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Muhammad Arif, & Alexander Syam . (2017). STRATEGI PENGEMBANGAN
OBJEK WISATA PANTAI SUMEDANG DI KECAMATAN RANAH
PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN. JURNAL KEPEMIMPINAN
DAN PENGURUSAN SEKOLAH, 191-200.
Nurfadilah, K. A. (2017). STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA
PANTAI PANGANDARAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN
PANGANDARAN). 1-80.
Pendit. (2011, November 23). Diambil kembali dari infocittl.org:
http://analisispengembanganpariwisata.blogspot.com/2011/11/
Perdana, D. (2019, Juli 02). Diambil kembali dari suarasurabaya.net:
suarasurabaya.net/jazztraffic/news/2019/222853-Kenjeran-Diharapkan-
Menjadi-Kawasan-Wisata-Terlengkap-di-Surabaya
PJLHK. (2009, January 16). UU 10 2019. Diambil kembali dari Ekowisata:
https://www.ekowisata.org
Razak, F., Suzana, B. O., & Kapantow, G. H. (2017). STRATEGI
PENGEMBANGAN WISATA BAHARI PANTAI MALALAYANG,
KOTA MANADO, SULAWESI UTARA. Agri-SosioEkonomi Unsrat
Volume 13 Nomor 1A, 277-284.
52

RI, J. B. (2017, September 2017). Peraturan Daerah (PERDA) tentang Rencana


Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017-
2032. Diambil kembali dari Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi Jawa
Timur Nomor 6 Tahun 2017:
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/85286/perda-prov-jawa-timur-
no-6-tahun-2017
Roy A Wattimena, S. M. (2017). STRATEGI PENGEMBANGAN PESISIR
PANTAI DESA LIANG SEBAGAI KAWASAN OBJEK PARIWISATA.
Jurnal Manis Volume 1 Nomor 1, 19-26.
Seska M. H. Mengko, Pearl L. Wenas, & Selvie R. Kalele. (2018). Pal Beach
Tourism Development in Marinsow Village, North Minahasa Regency.
Indonesian Tourism and Development Studies, 63-72.
Sinto. (2019, Juli 11). Kompasiana Beyond Blogging. Diambil kembali dari
Keindahan Pantai Kenjeran di sore hari/twipu.com:
https://www.kompasiana.com/sinto36193/5d27204e0d82306df26d8123/pa
ntai-kenjeran-surabaya-dan-wisata-prostitusi
Soebagyo. (2012). STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATADI
INDONESIA. Jurnal Liquidity Vol. 1, No. 2, 153-158.

Anda mungkin juga menyukai