Anda di halaman 1dari 54

JUDUL PROPOSAL

KAWASAN WISATA PANTAI TOROBULU


DI KAB. KONAWE SELATAN
(DENGAN PENEKANAN ARSITEKTUR TROPIS)

Oleh :

NURUL OVIANDI
KA2 18 050

PROGAM STUDI S1 ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNUVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SULAWESI TENGGARA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................ i


BAB I.......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
I.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
I.3 Tujuan dan Sasaran Pembahasan................................................................. 3
I.3.1 Tujuan Pembahasan ............................................................................ 3
I.3.2 Sasaran Pembahasan ......................................................................... 4
I.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan ............................................................... 4
I.4.1 Batasan Pembahasan ......................................................................... 4
I.4.2 Lingkup Pembahasan .......................................................................... 4
I.5 Sistematika Pembahasan ................................................................................ 5
BAB II ......................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 6
II.1 Pengertian Judul ............................................................................................... 6
II.2 Pengertian Pariwisata ..................................................................................... 7
II.3 Pengertian Wisata Pantai ................................................................................ 8
II.3.1 Pembagian Jenis-Jenis Wisata Pantai .......................................... 9
II.3.2 Fungsi Wisata Pantai ..................................................................... 13
II.4 Tipologi Pantai dan Pemanfaatannya .......................................................... 15
II.5 Daya Tarik Wisata .......................................................................................... 18
II.6 Prasarana Dan Sarana Pariwisata Wisata Pantai ..................................... 20
II.6.1 Prasarana wisata pantai ................................................................ 20
II.6.2 Sarana Pariwisata .......................................................................... 24
II.6.3 Tata Laksana/ Infrastruktur ........................................................... 27
II.7 Masyarakat / Lingkungan .............................................................................. 28
II.8 Pengertian Arsitektur Tropis .......................................................................... 30
II.9 Studi Literatur .................................................................................................. 38
BAB III ...................................................................................................... 44

i
TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN ..................................................... 44
III.1 Tinjauan Umum Terhadap Kabupaten Konawe Selatan .......................... 44
III.1.1 Kondisi Geografis ........................................................................... 44
III.1.2 Luas Wilayah................................................................................... 45
III.1.3 Iklim .................................................................................................. 46
III.1.4 Suhu Udara ..................................................................................... 46
III.1.5 Kependudukan ................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 50

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pariwisata di Indonesia menurut UU Kepariwisataan No. 10
tahun 2009 pasal 9 ayat 1 adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta
interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha.
Indonesia sebagai negara kepulauan umumnya memiliki kekayaan
bahari yang berlimpah, yang mencakup kehidupan sekitar 28 ribu
species flora, 350 species fauna, 110 ribu species mikroba, serta
sekitar 600 species terumbu karang. Keanekaragaman terumbu
karang di Indonesia mencapai 600 species dari 400 genera, jauh lebih
kaya dari yang dikandung Laut Merah yang hanya memiliki 40
species. Laut Indonesia memiliki 640 titik harta karun. Benda-benda
berharga itu berasal dari muatan kapal yang tenggelam.
Bagi Indonesia wilayah pesisir memiliki arti strategis karena
merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut, serta
memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang
sangat kaya. Kekayaan sumberdaya tersebut menimbulkan daya tarik
bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdayanya dan
berbagai instansi untuk meregulasi pemanfaatannya.
Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri dari pulau-pulau kecil dan
sekitar 68 lokasi terumbu karang yang telah diidentifikasi yang
potensial untuk pengembangan kawasan ekowisata bahari,
diantaranya terdapat di taman laut nasional Wakatobi dan Taman
Wisata Laut Teluk Lasolo dan kepulauan Padamarang. Selain itu,
bagian Muara di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai juga
potensil untuk dikembangkan sebagai obyek pariwisata bahari.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara melalui Dinas
Pariwisata setempat menetapkan sepuluh destinasi wisata andalan di

1
wilayahnya. Kesepuluh destinasi ini diharapkan memberi kontribusi
memenuhi target satu juta kunjungan wisata nasional. Kesepuluh
destinasi wisata Sultra, yakni Pulau Lebengki (Kabupaten Konawe
Utara), Pulau Bokori (Kota Kendari), Kawasan Wisata Pantai Torobulu
(Konawe Selatan), Pantai Meleura (Kabupaten Muna), Hutan Magrove
(Kabupaten Buton Utara), Pulau Hoga (Kabupaten Wakatobi), Hutan
Lambusango (Kabupaten Buton), Benteng Keraton Buton (Kota Bau
Bau), Desa Wisata Tangkeno (Kabupaten Bombana) dan permandian
Tamborasi (Kabupaten Kolaka).
Daftar tempat wisata di Sulawesi Tenggara memang cukup
banyak. Provinsi yang ibu kotanya berada di Kendari ini menyimpan
pesona keindahan alam, peradaban budaya dan sejarah. Semua itu
dikelola dengan baik, sehingga menjadi primadona pariwisata
Indonesia bahkan sampai mancanegara. Konawe Selatan merupakan
salah satu dari tempat wisata yang sudah terkenal.
Kabupaten Konawe Selatan adalah salah satu Daerah Tingkat
II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini
terletak di Andoolo. Potensi objek dan daya tarik di Kabupaten
Konawe Selatan sangat beragam dan tersebar di beberapa daerah.
Objek dan daya tarik wisata tersebut telah menarik kunjungan tidak
hanya wisatawan nusantara tetapi juga wisatawan mancanegara.
Wisata rekreasi berbasis alam menjadi daya tarik utama, berdasarkan
data jumlah kunjungan sekitar 37 ribu wisatawan setiap tahunnya
mempadati objek wisata alam di Kabupaten Konawe Selatan.
Salah satu potensi wisata di Konawe Selatan yang sering dipadati
wisatawan setaip akhir pekan atau di hari-hari libur adalah wisata
permandian Torobulu Kecamatan Laeya. Hanya saja permandian
wisata tersebut belum tersentuh oleh pemerintah melalui Dinas
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sehingga di lokasi tersebut tidak ada
fasilitas yang dibangun. Permandian Torobulu Kecamatan Laeya
menjadi salah satu tujuan wisatawan lokal untuk melakukan rekreasi
di musim liburan. Namun sangat disayangkan di lokasi permandian

2
tersebut tidak ada fasilitas yang tersedia, seperti toilet umum dan
ruang ganti pakaian hanya beberapa gazebo sebagai tempat berteduh
pengunjung, termasuk jalan menuju lokasi permandian tidak
mendapat perhatian. Begitu juga di lokasi permandian, wisatawa tidak
dapat menikmati liburan dengan santai, karena kondisi permandian
yang tidak terawat dan tertata dengan baik, itu dilihat dengan
banyaknya sampah yang berserakan, termasuk ranting-ranting pohon
juga turut mengganggu pemandangan.
Oleh karena itu dari latar belakang tersebut penulis memilih judul
“Kawasan Wisata Pantai Torobulu, di Kabupaten Konawe Selatan
dengan Penekanan Arsitektur Tropis”. Sebagai salah satu sarana
wisata bahari di Kabupaten Konawe selatan.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka
permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana mengolah site yang dapat mendukung fungsi
bangunan?
2. Bagaimana mewujudkan desain kawasan wisata pantai yang
mampu mewadahi aktifitas yang ada?
3. Bagaimana mewujudkan arsitektur pada kawasan wisata pantai
dengan penekanan arsitektur tropis?

I.3 Tujuan dan Sasaran Pembahasan

I.3.1 Tujuan Pembahasan


Adapun tujuan pembahasan penelitian dalam Kawasan
Wisata Pantai Torobulu, di Kab. Konawe Selatan adalah
menyusun proposal acuan perancangan ke wisata yang akan
ditransformasikan ke dalam desain fisik Kawasan Wisata Pantai
Torobulu di Kabupaten Konawe Selatan.

3
I.3.2 Sasaran Pembahasan
Adapun sasaran pembahasan penelitian dalam Kawasan
Wisata Pantai Torobulu, di Kab. Konawe Selatan yaitu:
1. Mengolah site yang dapat mendukung fungsi bangunan serta
mendukung semua kegiatan area bermain yang tersedia di
kawasan wisata tersebut.
2. Menata sirkulasi pada site agar tidak ada ruang mati didalam
kawasan.
3. Memperoleh program perencanaan yang meliputi
perencanaan fisik kawasan dan bangunan yang sesuai
dengan fungsinya dan memenuhi persyaratan perancangan
yang indah, nyaman dan aman bagi pengunjung, serta
menjadi tempat/sarana rekreasi yang tetap menjaga
kelestarian alam.

I.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan

I.4.1 Batasan Pembahasan


Perencanaan dan Perancangan Perkembangan Kawasan
Pantai Torobulu yang dapat menampung segala aktifitas yang
berlangsung pada sebuah Kawasan Wisata Pantai, termasuk
dalam kategori perancangan tapak/lansekap beserta elemennya
(bangunan, lingkungan, serta fasilitas sarana dan prasarana)
dalam suatu kawasan. Ruang lingkup dibatasi pada pembahasan
yang terkait dengan permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan pengembangan Kawasan Wisata Pantai Torobulu,
dengan penekanan Arsitektur Tradisional di Kawasan Wisata
Pantai Torobulu.

I.4.2 Lingkup Pembahasan


Pengembangan meliputi masalah-masalah yang berkaitan
dengan disiplin ilmu arsitektur seperti penataan dan
pengembangan kawasan, penambahan fasilitas-fasilitas dengan

4
eksplorasi desain terhadap eleme-elemen arsitektur serta
penggunaan arsitektur tropis sebagai penekanan desain.
Penulisan ini menitik beratkan pada perancangan fisik dan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah arsitektur
dengan disiplin ilmu yang digunakan sebagai pengarah ke
sasaran penulisan. Luas Kawasan Pantai Torobulu yang menjadi
pengembangan dengan pertimbangan kondisi fotografi,
aksesibilitas dan pencapaian dengan memperhatikan orientasi
kearah laut.

I.5 Sistematika Pembahasan


Secara sistematika pembahasanyang digunakan pada
perencanaan “Wisata Wisata Pantai Torobulu, di Kab. Konawe
Selatan dengan Penekanan Arsitektur Tropis” adalah sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang, perumusan masalah penelitian,
tujuan pembahasan penelitian, sasaran pembahasan
penelitian, lingkup dan batasan pembahasan penelitian,
sistematika pembahasan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan pengertian judul, tinjauan umum, kriteria
perencanaan, yang pembahasannya dikemukakan
secara umum.
BAB III : TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN
Mengemukakan tinjauan umum analisis terhadap
perencanaan lokasi Wisata Pantai Torobulu, di Kab.
Konawe Selatan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Judul


Pengertia judul “Kawasan Wisata Pantai Torobulu, di Kab.
Konawe Selatan dengan Penekanan Arsitektur Tropis” dapat
diuraikan sebagai berikut :
Kawasan : merupakan wilayah dalam batasan fungsional
tertentu. Menurut Undang-undang No. 26 pada
tahun 2007 mendefinisikannya sebagai wilayah
yang memiliki fungsi utama lindung atau
budidaya (Undang-undang No. 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang)
Wisata :Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengertian wisata adalah bepergian
secara bersama-sama dengan tujuan untuk
bersenang - senang, menambah
pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu juga
dapat diartikan sebagai bertamasya atau
piknik (Departemen Pendidikan Nasional
(2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Pusat Bahasa).
Pantai :Pantai adalah Sebuah bentuk geografis
yang terdiri dari pasir, dan terdapat di
daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi
batas antara daratan dan perairan laut.
Panjang garis pantai ini diukur mengeliling
seluruh pantai yang merupakan daerah
teritorial suatu negara (id.wikipedia.org).
Torobulu : Torobulu merupakan nama desa/kelurahan
yang berada di Kecamatan Laeya, Kabupaten
Konawe Selatan dimana mayoritas

6
penduduknya berprofesi sebagai nelayan
(id.wikipedia.org).

Arsitektur Tropis : Arsitektur Tropis adalah arsitektur yang


memberikan jawaban/ adaptasi bentuk
bangunan terhadap pengaruh iklim tropis,
dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu
yang disebabkan oleh panas matahari,
kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan,
pergerakan angin, dan sebagainya.

Dengan demikian pengertian “Kawasan Wisata Pantai


Torobulu, di Kab. Konawe Selatan dengan Penekanan Arsitektur
Tropis” adalah sebuah tempat wisata yang mampu beradaptasi
dengan baik terhadap lingkungan tropis sehingga nyaman dikunjungi
bagi penghuninya. Arsitektur tropis mengusahakan bangunan agar
menjadi pasif, yang artinya dapat beradaptasi secara otomatis
(secara desain) terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara tanpa
adanya tambahan energi yang diperlukan.

II.2 Pengertian Pariwisata


Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata
“travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang
dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu
pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat
diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara
individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan
tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Sinaga,
2010).
Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa.
Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan,
tempat tinggal, makanan, minuman dan jasa bersangkutan lainnya
seperti bank, asuransi, keamanan dan lain-lain. Dan juga

7
menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan,
pengaaman baru dan berbeda lainnya.
Banyak negara bergantung banyak dari industri pariwisata ini
sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang
menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan
industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai
oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah
tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan
melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh
semntara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan
alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya
untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang
atau libur serta tujuan-tujuan lainnya (Koen Meyers, 2009).
Pariwisata difenisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian
sementara dari seorang, lebih menuju ke tempat lain di luar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiaanya adalah karena berbagai
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan
maupun kepentingan lain (Gamal, 2002).

II.3 Pengertian Wisata Pantai


Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan
manusia baik perorangan maupun kelompok untuk mengunjungi
destinasi tertentu dengan tujuan rekreasi, mempelajari keunikan
daerah wisata, pengembangan diri dan sebagainya dalam kurun
waktu yang singkat atau sementara waktu (UU RI No.10 Tahun
2009).
Pantai adalah jalur yang merupakan batas antara darat dan
laut, diukur pada saat pasang tertinggi dan surut terendah,
dipengaruhi oleh fisik laut dan sosial ekonomi bahari, sedangkan ke
arah darat dibatasi oleh proses alami dan kegiatan manusia di
lingkungan darat (Triatmodjo, 1999).

8
Obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat
dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut
yaitu :

1. Pantai, merupakan daerah transisi antara daratan dan lautan.


Pantai merupakan primadona obyek wisata dengan potensi
pemanfaatan, mulai dari kegiatan yang pasif sampai aktif.
2. Permukaan laut, terdapatnya ombak dan angin sehingga
permukaan tersebut memiliki potensi yang berguna dan bersifat
rekreatif.
3. Daratan sekitar pantai, merupakan daerah pendukung terhadap
keadaan pantai, yang berfungsi sebagai tempat rekreasi dan
olah raga darat yang membuat para pengunjung akan lebih lama
menikmatinya.

II.3.1 Pembagian Jenis-Jenis Wisata Pantai


Secara umum, pantai terbagi menjadi 3 macam, yaitu
Pantai berpasir, pantai berlumpur, dan pantai berbatu
(tempatwisataunik.com).
a. Pantai berpasir

Gambar II.1 Objek Wisata Pantai Pasir Putih, Lampung

Pantai berpasir sering dijadikan tempat wisata.


Biasanya tempatnya landai dan indah. Pantai berpasir
indah biasanya memiliki pasir pantai yang lembut dan

9
berwarna putih. Tetapi, tidak semua pasir pantai berwarna
putih. Keindahan akan semakin lengkap jika pantainya
bersih dan tidak berserakan sampah. Tempat yang bersih
dan indah membuat orang- orang nyaman untuk bermain
di pantai itu.
Di pantai ini terdapat hewan air seperti ketam-
ketaman yang biasanya menguburkan diri kedalam pasir
atau lubang. Saat kita bermain di pantai, kita dapat
mencari ketam dengan cara mengusap pasir dengan air.
Pantai seperti ini banyak terdapat di Sumatera, Sulawesi,
Bali.
Selain dijadikan tempat wisata, pantai berpasir juga
dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman kelapa.
b. Pantai Berlumpur

Gambar II.2 Tracking Mangrove Lahundape, Kendari

Pantai berlumpur sebagian besar wilayahnya


merupakan daerah berlumpur dan tergenang saat air
pasang. Bentuk pantai ini tidak menarik, sehingga tidak
begitu dijadikan sebagai objek wisata. Pantai berlumpur
sebagian besar tersebar di Pantai utara Jawa, timur
Sumatera, Kalimantan, dan Selatan Papua. Pantai ini
biasanya banyak dimanfaatkan untuk areal tambak

10
budidaya ikan atau udang. Adapun di Jawa timur, pantai
berlumpur dimanfaatkan untuk penambangan garam.
Namun di beberapa daerah pantai seperti ini di
manfaatkan sebagai wisata tracking mangrove, seperti
Tracking Mangrove In Love di Gorontalo 1, Hutan
Mangrove Kaliwlingi di Brebes Jawa Tengah, dan
Tracking Mangrove Bungkutoko di Kota Kendari.
Pantai berlumpur merupakan rangkaian kesatuan
dengan pantai berpasir, lebih terlindung dari gerakan
ombak, berbutiran sedimen lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik.
Pantai berlumpur adalah tipe pantai yang khas yang
memiliki ciri-ciri fisik berbeda dibandingkan dengan ciri-ciri
fisik pantai berpasir dan pantai berbatu. Pantai berlumpur
banyak dijumpai di muara sungai yang ditumbuhi oleh
hutan mangrove, dimana energi gelombang terdisipasi
oleh hutan mangrove dan lumpur. Pantai tipe ini relatif
mudah berubah bentuk, mengalami
deformasi, dan tererosi. Daerah ini sangat subur bagi
tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove).
Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak dan
pohon dengan akar tunjang, yaitu akar yang banyak
tumbuh dari batang menjadi penopang tumbuhan
tersebut. Guguran daun dan ranting menjadi serasa
organik sehingga mempersubur perairan pantai, sehingga
banyak mengundang hewan antara lain beberapa jenis
ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai
peredam energi gelombang, sehingga pantai dapat
terlindung dari erosi.

11
c. Pantai Berbatu

Gambar II.3 Objek Wisata Pulau Labengki

Pantai berbatu merupakan pantai yang sebagian


besar wilayahnya terdiri atas batuan. Pantai ini memiliki
berbagai macam jenis makhluk hidup paling banyak dan
kisaran pasang surutnya paling besar. Pantai berbatu ini
tidak cocok untuk dijadikan tempat berenang. Dasar
pantainya terdiri atas batuan atau karang. Sangat
berbahaya jika memaksakan berenang di pantai berbatu
ini. Ombaknya dapat membenturkan kita ke batu karang.
Pantai berbatu merupakan satu dari lingkungan
pesisir dan laut yang subur. Kombinasi substrat keras
untuk penempelan, seringnya aksi gelombang, dan
perairan yang jernih menciptakan suatu habitat yang
menguntungkan bagi biota laut. Habitat ini berperan
sebagi substrat, tempat mencari makan, tempat
persembunyian serta tempat berinteraksinya berbagai
macam organisme khususnya yang memiliki hubungan
rantai makanan. Daerah pantai berbatu ini juga dapat
menyediakan pemandangan indah, bagus untuk rekreasi
dan kegiatan ekonomi, seperti wisata Raja Ampat di
Papua, dan Pulau Labengki di Kota Kendari. Selain itu,

12
daerah berbatu memiliki peranan yaitu sebagai pemecah
gelombang atau ombak sebelum sampai pada daratan.

II.3.2 Fungsi Wisata Pantai


Fungsi Wisata Pantai dapat di tinjau dari
beberapa segi, (Setzer Munavizt, 2010) yaitu :

a. Manfaat Pariwisata dari Segi Ekonomi


Manfaat pariwisata dari segi ekonomi adalah
pariwisata menghasilakan devisa yang besar bagi Negara
sehingga meningkatkan perekonomian negara. Kontribusi
pariwisata menunjukkan trend yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun. Selain menghasilkan devisa,
pariwisata juga memberikan dampak ekonomi secara
langsung bagi masyarakat sekitar, seperti contohnya
adalah tiket masuk suatu kawasan obyek wisata.
b. Manfaat Pariwisata dari Segi Budaya
Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini
antara lain dapat terlihat pula dari segi budaya. Dengan
pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan
membawa pemahaman dan pengertian antar budaya
melalui interaksi pengunjung wisata (turis) dengan
masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada.
Dari interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan
menghargai budaya masyarakat setempat dan juga
memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut
oleh masyarakat tersebut.
c. Manfaat Pariwisata dari Segi Lingkungan Hidup
Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi
lingkungan hidup karena sebuah objek wisata apabila
ingin banyak mendapatkan kunjungan dari wisataan
haruslah terjaga kebersiahannya sehingga kita menjadi

13
terbiasa untuk merawat dan menjaga lingkungan kita agar
selalu terjaga kebersihannya.
d. Manfaat Pariwisata dari Segi Nilai Pergaulan dan Ilmu
Pengetahuan
Manfaat pariwisata yang kita dapat dari segi nilai
pergaulan adalah kita menjadi lebih banyak mempunyai
teman dari berbagai Negara dan kita bisa mengetahui
kebiasaan orang yang dari masing-masing Negara
tersebut sehingga kita bisa mempelajari bagaimana
kebiasaan yang baik di masing-masing nagara.Selain itu
kita juga mendapat manfaat ilmu pengetahuan dari
pariwisata karena dengan mempelajari pariwisata kita juga
bisa tahu dimana letak dan keunggualn sebuah objek
wisata sehingga kita bisa mempelajari mengapa sebuah
objek wisata tersebut bisa maju dan bisa menerapkan di
daerah objek wisata daerah kita yang belum berkembang
dengan baik.
e. Manfaat Pariwisata dari Segi Peluang dan Kesempatan
Kerja
Pariwisata juga menciptakan kesempatan kerja.
Sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan perjalanan
adalah usaha yang ”padat karya”. Pariwisata juga
menciptakan peluang kerja yang tidak berhubungan
langsung dengan pariwisata. Yang terpenting di bidang
kontruksi bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang
didirikan untuk hotel, restoran, toko artshop, dll.
Wisatawan-wistawan juga memerlukan makan dan
minum, ini semua secara tidak langsung menciptakan
lapangan kerja di bidang pertanian. Jadi, pariwisata
mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan
kesempatan kerja.

14
II.4 Tipologi Pantai dan Pemanfaatannya
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata adalah keseluruhan
kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,
mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. (Karyono, 1997:15).
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah
negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan
faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau
masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh


seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau
mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara;
2. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata;
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan
didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait
dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin
yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan
negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat
setempat, sesame wisatawan, Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan pengusaha;
4. Pembangunan adalah suatu proses perubahan ke arah yang
lebih baik yang di dalamnya meliputi upaya-upaya
perencanaan, implementasi dan pengendalian, dalam rangka
penciptaan nilai tambah sesuai yang dikehendaki;

15
5. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang
selanjutnya disebut dengan RIPPARNAS adalah dokumen
perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional untuk
periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010
sampai dengan tahun 2025;
6. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat
Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya Kepariwisataan;
7. Destinasi Pariwisata Nasional yang selanjutnya disingkat DPN
adalah Destinasi Pariwisata yang berskala nasional;
8. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang selanjutnya
disingkat KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam
satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan;
9. Perwilayahan Pembangunan DPN adalah hasil perwilayahan
Pembangunan Kepariwisataan yang diwujudkan dalam bentuk
DPN, dan KSPN;
10. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan;
11. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan
prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan
dari wilayah asal wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun
pergerakan di dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan
dengan motivasi kunjungan wisata;

16
12. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
semestinya;
13. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu
lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam
melakukan aktifitas kehidupan keseharian;
14. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara
khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,
kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan ke Destinasi Pariwisata;
15. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas
hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan
Kepariwisataan;
16. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk
wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk
mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingannya;
17. Industri Pariwisata adalah kumpulan Usaha Pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata;
18. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta
jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat,
sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional,
yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan
ke arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan;

17
19. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan
Pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan
penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan;
20. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat
SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait
secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan
Kepariwisataan;
21. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata;
Leiper (dalam Gde Pitana, 2005) mengemukakan bahwa suatu
daerah tujuan wisata (destinasi wisata) adalah sebuah susunan
sistematis dari tiga elemen. Seorang dengan kebutuhan wisata
adalah inti/pangkal (keistimewaan apa saja atau karekteristik suatu
tempat yang akan mereka kunjungi) dan sedikitnya satu penanda
(inti informasi). Seseorang melakukan perjalanan wisata dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang menjadi daya tarik yang membuat seseorang
rela melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan dana cukup
besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik yang besar
agar para wisatawan mau menjadikan tempat tersebut sebagai
destinasi wisata.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa destinasi
wisata merupakan interaksi antar berbagai elemen. Ada komponen
yang harus dikelola dengan baik oleh suatu destinasi wisata adalah
wisatawan, wilayah, dan informasi mengenai wilayah. Atraksi juga
merupakan komponen vital yang dapat menarik minat wisatawan
begitu juga dengan fasilitas-fasiltas yang mendukung.

II.5 Daya Tarik Wisata


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 2009
tentang kepariwisataan disebutkan bahwa daya tarik wisata adalah
segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan nilai berupa

18
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.
Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah
tujuan wisata. Menurut Suwantoro dalam bukunya dasar-dasar
Pariwisata (1997) mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata
dikelompokkan atas :

1. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke


dalam pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam,
pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, pengusahaan
objek dan daya tarik wisata minat khusus.
2. Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada:
3. Adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang,
indah, nyaman dan bersih.
4. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
5. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka.
6. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para
wisatawan yang hadir.
7. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan
alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan dan sebagainya.
8. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena
memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-
upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek
buah karya manusia pada masa lampau.
9. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara
komersial dari pembangunan objek wisata tersebut.
1. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah
investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek
wisata juga akan memilki dampak sosial ekonomi secara

19
regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat
meningkatkan devisa dan sebagainya.
2. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat
dipertanggung-jawabkan secara teknis dengan melihat
daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri
untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung
oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata
akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata
tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.

II.6 Prasarana Dan Sarana Pariwisata Wisata Pantai

II.6.1 Prasarana wisata pantai


Prasarana wisata adalah sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan
perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air,
telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya. Untuk
kesiapan objek-objek wisata yang akan dikunjungi oleh wisatawan
di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu dibangun
dengan disesuaikan lokasi dan kondisi objek wisata yang
bersangkutan (Suwantoro, 1997).
Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan
kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu objek
wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik
objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang
telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga
perlu disediakan di daerah tujuan wisata seperti bank, apotik,
rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat pembelanjaan dan
sebagainya.
Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata
diperlakukan koordinasi yang mantang antara instansi terkait
bersama dengan instalasi pariwisata di berbagai tingkatan.
Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata

20
sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah.
Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan
koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama
suksesnya pembangunan periwisata.
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih
dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari
pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus
informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara
daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan
kesempatan berusaha dan bekerja. Yang dimaksud dengan
prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata dapat
berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat
memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi
fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga
dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau
dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup
dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada
para wisatawan. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan
sumberdaya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan
dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik,
air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada.
Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi
dan lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas,
kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah
tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk lebih jelasnya Prasarana
dibagi atas tiga komponen :

21
1. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi
kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk dalam
kelompok ini diantaranya ialah :
 Jaringan Air bersih,
 Jaringan Listrik,
 Jaringan Jalan,
 Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
 Sistem Persampahan dan
 Jaringan Telekomunikasi dan Internet

2. Prasarana Penunjang (RS,Apotek, Pusat Perdagangan, Kantor


Pemerintah, Perbankan)
3. Prasarana Wisata (Kantor Informasi, Tempat Promosi dan
Tempat Rekreasi , pengawas pantai).

Ada tiga kategori yang termasuk dalam prasarana


(infrastructures), masing-masing adalah:
1. Prasarana Umum (General Infrastructures) meliputi prasarana
umum, mencakup hal-hal sebagai berikut sistem penyedian air
bersih, tenaga listrik, jalan dan jembatan, pelabuhan, airport,
terminal atau stasiun kereta api.
2. Kebutuhan Masyarakat Banyak (Basic Needs of Civilized
Life) Kebutuhan pokok manusia modern, seperti: kantor pusat
dan telepon, rumah sakit, apotik bank, pusat-pusat
perbelanjaan, bar dan restoran, salon kecantikan., barbershop,
kantor polisi, toko obat, penjualan rokok, toko kacamata, took-
toko penjual Koran dan majalah, pompa bensin bengkel mobil,
wartel, warnet dan lainnya.

22
3. Prasarana Kepariwisataan
1) Receptive tourist plants.
Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang
kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan
wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu :
a) Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan
dan menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang
akan melakukan perjalanan wisata.
b) Badan atau organisasi yang memberikan penerangan,
penjelasan, promosi dan propaganda tentang suatu
daerahtujuan wisata.
2) Residential tourist plants.
Semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para
wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara
waktu di daerah tujuan wisata. Termasuk ke dalam
kelompok ini adalah semua bentuk akomodasi yang
diperuntukan bagi wisatawan dan juga segala bentuk
rumah makan dan restoran yang ada. Misalnya hotel, motor
hotel (motel), wisma, homestay, cottages, camping, youth
hostel, serta rumah makan, restoran, self-services,
cafetaria, coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain.
3) Recreative and Sportive Plant
Semua Fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan
rekreasi dan olah raga. Termasuk ke dalam kelompok ini
adalah fasilitas untuk bermain golf, kolam renang, boating,
surfing, fishing, tennis court, dan fasilitas lainnya.

Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang


kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan
wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu :

1. Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan dan


menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang akan

23
melakukan perjalanan wisata (tour operator and
travel agent).
2. Badan atau organisasi yang memberikan penerangan,
penjelasan, promosi dan propagansa tentang suatu daerah
tujuan wisata (Tourist Information Center yang terdapat
di airport, terminal, pelabuhan, atau suatu resort).
3. Recreative and sportive plants
Termasuk dalam kelompok ini adalah semua Fasilitas
yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olah raga.
Termasuk ke dalam kelompok ini adalah fasilitas untuk bermain
golf, kolam renang, boating, surfing, fishing, tennis court, dan
fasilitas lainnya.

II.6.2 Sarana Pariwisata


Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan
wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan
dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana
wisata di daerah tujuan wisata maupun objek wisata tertentu
harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik seecara
kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera pasar pun
dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai
sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata
adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan
rumah makan serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua
objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap.
Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuaikan dengan
kebutuhan wisatawan.
Sarana wisata secara kuntitatif menunjukan pada jumlah
sarana wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif
yang menunjukkan pada mutu pelayanan yang diberikan dan
yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh
pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu
pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah disusun

24
suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan
secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal
memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan
diisediakannya (Suwantoro, 1997).
Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya
adalah berhubungan dengan usaha untuk membuat wisatawan
lebih banyak datang, lebih banyak mengeluarkan uang di
tempat yang dikunjunginya. Dalam kepariwisataan dikenal ada
tiga macam sarana, yakni:
1. Sarana Pokok Kepariwisata (main tourism superstructure)
Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah
menyediakan fasilitas pokok kepariwisataan. Sarana ini juga
dibagi ke dalam tiga bagian, antara lain:
a. Receptive Tourist Plan adalah perusahaan yang
mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan
tour, sightseeing bagi wisatawan, contoh : travel agent,
tour operator, tourist transportation, dan lain-lain.
b. Residential Tourist Plan adalah perusahaan yang
memberikan pelayanan untuk menginap, contoh : hotel,
motel, dan jenis akomodasi lainnya.
c. Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat, laut
mupun udara)
d. Restourant/Tempat makan
2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing tourism
superstructure)
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan
atau tempat yg menyediakan fasilitas yang fungsinya
melengkapi sarana pokok dan membuat wisatawan dapat
lebih lama tinggal di suatu DTW. (Suwantoro, 1997).
a. Sarana Ketangkasan
b. Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga
air.

25
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting tourism
superstructure)
Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan
yg menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi
tidak hanya membuat wisatawan tertahan lebih lama tetapi
berfungsi agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uang di
daerah yang dikunjunginya seperti :
a. Karaoke/ Entertaint
b. Ruang Atraksi Wisata
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata
maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan
kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sarana wisata secara kuantitatif merujuk pada jumlah sarana
wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang
menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang
tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh
pelayanan. Kriteria dan standar minimal yang harus ada di
daerah tujuan wisata terdiri dari:

26
Table II.1 Kriteria dan standar minimal sarana prasarana daerah
wisata
No. Kriteria Standar Minimal
1. Obyek Salah satu dari unsur alam, sosial, dan budaya
2. Akses Jalan, kemudahan rute, tempat parkir, dan harga
parkir yang terjangkau
3. Akomodasi Pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen)
4. Fasilitas Agen perjalanan, pusat informasi, fasilitas
kesehatan, pemadam kebakaran, hydrant, TIC
(Tourism Information Center), guiding (pemandu
wisata), plang informasi, petugas entry dan exit
5. Transportasi Adanya moda transportasi yang nyaman sebagai
akses masuk
6. Catering Pelayanan makanan dan minuman (restoran,
Service kantin, rumah makan)
7. Aktifitas Aktifitas di lokasi wisata seperti berenang, jalan-
rekreasi jalan, dan lain-lain
8. Pembelanjaan Tempat pembelian barang-barang umum
9. Komunikasi Adanya TV, sinyal telepon, akses internet,
penjual voucher pulsa.
10. Sistem Adanya bank dan ATM
Perbankan
11. Kesehatan Pelayanan kesehatan
12. Keamanan Adanya jaminan keamanan
13. Kebersihan Adanya tempat sampah dan rambu-rambu
peringatan tentang kebersihan
14. Sarana Ibadah Fasilitas sarana ibadah
15. Promosi

Sumber: Yoeti, 1996.

II.6.3 Tata Laksana/ Infrastruktur


Menurut Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar
Pariwisata (1997) Infrastruktur adalah situasi yang mendukung
fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem
pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah
dan di bawah tanah seperti:

1. Sistem pengairan, distribusi air bersih, sistem pembuangan


air limbah yang membantu sarana perhotelan/restoran.

27
2. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang
merupakan bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan
sarana wisata yang memadai.
3. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan
lancar akan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi
objek-objek wisata.
4. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk
mendapatkan informasi maupun mengirimkan informasi
scara tepat dan tepat.
5. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan
kemudahan di berbagai sektor bagi para wisatawan.
Keamanan di terminal, diperjalanan dan di objek-objek
wisata, di pusat-pusat perbelanjaan akan meningkatkan daya
tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan wisata.
Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di
daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi
sarana wisata, seekaligus membantu masyarakat dalam
meningkatkan kualitas hidupnya.

II.7 Masyarakat / Lingkungan

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai Objek dan


Daya Tarik Wisata akan mengundang kehadiran wisatawan yang
berkunjung. Adapun yang ikut berperan dalam pengembangan suatu
objek dan daya tarik wisata adalah sebagai berikut menurut
Suwantoro dalam bukunya Dasar-dasar Pariwisata (1997).

1. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut
kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan
layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini
masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai
jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan.
Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah

28
menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat.
Salah satunya adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar
wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata akan
berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan
dari wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan
akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai dan juga
mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi
kebutuhannya.

2. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan
sekitar objek wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar
tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat
dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dari
fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu ada
upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan
berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek
wisata.

3. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu
objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar
penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena
itu lingkungan budaya ini kelestariannya tidak boleh tercemar oleh
budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap
wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami,
menghayati dan mengamalkan Sapta Pesona Wisata di daerah
tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk mendorong
pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

29
II.8 Pengertian Arsitektur Tropis
Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan
jawaban/ adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis,
dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan
oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan,
pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap
suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh
arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu
pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang
memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih
sesuai daripada material impor (abarchitects,2013).
Adapun adaptasi arsitektur tropis menghadapi iklim yang menjadi
ciri-ciri arsitektur tropis adalah sebagai berikut :
 Adanya overstek pada bangunan untuk mencegah tampias dan
silau.
 Teras yang beratap mencegah radiasi langsung.
 Jendela yang tidak terlalu lebar, dilindungi oleh gorden.
 Ventilasi udara untuk penghawaan alami.
 Atap Miring >30 derajat (pelana atau limasan) untuk mencegah
panas radiasi matahari.
 Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan
barat.
 Orientasi bukaan jendela ke arah utara/selatan.
 Melindungi permukaan bangunan dengan lapisan material
wheather shield.
 Bangunan umumnya berwarna terang untuk mencegah
penyerapan panas.
 Material untuk eksterior lebih baik menggunakan material low.
 Lebih baik material lokal daripada material impor.
 Vegetasi pada bangunan digunakan sebagai unsur peneduh di
siang hari.

30
Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah
dengan iklim tropis kering, sebagai contoh adalah di negara-negara
Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta daerah dengan iklim
tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-negara di
Asia, termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di
Indonesia, misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara
mengarah pada kondisi tropis kering.

a. Arsitektur Tropis Kering


1. Ciri-ciri iklim tropis kering:
 Kelembaban rendah
 Curah hujan rendah
 Radiasi panas langsung tinggi
 Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari
rendah (45o dan -10oCelcius)
 Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada awan.
 Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi
cepat berlangsung (cepat dingin bila dibandingkan tanah
basah/lembab).
 Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena
radiasi balik sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi
dan akumulasi radiasi tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi
badai angin pasir karena dataran yang luas.
 Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-
batuan karena perubahan suhu yang tiba-tiba drastis.
Di daerah benua atau daratan yang cukup luas, banyak
terdapat gurun pasir karena di tempat itu jarang terjadi hujan,
bahkan dapat dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena angin
yang melaluinya sangat kering, tidak mengandung uap air. Uap air
yang terkandung di udara sudah habis dalam perjalanan menuju ke
pedalaman benua itu, atau juga karena terhalang oleh daratan
tinggi atau gunung, sehingga daerah itu menjadi sangat panas dan

31
tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar matahari, yang
mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir. Suhu di padang
pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C di siang hari, dan di
malam hari dapat mencapai -1o C.
2. Strategi untuk perancangan bangunan:
a) Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag tinggi agar
panas yang diterima siang hari dapat menghangatkan
ruangan di malam hari. Konduktivitas rendah agar panas
siang hari tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Berat
jenis bahan tinggi, dimensi tebal agar kapasitas menyimpan
panas tinggi.
b) Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar
langsung dan angin atau debu kering masuk sehingga
mempertahankan kelembaban.
c) Memperkecil bidang tangkapan sinar matahari dengan atap-
atap datar dan rumah-rumah kecil berdekatan satu sama lain
saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu terbayang. Atap
datar juga untuk menghindari angin kencang, karena curah
hujan rendah.
d) Menambah kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang
dibawa angin sejuk.
e) Pola pemukiman rapat dan jalan yang berbelok untuk
memotong arus angin
f) Bangunan efisien bila rendah, masif dan padat.

b. Arsitektur Tropis Lembab


1. Ciri Iklim Tropis Lembab
DR. Ir. RM. Sugiyanto, mengatakan bahwa ciri-ciri dari iklim
tropis lembab sebagaimana yang ada di Indonesia adalah
“kelembaban udara yang tinggi dan temperatur udara yang relatif
panas sepanjang tahun”. Kelembaban udara rata-rata adalah
sekitar 80% akan mencapai maksimum sekitar pukul 06.00
dengan minimum sekitar pukul 14.00. Kelembaban ini hampir

32
sama untuk dataran rendah maupun dataran tinggi.Daerah pantai
dan dataran rendah temperatur maksimum rata-rata 320C.makin
tinggi letak suatu tempat dari muka laut, maka semakin berkurang
temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-rata 0,60C untuk
setiap kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi
dengan rata-rata sekitar 1500- 2500 mm setahun.
Radiasi matahari global horisontak rata-rata harian adalah
sekitar 400 watt/m2 dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun,
keadaan langit pada umumnya selalu berawan. Pada keadaan
awan tipis menutupi langit, luminasi langit dapat mencapai 15.00
kandela/m2.Tinggi penerangan rata-rata yang dihasilkan menurut
pengukuran yang pernah dilakukan di Bandung untuk tingkat
penerangan global horizontal dapat mencapai 60.000 lux.
Sedangkan tingkat penerangan dari cahaya langit saja, tanpa
cahaya matahari langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat
penerangan minimum antara 08.00 – 16.00 adalah 10.000 lux.
Iklim tropis lembab dilandasi dengan perbedaan suhu udara
yang kecil antara siang hari dan malam hari, kelembaban udara
yang tinggi pada waktu tengah malam serta cukup rendah pada
waktu tengah hari. Kecepatan angin ratarata pada waktu siang
hari dapat digambarkan sebagai memadai untuk kenyamanan,
yaitu sekitar 1.0 m/det. Pada waktu musim hujan yaitu sekitar 2.0
m/det. Pada waktu musim panas akan memberikan gambaran
tersendiri mengenai upaya pencapaian pendinginan pasif
bangunan. Sekalipun terdapat kondisi yang luar batas
kenyamanan thermal manusia, sebenarnya terdapat potensi iklim
natural yang dapat mewujudkan terciptanya kenyamanan dengan
strategi lain. Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar
fungsi iklim dengan lingkungan maupun dengan pemanfaatan
teknologi.

33
1. Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Lembab
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat
khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan,
mengingat ada beberapa factor-faktor spesifik yang hanya
dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori
arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan
dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat
berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda
kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang
berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis
lembab adalah, yaitu :
a. Kenyamanan Thermal
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal
terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan
aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar
bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi
langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang
panas.
Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan
bahan atau material yang mempunyai daya tahan terhadap
panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang
menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang
paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan
atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas
panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat
kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan
memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan
dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga
langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan
memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil
panas yang masuk antara lain :

34
1) Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur
dan barat
2) Melindungi dinding dengan alat peneduh. Peroleh panas
dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan
panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari
yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya.
Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur
permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari
temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan
temperatur yang besar antar kedua permukaan bahan, yang
akan menyebabkan aliran panas yang besar.

Gambar II.4 Sources of sensible and latent heat gain


Sumber : abarchitects, 2013

b. Aliran Udara Melalui Bangunan


Kegunaan dari aliran udara/ventilasi adalah :
1) Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan
oksigen untuk pernapasan, membawa asap dan uap air
keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan
bakteri serta menghilangkan bau.
2) Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal,
mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian
dalam bangunan.

35
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu
terdapat perbedaan temperature antara udara di dalam dan
diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi.
Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah
aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada
umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk
memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama
sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu
terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan
lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.
c. Radiasi Panas

Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang


langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan
yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu
dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device).
Pancaran panasdari suatu permukaan akan memberikan
ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur
udara melebih 40C. Hal ini sering kali terjadi pada permukaan
bawah dari langit-langit/ permukaan bawah dari atap.

Gambar II.5 Beberapa jenis shading device


Sumber : abarchitects, 2013.

36
d. Penerangan Alami pada Siang Hari

Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-


baiknya cahaya ini untuk penerangan siang hari di dalam
bangunan. Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari
langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena
akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar
matahari pada pagi hari. Cahaya langit yang sampai pada
bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
 Komponen langit.
 Komponen refleksi luar
 Komponen refleksi dalam

Dari ketiga komponen tersebut komponen langit


memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang
dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang
kerja tersebut adalah :
- Luas dan posisi lubang cahaya.
- Lebar teritis
- Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
- Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
- Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.

1. Pemanfaatan Sinar Matahari


Secara umum sinar matahari yang masuk kedalam
ruangan bisa dibedakan dalam beberapa jenis:
- Sinar Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang
tanpa terhalang oleh apapun,
- Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan,
- Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil
pantulan (refleksi) cahaya dari benda-benda yang
berada diluar bangunan, dan masuk kedalam ruangan
melalui lubang-lubang cahaya. Termasuk disini adalah

37
sinar matahari yang terpantul dari tanah, perkerasan
halaman, rumput, pohon yang selanjutnya terpantul
kebidang kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah
suatu bidang khayal atau anggapan, setinggi 75 cm dari
lantai, yang dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan
penyinaran).
- Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari
pantulan cahaya dari benda-benda atau elemen-elemen
didalam ruang itu sendiri.

Sinar matahari yang bermanfaat karena terangnya, juga


akan mendatangkan panas, atau setidak-tidaknya akan
menaikkan suhu ruang, dengan demikian perlu diperhatikan
kenyataan:
- Bahwa gangguan sinar matahari datang dari silau
sinarnya, dan kemudian sengatan panasnya.
- Sinar matahari disamping memberi terang juga memberi
panas.

II.9 Studi Literatur

II.9.1 Pulau Bokori


Pulau Bokori berada di wilayah Kabupaten Konawe. Pulau ini
berhadapan langsung dengan perkampungan Suku Bajo yang
mendiami wilayah itu. Pulau Bokori terletak di ambang teluk
Kendari. Secara administratif masuk dalam wilayah kabupaten
Konawe, tepatnya di kecamatan Soropia. Ada 3 pelabuhan
penyeberangan untuk sampai di Bokori, di Desa Bajoe salah
satunya. Desa Bajoe kini menjadi dermaga penyeberangan
utama ke Bokori. Biaya yang dibutuhkan untuk menyeberang
relatif murah hanya Rp. 15.000 – Rp. 20.000 / orang.
(zonasultra.com)
Salah satu daya tarik Pulau Bokori adalah pasirnya yang
putih. Airnyapun sangat jernih dan tidak mudah keruh. Birunya

38
laut lepas yang terpampang jelas di depan mata menjadi
pemandangan tersendiri yang sayang untuk dilewatkan.
Apalagi jika laut dalam kondisi tenang. Dengan gulungan
ombak yang tidak terlalu tinggi, Pulau Bokori menjadi tempat
ideal untuk berenang dengan bebas dan sepuas hati.

Gambar II.6 Pulau Bokori di Kota Kendari


Sumber : santiadnan, 2018.

Pulau Bokori terdiri dari banyak fitur, namun yang paling


populer adalah sabana. Ini menjadi tempat yang bagus untuk
melakukan fotografi dan eksplorasi sederhana. Belum lagi
daerah ini datang dengan sebuah bukit. Begitu sampai di
puncaknya, Anda bisa melihat pemandangan yang indah
seperti Desa Bajo dan pemandangan laut. Masalahnya orang
Bajo tinggal di dekat air, sehingga Anda bisa melihat
pemukiman mereka dengan mudah dari pulau ini. Fitur hebat
lain dari Pulau Bokori adalah pantai dengan pasir putihnya yang
indah dan air laut yang jernih. Beberapa bungalow dan
pepohonan juga tersebar di pulau ini. Tidak hanya itu, kawasan
Pulau Bokori juga akan melakukan perbaikan dan kelengkapan
infrastruktur seperti vila, restoran, sound system peningkatan
pengamanan pantai, penataan kawasan, penyediaan tenda
mini dan masih banyak lagi sehingga dapat memudahkan
pengunjung menikmati liburan di pulau itu.

39
II.9.2 Pulau Labengki

Pulau Labengki ini terletak di Propinsi Sulawesi Tenggara


dan keindahanya tidak kalah dengan Wakatobi ataupun Raja
Ampat yang sudah begitu terkenal. Kenapa banyak yang
menyebut Pulau Labengki sebagai Raja Ampatnya Suluwesi
karena destinasi ini bernuansa hampir sama dengan Raja Ampat
yang terdiri dari karang-karang besar yang menjelang diatas
samudera diberbagai titiknya. Gugusan pulau karang besar dan
kecil ini dipetakan menjadi Pulau Labengki Besar dan Pulau
Labengki Kecil.

Gambar II.7 Pulau Labengki di Konawe Utara


Sumber: gocelebes, 2017

Pulau Labengki secara administratif masuk ke dalam


wilayah Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pulau Labengki dapat dijangkau dari Kota Kendari, Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara, Anda bisa melalui jalan darat
sekitar 1 jam menuju daerah Toli-Toli Kabupaten Konawe. Dari
Toli-Toli, dilanjutkan perjalanan dengan kapal kurang lebih 3
jam perjalanan untuk tiba di Pulau Labengki.

Tidak hanya keindahan diatas air saja yang disajikan oleh


pulau menawan ini, tetapi keindahan bawah airnya juga sangat
indah untuk dikagumi. Berbagai biota laut yang hidup disini dan
masih terjaga kealamianya. Dipulau ini banyak terdapat titik-titik
spot penyelaman yang sangat berkelas dan di perairan ini

40
menjadi habitat Speciaes Kima atau Kerang Raksasa yang bisa
mencapai besar sekitar 50cm. Dan Kima disini tercatat sebagai
Kima terbesar kedua didunia. Sehingga disini pula sebagia
tempat peneliti, konservasi dan penangkaran Kima.

Selain berputar-putar mengelilingi pulau-pulau, menyelam


ataupun snorkling di Labengki, pengunjung bisa juga
beraktivitas memancing disini. Berbagai ikan bisa anda
dapatkan dengan memancing disini seperti Barakuda, Kerapu,
Tuna Sirip Kuning, Kakap Merah ataupun Ikan Layar. Sesudah
memancing, hasilnya bisa untuk sebagai baberque disalah satu
pulau. Di Pulau Labengki juga terdapat pantai berpasir putih
dan rindangnya pohon kelapa, sembari istirahat pengunjung
bisa membakar ikan yang didapat saat memancing tadi.

II.9.3 Maldives Island

Republik Maladewa atau Maldives Island adalah sebuah


negara kepulauan yang terdiri dari kumpulan atol (suatu pulau
koral yang mengelilingi sebuah laguna) di Samudra Hindia.
Seperi dikutip dari Wikipedia Maldivesterletak di sebelah
selatan-barat daya India, sekitar 700 km sebelah barat daya Sri
Lanka. Keadaan ekonomi Maldivesbergantung pada dua sektor
utama, yaitu pariwisata dan perikanan. Negara ini sangat
dikenal memiliki banyak pantai yang indah dan pemandangan
bawah laut yang menarik 700.000 turis setiap tahunnya.

41
Gambar II.8 Maldives Island di Maladewa
Sumber: wordpress.com, 2015

Dengan keelokannya, Maldives island disebut sebagai


surga yang tertinggal. Surga selalu menggambarkan keindahan
yang tiada tara. Kiranya tidak berlebihan jika negara kecil ini
disebut sebagai surga yang tertinggal. Pesona pantainya begitu
eksotis dan pemandangan bawah lautnya juga sangat indah.
Fasilitas di tempat ini juga cukup maju. Banyak hotel-hotel
berskala internasional dapat anda temui di sini, seperti Hilton,
Fourseason, dan sebagainya.

Gambar II.9 Maldives Island di Maladewa


Sumber: wordpress.com, 2015

Keindahan pantai Maldives Island tersebar di pulau-pulau


karangnya. Pantai-pantai indah tersebut terbentang di 26 pulau
karang. Pulau-pulau karangnya yang terkenal antara lain
adalah Male, Hinnavaru, Addu City, Kulhudhuffushi, dan

42
Fuvahmullah. Kesibukan dan sura bising hampir tidak terdengar
di negara ini, yang terdengar hanyalah suara deburan ombak
yang menenangkan pikiran. Tidak hanya keindahan pantainya
saja, keindahan bawah laut pun tidak kalah menajubkan.
Menyelam di sekitar Maldives akan sangat memanjakan
mata, berbagai macam terumbu karang, ribuan ikan dilautan,
dan berbagai macam binatang laut lainnya disuguhkan dengan
sangat indah. Gelombang air bawah laut Maldives juga masih
tergolong aman untuk para penyelam pemula. Hal itu membuat
banyak yang ingin melihat habitat dalam air secara langsung.
Sungguh, salah satu surga bawah laut di dunia mungkin bisa
ditemukan di Maldives Island.

43
BAB III

TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN

III.1 Tinjauan Umum Terhadap Kabupaten Konawe Selatan

III.1.1 Kondisi Geografis


Kabupaten Konawe Selatan secara geografis terletak
dibagian selatan khatulistiwa, melintang dari utara keselatan
antara 3.58° dan 4.31° Lintang Selatan, membujur dari barat
ketimur antara 121°58’ dan 123°16 Bujur Timur. Secara
geografis wilayah Kabupaten Konawe Selatan berbatasan
dengan :
a) Sebelah Utara : Kabupaten Konawe dan Kota Kendari
b) Sebelah Timur : Laut Banda dan Laut Maluku
c) Sebelah Selatan : Kabupaten Muna dan
Kabupaten
Bombana
d) Sebelah Barat : Kabupaten Kolaka

Gambar III.1 Peta Batas Kecamatan Di Kabupaten Konawe Selatan


Sumber : Administrasi Kabupaten Konawe Selatan | Peta Tematik
Indonesia (2013).

44
III.1.2 Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan adalah
451.421 ha atau 11.83% dari luas wilayah daratan Sulawesi
Tenggara, sedangkan luas wilayah perairan (laut) lebih dari
9.268 km2.
Kabupaten Konawe Selatan terdiri dari 22 kecamatan
dengan 286 desa dan 10 kelurahan. Kecamatan yang ada di
Konawe Selatan adalah:
Tabel III.1 Wilayah Kabupaten Konawe Selatan Menurut
Kecamatan
No. Ibu Kota Luas
Kecamatan Persentase
Kecamatan Area (KM)
1 Tinanggea Tinanggea 354,74 7,86
2 Lalembuu Atari Indah 204,8 4,54
3 Andoolo Andoolo 179,08 3,97

4 Buke Buke 185,61 4,11


5 Palangga Palangga 177,83 3,94
6 Palangga Selatan Lakara 110,21 2,44

7 Baito Baito 152,71 3,38


8 Lainea Lainea 210,11 4,65
9 Laeya Punggaluku 277,96 6,16

10 Kolono Kolono 467,38 10,35


11 Laonti Ulusawah 406,63 9,01
12 Moramo Lapuko 237,89 5,27

13 Moramo Utara Lalowaru 189,05 4,19


14 Konda Konda 132,84 2,94
15 Wolasi Aoma 160,28 3,55

16 Ranomeeto Ranomeeto 96,57 2,14


17 Ranomeeto Barat Lameuru 76,07 1,69
18 Landono Landono 193,5 4,29

19 Mowila Mowila 127,41 2,82


20 Angata Motaha 329,54 7,3
21 Benua Horodopi 138,31 3,06
22 Basala Basala 105,68 2,34
Sumber : BPN Kabupaten Konawe Selatan, 2013.

45
III.1.3 Iklim
1. Keadaan Musim
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di
Kabupaten Konawe Selatan dikenal dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim
banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas
wilayahnya.
Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin
banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua
Asia dan Samudera Pasifik,setelah sebelumnya melewati
beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim
Penghujan.
Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu
dengan curah hujan kadang- kadang kurang dan kadang-
kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat
dikenal sebagai Musim Pancaroba.
Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus,
angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua
Australia kurang mengandung uap air. Hal ini
mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini.
Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi
musim Kemarau. Hal ini sebagai akibat dari perubahan
kondisi alam yang sering tidak menentu, keadaan musim
juga sering menyimpang dari kebiasaan.
2. Curah Hujan
Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan tahun
2009 mencapai 1.783 mm dalam 183 Hari Hujan (HH).
Dibanding tahun 2008 curah hujan dan Hari Hujan (HH)
mengalami penurunan.

III.1.4 Suhu Udara


Suhu Udara dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Perbedaan ketinggian dari permukaan laut mengakibatkan

46
perbedaan suhu untuk masing-masing tempat dalam suatu
wilayah.
Secara keseluruhan, Kabupaten Konawe Selatan
merupakan daerah yang bersuhu tropis. Berdasarkan data
yang ada, diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter
Monginsidi, selama tahun 2009 suhu udara maksimum 34
OC dan minimum 19 OC. Tekanan udara rata-rata 1.009,2
milibar dengan kelembaban udara rata-rata 76 persen.
Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu
disekitar 4 m/sec.

III.1.5 Kependudukan
1. Jumlah & Pertumbuhan Penduduk
Hasil Sensus Penduduk pada tahun 2000, jumlah
penduduk Kab. Konawe Selatan sebanyak 208.987 jiwa,
atau diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 47,4 ribu
jiwa selama periode 1990-2000.
Berdasarkan hasil proyeksi SUPAS tahun 2005,
penduduk Kab. Konsel meningkat dari 240.053 jiwa pada
tahun 2008 menjadi 244.046 jiwa pada tahun 2009.
Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan penduduk
Kab. Konsel sebesar 1,66% per tahun, atau sedikit lebih
rendah dari pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa
1980-1990 sekitar 4,37%; juga lebih rendah dibanding
pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun
waktu yang sama sebesar 2,86%; akan tetapi lebih tinggi
dibanding pertumbuhan penduduk tahun 2008 yaitu sebesar
0,90%;
2. Kepadatan & Persebaran Penduduk
Secara umum kepadatan penduduk Kab. Konsel
mengalami peningkatan dari 53,18 jiwa perkilometer persegi
tahun 2008 menjadi 54,06 jiwa perkilometer persegi pada
tahun 2009.

47
Kecamatan Wolasi merupakan kecamatan dengan
tingkat kepadatan penduduk terendah atau hanya mencapai
19,26 penduduk per Km2.
Sedangkan kecamatan terpadat penduduknya adalah
Ranomeeto dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai
105,91 penduduk per km2.
Dilihat dari persebarannya, penduduk tersebar hampir
merata di setiap kecamatan. Dari 244.046 penduduk tahun
2009, persentase persebaran penduduk diatas 6% terdapat
di kecamatan Tinanggea, Lalembuu, Andoolo, Laeya dan
Konda.
3. Struktur Umur & Jenis Kelamin
Struktur umur sangat ditentukan oleh perkembangan
tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Berdasarkan
tingkat usia, penduduk dapat dibagi atas anak-anak
(dibawah usia 15 tahun) dan dewasa serta lanjut usia (65+).
Anak-anak dan lanjut usia disebut kelompok usia tidak
produktif, sedangkan dewasa (15 sd 64 tahun) disebut
kelompok usia produktif. Perbandingan penduduk usia
produktif dan tidak produktif merupakan Angka
ketergantungan. Penduduk usia produktif tahun 2009
sebesar 129.662 dan penduduk usia non produktif sebesar
89.418. Angka Dependency ratio sebesar 68,96%.
Hal ini berarti dalam 100 penduduk produktif dibebani
oleh 69 penduduk tidak produktif. Dari 244.046 jiwa
penduduk Kab. Konawe Selatan, penduduk laki-laki
sebanyak 121.293 jiwa atau 49,70 persen sedangkan
perempuan sebanyak 122.752 atau 50,30 persen. Berarti
rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kab. Konsel adalah
sebesar 99. Artinya dari 199 penduduk, terdapat 100
perempuan dan 99 laki-laki, dengan kata lain penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki.

48
III.1.6 Pariwisata
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang
dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan
yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau
turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling
tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan
rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata
Dunia.

Tabel III.2 Tabel Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara


dan Domestik 2011-2015 di Kabupaten Konawe
Selatan.
No Tahun Wisatawan Wisatawan Jumlah
Mancanegara Domestik
1 2011 15 9.987 10.002
2 2012 21 22.892 22.913
3 2013 26 30.981 31.007
4 2014 40 29.768 29.808
5 2015 96 37.776 37.872

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan, 2018.

Dari data kunjungan wisatawan pada tabel diatas,


dapat diproyeksikan guna memprediksi peningkatan jumlah
kunjungan wisatawan 10 tahun kedepan atau pada tahun
2029, yaitu dengan menggunakan rumus geometri berikut :
Pn = Jumlah wisatawan pada tahun 2025
Po = Jumlah wisatawan pada tahun 2015
Pn = Po(1+r)n r = Rata-rata pertumbuhan kunjungan wisatawan
n = Selisih tahun

III.2 Tinjauan Tentang Pantai Torobulu

49
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Konawe Selatan, 2018. Kabupaten


Konawe Selatan Dalam Angka.
Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) Pusat Bahasa. Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gamal, 2002. Definisi Tentang Pariwisata.
Ilham Surahmi/zonasultra.com, 2017. Tracking Mangrove Lahundape,
Kendari.
Koen Meyers, 2009. Definisi Tentang Pariwisata.
Leiper, 2005. Gde Pitana, Halaman 99.
Lothar A.Kreck,1996. Yoeti, Pengantar Ilmu Pariwisata, Angkasa:
Bandung.
Perfectionist - WordPress.com
Peta Tematik Indonesia, 2013. Administrasi Kabupaten Konawe Selatan.
Setzer Munavizt, 2010. Fungsi Wisata Pantai.
Sinaga, 2010. Pengertian pariwisata.
Suwantoro, 1997. Dasar-Dasar Pariwisata.
Suwantoro, 1997. Sarana dan Prasarana Wisata Pantai.
Triadmodjo, 1999. Definisi Tentang Pantai.
Tribunnews, 2017. Objek Wisata Pulau Labengki.
Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
http://jadituris.com/obyek-wisata-pantai-pasir-putih-lampung, 15 Juli 2015.
http://profilpnpmsultra.blogspot.com/p/provil-kab_30.html
http://arsitektur-tropis.blogspot.co.id/2008/01/ciri-bangunan-tropis.html
http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/arsitektur-tropis.html
http://edupaint.com/warna/ragam-warna/5899-ciri-desain-arsitektur-
tropis.html
https://www.arsitur.com/2019/02/ciri-ciri-bangunan-tropis-di-indonesia.html
http://trtb.pemkomedan.go.id/artikel-963-pengertian-dan-konsep-
arsitektur-tropis-.html

50
https://www.kanal.web.id/pengertian-prasarana-dan-sarana-pariwisata
https://interinoz.com/2018/10/22/pengertian-dan-ciri-ciri-arsitektur-tropis/

51

Anda mungkin juga menyukai