Oleh :
NURUL OVIANDI
KA2 18 050
i
TINJAUAN LOKASI PERENCANAAN ..................................................... 44
III.1 Tinjauan Umum Terhadap Kabupaten Konawe Selatan .......................... 44
III.1.1 Kondisi Geografis ........................................................................... 44
III.1.2 Luas Wilayah................................................................................... 45
III.1.3 Iklim .................................................................................................. 46
III.1.4 Suhu Udara ..................................................................................... 46
III.1.5 Kependudukan ................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 50
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
wilayahnya. Kesepuluh destinasi ini diharapkan memberi kontribusi
memenuhi target satu juta kunjungan wisata nasional. Kesepuluh
destinasi wisata Sultra, yakni Pulau Lebengki (Kabupaten Konawe
Utara), Pulau Bokori (Kota Kendari), Kawasan Wisata Pantai Torobulu
(Konawe Selatan), Pantai Meleura (Kabupaten Muna), Hutan Magrove
(Kabupaten Buton Utara), Pulau Hoga (Kabupaten Wakatobi), Hutan
Lambusango (Kabupaten Buton), Benteng Keraton Buton (Kota Bau
Bau), Desa Wisata Tangkeno (Kabupaten Bombana) dan permandian
Tamborasi (Kabupaten Kolaka).
Daftar tempat wisata di Sulawesi Tenggara memang cukup
banyak. Provinsi yang ibu kotanya berada di Kendari ini menyimpan
pesona keindahan alam, peradaban budaya dan sejarah. Semua itu
dikelola dengan baik, sehingga menjadi primadona pariwisata
Indonesia bahkan sampai mancanegara. Konawe Selatan merupakan
salah satu dari tempat wisata yang sudah terkenal.
Kabupaten Konawe Selatan adalah salah satu Daerah Tingkat
II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Ibukota kabupaten ini
terletak di Andoolo. Potensi objek dan daya tarik di Kabupaten
Konawe Selatan sangat beragam dan tersebar di beberapa daerah.
Objek dan daya tarik wisata tersebut telah menarik kunjungan tidak
hanya wisatawan nusantara tetapi juga wisatawan mancanegara.
Wisata rekreasi berbasis alam menjadi daya tarik utama, berdasarkan
data jumlah kunjungan sekitar 37 ribu wisatawan setiap tahunnya
mempadati objek wisata alam di Kabupaten Konawe Selatan.
Salah satu potensi wisata di Konawe Selatan yang sering dipadati
wisatawan setaip akhir pekan atau di hari-hari libur adalah wisata
permandian Torobulu Kecamatan Laeya. Hanya saja permandian
wisata tersebut belum tersentuh oleh pemerintah melalui Dinas
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sehingga di lokasi tersebut tidak ada
fasilitas yang dibangun. Permandian Torobulu Kecamatan Laeya
menjadi salah satu tujuan wisatawan lokal untuk melakukan rekreasi
di musim liburan. Namun sangat disayangkan di lokasi permandian
2
tersebut tidak ada fasilitas yang tersedia, seperti toilet umum dan
ruang ganti pakaian hanya beberapa gazebo sebagai tempat berteduh
pengunjung, termasuk jalan menuju lokasi permandian tidak
mendapat perhatian. Begitu juga di lokasi permandian, wisatawa tidak
dapat menikmati liburan dengan santai, karena kondisi permandian
yang tidak terawat dan tertata dengan baik, itu dilihat dengan
banyaknya sampah yang berserakan, termasuk ranting-ranting pohon
juga turut mengganggu pemandangan.
Oleh karena itu dari latar belakang tersebut penulis memilih judul
“Kawasan Wisata Pantai Torobulu, di Kabupaten Konawe Selatan
dengan Penekanan Arsitektur Tropis”. Sebagai salah satu sarana
wisata bahari di Kabupaten Konawe selatan.
3
I.3.2 Sasaran Pembahasan
Adapun sasaran pembahasan penelitian dalam Kawasan
Wisata Pantai Torobulu, di Kab. Konawe Selatan yaitu:
1. Mengolah site yang dapat mendukung fungsi bangunan serta
mendukung semua kegiatan area bermain yang tersedia di
kawasan wisata tersebut.
2. Menata sirkulasi pada site agar tidak ada ruang mati didalam
kawasan.
3. Memperoleh program perencanaan yang meliputi
perencanaan fisik kawasan dan bangunan yang sesuai
dengan fungsinya dan memenuhi persyaratan perancangan
yang indah, nyaman dan aman bagi pengunjung, serta
menjadi tempat/sarana rekreasi yang tetap menjaga
kelestarian alam.
4
eksplorasi desain terhadap eleme-elemen arsitektur serta
penggunaan arsitektur tropis sebagai penekanan desain.
Penulisan ini menitik beratkan pada perancangan fisik dan
hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah arsitektur
dengan disiplin ilmu yang digunakan sebagai pengarah ke
sasaran penulisan. Luas Kawasan Pantai Torobulu yang menjadi
pengembangan dengan pertimbangan kondisi fotografi,
aksesibilitas dan pencapaian dengan memperhatikan orientasi
kearah laut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
penduduknya berprofesi sebagai nelayan
(id.wikipedia.org).
7
menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan,
pengaaman baru dan berbeda lainnya.
Banyak negara bergantung banyak dari industri pariwisata ini
sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang
menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan
industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai
oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah
tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan
melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.
Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh
semntara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan
alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya
untuk memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang
atau libur serta tujuan-tujuan lainnya (Koen Meyers, 2009).
Pariwisata difenisikan sebagai bentuk. Suatu proses kepergian
sementara dari seorang, lebih menuju ke tempat lain di luar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiaanya adalah karena berbagai
kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan
maupun kepentingan lain (Gamal, 2002).
8
Obyek wisata pantai adalah elemen fisik dari pantai yang dapat
dijadikan lokasi untuk melakukan kegiatan wisata, obyek tersebut
yaitu :
9
berwarna putih. Tetapi, tidak semua pasir pantai berwarna
putih. Keindahan akan semakin lengkap jika pantainya
bersih dan tidak berserakan sampah. Tempat yang bersih
dan indah membuat orang- orang nyaman untuk bermain
di pantai itu.
Di pantai ini terdapat hewan air seperti ketam-
ketaman yang biasanya menguburkan diri kedalam pasir
atau lubang. Saat kita bermain di pantai, kita dapat
mencari ketam dengan cara mengusap pasir dengan air.
Pantai seperti ini banyak terdapat di Sumatera, Sulawesi,
Bali.
Selain dijadikan tempat wisata, pantai berpasir juga
dapat dimanfaatkan untuk budidaya tanaman kelapa.
b. Pantai Berlumpur
10
budidaya ikan atau udang. Adapun di Jawa timur, pantai
berlumpur dimanfaatkan untuk penambangan garam.
Namun di beberapa daerah pantai seperti ini di
manfaatkan sebagai wisata tracking mangrove, seperti
Tracking Mangrove In Love di Gorontalo 1, Hutan
Mangrove Kaliwlingi di Brebes Jawa Tengah, dan
Tracking Mangrove Bungkutoko di Kota Kendari.
Pantai berlumpur merupakan rangkaian kesatuan
dengan pantai berpasir, lebih terlindung dari gerakan
ombak, berbutiran sedimen lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik.
Pantai berlumpur adalah tipe pantai yang khas yang
memiliki ciri-ciri fisik berbeda dibandingkan dengan ciri-ciri
fisik pantai berpasir dan pantai berbatu. Pantai berlumpur
banyak dijumpai di muara sungai yang ditumbuhi oleh
hutan mangrove, dimana energi gelombang terdisipasi
oleh hutan mangrove dan lumpur. Pantai tipe ini relatif
mudah berubah bentuk, mengalami
deformasi, dan tererosi. Daerah ini sangat subur bagi
tumbuhan pantai seperti pohon bakau (mangrove).
Mangrove adalah tumbuhan berwujud semak dan
pohon dengan akar tunjang, yaitu akar yang banyak
tumbuh dari batang menjadi penopang tumbuhan
tersebut. Guguran daun dan ranting menjadi serasa
organik sehingga mempersubur perairan pantai, sehingga
banyak mengundang hewan antara lain beberapa jenis
ikan dan udang. Hutan bakau ini dapat berfungsi sebagai
peredam energi gelombang, sehingga pantai dapat
terlindung dari erosi.
11
c. Pantai Berbatu
12
daerah berbatu memiliki peranan yaitu sebagai pemecah
gelombang atau ombak sebelum sampai pada daratan.
13
terbiasa untuk merawat dan menjaga lingkungan kita agar
selalu terjaga kebersihannya.
d. Manfaat Pariwisata dari Segi Nilai Pergaulan dan Ilmu
Pengetahuan
Manfaat pariwisata yang kita dapat dari segi nilai
pergaulan adalah kita menjadi lebih banyak mempunyai
teman dari berbagai Negara dan kita bisa mengetahui
kebiasaan orang yang dari masing-masing Negara
tersebut sehingga kita bisa mempelajari bagaimana
kebiasaan yang baik di masing-masing nagara.Selain itu
kita juga mendapat manfaat ilmu pengetahuan dari
pariwisata karena dengan mempelajari pariwisata kita juga
bisa tahu dimana letak dan keunggualn sebuah objek
wisata sehingga kita bisa mempelajari mengapa sebuah
objek wisata tersebut bisa maju dan bisa menerapkan di
daerah objek wisata daerah kita yang belum berkembang
dengan baik.
e. Manfaat Pariwisata dari Segi Peluang dan Kesempatan
Kerja
Pariwisata juga menciptakan kesempatan kerja.
Sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan perjalanan
adalah usaha yang ”padat karya”. Pariwisata juga
menciptakan peluang kerja yang tidak berhubungan
langsung dengan pariwisata. Yang terpenting di bidang
kontruksi bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang
didirikan untuk hotel, restoran, toko artshop, dll.
Wisatawan-wistawan juga memerlukan makan dan
minum, ini semua secara tidak langsung menciptakan
lapangan kerja di bidang pertanian. Jadi, pariwisata
mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan
kesempatan kerja.
14
II.4 Tipologi Pantai dan Pemanfaatannya
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun
2009 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
pemerintah, dan pemerintah daerah. Pariwisata adalah keseluruhan
kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur,
mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan. (Karyono, 1997:15).
Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah
negara lain. Kegiatan tersebut menggunakan kemudahan, jasa dan
faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau
masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.
15
5. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional yang
selanjutnya disebut dengan RIPPARNAS adalah dokumen
perencanaan pembangunan kepariwisataan nasional untuk
periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2010
sampai dengan tahun 2025;
6. Daerah Tujuan Pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi
Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu
atau lebih wilayah administrative yang di dalamnya terdapat
Daya Tarik Wisata, Fasilitas Umum, Fasilitas Pariwisata,
aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya Kepariwisataan;
7. Destinasi Pariwisata Nasional yang selanjutnya disingkat DPN
adalah Destinasi Pariwisata yang berskala nasional;
8. Kawasan Strategis Pariwisata Nasional yang selanjutnya
disingkat KSPN adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata nasional yang mempunyai pengaruh penting dalam
satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung
lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan;
9. Perwilayahan Pembangunan DPN adalah hasil perwilayahan
Pembangunan Kepariwisataan yang diwujudkan dalam bentuk
DPN, dan KSPN;
10. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan;
11. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan
prasarana transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan
dari wilayah asal wisatawan ke Destinasi Pariwisata maupun
pergerakan di dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam kaitan
dengan motivasi kunjungan wisata;
16
12. Prasarana Umum adalah kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu
lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi sebagaimana
semestinya;
13. Fasilitas Umum adalah sarana pelayanan dasar fisik suatu
lingkungan yang diperuntukkan bagi masyarakat umum dalam
melakukan aktifitas kehidupan keseharian;
14. Fasilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana yang secara
khusus ditujukan untuk mendukung penciptaan kemudahan,
kenyamanan, keselamatan wisatawan dalam melakukan
kunjungan ke Destinasi Pariwisata;
15. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan
kesadaran, kapasitas, akses, dan peran masyarakat, baik
secara individu maupun kelompok, dalam memajukan kualitas
hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan
Kepariwisataan;
16. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk
wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk
mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingannya;
17. Industri Pariwisata adalah kumpulan Usaha Pariwisata yang
saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam
penyelenggaraan pariwisata;
18. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta
jaringannya yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi
Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan masyarakat,
sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional,
yang secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan
ke arah pencapaian tujuan di bidang Kepariwisataan;
17
19. Organisasi Kepariwisataan adalah institusi baik di lingkungan
Pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan
penyelenggaraan kegiatan Kepariwisataan;
20. Sumber Daya Manusia Pariwisata yang selanjutnya disingkat
SDM Pariwisata adalah tenaga kerja yang pekerjaannya terkait
secara langsung dan tidak langsung dengan kegiatan
Kepariwisataan;
21. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang
dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
penyelenggaraan pariwisata;
Leiper (dalam Gde Pitana, 2005) mengemukakan bahwa suatu
daerah tujuan wisata (destinasi wisata) adalah sebuah susunan
sistematis dari tiga elemen. Seorang dengan kebutuhan wisata
adalah inti/pangkal (keistimewaan apa saja atau karekteristik suatu
tempat yang akan mereka kunjungi) dan sedikitnya satu penanda
(inti informasi). Seseorang melakukan perjalanan wisata dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang menjadi daya tarik yang membuat seseorang
rela melakukan perjalanan yang jauh dan menghabiskan dana cukup
besar. Suatu daerah harus memiliki potensi daya tarik yang besar
agar para wisatawan mau menjadikan tempat tersebut sebagai
destinasi wisata.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa destinasi
wisata merupakan interaksi antar berbagai elemen. Ada komponen
yang harus dikelola dengan baik oleh suatu destinasi wisata adalah
wisatawan, wilayah, dan informasi mengenai wilayah. Atraksi juga
merupakan komponen vital yang dapat menarik minat wisatawan
begitu juga dengan fasilitas-fasiltas yang mendukung.
18
keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia
yang menjadi sarana atau tujuan kunjungan wisatawan.
Daya tarik wisata juga disebut objek wisata merupakan potensi
yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah
tujuan wisata. Menurut Suwantoro dalam bukunya dasar-dasar
Pariwisata (1997) mengatakan bahwa objek dan daya tarik wisata
dikelompokkan atas :
19
regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan, dapat
meningkatkan devisa dan sebagainya.
2. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat
dipertanggung-jawabkan secara teknis dengan melihat
daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksakan diri
untuk membangun suatu objek wisata apabila daya dukung
oleh wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata
akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata
tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.
20
sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah.
Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan
koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama
suksesnya pembangunan periwisata.
Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih
dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari
pembangunan tersebut, seperti untuk meningkatkan arus
informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus mobilitas manusia antara
daerah dan sebagainya yang tentu saja dapat meningkatkan
kesempatan berusaha dan bekerja. Yang dimaksud dengan
prasarana adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses
perekonomian, dalam hal ini adalah sektor pariwisata dapat
berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat
memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi
fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga
dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Prasarana pariwisata adalah semua fasilitas utama atau
dasar yang memungkinkan sarana kepariwisataan dapat hidup
dan berkembang dalam rangka memberikan pelayanan kepada
para wisatawan. Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan
sumberdaya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan
dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik,
air, telekomunikasi, terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
Prasarana khusus bagi pariwisata dapat dikatakan tidak ada.
Pembagunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi
dan lokasi akan meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri.
Disamping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas,
kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah
tujuan wisata, seperti bank, apotik. Untuk lebih jelasnya Prasarana
dibagi atas tiga komponen :
21
1. Prasarana Umum
Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi
kelancaran perekonomian. Adapun yang termasuk dalam
kelompok ini diantaranya ialah :
Jaringan Air bersih,
Jaringan Listrik,
Jaringan Jalan,
Dainase : Sanitasi dan Penyaluran Limbah
Sistem Persampahan dan
Jaringan Telekomunikasi dan Internet
22
3. Prasarana Kepariwisataan
1) Receptive tourist plants.
Segala bentuk badan usaha atau organisasi yang
kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan
wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata, yaitu :
a) Perusahaan yang kegiatannya adalah merencanakan
dan menyelenggarakan perjalanan bagi orang yang
akan melakukan perjalanan wisata.
b) Badan atau organisasi yang memberikan penerangan,
penjelasan, promosi dan propaganda tentang suatu
daerahtujuan wisata.
2) Residential tourist plants.
Semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para
wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara
waktu di daerah tujuan wisata. Termasuk ke dalam
kelompok ini adalah semua bentuk akomodasi yang
diperuntukan bagi wisatawan dan juga segala bentuk
rumah makan dan restoran yang ada. Misalnya hotel, motor
hotel (motel), wisma, homestay, cottages, camping, youth
hostel, serta rumah makan, restoran, self-services,
cafetaria, coffee shop, grill room, bar, tavern, dan lain-lain.
3) Recreative and Sportive Plant
Semua Fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan
rekreasi dan olah raga. Termasuk ke dalam kelompok ini
adalah fasilitas untuk bermain golf, kolam renang, boating,
surfing, fishing, tennis court, dan fasilitas lainnya.
23
melakukan perjalanan wisata (tour operator and
travel agent).
2. Badan atau organisasi yang memberikan penerangan,
penjelasan, promosi dan propagansa tentang suatu daerah
tujuan wisata (Tourist Information Center yang terdapat
di airport, terminal, pelabuhan, atau suatu resort).
3. Recreative and sportive plants
Termasuk dalam kelompok ini adalah semua Fasilitas
yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olah raga.
Termasuk ke dalam kelompok ini adalah fasilitas untuk bermain
golf, kolam renang, boating, surfing, fishing, tennis court, dan
fasilitas lainnya.
24
suatu standar wisata yang baku, baik secara nasional dan
secara internasional, sehingga penyedia sarana wisata tinggal
memilih atau menentukan jenis dan kualitas yang akan
diisediakannya (Suwantoro, 1997).
Sarana pariwisata adalah hal-hal yang keberadaannya
adalah berhubungan dengan usaha untuk membuat wisatawan
lebih banyak datang, lebih banyak mengeluarkan uang di
tempat yang dikunjunginya. Dalam kepariwisataan dikenal ada
tiga macam sarana, yakni:
1. Sarana Pokok Kepariwisata (main tourism superstructure)
Yakni perusahaan-perusahaan yang fungsinya adalah
menyediakan fasilitas pokok kepariwisataan. Sarana ini juga
dibagi ke dalam tiga bagian, antara lain:
a. Receptive Tourist Plan adalah perusahaan yang
mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan
tour, sightseeing bagi wisatawan, contoh : travel agent,
tour operator, tourist transportation, dan lain-lain.
b. Residential Tourist Plan adalah perusahaan yang
memberikan pelayanan untuk menginap, contoh : hotel,
motel, dan jenis akomodasi lainnya.
c. Perusahaan angkutan (transportasi wisata baik darat, laut
mupun udara)
d. Restourant/Tempat makan
2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (supplementing tourism
superstructure)
Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan
atau tempat yg menyediakan fasilitas yang fungsinya
melengkapi sarana pokok dan membuat wisatawan dapat
lebih lama tinggal di suatu DTW. (Suwantoro, 1997).
a. Sarana Ketangkasan
b. Perlengkapan wisata atau fasilitas rekreasi dan olah raga
air.
25
3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (supporting tourism
superstructure)
Sarana Penunjang Kepariwisataan adalah perusahaan
yg menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Berfungsi
tidak hanya membuat wisatawan tertahan lebih lama tetapi
berfungsi agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uang di
daerah yang dikunjunginya seperti :
a. Karaoke/ Entertaint
b. Ruang Atraksi Wisata
Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata
maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan
kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Sarana wisata secara kuantitatif merujuk pada jumlah sarana
wisata yang harus disediakan, dan secara kuantitatif yang
menunjukan pada mutu pelayanan yang diberikan dan yang
tercermin pada kepuasan wisatawan yang memperoleh
pelayanan. Kriteria dan standar minimal yang harus ada di
daerah tujuan wisata terdiri dari:
26
Table II.1 Kriteria dan standar minimal sarana prasarana daerah
wisata
No. Kriteria Standar Minimal
1. Obyek Salah satu dari unsur alam, sosial, dan budaya
2. Akses Jalan, kemudahan rute, tempat parkir, dan harga
parkir yang terjangkau
3. Akomodasi Pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen)
4. Fasilitas Agen perjalanan, pusat informasi, fasilitas
kesehatan, pemadam kebakaran, hydrant, TIC
(Tourism Information Center), guiding (pemandu
wisata), plang informasi, petugas entry dan exit
5. Transportasi Adanya moda transportasi yang nyaman sebagai
akses masuk
6. Catering Pelayanan makanan dan minuman (restoran,
Service kantin, rumah makan)
7. Aktifitas Aktifitas di lokasi wisata seperti berenang, jalan-
rekreasi jalan, dan lain-lain
8. Pembelanjaan Tempat pembelian barang-barang umum
9. Komunikasi Adanya TV, sinyal telepon, akses internet,
penjual voucher pulsa.
10. Sistem Adanya bank dan ATM
Perbankan
11. Kesehatan Pelayanan kesehatan
12. Keamanan Adanya jaminan keamanan
13. Kebersihan Adanya tempat sampah dan rambu-rambu
peringatan tentang kebersihan
14. Sarana Ibadah Fasilitas sarana ibadah
15. Promosi
27
2. Sumber listrik dan energi serta jaringan distribusinya yang
merupakan bagian vital bagi terselenggaranya penyediaan
sarana wisata yang memadai.
3. Sistem jalur angkutan dan terminal yang memadai dan
lancar akan memudahkan wisatawan untuk mengunjungi
objek-objek wisata.
4. Sistem komunikasi yang memudahkan para wisatawan untuk
mendapatkan informasi maupun mengirimkan informasi
scara tepat dan tepat.
5. Sistem keamanan atau pengawasan yang memberikan
kemudahan di berbagai sektor bagi para wisatawan.
Keamanan di terminal, diperjalanan dan di objek-objek
wisata, di pusat-pusat perbelanjaan akan meningkatkan daya
tarik suatu objek wisata maupun daerah tujuan wisata.
Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan baik di
daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi
sarana wisata, seekaligus membantu masyarakat dalam
meningkatkan kualitas hidupnya.
1. Masyarakat
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akan menyambut
kehadiran wisatawan tersebut dan sekaligus akan memberikan
layanan yang diperlukan oleh para wisatawan. Untuk ini
masyarakat di sekitar objek wisata perlu mengetahui berbagai
jenis dan kualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan.
Dalam hal ini pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah
28
menyelenggarakan berbagai penyuluhan kepada masyarakat.
Salah satunya adalah dalam bentuk bina masyarakat sadar
wisata. Dengan terbinanya masyarakat yang sadar wisata akan
berdampak positif karena mereka akan memperoleh keuntungan
dari wisatawan yang membelanjakan uangnya. Para wisatawan
akan untung karena mendapat pelayanan yang memadai dan juga
mendapatkan berbagai kemudahan dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Lingkungan
Di samping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan
sekitar objek wisatapun perlu diperhatikan dengan seksama agar
tak rusak dan tercemar. Lalu lalang manusia yang terus meningkat
dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya ekosistem dari
fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab itu perlu ada
upaya menjaga kelestarian lingkungan melalui penegakan
berbagai aturan dan persyaratan dalam pengelolaan suatu objek
wisata.
3. Budaya
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu
objek wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar
penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena
itu lingkungan budaya ini kelestariannya tidak boleh tercemar oleh
budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap
wisatawan yang berkunjung. Masyarakat yang memahami,
menghayati dan mengamalkan Sapta Pesona Wisata di daerah
tujuan wisata menjadi harapan semua pihak untuk mendorong
pengembangan pariwisata yang pada akhirnya akan
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
29
II.8 Pengertian Arsitektur Tropis
Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan
jawaban/ adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis,
dimana iklim tropis memiliki karakter tertentu yang disebabkan
oleh panas matahari, kelembapan yang cukup tinggi, curah hujan,
pergerakan angin, dan sebagainya. Pengaruhnya otomatis terhadap
suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus di antisipasi oleh
arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu
pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang
memberikan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih
sesuai daripada material impor (abarchitects,2013).
Adapun adaptasi arsitektur tropis menghadapi iklim yang menjadi
ciri-ciri arsitektur tropis adalah sebagai berikut :
Adanya overstek pada bangunan untuk mencegah tampias dan
silau.
Teras yang beratap mencegah radiasi langsung.
Jendela yang tidak terlalu lebar, dilindungi oleh gorden.
Ventilasi udara untuk penghawaan alami.
Atap Miring >30 derajat (pelana atau limasan) untuk mencegah
panas radiasi matahari.
Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan
barat.
Orientasi bukaan jendela ke arah utara/selatan.
Melindungi permukaan bangunan dengan lapisan material
wheather shield.
Bangunan umumnya berwarna terang untuk mencegah
penyerapan panas.
Material untuk eksterior lebih baik menggunakan material low.
Lebih baik material lokal daripada material impor.
Vegetasi pada bangunan digunakan sebagai unsur peneduh di
siang hari.
30
Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah
dengan iklim tropis kering, sebagai contoh adalah di negara-negara
Timur Tengah, Meksiko, dan sekitarnya, serta daerah dengan iklim
tropis lembab, yang terdapat pada sebagian besar negara-negara di
Asia, termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah di
Indonesia, misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara
mengarah pada kondisi tropis kering.
31
tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar matahari, yang
mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir. Suhu di padang
pasir dapat mencapai 50o C hingga 60o C di siang hari, dan di
malam hari dapat mencapai -1o C.
2. Strategi untuk perancangan bangunan:
a) Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag tinggi agar
panas yang diterima siang hari dapat menghangatkan
ruangan di malam hari. Konduktivitas rendah agar panas
siang hari tidak langsung masuk ke dalam bangunan. Berat
jenis bahan tinggi, dimensi tebal agar kapasitas menyimpan
panas tinggi.
b) Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar
langsung dan angin atau debu kering masuk sehingga
mempertahankan kelembaban.
c) Memperkecil bidang tangkapan sinar matahari dengan atap-
atap datar dan rumah-rumah kecil berdekatan satu sama lain
saling membayangi, jalan-jalan sempit selalu terbayang. Atap
datar juga untuk menghindari angin kencang, karena curah
hujan rendah.
d) Menambah kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang
dibawa angin sejuk.
e) Pola pemukiman rapat dan jalan yang berbelok untuk
memotong arus angin
f) Bangunan efisien bila rendah, masif dan padat.
32
sama untuk dataran rendah maupun dataran tinggi.Daerah pantai
dan dataran rendah temperatur maksimum rata-rata 320C.makin
tinggi letak suatu tempat dari muka laut, maka semakin berkurang
temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-rata 0,60C untuk
setiap kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi
dengan rata-rata sekitar 1500- 2500 mm setahun.
Radiasi matahari global horisontak rata-rata harian adalah
sekitar 400 watt/m2 dan tidak banyak berbeda sepanjang tahun,
keadaan langit pada umumnya selalu berawan. Pada keadaan
awan tipis menutupi langit, luminasi langit dapat mencapai 15.00
kandela/m2.Tinggi penerangan rata-rata yang dihasilkan menurut
pengukuran yang pernah dilakukan di Bandung untuk tingkat
penerangan global horizontal dapat mencapai 60.000 lux.
Sedangkan tingkat penerangan dari cahaya langit saja, tanpa
cahaya matahari langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat
penerangan minimum antara 08.00 – 16.00 adalah 10.000 lux.
Iklim tropis lembab dilandasi dengan perbedaan suhu udara
yang kecil antara siang hari dan malam hari, kelembaban udara
yang tinggi pada waktu tengah malam serta cukup rendah pada
waktu tengah hari. Kecepatan angin ratarata pada waktu siang
hari dapat digambarkan sebagai memadai untuk kenyamanan,
yaitu sekitar 1.0 m/det. Pada waktu musim hujan yaitu sekitar 2.0
m/det. Pada waktu musim panas akan memberikan gambaran
tersendiri mengenai upaya pencapaian pendinginan pasif
bangunan. Sekalipun terdapat kondisi yang luar batas
kenyamanan thermal manusia, sebenarnya terdapat potensi iklim
natural yang dapat mewujudkan terciptanya kenyamanan dengan
strategi lain. Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar
fungsi iklim dengan lingkungan maupun dengan pemanfaatan
teknologi.
33
1. Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Lembab
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat
khusus dalam perancangan bangunan dan lingkungan binaan,
mengingat ada beberapa factor-faktor spesifik yang hanya
dijumpai secara khusus pada iklim tersebut, sehingga teori-teori
arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra bangunan
dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat
berbeda dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda
kondisi iklimnya. Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang
berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis
lembab adalah, yaitu :
a. Kenyamanan Thermal
Usaha untuk mendapatkan kenyamanan thermal
terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan
aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar
bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi
langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang
panas.
Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan
bahan atau material yang mempunyai daya tahan terhadap
panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang
menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang
paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan
atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas
panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat
kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan
memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan
dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga
langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan
memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil
panas yang masuk antara lain :
34
1) Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur
dan barat
2) Melindungi dinding dengan alat peneduh. Peroleh panas
dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan
panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.
Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari
yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya.
Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur
permukaan naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari
temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan
temperatur yang besar antar kedua permukaan bahan, yang
akan menyebabkan aliran panas yang besar.
35
Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu
terdapat perbedaan temperature antara udara di dalam dan
diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi.
Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah
aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada
umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk
memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama
sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu
terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan
lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.
c. Radiasi Panas
36
d. Penerangan Alami pada Siang Hari
37
sinar matahari yang terpantul dari tanah, perkerasan
halaman, rumput, pohon yang selanjutnya terpantul
kebidang kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah
suatu bidang khayal atau anggapan, setinggi 75 cm dari
lantai, yang dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan
penyinaran).
- Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari
pantulan cahaya dari benda-benda atau elemen-elemen
didalam ruang itu sendiri.
38
laut lepas yang terpampang jelas di depan mata menjadi
pemandangan tersendiri yang sayang untuk dilewatkan.
Apalagi jika laut dalam kondisi tenang. Dengan gulungan
ombak yang tidak terlalu tinggi, Pulau Bokori menjadi tempat
ideal untuk berenang dengan bebas dan sepuas hati.
39
II.9.2 Pulau Labengki
40
menjadi habitat Speciaes Kima atau Kerang Raksasa yang bisa
mencapai besar sekitar 50cm. Dan Kima disini tercatat sebagai
Kima terbesar kedua didunia. Sehingga disini pula sebagia
tempat peneliti, konservasi dan penangkaran Kima.
41
Gambar II.8 Maldives Island di Maladewa
Sumber: wordpress.com, 2015
42
Fuvahmullah. Kesibukan dan sura bising hampir tidak terdengar
di negara ini, yang terdengar hanyalah suara deburan ombak
yang menenangkan pikiran. Tidak hanya keindahan pantainya
saja, keindahan bawah laut pun tidak kalah menajubkan.
Menyelam di sekitar Maldives akan sangat memanjakan
mata, berbagai macam terumbu karang, ribuan ikan dilautan,
dan berbagai macam binatang laut lainnya disuguhkan dengan
sangat indah. Gelombang air bawah laut Maldives juga masih
tergolong aman untuk para penyelam pemula. Hal itu membuat
banyak yang ingin melihat habitat dalam air secara langsung.
Sungguh, salah satu surga bawah laut di dunia mungkin bisa
ditemukan di Maldives Island.
43
BAB III
44
III.1.2 Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Konawe Selatan adalah
451.421 ha atau 11.83% dari luas wilayah daratan Sulawesi
Tenggara, sedangkan luas wilayah perairan (laut) lebih dari
9.268 km2.
Kabupaten Konawe Selatan terdiri dari 22 kecamatan
dengan 286 desa dan 10 kelurahan. Kecamatan yang ada di
Konawe Selatan adalah:
Tabel III.1 Wilayah Kabupaten Konawe Selatan Menurut
Kecamatan
No. Ibu Kota Luas
Kecamatan Persentase
Kecamatan Area (KM)
1 Tinanggea Tinanggea 354,74 7,86
2 Lalembuu Atari Indah 204,8 4,54
3 Andoolo Andoolo 179,08 3,97
45
III.1.3 Iklim
1. Keadaan Musim
Seperti daerah-daerah lain di Indonesia, di
Kabupaten Konawe Selatan dikenal dua musim yaitu
musim kemarau dan musim penghujan. Keadaan musim
banyak dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup diatas
wilayahnya.
Pada bulan Nopember sampai dengan Maret, angin
banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua
Asia dan Samudera Pasifik,setelah sebelumnya melewati
beberapa lautan. Pada bulan-bulan tersebut terjadi musim
Penghujan.
Sekitar bulan April, arus angin selalu tidak menentu
dengan curah hujan kadang- kadang kurang dan kadang-
kadang lebih. Musim ini oleh para pelaut setempat
dikenal sebagai Musim Pancaroba.
Sedangkan pada bulan Mei sampai dengan Agustus,
angin bertiup dari arah Timur yang berasal dari Benua
Australia kurang mengandung uap air. Hal ini
mengakibatkan minimnya curah hujan di daerah ini.
Pada bulan Agustus sampai dengan Oktober terjadi
musim Kemarau. Hal ini sebagai akibat dari perubahan
kondisi alam yang sering tidak menentu, keadaan musim
juga sering menyimpang dari kebiasaan.
2. Curah Hujan
Curah hujan di Kabupaten Konawe Selatan tahun
2009 mencapai 1.783 mm dalam 183 Hari Hujan (HH).
Dibanding tahun 2008 curah hujan dan Hari Hujan (HH)
mengalami penurunan.
46
perbedaan suhu untuk masing-masing tempat dalam suatu
wilayah.
Secara keseluruhan, Kabupaten Konawe Selatan
merupakan daerah yang bersuhu tropis. Berdasarkan data
yang ada, diperoleh dari Pangkalan Udara Wolter
Monginsidi, selama tahun 2009 suhu udara maksimum 34
OC dan minimum 19 OC. Tekanan udara rata-rata 1.009,2
milibar dengan kelembaban udara rata-rata 76 persen.
Kecepatan angin pada umumnya berjalan normal yaitu
disekitar 4 m/sec.
III.1.5 Kependudukan
1. Jumlah & Pertumbuhan Penduduk
Hasil Sensus Penduduk pada tahun 2000, jumlah
penduduk Kab. Konawe Selatan sebanyak 208.987 jiwa,
atau diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 47,4 ribu
jiwa selama periode 1990-2000.
Berdasarkan hasil proyeksi SUPAS tahun 2005,
penduduk Kab. Konsel meningkat dari 240.053 jiwa pada
tahun 2008 menjadi 244.046 jiwa pada tahun 2009.
Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan penduduk
Kab. Konsel sebesar 1,66% per tahun, atau sedikit lebih
rendah dari pertumbuhan penduduk dalam dasawarsa
1980-1990 sekitar 4,37%; juga lebih rendah dibanding
pertumbuhan penduduk Sulawesi Tenggara dalam kurun
waktu yang sama sebesar 2,86%; akan tetapi lebih tinggi
dibanding pertumbuhan penduduk tahun 2008 yaitu sebesar
0,90%;
2. Kepadatan & Persebaran Penduduk
Secara umum kepadatan penduduk Kab. Konsel
mengalami peningkatan dari 53,18 jiwa perkilometer persegi
tahun 2008 menjadi 54,06 jiwa perkilometer persegi pada
tahun 2009.
47
Kecamatan Wolasi merupakan kecamatan dengan
tingkat kepadatan penduduk terendah atau hanya mencapai
19,26 penduduk per Km2.
Sedangkan kecamatan terpadat penduduknya adalah
Ranomeeto dengan tingkat kepadatan penduduk mencapai
105,91 penduduk per km2.
Dilihat dari persebarannya, penduduk tersebar hampir
merata di setiap kecamatan. Dari 244.046 penduduk tahun
2009, persentase persebaran penduduk diatas 6% terdapat
di kecamatan Tinanggea, Lalembuu, Andoolo, Laeya dan
Konda.
3. Struktur Umur & Jenis Kelamin
Struktur umur sangat ditentukan oleh perkembangan
tingkat kelahiran, kematian dan migrasi. Berdasarkan
tingkat usia, penduduk dapat dibagi atas anak-anak
(dibawah usia 15 tahun) dan dewasa serta lanjut usia (65+).
Anak-anak dan lanjut usia disebut kelompok usia tidak
produktif, sedangkan dewasa (15 sd 64 tahun) disebut
kelompok usia produktif. Perbandingan penduduk usia
produktif dan tidak produktif merupakan Angka
ketergantungan. Penduduk usia produktif tahun 2009
sebesar 129.662 dan penduduk usia non produktif sebesar
89.418. Angka Dependency ratio sebesar 68,96%.
Hal ini berarti dalam 100 penduduk produktif dibebani
oleh 69 penduduk tidak produktif. Dari 244.046 jiwa
penduduk Kab. Konawe Selatan, penduduk laki-laki
sebanyak 121.293 jiwa atau 49,70 persen sedangkan
perempuan sebanyak 122.752 atau 50,30 persen. Berarti
rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kab. Konsel adalah
sebesar 99. Artinya dari 199 penduduk, terdapat 100
perempuan dan 99 laki-laki, dengan kata lain penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki.
48
III.1.6 Pariwisata
Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang
dilakukan untuk rekreasi atau liburan dan juga persiapan
yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau
turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling
tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan
rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata
Dunia.
49
DAFTAR PUSTAKA
50
https://www.kanal.web.id/pengertian-prasarana-dan-sarana-pariwisata
https://interinoz.com/2018/10/22/pengertian-dan-ciri-ciri-arsitektur-tropis/
51