OLEH :
MARIA DUA OMI
NIM. 1903030011
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
usaha pertanian ini mempunyai perbedaan ciri khas, sehingga keduanya dapat lebih
mudah dibedakan.(Soekartawi,1995).
Usaha pertanian kecil biasanya bersifat subsisten dengan menggunakan
teknologi tradisional. Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu Provinsi di
Indonesia yang secara geografis merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari
ujung Flores bagian barat, sampai daerah Alor, kemudian dari daerah Sabu, Rote dan
Timor keseluruhan serta pulau Sumba. Tanah Flobamora mempunyai sumber daya
alam yang sangat melimpah tergantung dengan karakteristik wilayahnya. Berkaiatan
dengan hal ini masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia
tanpa harus bergantung pada Pemerintah. Hal ini berbeda dengan usaha dalam skala
besar, pertanian di pulau kecil harus mendapat perhatian penting dan ditata
sedemikian rupa sehingga potensi yang ada dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin
dan berkelanjutan (Natohadiprawiro, 2000).
Salah satu daerah dengan sumber daya alam yang menjanjikan yaitu Kabupaten
Sikka khususnya Desa Watugong, Kecamatan Alok Timur. Watugong merupakan
salah satu desa dengan ciri khas daerah panas. Desa Watugong mempunyai sumber
daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan hidup. Salah satu
sumber daya alam hasil pemanfaatan tanaman lontar yaitu moke. Selain moke
banyak masyarakat juga yang memilih pekerjaan seperti beternak sapi, babi, dan
sebagainnya. Moke diproduksi secara turun-temurun oleh masyarakat Nusa
Tenggara Timur.(Li,2013). Moke dibuat dari nira lontar melalui proses destilasi atau
pemasakan sehingga menghasilkan uapa air dan bagaiaman proses uap moke
tersebut dapat disuling kemudian dialirkan ke batang bambu. Untuk menghasilkan
moke yang berkulaitas baik tidaklah mudah, namun diperlukan berbagai keahlian
khusus untuk melakukannya.
2
Dengan banyaknya pohon lontar ini banyak masyarakat Desa Watugong yang
memilih usaha penyulingan moke sebagai mata pencahariannya. Berikut daftar
nama-nama penyuling moke :
3
seperti moke, sopi, dan jenis lainnya. Tidak ada lagi yang tangkap-tangkap, semua
kita atur dengan baik sehingga masyarakat bisa aman menjual minuman tradisional
ini.
Usaha minuman tradisional beralkohol moke memberikan sumbangan yang
besar bagi pendapatan masyarakat. Sumbangan dari hasil pengolahan moke itu
sangat besar sehingga dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Watugong yang
mengolah minuman tradisional beralkohol moke. Usaha minuman tradisional
merupakan salah satu aktivitas manusia yang bermotif ganda, ada motif ekonomi,
motif sosial budaya, motif politik dan lainnya.
Perjalanan minuman moke disatu pihak tidak terlalu direspon, karena
penyalahgunaan minuman ini, pada kalangan masyarakat. Kadar alkohol yang tinggi
dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan tubuh, dan perkelahian atau kriminal
lainnya. Namun dilain pihak moke dipandang sebagai ritual penting dalam berbagai
upacara adat, sehingga keberadaan moke tetap dijaga. Pada bagian ini moke tidak
bisa dipandang hanya dari sisi negatif.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitain
tentang “Eksistensi Usaha Penyulingan Moke di Desa Watugong, Kecamata Alok
Timur, Kabupaten Sikka”
1.3 Tujuan
4
1.4 Manfaat Penelitian
5
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1) Hasil Penelitian (Jurnal) oleh I Ketut Juniantara dan Ni Luh Putu Tejawati
( 2021)
“Usaha Arak di Desa Telun Wayah, Kecamatan Sidemen, Kabupaten
karangasem dibawah Bayang-Bayang Hegemoni Pemerintah “. Masalah
yang dibahas dalam penelitian ini adalah fakor-faktor yang mempengaruhi
usaha arak di Desa Telun Wayah, Kecamatan Sidemen, Kabupaten
Karangasem dibawah bayang-bayang hegemoni pemerintah, perkembangan
usaha arak di Desa Telun Wayah, Kecamatan Sidemen, Kabupaten
Karangasem dibawah bayang-bayang hegemoni pemerintah, dampak dari
keberadaan usaha arak di Desa Telun Wayah, Kecamatan Sidemen,
Kabupaten Karangasem dibawah bayang-bayang hegemoni pemerintah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor
yang yang mempengaruhi usaha arak di Desa Telun Wayah, Kecamatan
Sidemen Kabupaten Karangasem dibawah bayang-bayang hegemoni
pemerintah yaitu faktor yang paling utama yaitu faktor ekonomi, kemudian
faktor budaya, dan yang terakhir faktor sosial. Perkembangan usaha arak di
Desa Telun Wayah, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dibawah
bayang-bayang hegemoni pemerintah yaitu usaha arak sebelum adanya
Perda, kemudian usaha ketika perda baru keluar dalam proses sosialisasi dan
7
terakhir usaha arak setelah perda berlaku. Dampak dari keberadaan usaha
arak di Desa Telun Wayah, Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem
dibawah bayang-bayang hegemoni pemerintah membawa dampak terhadap
munculnya perdagangan arak terselubung, menjadikan wilayah penjualan
yang terbatas mengakibatkan konsumen yang terbatas juga dan mengurangi
jumlah petani arak
Perbedaan pada peneliti sebelumnya dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan yaitu peneliti sebelumnya fokus membahas usaha arak di
Desa Telun Wayah Kecamatan Sidemen, Kabupaten Karangasem dibawah
bayang-bayang hegemoni pemerintah, sedangkan yang diteliti oleh peneliti
sendiri lebih memfokuskan latar belakang eksistensi usaha penyulingan
moke. Selain itu lokasi penelitiannya juga berbeda. Adapaun persamaan
dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang usaha penyulingan
minuman tradisional.
2) Hasil penelitian (Jurnal) oleh Frederic W, Nalle, dan Dorenci Sila ( 2020 )
“ Analisis Strategi Pengembangan Usaha Minuman Tradisioanl Beralkohol
(Sopi) di Desa Maubesi kecamatan Insana Tengah Kabupaten Timor Tengah
Utara. Tujuan dari penelitian ini yaitu bagaimana pelaku usaha merumuskan
strategi pengembangan industri kecil minuman tradisional beralkohol.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
analisis SWOT sesuai dengan permasalahan yang diangkat. Hasil analisis
menunjukan bahwa strategi yang tepat bagi pelaku usaha ini adalah strategi
WO ( Weakness dan Opportunities)
Perbedaan pada peneliti sebelumnya dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan yaitu peneliti sebelumnya fokus membahas analisis strategi
pengembangan minuman tradisioanal beralkohol sopi. Sedangkan yang
diteliti oleh peneliti sendiri yaitu lebih memfokuskan kepada latar belakang
eksistensi usaha penyulingan moke. Selain itu lokasi penelitiannya juga
berbeda. Metode yang digunakan peneliti sebelumnya yaitu metode analisis
SWOT, sedangkan yang digunakan peneliti yaitu metode kualitatif. Adapun
8
persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentang usaha
penyulingan minuman tradisional beralkohol.
9
menentukan hidup. Dan apabila seseorang tidak berani mengambil
keputusan, maka ia tidak hidup bereksistensi dalam arti sebenarnya.
10
1.2.3. Pengertian Moke
Berdasarkan hasil wawancara dengan dengan salah satu tokoh
masyarakat di Desa Watugong (Martinus Mateus) melalui Via
Handphone pada hari Sabtu tanggal 11, beliau mengatakan bahwa
moke ini merupakan minuman yang sudah ada dari zaman dahulu
yang telah diwariskan oleh nenek moyang. Moke ini termasuk dalam
minuman keras tradisional beralkohol. Menurut Asep Subhi dan
Ahmad Taufik (2004:103) yang dimkasud dengan minuman keras
adalah minuman beralkohol yang dapat menyebabkan si peminum
mabuk dan hilang kesadarannya.
Minuman beralkohol merupakan minuman yang mengandung
alcohol (ethanol) yakni suatu senyawa kimia dengan rumus
C2H5OH yang dibuat melalui proses destilasi dari berbagai jenis
bahan baku yang mengandung karbohidrat misalnya : lontar, nira
yang termasuk didalamnya adalah minuman keras dengan 3 golongan
minuman beralkohol yaitu :
a) Minuman Beralkohol golongan A Merupakan minuman yang
mengandung alkohol dengan kadar sampai dengan 5%.
Contohnya seperti (bir, shandy, minuman ringan beralkohol
dan anggur brem bali)
11
dengan 55%. Contohnya yaitu ( koktail anggur, brandy, wiski,
vodka, dan arak)
Minuman Keras Bearlkohol yang berasal dari Kota
Maumere disebut dengan nama moke, atau dalam bahasa
daerah disebut dengan nama (tua).Terdapat dua jenis moke di
kota Maumere yaitu:
1. Moke Putih
Moke putih merupakan nira hasil sadapan dari pohon
lontar atau dalam bahasa Sikka biasa disebut (koli).
Moke putih yang manis dapat dimasak menjadi gula
merah. Sedangkan moke putih yang diminum
merupakan moke yang ditampung dengan wadah
bambu yang tidak lepas dari kotoran, sehingga rasa
minumannya pahit. Moke putih dengan jenis ini, tidak
langsung diminum, tetapi lebih banyak dimasak atau
disuling dan menghasilkan moke hitam.
2. Moke Hitam
Moke hitam sesungguhnya tidak hitam. Warnanya
seperti cairan putih dan sedikit kuning. Moke hitam
merupakan hasil sulingan dari moke putih. Moke putih
disuling di tempat penyulingan moke yang dalam
bahasa Sikka dinamakan Kuwu .
12
menggunakan peralatan yang sederhana. Berikut langkah-langkah
dalam proses pembuatan moke secara tradisional
Pertama, para petani moke menyadap mayang bunga jantan
pohon lontar untuk menghasilkan nira atau moke putih (Tua Bura
dalam bahasa Sikka). Moke putih tersebut merupakan hasil irisan dari
mayang pohon lontar. Mayang buah pohon lontar biasa diiris
menggunakan pisau kecil untuk diambil airnya. Setiap pengambilan
air, mayang lontar ini diiris kira-kira 0,5 cm. Tetesan air yang keluar
ditampung dalam sebuah wadah biasanya menggunakan potongan
bambu petun sepanjang 1 meter. Umumnya para petani moke pergi
mengiris mayang pohon lontar ini pada pagi hari sebelum matahari
terbit dan sore hari sebelum matahari terbenam. Pengambilan dan
penampungan air dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Dua
kali sehari para petani moke pergi memanjat pohon lontar untuk
menampung dan mengiris tetesan air lontar atau moke putih yang
selanjutnya akan dimasak dan disuling menjadi moke.
Kedua, para petani moke mulai memasak moke putih untuk
menjadi moke (Tua mitan). Nira yang sudah ditampung dalam jerigen
disaring lalu dimasak menjadi moke. Proses ini terdiri dari dua bagian
yaitu memasak dan menyuling. Proses memasak moke ini,
menggunakan peralatan yang sederhana yang dirangkai menjadi satu
kesatuan yaitu tungku api, derom, dan rangkaian bambu. Tungku api
berfungsi untuk tempat pembakaran nira, pembakaran nira ini dengan
cara yang sederhana yaitu menggunakan kayu-kayu yang berukuran
besar, tangkai dari pohon lontar sendiri yang sudah kering. Derom
sebagai wadah untuk memasak nira, dan rangkaian bambu sebagai
wadah pengembunan. Untuk membuat rangkaian bambu, dibutuhkan
bambu jenis petun (bambu berukuran besar). Rangkaian bambu
dipasang dari mulut drom, kemudian disambung dengan bambu yang
lainnya dan diarahkan menuju tempat penampungan moke yang
13
dihasilkan. Sebelum disambung bambu tersebut dilubangi agar bisa
mengalirkan penguapan nira yang akan menjadi moke. Semakin
panjang rangkaian bambu semakin bagus pula kualitas mokenya.
Setelah perlengkapan disiapkan, nira atau moke putih dituangkan
kedalam drom untuk dimasak. Ujung bambu petun dipasang rapat-
rapat pada mulut drom tersebut. Kemudian lanjut dengan pemasakan
nira sampai dengan penguapan. Secara otomatis uap yang dihasilkan
akan melalui rangkaian bambu yang telah disusun. Dalam rangkaian
bambu tersebut terjadi proses pengembunan atau pendinginan. Dari
ha sil pengembunan tersebut maka keluar tetesan air pada ujung
bambu. Tetesan air tersebut ditampung dengan jerigen yang sudah
disiapkan. Hasil tampungan ini yang disebut moke. Untuk
menghasilkan moke yang baik proses peyulingan harus menggunakan
waktu yang lama. Moke nomor satu yang biasa disebut dengan bakar
menyala (BM)
14
tanpa alasan tapi memiliki sebuah tujuan. Begitu pula denga para penyuling
moke di Desa Watugong, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka. Menurut
Coleman Berkaitan dengan eksistensi penyulingan minuman moke tersebut,
jelas bahwa aktor disini yaitu para penyuling moke, sedangkan sumber daya
yaitu lontar. Aktor yang dalam hal ini yaitu para penyuling moke akan memilih
suatu pilihan yang dianggap rasional, dimana dengan banyaknya sumber daya
(lontar) telah menjadi pilihan rasional bagi masyarakat Desa Watugong,
Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka.
Faktor penyebab
masyarakat tetap
memproduksi Moke
Teori Pilihan
Rasional Coleman
Perkembangan
keberadaan usaha
penyulingan moke
15
BAB III
METODE PENELITIAN
2006: 46). Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat penyuling moke.
dalam melakukan penelitian ini. Teknik penentuan dan pemilihan sampel harus
16
dengan pertimbangan tertentu dengan jumlah yang sudah di ambil, agar
oleh peneliti, supaya memilih informan yang tidak mempunyai halangan dalam
17
Sumber-sumber data tersebut antara lain :
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari informan
baik melalui pengamatan maupun wawancara mendalam ( Creswell
2003 :160). Data ini diperoleh dari hasil dialog atau wawancara
dengan informan, para penyuling moke, pemerintah desa, tokoh
masyrakat, konsumen moke, dan polisi.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan-catatan
dokumen yang berkaitan dengan penelitian dan sumber yang terkait.
Catatan atau dokumn diambil dari berbagai literatur, buku, koran,
internet, maupun dari berbagai sumber yang lain ( Creswell,
2003:12). Data sekunder dari penelitian ini berupa data-data tertulis
yang dapat diperoleh dari lembaga-lembaga atau dari buku-buku
yang relevan.
1. Observasi
Teknik observasi ( pengamatan) adalah teknik yang dilakukan dengan
mengamati dan mencatat secara sistematik peristiwa-peristiwa yang diselidiki
(Narbuko Achmadi 2013: 70). Dalam penelitian ini, peneliti mmelakukan
pengamatan-pengamatan langsung terhadap kegiatan produksi dan distribusi
18
oleh para penyuling moke, di Desa Watugong, Kecamatan Alok Timur,
Kabupaten Sikka.
2. Wawancara
Menurut Sugiyono (2016-2017) wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data untuk menentukan permasalahan yang diteliti dan juga
apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam. Dalam teknik wawancara ini, peneliti melakukan tanya jawab
kepada masyarakat yang bekerja sebagai penyuling moke untuk memperoleh
data-data yang dibutuhkan peneliti.Selain itu kepada Susan Stainback (dalam
Sugiyono 2016;318) mengemukakan bahwa dengan wawancara, maka
peneliti akan mengetahui hal- hal yang lebih mendalam.
1. Reduksi Data
Dari lokasi penelitian, data lapangan dituangkan dalam uraian laporan
yang lengkap dan terperinci. Data dan laporan lapangan kemudian direduksi,
dirangkum, dan kemudian dipilih hal yang pokok, difokuskan untuk dipilih
yang terpenting kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi data dilakukan
terus mnerus selama proses penelitian berlangsung. Pada tahapan ini setelah
data dipilih kemudian disederhanakan, data yang tidak diperlukan disortir
19
agar memberi kemudahan dalam penampilan, penyajian, serta untuk menarik
kesimpulan sementara.
2. Penyajian Data
Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti
untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian
tertentu dari data penelitian. Hal ini merupakan pengorganisasian data
kedalam suatu bentuk tertentusehingga kelihatan jelas. Data-data tersebut
kemudian dipilahdan disisikan untuk disortir menurut kelompoknya dan
disusun dengan kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan
permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara
diperoleh pada waktu data direduksi.
3. Verifikasi ( menarik kesimpulan )
Pada penelitian kualitatif, verifikasi dilakukan secara terus menerus
sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan
dan selama proses pengambilan data, peneliti berusaha untuk menganalisis
dan mencari pola tema, hubungan persamaan, dan selanjutnya dituangkan
dalam bentuk kesimpulan yag masih ersifat relatif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Acmad Maulana. 2003. Kamus Ilmiah Populer Lengkap. Yogyakarta: CV. Pustaka.
Muhadjir Effendy.2016.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima: Aplikasi Luring resmi
Republik Indonesia
Ritzer, George.2012. Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir
Ritzer, George dan Goodman, Douglas J.2004. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Grasindo
Soekartawi. 1995. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada
21
Soekanto, soerjono, 1999. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Sekanto, Soerjono dan Sulistyowati.2017. Sosiologi Suatu Pengaantar. Jakarta: Rajawali Pers
Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar.2001. Metodologi Penelitian Sosial. Cetakan
Ketiga. Jakarta : Bumi Aksara
Wasis, Sugeng.2006. Identitas dan Ciri Khas Pendidikan di Indonesia antara Konseptual dan
Operasional. Jakarta: Gunung Mulia
Grantino M.Pattiuhu, Wilson M. A.Therik.(2020). Sopi Maluku dianatara Cultural Capital dan
Market Sphere. Jurnal ilmiah Ilmu Sosial , 6 (2) 104-118
I Ketut Juniantara. Ni Luh Putu Tejawati (2021). Usaha Arak di Desa Telun Wayah, Kecamatan
Sidemen, Kabupaten Karangasem. Jurnal Nirwasita. Vol 2. No.1, hal 57-68
Renny Lratmasse, Markus J Pattinama, Johanna. M Luhukay. (2018). Kontribusi Tuak Dalam
Kehidupan Ekonomi Masyarakat di Desa Lingat, Kecamatan Selaru, Kabupaten Maluku
Tenggara Barat . Jurnal Agribisnis Kepulauan. Vol 6. No.1, hal 64-7
Fransiskus Regis Mei. 2019. Persepsi Masyarakat Tentang Penjualan Minuman Keras (Moke)
Sebagai Sumber Alternatif demi Perbaikan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa
22
Waesae, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada. Skripsi. Kupang: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas Widya Mandira
Diah Ratnasari. 2015. Analisis SWOT dan Penerapan Business Model Canvas pada UD.X, UKM
Pembuat Minuman Beralkohol.Thesis. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri. Institut Teknologi
Sepuluh November
http://p2k.unkris.ac.id/en3/1-3065-2962/Moke_113666_p2k-unkris.html
23