OLEH:
KELOMPOK 1
Kepulauan Flores dan Lembata merupakan satu bagian Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT) yang cukup luas dengan keragaman kehidupan sosial masyarakat yang meliputi
kepercayaan dan adat-istiadat. Sebagian besar masyarakat Flores dan Lembata telah menganut
kepercayaan atau agama yang sudah diakui di Indonesia dengan presentase terbesar yaitu
penganut agama Katolik yang hampir mencapai 90%. Di samping itu, tidak bisa dipungkiri,
sebagian kecil masyarakat Flores dan Lembata sampai saat ini masih menganut kepercayaan
lokal pada daerah atau “kampung halamannya” dan masih mempertahankan tradisi tersebut.
Bahkan sebagian masyarakat yang telah menganut agama tertentu pun masih tetap
mempertahankan tradisi kebudayaan dari kepercayaan nenek moyangnya.
Kepulauan Flores dan Lembata sendiri terdiri atas sembilan Kabupaten yang meliputi,
Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Sikka, Ende,
Flores Timur, dan Lembata. Setiap daerah kabupaten mempunyai tradisi yang berkaitan dengan
kepercayaan yang beragam dan unik, sehingga dirasa perlu untuk mempelajari keragaman dan
keunikan tiap daerah tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Upacara Banco Caci.
Pada hari yang telah disepakati Banco Raci, semua warga (yang ada masa/bagian)
berkumpul di rumah gendang untuk berangkat beramai–ramai diring “ronda” (nyanian
pujian) dan gong gendang menuju lokasi. Setibanya “di lodok” (lokasi), “tua teno” (ketua
adat bagian perkebunan) membukanya dengan “renggas” (awal dari nyanian pujian), lalu
diikuti dengan tambur dan gong, sesudah itu dilanjutkan “sanda lima”. Waktu pengumuman
disampaikan maka dipertegas pula oleh tua tua teno, bahwa mulai besok (setelah hari upacara
banco raci) dapat dimulai pengerjaan (rimu) lodok dan banco raci, biasanya pada bulanjuli,
sedanglan untuk rimu (penebasan, penebangan/perambahan ), dilakukan pada bulan agustus,
bulan September mengadakan pembakaran hasil rimu, lalu diadakan pembersihan, dalam
rangka persiapan tanam upacara “kolok, weri, wa’u wini”, (persiapan tanaman) pada bulan
oktober, karena musim hujan).
8. Upacara Randang.
Randang adalah pesta syukur kebun yang telah memberikan hasil yang relatif
melimpah.
9. Upacara Penti (upacara syukur atas hasil panen)
Upacara Penti adalah persembahan “Ela wai laki latangt Mori agu Ngaran”
(persembahan babi jantan kepada Tuhan Yang Maha Esa). Upacara penti biasanya dilakukan
pada bulan Agustus sesudah melakukan panen.dan salah satu rangkaian upacaranya adalah
upacara tarian “caci” yang artinya satu lawan satu, untuk melambangkan kejantanan
seseorang. Acara penti ini sangat erat hubungannya dengan “Mori agu Ngaran” yaitu “ Ela
wailaki” (ela penti ). Acara penti harus dilakukan sesuai dengan waktu yang telah diwariskan
oleh nenek moyang terdahulu, karena acara penti ini menyangkut kehidupan masyarakat
Manggarai. Tujuan Penti menurut Masyarakat manggarai sendiri adalah “Naring ntaung”
(syukur atas segala rahmat yang diterima pada tahun ini). Mensyukuri atas hasil panen
tersebut dilaksanakan. Orang yang terlibat dalam Acara Penti adalah semua warga kampung
yang bersangkutan dan “meka landing” (desa tetangga yang diundang sebagai lawan dalam
tarian caci. Tempat acara dilakukan acara penti dilakukan di “Mbaru Gendang”. (rumah adat)
dan lapangan sebagi tempat dilaksanakan acara caci tersebut. Sebelum upacara caci tersebut
terlebih dahulu dilakukan upacara “wanta agu benta” (ritual memanggil arwah nenek
moyang). Yang dipercayai sebagai pemberi hasil yang melimpah bagi masyarakat
Manggarai.
Kepulauan Flores dan Lembata sendiri terdiri atas sembilan Kabupaten yang meliputi,
Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo, Sikka, Ende,
Flores Timur, dan Lembata. Sebagian besar masyarakat Flores dan Lembata telah menganut
agama yang sudah diakui di Indonesia namun, sebagian kecil masyarakat sampai saat ini masih
menganut kepercayaan lokal dan masih mempertahankan tradisi tersebut. Setiap daerah
mempunyai kepercayaan lokal yang unik dan mencrikan daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Stasistik. 2010. “Banyaknya Pemeluk Agama Dirinci Per Kecamatan di Kabupaten
Ende” diakses pada: endekab.bps.go.id
Deventer M. Y. 2014. “Mencermati Agama dan Kepercayaan Lokal Masyarakat Manggarai
Ditinjau dari Ilmu Pengetahuan. Wordpress.
Data Kantor Departemen Agama Kabupaten Manggarai Timur. 2018.
Kaka, P. W. 2019. “Makna Simbolik dalam Bahasa Ritual Reba pada Masyarakat Luba Desa
Tiworiwu Kecamatan Jerebuu Kabupaten Ngada”. IMEDTECH 3(2): 38-69.
Maria, S. K. 2018. “Wacana Tradisi Lisan Wawi Wotik di Kabupaten Sikka”. Jurnal At-Tadbir
STAI Darul Kamal NW Kembang kerang. Vol II.
Mati. T. R. 2019. Tari Gawi: Simbol Identitas Budaya Masyarakat Suku Lio Kabupaten Ende.
Program Studi Pendidikan Seni Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Niron, B. B. 2016. “Upacara Adat Lepa Bura pada Masyarakat Lamaholot di Desa
Sulengwaseng, Kecamatan Solor Selatan, Flores Timur”. Jurnal Studi Kultural 1 (2): 94-
100.
“Provinsi Nusa Tenggara Timur Dalam Angka 2019”. BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Halaman: 250.
Sada, M. dan Jumari. 2018. “Etnobotani Tumbuhan Upacara Adat Etnis Ngadha di Kecamatan
Jerebu’u Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur”. Jurnal Saintek Lahan
Kering 1(2); 19-21.
Shariasih, E. 2018. “Citra Kabupaten Manggarai Barat Dalam Arsip”. Arsip Nasional Republik
Indonesia.
Soja, K. S. 2018. “Tradisi Budaya Kampung Adat Sebagai Destinasi Wisata di Kota Ngada
Flores”. Domestic Case Study. Sekolah Tinggi Pariwasata Ambarrukmo Yogyakarta.
Tule, P. 2019. “Mengenal Kebudayaan Keo: Dongeng, Ritual dan Organisasi Sosial”. Kupang:
Unwira Press.