Anda di halaman 1dari 26

KLIPING MASALAH SOSIAL

YANG TERJADI DALAM MASARAKAT


YANG BERKAITAN DENGAN KENAKALAN
REMAJA,TINDAKAN KRIMINAL,DAN
KORUPSI

disusun oleh :
Nama :
No.Induk
proggram

DARSONO

011
Paket C

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini dengan tepat waktu untuk menyelesaikannya yaitu makalah Sosiologi
yang berjudul Masalah-masalah Sosial yang Terjadi pada Anak Remaja
Makalah ini berisikan informasi tentang Pengertian Masalah Sosial atau yang
lebih khususnya membahas anak-anak atau remaja yang moralnya menjadi rendah,
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta identifikasi dan contohnya.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang Masalah-masalah Sosial yang Terjadi pada Anak Remaja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Ajibarang, 21 Juni 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
1.4.Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
2.1.Definisi Masalah Sosial
Definisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli
2.2.Macam-macam Masalah Sosial Bidang Pembangunan Di
Indonesia
Masalah Pendidikan
Masalah Kemiskinan
Penyimpangan Perilaku Remaja dan Masalah Kenakalan
Remaja
Masalah Lingkungan Hidup
Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)
Masalah Kriminalitas
Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran
HAM
2.3.Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Sosial
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Pendidikan
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kemiskinan
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Penyimpangan
Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Lingkungan Hidup
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Konflik SARA
(Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kriminalitas
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Aksi Protes,
Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM
2.4.Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Sosial
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahPendidikan
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahKemiskinan
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahPenyimpangan
Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahLingkungan Hidup
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahKonflik SARA (Suku,
Agama, Ras dan Antarkelompok)
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahKriminalitas
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahAksi Protes,
Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM

...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................

i
ii
1
3
3
3
4
4
4
4

............................... 6
............................... 6
............................... 7
............................... 7
............................... 9
............................... 9
............................... 10
............................... 10
............................... 11
............................... 11
............................... 12
............................... 13
............................... 13
............................... 14
............................... 14
............................... 15
............................... 16
............................... 16
............................... 16
............................... 17
............................... 17
............................... 18
............................... 19
............................... 19

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

............................... 21
............................... 21
............................... 21
............................... 23

1.1.Latar Belakang Masalah


Sejak manusia mulai hidup bermasyarakat, maka sejak saat itu sebuah gejala yang
disebut masalah sosial berkutat didalamnya. Sebagaimana diketahui, dalam realitas sosial
memang tidak pernah dijumpai suatu kondisi masyarakat yang ideal. Dalam pengertian tidak
pernah dijumpai kondisi yang menggambarkan bahwa seluruh kebutuhan setiap warga
masyarakat terpenuhi, seluruh prilaku kehidupan sosial sesuai harapan atau seluruh warga
masyarakat dan komponen sistem sosial mampu menyesuaikan dengan tuntutan perubahan
yang terjadi. Dengan kata lain das sein selalu tidak sesuai das sollen.
Pada jalur yang searah, sejak tumbuhnya ilmu pengetahuan sosial yang mempunyai
obyek studi kehidupan masyarakat, maka sejak itu pula studi masalah sosial mulai dilakukan.
Dari masa ke masa para sosiolog mengumpulkan dan mengkomparasikan hasil studi melalui
beragam perspektif dan fokus perhatian yang berbeda-beda, hingga pada akhirnya semakin
memperlebar jalan untuk memperoleh pandangan yang komprehensif serta wawasan yang
luas dalam memahami dan menjelaskan fenomena sosial. Buku ini hadir dengan fokus studi
masalah sosial yang sekaligus memuat referensi dan rekomendasi bagi tindakan untuk
melakukan penanganan masalah. Di negara-negara berkembang, tindakan untuk melakukan
perubahan dan perbaikan dalam rangka penanganan masalah sosial menjadi perhatian yang
sangat serius demi kelangsungan serta kemajuan bangsanya menuju cita-cita kemakmuran
dan kesejahteraan. Terkait hal itu, pembahasan mengenai berbagai perspektif sosial,
identifikasi melalui serangkaian unit analisis serta pemecahan masalah yang berbasis negara
dan masyarakat menjadi tema-tema yang diulas secara teoritis dalam makalah ini.
Masalah sosial menemui pengertiaannya sebagai sebuah kondisi yang tidak
diharapkan dan dianggap dapat merugikan kehidupan sosial serta bertentangan dengan
standar sosial yang telah disepakati. Keberadaan masalah sosial ditengah kehidupan
masyarakat dapat diketahui secara cermat melalui beberapa proses dan tahapan analitis, yang
salah satunya berupa tahapan diagnosis. Dalam mendiagnosis masalah sosial diperlukan
sebuah pendekatan sebagai perangkat untuk membaca aspek masalah secara konseptual.
Eitzen membedakan adanya dua pendekatan yaitu person blame approach dan system blame
approach (hlm. 153). Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami
masalah sosial pada level individu.

Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial
pada level individu. Diagnosis masalah menempatkan individu sebagai unit analisanya.
Sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang
menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut lantas bisa ditemukan faktor penyebabnya
yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis maupun proses sosialisasinya. Sedang
pendekatan kedua system blame approach merupakan unit analisis untuk memahami sumber
masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa sistem dan struktur
sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat
tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu, masalah sosial terjadi oleh karena
sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu dalam mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi, termasuk penyesuaian antar komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri. Dari
kedua pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari
kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem.
Mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut akan sangat berguna dalam rangka
melacak akar masalah untuk kemudian dicarikan pemecahannya. Untuk mendiagnosis
masalah pengangguran misalnya, secara lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor
yang melekat pada diri penganggur saja seperti kurang inovatif atau malas mencari peluang,
akan tetapi juga perlu dilihat sumbernya masalahnya dari level sistem baik sistem pendidikan,
sistem produksi dan sistem perokonomian atau bahkan sistem sosial politik pada tingkat yang
lebih luas. Masyarakat Dan Negara Parillo menyatakan, kenyataan paling mendasar dalam
kehidupan sosial adalah bahwa masyarakat terbentuk dalam suatu bangunan struktur. Melalui
bangunan struktural tertentu maka dimungkinkan beberapa individu mempunyai kekuasaan,
kesempatan dan peluang yang lebih baik dari individu yang lain (hlm. 191).
Dari hal tersebut dapat dimengerti apabila kalangan tertentu dapat memperoleh
manfaat yang lebih besar dari kondisi sosial yang ada sekaligus memungkinkan terpenuhinya
segala bentuk kebutuhan, sementara dipihak lain masih banyak yang kekurangan.Masalah
sosial sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial pada
gilirannya selalu mendorong adanya tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan.
Dalam konteks tersebut, upaya pemecahan sosial dapat dibedakan antara upaya pemecahan
berbasis negara dan berbasis masyarakat. Negara merupakan pihak yang sepatutnya responsif
terhadap keberadaan masalah sosial. Perwujudan kesejahteraan setiap warganya merupakan
tanggung jawab sekaligus peran vital bagi keberlangsungan negara.

Upaya pemecahan sosial sebagai muara penanganan sosial juga dapat berupa suatu
tindakan bersama oleh masyarakat untuk mewujudkan suatu perubahan yang sesuai yang
diharapkan. Dalam teorinya Kotler mengatakan, bahwa manusia dapat memperbaiki kondisi
kehidupan sosialnya dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif. Tindakan kolektif dapat
dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.
Kebermaknaan suatu studi termasuk studi masalah sosial disamping ditentukan oleh wawasan
teoritik dalam menjelaskan gejala dan alur penalaran dari berbagai proposisi yang dihasilkan,
juga sangat ditentukan oleh bagaimana studi itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Setidaknya seperti itulah muatan optimisme yang di kehendaki penulis makalah ini.

1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi masalah sosial ?
2. Apa macam-macam masalah sosial ?
3. Faktor apa yang mempengaruhi masalah sosial ?

1.3.Tujuan
1. Mengetahui definisi masalah sosial.
2. Mengetahui macam-macam masalah sosial.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah social.
1.4.Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi masalah sosial.
2. Dapat mengetahui macam-macam masalah sosial.
3. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah social.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1.Definisi Masalah Sosial
2.1.1. Definisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli

Sebenarnya masalah sosial merupakan hasil dari proses perkembangan


masyarakat. Artinya problema tadi memang sewajarnya timbul apabila tidak
diinginkan adanya hambatan-hambatan terhadap penemuan-penemuan baru atau
gagasan baru. Banyak perubahan yang bermanfaat bagi masyarakat, walau kadang
mengakibatkan kegoncangan terutama bila perubahan berlangsung dengan sangat
cepat dan bertubi-tubi. Masalah sosial timbul ketika dalam jangka waktu tertentu
masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan sosial yang ada.
Kekurangan dalam diri manusia atau kelompok sosial yang bersumber pada faktor
ekonomi, biologis psikologis, budaya juga menjadi penyebab utama timbulnya
masalah sosial ini.

Perspektif Sosiologi
Masalah Sosial adalah situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai perlu diatasi
(dipemecahankan). Pandangan pekerja sosial adalah terganggunya fungsi sosial, sehingga
mempengaruhi kemampuan memenuhi kebutuhan, dan peranan-peranannya di masyarakat.
Kondisi yang dipandang orang atau masyarakat sebagai situasi yang tidak diharapkan.

Menurut Gillin dan Gillin


Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur yang
ada dalam masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Atau,
menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok sosial
tersebut sehingga menyebabkan kepincangan sosial. Apabila antara unsur moral,
politik, pendidikan, agama, kebiasaan dan ekonomi terjadi bentrokan, maka
hubungan sosial akan ikut terganggu sehingga mungkin akan terjadi kegoyahan
dalam kehidupan kelompok.

Menurut Horton dan Leslie, 1984


Situasi sosial yang tidak diinginkan oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan akan
mengganggu sistem sosial dan perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah
perilaku yang menyimpang dari nilai atau norma-norma.

Zastrow, 2000
Masalah sosial adalah suatu kondisi sosial yang mempengaruhi sejumlah besar orang
yang memerlukan perbaikan segera dengan sekumpulan tindakan-tindakan.

Pincus dan Minahan, 1975


Masalah sosial adalah suatu situasi atau kondisi sosial yang dievaluasi oleh orangorang sebagai suatu situasi atau kondisi yang tidak mengenakkan atau situasi problematic.

Menurut Soerjono Soekanto


Masalah sosial (problema sosial) merupakan permasalahan-permasalahan yang
muncul dalam masyarakat, bersifat sosial dan berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan
lembaga-lembaga kemasyarakatan. Jadi pada dasarnya masalah sosial menyangkut nilai-nilai
sosial dan moral. Oleh karena itu masalah sosial tidak akan mungkin dibahas tanpa
mempertimbangkan ukuran-ukuran masyarakat tentang apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk.

Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984


Masalah sosial merupakan suatu gejala (fenomena) sosial yang mempunyai dimensi
atau aspek kajian yang sangat luas atau kompleks, dan dapat ditinjau dari berbagai perspektif
(sudut pandang atau teori). Suatu fenomena atau gejala kehidupan dikatakan sebagai masalah
sosial (social problems) adalah apabila:

1. Sesuatu yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-norma
yang dijunjung tinggi oleh kelompok;
2. Sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok itu telah menyebabkan terjadinya
disintegrasi kehidupan dalam kelompok; dan
3. Sesuatu yang dilakukan inidividu atau kelompok itu telah memunculkan kegelisahan,
ketidakbahagiaan individu lain dalam kelompok.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan unsur-unsur masalah sosial yaitu:

Adanya suatu situasi atau kondisi sosial;

Adanya sekelompok orang yang mengevaluasi situasi atau kondisi sosial tersebut;

Adanya evaluasi terhadap situasi atau kondisi sosial tersebut sebagai tidak mengenakkan;

Adanya alasan-alasan mengapa situasi atau kondisi tersebut sebagai tidak mengenakkan.

2.2.Macam-macam Masalah Sosial Bidang Pembangunan Di Indonesia


2.2.1. Masalah Pendidikan
Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk.
Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya
punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang,
guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima
di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama
mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka
memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi
masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di
Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.
Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di
Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah
terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat
hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal
seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.
Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya, kata Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal Sudirman,
Jakarta, Senin (12/3/2007).

2.2.2. Masalah Kemiskinan


Dalam kajian sosiologi pembangunan, konsep kemiskinan dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu yang pertama kemiskinan absolut (a fixed yardstick). Konsep kemiskinan
absolut ini dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang kongkit. Ukuran ini lazimnya
berorientasi pada kebutuhan dasar dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pangan, papan dan
sandang. Besarnya ukuran setiap negara berbeda. Kedua, kemiskinan relatif (the idea of
relative). Konsep kemiskinan relatif ini dirumuskan berdasarkan atau memperhatikan dimensi
tempat dan waktu. Asumsi ini, bahwa kemiskinan di daerah satu dengan daerah lain tidak
sama, demikian juga antara waktu dulu dengan sekarang berbeda. Ketiga, kemiskinan

subjektif. Konsep kemiskinan sbjektif ini dirumuskan berdasarkan perasaan individu atau
kelompok miskin. Kita menilai individu atau kelompok tertentu miskin, tetapi kelompok
yang kita nilai menganggap bahwa dirinya bukan miskin, atau sebaliknya. Konsep
kemiskinan ketiga inilah yang lebih tepat apabila memahami konsep kemiskinan dan
bagaimana langkah strategis dalam menangani kemiskinan (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto,
W. 2004).

2.2.3. Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja


Pengertian perilaku menyimpang (deviasi sosial) adalah semua bentuk perilaku yang
tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Jadi, perilaku menyimpang remaja adalah
semua bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku
di masyarakat.
Diantara bentuk atau macam-macam perilaku menyimpang remaja antara lain:
a.

Tawuran antar pelajar;

b. Penyimpangan seksual meliputi homoseksual, lesbianisme, dan hubungan seksual sebelum


nikah;
c.

Alkoholisme;

d. Penyalahgunaan obat terlarang atau narkotika;


e.

Kebut-kebutan di jalan raya;

f.

Pencurian atau penipuan, dan bentuk-bentuk tindakan kriminalitas lainnya.

Kenakalan remaja pada umumnya diawali dari munculnya gejala-gejala, antara lain:
a.

Sikap apatis terhadap kewajiban-kewajiban normatif yang melekat pada dirinya;

b. Adanya kecenderungan sikap untuk suka mengganggu teman lainnya;


c.

Sikap kecewa yang berlebihan karena tidak terpenuhinya keingian tertentu;

d. Kurang fokus atau perhatian terhadap suatu agenda kegiatan tertentu;


e.

Sikap takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang dianggap merugikan dirinya; dan

f.

Ketidakmampuan untuk berperan dalam kelompok atau sikap manja yang berlebihan
(Sudarsono, 1995).
Bentuk penyimpangan perilaku remaja dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:

a.

Penyimpangan primer, yaitu penyimpangan yang sifatnya temporer, sementara, dan


masyarakat masih bisa mentolerir;

b. Penyimpangan sekunder, yaitu penyimpangan yang dapat merugikan atau mengancam


keselamatan orang lain, misalnya tindakan kriminal;
c.

Penyimpangan kelompok, yaitu penyimpangan yang dilakukan secara kelompok, misalnya


geng untuk berkelahi, narkotik; dan

d. Penyimpangan individu, yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan secara sendiri.

2.2.4. Masalah Lingkungan Hidup


Problem atau masalah lingkungan hidup harus menjadi perhatian yang sangat serius,
karena persoalan lingkungan adalah:
a.

Menyangkut jaminan kualitas kelangsungan kehidupan generasi dimasa-masa yang akan


datang; dan

b. Kegagalan dalam menangani persoalan lingkungan akan membawa dampak negatif disemu
sektor kehidupan, baik dalam level lokal, nasional dan bahkan dunia, misalnya: terjadinya
bencana banjir, pemanasan global; tanah longsor dan sebagainya.
Proses pembangunan dan industrialisasi di negara-negara maju dan berkembang ternyata
membawa dampak munculnya masalah pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah,
pencemaran udara, pencemaran laut atau air. Meningkatnya pencemaran lingkungan tersebut
secara langsung atau tidak langsung mendorong munculnya beragam problem kehidupan di
berbagai aspek, misalnya:
a.

Tingkat kualitas kesehatan masyarakat semakin terancam;

b. Kualitas kesuburan tanah dan ekosistem lingkungan fisik terancam;


c.

Kualitas air sebagai sumber kehidupan semakin tercemar;

d. Terjadinya

pencemaran

udara,

Menurut Eitzen, dalam Soetomo (1995).

karena

polusi

industri,

dan

sebagainya.

2.2.5. Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)


Masalah konflik Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok (SARA), bagi negara-negara
berkembang yang multikultural (termasuk Indonesia) adalah problem yang sewaktu-waktu
bisa muncul, dan dapat mengganggu kelancaran proses pembangunan. Oleh karena setiap
desain pembangunan dan pelaksanaan pembangunan harus betul-betul meminimalkan
terjadinya konflik SARA (Warnaen, S. 2002; Nugroho, F, (eds). 2004). Unsur-unsur konflik
SARA adalah:
a.

Ada dua pihak atau lebih yang terlibat konflik;

b. Ada tujuan yang menjadi sasaran konflik, dan tujuan tersebut sebagai sumber konflik; dan
c.

Ada perbedaan pikiran, perasaan dan tindakan untuk meraih tujuan yang saling memaksakan
atau menghancurkan.

Ciri-ciri konflik SARA adalah:


a.

Bersifat alamiah;

b. Anggota suku, agama, ras, antar kelompok yang terlibat konflik cenderung lebih terdorong
untuk melakukan konflik berikutnya untuk kepentingan kelompoknya;
c.

Umumnya terjadi antara SARA mayoritas dengan minoritas;

d. Sering diiringi dengan kekerasan yang berlangsung dalam ruang dan waktu tertentu;
e.

Mereka yang terlibat konflik merasa belum puas karena kebutuhan mereka belum terpenuhi;
dan

f.

Konflik melibatkan dua kelompok kepentingan yang saling memperebutkan kebutuhan hidup
(Suryadinata, L., dkk. 2003; ; Liliweri, A.. 2005).

2.2.6. Masalah Kriminalitas


Kriminalitas atau tindakan kriminal merupakan problem sosial yang bersifat laten (selalu
ada dalam kehidupan masyarakat atau negara manapun), namun tindakan kriminal bukanlah
penyimpangan perilaku yang dibawa sejak lahir, tetapi tindakan kriminal merupakan hasil

dari sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering dikategorikan sebagai
tindak pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara contoh tindakan
kriminal adalah: korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan atau pemalsuan,
penculikan, perkosaan, sindikat narkotik atau penyalahgunaan obat terlarang.

2.2.7. Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM


Aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, merupakan masalah sosial yang
cukup kompleks, dan menuntut adanya perhatian khusus dalam pemecahannya. Telebih
kondisi sosial budaya masyarakat yang multikultural, seperti di Indonesia. Hampir setiap hari
terjadi aksi protes dan demonstrasi di daerah-daerah. Hal ini tentu dapat mengganggu proses
perubahan atau pembangunan masyarakat.

2.3.Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Sosial

Masalah sosial atau masalah sosial timbul akibat adanya gejala-gejala abnormal
yang timbul di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena unsur-unsur masyarakat
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaankekecewaan dan penderitaan, yang selanjutnya disebut masalah sosial.
Masalah sosial ini berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembagalembaga kemasyarakatan. Untuk itu terjadi sedikit saja pergeseran diantara nilainilai sosial dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan, maka hubungan
antarmanusia yang terdapat di dalam kerangka bagian kebudayaan yang normatif
akan ikut terganggu.
Namun setiap masyarakat tentunya mempunyai ukuran yang berbeda mengenai
hal ini, misalnya soal gelandangan merupakan masalah social yang nyata yang
dihadapi kota-kota besar di Indonesia. Akan tetapi belum tentu masalah tadi
dianggap sebagai masalah sosial di tempat lain. Faktor waktu juga mempengaruhi
masalah sosial ini. Selain itu, ada juga masalah-masalah yang tidak bersumber
pada penyimpangan norma masyarakat, seperti masalah pengangguran, penduduk,
kemiskinan.

Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi

: kemiskinan, pengangguran dan lain-lain.

2. Faktor Budaya

: perceraian, kenakalan remaja, dan lain-lain.

3. Faktor Biologis

: penyakit menular.

4. Faktor Psikologis

: penyakit syaraf, aliran sesat, dan lain-lain.

2.3.1. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Pendidikan


Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di
Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu:
a.

Rendahnya sarana fisik;

b. Rendahnya kualitas guru;


c.

Rendahnya kesejahteraan guru;

d. Rendahnya prestasi siswa;


e.

Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan;

f.

Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan; dan

g. Mahalnya biaya pendidikan.

2.3.2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kemiskinan


Secara sosiologis, kemiskian merupakan salah satu problem sosial yang paling serius
dialami oleh negara-negara berkembang. Secara umum kajian tentang kemiskinan dapat
ditinjau dari dua perspektif, yaitu yang pertama perspektif kultural (cultural perspective).
Dan kedua adalah perspektif struktural atau situasional (situational perspective). Kedua
perspektif tersebut mempunyai asumsi, metode dan pendekatan yang berbeda dalam
menganalisis tentang kemiskinan.
Pertama,

perspektif

kultural.

Konsep

kemiskinan

dalam

perspektif

kultural

dikelompokkan menjadi tiga tingkatan analisis, yaitu yang pertama tingkatan individu, hal ini
berarti kemiskinan karena mentalitas individu yang malas, apatis, fatalistik, pasrah, boros,
dan tergantung (mentalitas negatif). Kedua adalah tingkatan keluarga, hal ini berarti

kemiskinan karena jumlah anak dalam keluarga sangat besar, dengan pola budaya keluarga
yang tidak produktif. Dan yang ketiga adalah tingkatan masyarakat, hal ini berarti kemiskinan
kerena tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif.
Kedua, perspektif struktural. Konsep kemiskinan dalam perspektif struktural adalah
kemiskinan yang terjadi karena dampak dari faktor-faktor struktur masyarakat (faktor
eksternal), yaitu terjadinya kemiskinan karena:
a.

Program atau perencanaan pembangunan yang tidak tepat;

b. Pelaksanaan kekuasan pemerintahan (birokrasi pemerintah) yang korup;


c.

Kehidupan sosial-politik yang tidak demokratis atau otoriter;

d. Sistem ekonomi liberalistik atau kapitalistik;


e.

Perkembangnya teknologi modern atau industrialisasi yang mekanistik disemua aspek;

f.

Kesenjangan sosial-ekonomi di masyarakat sangat tinggi;

g. Globalisasi ekonomi dan pasar bebas. Jadi, menurut perspektif struktural kemiskinan itu
terjadi karena faktor ekternal, sedangkan menurut perspektif kultural kemiskinan itu terjadi
karena mentalitas individu atau kelompok (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W. 2004).

2.3.3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan


Kenakalan Remaja
Faktor-faktor penyebab terbentuknya perilaku menyimpang remaja, antara lain:
a.

Ketidaksanggupan menyerap norma budaya;

b. Adanya ikatan sosial yang berlainan dengan yang dimiliki;


c.

Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan menyimpang;

d. Akibat kegagalan dalam proses sosialisasi;


e.

Sikap mental yang tidak sehat;

f.

Keluarga yang broken home atau keluarga yang disintegrasi;

g. Pelampiasan rasa kecewa yang berlebihan;


h. Dorongan yang berlebihan untuk dipuji;

i.

Proses belajar yang menyimpang;

j.

Dorongan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang salah; dan

k. Pengaruh lingkungan dan media masa yang negatif


(Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984; Sudarsono, 1995).

2.3.4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Lingkungan Hidup


Ada beberapa faktor kekuatan sosial (perilaku manusia) yang menyebabkan terjadinya
penceran dan ancaman kelestarian lingkungan, antara lain:
a.

Pertumbuhan penduduk yang pesat dan mengakibatkan meningkatnya permintaan akan


makanan, energi dan beberapa kebutuhan lainnya;

b. Konsentrasi penduduk di daerah perkotaan (urbanisasi) menyebabkan munculnya beragam


limbah yang dapat merusak ekosistem;
c.

Proses pembangunan dan modernisasi yang meningkatkan pengunaan tekbologi modern


yang bersifat konsumerisme dan mengabaikan keselamatan lingkungan; dan

d. Aktivitas dan mekanisme pasar, bekerja tanpa pertimbangan keselamatan atau kelestarian
lingkungan hidup.

2.3.5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok)
Sumber-sumber konflik SARA, yaitu:
a.

erbedaan orientasi nilai budaya dan masing-masing saling memaksakan kehendak;

b. Tertutupnya pintu komunikasi antar masing-masing pihak sehingga tidak bisa saling
memahami pola budaya;
c.

Kepemimpinan yang tidak efektif; pengambilan keputusan yang tidak adil;

d. Ketidakcocokan peran-peran sosial, yang disertai dengan pemaksaan kehendak;


e.

Produktivitas masing-masing pihak rendah dalam kelompok, sehingga kebutuhan kelompok


tidak terpenuhi;

f.

Terjadinya perubahan sosial budaya yang bersifat revolusioner, sehingga terjadi disintegrasi
sosial-budaya;

g. Karena latar belakang historis yang tidak baik; dan


h. Kesenjangan sosial-ekonomi
(Soetomo, 1995; Liliweri, A.. 2005).

2.3.6. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kriminalitas


Hal-hal yang mendorong terjadinya perilaku menyimpang dalam bentuk tindakan
kriminal antara lain:
a.

Terjadinya perubahan sosial, politik, ekonomi yang bersifat revolusi, misalnya terjadi
peperangan;

b. Terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang begitu besar, sebagai akibat
kesalahan strategi atau perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan;
c.

Adanya peluang atau kesempatan untuk terjadinya tindakan kriminal, karena alat-alat
penegak hukum tidak tegas atau tidak ada kepastian hukum di masyarakat;

d. Pemerintah yang lemah (tidak bersih) dan aparat pemerintah yang korup, atau banyak
muncul penjahat kerah putih (white collar crime) di setiap departemen pemerintah atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi;
e.

Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak terkendali, sehingga jumlah pengangguran dan
urbanisasi meningkat;

f.

Kondisi kehidupan keluarga yang disintegratif; dan

g. Berkembangnya sikap mental negatif, misalnya: hedonistis, konsumersitis, suka menempuh


jalan pintas dalam meraih tujuan dan sejenisnya (Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984;
Soetomo, 1995).

2.3.7. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan
Pelanggaran HAM

Diantara sebab terjadinya aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, antara
lain:
a.

Terjadinya dominasi mayoritas kepada minoritas disertai dengan tindakan sewenang-wenang


dalam berbagai aspek kehidupan; atau adanya pemaksaan kehendak antar kelompok di
masyarakat;

b. Terjadinya kesenjangan sosial-ekonomi di masyarakat yang sangat tinggi;


c.

Terjadinya perebutan antar kelompok di masyarakat tentang sumber-sumber mata


pencaharian hidup;

d. Adanya pemaksaan ideologi kelompok satu kepada kelompok lainnya (berkembangnya sikap
eksklusifisme/ primordialisme); dan
e.

Adanya tradisi masa lalu sebagai warisan sejarah tentang konflik antar kelompok atau antar
ethnik.

2.4.Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Sosial


2.4.1. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Pendidikan
Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang
berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini,
diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,
termasuk pendanaan pendidikan.
Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan
prestasi siswa.

2.4.2. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Kemiskinan


Beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam menanggulangi kemiskinan
antara lain:

a.

Menyusun perencanaan pembangunan yang tepat dan integral;

b. Melaksanakan program pembangunan di segala bidang, yang berbasis kerakyatan;


c.

Meningkatkan kualitas layanan pendidikan secara maksimal sesuai dengan amanat UUD
1945;

d. Reformasi birokrasi (transparansi, efisiensi dan akuntabilitas pengelolaan sumber daya


pembangunan);
e.

Menegakkan kepastian hukum dan berkeadilan; dan

f.

Meningkatkan peran serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media massa dalam
proses pembangunan.
(Dwipayana, Ari (Ed). 2003; Tjokrowinoto, W. 2004)

2.4.3. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Penyimpangan Perilaku Remaja dan


Kenakalan Remaja
Diantara langkah strategis untuk meminimalkan terjadinya kenakalan remaja antara lain:
a.

Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama (menunjung tinggi nilai spiritual);

b. Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis (hubungan antara ayah, ibu dan anak
terjalin dengan baik);
c.

Mewujudkan kesamaan nilai, norma yang dipegang antara ayah dan ibu dalam mendidik
anak;

d. Memberikan kasih sayang secara wajar atau proporsional (tidak memanjakan anak);
e.

Memberikan perhatian secara proporsional terhadap beragam kebutuhan anak;

f.

Memberikan pengawasan secara wajar atau proporsional terhadap pergaulan anak di


lingkungan masyarakat atau teman bermainnya; dan

g. Memberikan contoh tauladan yang terbaik pada anak, dan setiap pemberian layanan pada aak
diarahkan pada upaya membentuk karakter atau mentalitas positif.
(Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984; Wilis,S. 1994).

2.4.4. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Lingkungan Hidup


Ada beberapa langkah strategis dalam menangani masalah pencemaran lingkungan hidup,
yaitu:
a.

Menerapkan sistem hukum secara tegas dan berkeadilan terhadap setiap pelaku
penceramaran lingkungan;

b. Melakukan gerakan perlawanan terhadap pencemaran lingkungan hidup pada semua lapiran
masyarakat, misalnya gerakan reboisasi, menjalankan konservasi, dan melakukan daur ulang;
c.

Melakukan kontrol dan pengendalian terhadap pertumbuhan penduduk;

d. Melakukan inovasi teknologi, yaitu teknologi yang ramah lingkungan;


e.

Membudayakan gaya hidup masyarakat yang konsumeris dan mekanis (orientasi kekinian)
berubah pada orientasi hidup pada kelangsungan generasi mendatang (orientasi masa depan);
dan

f.

Mengembangkan pendidikan kelestarian lingkungan di setiap jenjang pendidikan.


(Soetomo, 1996, Usman, S. 1998)

2.4.5. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok)
Strategi penyelesaian konflik, antara lain:

Pertama, melakukan manajemen konflik. Manajemen konflik adalah: tindakan konstruktif


yang direncanakan, diorganisasi, digerakkan dan dievaluasi secara teratur atas semua usaha
demi mengakhiri konflik. Ada delapan konsep dalam melakukan manajemen konflik, yaitu:

a.

Pengakuan diri bahwa dalam setiap masyarakat selalu ada konflik;

b. Analisis situasi yang menyebabkan konflik;


c.

Analisis pola perilaku pihak-pihak yang terlibat konflik;

d. Menentukan pendekatan konflik yang dapat dijadikan model penyelesaian;


e.

Membuka semua jalur-jalur komunikasi, baik langsung atau tidak langsung;

f.

Melakukan negoisasi atau perundingan dengan pihak-pihak yang terlibat konflik;

g. Rumuskan beberapa anjuran, alternatif, konfirmasi relasi sampai tekanan; dan


h. Hiduplah dengan penuh motivasi kerja dengan konflik.
Semua konflik tidak mungkin dihilangkan sama sekali, yang bisa hanya diminimalkan.

Kedua, melakukan analisis konflik, yaitu melakukan penelitian tentang pola budaya antar
etnik atau kelompok yang sedang konflik. Tujuan penelitian ini adalah:

a.

Akan dapat melacak sejarah etnik, karena sejarah budaya etnik sangat menentukan karakter
etnik masing-masing;

b. Menjelaskan faktor penyebab konflik antar etnik;


c.

Melakukan interpretasi terhadap konflik etnik dengan melihat sebab-sebabnya;

d. Mengelaborasi nasionalisme etnik dan peranannya dalam eskalasi konflik sosial; dan
e.

Menggambarkan situasi khusus yang terjadi dalam kondisi kekinian dan meprediksi kondisi
keakanan;

Ketiga, melakukan pendidikan komunikasi lintas budaya. Diantara strategi pendidikan


komunikasi lintas budaya adalah memberlakukan pendidikan multikultural yang terintegrasi
pada setiap mata pelajaran di setiap satuan pendidikan. Inti pendidikan multikultural adalah,
demokratisasi, humanisasi dan pluralis (Sutrisno, L. 2003; Suryadinata, L., dkk. 2003).

2.4.6. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Kriminalitas


Pendekatan atau metode yang dapat ditempuh untuk mencegah terjadinya tindakan
kriminal adalah:
a.

Metode preventif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian informasi (penyuluhan),


pendidikan, pelaksanaan program pembangunan yang benar;

b. Metode represif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian hukuman, penangkapan dan
pemenjaraan sampai pada penembakan. Metode terbaik dalam menangani tindak kriminal
adalah metode preventif (Wilis,S. 1994).

2.4.7. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan
Pelanggaran HAM

Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam proses pembangunan
masyarakat Indonesia, untuk meminimalkan terjadinya aksi protes, demonstrasi, tindak
kriminal, dan pelanggaran HAM, antara lain:
a.

Merumuskan pokok-pokok kebijakan pembangunan masyarakat, antara lain:

1. Membangunan harus memihak rakyat, dinamis-berkelanjutan, menyeluruh, terpadu dan


terkoordinasikan;
2. Pembangunan harus memanfaatkan secara baik sumber daya masyarakat dan meningkatan
partisipasi peran masyarakatnya;
b. Memprioritaskan pembangunan SDM, yaitu membangun ketaatan pada prinsip-prinsip moral
(hukum) dan agama; sikap kesetiakawanan sosial; kreativitas; produktivitas; pengembangan
rasionalitas; dan kemampuan menegakkan kemandirian untuk berkarya;
c.

Program yang disusun di sektor pembangunan masyarakat, betul-betul memperhatikan


kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat, dengan memperhatikan skala prioritas dan
kondisi lingkungan fisik serta sosio-budaya masyarakatnya;

d. Proses pembangunan sosial, ekonomi dan politik masyarakat, harus lebih meningkatkan
kearah otonomi daerah dan otonomi masyarakat yang lebih berkualitas;
e.

Proses pelaksanaan pembangunan masyarakat hendaknya dilakukan secara demokratis,


transparansi dan akuntabel dalam pengelolaan keuangan; dan

f.

Karena basis ekonomi masyarakat Indonesia adalah pertanian, maka program pembangunan
harus berbasis pada pembangunan teknologi pertanian di pedesaan.
(Usman, S., 1998; Dwipayana, Ari (Ed). 2003; Tjokrowinoto, 2004)

BAB III
KESIMPULAN
B. Kesimpulan
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan
kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin
ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu.
Permasalahan sosial yang banyak terjadi di lingkungan sekitar adalah masalah
pengangguran. Pengangguran sekarang terjadi dimana-mana. Hal ini disebabkan banyaknya
para pencari kerja. Tetapi, sedikitnya lapangan kerja yang tersedia. Itu hanya salah satu sebab
terjadinya pengangguran. Contoh sebab lain adalah Sumber Daya Manusia yang kurang
berkualitas. Para generasi muda sekarang lebih suka bemalas-malasan dan bermain dari pada
belajar demi menggapai masa depan. Sehingga di saat mereka dewasa karena tingkat
pendidikan mereka sangat rendah sehingga mereka kesulitan mencari pekerjaan dan akan
menjadi pengangguran Sehingga terjadi kemiskinan dan masalah social lainnya. Kita harus
berusaha mencapai hasil yang terbaik dalam hidup kita sehingga kita akan menjadi manusia
yang berkualitas dan dapat membantu mengurangi masalah sosial yang ada di lingkungan
sekitar kita.
Jadi permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain : kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, tindakan kriminal,
pengangguran, dan lain-lain. Masih banyak faktor yang menyebabkan munculnya masalah
sosial di masyarakat kita. Masalah ini tidak hanya terjadi di Negara kita saja tetapi masalah
ini terjadi sama rata di seluruh pelosok dunia.

C. Saran
1. Kembali Kepada Jalan Allah dengan tuntunan Alquran dan Sunnah.
2. Meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin
baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala
bidang di dunia internasional.
3. Kita semua harus bekerja sama dalam mengatasi masalah sosial yang sudah menjadi sorotan
bagi kita. Dengan bersama, masalah akan lebih cepat selesai. Apalagi dengan disertai prakekpraktek yang nyata, akan semakin banyak orang sadar akan kehidupan sosial ini.
4. Melakukan perubahan dan perbaikan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan yang kondusif,
setelah itu mengajak orang terdekat kita.

DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soetomo, 2008, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya, Yogyakarta :


Pustaka Pelajar.
Sudagung, Hendro Suroyo, Mengurai Pertikaian Etnis: Migrasi Swakarsa Etnis
Madura ke
Kalimantan Barat (Jakarta: ISAI dan Ford Foundation, 2001).
Soedijar, Z.A, 1990, penelitian Profil Anak Jalanan di DKI Jakarta, badan Penelitian dan Pengembangan
Sosial, Departeman Sosial.

Suwarsono dan Alvin Y. So., Perubahan Sosial dan Pembangunan (Jakarta:


LP3ES, 1994).

Anda mungkin juga menyukai