disusun oleh :
Nama :
No.Induk
proggram
DARSONO
011
Paket C
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini dengan tepat waktu untuk menyelesaikannya yaitu makalah Sosiologi
yang berjudul Masalah-masalah Sosial yang Terjadi pada Anak Remaja
Makalah ini berisikan informasi tentang Pengertian Masalah Sosial atau yang
lebih khususnya membahas anak-anak atau remaja yang moralnya menjadi rendah,
faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta identifikasi dan contohnya.
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang Masalah-masalah Sosial yang Terjadi pada Anak Remaja.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
1.4.Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
2.1.Definisi Masalah Sosial
Definisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli
2.2.Macam-macam Masalah Sosial Bidang Pembangunan Di
Indonesia
Masalah Pendidikan
Masalah Kemiskinan
Penyimpangan Perilaku Remaja dan Masalah Kenakalan
Remaja
Masalah Lingkungan Hidup
Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)
Masalah Kriminalitas
Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran
HAM
2.3.Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Sosial
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Pendidikan
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kemiskinan
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Penyimpangan
Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Lingkungan Hidup
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Konflik SARA
(Suku, Agama, Ras dan Antarkelompok)
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Kriminalitas
Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Aksi Protes,
Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM
2.4.Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Sosial
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahPendidikan
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahKemiskinan
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahPenyimpangan
Perilaku Remaja dan Kenakalan Remaja
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahLingkungan Hidup
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahKonflik SARA (Suku,
Agama, Ras dan Antarkelompok)
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahKriminalitas
Langkah Strategis Menanggulangi MasalahAksi Protes,
Pergolakan Daerah, dan Pelanggaran HAM
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
...............................
i
ii
1
3
3
3
4
4
4
4
............................... 6
............................... 6
............................... 7
............................... 7
............................... 9
............................... 9
............................... 10
............................... 10
............................... 11
............................... 11
............................... 12
............................... 13
............................... 13
............................... 14
............................... 14
............................... 15
............................... 16
............................... 16
............................... 16
............................... 17
............................... 17
............................... 18
............................... 19
............................... 19
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
............................... 21
............................... 21
............................... 21
............................... 23
Person blame approach merupakan suatu pendekatan untuk memahami masalah sosial
pada level individu. Diagnosis masalah menempatkan individu sebagai unit analisanya.
Sumber masalah sosial dilihat dari faktor-faktor yang melekat pada individu yang
menyandang masalah. Melalui diagnosis tersebut lantas bisa ditemukan faktor penyebabnya
yang mungkin berasal dari kondisi fisik, psikis maupun proses sosialisasinya. Sedang
pendekatan kedua system blame approach merupakan unit analisis untuk memahami sumber
masalah pada level sistem. Pendekatan ini mempunyai asumsi bahwa sistem dan struktur
sosial lebih dominan dalam kehidupan bermasyarakat. Individu sebagai warga masyarakat
tunduk dan dikontrol oleh sistem. Selaras dengan itu, masalah sosial terjadi oleh karena
sistem yang berlaku didalamnya kurang mampu dalam mengantisipasi perubahan-perubahan
yang terjadi, termasuk penyesuaian antar komponen dan unsur dalam sistem itu sendiri. Dari
kedua pendekatan tersebut dapat diketahui, bahwa sumber masalah dapat ditelusuri dari
kesalahan" individu dan "kesalahan" sistem.
Mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut akan sangat berguna dalam rangka
melacak akar masalah untuk kemudian dicarikan pemecahannya. Untuk mendiagnosis
masalah pengangguran misalnya, secara lebih komprehensif tidak cukup dilihat dari faktor
yang melekat pada diri penganggur saja seperti kurang inovatif atau malas mencari peluang,
akan tetapi juga perlu dilihat sumbernya masalahnya dari level sistem baik sistem pendidikan,
sistem produksi dan sistem perokonomian atau bahkan sistem sosial politik pada tingkat yang
lebih luas. Masyarakat Dan Negara Parillo menyatakan, kenyataan paling mendasar dalam
kehidupan sosial adalah bahwa masyarakat terbentuk dalam suatu bangunan struktur. Melalui
bangunan struktural tertentu maka dimungkinkan beberapa individu mempunyai kekuasaan,
kesempatan dan peluang yang lebih baik dari individu yang lain (hlm. 191).
Dari hal tersebut dapat dimengerti apabila kalangan tertentu dapat memperoleh
manfaat yang lebih besar dari kondisi sosial yang ada sekaligus memungkinkan terpenuhinya
segala bentuk kebutuhan, sementara dipihak lain masih banyak yang kekurangan.Masalah
sosial sebagai kondisi yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial pada
gilirannya selalu mendorong adanya tindakan untuk melakukan perubahan dan perbaikan.
Dalam konteks tersebut, upaya pemecahan sosial dapat dibedakan antara upaya pemecahan
berbasis negara dan berbasis masyarakat. Negara merupakan pihak yang sepatutnya responsif
terhadap keberadaan masalah sosial. Perwujudan kesejahteraan setiap warganya merupakan
tanggung jawab sekaligus peran vital bagi keberlangsungan negara.
Upaya pemecahan sosial sebagai muara penanganan sosial juga dapat berupa suatu
tindakan bersama oleh masyarakat untuk mewujudkan suatu perubahan yang sesuai yang
diharapkan. Dalam teorinya Kotler mengatakan, bahwa manusia dapat memperbaiki kondisi
kehidupan sosialnya dengan jalan mengorganisir tindakan kolektif. Tindakan kolektif dapat
dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih sejahtera.
Kebermaknaan suatu studi termasuk studi masalah sosial disamping ditentukan oleh wawasan
teoritik dalam menjelaskan gejala dan alur penalaran dari berbagai proposisi yang dihasilkan,
juga sangat ditentukan oleh bagaimana studi itu dapat memberikan manfaat bagi kehidupan.
Setidaknya seperti itulah muatan optimisme yang di kehendaki penulis makalah ini.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa definisi masalah sosial ?
2. Apa macam-macam masalah sosial ?
3. Faktor apa yang mempengaruhi masalah sosial ?
1.3.Tujuan
1. Mengetahui definisi masalah sosial.
2. Mengetahui macam-macam masalah sosial.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah social.
1.4.Manfaat
1. Dapat mengetahui definisi masalah sosial.
2. Dapat mengetahui macam-macam masalah sosial.
3. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi masalah social.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Definisi Masalah Sosial
2.1.1. Definisi Masalah Sosial Menurut Para Ahli
Perspektif Sosiologi
Masalah Sosial adalah situasi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai perlu diatasi
(dipemecahankan). Pandangan pekerja sosial adalah terganggunya fungsi sosial, sehingga
mempengaruhi kemampuan memenuhi kebutuhan, dan peranan-peranannya di masyarakat.
Kondisi yang dipandang orang atau masyarakat sebagai situasi yang tidak diharapkan.
Zastrow, 2000
Masalah sosial adalah suatu kondisi sosial yang mempengaruhi sejumlah besar orang
yang memerlukan perbaikan segera dengan sekumpulan tindakan-tindakan.
1. Sesuatu yang dilakukan seseorang itu telah melanggar atau tidak sesuai dengan nilai-norma
yang dijunjung tinggi oleh kelompok;
2. Sesuatu yang dilakukan individu atau kelompok itu telah menyebabkan terjadinya
disintegrasi kehidupan dalam kelompok; dan
3. Sesuatu yang dilakukan inidividu atau kelompok itu telah memunculkan kegelisahan,
ketidakbahagiaan individu lain dalam kelompok.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan unsur-unsur masalah sosial yaitu:
Adanya sekelompok orang yang mengevaluasi situasi atau kondisi sosial tersebut;
Adanya evaluasi terhadap situasi atau kondisi sosial tersebut sebagai tidak mengenakkan;
Adanya alasan-alasan mengapa situasi atau kondisi tersebut sebagai tidak mengenakkan.
subjektif. Konsep kemiskinan sbjektif ini dirumuskan berdasarkan perasaan individu atau
kelompok miskin. Kita menilai individu atau kelompok tertentu miskin, tetapi kelompok
yang kita nilai menganggap bahwa dirinya bukan miskin, atau sebaliknya. Konsep
kemiskinan ketiga inilah yang lebih tepat apabila memahami konsep kemiskinan dan
bagaimana langkah strategis dalam menangani kemiskinan (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto,
W. 2004).
Alkoholisme;
f.
Kenakalan remaja pada umumnya diawali dari munculnya gejala-gejala, antara lain:
a.
Sikap takut yang berlebihan terhadap sesuatu yang dianggap merugikan dirinya; dan
f.
Ketidakmampuan untuk berperan dalam kelompok atau sikap manja yang berlebihan
(Sudarsono, 1995).
Bentuk penyimpangan perilaku remaja dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
a.
b. Kegagalan dalam menangani persoalan lingkungan akan membawa dampak negatif disemu
sektor kehidupan, baik dalam level lokal, nasional dan bahkan dunia, misalnya: terjadinya
bencana banjir, pemanasan global; tanah longsor dan sebagainya.
Proses pembangunan dan industrialisasi di negara-negara maju dan berkembang ternyata
membawa dampak munculnya masalah pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah,
pencemaran udara, pencemaran laut atau air. Meningkatnya pencemaran lingkungan tersebut
secara langsung atau tidak langsung mendorong munculnya beragam problem kehidupan di
berbagai aspek, misalnya:
a.
d. Terjadinya
pencemaran
udara,
karena
polusi
industri,
dan
sebagainya.
b. Ada tujuan yang menjadi sasaran konflik, dan tujuan tersebut sebagai sumber konflik; dan
c.
Ada perbedaan pikiran, perasaan dan tindakan untuk meraih tujuan yang saling memaksakan
atau menghancurkan.
Bersifat alamiah;
b. Anggota suku, agama, ras, antar kelompok yang terlibat konflik cenderung lebih terdorong
untuk melakukan konflik berikutnya untuk kepentingan kelompoknya;
c.
d. Sering diiringi dengan kekerasan yang berlangsung dalam ruang dan waktu tertentu;
e.
Mereka yang terlibat konflik merasa belum puas karena kebutuhan mereka belum terpenuhi;
dan
f.
Konflik melibatkan dua kelompok kepentingan yang saling memperebutkan kebutuhan hidup
(Suryadinata, L., dkk. 2003; ; Liliweri, A.. 2005).
dari sosialisasi sub budaya menyimpang. Tindakan kriminal sering dikategorikan sebagai
tindak pidana atau tindakan yang melanggar hukum pidana. Diantara contoh tindakan
kriminal adalah: korupsi, pencurian, pembunuhan, perampokan, penipuan atau pemalsuan,
penculikan, perkosaan, sindikat narkotik atau penyalahgunaan obat terlarang.
Masalah sosial atau masalah sosial timbul akibat adanya gejala-gejala abnormal
yang timbul di masyarakat. Hal tersebut terjadi karena unsur-unsur masyarakat
tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaankekecewaan dan penderitaan, yang selanjutnya disebut masalah sosial.
Masalah sosial ini berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembagalembaga kemasyarakatan. Untuk itu terjadi sedikit saja pergeseran diantara nilainilai sosial dengan lembaga-lembaga kemasyarakatan, maka hubungan
antarmanusia yang terdapat di dalam kerangka bagian kebudayaan yang normatif
akan ikut terganggu.
Namun setiap masyarakat tentunya mempunyai ukuran yang berbeda mengenai
hal ini, misalnya soal gelandangan merupakan masalah social yang nyata yang
dihadapi kota-kota besar di Indonesia. Akan tetapi belum tentu masalah tadi
dianggap sebagai masalah sosial di tempat lain. Faktor waktu juga mempengaruhi
masalah sosial ini. Selain itu, ada juga masalah-masalah yang tidak bersumber
pada penyimpangan norma masyarakat, seperti masalah pengangguran, penduduk,
kemiskinan.
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara lain :
1. Faktor Ekonomi
2. Faktor Budaya
3. Faktor Biologis
: penyakit menular.
4. Faktor Psikologis
f.
perspektif
kultural.
Konsep
kemiskinan
dalam
perspektif
kultural
dikelompokkan menjadi tiga tingkatan analisis, yaitu yang pertama tingkatan individu, hal ini
berarti kemiskinan karena mentalitas individu yang malas, apatis, fatalistik, pasrah, boros,
dan tergantung (mentalitas negatif). Kedua adalah tingkatan keluarga, hal ini berarti
kemiskinan karena jumlah anak dalam keluarga sangat besar, dengan pola budaya keluarga
yang tidak produktif. Dan yang ketiga adalah tingkatan masyarakat, hal ini berarti kemiskinan
kerena tidak terintegrasinya kaum miskin dengan institusi-institusi masyarakat secara efektif.
Kedua, perspektif struktural. Konsep kemiskinan dalam perspektif struktural adalah
kemiskinan yang terjadi karena dampak dari faktor-faktor struktur masyarakat (faktor
eksternal), yaitu terjadinya kemiskinan karena:
a.
f.
g. Globalisasi ekonomi dan pasar bebas. Jadi, menurut perspektif struktural kemiskinan itu
terjadi karena faktor ekternal, sedangkan menurut perspektif kultural kemiskinan itu terjadi
karena mentalitas individu atau kelompok (Usman, S. 1998; Tjokrowinoto, W. 2004).
f.
i.
j.
d. Aktivitas dan mekanisme pasar, bekerja tanpa pertimbangan keselamatan atau kelestarian
lingkungan hidup.
2.3.5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok)
Sumber-sumber konflik SARA, yaitu:
a.
b. Tertutupnya pintu komunikasi antar masing-masing pihak sehingga tidak bisa saling
memahami pola budaya;
c.
f.
Terjadinya perubahan sosial budaya yang bersifat revolusioner, sehingga terjadi disintegrasi
sosial-budaya;
Terjadinya perubahan sosial, politik, ekonomi yang bersifat revolusi, misalnya terjadi
peperangan;
b. Terjadinya kesenjangan sosial ekonomi di masyarakat yang begitu besar, sebagai akibat
kesalahan strategi atau perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan;
c.
Adanya peluang atau kesempatan untuk terjadinya tindakan kriminal, karena alat-alat
penegak hukum tidak tegas atau tidak ada kepastian hukum di masyarakat;
d. Pemerintah yang lemah (tidak bersih) dan aparat pemerintah yang korup, atau banyak
muncul penjahat kerah putih (white collar crime) di setiap departemen pemerintah atau
lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga ekonomi;
e.
Meningkatnya jumlah penduduk yang tidak terkendali, sehingga jumlah pengangguran dan
urbanisasi meningkat;
f.
2.3.7. Faktor-faktor yang Menyebabkan Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan
Pelanggaran HAM
Diantara sebab terjadinya aksi protes, pergolakan daerah dan pelanggaran HAM, antara
lain:
a.
d. Adanya pemaksaan ideologi kelompok satu kepada kelompok lainnya (berkembangnya sikap
eksklusifisme/ primordialisme); dan
e.
Adanya tradisi masa lalu sebagai warisan sejarah tentang konflik antar kelompok atau antar
ethnik.
a.
Meningkatkan kualitas layanan pendidikan secara maksimal sesuai dengan amanat UUD
1945;
f.
Meningkatkan peran serta lembaga-lembaga swadaya masyarakat dan media massa dalam
proses pembangunan.
(Dwipayana, Ari (Ed). 2003; Tjokrowinoto, W. 2004)
Menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama (menunjung tinggi nilai spiritual);
b. Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis (hubungan antara ayah, ibu dan anak
terjalin dengan baik);
c.
Mewujudkan kesamaan nilai, norma yang dipegang antara ayah dan ibu dalam mendidik
anak;
d. Memberikan kasih sayang secara wajar atau proporsional (tidak memanjakan anak);
e.
f.
g. Memberikan contoh tauladan yang terbaik pada anak, dan setiap pemberian layanan pada aak
diarahkan pada upaya membentuk karakter atau mentalitas positif.
(Coleman, J.W and Cressey, D.R. 1984; Wilis,S. 1994).
Menerapkan sistem hukum secara tegas dan berkeadilan terhadap setiap pelaku
penceramaran lingkungan;
b. Melakukan gerakan perlawanan terhadap pencemaran lingkungan hidup pada semua lapiran
masyarakat, misalnya gerakan reboisasi, menjalankan konservasi, dan melakukan daur ulang;
c.
Membudayakan gaya hidup masyarakat yang konsumeris dan mekanis (orientasi kekinian)
berubah pada orientasi hidup pada kelangsungan generasi mendatang (orientasi masa depan);
dan
f.
2.4.5. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Konflik SARA (Suku, Agama, Ras dan
Antarkelompok)
Strategi penyelesaian konflik, antara lain:
a.
f.
Kedua, melakukan analisis konflik, yaitu melakukan penelitian tentang pola budaya antar
etnik atau kelompok yang sedang konflik. Tujuan penelitian ini adalah:
a.
Akan dapat melacak sejarah etnik, karena sejarah budaya etnik sangat menentukan karakter
etnik masing-masing;
d. Mengelaborasi nasionalisme etnik dan peranannya dalam eskalasi konflik sosial; dan
e.
Menggambarkan situasi khusus yang terjadi dalam kondisi kekinian dan meprediksi kondisi
keakanan;
b. Metode represif, yaitu cara pencegahan melalui pemberian hukuman, penangkapan dan
pemenjaraan sampai pada penembakan. Metode terbaik dalam menangani tindak kriminal
adalah metode preventif (Wilis,S. 1994).
2.4.7. Langkah Strategis Menanggulangi Masalah Aksi Protes, Pergolakan Daerah, dan
Pelanggaran HAM
Ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan dalam proses pembangunan
masyarakat Indonesia, untuk meminimalkan terjadinya aksi protes, demonstrasi, tindak
kriminal, dan pelanggaran HAM, antara lain:
a.
d. Proses pembangunan sosial, ekonomi dan politik masyarakat, harus lebih meningkatkan
kearah otonomi daerah dan otonomi masyarakat yang lebih berkualitas;
e.
f.
Karena basis ekonomi masyarakat Indonesia adalah pertanian, maka program pembangunan
harus berbasis pada pembangunan teknologi pertanian di pedesaan.
(Usman, S., 1998; Dwipayana, Ari (Ed). 2003; Tjokrowinoto, 2004)
BAB III
KESIMPULAN
B. Kesimpulan
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan
kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin
ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu.
Permasalahan sosial yang banyak terjadi di lingkungan sekitar adalah masalah
pengangguran. Pengangguran sekarang terjadi dimana-mana. Hal ini disebabkan banyaknya
para pencari kerja. Tetapi, sedikitnya lapangan kerja yang tersedia. Itu hanya salah satu sebab
terjadinya pengangguran. Contoh sebab lain adalah Sumber Daya Manusia yang kurang
berkualitas. Para generasi muda sekarang lebih suka bemalas-malasan dan bermain dari pada
belajar demi menggapai masa depan. Sehingga di saat mereka dewasa karena tingkat
pendidikan mereka sangat rendah sehingga mereka kesulitan mencari pekerjaan dan akan
menjadi pengangguran Sehingga terjadi kemiskinan dan masalah social lainnya. Kita harus
berusaha mencapai hasil yang terbaik dalam hidup kita sehingga kita akan menjadi manusia
yang berkualitas dan dapat membantu mengurangi masalah sosial yang ada di lingkungan
sekitar kita.
Jadi permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain : kemiskinan, tingkat pendidikan rendah, tindakan kriminal,
pengangguran, dan lain-lain. Masih banyak faktor yang menyebabkan munculnya masalah
sosial di masyarakat kita. Masalah ini tidak hanya terjadi di Negara kita saja tetapi masalah
ini terjadi sama rata di seluruh pelosok dunia.
C. Saran
1. Kembali Kepada Jalan Allah dengan tuntunan Alquran dan Sunnah.
2. Meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin
baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala
bidang di dunia internasional.
3. Kita semua harus bekerja sama dalam mengatasi masalah sosial yang sudah menjadi sorotan
bagi kita. Dengan bersama, masalah akan lebih cepat selesai. Apalagi dengan disertai prakekpraktek yang nyata, akan semakin banyak orang sadar akan kehidupan sosial ini.
4. Melakukan perubahan dan perbaikan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan yang kondusif,
setelah itu mengajak orang terdekat kita.
DAFTAR PUSTAKA
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.