Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PSIKOLOGI PSI PERKEMBANGAN II

Dosen Pengampu :
Erry Indriani.,S.Psi.,M.Psi

Disusun oleh : Kelompok 5


Kintan Karunia 2021380150016
Puan Kirana Mayaratri 2021380150007
Joevhan Salomo 2021380150015
Andhika Giswa 2021380150019

Universitas Jayabaya,
Fakultas Psikologi.
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa
menyelesaikan makalah Psikologi Perkembangan tentang “Masalah-masalah
remaja”.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terimakasih kepada tim yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Psikologi Perkembangan tentang


masalah-masalah remaja ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Jakarta, 12 April 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................................................1
Daftar isi................................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan..............................................................................................3
1.1. Latar belakang..................................................................................................3
1.2. Rumusan masalah.............................................................................................3
1.3. Tujuan penulisan..............................................................................................3
BAB II Pembahasan..............................................................................................4
2.1. Kenakalan remaja dan penyebabnya.................................................................4
2.2. Depresi (faktor remaja yang depresi)................................................................5
2.3. Bunuh diri (faktor yang mempengaruhi remaja bunuh diri).............................6
2.4. Keterkaitan antarmasalah serta program prevensi/intervensi yg berhasil.........7
BAB III Penutup...................................................................................................8
3.1. Kesimpulan......................................................................................................8
3.2. Saran................................................................................................................. 8
Daftar Pustaka.......................................................................................................9

2
BAB I PENDAHALUAN
1.1 Latar Belakang
alah satu materi psikologi yang akrab sekali dengan kehidupan sehari-hari
kita adalah
munculnya emosi, banyak orang yang beranggapan bahwasanya emosi itu adalah
sesuatu hal
yang buruk, sesuatu yang diidentikan dengan amarah.Namun pada
kenyataannya emosi itu
tidaklah hanya berupa amarah, emosi juga bisa dalam hal kebaikan.Lalu dari mana
emosi itu
muncul, apakah timbul dari pikiran atau dari tubuh, agaknya tak seorangpun dapat
menjawabnya
dengan pasti. Ada yang mengatakan itu merupakan tindakan dahulu (tubuh), baru
muncul emosi,
ada yang mengemukakan emosi dulu(pikiran), baru timbul tindakan.
Emosi tidak hanya berupa amarah, ada beberapa macam emosi dasar yang sudah
dimiliki
oleh manusia sejak lahir. Oleh karena itu kita perlu mempelajari materi
psikologi tentang
psikologi agar kita dapat mengenali emosi pada diri kita sendiri sehingga
kita dapat
mengendalikan dan mengembangkan emosi kita dengan baik.
Pandangan umum tentang emosi adalah ketika seseorang mengalami suatu
kejadian di
lingkungannya dan kejadian tersebutlah yang membentuk emosi dalam diri kita.
Awalnya dari
lingkungan lalu tubuh bereaksi sebagai respon, berikutnya perubahan fisiologis ini
memunculkan
emosi. Bukan sebaliknya, emosi memunculkan reaksi, emosi yang berbeda
diasosiasikan dengan
keadaan identik psikofisiologis yang terjadi dalam tubuh, organ dalam tubuh tidaklah
sangat
sensitif. Karena tidak selalu bisa memilah informasi yang berbeda ketika
seseorang butuh
pengalaman untuk mendapatkan suatu emosi, contohnya rasa takut dan tegang.
Perkembangan
perubahan dalam tubuh diasosiasikan dengan pembentukan emosi, jika tidak terjadi
stimulus
normal yang terbangkitkan, individu takkan mengalami suatu emosi yang
mekorespondasi reaksi
fisik. Terkait dengan uraian tersebut dalam kalah ini akan dibahas mengenai emosi
khususnya
tentang bentuk reaksi emosi dan perkembangan emosi
Remaja adalah periode peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa.
Selama masa remaja, individu menghadapi masalah dalam kehidupan mereka yang
dapat mempengaruhi kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial mereka. Beberapa
masalah yang dihadapi oleh remaja saat ini dapat memiliki dampak signifikan pada
perkembangan mereka, baik secara positif maupun negatif.
Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh remaja adalah kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, menjadi semakin umum di
kalangan remaja. Masalah perilaku juga sering dihadapi oleh remaja, seperti perilaku
merokok, kenakalan remaja. Oleh karena itu, penting untuk memahami masalah-
masalah yang dihadapi oleh remaja dalam konteks yang holistik dan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi mereka.

1.2 Rumusan masalah


 Apa saja masalah-masalah yang dihadapi pada masa remaja?
 Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi remaja yang mengalami depresi?
 Apa yang menyebabkan remaja berusaha untuk bunuh diri?
 Program apa saja yang berhasil untuk mengatasi masalah remaja?

1.3 Tujuan penulisan


 Mahasiswa mengetahui masalah-masalah remaja.
 Mahasiswa memahami faktor yang menyebabkan masalah remaja.
 Mahasiswa memahami program prevensi/intervensi yg berhasil mengatasi
masalah remaja.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kenakalan remaja dan penyebabnya
Kenakalan remaja ( juvenile delinqeunt ), remaja yang melakukan pelanggaran hukum atau
melakukan tindakan yang dianggap tidak legal. Seperti kategori gangguan lainnya, kenakalan
remaja merupakan sebuah konsep yang luas, pelanggaran dapat berupa buang sampah
sembarangan hingga pembunuhan.

Jumlah persidangan untuk kasus kenakalan remaja di AS meningkat dramatis dari tahun 1960
hingga 1996, tetapi agak menurun sejak tahun 1996. Remaja laki-laki lebih banyak terlibat
dalam kenakalan remaja dibanding perempuan. Meskipun demikian, statistik dari pemerintah
AS mengungkapkan bahwa persentase kasus kenakalan remaja yang melibatkan remaja
perempuan meningkat dari 19% pada tahun 1985 ke-27% pada tahun 2005.

Tingkat kenakalan remaja pada kelompok minoritas dan status sosial-ekonomi (SES) rendah
lebih tinggi proporsinya terhadap seluruh populasi kelompok ini. Meskipun demikian,
kelompok tersebut kurang berpengaruh terhadap proses peradilan AS, dan karenanya,
kelompok mereka mungkin telah mendapat pandangan kelompok nakal dibandingkan remaja
kulit putih dengan kasus sosial-ekonomi menengah.

Terdapat perbedaan antara perilaku anti sosial awal, yaitu sebelum usia 11 tahun, dan
perilaku anti sosial akhir, yaitu setelah usia 11 tahun. Perilaku anti sosial awal terkait dengan
hasil perkembangan negatif dari pada perilaku anti sosial akhir. Bukan hanya hal tersebut
yang bertahan hingga menuju dewasa tapi juga terkait dengan kesehatan mental serta masalah
relasi.

Penyebab Kenakalan Remaja


 Hereditas
Norma – norma yang dianut kelompok dan geng yang berasal dari SES rendah
dianggap antisosial dan kotraproduktif terhadap tujuan dan norma masyarakat pada
umumnya. Terjerumus dalam masalah adalah ciri-ciri utama dari kehidupan sejumlah
remaja yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah.
 Masalah Identitas
Remaja yang sedang mencari jati diri mereka mungkin menghadapi tantangan dalam
memahami siapa mereka sebenarnya, termasuk dalam konteks hubungan sosial. Bagi
remaja laki-laki dari SES rendah, menjadi “kuat” dan “ maskulin” adalah sifat yang
dikaitkan dengan status tinggi. Sifat seperti itu sering kali diukur pada keberhasilan
mereka untuk melakukan kenakalan dan lolos dari hukumannya.
 Pengaruh komunitas
Remaja yang tinggal di dalam komunitas yang tinggi tingkat kriminalitasnya, akan
mengamati banyak orang yang melakukan aktivitas kriminal. Komunitas ini biasanya
miskin, banyak pengangguran, dan merasa teralienasi dari kelas menengah.
 Pengalaman dalam Keluarga
Orang tua dari remaja-remaja yang terlibat kenakalan ini kurang mampu mengurangi
perilaku anti sosial dan mengembangkan sejumlah keterampilan dibandingkan dengan
orang tua lainnya. Perselisihan dalam keluarga serta penerapan disiplin yang tidak
konsisten dan tidak tepat juga berkaitan dengan kenakalan. Disiplin yang keras
menjadi salah satu faktor yang dapat memprediksi bahwa individu usia 8-10 tahun
yang terlibat dalam kenakalan remaja , akan melakukan tindakan kriminal setelah
berusia 21 tahun ( Farrington, Ttofi, Coid, 2009 ).

2.2. Depresi (Karakteristik remaja yang depresi)


Pada sekitar usia 15 tahun, tingkat depresi remaja perempuan dua kali lebih besar dari remaja
laki-laki. Beberapa alasan adanya perbedaan gender ini adalah perempuan cenderung untuk
memikirkan suasana hati depresi yang dialami dan membesar-besarkannya. Citra diri remaja
perempuan, khususnya menyangkut citra tubuh, lebih buruk dibandingkan remaja laki-laki.
Remaja perempuan lebih sering menghadapi diskriminasi daripada laki-laki. Pubertas pun
muncul lebih awal pada perempuan, akibatnya remaja perempuan mengalami perubahan dan
pengalaman yang semakin meningkat di sekolah menengah, yang dapat meningkatkan
depresi.
Ada beberapa factor tertentu di dalam keluarga yang dapat membuat remaja beresiko
mengalami depresi. Faktor faktor ini meliputi :
1. orang tua yang menderita depresi
2. orang tua yang tidak terikat secara emosi
3. orang tua yang memiliki konflik perkawinan
4. orang tua yang mengalami masalah finansial
Relasi dengan kawan sebaya yang buruk juga berkaitan dengan depresi remaja. Beberapa hal
lain yang dapat meningkatkan tendensi depresi pada remaja adalah tidak memiliki sahabat
dekat, kurang kontak dengan kawan kawan, mengalami penolakan dari kawan sebaya.
Masalah dalam relasi romantik juga dapat memicu gejala depresi pada remaja, khususnya
remaja perempuan.
Persahabatan seringkali memberikan dukungan sosial. Meskipun demikian, apakah
persahabatan terkait dengan tingkat depresi yang rendah pada remaja bergantung pada jenis
persahabatan. Sebagai contoh, remaja muda dengan sahabat yang tidak depresi cenderung
tidak mengalami depresi dibandingkan remaja muda dengan sahabat yang depresi cenderung
mengalami depresi.
Keberadaan pemikiran yang berlarut larut dalam depresin remaja perempuan juga tercermin
dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian terhadap rasa takut, kecemasan dan sensitivitas
berlebihan sangat terkait dengan gejala depresi remaja perempuan daripada laki-laki.
Jenis pengobatan apa yang dapat mengurangi depresi pada remaja? Sebuah penelitian terbaru
mengungkapkan bahwa remaja yang depresi lebih cepat pulih jika mereka meminum obat
antidepresi dan mendapat terapi perilaku kognitif, yang meliputi peningkatan keterampilan
coping mereka, dibandingkan jika mereka hanya meminum obat atau hanya melakukan
terapi.
5
2.3. Bunuh diri (Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja bunuh diri)
Pengalaman di awal maupun di kemudian hari, dapat memengaruhi usaha bunut diri.
Remaja it mungkin memiliki sejarah pengalaman yang panjang tinggal di dalam
keluarga yang tidak stabil dan tidak bahagia (Wan & Leung, 2010). Sebagaimana
halnya dengan kurangnya afeksi dan dukungan emosional, kontrol yang tinggi dan
tekanan untuk berprestasi yang diterapkan orang tua di masa kanak-kanak juga dapar
menjadi faktor yang menyebabkan usaha bunuh diri. Kombinasi dari pengalaman
keluarga seperti it cenderung timbul sebagai faktor-faktor masa lalu dalam percobaan
bunuh diri remaja.
Relasi dengan kawan sebaya juga terkait dengan percobaan bunuh diri. Ulasan
penelitian terbaru mengungkapkan bahwa percobaan bunuh diri sebelumnya oleh
anggota kelompok sosial remaja terkait dengan kemungkinan remaja juga akan
melakukannya (de Leo & Heller, 2008). Remaja tersebut mungkin tidak memilik
sahabat yang mendukung. Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa korban
kawan sebaya terkait dengan pikiran dan percobaan bunuh diri (Klomek dkk, 2008).
Konteks budaya pun terkait dengan percobaan bunuh diri, yang terlihat dari
perbedaan di berbagai kelompok etik di AS (Cho & Haslam, 2010). Seperti terlihat
pada Gambar 12.9, lebih dari 20 persen remaja perempuan Indian-Amerika/Asl
Alaska (IA/AA) melaporkan bahwa mereka berusaha bunuh diri pada tahun
sebelumnya, dan bunuh diri menjadi penyebab 20 persen kematian remaja usia 15
hingga 19 tahun di etnik tersebut (Goldston dkk, 2008). Sebagaimana ditunjukkan
Gambar 12.9, remaja laki-laki Afrika-Amerika dan kulit putih nonlatin melaporkan
angka terendah untuk percobaan bunuh diri. Faktor risiko utama dari tingginya usaha
bunuh diri oleh remaja etnik IA/AA adalah meningkatya konsumsi alkohol mereka.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa stres yang berlangsung terus-menerus dan
meningkat, terutama di rumah, terkait dengan percobaan bunuh diri pada remaja
perempuan Latin (Zayas dkk, 2010). Hasil dari penelitian ini mencerminkan
diskontinuitas budaya yang dialami oleh remaja perempuan Latin, yang berusaha
untuk memadukan sosialisasi gender tradisional remaja Latin dengan lingkungan
Barat modern.
Seperti halnya faktor genetik berkaitan dengan depresi, faktor genetik juga
memiliki kaitan dengan bunuh diri (Kapornai & Vetro, 2008). Semakin dekat relasi
genetik seseorang dengan orang yang melakukan bunuh diri, maka kecenderungan
orang it untuk melakukan bunuh diri juga semakin besar.

6
2.4. Keterkaitan antarmasalah serta program prevensi/intervensi yg berhasil
Masalah perilaku pada remaja itu saling terkait. Sebagai contoh, penyalahgunaan obat
terlarang terkait dengan aktivitas seksual dini, nilai yang rendah, putus sekolah, dan
kenakalan remaja. Aktivitas seksual yang terlalu dini juga terkait dengan konsumsi alkohol
dan merokok, ganja, dan obat terlarang lain, nilai yang rendah, putus sekolah, dan kenakalan
remaja. Kenakalan remaja terkait dengan aktivitas seksual dini, kehamilan remaja,
penyalahgunaan obat, dan putus sekolah
Ulasan dari program yang telah berhasil mencegah atau mengurangi masalah remaja
memiliki empat komponen :
1. Memberikan atensi yang intensif secara individual.
Dalam program itu, anak-anak dengan risiko-tinggi didampingi oleh orang dewasa, yang
memberi perhatian dan menangani kebutuhan tertentu anak tersebut. Cara ini berlangsung
terus di sejumlah program. Dalam sebuah program penanganan penyalahgunaan obat,
seorang konselor siswa selalu tersedia sepanjang hari untuk konseling dan memberikan
rujukan penanganan.
2. Pendekatan kolaborasi multiagen dari kemunitas-luas.
Filosofi dasar dari program- program komunitas-luas adalah sejumlah program dan layanan
harus tersedia. Dalam sebuah program penanganan penyalahgunaan obat, kampanye promosi
kesehatan dari komunitas luas telah diimplementasikan dengan menggunakan media lokal
dan pendidikan komunitas, sejalan dengan kurikulum penanganan penyalahgunaan obat di
sekolah.
3. Identifikasi awal dan intervensi.
Menjangkau anak-anak dan keluarganya sebelum anak-anak mengembangkan berbagai
masalah, atau masih berada di tahap awal dari masalahnya, adalah strategi yang berhasil.
Sebuah program prasekolah menjadi model yang baik untuk mencegah kenakalan remaja,
kehamilan, penyalahgunaan obat, dan putus sekolah. Prasekolah yang dioperasikan oleh
High/Scope Foundation di Ypsilanti, Michigan, Perry Preschool memiliki dampak positif
jangka panjang terhadap para siswanya.
Program pengayaan ini, yang dipimpin oleh David Weikart, melayani anak-anak Afrika-
Amerika yang tidak beruntung. Mereka mendatangi program prasekolah berkualitas tinggi
selama dua tahun dan dilanjutkan dengan kunjungan rumah mingguan dari staf program.
Berdasarkan catatan resmi dari pihak kepolisian, di usia 19 tahun. individu-individu yang
mendatangi Perry Preschool program lebih sedikit yang ditahan dan lebih sedikit pelanggaran
oleh orang dewasa, dibandingkan kelompok kendali. Para siswa Perry Preschool juga lebih
sedikit yang putus sekolah. Para guru menyatakan bahwa tingkahl aku sosial mereka lebih
kompeten dibandingkan kelompok kendali.

7
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Masalah-masalah remaja adalah isu yang kompleks dan beragam, yang
mempengaruhi kesejahteraan fisik, emosional, dan sosial remaja. Dalam konteks
dunia yang terus berubah dan kompleks, remaja menghadapi tekanan dan tantangan
yang dapat berdampak signifikan pada perkembangan mereka. Kesehatan mental,
perilaku berisiko, hubungan sosial yang kompleks, dan isu-isu sosial menjadi
beberapa masalah utama yang dihadapi oleh remaja saat ini.
Penting bagi para pengambil kebijakan, pendidik, orang tua, dan pihak
berkepentingan lainnya untuk memahami dan menghadapi masalah-masalah ini
dengan program prevensi/intervensi dengan memberikan atensi yang intensif secara
individual, pendekatan kolaborasi multiagen dari kemunitas-luas, identifikasi awal dan
intervensi yang dapat membantu mengurangi dampak negatif masalah-masalah remaja
dan memfasilitasi perkembangan yang sehat bagi remaja.

3.2. Saran
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas penyusun.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penyusun berharap bagi yang
membaca makalah ini bisa memberikan masukan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J. W. (2012). Life-Span Development (13th Edition). McGraw-Hill
Education.

Anda mungkin juga menyukai