Anda di halaman 1dari 18

TUGAS AGAMA

DEGRADASI KEIMANAN

PEMBIMBING
Anak Agung Gde Oka Widana,S.Pd.,M.Pd.H

DISUSUN OLEH :
NAMA : I Made Sujana Yasa
NIM : 183212835

UNIVERSITAS STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI


S1 ILMU KEPERAWATAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………....I

Bab I Pendahuluan
Latar Belakang....................................................................................................1
Rumusan masalah ..............................................................................................2
Tujuan ................................................................................................................2

Bab II Pembahasan
A. Pengertian Kenakalan Remaja......................................................................3
B. Penyebab Kenakalan Remaja........................................................................4
C. Akibat Kenakalan Remaja terhadap Degradasi Keimanan...........................8
D. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja.............................................................10

Bab III Penutup


Kesimpulan …………………………………………………………………..13
Saran………………………………………………………………………….14
Daftar Pustaka………………………………………………………………..15

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diakui atau tidak masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan,
tetapi juga merupakan suatu masa yang banyak menimbulkan masalah,
bagi ramaja yang mengalaminya maupun bagi lingkungan pada umumnya.
Pada masa ini seseorang tumbuh dan berkembang dari masa anak-anak
ke masa dewasa.
Perkembangan meliputi perkembangan fisik, terutama yang berhubungan
dengan kemasakan organ-organ seksual dan perkembangan psikososial.
Pada masa ini remaja berada pada suatu tahap yang secara fisik telah dapat
berfungsi sebagai orang dewasa, namun secara mental dan sosial mereka
belum matang (Utomo, 1991:47) Masa ini segala sesuatu ingin dicoba.
Segalanya ingin dirasakan.Walaupun cukup rumit dan banyak persoalan
yang terjadi pada masa ini, sebagianbesar remaja dapat berkembang
menjadi remaja yang normal. Kenormalan ini dapat berupa krisis
identitas yang relatif lunak; hubungan dengan keluarga, kelompok
bermain, pemahaman terhadap apa yang dilihat dari media massa dan
sistem pendidikan cukup baik.
Remaja-remaja ini mempunyai kepercayaan diri,harga diri, dan
mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah pribadinya.Di lain
pihak ada remaja yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dalam
keluarga, kelompok bermain, pengaruh media masa, hingga proses
pendidikan berjalan tidak normal.
Berbagai masalah,misalnya, dalam hal pelanggaran moral atau peraturan
yang berlaku serta kejahatan. Bila individu ini sulit dikendalikan, maka
individu itu dapat disebut sebagai remaja yang nakal.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kenakalan remaja?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja?
3. Apa pengaruh kenakalan bagi degradasi keimanan?
4. Bagaimana cara mengatasi degradasi keimanan akibat kenakalan
remaja?

C. TUJUAN
1. Memenuhi tugas agama
2. Mengetahui degradasi keimanan yang timbulkan dari kenakalan remaja
3. Mengetahui cara mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja
4. Menambah pengetahuan pembaca tentang degradasi keimanan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENERTIAN KENAKALAN REMAJA


Kenakalan anak remaja adalah perbuatan-perbuatan yang melanggar
norma norma kesopanan,kesusilaandanpelanggaran-pelanggarannorma-
normahukum,tetapi anak tersebut tidak sampai dituntut oleh pihak yang
berwajib (Sumiyanto,1994:21)
Kenakalan remaja (Juvenile Delinquency) ialah kejahatan / kenakalan
yang dilakukan oleh anak-anak muda, yang merupakan gejala sakit (Patologis)
secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk
pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku
yangmenyimpang.
Juvenile berasal dari bahasa latin“Juvenilis”, artinya anak-anak, anak
muda, cirri karakteristik pada masa muda, sifat khas pada periode remaja.
Delinquent berasal dari bahasa latin yaitu “delinquere”, yang berarti terabaikan,
yang kemudian diperluas menjadi jahat, a-sosial, kriminal, pelanggaran
aturan,pembuat ribut, pengacau, dll.
Kenakalan anak menurut Benyamin Fine meliputi: Perbuatan dan tingkah
laku yang melanggar norma hukum pidana dan pelanggaran-pelanggaran
terhadap kesusilaan, ketertiban dan norma-norma yang berlaku dalam
masyarakat, yang dilakukan oleh anak-anak yang berumur dibawah 21 tahun
(Simanjuntak, dalam Sumiyanto, 1994:22)
Untuk meletakkan batas usia seseorang yang layak dalam pengertian
hukum nasional, serta untuk menghindari ketidakjelasan tentang batas umur
anak dan memberikan pengertian yang jelas tentang batasan umur anak
sebagai kategori anak, telah dirumuskan ke dalam bangunan-bangunan
pengertian yang diletakkan oleh spesifikasi hukum, sebagai berikut:

1.Batas usia menurut ketentuan hukum perdata.


Hukum perdata meletakkan batas usia anak berdasarkan pasas 330 KUHP
ayat 1 sebagai berikut:
a. batas antara belum dewasa (minderjeriheid) dengan telah dewasa
(meerderjerigheid), yaitu 21 tahun;
b. Dan anak yang berada dalam usia dibawah 21 tahun yang telah menikah
dianggap telah dewasa.
2.Dalam hukum adat.
batas usia anak disebut dengan “kapan” disebut dewasa
sangat terlalu umum. Menurut ahli hukum adat R. Soepomo bahwa ukuran
kedewasaan adalah sebagai berikut:
a. dapat bekerja sendiri
3
b. cakap dan bertanggungjawab dalam masyarakat
c. dapat mengurus harta kekayaan sendiri
d. telah menikah
e. berusia 21 tahun
(Lihat Wadong, 2000: 24 - 25)

B. PENYEBAB KENAKALAN REMAJA


Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja itu sendiri
(internal)
maupun faktor dari luar (eksternal).

Faktor internal:
1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,terbentuknya perasaan
akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.

Faktor eksternal:

1. Keluarga dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota


keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif
pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan
anak, memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak,
bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.

4
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.

Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja berupa tindakan


kriminal boleh jadi membuat kita berpikir ulang mengenai integrasi dalam
masyarakat. Kenakalan remaja berupa tindak kriminal yang marak dilakukan di
kalangan remaja mendorong kita bertanya penyebab terjadinya tindakan
tersebut. Salah satu tuduhan penyebab mengenai tingginya angka kriminalitas
remaja atau lebih tepatnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya keluarga
dan/atau ketidak berfungsian sosial masyarakat.
Keluarga di anggap gagal dalam mendidik remaja sehingga menyebabkan
mereka melakukantindakan penyimpangan yang berujung dengan diberikannya
sanksi sosial oleh masyarakat. Dengan dalih keamanan dan ketertiban, sanksi
yang diberikan justru menjadikan remaja menjadi lebih sulit diatur. Dan hal ini
pula yang menyebabkan masyarakat di anggap gagal dalam melakukan tindakan
pencegahan atas terjadinya perilaku menyimpang tersebut. Keluarga memegang
peranan yang penting, dan hal ini diakui oleh banyak pihak. Keluarga
merupakan elemen penting dalam melakukan sosialisasi nilai, norma, dan
tujuan-tujuan yang disepakati dalam masyarakat, dan tingginya angka
kriminalitas remaja sebagai konsekuensi dari tidak berjalannya aturan dan
norma yang berlaku di masyarakat dianggap sebagai kesalahan keluarga.
Jika melihat dari sisi teoritis, tentu saja bukan hanya keluarga yang
dipersalahkan, masyarakat pun dapat dipersalahkan dengan tidak ditegakkan
aturan secara ketat atau membantu sosialisasi norma dan tujuan dalam
masyarakat. Sarwono (1998), mengatakan bahwa keluarga merupakan
lingkungan primer pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan
yang luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya. karena itu
sebelum anak-anak mengenal norma-norma dan nilai-nilai masyarakat, pertama
kali anak akan menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di
keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.Orang tua berperan
penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negatif.
Hal ini menunjukkan bahwa orang tua masih merupakan lingkungan yang
sangat penting bagi remaja. Salah satu faktor lainnya yang juga harus
diperhatikan adalah peer group remaja tersebut.
Teman sepermainan memegang peran penting dalam meningkatnya
angka kriminalitas di kalangan remaja. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Sutherland (1961), bahwa tindakan kriminal bukan lah sesuatu yang alamiah
namun dipelajari, hal ini lah yang menyebabkan pentingnya untuk melihat
teman sepermainan remaja tersebut.

5
Sementara menurut Rauf (2002) perilaku tindakan kriminalitas dapat
dipengaruhi oleh tiga kutub, yaitu:
a. Kutub keluarga (rumah tangga), dalam berbagai penelitian yang telah
dilakukan dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan
sosial keluarga yang kurang sehat/disharmonis keluarga, maka resiko anak
untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi kepribadian antisoasial dan
berperilaku menyimpang, lebih besar dibandingkan dengan anak/ remaja yang
dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah). Kriteria kondisi
keluarga kurang sehat tersebutmenurut para ahli adalah, antara lain:
1) keluarga tidak utuh (broken home by death,separation, divorce),
2) Kesibukan orang tua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan
anak di rumah, 3) Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayahibu-
anak) yang tidak baik (buruk),
4) Substitusi ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak, dalam bentuk
materi daripada kejiwaan (psikologis). Selain daripada kondisi keluarga tersebut
diatas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres
pada anak dan remaja:
1. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
2. Terdapat gangguan fisik atau mentaldalam keluarga
3. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau oleh
kakek/nenek
4. Campur tangan atau perhatian yang berlebihan dari orang tua kepada anak
5. Sikap orang tua yang dingin dan takacuh terhadap anak
6. Orang tua yang jarang di rumah atar terdapatnya isteri lain
7. Kurang stimuli kognitif atau sosial
8. Lain-lain misalnya menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan
orang tua, dan sebagainya.
Kutub sekolah, kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu belajar-
mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan peluang pada
anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik
tersebut, antara lain:
1. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
2. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
3. Kuantitas dan kualitas pengajar ekstrakulikuler yang kurang memadai dalam
hal membimbing dan membina anak didiknya
4. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
5. Kurikulum sekolah yang perlu ditinjau kembali
6. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya

6
Kutub masyarakat (kondisi lingkungan sosial), faktor kondisi lingkungan sosial
yang tidak sehat atau rawan dapat menjadi faktor yang kondusif bagi
anak/remaja untuk berperilaku menyimpang.

Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor
kerawanan msyarakat dan faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Memang
tepat sekali, orang tua memegang peranan penting bagi perkembangan perilaku
ehidupan anak-anaknya, menurut Hirschi dalam Mussen dkk, 1994) orangtua
dari remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-
anaknya, menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua
terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman
dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu pula
sebaliknya. Demikian juga dengan Hurlock(1973) menyatakan banyak
penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari
keluarga yang penuh perhatian,hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan
dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan
disekitarnya. Selanjutnya Tallent (1978) menambahkan,anak yang mempunyai
penyesuaian diri yang baik di sekolah, biasanya memiliki latar belakang
keluarga yang harmonis, menghargai pendapat anak dan hangat. Hal ini
disebabka karena anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan
mempersepsi rumah mereka sebagai suatu tempat yang membahagiakan karena
semakin sedikit masalah antara orangtua, maka semakin sedikit masalah yang
dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika anak mempersepsi keluarganya
berantakan atau kurang harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang
sedang dihadapi oleh orangtuanya tersebut. Faktor lain yang juga ikut
mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja adalah konsep diri yang
merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang
menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh
yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Shavelson & Roger
(1982) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan
pengalaman dan inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan
tingkah laku dirinya. Kemudian
bagimana orang lain memperlakukan individu dan apa yang dikatakan orang
lain tentang
individu akan dijadikan acuan untuk menilai dirinya sendiri ( Mussen dkk,
1994).

7
C. PENGARUH KENAKALAN REMAJA TERHADAP DEGRADASI
KEIMANAN

Kenakalan remaja ini dapat digolongkan menjadi berbagai tingkatan. Mulai dari
sikap suka menantang orang tua, membolos sekolah, mengganggu teman,
sampai kenakalan remaja yang tergolong sudah termasuk tindakan kriminal.

Di beberapa kota besar, seperti di jakarta sering terjadi kenakalan remaja yang
disebut tawuran. Saat tawuran, para pelaku masih mengenakan seragam sekolah
yang merupakan simbol dan jati diri bahwa mereka adalah seorang yang
terpelajar, tahu sopan santun, dan telah diajari cara menghormati orang lain.

Di dalam tawuran ini, para pelaku ada yang sudah mempersiapkan senjata
tajam, batu, pentungan, dan sejenisnya untuk mempersenjatai diri dengan
maksud mencederai lawan, Hal ini jelas dapat membahayakan masyarakat.
kenakalan remaja seperti inilah yang lebih pantas disebut tindakan criminal
Kenakalan remaja menimbulkan beberapa akibat, di antaranya sebagai berikut.

8
1.Penurunan iman dan kesalehan

Iman dan taqwa adalah salah satu alat kontrol perilaku. Seseorang yang
imannya kuat dan selalu takut kepada Yang Maha Kuasa akan selalu berusaha
berbuat baik dan menghindari tindakan yang dilarang oleh agama.
Anak yang sudah sering melakukan kenakalan remaja, ia akan cenderung
mengabaikan pentingnya iman dan takwa. Misalnya sudah malas menjalankan
ibadah,tidak pernah menjalankan tirta yatra dan penurunan nilai keimanan yang
lainnya akibat dampak kenakalan remaja di era globalisasi ini.

2.Merasa menjadi jagoan


Pelaku kenakalan remaja sudah terbiasa melakukan hal-hal kurang baik
dan ia merasa ditakuti oleh teman-temannya maka timbul perasaan bahwa
dirinya adalah jagoan di lingkungannya. Ia berpendapat bahwa teman-temannya
harus tunduk terhadap kemauannya.

Hal tersebut diperburuk dengan tidak adanya figur yang ditakuti atau disegani
dan orang tua selalu menuruti semua kemauan anak tersebut. Bila kemauannya
tidak dituruti, anak tersebut marah dan bahkan ada yang sampai merusak
perabotan rumah tangga.

3. Menurunkan semangat belajar


Anak yang sudah biasa melakukan hal-hal yang tidak baik seperti suka
membolos, suka mencuri barang milik teman, suka membohongi orang tua dan
guru, biasanya sudah tidak semangat lagi dalam belajar.
Saat di rumah, ia tidak mau membaca buku pelajaran Ia lebih senang berkumpul
(nongkrong) bersama teman-temannya. Saat belajar di sekolah ia sudah tidak
dapat berkonsentrasi lagi terhadap pelajaran atau dnegan kata lain sudah malas
berpikir.

9
4.Tidak taat kepada orang tua dan guru
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa; “Surga itu ada di telapak kaki
ibu.” Artinya, kita harus selalu patuh dan taat kepada nasihat dan perintah orang
tua. Tidak ada orang tua yang ingin mencelakakan anaknya dan tidak ada orang
tua yang mau menjerumuskan anaknya ke hal-hal yang tidak baik. Bagi anak
yang nakal, segala nasihat dan perintah orang tua dianggap angin lalu. Bahkan
ia tidak segan-segan melawan dan menentang nasihat orang tuanya.

Secara luas, adanya kenakalan remaja dapat merugikan masa depan


bangsa. Secara pribadi, kenakalan remaja sangat merugikan diri sendiri karena
masa-masa sekolah tidak dimanfaatkan dengan baik. Akhirnya mereka tidak
memiliki bekal ilmu dan keterampilan, hanya sifat malas yang dimiliki. Mereka
juga selalu menggantungkan diri kepada orang lain sehingga masa depannya
menjadi suram.

D. CARA MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Seiring dengan perkembangan zaman, banyak kemajuan-kemajuan yang dicapai


masyarakat. Di sisi lain tidak sedikit terjadi kemerosotan moral, seperti halnya
kenakalan remaja. Setelah banyak kalangan yang merasa resah atas semakin
maraknya kenakalan remaja, maka perlu adanya upaya mencegah terjadinya
kenakalan remaja tersebut.

10
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kenakalan
remaja adalah sebagai berikut.

1. Membicarakan ajaran agama yang dianut


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa ilmu agama merupakan pondasi yang
kuat bagi terbentuknya kepribadian seseorang. Dengan mendapat bekal ajaran
agama yang cukup, seorang anak dapat memilah hal-hal yang baik dan hal-hal
yang buruk. Akibatnya ia tidak mudah terpengaruh dengan ajakan teman untuk
berbuat yang tidak baik.

2. Menjalin hubungan yang harmonis di dalam keluarga

Keluarga adalah tempat yang sangat berpengaruh dalam perkembangan


kemudaan dan karakter. Dibutuhkan kehidupan keluarga yang sehat dan
harmonis untuk mewujudkan hal itu. Hal-hal yang diperlukan dalam keluarga
untuk menekan kenakalan remaja adalah sebagai berikut.
a. Sering makan bersama anggota keluarga
Melalui kesempatan maka bersama terdapat nilai-nilai yang dibutuhkan
anak. Nilai-nilai tersebut, antara lain anak merasa dekat dengan ayah dan ibu,
anak merasa nyaman dan aman di bawah perlindungan orang tuanya, serta dapat
diperoleh pendidikan sopan santun.

11
b. Sering berdiskusi tentang masalah yang dihadapi anak
Melalui kesempatan diskusi keluarga, maka anak dapat menyampaikan
keluhan-keluhan tentang masalah yang dihadapinya. Sementara itu orang tua
mengetahui apa yang dibutuhkan anaknya, sehingga ada hubungan timbal balik
antara anak dan orang tuanya. Orang tua dapat memberikan nasihat serta
mencarikan jalan pemecahan masalah yang dihadapi anaknya.

c.Menjalin Kedekatan antar anggota keluarga


Tunjukkan hubungan yang kompatibel antara anak-anak dan orang tua
dan antara ayah dan ibu. Dalam hal ini setiap anggota keluarga memiliki hak
untuk dicintai dan dicintai.

12
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Diakui atau tidak, masa anak/remaja adalah masa yang paling


menyenangkan. Namun bila tidak, maka banyak hal yang bisa menyebabkan anak
tidak dapat menikmati masa yang paling menyenangkan itu. Pada kesempatan ini
ada empat hal yang bisa menyebabkan sehingga anak menjadi/cenderung nakal.
Yang pertama, karena kurangnya pengawasan orang tua (keluarga) dalam
mendidik dan mengawasi perkembangan anak. Kedua, teman bermain. Ketiga,
lingkungan sekolah/masyarakat, dan terakhir media massa.
Hal ini dapat mempengaruhi kondisi remaja terhadap nilai nilai keimanan
pada remaja yang menyebabkan penurunan atau degradasi nilai keimanan di
masyarakat seiring dengan perkembangan era globalisasi ini.
Dalam menghadapi kenakalan remaja ini yang paling penting adalah sikap
kita yang peduli akan perkembangan dan kebutuhan anak. Sikap dari anggota
keluarga (terutama ayah dan ibu), lingkungan (tetangga, teman, guru, alim
ulama, cendikiawan, pengusaha),pemerintah tanpa terkecuali dalam menyikapi
keinginan dan perubahan yang terjadi pada anak. Sehingga apa yang menjadi
keinginan anak bukan impian belaka. Marilah kita satukan visi dan misi
demi cita-cita bangsa. Manusia Indonesia yang seutuhnya. Yang memiliki
ilmu pengetahuan dan tehnologi dengan landasan iman dan taqwa.

13
B. SARAN

Demikian paper pengaruh kenakalan remaja terhadap degradasi nilai


keimanan di era globalisai, semoga dengan makalah ini dapat menambah
pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan paper ini bagi
para pembacanya . Semoga paper ini dapat bermanfaat bagi semua.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+kenakalan+remaj
a&btnG=
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/110810241_ringkasan.pdf

https://dosenpsikologi.com/cara-mengatasi-kenakalan-remaja

https://sijai.com/kenakalan-remaja/#

15

Anda mungkin juga menyukai