DEGRADASI KEIMANAN
PEMBIMBING
Anak Agung Gde Oka Widana,S.Pd.,M.Pd.H
DISUSUN OLEH :
NAMA : I Made Sujana Yasa
NIM : 183212835
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.
Saya berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, saya memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga saya sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
I
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………....I
Bab I Pendahuluan
Latar Belakang....................................................................................................1
Rumusan masalah ..............................................................................................2
Tujuan ................................................................................................................2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Kenakalan Remaja......................................................................3
B. Penyebab Kenakalan Remaja........................................................................4
C. Akibat Kenakalan Remaja terhadap Degradasi Keimanan...........................8
D. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja.............................................................10
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diakui atau tidak masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan,
tetapi juga merupakan suatu masa yang banyak menimbulkan masalah,
bagi ramaja yang mengalaminya maupun bagi lingkungan pada umumnya.
Pada masa ini seseorang tumbuh dan berkembang dari masa anak-anak
ke masa dewasa.
Perkembangan meliputi perkembangan fisik, terutama yang berhubungan
dengan kemasakan organ-organ seksual dan perkembangan psikososial.
Pada masa ini remaja berada pada suatu tahap yang secara fisik telah dapat
berfungsi sebagai orang dewasa, namun secara mental dan sosial mereka
belum matang (Utomo, 1991:47) Masa ini segala sesuatu ingin dicoba.
Segalanya ingin dirasakan.Walaupun cukup rumit dan banyak persoalan
yang terjadi pada masa ini, sebagianbesar remaja dapat berkembang
menjadi remaja yang normal. Kenormalan ini dapat berupa krisis
identitas yang relatif lunak; hubungan dengan keluarga, kelompok
bermain, pemahaman terhadap apa yang dilihat dari media massa dan
sistem pendidikan cukup baik.
Remaja-remaja ini mempunyai kepercayaan diri,harga diri, dan
mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah pribadinya.Di lain
pihak ada remaja yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dalam
keluarga, kelompok bermain, pengaruh media masa, hingga proses
pendidikan berjalan tidak normal.
Berbagai masalah,misalnya, dalam hal pelanggaran moral atau peraturan
yang berlaku serta kejahatan. Bila individu ini sulit dikendalikan, maka
individu itu dapat disebut sebagai remaja yang nakal.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud kenakalan remaja?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja?
3. Apa pengaruh kenakalan bagi degradasi keimanan?
4. Bagaimana cara mengatasi degradasi keimanan akibat kenakalan
remaja?
C. TUJUAN
1. Memenuhi tugas agama
2. Mengetahui degradasi keimanan yang timbulkan dari kenakalan remaja
3. Mengetahui cara mencegah dan menanggulangi kenakalan remaja
4. Menambah pengetahuan pembaca tentang degradasi keimanan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor internal:
1. Krisis identitas: Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,terbentuknya perasaan
akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran.
Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.
2. Kontrol diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari dan
membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
Faktor eksternal:
4
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
5
Sementara menurut Rauf (2002) perilaku tindakan kriminalitas dapat
dipengaruhi oleh tiga kutub, yaitu:
a. Kutub keluarga (rumah tangga), dalam berbagai penelitian yang telah
dilakukan dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan
sosial keluarga yang kurang sehat/disharmonis keluarga, maka resiko anak
untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi kepribadian antisoasial dan
berperilaku menyimpang, lebih besar dibandingkan dengan anak/ remaja yang
dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis (sakinah). Kriteria kondisi
keluarga kurang sehat tersebutmenurut para ahli adalah, antara lain:
1) keluarga tidak utuh (broken home by death,separation, divorce),
2) Kesibukan orang tua, ketidakberadaan dan ketidakbersamaan orang tua dan
anak di rumah, 3) Hubungan interpersonal antar anggota keluarga (ayahibu-
anak) yang tidak baik (buruk),
4) Substitusi ungkapan kasih sayang orang tua kepada anak, dalam bentuk
materi daripada kejiwaan (psikologis). Selain daripada kondisi keluarga tersebut
diatas, berikut adalah rincian kondisi keluarga yang merupakan sumber stres
pada anak dan remaja:
1. Hubungan buruk atau dingin antara ayah dan ibu
2. Terdapat gangguan fisik atau mentaldalam keluarga
3. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orang tua atau oleh
kakek/nenek
4. Campur tangan atau perhatian yang berlebihan dari orang tua kepada anak
5. Sikap orang tua yang dingin dan takacuh terhadap anak
6. Orang tua yang jarang di rumah atar terdapatnya isteri lain
7. Kurang stimuli kognitif atau sosial
8. Lain-lain misalnya menjadi anak angkat, dirawat di rumah sakit, kehilangan
orang tua, dan sebagainya.
Kutub sekolah, kondisi sekolah yang tidak baik dapat mengganggu belajar-
mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan peluang pada
anak didik untuk berperilaku menyimpang. Kondisi sekolah yang tidak baik
tersebut, antara lain:
1. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai
2. Kuantitas dan kualitas tenaga guru yang tidak memadai
3. Kuantitas dan kualitas pengajar ekstrakulikuler yang kurang memadai dalam
hal membimbing dan membina anak didiknya
4. Kesejahteraan guru yang tidak memadai
5. Kurikulum sekolah yang perlu ditinjau kembali
6. Lokasi sekolah di daerah rawan, dan lain sebagainya
6
Kutub masyarakat (kondisi lingkungan sosial), faktor kondisi lingkungan sosial
yang tidak sehat atau rawan dapat menjadi faktor yang kondusif bagi
anak/remaja untuk berperilaku menyimpang.
Faktor kutub masyarakat ini dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu faktor
kerawanan msyarakat dan faktor daerah rawan (gangguan kamtibmas). Memang
tepat sekali, orang tua memegang peranan penting bagi perkembangan perilaku
ehidupan anak-anaknya, menurut Hirschi dalam Mussen dkk, 1994) orangtua
dari remaja nakal cenderung memiliki aspirasi yang minim mengenai anak-
anaknya, menghindari keterlibatan keluarga dan kurangnya bimbingan orangtua
terhadap remaja. Sebaliknya, suasana keluarga yang menimbulkan rasa aman
dan menyenangkan akan menumbuhkan kepribadian yang wajar dan begitu pula
sebaliknya. Demikian juga dengan Hurlock(1973) menyatakan banyak
penelitian yang dilakukan para ahli menemukan bahwa remaja yang berasal dari
keluarga yang penuh perhatian,hangat, dan harmonis mempunyai kemampuan
dalam menyesuaikan diri dan sosialisasi yang baik dengan lingkungan
disekitarnya. Selanjutnya Tallent (1978) menambahkan,anak yang mempunyai
penyesuaian diri yang baik di sekolah, biasanya memiliki latar belakang
keluarga yang harmonis, menghargai pendapat anak dan hangat. Hal ini
disebabka karena anak yang berasal dari keluarga yang harmonis akan
mempersepsi rumah mereka sebagai suatu tempat yang membahagiakan karena
semakin sedikit masalah antara orangtua, maka semakin sedikit masalah yang
dihadapi anak, dan begitu juga sebaliknya jika anak mempersepsi keluarganya
berantakan atau kurang harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang
sedang dihadapi oleh orangtuanya tersebut. Faktor lain yang juga ikut
mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja adalah konsep diri yang
merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang
menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh
yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan. Shavelson & Roger
(1982) menyatakan bahwa konsep diri terbentuk dan berkembang berdasarkan
pengalaman dan inteprestasi dari lingkungan, penilaian orang lain, atribut, dan
tingkah laku dirinya. Kemudian
bagimana orang lain memperlakukan individu dan apa yang dikatakan orang
lain tentang
individu akan dijadikan acuan untuk menilai dirinya sendiri ( Mussen dkk,
1994).
7
C. PENGARUH KENAKALAN REMAJA TERHADAP DEGRADASI
KEIMANAN
Kenakalan remaja ini dapat digolongkan menjadi berbagai tingkatan. Mulai dari
sikap suka menantang orang tua, membolos sekolah, mengganggu teman,
sampai kenakalan remaja yang tergolong sudah termasuk tindakan kriminal.
Di beberapa kota besar, seperti di jakarta sering terjadi kenakalan remaja yang
disebut tawuran. Saat tawuran, para pelaku masih mengenakan seragam sekolah
yang merupakan simbol dan jati diri bahwa mereka adalah seorang yang
terpelajar, tahu sopan santun, dan telah diajari cara menghormati orang lain.
Di dalam tawuran ini, para pelaku ada yang sudah mempersiapkan senjata
tajam, batu, pentungan, dan sejenisnya untuk mempersenjatai diri dengan
maksud mencederai lawan, Hal ini jelas dapat membahayakan masyarakat.
kenakalan remaja seperti inilah yang lebih pantas disebut tindakan criminal
Kenakalan remaja menimbulkan beberapa akibat, di antaranya sebagai berikut.
8
1.Penurunan iman dan kesalehan
Iman dan taqwa adalah salah satu alat kontrol perilaku. Seseorang yang
imannya kuat dan selalu takut kepada Yang Maha Kuasa akan selalu berusaha
berbuat baik dan menghindari tindakan yang dilarang oleh agama.
Anak yang sudah sering melakukan kenakalan remaja, ia akan cenderung
mengabaikan pentingnya iman dan takwa. Misalnya sudah malas menjalankan
ibadah,tidak pernah menjalankan tirta yatra dan penurunan nilai keimanan yang
lainnya akibat dampak kenakalan remaja di era globalisasi ini.
Hal tersebut diperburuk dengan tidak adanya figur yang ditakuti atau disegani
dan orang tua selalu menuruti semua kemauan anak tersebut. Bila kemauannya
tidak dituruti, anak tersebut marah dan bahkan ada yang sampai merusak
perabotan rumah tangga.
9
4.Tidak taat kepada orang tua dan guru
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa; “Surga itu ada di telapak kaki
ibu.” Artinya, kita harus selalu patuh dan taat kepada nasihat dan perintah orang
tua. Tidak ada orang tua yang ingin mencelakakan anaknya dan tidak ada orang
tua yang mau menjerumuskan anaknya ke hal-hal yang tidak baik. Bagi anak
yang nakal, segala nasihat dan perintah orang tua dianggap angin lalu. Bahkan
ia tidak segan-segan melawan dan menentang nasihat orang tuanya.
10
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kenakalan
remaja adalah sebagai berikut.
11
b. Sering berdiskusi tentang masalah yang dihadapi anak
Melalui kesempatan diskusi keluarga, maka anak dapat menyampaikan
keluhan-keluhan tentang masalah yang dihadapinya. Sementara itu orang tua
mengetahui apa yang dibutuhkan anaknya, sehingga ada hubungan timbal balik
antara anak dan orang tuanya. Orang tua dapat memberikan nasihat serta
mencarikan jalan pemecahan masalah yang dihadapi anaknya.
12
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
13
B. SARAN
14
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+kenakalan+remaj
a&btnG=
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/110810241_ringkasan.pdf
https://dosenpsikologi.com/cara-mengatasi-kenakalan-remaja
https://sijai.com/kenakalan-remaja/#
15