Anda di halaman 1dari 21

Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquence)

Dosen Pengampu :
Dr. Hj Risydah Fadilah, S.Psi., M.Psi, Psikolog

Disusun Oleh
Kelompok 13
Lenida Munthe 198600033
Mayang Palupi 198600261
Mukista Dwitirta 198600262
Yogi Tarigan 198600384
Tamaro Susan Maria Hutabarat 198600388
Dyannur Fathiyya 198600426
Visi Eno Rita Sembiring 198600384
Silvia Oktaviani Siregar 198600085

Fakultas Psikologi
Universitas Medan Area
2021/2022
KATA PENGANTAR

Pertama – tama penulis ingin memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah


Swt, atas segala rahmat dan petunjuk nya, dalam proses pembuatan
makalah ini dari awal hingga akhir pembuatan sehingga kelompok dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini. Penyusunan makalah ini
dimaksudkan untuk menjadi pedoman dalam belajar para mahasiswa dan
sebagai pedoman dalam berdiskusi . Untuk memenuhi maksud tersebut
pemakalah mengumpulkan data dari beberapa sumber seperti buku
pegangan mahasiswa , media cetak dan juga media elektronik untuk
dijadikan pembahasan pada materi makalah ini dengan materi tugas
berjudul Kenakalan Remaja. Dalam penyusunan makalah kami tak
jarang mengalami beberapa kendala seperti keterbatasan materi maupun
proses pengembangan materi itu sendiri . oleh karena itu makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari bapak/ibu dosen dan
teman teman sangat kami harapkan.

Medan, 25 Maret 2022

Kelompok 13

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................5
C. Tujuan............................................................................................................5
D. Manfaat..........................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................6
A. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquence).....................................4
B. Jenis-jenis Juvenile Deliquence...............................................................................6
C. Penyebab Kenakalan Remaja.................................................................................7
D. Dampak Kenakalan Remaja..................................................................................10
E. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja.......................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang


remaja sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih
belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup
yang paling sesuai baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-
coba walaupun melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering
menimbulkan kekuatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi
lingkungannya, orangtuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan
menyenangkan teman sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-
sama masih dalam masa mencari identitas. Kesalahan-kesalahan yang
menimbulkan kekesalan lingkungan inilah yang sering disebut sebagai kenakalan
remaja.
Remaja merupakan pemimpin masa depan suatu bangsa. Di samping hal-
hal yang menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja akhir-akhir ini seperti
semakin aktif mengikuti organisasi antar pelajar dan peningkatan prestasi, kita
melihat pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian
pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja.
Dalam surat kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian
pelajar, penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret
yang dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-
kasus kehamilan di kalangan remaja putri dan lain sebagainya. Hal tersebut adalah
suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini semakin marak, Oleh karena
itu masalah kenakalan remaja seyogyanya mendapatkan perhatian yang serius dan
terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah yang lebih positif, yang titik beratnya
untuk terciptanya suatu sistem dalam menanggulangi kenakalan di kalangan
remaja.

1
2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , penyusun merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apakah kenakalan remaja itu ?
2. Apa saja bentuk-bentuk kenakalan remaja ?
3. Apa saja jenis-jenis kenakalan remaja ?
4. Apa dampak kenakalan remaja ?
5. Bagamaimana cara mengatasi kenakalan remaja ?

C. Tujuan
Tujuan tugas ini dibuat sebagai bentuk pertanggung jawaban kami atas tugas
yang diberikan oleh Dosen pengampu kami sebagai syarat untuk memenuhi aspek
penilaian mata pelajaran . Serta untuk memberikan pemahaman kepada
mahasiswa tentang kenakalan remaja.

D. Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami pengertian kenakalan remaja.
2. Mahasiswa mampu mengetahui bentuk-bentuk, jenis-jenis, dan
dampak kenakalan remaja.
3. Mahasiswa mengetahui solusi dalam mengatasi kenakalan remaja.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquence)


Kenakalan remaja (Juvenile Deliquence) adalah semua perubahan anak
remaja (usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan
norma yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-
barang yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain. Kenakalan
remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum
pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang
perbuatan kriminalitas yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remaja
yang meniduri ibu kandungnya sendiri, perkelahian antar pelajar, tawuran,
penyalahgunaan narkoba dan minum-minuman keras dan masih banyak lagi
kriminalitas yang terjadi di negeri ini. Kerusakan moral sudah merebak di seluruh
lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa serta orang yang
sudah lanjut usia.
Termasuk yang tidak luput dari kerusakan moral ini adalah remaja. Para
ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18
tahun. Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak,
namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada
pada masa transisi dan pencarian jati diri, yang karenanya sering melakukan
perbuatan-perbuatan yang dikenal dengan istilah kenakalan remaja.
Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari
norma- norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut
akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Masalah
kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (Juvenile Court) pada 1899 di
Illinois, Amerika Serikat.
Pengertian Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquence) menurut para ahli,
yakni:

3
4

a. Menurut R. Kusumanto Setyonegoro, Juvenile Delinquency adalah


tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan
pendapat umum yang dianggap pantas dan baik, oleh suatu
lingkungan masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu
masih anak-anak maka sering disebut dengan istilah tingkah laku yang
sukar atau nakal (behavior problem); jika ia berusia adolescent atau pre-
adolescent maka tingkah laku itu sering kali disebut delinquent (delinquen
behavior);dan jika ia dewasa, maka tingkah laku ia sering disebut
psikopatik (psychopathic behavior), dan jika terang-terangan melawan
hukum disebut criminal (criminal behaviour).

b. Menurut Sahatepy Mengenai Masalah kenakalan remaja adalah


masalah kenakalan anak menyangkut pelanggaran norma masyarakat.
Pelanggaran norma merupakan salah satu bentuk tingkah laku manusia.
Tingkah laku seseorang ditentukam oleh sikapnya (attitude) dalam
menghadapi situasi tertentu.

B. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja (Juvenile Deliquence)


Menurut bentuknya, kenakalan remaja dibagi ke dalam tiga tingkatan: (1)
kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi
dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan seperti mengendarai sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang
tua tanpa ijin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan
seks di luar nikah, pemerkosaan, dll.
Sedangkan menurut Sudarsono yang termasuk kenakalan siswa atau
remaja meliputi:
1. Perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak
jujur.
2. Perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
3. Mengganggu teman.
5

4. Memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan
tidak hormat pada orang tua dan saudara.
5. Menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu
merokok.
6. Menonton pornografi.
7. Corat-coret tembok sekolah.
Indikasi pola tingkah laku remaja yang cenderung ke arah perbuatan
kriminalitas, antara lain sebagai berikut :

1. Mabuk

Dengan tidak normalnya otak atau pikiran sadar, karena terlalu banyak minum-
minum beralkohol (minuman keras) atau yang mengandung alcohol dan tidak
terkontrol pikirannya karena mabuk, sehingga dapat mengganggu ketertiban
umum, karena ulahnya yang terpengaruh minuman tersebut atau zat adiktif yang
memabukkan.

2. Begadang

Berkeliaran pada malam hari tidak tidur, cenderung untuk melakukan perbuatan-
perbuatan jahat atau criminal, karena terdorong oleh factor situasi lingkungan
dalam keadaaj sepi dan dapat berkesempatan mewujudkan niat jahatnya.

3. Nongkrong atau mangkal dipinggir jalan

Bergaul dengan teman-temannya bergerombol dan nangkring atau mangkal di


pinggir jalan, cenderung melakukan usil terhadap orang-orang yang lewat dengan
melontarkan kata-kata kotor, menghina atau dengan perbuatan yang menimbulksn
orang lain merasa tersinggung atau di hina perbuatan yang menimbulkan orang
lain merasa tersinggung atau dihina perbuatan yang menimbulkan orang lain
merasa terasa tersinggunb atau dihina perbuatan yang menimbulkan orang lain
tersinggung atau dihina perbuatan yang menimbulkan orang lain merasa
tersinggung atau dihina di depan umum, yang pada akhirnya memicu konflik yang
kemudian membesar menjadi tawuran.
6

4. Tato

Dengan memasang tato pada bagian tubuhnya dapat membawa aspek Psikologis
yang menunjukan perilaku egonya, dimana akunya lah sebagai orang yang
ditakuti. Dengan memperlihatkan gambar tatonya itu ia cenderung untuk berbuat
criminal seperti pemerasan dan ancaman terhadap orang lain yang dianggap
lemah.

B. Jenis-jenis Juvenile Deliquence

a. Deliquence Individual

Kenakalan remaja tipe ini bersifat simpotopik karena adanya konflik intrapsikis
kronis, disentegrasi pribadi dengan kekalutan batin hebat, gejala Psikotis dan
Psikopatis. Anak-anak melakukan kejahatan atau tindak criminal dan kekejaman
tanpa adanya motif atau tujuan khusus. Mereka tidak mempunyai perasaan
kemanusiaan hati nuraninya sulit diberi peringatan.

b. Delinquency situsional

Kekuatan situsional, stimuli sosial dan tekanan lingkungan ini sangat


berpengaruh terhadap kenakalan tipe ini dan kenakalan ini dilakukan oleh anak
yang normal. Sebagai hasilnya anak-anak remaja suka melanggar peraturan,
norma sosial dan hukum forma. Penyebab delinquency situsional ada dua faktor
yaitu: Pertama, situasi sosial eksternal ditentukan oleh tempat dan waktu,
khususnya situasi kondisi buruk yang terus menerus, hal ini merupakan dua
dimensi pokok sosial yang memberikan pengaruh buruk kepada anak-anak.
Kedua, faktor internal yaitu factor personal atau subyektif yang memberikan
limitasi internal. Proses kombinasi antara eksternal dan internal, saat terbentuknya
secara subyektif tingkah laku jahat pada pribadi anak kemudian ditransformasikan
dalam peranan aktif, setelah itu dijadikan kebiasaan tingkah laku dan kriteria
subyektif yang menetap untuk smelakukan kebiasaan buruk. Peran ini misalnya
meniru artis, seseorang yang dianggap idolanya. Penanganan peristiwa ini
diperlukan tindak koreksi dan reorganisasi secara fundamental terhadap:

(1) struktur kejiwaan anak remaja dengan bantuan proses pendidikan

(2) struktur social masyarakatnya, lewat tindak preventif, penekanan, dan hukuman
7

(3)Penataan ulang terhadap kebudayaan bangsa.

c. Delinquency sistematik

Kumpulan tingkah laku yang tersusun dan terorganisir disertai pengaturan,


status formal, peranan tertentu, norma-norma, rasa kebanggaan, dan moral
kejahatan yang berbeda dengan yang umum berlaku. Semua kejahan anak
dirasioalisir dan dibenarkan oleh segenap anggota kelompok, sehingga
kejahatannya menjadi terorganisir atau menjadi sistematis. Usaha pemberantasan
kejatahan ini adalah:

(1) pendidikan budi pekerti, pendidikan mental dan pendidikan keagamaan yang
dapat membangkitkan kembali hati nurani anak.

(2) system control social yang ketat dan terorganisir dengan baik terhadap daerah
rawan.

d. Delinquency kumulatif

Kondisi kultural buruk yang terus menerus dan berlangsungdapat


mengintensifkan perbuatan kejahan remaja. Penyebab dari delinquency kumulatif
adalah konflik cultural yang kontroversal. Konflik budaya ini terdapat banyak
kelompok sosial yang tidak bisa didamaikan dan dirukunkan, dan selalu terlibat
dalam ketegangan,persaingan dan benturan sosial yang diwarnai rasa benci dan
dendam. Anak remaja menjadi jahat disebabkan oleh lokasi tempat tinggal yang
terlalu padat dan mengalami polusi jiwani.

C. Penyebab Kenakalan Remaja


Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali
mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu
ketenteraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan
waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras, menggunakan
obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan
dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada di sekitarnya.
8

Cukup banyak faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja.


Berbagai faktor yang ada tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal
dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya secara ringkas:
1. Faktor internal
a. Krisis identitas
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya
perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya
identitas peran. Kenakalan remaja terjadi karena remaja gagal
mencapai masa integrasi kedua.
b. Kontrol diri yang lemah
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah
laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan
terseret pada perilaku 'nakal'. Begitu pun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan
pengetahuannya.
2. Faktor eksternal
a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer
bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut
memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur
keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya
pertumbuhan kepribadian anak.
Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab timbulnya kenakalan
remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga yang berantakan
disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang diliputi konflik keras,
ekonomi keluarga yang kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk
memunculkan delinkuensi remaja.
b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan
Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi
salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama
9

mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya
dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.
Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu
dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan
belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti
mana batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan
moral pada permulaannya dilakukan di rumah tangga dengan latihan-latihan,
nasehat- nasehat yang dipandang baik.
Maka pembinaan moral harus dimulai dari orang tua melalui teladan yang
baik berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena apa yang
diperoleh dalam rumah tangga remaja akan dibawa ke lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi
remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk
mempersiapkan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam
pembinaan moral akan berakibat negatif terhadap remaja itu sendiri.
Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu
melalui kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan
bimbingan tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah
baik buruk perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.
Kondisi masyarakat sekarang yang sudah begitu mengagungkan ilmu
pengetahuan mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata susila yang dipegang
teguh oleh orang-orang dahulu menjadi tertinggal di belakang. Dalam masyarakat
yang telah terlalu jauh dari agama, kemerosotan moral orang dewasa sudah
lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan-perbuatan orang
dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau teladan bagi anak-anak dan remaja
sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.

C. Pengaruh dari lingkungan sekitar


Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang
sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke
dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan
watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk,
moralnya pun akan
10

seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia
akan menjadi baik pula.
Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan keonaran
dan mengganggu ketenteraman masyarakat karena terpengaruh dengan budaya
barat atau pergaulan dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhi untuk
mencoba. Sebagaimana diketahui bahwa para remaja umumnya sangat senang
dengan gaya hidup yang baru tanpa melihat faktor negatifnya, karena anggapan
ketinggalan zaman jika tidak mengikutinya.
d. Tempat pendidikan
Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah berupa
lembaga pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi ketika anak
berada di sekolah dan jam pelajaran yang kosong. Belum lama ini bahkan kita
telah melihat di media adanya kekerasan antar pelajar yang terjadi di sekolahnya
sendiri. Ini adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab atas kenakalan
dan dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.
3. Faktor MassMedia
Massmedia sangat mempengaruhi anak-anak muda, karena mereka masih mudah
terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya. Contoh mass media yang buruk adalah
majalah-majalah cabul, buku-buku cabul tanpa pengarang, gambar-gambar porno
dan macam-macam yang bersifat jago-jagoan dan sadis, dewasa ini banyak
beredar. Apalagi saat ini, dengan perkembangan teknologi, internet dan
smartphone semakin murah dan mudah di dapat.

D. Dampak Kenakalan Remaja


1. Bagi diri remaja itu sendiri
Akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak bagi
dirinya sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupun perbuatan
itu dapat memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmatan
sesaat saja. Dampak bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena
gaya hidup yang tidak teratur. Sedangkan dampak bagi mental yaitu kenakalan
remaja tersebut akan mengantarnya kepada mental-mental yang lembek, berpikir
tidak stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral yang
pada
11

akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus
berlangsung selama remaja tersebut tidak memiliki orang yang membimbing dan
mengarahkan.
2. Bagi keluarga
Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat menjadi tulang
punggung keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Apabila
remaja selaku anak dalam keluarga berkelakuan menyimpang dari ajaran agama,
akan berakibat terjadi ketidakharmonisan di dalam keluarga dan putusnya
komunikasi antara orang tua dan anak. Tentunya hal ini sangat tidak baik karena
dapat mengakibatkan remaja sering keluar malam dan jarang pulang serta
menghabiskan waktunya bersama teman-temannya untuk bersenang-senang
dengan jalan minum- minuman keras atau mengonsumsi narkoba. Pada akhirnya
keluarga akan merasa malu dan kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja.
Padahal semuanya itu dilakukan remaja hanya untuk melampiaskan rasa
kekecewaannya terhadap apa yang terjadi dalam keluarganya.
3. Bagi lingkungan masyarakat
Apabila remaja berbuat kesalahan dalam kehidupan masyarakat,
dampaknya akan buruk bagi dirinya dan keluarga. Masyarakat akan menganggap
bahwa remaja itu adalah tipe orang yang sering membuat keonaran, mabuk-
mabukan ataupun mengganggu ketenteraman masyarakat. Mereka dianggap
anggota masyarakat yang memiliki moral rusak, dan pandangan masyarakat
tentang sikap remaja tersebut akan jelek. Untuk mengubah semuanya menjadi
normal kembali membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan.

E. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja


Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan remaja
masa kini sebagaimana telah disebutkan di atas, maka tentunya ada beberapa
solusi yang tepat dalam pembinaan dan perbaikan remaja masa kini. Kenakalan
remaja dalam bentuk apa pun mempunyai akibat yang negatif baik bagi
masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan
kenakalan remaja dapat dibagi dalam:
1. Tindakan Preventif
12

Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat


dilakukan melalui cara berikut:
a. Mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas remaja.
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh para
remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab
timbulnya pelampiasan dalam bentuk kenakalan.
c. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan
persoalan yang dihadapinya.
d. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan
dan keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui
pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.
e. Menyediakan sarana-sarana dan menciptakan suasana yang optimal
demi perkembangan pribadi yang wajar.
f. Memberikan wejangan secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.
g. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan
merangsang hubungan sosial yang baik.
h. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan
mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dan memberikan
pengarahan yang positif.
i. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga
maupun masyarakat di mana banyak terjadi kenakalan remaja.
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa keluarga juga mempunyai andil
dalam membentuk pribadi seorang remaja. Jadi untuk memulai perbaikan, maka
harus mulai dari diri sendiri dan keluarga. Mulailah perbaikan dari sikap yang
paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca doa
setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada
anak dan masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh keluarga. Memang tidak
mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa
dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar.
Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan mengembangkan
diri dengan baik sehingga keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan
aspek emosi akan dicapai. Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja
13

kepada perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan
dalam menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.
Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para
pendidik terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental di
sekolah dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama
dengan para pendidik lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja
dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap
penyimpangan tingkah laku remaja di rumah dan di sekolah.
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal yang memiliki pengaruh kuat
terhadap perkembangan remaja. Ada banyak hal yang bisa dilakukan pihak
sekolah untuk memulai perbaikan remaja, di antaranya melakukan program
“monitoring” pembinaan remaja melalui kegiatan-kegiatan keagamaan, kegiatan
ekstrakurikuler yang ada di sekolah dan penyelenggaraan berbagai kegiatan positif
bagi remaja.
Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah
pengertian remaja mengenai:
a. Pengenalan diri sendiri
Menilai diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.
b. Penyesuaian diri
Mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut.
c. Orientasi diri
Mengarahkan pribadi remaja ke arah pembatasan antara diri pribadi dan sikap
sosial dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai sosial, moral dan etik.
Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:
a. Pendekatan langsung
Yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada remaja itu sendiri.
Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan membantu
mengatasinya.
b. Pendekatan melalui kelompok
Di mana ia sudah merupakan anggota kumpulan atau kelompok kecil
tersebut.
2. Tindakan represif
14

Usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan moral dapat


dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran.
Dengan adanya sanksi tegas pelaku kenakalan remaja tersebut, diharapkan agar
nantinya si pelaku tersebut “jera” dan tidak berbuat hal yang menyimpang lagi.
Oleh karena itu, tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman
secara langsung bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.
Sebagai contoh, remaja harus menaati peraturan dan tata cara yang berlaku
dalam keluarga. Di samping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh
orang tua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksanaan tata
tertib harus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus
dikenakan sanksi yang sama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga
mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.
Di lingkungan sekolah, kepala sekolahlah yang berwenang dalam
pelaksanaan hukuman terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Dalam beberapa
hal, guru juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing
maupun pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru
dan staf pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan
kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya
tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan
maupun tertulis kepada pelajar dan orang tua, melakukan pengawasan khusus oleh
kepala sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang bersekolah untuk
sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung dari jenis pelanggaran tata
tertib sekolah.

3. Tindakan kuratif dan rehabilitasi


Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan
dianggap perlu mengubah tingkah laku pelanggar remaja itu dengan memberikan
pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus yang
sering ditangani oleh suatu lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam
bidang ini.
Solusi internal bagi seorang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja
antara lain:
15

a. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah
atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan
sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa
remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah
sebelumnya gagal pada tahap ini.
b. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan poin
pertama.
c. Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kegiatan positif, seperti
berolahraga, melukis, mengikuti event perlombaan, dan penyaluran hobi.
d. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua
memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
e. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata
teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Kenakalan remaja (Juvenile Deliquence) adalah semua perubahan anak remaja


(usia belasan tahun) yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai dan norma
yang diakui bersama) yang ditujukan pada orang, binatang, dan barang-barang
yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian pada pihak lain Kenakalan remaja
meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang
dilakukan oleh remaja.
Menurut bentuknya, kenakalan remaja dibagi ke dalam tiga tingkatan: (1)
kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi
dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan
kejahatan seperti mengendarai sepeda motor tanpa SIM, mengambil barang orang
tua tanpa ijin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan
seks di luar nikah, pemerkosaan, dll. Cukup banyak faktor yang melatar belakangi
terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Akibat dari
kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak bagi dirinya sendiri dan
sangat merugikan baik fisik dan mental, putusnya komunikasi antara orang tua
dan anak, kesalahan dalam kehidupan masyarakat.
Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi di kalangan remaja masa
kini, maka tentunya ada beberapa solusi yang tepat dalam pembinaan dan
perbaikan remaja masa kini. Kenakalan remaja dalam bentuk apa pun mempunyai
akibat yang negatif baik bagi masyarakat umum maupun bagi diri remaja itu
sendiri. Tindakan penanggulangan kenakalan remaja dibagi dalam: Tindakan
Preventif yaitu usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum,
Tindakan represif yaitu usaha menindak pelanggaran norma-norma sosial dan
moral dapat dilakukan dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan
pelanggaran, Tindakan kuratif dan rehabilitasi tindakan ini dilakukan setelah
tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah
laku pelanggar remaja itu dengan memberikan pendidikan lagi.
A. Saran

16
17

Disarankan kepada orangtua agar lebih menjaga hubungan dalam keluarga serta
memberikan pengarahan dan orang tua lebih terbuka agar dapat menjadi seorang
yang dapat dipercaya, kepada pihak sekolah disarankan dapat membantu siswa
untuk mengenali potensi-potensi yang dimiliki siswa, disarankan kepada
masyarakat umum hendaknya ikut berpartisipasi dalam guna pencegahan hal-hal
yang tidak diinginkan, kepada para remaja dapat menempatkan diri sebagai
remaja yang baik dan benar sesuai dengan norma dan tuntutan yang berlaku
dalam masyarakat, dan kepada pihak pemerintah perlunya tidakan
darimpemerintah dalam mengawasi tindakan remaja di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Abin, Syamsudin Makmun. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Basri, Hasan. 2004. Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartini Kartono. 2003. Patologi Sosial, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Laning, Vina Dwi. 2008. Kenakalan remaja dan Penanggulangannya. Jakarta:


Kementerian Pendidikan Nasional.

Soerjono, Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta: Rajawali.

Sudarsono. 2004. Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

Al-Mighwar, Muhammad. 2011. Psikologi remaja. Bandung: Pustaka Setia.

Agustiani, Hendriati.2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Refika Aditama.


Setiawan, Marwan. 2015. Karakteristik Kriminalitas Anak &Remaja. Bogor:
Galia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai