Anda di halaman 1dari 29

KENAKALAN REMAJA

Proposal Penelitian
Disusun untuk memenuhi tugas metode penelitian sosial
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Maisa Hurul Aeni, M.Psi

Disusun Oleh :
PUTRI NURHAYATI
(22020033)

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
SYAMSUL ULUM KOTA SUKABUMI
TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Makalah ini merupakan hasil dari tugas mandiri dari para siswa, untuk belajar dan

mempelajari lebih lanjut tentang Kenakalan Remaja. Penyusunan makalah ini

bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar madiri kepada mahasiswa, agar

kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yan

diharapkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam

mengetahui tentang berbagai penyebab kenakalan remaja serta dapat

membentengi diri dan lingkungan pergaulannya dari terjerumus ke dalam berbagai

bentuk kenakalan remaja tersebut

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat

dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen

pengampu mata kuliah dan juga teman-teman yang sangat kami harapkan untuk

perbaikan dan penyempurnan dalam belajar pada masa mendatang.

Sukabumi, 08 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................


DAFTAR ISI ...................................................................................................................
BAB I . PENDAHULUAN
1.1.........................................................................................................Latar Belakang
..............................................................................................................................
1.2....................................................................................................Rumusan Masalah
..............................................................................................................................
1.3......................................................................................................................Tujuan
..............................................................................................................................
1.4....................................................................................................................Manfaat
..............................................................................................................................
BAB II . PEMBAHASAN
2.1..................................................................................Pengertian Kenakalan Remaja
..............................................................................................................................
2.2..................................................................................Penyebab Kenakalan Remaja
..............................................................................................................................
2.3........................................................................................Solusi Kenakalan Remaja
............................................................................................................................
BAB III . METODE PENELITIAN
3.1........................................................................................................Jenis Penelitian
............................................................................................................................
3.2.......................................................................................Teknik Pengumpulan Data
............................................................................................................................
3.3................................................................................................Teknik Analisa Data
............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja sudah

tidak lagi dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup matang

untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling sesuai

baginya dan ini pun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun melalui

banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulakan kekuatiran

serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orangtuanya.

Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman

sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa

menari identitas. Kesalahan-kesalahan yang menimbulkan kekesalan lingkungan

inilah yang sering disebuet sebagai kenakalan remaja. Remaja merupakan aset

masa depan suatu bangsa. Disamping halam aal-hal yang menggembirakan

dengan kegiatan remaja-remaja pada waktu yang akhir-akhir ini dan pembinaan

yang dilakukan oleh organisasi-organisasi peajar dan mahasiswa, kita melihat pula

arus kemrosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian pemuda-

pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam surat

kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar,

penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret yang

dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-kasus

kehamilan di kalangan remaja putri dan lain sebaginya.

1
Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang kini

semakin marak, oleh karena itu masalah kenakalan remaja seyogyanya

mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja kea

rah yanglebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu system dalam

menanggulangi kenakalan dikalangan remaja.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan di

bahas dalam makalah ini sebagai berukut:

1. Apakah kenakalan remaja itu?

2. Apa penyebab kenakalan remaja?

3. Bagaimana solusi mengatasi kenakalan remaja?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui kenakalan remaja

2. Untuk penyebab kenalkan remaja

3. Untuk mengetahui bagaimana solusi untuk kenakalan remaja

1.4. Manfaat

1. Mahasiswa mengetahui pengertian kenakalan remaja.

2. Mahasiswa mengetahui faktor-faktor kenakalan remaja.

3. Mahasiswa mengetahui solusi dalam mengatasi kenakalan remaja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kenakalan Remaja

Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang perbuatan

kriminalitas yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remja yang

meniduri ibu kandungnya sendi, perkelahian antar pelajar, tawuran,

penyalahgunan narkoba dan minum-minuman keras dan masih bnyak lagi

kriminalitas yang terjadi di negeri ini. Kerusakan moral sudah merebak di seluruh

lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa serta orang yang

sudah lanjut usia.termasuk yang tidak luput dari kerusakan moral ini adalah

remaja. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang

berusia 13-18 tahun. Pada usia terebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-

kanak, namun masih belum cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia

berada pada masa transisi dan pencarian jati diri, yang karenanya sering

melakukan perbutan-perbuatan yang dikenal dengan istilah kenakalan

remaja.kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-

norma hukum pidaa yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan

merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Masalah kenakalan

remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya

peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada tahun 1899 di Illionois,

Amerika Serikat. Beberapa ahli mendefinisikan kenakalan remaja ini sebagai

berikut:

3
1. Kartono, ilmuwan sosiologi

“Kenakalan remaja atau dalam bahasa inggris di kenal dengan istilah juvenile

delinquency merupakan gejala patologis social pada remaja yang disebabkan oleh

satu bentuk pengabaian social. Akbatnya, mereka mngembangkan bentuk perilaku

yang menyimpang.”

2. Santrock “ kenakaln remaja merupakan kumpulan dari berbagi perilaku

remaja yang tidak dapat diterima secara social hingga terjadi tindakan kriminal.”

2.2. Penyebab Kenakalan Remaja

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali

mengusik ketenangan orang alain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu

ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan

waktunya hanya untuk hura-hura seperti minum-munuman keras, menggunakan

obat-obatan terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainya itu akan merugikan

dirinya sendiri, keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya. Cukup banyak

faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktr yang

ada tersebut dapat dikelompokan menjadi faktor internal dan faktor eksternal.

Berikut ini penjelasannya secara ringkas:

1. Faktor internal

a. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua

bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dlam

4
kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja terjadi

karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

b. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat

diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku “nakal”.

Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tinktah laku

tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku

sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor eksternal

a. Kurangnya perhatian dari orang tua, serta kurangnya kasih sayang

Keluarga merupakan unit social terkecil yang memberikan fondasi primer bagi

perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan

nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan

masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik pengaruh baik atau buruknya

pertumbuhan kepribadian anak. Keadaan lingkungan keluarga yang menjadi sebab

timbulnya kenakalan remaja seperti keluarga yang broken-home, rumah tangga

yang berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibunya, keluarga yang

kurang, semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delinkuensi

remaja. Dr. Kartini Kartono juga berpendapat bahwasannya faktor penyebab

terjadinya kenakalan remaja antara lain.

1. Anak kurang mendapatkan perhatian, kasih saying dan tuntunan pendidikan

orang tua, terutama bimbingan ayah, karena ayah dan ibunya masing-masing

sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri.

5
2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja yang tidak terpenuhi,

keinginan dan harapan anak-anak tidak bias tersalur dengan memuaskan, atau

tidak mendapatkan konpesasinya.

3. Anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat

diperlukan untuk hidup normal, mereka tidak dibiasakan dengan di siplin dan

control diri yang baik. Maka dengan demikian perhatian dan kasih sayang dari

orang tua merupakan suatu dorongan yang berpengaruh dalam kejiwaan seorang

remaja dalam membentuk kepribadian serta sikap remaja sehari-hari. Jadi

perhatian dan kasih saying dari orang tua merupakan faktor penyebab terjadinya

kenakalan remaja.

b. Minimnya pemahaman tentang keagamaan

Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi

salahsatu faktor terjaddinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama

mempunyai peran yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya

dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.

Pembinaan moral ataupun agama bagi remaja melalui rumah tangga perlu

dilakukan sejak kecil sesuai dengan umurnya karena setiap anak yang dilahirkan

belum mengerti mana yang benar dan mana yang salah, juga belum mengerti

mana batas-batas ketentuan moral dalam lingkungannya. Karena itu pembinaan

moral pada permulaannya dilakukan dirumah tangga dengan latihan-latihan,

nasehat-nasehat yang dipandang baik.

Maka pembinaan moral harus dimulai dari orangtua melalui teladan yang baik

berupa hal-hal yang mengarah kepada perbuatan positif, karena apa yang di

6
peroleh dalam rumah tangga remaja akan di bawa ke lingkungan masyarakat.

Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi

remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk

mempersiapakan hari depan generasi yang akan datang, sebab kesalahan dalam

pembinaan moral akan berakibat negative terhadap remaja itu sendiri.

Pemahaman tentang agama sebaiknya dilakukan semenjak kecil, yaitu melalui

kedua orang tua dengan cara memberikan pembinaan moral dan bimbingan

tentang keagamaan, agar nantinya setelah mereka remaja bisa memilah baik buruk

perbuatan yang ingin mereka lakukan sesuatu di setiap harinya.

Kondisi masyarakat sekarang yang sudah mengagungkan ilmu pengetahuan

mengakibatkan kaidah-kaidah moral dan tata susila yang di pegang teguh oleh

orang-orang dahulu menjadi tertinggal di belakang.

Dalam masyarakat yang telah terlalu jauh dari agama, kemerosotan moral orang

dewasa sudah lumrah terjadi. Kemerosotan moral, tingkah laku dan perbuatan-

perbuatan orang dewasa yang tidak baik menjadi contoh atau tauladan bagi anak-

anak dan remaja sehingga berdampak timbulnya kenakalan remaja.

c. Pengaruh dari lingkungan sekitar

Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang sering

mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya ,malah terjerumus kedalamnya.

Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi prilaku dan watak remaja.

Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk, moralnya pun akan

7
seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan yang baik maka ia

akan jadi baik pula.

Di dalam kehidupan bermasyarakat, remaja sering melakukan dan mengganggu

ketenangan masyarakat karena terpengaruh oleh budaya barat atau pergaulan

dengan teman sebayanya yang sering mempengaruhi untuk mencoba.

Sebagaimana di ketahui bahwa para remaja umumnya sangat senang dengan gaya

hidup yang baru tanpa melihat faktor negatifnya, karena anggapa ketinggalan

jaman jika tidak mengikutinya.

d. Tempat Pendidikan

Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah berupa lembaga

pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi ketika anak berada

disekolah dan jam pelajaran yang kosong. Belum lama ini bahkan kita telah

melihat dimedia adanya kekerasan antar pelajar yang terjadi disekolahnya sendiri.

Ini adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab atas kenakalan dan

dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.

Akibat-akibat yang ditimbulkan oleh kenakalan remaja antara lain:

1. Bagi diri remaja itu sendiri

Akibat dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja akan berdampak bagi dirinya

sendiri dan sangat merugikan baik fisik dan mental, walaupu perbuatan itudapat

memberikan suatu kenikmatan akan tetapi itu semua hanya kenikmataan sesaat

saja. Dampak bagi fisik yaitu seringnya terserang berbagai penyakit karena gaya

hidup yang tidak teratur. Sedangkan dampak bagi mental yaitu kenakalan remaja

tersebutakan mengantar nya kepada mental-mental yang lembek, berfikir tidak

8
stabil dan kepribadiannya akan terus menyimpang dari segi moral yang pada

akhirnya akan menyalahi aturan etika dan estetika. Dan hal itu kan terus

berlangsung selama remaja tersebut tidak memiliki orang yang membimbing dan

mengarahkan.

2. Bagi keluarga

Anak merupakan penerus keluarga yang nantinya dapat mejadi tulang punggung

keluarga apabila orang tuanya tidak mampu lagi bekerja. Apabila remaja selaku

anak dalam keluarga berkeluarga menyimpang dari ajaran keluarga akan berakibat

ketidak harmonisan dalam keluarga dan putusnya komunikasi antara orang tua

dan anak. Tentunya hal ini sangat tidak baik karena dapat mengakibatkan remaja

sering keluar malam dan jarang pulang serta menghabiskan waktunya bersama

teman-temannya untuk bersenang senang dengan jalan minum-minuman keras

atau mengkonsumsi narkoba pada akhirnya keluarga akan merasa malu dan

kecewa atas apa yang telah dilakukan oleh remaja. Padahal kesemuanya itu di

lakukan remaja hanya untuk melampiaskan rasa kekecewaannya terhadap apa

yang terjadi dalam keluarganya.

3. Bagi lingkungan masyarakat

Apabila remaja membuat kesalahan dalam kehidupan masyarakat, dampaknya

akan buruk bagi dirinya dan keluarga. Masyarakat akan menganggap bahwa

remaja itu adalah tipe orang yang sering membuat keonaran, mabuk-mabukan,

ataupun mengganggu ketentraman masyarakat. Mereka di anggap anggota

masyarakat yang memiliki moral rusak, dan pandangan masyarakat tentang sikap

9
remaja tersebut akan jelek. Untuk merubah semuanya menjadi normal kembali

membutuhkan waktu yang lama dan hati yang penuh keikhlasan.

2.3 Solusi Kenakalan Remaja

Dari berbagai faktor dan permasalahan yang terjadi dikalangan remaja masa kini

sebagaimana telah disebutkan diatas, maka tentunya ada beberapa solusi yang

tepat dalam pembinaan dan perbaikan remaja masa kini. Kenakalan remaja dalam

bentuk apapun mempunyai akibat yang negative baik bagi masyarakat umum

maupun bagi diri remaja itu sendiri. Tindakan penanggulangan kenakalan remaja

dapat di bagi dalam:

1. Tindakan Preventif

Usaha pencegahan timbulnya kenakalan remaja secara umum dapat dilakukan

melalui cara berikut:

1. Mengenal dan mengetahui cirri umum dan khas remaja.

2. Mengetahui mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh

remaja. Kesulitan-kesulitan mana saja yang biasanya menjadi sebab timbulnya

pelampiasan dalam bentuk kenakalan.

Usaha pembinaan remaja dapat dilakukan dalam bentuk:

1. Menguatkan sikap mental remaja supaya mampu menyelesaikan persoalan

yang dihadapinya.

2. Memberikan pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan

keterampilan melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama,

budi pekerti dan etika.

10
3. Menyediakan sarana-srana dan menciptakan suasana yang optimal demi

perkembangan pribadi yang wajar.

4. Memberikan wejana secara umum dengan harapan dapat bermanfaat.

5. Memperkuat motivasi atau dorongan untuk bertingkah laku baik dan

merangsang hubungan social yang baik.

6. Mengadakan kelompok diskusi dengan memberikan kesempatan

mengemukakan pandangan dan pendapat para remaja dengan memberikan

pengarahan yang positif.

7. Memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan social keluargaa maupun

masyarakat dimana banyak terjadi kenakalan remaja.

Sebagaimana disebut diatas, bahwa keluarga juga mempunyai andil dalam

membentuk pribadi seorang remja. Jadi untuk memulai perbaikan dari sikap yang

paling sederhana, seperti selalu berkata jujur meski dalam gurauan, membaca do’a

setiap melakukan hal-hal kecil, memberikan bimbingan agama yang baik kepada

anak masih banyak hal lagi yang bisa dilakukan oleh kelurga. Memang tidak

mudah melakukan dan membentuk keluarga yang baik, tetapi semua itu bisa

dilakukan dengan pembinaan yang perlahan dan sabar.

Dengan usaha pembinaan yang terarah, para remaja akan mengembangkan diri

dengan baik sehingga keseimbangan diri yang serasi antara aspek rasio dan aspek

amosi akan dicapai. Pikiran yang sehat akan mengarahkan para remaja kepa

perbuatan yang pantas, sopan dan bertanggung jawab yang diperlukan dalam

menyelesaikan kesulitan atau persoalan masing-masing.

11
Usaha pencegahan kenakalan remaja secara khusus dilakukan oleh para pendidik

terhadap kelainan tingkah laku para remaja. Pendidikan mental disekolah

dilakukan oleh guru, guru pembimbing dan psikolog sekolah bersama dengan para

pendidik lainnya. Usaha pendidik harus diarahkan terhadap remaja dengan

mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan

tingkah laku remaja di rumah dan di sekolah.

Pemberian bimbingan terhadap remaja tersebut bertujuan menambah

pengertian remaja mengenai :

1. Pengenalan diri sendiri: menilai diri sendiri dan orang lain.

2. Penyesuaian diri: mengenal dan menerima tuntutan dan menyesuaikan diri

dengan tuntutan tersebut.

3. Orientasi diri: mengarahkan pribadi remaja ke arahpembatasan antara diri

pribadi dan sikap social dengan penekanan pada penyadaran nilai-nilai social,

moral dan etika.

Bimbingan yang dilakukan terhadap remaja dilakukan dengan dua pendekatan:

1. Pendekatan langsung, yakni bimbingan yang diberikan secara pribadi pada

remaja itu sendiri. Melalui percakapan mengungkapkan kesulitan remaja dan

membantu mengatasinya.

2. Pendekatan melalui kelompok, dimana ia sudah merupakan anggota

kumpulan atau kelompok kecil tersebut.

3. Tindakan Represif

Usaha menindak pelanggaran norma-norma social dan morl dapat dilakukan

dengan mengadakan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Dengan

12
adanya sanksi tegas pelaku kenakalan remaja terebut, diharapkan agar nantinya si

pelaku tersebut “jera” dan tidak berbuat hal yang menyimpang lagi. Oleh karena

itu , tindak lanjut harus ditegakkan melalui pidana atau hukuman secara langsung

bagi yang melakukan kriminalitas tanpa pandang bulu.

Sebagai contoh, remaja harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku dalam

keluarga. Disamping itu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh

orangtua terhadap pelanggaran tata tertib dan tata cara keluarga. Pelaksnaan tata

tertib gharus dilakukan dengan konsisten. Setiap pelanggaran yang sama harus

dikenakan sanksi yang ssama. Sedangkan hak dan kewajiban anggota keluarga

mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan umur.

Di lingkungan sekolah, kepala sekolah yang berwenang dalam pelaksanaan

hokuman terhadap pelanggaran tata tertib ssekolah. Dalam beberapa hal, guru

juga berhak bertindak. Akan tetapi hukuman yang berat seperti skorsing maupun

pengeluaran dari sekolah merupakan wewenang kepala sekolah. Guru dan sstaf

pembimbing bertugas menyampaikan data mengenai pelanggaran dan

kemungkinan-kemungkinan pelanggaran maupun akibatnya. Pada umumnya

tindakan represif di berikandalam bentuk memberikan peringatan secara lisan

maupun tertulis kepada sekolah dan tim guru atau pembimbing dan melarang

bersekolah untuk sementara waktu (skors) atau seterusnya tergantung dari jenis

pelanggaran tata tertib sekolah.

4. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi

Tindakagah n ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan

dan dianggap perlu mengubah tingkah aku pelanggar remaja itu dengan

13
memberikan pendidikan lagi.pendidikan diulangi melali pembinaan secara khusus

yang sering ditangani oleh suatu lembagakhusus maupun perorangan yang ahli

dalam bidang ini.

Solusi internal bagi seoraang remaja dalam mengendalikan kenakalan remaja

antara lain:

1. Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahya control diri bisa dicegah

atau diatasi dengan prinsip keteladamam. Remaja harus bisa mendapatkan

sebanyak mungkin figure orang-orang dewasa yang telah melampaui masa

remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah

sebelumnya gagal pada tahap ini.

2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point

pertama.

3. Remaja menyalurkan energinya dalam berbagai kepentingan positif, seperti

berolahraga, melukis, mengikuti event perlombaan, dan penyaluran hobi.

4. Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua

memberi arahan dengan siapa dan komunitas mana remaja harus bergaul.

5. Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika

ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai harapan.

Jika berbagai solusi dan pembinaan di atas dilakukan dilakukan, diharapkan

kemungkinan terjadinya kenakalan remaja ini akan semakin berkurang dan

teratasi. Dari pembahasan mengenai penanggulangan masalah kenakalan remaja

ini perlu ditekankan bahwa segala usaha pengendalian kenakalan remaja harus

ditujukan kea rah tercapainya kepribadian remaja yang mantap, serasi dan dewasa.

14
Remaja diharapkan akan menjadi orang dewasa yang berpribadi kuat, sehat

jasmani dan rohani, teguh dalam kepercayaan (iman) sebagai anggota masyarakat,

bangsa dan tanah air.

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena

Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor, adalah sebagai prosedur sebagai

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan

dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati.1 diskriptif karena peneliti

mengadakan penelitian tidak dimaksudkan menjadi hipotesis tertentu tetapi hanya

menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variable, gejala dan juga keadaan.2

Margono menambahkan bahwa dalam penelitian kualitatif ini analisis yang

digunakan lebih bersifat deskriptif-analitik yang berarti interpretasi terhadap isi

dibuat dan disusun secara sistematik/menyeluruh dan sistematis.3 Selain itu

penggunaan metode penelitian kualitatif juga mengarahkan pusat perhatian

kepada cara bagaimana orang memberi makna pada kehidupannya dalam

pengertian lain peneliti menekankan pada titik pandang orang-orang atau yang

disebut “people’s point of view”, dan pemaparan hasil penelitian berdasarkan data

dan informasi lapangan dengan menarik makna dan konsepnya.

16
1. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari

sumber pertamanya. Terkait dengan penelitian ini, data primer didapatkan dengan

wawancara langsung kepada para informan penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data

sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari observasi dan berbagai bentuk

laporan-laporan pendukung serta dokumentasi tertulis yang sangat membantu

penelitian ini.

2. Populasi

Menurut Sugiono, populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek,

subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan di ambil kesimpulannya.5 Sedangkan menurut

Suharsimi Arikunto populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila

seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitian di sebut populasi.6 Dengan demikian populasi adalah semua individu

yang hendak di teliti. Dengan demikain populasi dalam penelitian ini adalah

semua tokoh-tokoh agama seperti; Guru Ngaji, P2N, dan KUA, jama’ah pengajian

masjid, dan para remaja

17
3. Sampel Penelitian

Dalam penelitian kualitatif ini, sumber data dipilih secara purposive dan bersifat

snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data

dengan pertimbangan tertentu, seperti orang tersebut dianggap paling tahu tentang

apa yang peneliti harapkan. Sedangkan yang dimaksud snowball sampling adalah

teknik pengambilan sampel yang awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi

besar. Dasar pertimbangan digunakannya teknik snowball sampling ini adalah

karena dengan teknik penarikan sampel ini, dianggap akan lebih representatif baik

ditinjau dari segi pengumpulan data maupun dalam pegembangan data. Dengan

pengambil sumber data yang dipilih secara purposive dan bersifat snowball

sampling, maka sumber data dipilih orang-orang yang dianggap sangat

mengetahui permasalahan yang akan diteliti atau juga yang berwenang dalam

masalah tersebut dan jumlahnya tidak dapat ditentukan, karena dengan sumber

data yang sedikit itu apabila belum dapat memberikan data yang lengkap, maka

mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sumber data.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dan luasnya jumlah populasi yang akan

diteliti perlu adanya batasan sampel agar penelitian ini tidak terlalu meluas.

sehubungan dengan ini, maka yang dijadikan sumber data adalah tokoh-tokoh

agama seperti; Guru Ngaji, P2N, dan KUA, jama’ah pengajian masjid, dan para

remaja

18
3.2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode- metode

sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dimana penyelidik

mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala -gejala yang

dihadapi (diselidiki), baik pengamatan itu dilaksanakan dalam situasi yang

sebenarnya maupun situasi buatan yang diadakan. Metode ini merupakan

pencatatan dan pengamatan secara sistematik terhadap fenomena-fenomena yang

ada ditempat penelitian. Metode ini juga digunakan untuk mendapatkan data yang

bersifat fisik yang tidak dapat diperoleh dengan cara interview. Metode ini

dipergunakan untuk memperoleh data tentang peran tokoh agama dalam

penanganan kenakalan remaja

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki

komunikasi langsung antara peneliti dan subyek yang diteliti atau responden.10

Dalam pelaksanaan interview ini, peneliti berusaha mencari suasana yang

kondusif, sehingga dapat tercipta suasana psikologi yang baik dimana responden

dapat diajak bekerja sama, bersedia menjawab pertanyaan dan memberi informasi

yang sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

19
Menurut Donald Ari dkk yang dikutip Nurul Zuriah, ada dua jenis wawancara

yaitu wawancara berstruktur dimana alternatif jawaban yang diberikan kepada

subyek telah ditetapkan terlebih dahulu dan wawancara tak berstruktur dimana

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sikap, keyakinan, subyek atau

keterangan lainnya yang diajukan secara bebas kepada subyek penelitian.11

Dalam penelitian ini peneliti lebih cenderung banyak menggunakan wawancara

tak berstruktur, karena hal ini lebih memberikan kebebasan dan keluasan hati

kepada subyek penelitian sehingga tidak ada suasana terikat yang menjadikan

subyek tegang dalam memberikan jawaban. Dalam metode wawancara ini

respoden yang terlibat adalah tokoh agama, remaja, dan jama’ah pengajian di

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi mempunyai arti penting dalam penelitian kualitatif karena

secara jelas memberikan gambaran mengenai metode pemimpin dalam pembinaan

remaja dilingkungannya sebagai subyek dan obyek penelitian. Metode ini adalah

sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isi peristiwa tersebut dari

penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa tersebut dan di tulis dengan sengaja

untuk menyimpan, meneruskan keterangan melalui peristiwa tersebut.

Dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti benda-benda tertulis, seperti

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen, rapat, catatan harian

dan sebagainya. Metode ini digunakan mengambil sumber data tentang

profil dan peran tokoh agama dalam penanganan kenakalan remaja di Kecamtam

Kedondong Kabupaten Pesawaran.

20
3.3. Teknik Analisa Data

Analis data dalam penelitian merupakan kegiatan yang sangat penting yang

didalamnya dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian terhadap data yang telah

dihasilkan. Melalui analis data, data yang terkumpul dalam bentuk data mentah

dapat diproses secara baik untuk menghasilkan data yang matang.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data secara diskriptif

yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif, dimana data-data yang telah

dihasilkan dari penelitian dan kajian, baik secara teoritis dan empiris yang

digambarkan melalui kata-kata atau kalimat secara benar dan jelas. Adapun

langkah-langkah analisis data menurut Usman dan Akbar, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak

perlu.12 Berbeda dengan pendapat Sanapsiah Faisal, ia Mengatakan “Reduksi

data adalah proses perangkuman, pengihtisaran, atau penyeleksian, terhadap data

yang terkumpul, sehingga masing-masing data tersebut dapat dikatagorisasikan ,

difokuskan atau disesuaikan dengan permasalahan yang diteliti.13

Dengan demikian reduksi data adalah proses pengumpulan data dari hasil

observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan cara Merangkum, menyeleksi

terhadap data yang terkumpul, sehingga masing-masing data tersebut dapat

21
diambil data yang sesuai dengan permasalahan dan membuang data yang tidak

perlu. Dalam hal ini peneliti mereduksi data yang berkenaan dengan peran tokoh

agama dalam penanganan kenakalan remaja di Kecamatan Kedondong Kabupaten

Pesawaran.

2. Display Data.

Display data merupakan penyajian data ke dalam sejumlah matriks yang sesuai,

misalnya matriks urutan waktu yang menunjukan kronologis suatu program,

Matriks jalinan antar komponen di dalam proses suatu kegiatan dan lain

sebagainya. Matriks ini untuk mepermudah pengkontruksian di dalam rangka

menuturkan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan data.14 Dalam hal ini

penulis mematriks tentang peran tokoh agama dalam penanganan kenakalan

remaja di Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran dan, faktor pendukung

dan penghambat.

3. Pengambilan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dimaksudkan untuk menterjemahkan hasil analisa dalam

rumusan yang singkat, menjelaskan pola urutan dan mencari hubungan diantara

dimensi-dimensi yang di uraikan.15 Sumber dari seluruh kegiatan analisa data

pada penelitian ini terletak pada penuturan tentang apa yang berhasil penanganan

proses kenakalan remaja .

Dari ketiga analisa yang dijelaskan diatas bukanlah suatu yang berlangsung linier,

melainkan merupakan suatu siklus yang intaraktif. Siklus interaktif menunjukan

adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk memahami atau mendapatkan

22
pengertian secara mendalam, komprehensif, dan rinci mengenai suatu masalah,

sehingga dapat menarik sebuah kesimpulan-kesimpilan secara induktif.

Jadi, Setiap kesimpulan dari data yang telah diperoleh, pada tingkat pertama

lazimnya dianggap kesimpulan “Tentatif” yang masih perlu pengecekan dan

pelacakan terus menerus dari berbagai sumber dan informasi lainnya. Jadi data

yang di dapat dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi, yaitu data yang

berkenaan dengan peran tokoh agama dalam penanganan kenakalan remaja di

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran dan, faktor pendukung dan

penghambat.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adilla, N. (2009). Pengaruh Kontrol Sosial terhadap Perilaku Bullying


Pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Kriminologi
Indonesia, Vol. 5 : 56-66.

Anganthi, N. R. A., Purwandari, E., & Purwanto, Y. (2010). Pola


delinquency penyalahgunaan napza di surakarta. Laporan
Penelitian Fundamental Research Dikti.

Bagong, S. & Narwoko D. (2010). Sosiologi Teks Pengantar Dan


Terapan.
Jakarta: Kencana.

Basrowi, M, S. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Bruce G. Simons-Morton, A. D. (1999). Student-School Bonding and


Adolescent Problem Behavior. Munchen: Health Dissestation.

Bungin, B. (2008). Analisis data penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Cresswell, J. W. (2012). Reseach Design Pendekatan Kualitatif,


Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cunningham, N. J. (2007). Level of Bonding to School and Perception of


to School Environment by Bullies, Victims and Bully Vivtims.
Journal of Early Adolescence, 457-475.

Downing, Steven. (2010). Social Control in a Subculture of Piracy.


Journal of Criminal Justice and Popular Culture, 14 (1), 77-
123.

Gunarsa, S. & J, Y. S. (2011). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan

24
Keluarga.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Haryanto. (2011). Macam-macam Metode Pembelajaran. [Online].


Tersedia: http://belajarpsikologi.com/2012/05/model-model-
penelitian-tindakan- kelas.html [30 Oktober 2016]

Jayanti, A. D. (2014). Kontrol Sosial Orang Tua Terhadap Dampak


Permainan Playstation Pada Anak Usia Sekolah Di Dusun
Nglawisan, Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten
Magelang. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial; Universitas Negeri
Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai