Anda di halaman 1dari 15

PANDANGAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP KENAKALAN REMAJA

SEBAGAI SUATU FENOMENA SOSIAL

NAMA KELOMPOK 2 :

1. Azizah Aprillia 010117055 7. Chintya Widya Ayu 010117041

2. Siti Nurlaila 010117042 8. Nida Auria Nissa 010117012

3. Aldy Dwi Ristianto 010117272 9. Fahmi Agus 010117043

4. M Faris Alpi Y 010117057 10. Viktorianus Neto 010117038

5. Ade Prayoga 010117024 11. Nanda Hadi Pratomo 010117013

6. Joses Aditya Adriaans 010117032

Kelas : AB (Semester 8)

Dosen : Dr. Yenny Febrianty, SH. MHum. Mkn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2021

i
KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,

karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang

“PANDANGAN SOSIOLOGI HUKUM TERHADAP KENAKALAN REMAJA SEBAGAI

SUATU FENOMENA SOSIAL” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan. Semoga makalah sederhana ini dapat memberikan informasi dan dapat

dipahami oleh siapapun yang membacanya.

Bogor, 04 April 2021

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan . .............................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan ...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengertian dari Kenakalan Remaja ...................................................................3

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja .......................................................................4

2.3 Pencegahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja ........................................................6

2.4 Pandangan Sosiologi Hukum Terhadap Kenakalan Remaja ..............................................6

2.5 Penegakkan Hukum Terhadap Kenakalan Remaja ..........................................................7

2.6 Penerapan Hukum Terhadap Kenalakan Remaja ................................................................8

iii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................10

3.2 Saran ..................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................11

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja adalah masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa. Seorang remaja

sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup

matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling

sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun

melalui banyak kesalahan. Kesalahan yang dilakukannya sering menimbulkan

kekawatiran serta perasaan yang tidak menyenangkan bagi lingkungannya, orang

tuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman

sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa

mencari identitas.

Remaja merupakan aset masa depan suatu bangsa. Di samping hal-hal yang

menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja pada waktu yang akhir-akhir ini dan

pembinaan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi pelajar dan mahasiswa, kita

melihat pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian

pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam

surat kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar,

penyebaran narkotika, pemakaian obat bius, minuman keras, penjambret yang

dilakukan oleh anak-anak yang berusia belasan tahun, meningkatnya kasus-kasus

kehamilan di kalangan remaja putri dan lain sebagainya.

Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang

kini semakin marak, Oleh karena itu masalah kenakalan remaja setidaknya

mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah

1
yang lebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam

menanggulangi kenakalan di kalangan remaja.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Kenakalan Remaja ?

2. Apa Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ?

3. Bagaimana Pencegahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja ?

4. Bagaimana Pandangan Sosiologi Hukum Terhadap Kenakalan Remaja ?

5. Bagaimana Penegakkan Hukum Terhadap Kenakalan Remaja ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian dari Kenakalan Remaja

2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

3. Untuk mengetahui Pencegahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja

4. Untuk mengetahui Pandangan Sosiologi Hukum Terhadap Kenakalan Remaja

5. Untuk mengetahui Penegakkan Hukum Terhadap Kenakalan Remaja

1.4. Manfaat Penulisan

1. Untuk melengkapi tugas dari mata kuliah Sosiologi Hukum

2. Untuk Mengetahui penyebab kenakalan remaja dan gejala-gejala yang dapat

memperlihatkan hal-hal yang mengarah pada kenakalan remaja, serta

3. Untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menanggulangi kenakalan

remaja.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja atau juvenile delinquency dalam bahasa inggris yang artinya

adalah anak-anak yang terabaikan, oleh karena itu kenakalan remaja bisa diartikan salah

satunya ialah sebagai anak yang kurang mendapatkan perhatian dan pendidikan yang

baik meskipun banyak alasan yang jelas kenapa si anak berbuat kenakalan. Yang

dimkasud remaja disini adalah seseorang yang telah memiliki atau mencapai usia 13

tahun sampai18 tahun, sehingga di usia inilah rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru

dilihatnya akan semakin besar.

Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang perbuatan

kriminalitas yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remaja yang meniduri

ibu kandungnya sendiri, perkelahian antar pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba dan

minum-minuman keras dan masih banyak lagi kriminalitas yang terjadi di negeri ini.

Kerusakan moral sudah merebak di seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak

sampai orang dewasa serta orang yang sudah lanjut usia.

Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma

hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya

sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Masalah kenakalan remaja mulai mendapat

perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal

(juvenile court) pada 1899 di Illinois, Amerika Serikat.

3
Menurut fani fadillah (survey): bahwasanya kenakalan remaja adalah hal yang

wajar dilakukan dikarenakan masa remaja memang masanya untuk berbuat nakal tapi

nakal yang wajar-wajar saja.

2.2. Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali

mengusik ketenangan orang lain. Kenakalan-kenakalan ringan yang mengganggu

ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya

hanya untuk hura-hura seperti minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan

terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri,

keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya. Cukup banyak faktor yang melatar

belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat

dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya

secara ringkas:

1. Faktor Internal

a) Krisis identitas.

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan

terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi

dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja

terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

b) Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang

dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku

'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah

4
laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah

laku sesuai dengan pengetahuannya.

2. Faktor Eksternal

a) Kurangnya perhatian dari orang tua.

Kurangnya kasih sayang Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang

memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan

sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu

baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh

baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak.

b) Minimnya pemahaman tentang keagamaan

Dalam kehidupan berkeluarga, kurangnya pembinaan agama juga menjadi

salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama

mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya

dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.

c) Pengaruh dari lingkungan sekitar

Pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebayanya yang

sering mempengaruhinya untuk mencoba dan akhirnya malah terjerumus ke

dalamnya. Lingkungan adalah faktor yang paling mempengaruhi perilaku dan

watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk,

moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan

yang baik maka ia akan menjadi baik pula.

d) Tempat pendidikan

Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah berupa

lembaga pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi ketika anak

5
berada di sekolah dan jam pelajaran yang kosong. Belum lama ini bahkan kita

telah melihat di media adanya kekerasan antar pelajar yang terjadi di sekolahnya

sendiri. Ini adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab atas kenakalan

dan dekadensi moral yang terjadi di negeri ini.

2.3. Pencegahan dan Penanggulangan Kenakalan Remaja

a) Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian dan kasih

sayangnya kepada anaknya. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah

anak-anaknya segera dapat terselesaikan.

b) Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini.

c) Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak. Termasuk di sini media

komunikasi seperti televisi, radio, akses internet, handphone, dll

d) Perlunya materi pelajaran bimbingan konseling di sekolah. Sebagai orang

tuasebisa mungkin dukunglah hobi/bakat anak-anaknya yang bernilai positif. Jika

ada dana, jangan ragu-ragu untuk memfasilitasi hobi mereka, agar anak remaja

kitadapat terhindar dari kegiatan-kegiatan negatif.

2.4. Pandangan Sosiologi Hukum Terhadap Kenakalan Remaja

Perspektif sosiologi menekankan pada konteks sosial dalam mana manusia hidup.

Perspektif sosiologi mengkaji bagaimana konteks tersebut mempengaruhi kehidupan

manusia. Perspektif sosiologi merupakan pola pengamatan ilmu sosiologi dalam

mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses sosial

kehidupan di dalamnya. Inti dari perspektif sosiologi adalah pertanyaan bagaimana

kelompok mempengaruhi manusia, khususnya bagaimana manusia dipengaruhi

masyarakatnya.

6
Sebagaimana dinyatakan di muka, bahwa sosiologi hukum menyoroti hukum

sebagai perilaku etis. Sebagaimana diketahui maka biasanya dibedakan antara perilaku

belaka dengan perilaku etis (yang didasarkan pada hati nurani yang bersih). Perilaku etis

mencakup perilaku di bidang kepercayaan, kesusilaan, kesopanan dan hukum. Perilaku

hukum dapat dibedakan antara perilaku yang teratur (ajeg) dengan perilaku yang unik.

Sosiologi hukum memusatkan perhatiannya pada hukum sebagai gejala sosial (yakni

perilaku) dengan pengaruh timbal-baliknya terhadap gejala sosial lainnya (yakni perilaku

juga).

Dengan demikian, maka kemungkinannya adalah, bahwa di satu pihak hukum

dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi (independent variable) dan di lain pihak

hukum dapat dianggap sebagai faktor yang dipengaruhi (dependent variable). Untuk

mengetahui kemungkinan-kemungkinan tersebut secara tepat, diperlukan kegiatan

penelitian yang seksama. Namun demikian dapatlah dikatakan, bahwa sosiologi hukum

tidak mengadakan prioritas, oleh karena kedua-duanya merupakan pusat perhatian ilmu

tersebut. Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa pertama sosiologi hukum

memusatkan perhatian pada masalah identifikasi hukum tidak tertulis atau hukum

kebiasaan, yang lazimnya juga dinamakan hukum adat. Dengan mempergunakan kriteria

di muka, maka diusahakan untuk mengadakan identifikasi hukum (sebagai perilaku) dari

gejala-gejala lainnya. (Seperti Kenakalan Remaja, Mabuk-mabukan di Pinggir Jalan,

Tawuran antar Warga, PSK dipinggir jalan DLL.)

2.5. Penegakkan Hukum Terhadap Kenakalan Remaja

Tujuan dan dasar pemikiran dari penanganan anak tidak dapat dilepaskan dari
tujuan utama untuk mewujudkan kesejahteraan anak yang pada dasarnya merupakan
bagian integral dari kesejahteraan sosial, dalam arti bahwa kesejahteraan atau
kepentingan anak berada di bawah kepentingan masyarakat. Akan tetapi harus dilihat

7
bahwa mendahulukan kesejahteraan dan kepentingan anak itu pada hakikatnya
merupakan bagian dari usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.

Sebelumnya, kenalakan remaja diatur dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun


1997 tentang Pengadilan Anak, namun Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
Pengadilan Anak dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan
kebutuhan hukum masyarakat karena belum secara komprehensif memberikan
pelindungan kepada anak yang berhadapan dengan hukum sehingga Undang-undang
tersebut digantikan dengan Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak yang disahkan oleh Presiden Dr. H. Susilo Bambang
Yudhoyono pada tanggal 30 Juli 2012 di Jakarta. Undang-Undang Nomor 11 tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mulai berlaku pada tanggal diundangkan
pada tanggal 30 Juli 2012 oleh Menkumham Amir Syamsudin dan ditempatkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153.

Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena


terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai
dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber
masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep
perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

Akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemajuan budaya dan


perkembangan pembangunan pada umumnya bukan hanya orang dewasa, tetapi anak-
anak juga terjebak melanggar norma terutama norma hukum. Anak-anak terjebak
dalam pola konsumerisme dan asosial yang makin lama dapat menjurus ke tindakan
kriminal, seperti ekstasi, narkotika, pemerasan, pencurian, penganiayaan, perkosaan,
dan sebagainya. Kondisi sekarang ini banyak orang tua yang terlalu disibukkan
mengurus pemenuhan duniawi (meteriil) sebagai upaya mengejar kekayaan, jabatan
maupun gengsi. Dalam kondisi demikian anak sebagai buah hati sering dilupakan
dalam pemberian kasih sayang, bimbingan, pekembangan sikap dan perilaku serta
pengawasan orang tua.

2.6. Penerapan Hukum Terhadap Kenakalan Remaja

Perbedaan antara orang dewasa dengan remaja, ialah orang dewasa sudah
dianggap lebih bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Berbeda dengan orang
dewasa, remaja dianggap belum bisa bertanggung jawab atas perbuatannya dan masih
perlu bimbingan dari orang tua sehingga penerapan hukum terhadap pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh remaja, tentunya tidak dapat disamakan dengan
penerapan hukum terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh orang dewasa.
Berbeda dengan orang dewasa, kenakalan remaja sendiri, diatur dalam Undang-

8
Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SpPA).
Untuk masalah penjatuhan sanski sendiri menurut UU SPPA, seorang pelaku tindak
pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku tindak
pidana yang berumur di bawah 14 tahun (Pasal 69 ayat (2) UU SPPA) dan Pidana,
bagi pelaku tindak pidana yang berumur 15 tahun ke atas.

A. Sanksi Tindakan
Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 UU SPPA):

• Pengembalian kepada orang tua/Wali;

• Penyerahan kepada seseorang;

• Perawatan di rumah sakit jiwa;

• Perawatan di LPKS;

• Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan


oleh pemerintah atau badan swasta;

• Pencabutan surat izin mengemudi; dan/atau

• Perbaikan akibat tindak pidana.

B. Sanksi Pidana
Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana anak terbagi
atas Pidana Pokok dan Pidana Tambahan (Pasal 71 UU SPPA)

Pidana Pokok terdiri atas:

 •   Pidana peringatan;
• Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga,
pelayanan masyarakat, atau pengawasan;
  •   Pelatihan kerja;
•   Pembinaan dalam lembaga;
 •   Penjara.
 
Pidana Tambahan terdiri dari:
 
 •  Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau
  • Pemenuhan kewajiban adat.

Selain itu, UU SPPA juga mengatur dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas)
tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing
Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk
menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali atau bisa juga mengikut sertakannya
dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah

9
atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat
pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus

sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di

Illinois, Amerika Serikat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang

dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan

merugikan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.

Kenakalan remaja saat ini menjadi fenomena yang lumrah disaksikan di

masyarakat kurangnya perhatian orang tua menjadifaktor terbesar nya. Letak kendali

seorang anak terletak pada sang orang tua.

Faktor yang melatar belakangi terjadinya kenakalan remaja dapat dikelompokkan

menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan

kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian dari

orang tua; minimnya pemahaman tentang keagamaan; pengaruh dari lingkungan sekitar

dan pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebaya; dan tempat pendidikan.

3.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan untuk lebih menaruh

perhatian terhadap persoalan sosial, terutama kenakalan remaja. Hendaknya kita dapat

10
mencegah dan mengendalikan perilaku remaja sehingga tidak menimbulkan masalah

sosial yang terjadi akibat kenakalan-kenakalan remaja tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://pengantar-bahasa-indonesia.blogspot.co.id/2013/03/contoh-makalah-tentang-

kenakalan-remaja.html

2. https://www.gurukuhebat.com/2019/02/makalah-sosiologi-tentang-kenakalan.html

3. https://www.academia.edu/5703862/MAKALAH_TENTANG_KENAKALAN_REM

AJA

4. https://www.academia.edu/39818209/Makalah_Kenakalan_Remaja_di_Lingkungan_

Sekolah

5. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-

yang-diatur-dalam-uu-sistem-peradilan-pidana-anak/

11

Anda mungkin juga menyukai