NAMA KELOMPOK 2 :
Kelas : AB (Semester 8)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
SUATU FENOMENA SOSIAL” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Semoga makalah sederhana ini dapat memberikan informasi dan dapat
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB III PENUTUP
iv
BAB I
PENDAHULUAN
sudah tidak lagi dapat dikatakan sebagai kanak-kanak, namun ia masih belum cukup
matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia sedang mencari pola hidup yang paling
sesuai baginya dan inipun sering dilakukan melalui metode coba-coba walaupun
tuanya. Kesalahan yang diperbuat para remaja hanya akan menyenangkan teman
sebayanya. Hal ini karena mereka semua memang sama-sama masih dalam masa
mencari identitas.
Remaja merupakan aset masa depan suatu bangsa. Di samping hal-hal yang
menggembirakan dengan kegiatan remaja-remaja pada waktu yang akhir-akhir ini dan
melihat pula arus kemorosotan moral yang semakin melanda di kalangan sebagian
pemuda-pemuda kita, yang lebih terkenal dengan sebutan kenakalan remaja. Dalam
surat kabar-surat kabar sering kali kita membaca berita tentang perkelahian pelajar,
Hal tersebut adalah merupakan suatu masalah yang dihadapi masyarakat yang
kini semakin marak, Oleh karena itu masalah kenakalan remaja setidaknya
mendapatkan perhatian yang serius dan terfokus untuk mengarahkan remaja ke arah
1
yang lebih positif, yang titik beratnya untuk terciptanya suatu sistem dalam
remaja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kenakalan remaja atau juvenile delinquency dalam bahasa inggris yang artinya
adalah anak-anak yang terabaikan, oleh karena itu kenakalan remaja bisa diartikan salah
satunya ialah sebagai anak yang kurang mendapatkan perhatian dan pendidikan yang
baik meskipun banyak alasan yang jelas kenapa si anak berbuat kenakalan. Yang
dimkasud remaja disini adalah seseorang yang telah memiliki atau mencapai usia 13
tahun sampai18 tahun, sehingga di usia inilah rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru
Akhir-akhir ini di beberapa media masa sering kita membaca tentang perbuatan
kriminalitas yang terjadi di negeri yang kita cintai ini. Ada anak remaja yang meniduri
ibu kandungnya sendiri, perkelahian antar pelajar, tawuran, penyalahgunaan narkoba dan
minum-minuman keras dan masih banyak lagi kriminalitas yang terjadi di negeri ini.
Kerusakan moral sudah merebak di seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak
hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya
perhatian masyarakat secara khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal
3
Menurut fani fadillah (survey): bahwasanya kenakalan remaja adalah hal yang
wajar dilakukan dikarenakan masa remaja memang masanya untuk berbuat nakal tapi
Ulah para remaja yang masih dalam tarap pencarian jati diri sering sekali
ketentraman lingkungan sekitar seperti sering keluar malam dan menghabiskan waktunya
terlarang, berkelahi, berjudi, dan lain-lainnya itu akan merugikan dirinya sendiri,
keluarga, dan orang lain yang ada disekitarnya. Cukup banyak faktor yang melatar
belakangi terjadinya kenakalan remaja. Berbagai faktor yang ada tersebut dapat
dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Berikut ini penjelasannya
secara ringkas:
1. Faktor Internal
a) Krisis identitas.
Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku
'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah
4
laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah
2. Faktor Eksternal
sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu
salah satu faktor terjadinya kenakalan remaja. Dalam pembinaan moral, agama
mempunyai peranan yang sangat penting karena nilai-nilai moral yang datangnya
dari agama tetap tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat.
watak remaja. Jika dia hidup dan berkembang di lingkungan yang buruk,
moralnya pun akan seperti itu adanya. Sebaliknya jika ia berada di lingkungan
d) Tempat pendidikan
Tempat pendidikan, dalam hal ini yang lebih spesifiknya adalah berupa
lembaga pendidikan atau sekolah. Kenakalan remaja ini sering terjadi ketika anak
5
berada di sekolah dan jam pelajaran yang kosong. Belum lama ini bahkan kita
telah melihat di media adanya kekerasan antar pelajar yang terjadi di sekolahnya
sendiri. Ini adalah bukti bahwa sekolah juga bertanggung jawab atas kenakalan
a) Orang tua harus selalu memberikan dan menunjukkan perhatian dan kasih
sayangnya kepada anaknya. Jadilah tempat curhat yang nyaman sehingga masalah
b) Perlunya ditanamkan dasar agama yang kuat pada anak-anak sejak dini.
c) Pengawasan orang tua yang intensif terhadap anak. Termasuk di sini media
ada dana, jangan ragu-ragu untuk memfasilitasi hobi mereka, agar anak remaja
Perspektif sosiologi menekankan pada konteks sosial dalam mana manusia hidup.
mengkaji tentang kehidupan masyarakat dengan segala aspek atau proses sosial
masyarakatnya.
6
Sebagaimana dinyatakan di muka, bahwa sosiologi hukum menyoroti hukum
sebagai perilaku etis. Sebagaimana diketahui maka biasanya dibedakan antara perilaku
belaka dengan perilaku etis (yang didasarkan pada hati nurani yang bersih). Perilaku etis
hukum dapat dibedakan antara perilaku yang teratur (ajeg) dengan perilaku yang unik.
Sosiologi hukum memusatkan perhatiannya pada hukum sebagai gejala sosial (yakni
perilaku) dengan pengaruh timbal-baliknya terhadap gejala sosial lainnya (yakni perilaku
juga).
dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi (independent variable) dan di lain pihak
hukum dapat dianggap sebagai faktor yang dipengaruhi (dependent variable). Untuk
penelitian yang seksama. Namun demikian dapatlah dikatakan, bahwa sosiologi hukum
tidak mengadakan prioritas, oleh karena kedua-duanya merupakan pusat perhatian ilmu
memusatkan perhatian pada masalah identifikasi hukum tidak tertulis atau hukum
kebiasaan, yang lazimnya juga dinamakan hukum adat. Dengan mempergunakan kriteria
di muka, maka diusahakan untuk mengadakan identifikasi hukum (sebagai perilaku) dari
Tujuan dan dasar pemikiran dari penanganan anak tidak dapat dilepaskan dari
tujuan utama untuk mewujudkan kesejahteraan anak yang pada dasarnya merupakan
bagian integral dari kesejahteraan sosial, dalam arti bahwa kesejahteraan atau
kepentingan anak berada di bawah kepentingan masyarakat. Akan tetapi harus dilihat
7
bahwa mendahulukan kesejahteraan dan kepentingan anak itu pada hakikatnya
merupakan bagian dari usaha mewujudkan kesejahteraan sosial.
Perbedaan antara orang dewasa dengan remaja, ialah orang dewasa sudah
dianggap lebih bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Berbeda dengan orang
dewasa, remaja dianggap belum bisa bertanggung jawab atas perbuatannya dan masih
perlu bimbingan dari orang tua sehingga penerapan hukum terhadap pelanggaran
hukum yang dilakukan oleh remaja, tentunya tidak dapat disamakan dengan
penerapan hukum terhadap pelanggaran hukum yang dilakukan oleh orang dewasa.
Berbeda dengan orang dewasa, kenakalan remaja sendiri, diatur dalam Undang-
8
Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SpPA).
Untuk masalah penjatuhan sanski sendiri menurut UU SPPA, seorang pelaku tindak
pidana anak dapat dikenakan dua jenis sanksi, yaitu tindakan, bagi pelaku tindak
pidana yang berumur di bawah 14 tahun (Pasal 69 ayat (2) UU SPPA) dan Pidana,
bagi pelaku tindak pidana yang berumur 15 tahun ke atas.
A. Sanksi Tindakan
Tindakan yang dapat dikenakan kepada anak meliputi (Pasal 82 UU SPPA):
• Perawatan di LPKS;
B. Sanksi Pidana
Sanksi pidana yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana anak terbagi
atas Pidana Pokok dan Pidana Tambahan (Pasal 71 UU SPPA)
• Pidana peringatan;
• Pidana dengan syarat, yang terdiri atas: pembinaan di luar lembaga,
pelayanan masyarakat, atau pengawasan;
• Pelatihan kerja;
• Pembinaan dalam lembaga;
• Penjara.
Pidana Tambahan terdiri dari:
• Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana; atau
• Pemenuhan kewajiban adat.
Selain itu, UU SPPA juga mengatur dalam hal anak belum berumur 12 (dua belas)
tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing
Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk
menyerahkannya kembali kepada orang tua/Wali atau bisa juga mengikut sertakannya
dalam program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan di instansi pemerintah
9
atau LPKS di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat
pusat maupun daerah, paling lama 6 (enam) bulan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di
Illinois, Amerika Serikat. Kenakalan remaja meliputi semua perilaku yang menyimpang
dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan oleh remaja. Perilaku tersebut akan
masyarakat kurangnya perhatian orang tua menjadifaktor terbesar nya. Letak kendali
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa krisis identitas dan
kontrol diri yang lemah. Sedangkan faktor eksternal berupa kurangnya perhatian dari
orang tua; minimnya pemahaman tentang keagamaan; pengaruh dari lingkungan sekitar
dan pengaruh budaya barat serta pergaulan dengan teman sebaya; dan tempat pendidikan.
3.2. Saran
perhatian terhadap persoalan sosial, terutama kenakalan remaja. Hendaknya kita dapat
10
mencegah dan mengendalikan perilaku remaja sehingga tidak menimbulkan masalah
DAFTAR PUSTAKA
1. https://pengantar-bahasa-indonesia.blogspot.co.id/2013/03/contoh-makalah-tentang-
kenakalan-remaja.html
2. https://www.gurukuhebat.com/2019/02/makalah-sosiologi-tentang-kenakalan.html
3. https://www.academia.edu/5703862/MAKALAH_TENTANG_KENAKALAN_REM
AJA
4. https://www.academia.edu/39818209/Makalah_Kenakalan_Remaja_di_Lingkungan_
Sekolah
5. https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt53f55d0f46878/hal-hal-penting-
yang-diatur-dalam-uu-sistem-peradilan-pidana-anak/
11