Anda di halaman 1dari 2

A.

Kedewasaan dan pendewasaan


1. Menurut Konsep Hukum Perdata Barat

Istilah “kedewasaan” menunjuk pada keadaan sudah dewasa memenuhi syarat


hukum. Istilah “pendewasaan” menunjuk pada keadaan belum dewasa oleh hukum
dinyatakan sebagai dewasa. Menurut ketentuan KUHPdt, belum dewasa (minderjarig)
adalah belum berumur 21 tahun penuh dan belum pernah kawin. Apabila mereka yang
kawin sebelum berumur 21 tahun penuh itu bercerai,mereka tidak kembali lagi dalam
keadaan belum dewasa ( pasal 330 KUHPdt).

Berdasarkan ketentuan diatas dapat dipahami acontrario orang dewas


(meerderjarig), yaitu orang yang sudah berumur 21 tahun penuh walaupun belum berumur
21 tahun penuh, tetapi sudah kawin. Demikian juga acontrario jika dalam perundang-
undangan dijumpai istilah “dewasa” itu berarti sudah berumur 21 tahun penuh walaupun
belum berumur 21 tahun penuh, tetapi sudah kawin. Keadaan dewasa yang memenuhi
syarat undang ini disebut “kedewasaan” orang dewasa atau dalam kedewasaan cakap atau
mampu (beekwaam, capable) melakukan semua perbuatan hukum seperti misalnya
membuat perjanjian, melakukan perkawinan dan membuat surat wasiat. Kecakapan hukum
ini berlaku penuh selama tidak ada keadaan yang mempengaruhi atau membatasinya,
antara lain, dungu,pemboros dan sakit ingatan.

Pendewasaan dibedakan menjadi 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan


pendewasa -an untuk beberapa perbuatan hukum tertentu (terbatas). Kedunya harus
memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang untuk pendewasaan penuh syaratnya
sudah berumur 20 tahun penuh, sedangkan untuk pendewasaan terbatas syaratnya sudah
berumur 18 tahun penuh (pasal 420 dan 426 KUHPd).

Untuk pendewasaan penuh Prosedurnya adalah bahwa pihak yang bersangkutan


mengajukan permohonan kepada presiden RI yang dilampiri dengan akta kelahiran atau
surat bukti lainnya. Presiden setelah mendengar pertimbangan mahkamah Agung
memberikan keputusannya. Untuk pendewasaan terbatas, prosedurnya adalah pihak yang
bersangkutan mengajukan permohonaan kepada ketua pengadilan negeri yang berwenang
dilampiri dengan akta kelahiran atau surat bukti lainnya. Pengadilan negeri setelah
mendengar keterangan pernyataan dewasa dalam perbuatan-perbuatan hukum tertentu
saja sesuai dengan yang dimohonkan. Akibat hukum pernyataan dewasa terbatas adalah
status hukum yang bersangkutan sama dengan status hukum orang dewasa untuk
perbuatan-perbuatan hukum tertentu (pasal 426-430 KUHPdt).

2. Menurut Konsep Hukum Adat

Djojodigoeno menyatakan hukum adat tidak mengenal batas umur untuk


menentukan belum atau sudah dewasa. Hukum adat menentukan secara insidensial saja ,
apakah seseorang itu berhubung umur dan perkembangan jiwanya patut dianggap cakap
atau tidak cakap, mampu atau tidak mampu melakukan perbuatan hukum tertentu dalam
hubungan hukum tertentu pula. Hukum adat tidak mengenal perbedaan yang tajam antara
orang yang sama sekali tidak cakap melakukan perbuatan hukum di satu pihak dan orang
yang cakap melakukan perbuatan hukum apapun di pihak lain.
Jika kedewasaan dihubungkan dengan perbuatan kawin, menurut pandangan
Djojodigoeno, hukum adat mengakui kenyataan bahwa jika seorang pria dan wanita kawin
kemudian memiliki anak, mereka dinyatakan dewasa walaupun umur mereka itu baru 15
tahyn. Sebaliknya pula, jika dikawinkan, mereka tidak memiliki anak karena belum mampu
ber-seksual, mereka dikatakan belum dewasa.
Menurut ketentuan undang-undang yang juga berlaku bagi orang indonesia yang
tunduk pada hukum adat, jika dijumpai istilah “belum dewasa” ini berarti belum burumur
21 tahun penuh dan belum pernah kawin. Apabila perkawinan itu putus sebelum dicapai
umur 21 tahun penuh, orang itu tetap dinyatakan dewasa.

3. Menurut Konsep Undang-Undang Republik Indonesia

Konsep belum dewasa dan dewasa dapat dinyatakan berlaku seragam untuk semua
warga negara indonesia. Dikatakan belum dewasa apabila belum berumur 21 tahun penuh
dan belum pernah kawin. Ketentuan belum dewasa dan dewasa diatur dalam undang-
undang berikut :

a. Pasal 330 KUHPdt berlaku bagi warga negara indonesia keturunan Eropa.
b. Stb. Nomor 556 tahun 1924 yang berlaku bagi warga negara indonesia
keturunan Timur Asing bukan Cina.
c. Stb. Nomor 557 tahun 1924 bagi warga negara indonesia keturunan Timur Asing
Cina.
d. Stb. Nomor 54 tahun 1931 bagi warga negara indonesia asli (bumi putra).

Berlakunya UU tersebut didasarkan pada aturan peralihan UUD 1945 yang


menentukan bahwa sebelum dibentuk UU baru (dalam hal ini mengenai kedewasaan)
berdasarkan UUD ini. Semua peraturan hukum perundang-Undangan yang sudah ada tetap
dinyatakan berlaku karena belum ada UU yang dibuat oleh pembentuk UU RI.

Pengertian sudah berumur 21 tahun penuh atau sudah pernah kawin disebut
dewasa Undang-undang (dewasa hukum). Selain itu, masih dikenal dewasa biologis (dewasa
seksual) untuk melangsungkan perkawinan, yaitu sudah mencapai 16 tahun bagi wanita dan
19 tahun bagi pria. Mereka yang dewasa biologis ini apabila sudah melangsungkan
perkawinan berubah menjadi dewasa hukum.

Anda mungkin juga menyukai