NIM : 1700874201460
KELAS : B4
1. Jelaskan perbedaan antara hukum pidana umum dan khusus, serta berikan contohnya!
Jawab :
Perbedaan pidana tutupan dengan pidana pengawasan PIDANA TUTUPAN
Mempertimbangkan keadaan pribadi dan perbuatan pembuat Tindak Pidana. Dijatuhkan
kepada terdakwa yang melakukan Tindak Pidana karena terdorong oleh maksud yang
patut dihormati. Kecuali jika cara melakukan atau akibat dari Tindak Pidana tersebut
sedemikian rupa sehingga terdakwa lebih tepat untuk dijatuhi pidana penjara. PIDANA
PENGAWASAN Pidana pengawasan dapat dijatuhkan kepada terdakwa dengan
mempertimbangkan keadaan pribadi dan perbuatannya. Pidana pengawasan dijatuhkan
untuk waktu paling lama 3 (tiga) tahun. Syarat penjatuhan pidana pengawasan: a.
terpidana tidak akan melakukan Tindak Pidana kembali; b. terpidana dalam waktu
tertentu yang lebih pendek dari masa pidana pengawasan harus mengganti seluruh atau
sebagian kerugian yang timbul akibat Tindak Pidana yang dilakukan; dan/atau c.
terpidana harus melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan tertentu tanpa
mengurangi kemerdekaan beragama dan kemerdekaan berpolitik.
2. Jelaskan tentang pasal 103 KUHP, dikaitkan dengan tindak pidana khusus!
Jawab :
Dasar hukum UU Pidana Khusus dilihat dari hukum pidana adalah Pasal 103 KUHP.
Pasal 103 ini mengandung pengertian:
- Semua ketentuan yang ada dalam Buku I KUHP berlaku terhadap UU di luar KUHP
sepanjang UU itu tidak menentukan lain.
- Adanya kemungkinan UU termasuk UU Pidana di luar KUHP, karena KUHP tidak
mengatur seluruh tindak pidana didalamnya (tidak lengkap dan tidak mungkin
lengkap).
5. Dalam tindak pidana khusus terdapat penyimpangan terhadap hukum pidana formil,
jelaskan!
Jawab :
Ilmu hukum pidana sebagai norma yaitu ilmu hukum positif dan menerapkan norma :
pendekatan “rasional” (kematangan logika) dan ilmu hukum pidana sebagai idea yaitu
mengkaji nilai (ide dasar) untuk membuat atau memperbaharui norma, pendekatan
konsepsional.
6. Tindak pidana khusus telah diatur diluar KUHP sebagai delik khusus/lex specialis, apa
saja syarat-syarat sebagai lex specialis?
Jawab :
Syarat-syarat lex spesialis ada dua yaitu bahwa pengecualian terhadap Undang-Undang
yang bersifat umum, dilakukan oleh peraturan yang setingkat dengan dirinya, yaitu
Undang-Undan dan bahwa pengecualian termaksud dinyatakan dalam UndangUndang
khusus tersebut, sehingga pengecualiannya hanya berlaku sebatas pengecualian yang
dinyatakan dan bagian yang tidak dikecualikan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan pelaksanaan Undang-Undang khusus tersebut.
7. Apa yang dimaksud dengan narkotika, psikotropika, zat adiktif lainnya dan precursor
narkotika?
Jawab :
Pengertian narkoba adalah
- Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009).
- Psikotropika adalah suatu zat atau obat alamiah maupun sintetis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilakuZat adiktiv lainnya
adalah zat-zat atau bahan lain non-narkotika dan psikotropika yang memiliki
pengaruh pada kinerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh bahan
adalah alcohol, thinner, lem kayu dan lain-lain.
- Prekursor Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan dalam pembuatan narkotika.
8. Apa yang melatarbelakangi bahwa narkotika merupakan kejahatan extra ordinary crime,
jelaskan!
Jawab :
Salah satunya adalah Modus Peredaran dan Jenis Narkoba Makin Bervariasi Peredaran
narkoba semakin marak dengan modus dan teknologi baru.
11. Bagaimana pertanggung jawaban pidana bagi pelaku tindak pidana narkotika yang
dilakukan oleh koorporasi ?
Jawab :
Pasal 130 selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda
- Frase “yang dapat” disini bukan berarti dpt dijatuhkan dpt juga tdk, akan ttpi hrs
dijatuhkan & utk korporasi bentuk pidana yg dijatuhkan adlh “denda”.
- Dlm UU Narkotika tdk ditemukan psl yg mengatur bgmn apabila korporasi tdk
membayar denda yg tlah dijatuhkan.
12. Jelaskan apa saja pidana tambahan bagi koorporasi yang melakukan TPPU!
Jawab :
Pidana tambahan bagi korporasi antara lain :
- Pengumuman putusan hakim
- Pembekuan sebagian atau seluruh kegiatan usaha Korporasi
- Pencabutan izin usaha
- Pembubaran dan/atau pelarangan Korporasi
- Perampasan aset Korporasi untuk Negara
- dan/atau f. pengambil alihan Korporasi oleh Negara
Aturan/pedoman pemidanaan denda dlm KUHP tentulah tdk dpt diterapkan disini krn
aturan/pedoman pemidanaan denda KUHP berorientasi pada org, yang menentukan
pidana pengganti berupa kurungan apabila denda tidak dibayar.
13. Dalam UU 20/2001 tentang TIPIKOR telah dikelompokkan tindak pidana korupsi
menjadi 7 kelompok, jelaskan!
Jawab :
Kelompok tindak pidana korupsi antara lain :
a. Kerugian keuangan negara Unsur Pasal 2 / KERUGIAN KEUANGAN
NEGARA:
- Setiap orang
- Memperkaya diri sendiri, orang lain atau suatu korporasi
- Dengan cara melawan hukum
- Dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara
16. Bagaimana cara menanggulangi terorisme, sesuai pengaturan UU di Indonesia saat ini?
Jawab:
- Pemerintah perlu memberikan edukasi positif di media sosial guna mengcounter
propaganda kelompok ekstrimis, dimana para ekstrimis menggunakan media sosial
untuk menebar faham dan ideologi mereka.
- Dunia perlu membentuk gerakan bersama yang bertujuan mendorong tindakan yang
lebih moderat dan toleran.
- Peran perempuan dianggap penting dalam penanganan terorisme sebab sebagai ibu
perempuan memegang peran kunci dalam mendidik anakkarena itu mereka harus
diberdayakan untuk mendorong budaya moderat dan toleransi sehingga dapat
membentuk masyarakat yang moderat dan toleran.
20. Jelaskan yang bisa dipertanggung jawabkan apabila TPPU dilakukan oleh koorporasi !
Jawab :
Koorporasi, personil pengendali (setiap orang yang memiliki kekuasaan atau wewenang
sebagai penentu kebijakan Korporasi atau memiliki kewenangan untuk melakukan
kebijakan Korporasi tersebut tanpa harus mendapat otorisasi dari atasannya), dan kedua-
duanya (korporasi dan pengurusnya).