NIM : 12030119420076
Matkul : Hukum Pidana
2. Apakah yang dimaksud dengan hukum pidana yang dikodifikasi dengan non
kodifikasi, sebutkan perbedaannya dan berikan contohnya?
Hukum pidana yang dikodifikasikan adalah hukum pidana yang tertulis,
sedangkan hukum pidana dengan non kodifikasi yaitu hukum pidata tidak tertulis.
Perbedaan antara kodifikasi dengan non kodifikasi adalah tercatat dan tidak
tercatat
Contoh
Hukum pidana yang dikodifikasi adalah KUHP dan, KUH Perdata
Hukum pidana yang non kodifikasi contohnya yaitu hukum adat
Asas retroaktif tidak boleh digunakan kecuali telah memenuhi empat syarat
kumulatif:
a. Kejahatan berupa pelanggaran HAM atau kejahatan yang tingkat
kekejaman dan destruksinya setara dengannya
b. Peradilan bersifat internasional bukan nasional
c. Peradilannya bersifat ad hoc, bukan pengadilan permanen
d. Keadaan hokum nasional Negara bersangkutan tidak dapat
dijalankan karena sarana, aparat, atautidak sanggup menjangkau
kekejaman dan destruksinya setara dengannya
4. Apakah yang dimaksud dengan asas legalitas dalam KUHP kita? Dengan
adanya asas legalitas formil, mengapa eksistensi hokum pidana Adat (hokum
pidana tidak tertulis) tidak diakui?
Jaminan dasar bagi kebebasan individu dengan memberi batas aktivitas apa yang
dilarang secara tepat dan jelas. Asas ini juga melindungi dari penyalahgunaan
wewenang hakim, menjamin keamanan individu dengan informasi yang boleh dan
dilarang.
5. Sebut dan jelaskan unsur-unsur tindak pidana menurut aliran monistis dan
aliran dualistis. Apa kansekwensi antara dua aliran tersebut?
a. Pandangan Monistis/ monism
Pandangan ini merumuskan unsur-unsur delik :
a) Perbuatan manusia, baik dalam arti perbuatan positif maupun perbuatan
negatif ;
b) Diancam dengan pidana;
c) Melawan hukum;
d) Dilakukan dengan kesalahan; dan
e) Oleh orang yang mampu bertanggungjawab
Jadi apabila salah satu unsur di atas tidak terpenuhi maka seseorang
tidak dapat dipidana.
Secara Yuridis:
kejahatan dan pelanggaran
Ukuran Kwalitatif:
a) Kejahatan: Rechtsdelicten (mala perse /crimineel onrecht)
b) Pelanggaran: Wetsdelicten (mala quia prohibita/ politie onrecht)
Ukuran Kwantitatif
a) Pandangan dari segi krimonologi
b) Kejahatan lebih berat dari pelanggaran
Contoh
Kejahatan : Pembunuhan
Pelanggaran : Tidak memakai helm saat berkendara
Secara Ilmiah
a) Kesengajaan (dolus) contoh perampokan
b) Kealpaan (culpa) contoh berkendara kecepatan tinggi hingga kecelakaan
dan ada korban jiwa
7. Sebut dan jelaskan bahwa KUHP hanya mengenal subjek dan
pertanggungjawaban pidana terhadap manusia, tidak terhadap korporasi.
Dalam ilmu hukum pidana, gambaran tentang pelaku tindak pidana masih sering
dikaitkan dengan perbuatan yang secara fisik dilakukan oleh pelaku (fysieke
dader).
b. Kesengajaan dengan sadar kepastian. Dalam hal ini perbuatan berakibat yang
dituju namun akibatnya yang tidak diinginkan tetapi suatu keharusan
mencapai tujuan,
Contohnya :
a. Pencurian yang direncanakan dan berhasil dilakukan sesuai rencana
b. Membakar gudang dengan harapan diganti asuransi ternyata ada orang yang
ikut terbakar di dalam gudang maka itu adalah kesengajaan
c. Seorang yang mengirim makanan berniat meracuni si X tetapi yang terkena
racun adalah si Z yang tinggal serumah
9. Sebut dan jelaskan secara rinci, disertai dengan contoh mengenai alasan-
alasan hapusnya pidana.
Alasan penghapus pidana yang termasuk dalam alasan pembenar yang terdapat
dalam KUHP adalah :
a) Keadaan darurat (Nootoestand):
Keadaan darurat merupakan bagian dari daya paksa relatif (vis compulsova) diatur
dalam Pasal 48 KUHP. “Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya
paksa, tidak dipidana.”
b) Pembelaan terpaksa (Noodweer):
Diatur dalam Pasal 49 ayat (1) KUHP “ Tidak dipidana, barang siapa melakukan
perbuatan pembelaan terpaksa untuk diri sendiri maupun untuk orang lain,
kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, karena ada
serangan atau ancaman serangan yang sangat dekat pada saat itu yang melawan
hukum “.
c) Melaksanakan ketentuan undang-undang
Di atur dalam pasal 50 KUHP “Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan undang- undang, tidak dipidana.
d) Melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang.
Diatur dalam Pasal 51 KUHP “ Barangsiapa melakukan perbuatan yang diberikan
oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana.”