SOSIOLOGI HUKUM
“HAM dalam Perspektif Sosiologi Hukum”
Universitas Riau
Pekanbaru
2016
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah. .........................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................3
2.1 Hukum dan Masyarakat dalam Konteks Hak Asasi Manusia.........3
2.1.1 Pengertian Hak Asasi Manusia..............................................3
2.1.2 Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia......................................5
2.1.3 Latar Belakang Hak Asasi Manusia......................................7
2.1.4 Pelanggaran Hak Asasi Manusia...........................................8
2.1.5 Konseptual Persamaan Hak dan Kewajiban di Hadapan
Hukum di Indonesia
................................................................................................
11
2.2 Hak Asasi Manusia dan Wibawa Hukum
...............................................................................................................
12
2.3 HAM dalam Perspektif Sosiologi Hukum
...............................................................................................................
15
2.4 Contoh Kasus Pelanggaran HAM
...............................................................................................................
17
ii
3.1 Kesimpulan
...............................................................................................................
24
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHUKUAM
Hak Asasi Manusia atau yang biasa kita sebut dengan istilah HAM
merupakan hak mendasar yang dimiliki manusia sejak ia lahir. Oleh karena itu,
dapat dipahami bahwa hak asasi manusia itu ada beberapa jenis yang melekat
pada diri manusia sejak dalam kandungan sampai liang lahat. Ia merupakan
yang baik dengan yang buruk (akal budi). Ide mengenai hak asasi manusia secara
hukum ketatanegaraan diperkirakan muncul pada abad ke-17 dan ke-18 Masehi.
Hal itu terjadi sebagai reaksi terhadap organisasi dan kediktatoran raja-raja dan
kaum feodal terhadap rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka
pekerjakan di zaman itu. Orang sering kurang mengetahui dan menyadari bahwa
perumusan dan institusionalisasi Hak Asasi Manusia (HAM) memang tak dapat
dilepaskan dari lingkungan sosial atau habitatnya, yaitu tidak lain masyarakat itu
1
d. Apasaja contoh kasus pelanggaran ham?
1.3 Tujuan
b. Agar kita memahami bagaimana korelasi antara hak asasi manusia dan
wibawa hukum.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Nomor 39 Tahun 1999 adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa hak asasi
manusia itu ada beberapa jenis yang melekat pada diri manusia sejak dalam
kandungan sampai liang lahat. Ia merupakan anugerah Tuhan Ynag Maha Esa,
memberi manusia kemampuan memebedakan yang baik dengan yang buruk (akal
yang melekat kepada manusia dimaksud diberikan langsung oleh Tuhan Yang
Maha Pencipta (hak-hak yang bersifat kodrati). Oleh karenanya tidak ada
kekuasaan apa pun di dunia yang dapat mencabutnya. Meskipun demikian bukan
karena itu, pada hakikatnya HAM terdiri atas dua hak dasar yang paling
3
fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Dari kedua hak dasar inilah
Dasar 1945, baik dalam pembukaan maupun dalam batang tubuhnya. Namun
secra khusus, hak asasi manusia (HAM) diatur dalam Undang-undang Nomor 39
termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
hak asasi manusia baik seseorang atau kelompok yang dijamin oleh undang-
Tahun 1999) akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar
asai manusia yang ringan. Lain halnya pelaggaran hak asasi manusia yang berat,
atau mediasi hak asassi manusia yang bertujan untuk: (1) mengembangkan
kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
4
Perserikatan Bangsa-bangsa, serta Deklarasi Universal Hak Asasi Mnusia, (2)
Hak asasi manusia yang diuraikan di atas mempunyai ruang lingkup yang
luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan. Hal itu diungkapkan sebagai
berikut:
2. Setiap orang berhak atas pengakuan di depan hukum sebagai menusia pribadi
3. Setiap orang berhak atas ras aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
4. Setiap orang tidak boleh diganggu yang merupakan hak yang berkaitan
perintah hakim atau kekuasaaan lain yang sah sesuai dengan undang-undang.
penghilangan nyawa.
5
7. Setiap orang tidak boleh ditangkap, ditekan, disiksa, dikucilkan, diasingkan,
8. Setiap orang berhak hidup dalam tatanan masyarakat dan kenegaraan yang
dapat diketahui dan dipahami bahwa dinegara republik Indonesia yang berdasar
atas hukum, amat dihormati dan dijunjung tinggi hak asasi manusia sehingga
penghormatan, dan penegakan hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan,
dan (2) menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan
Selain pengertian dan ruang lingkup hak asasi manusia yang diuaraikan
Dasar Manusia. Akan tetapi, kewajiban dasar tersebut lahir dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yakni pada Bab IV
6
2.1.3 Latar Belakang Hak Asasi Manusia
diperkirakan muncul pada abad ke-17 dan ke-18 Masehi. Hal itu terjadi sebagai
reaksi terhadap organisasi dan kediktatoran raja-raja dan kaum feodal terhadap
rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan di zaman itu.
Masyarakat manusia dizaman dimaksud, terdiri dari dua lapisan besar, yaitu (1)
lapisan atas (minoritas) sebagai yang mempunyai sejumlah hak terhadap lapisan
bawah (mayoritas) sebagai kelompok yang diperintah; dan (2) lapisan bawah yang
berkuasa terhadap diri mereka. Mereka diperlakukan sebagai budak yang dimiliki.
yang mayoritas itu diperlakukan sebagai manusia juga, diangkat derajatnya, dari
tidak punya hak menjadi memiliki hak yang sama dengan masyarakat lapisan
ditonjolkan oleh Revolosi Prancis pada akhir abad ke-18. Semua manusia adalah
sama, tidak ada budak yang dimiliki, melainkan semua manusia merdeka dan
bersaudara.
Kalau demikian halnya yang menjadi asas Revolusi Prancis, maka dapat
disebut sebagai dasar dari hak asasi manusia adalah agama tauhid, agama yang
7
mempunyai ajaran kemahaesaan Allah. Tauhid, yang dengan kuat dipegang oleh
ajaran agama islam, mengandung arti: hanya ada satu Pencipta bagi alam
semesta.
sudah kurang lebih dari setengah abad yang lampau terjadi dan masih menjadi
topik yang aktual beberapa abad yang akan datang, terutama di negara yang
berdasar atas hukum dinegara Republik Indonesia. Oleh karena itu, bila Presiden
penonton.1 Maka penulis cenderung membagi kedalam empat kategori, yaitu (1)
mereka yang memahami pengertian dan makna HAM bagi eksistensi dan
(2) mereka yang memahami pengertian dan makna HAM bagi eksistensi dan
mereka yang memahami pengertian dan makna HAM bagi eksistensi dan
mencoba memahami HAM, tetapi masa bodoh terhadap HAM termasuk mereka
Indonesia sampai saat ini (2003), perjuangan untuk memajukan dan melindungi
HAM masih dalam proses yang panjang. Dalam tahap awal, perjuangan tersebut
_______________
1) Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum, 8
(Bandung: Mandar Maju, 2001), hlm. 173
berikut adalah meletakkan landasan peraturan perundang-undangan untuk
Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000
KOMNAS HAM.2
dan Lembaga Swadaya Masyarakat masih pada tahap awal dan terkadang pada
tahap ini pun masih saja ada ketidak jujuran demi kepentingan politik kelompok
tertentu. Bahkan, ada orang yang mengaku sudah memahami, akan tetapi terbukti
baru mulai membaca satu sampai empat buku mengenai HAM. Selain itu, ada
mengindahkan hak asasi seorang pembantu rumah tangga atau penjaga kantor
Indonesia merupakan ganjalan untuk mencerna dan memahami HAM secara utuh
anggota dewan yang reformis, baik di tingkat pusat (DPR) maupun didaerah
(DPRD); sudah tentu dengan sejumlah harapan dapat proaktif dalam pemajuan
mencegah campur tangan PBB dan ternyata kemudian malah mengundang campur
tangan PBB secara terbuka antara pihak yang diselidiki dengan pihak yang
_______________
9
2) Lihat, ibid
3) Zainudin Ali, Sosiologi Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 96
melahirkan pemahaman yang kontroversial. Hal itu akan melahirkan
Saat ini di Indonesia terkadang sulit bagi setiap orang bertanya kepada
orang yang tepat, atau memang orang yang dianggap tepat untuk berbicara sudah
memudar kejujurannya untuk mengatakan bahwa yang benar itu benar dan salah
itu adalah salah. Memang betul bahwa lidah itu tidak bertulang, dan yang paling
berbahaya adalah lidah penegak hukum dan aparatur hukum yang pandai bersilat
menyesatkan jutaan rakyat di negara ini yang memang belum dapat diberdayakan
menjadi serendah binatang. Oleh karena itu, pelanggaran HAM tidak selalu
identik dengan pelanggran hukum pidana dan terlebih lagi dalam setiap
cara tertentu yang lebih banyak bersifat kolektif, baik berdasarkan agama, ernis,
atau ras tertentu. Keempat unsur pokok dari dari pelanggaran HAM dimaksud,
(objek tertentu) tidak selalu harus bersifat kolektif karena pelanggran HAM
10
2.1.5 Konseptual Persamaan Hak dan Kewajiban di Hadapan Hukum di
Indonesia
merupakan cita hukum (rechtsidee) dalam mewujudkan keadilan di satu pihak dan
dilain pihak sebagai sistem norma hukum. Persamaan di maksud, dalam UUD
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”, penjelasan tentang pasal 27 itu
Pasal-pasal, baik yang hanya mengenai warga negara maupun yang mengenai
perikemanusiaan.
dan oleh karena itu berada dalm subordinasinya. Dipihak lain (secara teoritis)
11
2) Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang pernah lama dijajah oleh
bahwa “hukum itu sebagai alat penguasa untuk memerintah rakyat yang
law.
jajaran pengadilan. Selain itu, wibawa hukum diperlukan pula untuk penegakan
hubungan yang erat dengan wibawa hukum. Kekhilafan ini tampak dari
bersamaan. Padahal HAM dan wibawa hukum merupakan dua sejoli atau dua sisi
mata uang, yang satu sisi tidak dapat dipisahkan dengan yang lainnya.
_______________
12
4) Zainudin Ali, Filsafat Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.156
Apabila kita bermain dengan kata-kata, istilah Indonesia adalah superior.
Sebab, kata pengadilan itu sendiri sudah mengandung unsur adil. Namun, untuk
pendidikan hukum sehingga tidak ada kesulitan bagi Komnas HAM untuk masuk
sebagai media merupakan suatu hal yang wajar karena negara Republik Indonesia
Merosotnya wibawa hukum masih dapat ditolerir bila hal itu teradi diluar
arena badan peradilan. Misalnya dibidang perizinan, dari izin kawin sampai izin
masih dapat dimengerti, karena pada akhirnya pelecehan hukum itu akan dapat
diperbaiki oleh badan peradilan. Lain halnya bila pelecehan hukum itu lahir
didalam badan peradilan itu sendiri, maka sukar bagi praktisi pembangunan, baik
13
ia anggota Komnas HAM maupun bukan anggota, untuk mengembalikan wibawa
hukum. Kesukara dimaksud, tentu tambah rumit bila pelecahan hukum itu terjadi
di suatu negara hukum. Dalam negara absolut, kalau dijumpai raja yang bijak
bayi menjadi dua, maka pelecehan hukum masih data diperbaiki oleh raja. Contoh
seluruh anggota DPRD kota Kendari ditahan oleh kejaksaan dirumah tahanan
(Rutan). Hal itu dilakukan oleh jaksa karenadiduga korupsi dana rutin dewan
APBD 2003-2004.
menegakan berbagai fair trial, memang tampak tegas unsur trial nya masih
Indonesia kurang berwibawa. Hal ini tercermin misalnya, dari petistiwa terdakwa
beberapa waktu yang lalu. Tambah lagi kalau peristiwa pelemparan sepatu dan
semacam itu, tidak akan terjadi bila wibawa hukum cukup tinggi. Sebab, yang
terpenting bagi kita semua adalah kenyataan bahwa kesadaran masyarakat tentang
merosotnya wibawa hukum ini telah diangkat oleh ketua Mahkamah Agung.
hukum, dan bila benteng terakhir ini sudah dapat mengangkat kesadaran
masyarakat bersangkutan, maka kita semua dapat berbesar hati. Bahwa peluang
14
2.3 HAM Dalam Persepektif Sosiologi Hukum
memang tak dapat dilepaskan dari lingkungan sosial atau habitatnya, yaitu tidak
lain masyarakat itu sendiri di mana HAM itu dikembangkan. Terjadi semacam
mengatakan, bahwa HAM itu memiliki watak sosial dan struktur sosial sendiri.
lingkungan sosialnya”. Oleh karena itu kehadiran suatu institusi ingin dijelaskan
Kita coba melacak HAM dari segi perkembangan historisnya dan meneliti
1791). Benar, seperti dikatakan oleh Behr, bahwa HAM itu berasal dari rumusan
yang mendorong dokumen tersebut. Dengan demikian dokumen tersebut kita baca
sebagai isyarat (sign) adanya atau kelahiran gagasan yang ada di belakangnya.
Generasi pertama meliputi hak-hak sipil dan politik. Generasi kedua meliputi hak-
hak sosil, ekonomi dan budaya. Akhirnya generasi ketiga memuat sejumlah hak-
hak kolektif, seperti: hak ats perkembangan/ kemajuan (development); hak atas
15
kedamaian, hak atas lingkungan yang bersih hak atas kekayaan alam dan hak atas
warisan budaya.
Tetapi dunia tidak sama dengan Eropa atau Barat, melainkan jauh lebih luas dan
besar dari pada itu. Yang dikatakan disini adalah, bahwa masyarakat dan bangsa-
bangsa di dunia ada beraneka ragam. Beraneka ragam dalam habitat fisiknya,
dan dunia.
terjebak ke dalam suasana konflik yang bisa memuncak pada pelanggaran HAM
sendiri, terutama sejak HAM sudah memasuki generasi ketiga, yang antara lain
Dalam model pemajuan HAM yang demikian itu tidak ada tempat bagi
pemaksaan dan dominasi dari satu konsep HAM tertentu di atas yang lain.
saling penghormatan dan saling memberi tahun serta saling memperkaya satu
menggiring bangsa dan negara di dunia ini kearah pemahaman HAM secara
16
2.4 Contoh Kasus Pelanggaran HAM
tingkah laku manusia agar dapat terkendali dan hukum merupakan aspek
merupakan sumber daya yang memberi hidup (to nature) dan menggerakkan
perspektif sosiologis hukum, hukum itu hanya bisa dijalankan melalui campur
masyarakat. Hak Asasi Manusia atau lebih dikenal dengan istilah HAM.
Pengertian Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri manusia sejak
Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang dimaksud dengan pelanggaran hak
asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
17
aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Jika kita mendengar tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia pasti kita
berfikir negatif. Banyak kasus yang berat maupun ringan yang melanggar hak
asasi manusia seperti hak hidup, hak menyampaikan pendapat, hak berorganisasi,
hak mendapatkan perlindungan di depan hukum, dan masih banyak lagi. Seperti
pelanggaran hak asasi manusia yang masih banyak diperbincangkan yaitu kasus
ISIS. Kekejian dan perbudakan yang terjadi sangat mengerikan dan miris untuk
dilihat. Banyak kasus juga yang berhubungan dengan hak asasi manusia yang
terjadi pada beberapa tahun yang lalu, salah satunya ialah pada kasus Trisakti.
Padahal, telah disebutkan didalam UUD 1945 yang terdapat didalam Pasal 28J
ayat 1 yang berbunyi “Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang
Aksi-aksi mahasiswa yang telah bergulir sejak awal 1998 semakin marak
reformasi politik. Aksi mahasiswa yang terjadi sepanjang Mei 1998 menemukan
Kyai Tapa, Grogol, Jakarta. Peristiwa ini merenggut nyawa empat orang
_______________
18
5) UUD 1945 Pasal 28J ayat 1, hlm 160
Sejak saat itu, perubahan terjadi dengan cepat, perlawanan dengan aparat,
pembakaran gedung dan kendaraan, penjarahan dan tindakan kriminal lain telah
Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia (Fadli Zon, 2004 : 39). Ketika
insiden Trisakti terjadi, Presiden Soeharto berada di Cairo sejak 9 Mei 1998
menghadiri pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-15 (Fadli Zon, 2004 :
46).
di Mapolda Metro Jaya dipimpin Kapolri Jenderal Pol Dibyo Widodo dan dihadiri
antara lain dari unsur Kodam Jaya yaitu Syafri dan Kasdam Brigjen TNI Sudi
Silalahi, dari Polda yaitu Hanani Nata dengan stafnya. Dari Universitas Trisakti
hadir Rektor Usakti, Prof. dr. Moedanton moertedjo, kepala keamanan dan
ketertiban kampus Ir. Arri Gunarsa, ketua alumni Trisakti, Komnas HAM diwakili
Di dalam rapat, Rektor Trisakti meminta agar kasus ini diusut. Ia juga
Trisakti. Kemudian Kapolri meminta Pangdam Jaya atas nama pemerintah dan
rapat, Syafrie memimpin konferensi pers pukul 01.00 tengah malam atu telah
masuk tanggal 13 Mei 1998. Karena pada saat itu Rektor Trisakti mengatakan
bahwa mereka tidak mau melihat polisi, maka sesuai kesepakatan rapat, Syafrie
19
menyatakan ucapan bela sungkawa atas nama pemerintah (Fadli Zon, 2004 : 48 –
49).
Huru Hara Mei 1998 berisi tentang kerusuhan Jakarta, Rabu, 13 Mei 1998,
merupakan hari berkabung atas gugurnya mehasiswa Trisakti. Pada hari ini
adalah pemicu huru hara yang telah meluluh lantahkan Jakarta dan beberapa kota
Pada hari Kamis 14 Mei 1998 dini hari, Jakarta kedatangan gelombang
massa menyerbu seperti layaknya ada yang menghasut dan memerintahkan untuk
keturunan Cina di kawasan kota, kawasan Mangga Besar, kawasan Senin, Jalan
Hayam Wuruk, Jalan Gajah Mada, Jalan Daan Mogot dan lain-lain. Mereka
memalukan. Yang paling tragis adalah pembakaran terhadap Klender Plaza dan
200 orang karyawati pertokoan tewas terpanggang (Tuk Setyohadi, 2002 : 176).
Akibat dari politik Huru Hara Mei 1998 dengan puncaknya pada tanggal
14 Mei 1998 banyak menelan korban dan kerugian. Kepada Pers, Gubernur DKI
20
4.939 bangunan rusak dibakar, 1.119 mobil pribadi dan angkutan umum 66 unit
hangus dibakar, 821 unit sepeda motor hangus dibakar, 1.026 rumah penduduk
yang terlalap api. Jumlah bank yang dirusak mencapai 64 bank, dengan 313
kantor cabang 179 kantor cabang pembantu, dan 26 kantor kas. Kerugian fisik
banguna mencapai Rp 2,5 triliun, belum termasuk isinya (A. Pambudi, 2007 : 9-
10).
pagi hari sampai siang hari 14 Mei 1998. Pada umumnya, kerusuhan berlanjut
hingga 15 Mei 1998. Dari polanya, kerusuhan dimulai dengan kerumunan massa
(usai jam kantor pada hari Rabu, 13 Mei 1998 dan sepanjang 14 Mei 1998).
lokasi, serta kerumunan massa yang tidak jelas. Kemudian muncul beberapa orang
Mei, kurang lebih pukul 11.00 atas dasar perkembangan situasi yang ditimbulkan
oleh aksi kerusuhan yang terjadi di wilayah Jakarta, Tanggerang dan Bekasi dan
Operasi kepada Pangdam Jaya sebagai implementasi dari dasar TR Pangab selaku
21
658/X/1996 tentang Juklap ABRI tentang operasi penanggulangan huru hara. Inti
hara.
bangunan, fasilitas umum dan tempat umum juga menjadi korban Insiden Trisakti
peristiwa atau kejadian yang menyangkut haka asasi manusia pada Insiden
Trisakti ini. Pelanggaran hak asasi manusia yang berat misalnya pada kasus
yaitu Komisi Perlinduangan Hak Asasi Manusia atau lebih dikenal KOMNAS
di pengadilan.
Oleh karena itu kita sebagai warga negara Indonesia harus melindungi
22
bergabung denga partai olitik, memilih dan dipilah dalam pemilu, mendapatkan
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Nomor 39 Tahun 1999 adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum dan pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia yang diuraikan di atas
mempunyai ruang lingkup yang luas dan mencakup berbagai aspek kehidupan.
diperkirakan muncul pada abad ke-17 dan ke-18 Masehi. Hal itu terjadi sebagai
reaksi terhadap organisasi dan kediktatoran raja-raja dan kaum feodal terhadap
rakyat yang mereka perintah atau manusia yang mereka pekerjakan di zaman itu.
Masyarakat manusia dizaman dimaksud, terdiri dari dua lapisan besar, yaitu (1)
lapisan atas (minoritas) sebagai yang mempunyai sejumlah hak terhadap lapisan
bawah (mayoritas) sebagai kelompok yang diperintah; dan (2) lapisan bawah yang
yang menguasainya.
24
bahwa HAM mempunyai hubungan yang erat dengan wibawa hukum. Kekhilafan
ini tampak dari kenyataan, bahwa jarang sekali orang memperbincangkan kedua
masalah ini bersamaan. Padahal HAM dan wibawa hukum merupakan dua sejoli
atau dua sisi mata uang, yang satu sisi tidak dapat dipisahkan dengan yang
tak dapat dilepaskan dari lingkungan sosial atau habitatnya, yaitu tidak lain
mengatakan, bahwa HAM itu memiliki watak sosial dan struktur sosial sendiri.
25
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, Romli. 2001. Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan
Hukum. Bandung: Mandar Manju.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
58