Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR LINGKUNGAN LAHAN BASAH

FAKTA TEORI SOSIOLOGI MAKRO

DOSEN PENGAMPU : DRS. FITRIYADI, MSI

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

GINA SASQI’ARI AMRU


DELIA PUTRI
NAZMIRA SHALIMA ZEIN
ACHMAD RIDHO
MUHAMMAD FARHAN
YENI ANGRAINI
LIDA NUR AZIZAH
ROSSA ELISSA PUTRI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................1

Daftar Isi.....................................................................................................................2

BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang...............................................................................................3
b. Rumusan Masalah..........................................................................................4
c. Tujuan Penulis................................................................................................4

BAB II Pembahasan

a. Teori-teori Sosiologi Makro...........................................................................5-10

BAB III Penutup

a. Kesimpulan.................................................................................................... 11

Daftar Pustaka............................................................................................................12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sosiologi makro merupakan teori yang memfokuskan pada proses analisis proses
sosial berskala besar dan jangka panjang yang mengikuti perubahan sosial.

Sosiologi makro mengacu pada pendekatan sosiologis dan metode yang meneliti pola
skala besar dan tren dalam keseluruhan struktur sosial, sistem, dan populasi. Segala
sesuatu yang membahas tentang masalah atau sistem sosial secara total yang mencakup
aspek masyarakat secara luas atau difokuskan pada analisis proses sosial berskala besar.

Pada penjelasan kali ini mengarah pada hubungan sosiologi makro dengan
lingkungan lahan basah, seperti sawah yang merupakan salah satu lingkungan lahan
basah buatan. Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi.
Kebutuhan pokok masyarakat Indonesia salah satunya adalah beras yang dapat diperoleh
dari sawah. Selain menghasilkan padi, sawah juga dapat menciptakan lahan pekerjaan,
sebagai sumber penghasilan, dan dapat mempertahankan sirkulasi air.

Sektor pertanian padi merupakan sektor yang strategis dan berperan penting dlm
perekonomian nsionl dn kelangsungan hidup masyarakat

Kebagian besar masyarakat msih tetap memelihara lahn basah mereka untuk
bercocok tanam padi meskipun negara telah menjadikan negara industri. Sehubungan
dengan itu pengendalian lahan basah pertanian merupakan salah satu kebijakan nasional
yang strategis untuk memelihara industri pertanian primer dalam kapasitas penyediaan
pangan, dalam kaitannya untuk mencegah kerugian sosial ekonomi dalam jangka
panjang mengingat sifat multi fungsi lahan basah pertanian.

B. RUMUSAN MASALAH

3
Dengan memperhatikan latar belakang, agar dalam penulisan ini penulis memperoleh
hasil yang diinginkan, maka penulis menyajikan beberapa rumusan masalah. Rumusan
masalahnya adalah:
1. Apa itu sosiologi ?
2. Apakah ada keterkaitan antara pendekatan sosiologi secara makro dengan
lingkungan lahan basah ?
3. Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan pendekatan
sosiologi secara makro ?

C. TUJUAN PENULIS
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Lingkungan Lahan Basah.
2. Menambah pengetahuan tentang Fakta Teori Sosiologi Makro.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori-Teori Sosiologi Makro


Untuk menelaah suatu realitas sosial dan memberi makna terhadap realitas sosial
tersebut, kita harus mulai dengan membuat beberapa asumsi tentang sifat-sifat yang akan
kita pelajari. Dalam konteks kali ini, kami akan membahas suatu realitas sosial, yaitu
persawahan. Sawah adalah suatu lahan basah buatan yang dibuat oleh para petani yang
digunakan untuk menanam tanaman berupa padi. Padi ini nantinya akan menghasilkan
beras saat masa panen. Sawah berupa lahan gambut dengan perairan yang airnya berasal
dari air hujan, sungai atau biasanya juga diairi dari irigasi. Walaupun padi dapat ditanam
sepanjang tahun, namun pada dasarnya petani menanam padi berdasarkan ketersediaan
air.
Agar penggunaan sawah berjalan dengan baik maka sawah juga harus dibajak. Tujuan
utama dari membajak adalah untuk membawa tanah bagian dalam yang subur ke
permukaan. Sawah biasanya dibajak menggunakan tenaga dari hewan seperti sapi, tetapi
juga ada cara lain yang lebih mudah, yaitu dengan menggunakan traktor.
Seperangkat asumsi kerja itu disebut “suatu perspektif” atau “suatu pendekatan” atau
“suatu paradigma paradigma”. Perspektif-perspektif yang dipakai dalam sosiologi makro
antara lain; Perspektif Teori Struktural Fungsional, Perspektif Teori Konflik, Perspektif
Teori Pertukaran.
1. Perspektif Teori Struktural Fungsional
Teori Struktural fungsional muncul dilatar-belakangi semangat Renaissance, pada
masa Auguste Comte abad ke-17. Pencerahan pada abad ke 17 ini, manusia bebas
mencari dan menemukan “kebenaran” yang mendorong lahirnya ilmu pengetahuan
(positivistic) dan teknologi. Teori struktural fungsional mewarnai munculnya revolusi
pengetahuan, terutama filsafat positivism yang melahirkan ilmu alam, oleh karena itu
dalam perkembangannya, teori ini lebih mengambil inspirasi dari teori sistem organis.
Sistem organik ini menggambarkan masyarakat atau masyarakat diasumsikan
seperti sistem tubuh manusia, sistem tubuh manusia ini terdiri dari sub-sub sistem
menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, dan sub-sub sistem tersebut masing-
masing mempunyai fungsi dan peran sendiri-sendiri.

5
Menurut Auguste Comte, sosiologi adalah mempelajari tentang statiska sosial
(struktur) dan dinamika sosial (proses/fungsi), ia mengemukakan landasan pemikiran
bahwa ”masyarakat adalah laksana organism hidup”. Herbert Spencer, Sosiolog
Inggris pada pertengahan abad ke19, membahas tentang masyarakat sebagai suatu
organism hidup.
Konsep yang penting dalam perspektif ini adalah struktur dan fungsi, yang
menunjuk pada dua atau lebih bagian atau komponen yang berbeda dan terpisah tetapi
berhubungan satu sama lain. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa para petani adalah
struktur, sedangkan menggunakan sawah untuk menanam padi adalah fungsi.
Jaringan dari status sosial dalam masyarakat merupakan sistem sosial, misalnya
jaringan status dari petani dengan petani lain adalah sistem sosial di bidang pertanian.
Setiap status memiliki aspek dinamis yang disebut dengan peran (role) tertentu,
seorang yang berstatus sebagai petani padi memiliki peran yang berbeda dengan
seseorang yang berstatus sebagai petani sayur.
Masing-masing menjalankan suatu fungsi yang berguna untuk memelihara dan
menstabilkan masyarakat sebagai suatu sistem sosial. Suatu sistem yang gagal dari
salah satu bagian dari sistem itu mempengaruhi dan membawa akibat bagi bagian-
bagian lain yang saling berhubungan satu sama lain. Dalam hal ini, apabila petani
gagal memanen padinya, maka pemenuhan beras yang biasanya ia berikan kepada
distributor akan terhambat. Hal ini akan berdampak pada distributor, di mana ia harus
mencari pemasok beras dari petani yang lain.
Setiap sistem sosial pada dasarnya memiliki dua fungsi utama, yaitu :
(1) apa yang dapat dilakukan oleh sistem itu dan
(2) konsekuensi-konsekuensi yang berkaitan dengan apa yang dapat dilakukan oleh
sistem itu (fungsi lanjutan). Misalnya petani, fungsinya adalah menanam padi di
sawah untuk menghasilkan beras. Fungsi lanjutan dari petani adalah, dengan adanya
petani, orang dapat memakan beras yang merupakan makanan pokok bagi manusia,
terutama masyarakat Indonesia.
Tidak semua hal dalam sistem selalu fungsional, artinya tidak semua hal selalu
memelihara kelangsungan sistem. Beberapa hal telah menyebabkan terjadinya
ketidakstabilan dalam sistem, bahkan dapat saja menyebabkan rusaknya sistem.
Misalkan saja sawah yang ditanami padi tidak berjalan lancar seperti biasanya karena
lahan yang kekurangan air atau juga karena adanya hama-hama yang mengganggu
pertumbuhan padi.
6
Dapat saja suatu komponen menjadi fungsional dalam suatu sistem, tetapi menjadi
tidak fungsional bagi sistem yang lain. Perlu analisis-analisis yang tepat untuk
memberi sumbangan bagi terciptanya kelestarian sistem dan dan manakah yang justru
menyebabkan kerusakan pada sistem.
Teori struktural fungsional lebih menekankan pada perspektif harmoni dan
keseimbangan. Asumsi-asumsi untuk mendasari terciptanya pemanfaatan persawahan
yang maksimal dan efisien diantaranya:
a. Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem yang kompleks, terdiri dari bagian-
bagian yang saling berhubungan dan saling tergantung, dan setiap bagian tersebut
berpengaruh secara signifikan terhadap bagian-bagian lainnya. Masyarakat yang
hidup di sekitaran area persawahan, walaupun ia bukan petani, ia juga harus ikut
menjaga kebersihan lingkungan persawahan. Jangan membuang sampah
sembarangan, karena sampah dapat merusak kesuburan tanah. Apabila terjadi
pelanggaran di masyarakat, lembaga-lembaga yang bertugaslah yang mengatasi itu.
b. Melakukan pemantauan rutin oleh pengawas pertanian kepada masyarakat dalam
melaksanakan penanaman padi. Pengawasan ini memberikan dampak terhadap
semangat para petani dalam menanam padi. Ada hubungan yang signifikan antara
pengawasan penyuluh pertanian dengan produktivitas penyiapan lahan, pengolahan
lahan, penanaman, pemeliharaan, dan panen.
c. Para petani harus diberikan pembelajaran mengenai cara-cara yang tepat dalam
mengatasi gangguan hama agar cara yang dilakukan tidak merusak lingkungan sekitar
dan stabilitas lingkungan tetap pada yang semestinya. Dengan syarat-syarat
diantaranya:
1. Harus kompatibel dengan komponen pengendalian hama yang lain, yaitu komponen
pengendalian hayati,
2. Meninggalkan residu dalam waktu yang diperlukan saja,
3. Tidak boleh persisten di lingkungan, dengan kata lain harus mudah terurai,
4. Takaran aplikasi rendah, sehingga tidak terlalu membebani lingkungan.

7
2. Perspektif Teori Konflik
Kata “konflik” berasal dari kata conflict yang berarti saling benturan, arti kata ini
menunjuk pada semua bentuk benturan, tabrakan, ketidakserasian, ketidaksesuaian,
pertentangan, perkelahian, interaksi antagonis (Kartini Kartono,1991 : 213) konflik
semacam ini konflik yang negatif. Sedangkan konflik yang positif dapat diartikan sebagai
kompetisi, berlomba. Pada dasarnya teori komflik berasumsi bahwa setiap manusia
memiliki potensi untuk bersaing, berkompetisi dan berlomba.

Daniel Webter mendefinisikan konflik sebagai :


1. Persaingan atau pertentangan antara pihak- pihak yang tidak cocok satu sama lain .
7
2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan.
3. Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan, keinginan, atau tuntutan yang bertentangan
4. Perseteruan sementara (Said 1998:153)
Sebenarnya teori konflik ini tidak selalu berdimensi negatif, tetapi ada yang positif,
misalnya seorang guru memberikan ujian semester, orangtua menjanjikan anak – anaknya
jika lulus ujian dengan prestasi yang baik akan diberi hadiah. Sedangkan menurut
Margaret M. Poloma (1992 : 108) beliau menjelaskan bahwakonflik secara positif akan
membantu struktural sosial dan jika terjadi secara negatif akan memperlemah kerangka
masyarakat.

Berdasarkan manfaatnya konflik dikelompokkan menjadi 2 yaitu :


1. Konflik Fungsional : suatu konfrontasi di antara kelompok yang menambah
keuntungan kerja. Contoh : persaingan antara organisasi Pramuka dan OSIS disebuah
sekolah yang lantas mendorong masing – masing kelompok berlomba dalam meraih
prestasi
2. Konflik Difungsional : Konfrontasi atau pertentangan antar kelompok yang merusak,
merugikan, dan menghalangi pencapaian tujuan organisasi. Contoh : Konflik
perebutan posisi ketua satu organisasi yang berujung perpecahan pengurus, bahkan
mungkin sampai memicu bentrok kekerasan.

Sehubungan dengan itu setiap organisasi harus mampu menangani dan mengelola serta
mengurangi konflik agar memberikan dampak positif dan meningkatkan prestasi, karena
konflik yang tidak dikelola dengan baik dapat menurunkan prestasi dan kinerja organisasi.

8
a. Dampak Konflik
Dampak positif dari konflik:
 Menimbulkan kemampuan intropeksi diri.
 Meningkatkan kinerja.
 Pendekatan yang lebih baik .
 Mengembangkan alternatif yang lebih.
Dampak negatif dari konflik :
 Subjektif dan emosional
 Apriori ( beranggapan sebelum mengetahui yang sebenarnya)
 Saling menjatuhkan
 Stress konflik yang berkepanjangan tidak hanya dapat menurunkan kinerja tapi
8
juga menimbulkan stress.
 Frustasi

b) Manajemen Konflik
Manajemen konflik setidaknya memiliki tiga tahapan yaitu :
1. Analisis konflik : Tahap ini merupakan tahap identifikasi masalah yang terjadi,
untuk menentukan sumber penyebab dan pihak – pihak yang terlibat.
2. Penilaian konflik : Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kondisi konflik dan
pemecahannya.
3. Pecahan konflik : Tahap ini merupaka tindakan dalam memecahkan konflik.

Contoh dari teori konflik : misalkan saat pembagian harta warisan berupa lahan gambut
saudara A tempatnya lebih strategis dan kondisi lahannya lebih bagus dibandingkan
Saudara B , saudara B sangat meninginkan lahan yang dimiliki oleh saudara A oleh
karena itu timbul konflik diantara dua bersaudara tersebut yang dapat menimbulkan
perpecahan antarkeluarga.

9
3. Perspektif Teori Pertukaran

Teori – teori pertukaran sosial menurut analisis Margaret M. Poloma (1992:52)


dilandaskan pada prinsip – prinsip transaksi ekonomi yang elementer, orang
menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang
atau jasa yang diinginkan. Ahli teori pertukaran mempunyai asumsi sederhana bahwa
interaksi sosial itu mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi mereka mengakui
bahwa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang.

Contoh : dalam lingkungan lahan basah seperti yang disebutkan Margaret M.


Poloma bahwa orang yang menyediakan barang dan jasa tidak selalu mengharapkan
imbalan uang tetapi bisa juga digantikan dengan barang atau jasa yang diinginkan
contoh pemilik tanah kosong yang tanahnya menjadi sungai dia tidak punya waktu
untuk mengurus sungainya itu dan meminta jasa oranglain untuk membersihkannya
tetapi dengan imbalan bahwa dia boleh mengambil ikan ikan disana.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sosiologi makro adalah menekankan analisis pada sistem sosial dan populasi secera
menyeluruh dengan level abstraksi yang tinnggi . pendekatan makro mempelajari invidu
keluarga dan entitas lain sejauh hubungkan dengan sistem sosial yang lebih luas .

Makro sosiologi mengacu pada pendekatan sosilogis dan metedo yang meneliti pola
skala besar dan tren dalam keseluruhan stuktur sosial , sistem , dan populasi . segala
sesuatu yang membahas tentang masalah atau sistem sosial secara total yang mencakup
aspek masyarakat yang luas atau di fokuskan pada analisis proses sosial berskala besar .

Contoh :
 Evolusionisme, sistem, konflik, perubahan sosial, dan stratifikasi.

B. SARAN
Saran tentang sosiologi makro adalah sebaiknya jangan terlalu fokus dengan analisis
seperti yang disebutkan diatas alangkah lebih baiknya di imbangi dengan proses yang
sama sehingga keduanya seimbang antara analisis dan proses yang tepat, contoh kami
mengambil tentang persawahan dengan menganalisis sebuah lahan yang kosong dan
diimbangi dengan proses untuk membuat lahan tersebut menjadi sebuah persawahan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/9294/Sosiologi%20dan
%20Sosiologi%20Pendidikan.pdf
https://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/106/pdf/Periodisasi%20%20Musim%20Tanam
%20Padi%20Sebagai%20Landasan%20Manajemen%20Produksi%20Beras%20Nasional.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Bajak

https://jiana.ejournal.unri.ac.id/

https://media.neliti.com/media/publications/3971-ID-usaha-pengendalian-pencemaran-
lingkungan-akibat-penggunaan-pestisida-pertanian.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai