Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

PENYEBAB TERJADINYA SERTIFIKASI GANDA DALAM PROSES


PENDAFTARAN TANAH

DI SUSUN OLEH
NAMA : FAY MAESTRA RIFASYA
NIM : H1A118323
KELAS :F

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HALU OLEO
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan kehadiran Allah SWT bahwa saya telah menyelesaikan
makalah yang berjudul penyebab terjadinya sertifikasi ganda dalam proses
pendaftaran tanah. Namun saya bersyukur dapat selesai tepat waktu makalah ini
disusun agar pembaca dapat memahami tentang faktor penyebab terjadinya sertifikat
ganda dalam proses pendaftaran tanah
Adapun maksud dan tujuan menyusun makalah ini adalah untuk melengkapi dan
menyelesaikan tugas yang diberikan pada mata kuliah Hukum Pendaftaran Tanah saya
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga saran dan kritik dari pembaca sangat saya harapkan. Dengan segala kerendahan
hati saya berharap makalah dapat berguna dan bermanfaat bagi yang membacanya nanti.

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................... 1

Daftar isi ......................................................................................................... 2

Bab I Pendahuluan
A. Latar belakang......................................................................................
3
B. Rumusan masalah ................................................................................
5
C. Tujuan penulisan ..................................................................................
5
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Pendaftaran Tanah ............................................................. 6
B. Sertifikat Ganda.................................................................................... 6
C. Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Sertifikat Ganda..................... 7
D. Penyelesaian Sengketa Sertifikat Ganda............................................... 9
Bab III Penutup
A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 12

DAFTAR PUSAKA ................................................................................. 13

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tanah adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki daya guna
yang sangat besar untuk keberlangsungan hidup manusia. Tanah menjadi
sumber penghidupan dan mata pencaharian bagi manusia, bahkan tanah
sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari sejak lahirnya manusia hingga
manusia itu meninggal dunia. Tanah dinilai sebagai salah satu aset bernilai
tinggi serta istimewa yang mendorong tiap orang untuk memilikinya. Tanah
merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute artinya
kehidupan manusia dipengaruhi dan ditentukan oleh keberadaan tanah.
Pengaturan tentang tanah harus di tata dan dibuatkan perencanaannya dengan
hati-hati dan penuh dengan kearifan.

Di dalam hukum nasional yang berkaitan dengan hukum tanah,


hukum tanah harus sejalan dengan konstitusi yang berlaku di Indonesia,
konstitusi tersebut ialah Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun 1945,
menjelaskan bahwa :
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang
penguasaannya dii tugaskan kepada Negara Republik Indonesia, harus
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”

Pasal tersebut merupakan dasar hukum politik pertanahan nasional


yang mempunyai satu tujuan yaitu untuk kemakmuran rakyat yang dimana di
gunakan mekanisme penguasaan oleh negara yang kemudian di jabarkan
lebih lanjut antara lain di dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Yang dimana
negara mempunyai kekuasaan mengatur tanah-tanah yang telah dimiliki
seseorang atau badan hukum maupun tanah-tanah bebas yang belum dimiliki
seseorang atau badan hukum akan langsung dikuasai oleh negara.
Penguasaan, pengaturan dalam penggunaan dan penguasaan tanah tidak boleh
menyimpang terlalu jauh dari tujuan yang di amanahkan oleh konstitusi
negara kita.

Majunya perekonomian masyarakat dan perekonomian nasional,


bertambah juga pula keperluan di bidang Pertanahan yang dimana

3
memerlukan kepastian hukum yang jauh lebih dalam lagi. Banyaknya
masalah terkait tentang jual beli tanah, dan tanah sebagai jaminan kredit di
bank. Kesehariannya sertifikat tanah sering sekali terjadi persengketaan yang
bahkan sampai ke sidang pengadilan. Tanah mempunyai fungsi yang sangat
penting bagi masyarakat, banyak masyarakat yang melakukan segala cara
untuk memperoleh hak atas tanah bahkan ada juga yang sampai mengambil
tanah milik orang lain. Kondisi masyarakat tersebut yang mengakibatkan
terjadinya masalah-masalah pertanahan dan perselisihan di dalam kehidupan
bermasyarakat. Adanya persengketaan di bidang pertanahan ini dapat
menimbulkan konflik yang berkepanjangan antar warga masyarakat yang
bersengketa, bahkan konflik ini bisa sampai kepada masing-masing ahli waris
yang bersengketa, terkadang konflik tentang bidang pertanahan ini juga dapat
menimbulkan banyak korban yang terlibat di dalamnya. Orang-orang yang
bersengketa berlomba-lomba membuktikan bahwa merekalah yang lebih
berhak atas tanah tersebut.

Berhubungan dengan hal tersebut di atas, untuk meminimalisir


kejadian tersebut di atas maka perlu diberikan jaminan yang lebih untuk
kepastian hukum dan kepastian hak atas kepemilikan tanah. Mendapatkan
suatu kepastian hukum dan kepastian hak atas tanah, maka masyarakat perlu
mendaftarkan tanah yang mereka miliki untuk memperoleh sertifikat hak atas
tanah yang dimana sertifikat hak atas tanah ini berfungsi sebagai alat
pembuktian yang kuat atas kepemilikan hak atas tanah yang mereka punya.
Sertifikat hak atas tanah berlaku sebagai alat bukti yang kuat, dimana
ditegaskan dalam pasal (2) huruf c Undang-undang Pokok Agraria dan Pasal
32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang pendaftaran
tanah, yang sekarang telah di cabut dan di tegaskan kembali dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Sertifikat merupakan alat bukti yang kuat
dan autentik. Sertifikat merupakan bentuk perwujudan jaminan kepastian
hukum bagi pemegang sertifikat sebagai alat bukti yang sempurna sepanjang
pihak lawan tidak dapat membuktikan sebaliknya.
Seiring dengan tingginya nilai tanah, maka banyak orang melakukan
upaya dengan segala cara untuk memperoleh bukti kepemilikan atas tanah
dengan sertifikat palsu, yang dimana sertifikat ini memiliki data yang tidak
sesuai dengan yang ada pada buku tanah. Jumlah sertifikat-sertifikat itu cukup
banyak, sehingga menimbulkan kekhawatiran. Pemalsuan sertifikat ini terjadi
karena tidak di dasarkan pada alas hak yang benar, Seperti penerbitan
sertifikat berdasarkan pada surat keterangan kepemilikan tanah yang sudah
dipalsukan, bentuk lainnya berupa stempel Badan Pertanahan Nasional (BPN)
dan pemalsuan data di pertanahan. Praktiknya, pemegang sertifikat tanpa
jangka waktu tertentu dapat kehilangan haknya, hal ini terjadi jika pihak lain

4
melakukan gugatan yang mengakibatkan pembatalan sertifikat dan
menyebabkan cacat hukum administrasi. Cacat hukum administrasi ini
menimbulkan sertifikat ganda karena sertifikat ini tidak di petakan dalam peta
pendaftaran tanah atau peta didaerah tersebut.
Tanah yang sedang dalam sengketa tersebut tidak dapat di kelola oleh
pemegang sertifikat ataupun pihak-pihak lainnya. Kondisi diatas sangat
merugikan dari segi ekonomis. Tanah tersebut tidak dapat dikelola ataupun di
jadikan jaminan di bank. Masalah sertifikat ganda ini harus di tangani secara
serius agar tercapainya stabilitas perekonomian di masyarakat.
Sengketa sertifikat ganda ini timbul karena adanya keberatan dari
pihak yang di rugikan berupa tuntutan atas keputusan Tata Usaha Negara
yang di tetapkan oleh Pejabat Tata Usaha Negara di lingkungan Badan
Pertanahan Nasional (BPN), Pengajuan keberatan sengketa sertifikat ganda
ini bertujuan untuk mendapat koreksi dari Pejabat Tata Usaha Negara.
Sengketa sertifikat ganda kekuatan hukum sertifikat akan hilang. Cara
menyelesaikan sengketa
sertifikat ganda di tempuh melalui jalan musyawarah, bila tidak ada
kesepakatan antara pihak-pihak yang bersengketa maka di selesaikan sepihak
oleh Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional, jika para pihak masih tidak
menerima keputusan yang di jatuhkan oleh Kepala Kantor Badan Pertanahan
Nasional, pihak-pihak tersebut dapat mengajukan gugatan pada putusan
Peradilan Tata Usaha Negara.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian pendaftaran tanah
2. Apa itu sertifikat ganda
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya sertifikat ganda?
4. Bagaimana proses Penyelesaian sengketa sertifikat ganda

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian pendaftaran tanah
2. Untuk mengetahui seperti apa sertifikat ganda
3. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya sertifikat ganda
4. Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian sertifikat ganda jika
terjadi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendaftaran Tanah


Pada Pasal 1 angka 1 PP Pendaftaran Tanah menyatakan bahwa
Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah
secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data
yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya
bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan
rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya.

Berdasarkan pengertian pendaftaran tanah yang terdapat dalam Pasal


1 angka 1 PP Pendaftaran Tanah, dapat diuraikan beberapa unsur pendaftaran
tanah, yaitu:
1. Adanya serangkaian kegiatan
2. Dilakukan oleh pemerintah
3. Secara terus menerus berkesinambungan
4. Secara teratur
5. Bidang tanah dan satuan rumah susun
6. Pemberian surat tanda bukti hak
7. Hak-hak tertentu yang membebaninya

Menurut A.P. Parlindungan, sebagaimana dikutip oleh Urip Santoso,


pendaftaran tanah berasal dari kata Cadastre, yang dalam bahasa Belanda
disebut Kadaster. Cadastre adalah suatu istilah teknis untuk suatu record
(rekaman) yang menunjukkan kepada luas, nilai dan kepemilikan (atau lain-
lain atas hak) terhadap suatu bidang tanah. Kata Cadastre berasal dari bahasa
Latin Capistrtum, yang berarti suatu register atau capita atau unit yang
diperbuat untuk pajak tanah Romawi (Capitatio Terrens). Selain berfungsi
untuk memberikan uraian dan indetifikasi dari sebidang tanah, Cadastre juga
berfungsi sebagai rekaman yang berkesinambungan dari suatu hak atas tanah.

B. Pengertian Sertifikat Ganda

Sertifikat ganda adalah suatu kondisi sebidang tanah memiliki


dua sertifikat dan masing-masing sertifikat dimiliki oleh dua orang yang
berbeda, kondisi ini merupakan ketidak cermatan BPN sewaktu
mengeluarkan sertifikat, langkah terbaik yang dapat dilakukan adalah
mengadukan permasalahan ini ke pihak BPN, bahwa bukti sertifikat yang

6
ganda melalui pengaduan dan bukti yang ada bawa BPN akan meneliti
kembali sertifikat-sertifikat yang bermasalah tersebut, penelitian kembali
data fisik dan data yuridis dari tanah dan bangunan yang
dipermasalahkan akan dilakukan BPN, setelah dapat diketahui dan
disimpulkan hasilnya maka berdasarkan keputusan kepala badan
pertanahan nasional nomor 24 tahun 2007 junto petunjuk teknik nomor
08/JUKNIS/D.V/2007, BPN memiliki kewenangan untuk membatalkan
salah satu sertifikat tersebut.

Secara prinsip terdapat dua dasar alasan mengenai pembagian hak


atas tanah, yaitu pembatalan sertifikat karena adanya putusan pengadilan
yang telah berkekuatan hukum tetap ada pembatalan sertifikat karena
adanya cacat administrasi dalam proses penerbitannya, cacat administrasi
ini dapat bentuk adanya kesalahan prosedur, kesalahan penerapan
peraturan perundang-undangan, kesalahan subyek dan obyek hak,
kesalahan jenis hak , kesalahan perhitungan luas bidang tanah, adanya
tumpeng tindih hak atas tanah dan adanya ketidak benaran mengenai data
yuridis dan data fisik bidang tanah, seiring perbaikan di negeri ini,
sertifikat ganda sudah mulai jarang meskipun demikian disarankan
bahwa pemilik sertifikat yang terbit sebelum tahun 1997 melakukan
pengecekan ulang ke badan pertanahan nasional.

Oleh karena itu diperlukan kehati-hatian jika anda akan membeli


tanah dan bangunan apalagi tanah yang ditawarkan dengan harga yang
sangat murah jangan malah senang jika ditawarkan tanah dengan harga
yang tidak masuk akal dengan iming-iming sudah disertifikat dan ada
bukti yang bias dilihatkan bias saja itu sertifikat palsu/ sertfikat tumpeng
tindih yang mengakibatkan suatu sengketa.

C. Faktor Terjadinya Sertifikat Ganda


Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya Sertifikat ganda, dapat
dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu aspek masyarakat dan aspek kantor
pertanahan.
1. Aspek Kantor Pertanahan, jika di lihat dari aspek Kantor pertanahan yang
menjadi faktor penyebab terjadinya sertifikat ganda itu adalah dikarenakan
ketidaktelitian dan ketidak cermatan petugas pertanahan dalam melakukan
pengecekan dan penelitian terhadap tanah yang dimohonkan.
2. Aspek Masyarakat yaitu Pihak tidak menguasai secara langsung tanah
tersebut, orang yang mengurus atau mengolah lahan tidak komitmen,
dimana ia hanya akan mengurus jika Pemilik lahan berada dilokasi, pada
waktu dilakukan pengukuran ataupun penelitian dilapangan,pemohon
dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas-

7
batas yang salah, adanya surat bukti atau pengakuan hak di belakang hari
terbukti mengandung ketidakbenaran, kepalsuan atau sudah tidak berlaku
lagi, untuk wilayah yang bersangkutan belum tersedia peta pendaftaran
tanahnya dan juga kasus penerbitan lebih dari satu sertifikat atas sebidang
tanah dapat pula terjadi atas tanah warisan. Latar belakang kasus tersebut
adalah sengketa harta warisan yaitu oleh pemilik sebelum meninggalnya
telah dijual kepada pihak lain (tidak diketahui oleh anak-anaknya) dan
telah diterbitkan sertifikat atas nama pembeli, dan kemudian para ahli
warisnya mensertifikatkan tanah yang sama, sehingga mengakibatkan
terjadi sertifikat ganda, karena sertifikat terdahulu ternyata belum
dipetakan.

Sedangkan menurut teori Lawrence M. Friedman bahwa faktor penyebab


terjadinya sertifikat ganda Menurut ada tiga unsur dalam sistem hukum, yaitu
a) Struktur (Structure), yaitu kerangka bagian yang memberi semacam
bentuk dan batasan terhadap keseluruhan.
b) Substansi (Substance), yaitu aturan, norma dan pola perilaku nyata
manusia yang berada dalam sistem hukum itu. Substansi juga berarti
produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem
hukum itu mencakup peraturan baru yang mereka susun, mencakup
juga living law (hukum yang hidup) dan bukan hanya aturan yang ada
dalam Kitab Undang-Undang atau Law in books
c) Kultur Hukum (Legal Culture), yaitu setiap manusia terhadap hukum
dan sistem hukum kepercayaan, nilai, pemikiran, serta harapannya.
Kultur hukum adalah susunan pikiran sosial dan kekuatan sosial yang
menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalah
gunakan.

Berdasarkan teori sistem dari Friedman diatas jika dikaitkan dengan


permasalahan sertifikat ganda maka anggapan dasar tentang faktor-faktor
penyebab terjadinya sertifikat ganda adalah dari ketiga unsur tersebut.
Dari unsur pertama yaitu struktur maka dapat di analisa bahwa
penyebab terjadinya sertifikat ganda adalah dimungkinkan adanya
kesalahan dan kelalaian dari instansi pemerintah sebagai pelaksana dari
pendaftaran tanah yaitu Kantor pertanahan seperti adanya kesalahan
penunjukan batas serta pengukuran luas bidang tanah oleh petugas Kantor
Pertanahan.
Dari unsur kedua yaitu substansi maka dapat dianalisa bahwa penyebab
terjadinya sertifikat ganda adalah dapat dimungkinkan dari peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang pendaftaran tanah. Peraturan

8
perundang-undangan yang mengatur tentang pendaftaran tanah
dimungkinkan tidak mengatur secara terperinci terkait proses dan
prosedur pendaftaran tanah sehingga ada celah timbulnya sertifikat ganda
Dari unsur ketiga yaitu Kultur Hukum maka dapat dianalisa bahwa
penyebab terjadinya sertifikat ganda adalah dimungkinkan dari pandangan
masyarakat terhadap hukum. Dapat dicontohkan yaitu pada saat proses
pengukuran tanah. Dalam Pasal 18 PP Nomor 24 Tahun 1997
menegaskan bahwa dalam penetapan batas-batas tanah sedapat mungkin
mendapat persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang berbatasan.

D. Proses Penyelesaian Sertifikat Ganda

1. Penyelesaian secara langsung oleh pihak dengan musyawarah


Dasar musyawarah buat mufakat tersirat dalam pancasila bagaikan
dasar kehidupan bermasyarakat Indonesia serta dalam UUD 1945.
Musyawarah dicoba di luar majelis hukum dengan ataupun tanpa
mediator. Mediator umumnya dari pihak-pihak yang mempunyai
pengaruh misalnya Kepala Desa/Lurah, pimpinan adat dan nyatanya
Tubuh Pertanahan. Dalam penyelesaian sengketa pertanahan melalui
musyawarah, satu syaratnya merupakan kalau sengketa tersebut bukan
berbentuk ketentuan tentang kepemilikan atas tanah yang bisa
membagikan hak ataupun melenyapkan hak seorang terhadap tanah
sengketa, serta diantara pihak bersengketa mempunyai kekerabatan yang
lumayan erat dan masih menganut hukum adat setempat.

2. Lewat arbitrase serta alternatif penyelesaian sengketa


Arbitrase merupakan penyelesaian perkara oleh seseorang ataupun
sebagian arbiter yang dinaikkan bersumber pada konvensi persetujuan
para pihak serta disepakati kalau vonis yang diambil bertabiat memadu
serta final. Persyaratan utama yang wajib dicoba buat bisa
mempergunakan arbitrase bagaikan penyelesaian sengketa merupakan
terdapatnya konvensi yang terbuat dalam wujud tertulis serta disetujui
oleh para pihak. Bila sudah tertulis sesuatu klausula arbitrase dalam
kontrak ataupun sesuatu perjanjian arbitrase, serta pihak lain
menghendaki menuntaskan permasalahan hukumnya ke majelis hukum,
hingga proses majelis hukum wajib ditunda hingga proses arbitrase
tersebut dituntaskan dalam lembaga arbitrase. Dengan demikian majelis
hukum wajib serta harus mengakui dan menghormati wewenang serta
guna arbiter.

9
3. Penyelesaian sengketa lewat tubuh peradilan
Setimpal dengan peraturan yang berlaku di Indonesia, pada
biasanya penyelesaian sengketa pertanahan yang terpaut sengketa
kepemilikan diserahkan ke peradilan universal, terhadap sengketa
keputusan Tubuh Pertanahan Nasional lewat Peradilan Tata Usaha
Negeri serta sengketa menyangkut tanah wakaf diajukan ke Peradilan
Agama. Bersumber pada uraian tentang spesifikasi dari lembaga
penyelesaian sengketa baik lembaga litigasi serta lembaga non litigasi,
hingga dikala ini jelas kalau seluruh metode itu tidak bisa menuntaskan
permasalahan sengketa pertanahan secara tuntas dalam waktu yang
pendek, malah cenderung berlarut-larut. Kenyataannya, proses mediasi
yang dicoba BPN tidak sanggup menuntaskan sengketa pertanahan yang
terdapat dikala ini buat seperti itu kenapa BPN sangat susah buat
mewujudkan segala visi, misi serta program-program strategis yang
diembannya. BPN hadapi hambatan dalam menanggulangi sengketa
pertanahan spesialnya kasus sertifikat ganda disebabkan tumpang
tindihnya peraturan maupun regulasi yang terdapat.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pasal 1 angka 1 PP Pendaftaran Tanah menyatakan bahwa: Pendaftaran
tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan,
pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan
data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda
bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak

10
milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.

2. Sertifikat ganda adalah suatu kondisi sebidang tanah memiliki dua


sertifikat dan masing-masing sertifikat dimiliki oleh dua orang yang
berbeda, kondisi ini merupakan ketidak cermatan BPN sewaktu
mengeluarkan sertifikat, langkah terbaik yang dapat dilakukan adalah
mengadukan permasalahan ini ke pihak BPN, bahwa bukti sertifikat yang
ganda melalui pengaduan dan bukti yang ada bawa BPN akan meneliti
kembali sertifikat-sertifikat yang bermasalah tersebut, penelitian kembali
data fisik dan data yuridis dari tanah dan bangunan yang
dipermasalahkan akan dilakukan BPN, setelah dapat diketahui dan
disimpulkan hasilnya maka berdasarkan keputusan kepala badan
pertanahan nasional nomor 24 tahun 2007 junto petunjuk teknik nomor
08/JUKNIS/D.V/2007, BPN memiliki kewenangan untuk membatalkan
salah satu sertifikat tersebut.

3. Faktor Penyebab terjadinya sertifikat ganda adalah pertama adanya


kesalahan dan kelalaian dari instansi pemerintah sebagai pelaksana dari
pendaftaran tanah yaitu Kantor pertanahan seperti adanya kesalahan
penunjukan batas serta pengukuran luas bidang tanah oleh petugas
Kantor Pertanahan, kedua Peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang pendaftaran tanah dimungkinkan tidak mengatur secara terperinci
terkait proses dan prosedur pendaftaran tanah sehingga ada celah
timbulnya sertifikat ganda, ketiga pandangan masyarakat terhadap
hukum. Dapat dicontohkan yaitu pada saat proses pengukuran tanah.
Dalam Pasal 18 PP Nomor 24 Tahun 1997 menegaskan bahwa dalam
penetapan batas-batas tanah sedapat mungkin mendapat persetujuan dari
pemegang hak atas tanah yang berbatasan.

4. Proses penyesaian sertifikat berganda terdapat 3 cara yaitu pertama


Penyelesaian secara langsung oleh pihak dengan musyawarah, kedua
Lewat arbitrase serta alternatif penyelesaian sengketa, dan ketiga
Penyelesaian sengketa lewat tubuh peradilan.

B. Saran
Seharusnya Pemerintah harus mengambil keputusan bahwa satu-satunya
lembaga yang mengurus administrasi pertanahan hanyalah Badan Pertanahan
Nasional dan lembaga lainnya hanya mengikuti petunjuk atau aturan-aturan
yang dikeluarkan oleh BPN agar petugas dalam melaksanakan tugasnya tidak
lagi menyalahi aturan yang ada. Peta pendaftaran tanah yang merupakan basis
data pendaftaran tanah yang dimiliki BPN sebaiknya dimanfaatkan secara

11
benar sehingga tidak akan muncul lagi sebidang tanah yang memiliki
sertifikat ganda. Apabila terjadi maka akan diketahui dari peta pendaftaran
tanah yang dimiliki oleh BPN. Zaman yang modern ini seharusnya BPN juga
sudah mengikuti perkembangan yang ada. Sistem komputerisasi BPN juga
seharusnya sudah yang paling modern sehingga dapat menyimpan berbagai
data yang dimiliki BPN.

Pemerintah juga secara tegas harus memberikan sanksi hukum yang berlaku
bagi pihak-pihak yang dengan sengaja melakukan kesalahan yang
menyebabkan adanya sertifikat ganda, serta menetapkan aturan tegas dalam
perundang-undangan agar tidak adanya tumpah tindih yang terjadi di dalam
UUPA yang menyengsarakan bagi para pihak yang bersengketa karena peran
penting pemerintah dalam kasus sertifikat ganda ini sangat dibutuhkan, jadi
pemerintah harus lebih tegas dalam menanggapi kasus sertifikat ganda yang
marak terjadi di beberapa wilayah dengan secara langsung turun tangan
dalam pembuatan, pengukuran dan lain-lain yang berhubungan dengan
sertifikat tanah, tanpa ada lagi instansi lain yang terkait didalamnya.

DAFTAR PUSTAKA

Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Cet. 2, Jakarta:
Kencana, 2010, hlm. 2.

https://www.google.com/amp/s/ipongkov.wordpress.com/2018/05/13/peng
ertian-sertifikat-ganda/amp/

12
https://narendralamont.com/penyelesaian-sengketa-tanah-serta-sertifikat-
ganda-oleh-bpn/

13

Anda mungkin juga menyukai