PEMERIKSAAN SETEMPAT
Ke l o m p o k 4 :
- KARSAN 181010250404
- SUTIKNO 181010250505
- M A DTOP I K 18 10 10 2 50 4 01
- E D I S O F YA N 1 8 1 0 1 0 2 5 0 4 9 8
- MUHAMMAD SAMSUDIN 181010250394
2
2. SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN SETEMPAT
Syarat-syarat pemeriksaan setempat adalah sebagai berikut (Vide Pasal
153 HIR, Pasal 180 RBG dan Pasal 211 Rv):
a) dihadiri para pihak;
b) datang ketempat objek sengketa;panitera membuat berita acara;
c) hakim membuat akta pendapat yang berisi penilaian atas hasil
pemeriksaa yang dilakukan.
3
GAMBAR 7.1. PHOTO DOK.PRIBADI PENULIS, SEBELUM DILAKSANAKANNYA PEMERIKSAAN SETEMPAT.
DALAM PERKARA NOMOR: 2443/PDT.G/2016/PAJS.
4
3. PENDAPAT AHLI
a) Pemeriksaan saksi ahli diatur dalam Pasal 154 HIR maupun Pasal 215 s/d 229 Rv. Ahli adalah
orang yang memiliki pengetahuan khusus di bidang tertentu, yang menurut Raymond Emson
”Specialized are as of Knowledge”, ”ahli merupakan orang yang dapat memberi keterangan dan
penjelasan serta membantu menemukan fakta melebihi kemampuan pengetahuan umum orang
biasa”.
b) Pengangkatan Ahli; Cara pengangkatan ahli diatur dalam Pasal 154 ayat (1) HIR dan Pasal
215-216 Rv. Menurut ketentuan ini, pengangkatan ahli dapat dilakukan sendiri oleh hakim
secara “Ex Officio” karena jabatannnya, dan atas permintaan salah satu pihak.
c) Alasan Pengangkatan Ahli; Alasan adanya pengangkatan ahli, pertama didasarkan karena
keahliannya di bidang perkara yang disengketakan, kedua masih terdapat hal-hal yang belum
jelas, ketiga berdasarkan laporan atau keterangan ahli mampu memberi opini atau pendapat
mengenai kasus yang diperkarakan sesuai dengan spesialisasi yang dimilikinya;
d) Bentuk dan Penyampaian Pendapat Ahli; Bentuk dan penyampaian pendapat ahli dapat berupa
(Vide Pasal 154 HIR): 1) berupa laporan tertulis dan lisan; 2) laporan disampaikan dalam
persidangan; 3) laporan dikuatkan dengan sumpah.
5
4. CATATAN AKHIR
a. Pemeriksaan Setempat dilaksanakan karena :
1. Kemauan Hakim, Hakim secara ex officio karena jabatannya menetapkan dilaksanakan pemeriksaan
setempat, apabila hal itu dianggapnya penting bagi Hakim untuk mengetahui secara pasti objek sengketa,
dengan demikian tidak semua sengketa objeknya harus diadakan pemeriksaan setempat, misalnya objek
sengketa yang mudah dihadirkan di ruang persidangan, akan tetapi jika objek sengketa berupa benda yang
tidak bergerak seperti tanah/sawah/almari, maka wajib dilaksanakan pemeriksaan setempat sebagaimana
diamanatkan dalam Surat Edaran Mahkamah Agung RI. Nomor 7 Tahun 2001.
2. Hakim pada pemeriksaan tingkat banding dan Hakim Agung pada pemeriksaan Kasasi. Hakim mengambil
inisiatif sendiri melaksanakan pemeriksaan setempat walaupun tidak ada permintaan para pihak, misalnya
dalam pemeriksaan tingkat banding/kasasi dimana Hakim memandang bahwa Majelis Hakim pertama perlu
diperintahkan untuk membuka kembali persidangan dalam perkara tersebut dan selanjunya melaksanakan
pemeriksaan setempat dan hasilnya berupa Berita Acara hasil pemeriksaan setempat dikirimkan kepada
Majelis Hakim Tingkat Banding/kasasi (YAHYA Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika,Jakarta, hal
782).
3. Atas permintaan para pihak, para pihak yang berperkara dapat meminta Majelis Hakim untuk mengadakan
pemeriksaan setempat atas objek sengketa hal ini tertuang dalam Pasal 211 ayat (1) R.V. Misalnya seorang
isteri menggugat Harta Bersama terhadap suaminya, dalam gugatannya isteri tidak dapat menyebutkan letak
dan batas- batasnya sebab suami ketika membeli tanah tersebut tidak pernah memberitahu isterinya. 6
4. CATATAN AKHIR
b. Kehadiran para pihak dalam pemeriksaan setempat;
Pemeriksaan setempat pada hakekatnya sidang resmi pengadilan, yang tempat persidangannya dipindahkan
dari Gedung ruang sidang Pengadilan ke tempat/ lokasi benda yang menjadi objek sengketa. Pihak
Penggugat maupun pihak Tergugat wajib menghadiri sidang, oleh karena itu Pemeriksaan setempat
Penggugat dan Tergugat harus dipanggil/diperintahkan hadir, kecuali setelah dipanggil/ diperintahkan
tidak hadir maka pemeriksaan setempat tetap dapat dilaksanakan.
11