Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMERIKSAAN SETEMPAT DAN PENDAPAT AHLI


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Hukum Acara Perdata”

Dosen Pengampu :
Lisa Aminatul Mukaromah, M.S.I

Disusun Oleh :
1. Mohamad Irfan Tamamul Abror (220401108)
2. Suci Halimatul Khoimah (220401109)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)


FAKULTAS HUKUM SYARIAH DAN ADAB
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna melengkapi tugas kelompok untuk
mata kuliah Hukum Bisnis Islam. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada yang terhormat :
1. M. Jauharul Ma’arif, M.Pd.I selaku Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri
Bojonegoro
2. Agus Sholahuddin Shiddiq, M.H.I selaku Dekan Fakultas Syariah dan Adab
Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro
3. Eko Arif Cahyono, M.Ek selaku Kaprodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas
Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro
4. Lisa Aminatul Mukaromah, M.S.I selaku Dosen Pengampu Mata kuliah Hukum
Acara Perdata Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri Bojonegoro.

`Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang membangun dari berbagai
pihak.

Bojonegoro, 4 Desember 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pemeriksaan setempat ....................................................................... ..3

1. Dasar Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat.....................................................5


2. Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat...............................................................7
3. Biaya Pemeriksaan Setempat.........................................................................8

2.2 Pendapat Ahli.. ...................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 13


3.2 Saran .................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan setempat (descente) merupakan salah satu alat bukti dalam
perkara perdata yang diatur dalam pasal 187 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUHPER). Pemeriksaan setempat adalah pemeriksaan mengenai
perkara, oleh Hakim karena jabatannya, yang dilakukan di luar gedung atau tempat
kedudukan pengadilan. Sidang Pemeriksaan Setempat (PS) dilakukan oleh Majlis
Hakim setelah pemeriksaan perkara telah sampai pada tahap pembuktian, bisa
dilakukan dalam bentuk majlis ataupun hakim tunggal dengan dibantu oleh seorang
panitera pengganti. Dengan dilakukan sidang pemeriksaan setempat diharapkan objek
sengketa memiliki kejelasan tentang letak, luas, batas-batas dan kondisi lainnya atas
objek tersebut.
Di dalam pemeriksaan perkara secara elektronik, pemeriksaan setempat tetap
dapat dilakukan sesuai hukum acara yang berlaku. Perma Nomor 1 Tahun 2019
sebagaimana telah diubah dengan Perma Nomor 7 Tahun 2022 tidak mengatur secara
khusus mengenai sidang pemeriksaan setempat, namun di dalam SK KMA Nomor
363/KMA/SK/XII/2022 tentang petunjuk teknis administrasi dan persidangan perkara
perdata agama di pengadilan secara elektronik diatur dalam poin C Persidangan,
angka 5 Pembuktian, disebutkan bahwa jika suatu perkara diperlukan pemeriksaan
setempat, pemeriksaan itu dilakukan sesuai dengan hukum acara yang berlaku. Berita
acara pemeriksaan setempat wajib diunggah ke dalam SIP oleh Panitera Sidang. Hal
ini menunjukkan pemeriksaan setempat dilaksanakan sama seperti persidangan biasa,
yaitu dengan melakukan persidangan pemeriksaan setempat di lokasi objek sengketa
secara langsung.
Pemeriksaan setempat merupakan alat bukti yang penting dalam perkara
perdata karena dapat membantu Hakim untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang fakta-fakta yang menjadi objek sengketa. Pemeriksaan setempat juga dapat
membantu Hakim untuk menilai keterangan saksi atau ahli yang disampaikan dalam
persidangan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pemeriksaan setempat dalam hukum acara perdata ?
2. Apa yang menjadi dasar hukum dari pemeriksaan setempat ?
3. Bagaimana pelaksanaan pemeriksaan setempat ?
4. bagaimana penjelasan mengenai biaya pemeriksaan setempat ?
5. Bagaimana penjelasan tentang pendapat ahli

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan setempat
2. Untuk mengetahui dasar hukum pemeriksaan setempat
3. Untuk memahami pelaksanaan pemeriksaan setempat
4. Untuk mengetahui pendapat ahli

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pemeriksaan setempat

Pemeriksaan Setempat adalah pemeriksaan atau sidang yang dilakukan oleh hakim
atau majelis hakim perdata di tempat objek yang sedang disengketakan berada. Hakim
atau majelis hakim tersebut datang ke tempat objek perkara tersebut untuk melihat secara
langsung keadaan objek atau tanah yang disengketakan. Dasar hukum dari pelaksanaan
Pemeriksaan Setempat adalah Pasal 153 Herzien Inlandsch Reglement (HIR), Pasal
180 Reglement Tot Regeling Van Het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en
Madura (RBg), Pasal 211-214 Reglement op de Rechtsvordering (RV) dan Surat Edaran
Mahkamah Agung Nomor 7 Tahun 2001 tentang Pemeriksaan Setempat.
Pemeriksaan setempat dilakukan apabila dianggap perlu, hakim dapat melakukan
pemeriksaan setempat sebagai tambahan keterangan dalam mengambil keputusan.
Pemeriksaan Setempat juga bisa dilakukan atas eksepsi atau permohonan dari pihak yang
berperkara. Panitera membuat Berita Acara Pemeriksaan Setempat yang ditandatangani
oleh hakim dan panitera tersebut. Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat dilakukan oleh satu
atau dua orang hakim, dibantu dengan Panitera.1
Yang dimaksudkan dengan pemeriksaan setempat atau descente ialah pemeriksaan
mengenai perkara oleh hakim karena jabatannya yang dilakukan di luar gedung atau
tempat kedudukan pengadilan, agar hakim dengan melihat sendiri memperoleh gambaran
atau keterangan yang memberi kepastian tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi
sengketa. Ketentuan mengenai pemeriksaan setempat kita jumpai dalam pasal 153 HIR,
yang menentukan bahwa bila ketua menganggap perlu dapat mengangkat seorang atau dua
orang komisaris dari majelis, yang dengan bantuan panitera pengadilan akan melihat
keadaan setempat dan melakukan pemeriksaan (plaatselijke opneming en onderzoek),
yang dapat memberi keterangan kepada hakim (ps. 180 Rbg, 211 Rv) Di dalam praktek
pemeriksaan setempat ini dilakukan sendiri oleh Hakim Ketua persidangan. Dalam pasal
211 Rv lebih tegas ditentukan bahwa pemeriksaan setempat dapat diadakan berdasarkan
putusan, baik atas permintaan para pihak maupun karena jabatannya. 2

1
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-ternate/baca-artikel/14793/Pengalaman-Sidang-Perkara-Perdata-
Pemeriksaan-Setempat.html. Diakses pada hari Minggu, 10 Desember 2023 Pukul 15. 45 WIB
2
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2006). Hal 194-
195

3
Pemeriksaan setempat diatur dalam Pasal 153 HIR dan SEMA Nomor 7 Tahun 2001
serta Putusan MA No. 3537 K?Pdt/1984.3 Secara konsepsional, pemeriksaan setempat
adalah proses pemeriksaan persidangan yang semestinya dilakukan di ruang sidang
gedung pengadilan, dipindahkan atau dilakukan di tempat lain, yaitu ditempat letak objek
barang yang disengketakan. Hasil pemeriksaan setempat nanti berguna sebagai dasar
pertimbangan oleh hakim mengabulkan atau menolak gugatan yang diajukan serta
menentukan luas objek gugatan, sehingga putusan tidak kabur (obscuur libel).
Jadi pemeriksaan setempat ini bukanlah pemeriksaan oleh Hakim secara pribadi,
tetapi pemeriksaan oleh Hakim karena jabatannya, oleh karena pemeriksaan yang bersifat
pribadi oleh Hakim itu tidak boleh dijadikan bukti. Seperti yang telah diterangkan di atas,
maka pemeriksaan setempat pada hakekatnya tidak lain daripada pemeriksaan perkara
dalam persidangan, yang ternyata dari keharusan membuat berita acara oleh panitera,
hanya saja persidangan tersebut berlangsung di luar gedung dan tempat kedüdukan
pengadilan, tetapi masih di dalam wilayah hukum pengadilan yang bersangkutan (ps. 90
RO, 231 Rv). Di dalam praktek pemeriksaan setempat biasanya dilakukan berkenaan
dengan letak gedung atau batas tanah. Meskipun pemeriksaan setempat ini tidak dimuat di
dalam pasal 164 HIR (ps. 284 Rbg, 1866 BW) sebagai alat bukti, tetapi oleh karena tujuan
pemeriksaan setempat ialah agar hakim memperoleh kepastian tentang peristiwa yang
menjadi sengketa, maka fungsi pemeriksaan setempat pada hakekatnya adalah sebagai alat
bukti. 4Kekuatan pembuktiannya diserahkan kepada pertimbangan hakim. Dalam praktik
persidangan, elemen pendukung pelaksanaan Pemeriksaan Setempat sebagai wujud Pasal
153 HIR atau 180 RBg5 adalah Majelis Hakim yang akan memeriksa dan memproses
objek perkara, Panitera yang membuat berita acara tentang pelaksanaan pemeriksaan
setempat dan hasilnya, para pihak berpekara termasuk pihak yang merupakan sepadan
tanah tersebut, wali nagari atau yang mewakilinya tempat objek perkara yang akan
dilakukan pemeriksaan setempat, Badan Pertanahan Nasional, dan aparat keamanan.
1) Dasar Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat
Tujuan pemeriksaan setempat ialah agar hakim memperoleh kepastian tentang
peristiwa yang menjadi sengketa, maka pemeriksaan setempat ini nyatanya oleh hakim
sudah dipakai sebagai alat bukti. Pemeriksaan setempat sendiri dapat dilakukan oleh

3
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14309/Pemeriksaan-Setempat-descente-Dalam-Hukum-
Pembuktian-Perkara-Perdata.html. Di akses pada hari Minggu, 10 Desember 2023 pukul 16.25 WIB
4
HR 24 Jan. 1873, W 3554, Asser-Anema-Verdam, op.cit., hal. 484; sebaliknya Pitlo berpendapat lain, Op.cit.,
hal.24
5
Perihal pasal 153 HIR/180 RBg

4
hakim karena jabatannya atau atas permintaan para pihak itu sendiri. Pemeriksaan
setempat bukan merupakan alat bukti sebagaimana yang terdapat dalam ketentuan Hukum
Acara Perdata, tetapi sebagai pendukung alat bukti dalam hukum acara perdata yang
berfungsi membantu hakim dalam menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya.6
SEMA No. 7 tahun 2001 pada intinya menjelaskan bahwa kenyataannya
seringkali ketika barang atau objek sengketa yang hendak dieksekusi, akan tetapi eksekusi
tersebut tidak bisa dilaksanakan akibat letak objek, luas objek, dan batas-batasnya tidak
sesuai dengan isi gugatan si penggugat. Hal itulah yang melandasi lahirnya SEMA No.7
tahun 2001 tersebut.7
a. Oleh Hakim Karena Jabatannya
Hakim karena jabatannya, secara ex officio dapat menetapkan atau
memerintahkan diadakannya pemeriksaan setempat, apabila hal itu dianggapnya
penting untuk mengetahui secara pasti keadaan yang berkenaan dengan objek
sengketa. namun demikian tidak semua dari objek sengketa yang harus dilaksanakan
pemeriksaan setempat, akan tetapi apabila objek ssengketa tersebut mudah untuk
dihadirkan dipersidangan maka tidak perlu dilaksanakan pemeriksaan setempat.
Pemeriksaan setempat dilakukan terhadap benda tidak bergerak yang mustahil untuk
dihadirkan dipersidangan, misalnya sengketa tanah, rumah, sawah, dan sebagainya.
Sehubungan dengan itu, hakim perlu memperhatikan SEMA No. 7 Tahun 2001.
Apabila dari hasil proses persidangan, terdapat kesan atau indikasi barang objek
gugatan masih kabur, sangat tepat dan beralasan melaksanakan penggarisan SEMA
melakukan pemeriksaan setempat, guna menghindari kesulitan pelaksanaan eksekusi
putusan dibelakang hari.
Mengenai sejauh mana kewenangan hakim menetapkan atau memerintahkan
pemeriksaan setempat, tidak hanya terbatas pada hakim tingkat pertama. Dapat juga
oleh hakim tingkat banding dan kasasi. Jadi, pengertian hakim berdasarkan
jabatannya, meliputi semua hakim secara instansional.
b. Atas Permintaan Para Pihak
Cara yang kedua, atas permintaan para pihak. Atas permintaan salah satu pihak
maupun atas permintaan bersama kedua belah pihak, dapat dilakukan pemeriksaan
setempat. Hak para pihak kedua belah pihak tentang hal ini ditegaskan dalam pasal

6
https://pn-pagaralam.go.id/index.php/tentang-pengadilan/390-pemeriksaan-setempat. Di akses pada hari
Minggu, 10 Desember 2023
7
Pelaksanaan pemeriksaan setempat (Destence) (Ramdani Wahyu Sururie& Fahadil Amin Al Hasan)

5
153 HIR, Pasal 180 Rbg atau pasal 211 Rv, bahwa atas permintaan para pihak, dapat
diadakan pemeriksaan setempat.
Permintaan itu dapat diajukan salah satu pihak apabila pihak lawan membantah
kebenaran letak, luas, atau batas-batas tanah objek sengketa. Maka untuk memperoleh
kejelasan yang pasti, sangat penting dilakukan pemeriksaan setempat. Seperti yang
dapat dilihat pada putusan No. 274 K/Sip/1976 maupun No. 436 K/Sip/1974, hakim
tingkat kasasi berpendapat, letak dan ukuran luas atau batas-batas tanah terperkara
belum jelas dan pasti, sehingga dianggap sangat urgent melakukan
pemeriksaan setempat.
2) Pelaksanaan Pemeriksaan Setempat
a. Dihadiri Para Pihak
Seperti dijelaskan, pemeriksaan setempat adalah sidang resmi pengadilan.
Hanya tempat persidangan yang berpindah dari ruang sidang pengadilan ke tempat
letaknya barang terperkara. Oleh karena itu, secara formil harus lengkap dihadiri
para pihak. yaitu penggugat dan tergugat. Pemeriksaan setempat harus diberi tahu
secara resmi kepada para pihak. Kalau hal tersebut sudah dilakukan, kemudian
yang bersangkutan tidak mau hadir tanpa alasan yang sah, sidnag pemeriksaan
setempat dapat dilangsungkan secara op tegenspraak atau bantahan dari pihak
yang tidak hadir bersadarkan ketentuan Pasal 127 HIR.8
b. Datang Ke Tempat Barang Terletak
Objek sengketa yang dapat dilaksanakan pemeriksaan setempat: Pasal 153
HIR dan Pasal 180 R.Bg. tidak menyebutkan benda yang dilaksanakan
pemeriksaan setempat apakah benda bergerak atau benda yang tidak bergerak,
sedangkan menurut Pasal 211 ayat (2) RV. pemeriksaan setempat dapat
dilaksanakan terhadap benda yang bergerak tetapi sulit dibawa ke ruang sidang.
menurut Surat Edaran Mahkamah Agung RI. No.7 Tahun 2001 pemeriksaan
setempat dikususkan kepada benda tetap saja, tujuannya agar tidak kesulitan
ketika benda tersebut akan dieksekusi. Jika beberapa ketentuan tersebut dipahami
secara cermat, bahwa pemeriksaan setempat itu dilaksanakan untuk memeriksa
benda tidak bergerak dan benda bergerak tetapi yang sulit untuk
dibawa ke persidangan.

8
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta : Sinar Grafika, 2017).hlm. 877

6
Surat Edaran Mahkamah Agung RL Normor 7 Tahun 2001 tentang
Pemeriksaan Setempat diterangkan bahwa banyak perkara- perkara perdata yang
putusannya telah berkekuatan hukum tetap, tetapi tidak dapat dieksekusi (non
executable) karena objek sengketa misalnya sawah / tanah tidak jelas letak, luas
dan batas- batasnya.
Proses sidang pemeriksaan setempat mesti dilangsungkan di tempat lokasi
barang terletak. Pejabat yang diangkat atau ditunjuk:
1. Datang langsung di tempat barang yang hendak diperiksa terletak
2. Setelah sampai di tempat, hakim yang memimpin pemeriksaan, membuka
secara resmi sidang pemeriksaan setempat
3. Kepada para pihak diberi hak dan kesempatan yang sama untuk
mengajukan bukti atau fakta untuk memperkuat dalil maupun bantahan
masing-masing
4. Para pihak dibolehkan mengajukan saksi yang mereka anggap dapat
memperkuat dalil gugatan bantahan
Jadi, tidak ada bedanya dengan proses persidangan biasa sebagaimana
layaknya di ruang persidangan. Segala sesuatu yang berkenaan dengan tata tertib
dan hak serta asas semestinya ditegakkan. berlaku sepenuhnya pada sidang
pemeriksaan setempat.
c. Panitera Membuat Berita Acara
Sebagaimana halnya persidangan biasa, sidang pemeriksaan setempat pun
harus dituangkan dalam berita acara. Yang disebut berita acara pemeriksaan
setempat.. Yang bertugas membuatnya adalah panitera. Hal itu sejalan dengan
pasal 186 HIR.
d. Membuat Akta Pendapat9
Hal ini diatur dalam pasal 211 ayat (1) Rv. Selain panitera membuat berita
acara sidang pemeriksaan setempat, hakim yang ditugaskan melaksanakannya,
diharuskan membuat akta pendapat yang berisi penilaian atas hasil pemeriksaan
yang dilakukan. Untuk membuat akta pendapat yang objektif dan realistis, hakim
pelaksana dapat meminta bantuan kepada ahli, agar pada saat pemeriksaan
dilakukan didampingi ahli. Sudah barang tentu akta pendapat harus konsisten
dengan berita acara, karena rujukan akta itu adalah berita acara itu sendiri..

9
Aisah Rahma Wati, Skipsi : Pemeriksaan Setempat Dalam Pembuktian Sebagai Penguatan Hakim Dalam
Memutuskan Perkara Perdata, (Semarang : UNNES, 2020). Hlm. 57-59

7
Pemeriksaan setempat dapat dilaksanakan dengan berbagai macam yaitu:
1. Sidang dibuka di ruang sidang pengadila, kemudian dilanjutkan menuju lokasi
objek sengketa
2. sidang pemeriksaan setempat dibuka terlebih dahulu di Kantor Lurah/Kepala
Desa, kemudian dilanjutkan menuju lokasi objek sengketa
3. Sidang pemeriksaan setempat dibuka langsung ditempat dimana objek
sengketa
3) Biaya Pemeriksaan Setempat
1. Biaya Pemeriksaan Setempat dibebankan kepada Pihak Yang Meminta
diadakan Pemeriksaan Setempat.
2. Jika PS tersebut diadakan atas perintah hakim maka biaya PS dibebankan
kepada pihak Penggugat atau Tergugat menurut pertimbangan hakim secara
realistis dan patut. Dengan memperhatikan pihak yang paling berkepentingan,
the most interested party, dalam hal ini adalah Penggugat. Sehingga
sewajarnya biaya tersebut dibebankan kepada Penggugat terlebih dahulu
kemudian kepada Tergugat.
Biaya Pemeriksaan Setempat mencakup :
1) Biaya transportasi ke lokasi.
2) Biaya pembuatan sketsa tanah oleh BPN (jika meminta bantuan BPN).
3) Biaya saksi- saksi dan ahli ( jika ada). Biaya- biaya tersebut sesuai dengan
radius yang telah disusun oleh PN masing- masing.
Pemeriksaan Setempat Tidak akan Dilaksanakan jika Pihak yang
Diperintahkan untuk Membayar Tidak Bersedia Membayar Biaya. Jika pihak yang
diperintahkan untuk membayar biaya tidak bersedia membayar biaya Pemeriksaan
Setempat maka Pemeriksaan Setempat tidak akan dilaksanakan. (Pasal 160 Ayat 2
HIR)
 Nilai Kekuatan Pembuktian Pemeriksaan Setempat Dinyatakan dalam Yurisprudensi
Pemeriksaan Setempat tidak tercantum sebagai alat bukti dalam Pasal 164
HIR/Pasal 283 RBg/ Pasal 1886 KUH Perdata . Akan tetapi hasil pemeriksaan
setempat merupakan fakta yang ditemukan hakim di persidangan , oleh karenanya
mempunyai daya kekuatan mengikat bagi hakim. Daya mengikat pemeriksaan
setempat seperti yang terlihat dalam beberapa yurisprudensi berikut , yaitu:
 Dapat menetapkan luas tanah objek sengketa.

8
Hakim dapat menetapkan luas tanah objek sengketa. Sedangkan mengenai
batas- batas tidak begitu relevan, sebab menurut pengalaman sering terjadi perubahan
tanah akibat dari peralihan hak milik atas tanah. (Putusan Mahkamah Agung No.
1497 K/Sip/ 1983)
 Dapat Dijadikan Dasar Mengabulkan Gugatan
Dalam hal dalil gugatan dibantah oleh pihak tergugat, tetapi ternyata
berdasarkan pemeriksaan setempat luas tanah objek sengketa sama dengan yang
tersebut dalam gugatan, maka dapat dijadikan dasar dikabulkan gugatan ( Putusan
Mahkamah Agung Nomor 3197 K/Sip/1983)
 Dapat Digunakan untuk memperjelas Objek Sengketa
Hasil pemeriksaan setempat dapat dijadikan dasar untuk memperjelas letak,
luas dan batas- batas objek sengketa ( Putusan Mahkamah Agung Nomor
1777 K/Sip/1983).10

2.2 Pendapat Ahli


Pendapat ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang yang memiliki
keahlian khusus atau pengetahuan mendalam tentang suatu bidang yang relevan dengan
objek sengketa. Pemeriksaan saksi ahli diatur dalam pasal 154 HIR maupun Pasal 215 s/d
229 Rv. Ahli adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus di bidang tertentu, yang
menurut Raymond Emson ”Specialized are as of Knowledge”, ”ahli merupakan orang
yang dapat memberi keterangan dan penjelasan serta membantu menemukan fakta
melebihi kemampuan pengetahuan umum orang biasa”.
Ahli tersebut dihadirkan untuk memberikan penjelasan teknis atau ilmiah yang
membantu hakim dalam memahami fakta-fakta yang terkait dengan perkara yang diadili.
Misalnya, dalam kasus sengketa tanah, seorang ahli geodesi mungkin dihadirkan untuk
memberikan penjelasan tentang batas-batas tanah berdasarkan pengukuran dan peta yang
ada. Pendapat ahli ini nantinya akan menjadi pertimbangan bagi hakim dalam mengambil
keputusan, meskipun tidak secara otomatis mengikat hakim. Hakim tetap memiliki
kewenangan untuk menilai kredibilitas dan relevansi pendapat ahli tersebut dengan fakta-
fakta lain yang ada dalam perkara. Keterangan Ahli (expertise). Keterangan dari pihak
ketiga untuk memperoleh kejelasan bagi hakim dari suatu peristiwa yang disengketakan,
kecuali dari saksi, kita peroleh dari ahli (deskundigenbericht, expertise) yang didalam

10
https://pn-pagaralam.go.id/index.php/tentang-pengadilan/390-pemeriksaan-setempat. Diakses pada hari
Minggu, 10 Desember 2023 pukul 19.45WIB

9
praktek pengadilan sering juga disebut sebagai “saksi ahli”. Keterangan ahli ialah
keterangan pihak ketiga yang objektif dan bertujuan untuk membantu hakim dalam
pemeriksaan guna menambah pengetahuan hakim sendiri. Hakim harus memeriksa dan
memutuskan perkara yang diajukan kepadanya : ia tidak boleh menolak perkara yang
diajukan kepadanya untuk diperiksa. Hal itu bukan karena ia dianggap ahli atau
diharapkan tidak memihak dalam menentukan atau memutuskan siapa yang benar di
antara kedua belah pihak yang bersengketa.11
Sama halnya seperti pemeriksaan setempat, Pasal 284 RBg/164 HIR dan Pasal 1866
KUHPerdata tidak mencantumkan keterangan ahli sebagai alat bukti. Berarti secara
formil, keterangan ahli berada diluar alat bukti. Oleh karena itu, menurut hukum
pembuktian tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian. Namun, sesuai dengan isi pasal
181 RBg/154 HIR bahwa jika menurut pertimbangan Hakim suatu perkara itu dapat
menjadi lebih jelas bila diadakan pemeriksaan terhadap seorang ahli, maka ia dapat
mengangkat seorang ahli baik atas permintaan para pihak maupun karena jabatannya,
dimana hakim tidak wajib mengikuti pendapat dari ahli tersebut jika pendapat tersebut
12
berlawanan dengan keyakinannya. Akan tetapi, bila pendapat tersebut sesuai dengan
keyakinannya, maka Hakim dapat mengikuti pendapat ahli. Dari sini dapat dilihat bahwa
terhadap hakim diberi kebebasan untuk mengikuti atau tidak mengikuti pendapat ahli. Bila
hakim mengikuti pendapat tersebut, ia mengambil alih pendapat tersebut menjadi
pendapatnya sendiri dan dijadikan sebagai bagian pertimbangan dalam putusan.
Sedangkan bila ia tidak mengikuti pendapat ahli tersebut, pendapat itu disingkirkan dan
dianggap tidak ada. Dengan kata lain, keterangan ahli memiliki kekuatan pembuktian
13
bebas. Menurut Yahya Harahap, pemeriksaan setempat merupakan alat bukti yang
bersifat bebas. Artinya, Hakim tidak terikat oleh apa yang disampaikan oleh para pihak
atau saksi dalam pemeriksaan setempat. Hakim dapat menilai sendiri hasil pemeriksaan
setempat dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan.
Hakim menggunakan keterangan ahli dengan maksud agar Hakim memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam tentang sesuatu yang hanya dimiliki oleh seorang ahli
tertentu, ilmu kedokteran dan sebagainya. Menggunakan keterangan ahli bertujuan untuk
memperoleh kebenaran dan keadilan pada masalah yang bersangkutan.

11
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 2006).hlm. 195-
196
12
Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata, (Ponorogo : CV Nata Karya, 2017). hlm. 130
13
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015)

10
Pada umumnya hakim menggunakan keterangan seorang ahli agar memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam tentang sesuatu yang hanya dimiliki oleh seorang ahli
tertentu, misalnya mengenai hukum pun hakim dapat meminta bantuan seorang ahli,
misalnya untuk mengetahui hukum adat setempat kepada adat atau kepala suku didengar
sebagai ahli. Keterangan ahli diatur dalam pasal 154 HIR (ps, 181 Rbg, 215 Rv), yang
menentukan bahwa apabila pengadilan berpendapat bahwa perkaranya dapat dijelaskan
oleh seorang ahli, maka atas permintaan salah satu pihak atau karena jabatannya
pengadilan dapat mengangkat seorang ahli. Ahli itu diangkat oleh hakim untuk diminta
pendapatnya. Pengangkatan itu berlaku selama pemeriksaan berlangsung.
Pasal 181 RBg/Pasal 154 HIR, Pasal 215 sampai dengan 229 Rv menentukan :
“jika pengadilan negeri berpendapat, bahwa persoalannya dapat diungkapkan dengan
pemeriksaan oleh seorang ahli, maka ia atas permohonan para pihak dapat mengangkat
ahli atau mengangkatnya karena jabatan”. Dari ketentuan ini, dapat dipahami bahwa
pengangkatan ahli didasarkan kepada 2(dua) hal diatur dalam pasal 154 ayat (1) HIR dan
pasal 215-216 Rv, yaitu :
1. Pengangkatan ahli dapat dilakukan sendiri Oleh Hakim secara Ex Officio, karena
jabatannya
2. Atas permintaan salah satu pihak
Keterangan ahli itu berupa pendapat, atau kesimpulan berdasarkan pengetahuan atau
keahliannya, yang dikuatkan dengan sumpah. Namun demikian, hakim tidak diwajibkan
untuk menuruti pendapat ahli tersebut. Menurut hukum, seorang baru ahli, apabila dia :14
1. Memiliki pengetahuan khusus atau spesialis di bidang ilmu pengetahuan tertentu
sehingga orang itu benar benar kompeten dibidang tersebut
2. Spesialisasi itu bisa dalam bentuk skiil karena hasil latihan atau hasil pengalaman
3. Sedemikian rupa spesialisasi pengetahuan, kecakapan, latihan atau pengalaman
yang dimilikinnya, sehingga keterangan dan penjelasan yang diberikannya dapat
membantu menemukan fakta melebihi kemampuan pengetahuan umum orang
biasa.

Alasan pengangkatan ahli


Alasan adanya pengangkatan ahli, pertama didasarkan karena keahliannya di bidang
perkara yang disengketakan, kedua masih terdapat hal-hal yang belum jelas, ketiga

14
Endang Hadrian, Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata Di Indonesia : Permasalahan Eksekusi Dan
Mediasi, (Yogyakarta : Deepublish Publisher, 2020). hlm. 49

11
berdasarkan laporan atau keterangan ahli mampu memberi opini atau pendapat mengenai
kasus yang diperkarakan sesuai dengan spesialisasi yang dimilikinya.
Laporan seorang ahli yang telah diangkat dapat diberikan baik secara lisan maupun
tertulis, yang diteguhkan dengan sumpah. Fungsi sumpah disini seperti halnya pada
sumpah saksi tidak lain untuk menjamin obyektivitas keterangannya. Seorang ahli yang
setelah disumpah untuk memberi pendapatnya kemudian tidak memenuhi kewajibannya
dapat dihukum untuk mengganti kerugian. Jadi bentuk dan penyampaian pendapat ahli
dapat berupa (Vide Pasal 154 HIR):
a. berupa laporan tertulis dan lisan;
b. laporan disampaikan dalam persidangan;
c. laporan dikuatkan dengan sumpah.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sidang Pemeriksaan Setempat (PS) dilaksanakan setelah pemeriksaan perkara
sudah masuk tahap pembuktian. Sidang ini sebagai bagian untuk menemukan alat bukti,
apakah bukti keterangan saksi, saksi ahli, bukti surat (misalnya hasil pengukuran) atau
bukti keyakinan hakim yang telah memeriksa langsung di lapangan. Dengan demikian
yang mempunyai nilai kekuatan pembuktian adalah alat-alat bukti yang ditemukan di
dalam proses persidangan pemeriksaan setempat, bukan pemeriksaan setempat itu sendiri
yang dinilai kekuatan pembuktiannya.
Biaya Perkara Pemeriksaan Setempat, termasuk di dalamnya biaya pengamanan
dan biaya pengukuran dapat ditentukan berdasarkan jenis perkara maupun pihak yang
menginisiasi permohonan pemeriksaan setempat tersebut. Sengketa perkara yang
merupakan bagian atau bidang Perkawinan termasuk sengketa Harta Bersama biaya
sengketa mutlak dibebankan kepada Pihak Penggugat tanpa melihat siapa yang
berinisiatif untuk memohon dilaksanakan pemeriksaan setempat, sedangkan sengketa
perkara yang bukan termasuk Perkawinan seperti perkara waris atau Ekonomi Syariah
dan lainnya sebelum dilaksanakan pemeriksaan setempat biaya pemeriksaan setempat
dibebankan kepada Penggugat, dan atau Penginisiatif yang nantinya akan dibebankan
kepada pihak yang kalah di dalam putusan akhir.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di
atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman
dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca dan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam
memahami materi tentang Pemeriksaan Setempat dan Pendapat Ahli.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aisah Rahma Wati, Skipsi : Pemeriksaan Setempat Dalam Pembuktian Sebagai Penguatan
Hakim Dalam Memutuskan Perkara Perdata, (Semarang : UNNES, 2020)
Endang Hadrian, Lukman Hakim, Hukum Acara Perdata Di Indonesia : Permasalahan
Eksekusi Dan Mediasi, (Yogyakarta : Deepublish Publisher, 2020).
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,
2006).
Pelaksanaan pemeriksaan setempat (Destence) (Ramdani Wahyu Sururie& Fahadil Amin Al
Hasan)
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta : Sinar Grafika, 2017)
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta,
2006)
Martha Eri Safira, Hukum Acara Perdata, (Ponorogo : CV Nata Karya, 2017).
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian dan Putusan Pengadilan, (Jakarta : Sinar Grafika, 2015)
Nur Arifuddin, dkk, Modul Praktikum Hukum Acara Perdata, (Yogyakarta : Kreasi Total
Media, 2021)
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-ternate/baca-artikel/14793/Pengalaman-Sidang-
Perkara-Perdata-Pemeriksaan-Setempat.html. Diakses pada hari Minggu, 10
Desember 2023 Pukul 15. 45 WIB
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/14309/Pemeriksaan-Setempat-descente-
Dalam-Hukum-Pembuktian-Perkara-Perdata.html. Di akses pada hari Minggu, 10
Desember 2023 pukul 16.25 WIB
https://pn-pagaralam.go.id/index.php/tentang-pengadilan/390-pemeriksaan-setempat. Di
akses pada hari Minggu, 10 Desember 2023

14

Anda mungkin juga menyukai