Anda di halaman 1dari 14

PELAKSANAAN PUTUSAN HAKIM (EKSEKUSI)

Makalah ini disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampu : Muhammad Ulil Abshor, M.H.

Disusun Oleh :
Hastin Setya 33020200039
Nelly Hidayati 330202000176
Putri Ayuning Faramini 33020210122

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang
Pelaksanaan Putusan Hakim (Eksekusi). Sholawat serta salam tidak lupakami haturkan kepada
junjungan kita nabi agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya kelak di yaumul
akhir.

Makalah ini telah kami buat dengan semaksimal mungkin, terimakasih kami ucapkan
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.kami
menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun dari segi
bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca agar keepannya
kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 10 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ ii


DAFTAR ISI .................................................................................................................................. iii
BAB I ........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 1
A. Latar belakang ............................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 1
BAB II .......................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 2
A. Pengertian Putusan Hakim.......................................................................................................... 2
B. Asas Putusan Hakim .................................................................................................................... 3
C. Jenis Putusan Hakim ................................................................................................................... 5
D. Formulasi Putusan Hakim ........................................................................................................... 6
E. Kekuatan Putusan Hakim ............................................................................................................ 8
BAB III ....................................................................................................................................... 10
PENUTUP ................................................................................................................................... 10
A. Kesimpulan................................................................................................................................ 10
B. Saran ......................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. Error! Bookmark not defined.

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pengambilan keputusan sangatlah diperlukan oleh seorang hakim atas sangketa yang
diperiksa dan diadili nya.Hakim harus dapat mengolah dan memproses data-data yang
diperoleh selama proses persidangan, baik dari bukti surat, saksi, persangkaan, pengakuan
maupun sumpah yang terungkap dalam persidangan. Sehingga keputusan yang akan
dijatuhkan dapat didasari oleh rasa tanggung jawab, keadilan, kebijakan, profesionalisme
dan bersifat obyektif.
Putusan adalah produk dari pemeriksaan yang dilakukan oleh hakim.Berdasarkan pasal
178 HIR/189 R.Bg., setelah pemeriksaan selesai,maka hakim karena jabatannya harus
melakukan musyawarah untuk mengambil putusan yang akan dijatuhkan.Pemeriksaan
dianggap telah selesai apabila telah melalalui tahap jawaban dari tergugat, replik dari
penggugat, duplik dari tergugat, pembuktian dan kesimpulan yang diajukan oleh para
pihak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Putusan Hakim?


2. Apa Saja Asas-Asas Putusan Hakim?
3. Apa Apa Saja Jenis-Jenis Putusan Hakim?
4. Bagaimana Formulasi Putusan Hakim dan Putusan Hakim Dimata Hukum?
5. Bagaimana Kekuatan Putusan Hakim?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Putusan Hakim


2. Untuk Mengetahui Apa Saja Asas-Asas Putusan Hakim
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis-Jenis Putusan Hakim
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Formulasi Putusan Hakim dan Putusan Hakim Dimata
Hukum
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Kekuatan Putusan Hakim

1
BAB II

PENDAHULUAN

A. Pengertian Putusan Hakim

Putusan hakim atau putusan pengadilan merupakan sesuatu yang sangat dinanti-
nantikan oleh pihak-pihak yang berperkara guna menelesaikan sengketa diantara mereka
dengan sebaik-baiknya. Sebab dengan putusan hakim tersebut pihak-pihak yang
bersengketa mengharapkan kepastian hukum dan keadilan dalam perkara yang dihadapi
oleh mereka.1
Untuk dapat memberikan putusan yang benar-benar menciptakan kepastian hukum dan
mencerminkan hukum,hakim sebagai aparatur negara yang melaksanakan peradilan harus
benar-benar mengetahui perkara yang sebenarnya,serta peraturan hukum yang
mengaturnya yang akan diterapkan,baik peraturan hukum yang tertulis dalam peraturan
perundang-undangan maupun hukum yang tidak tertulis2 seperti hukum kebiasaan. Karena
dalam Undang-undang tentang kekuasaan kehakiman dinyatakan,bahwa hakim wajib
menggali,mengikuti,dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
Prof. Sudikno Mertokusumo,S.H. memberikan definisi putusan hakim sebagai suatu
pernyataan oleh hakim,sebagai penjabat yang diberi wewenang,yang diucapkan
dipersidangan dan bertujuan untuk menyelesaikan suatu perkara atau sangketa anatara para
pihak.3 Dalam definisi ini Prof.Sudikno mencoba untuk menekankan bahwa yang dimaksud
dengan putusan hakim itu adalah yang diucapkan didepan persidangan.
Sementara itu beberapa ahli hukum lainnya,seperti Lilik Mulyadi Syahrani,S.H.
memberikan definisi putusan yang diucapkan oleh hakim karena jabatannya dalam
persidangan perkaara perdata yang terbuka untuk umum setelah melalui proses dan
prosedural hukum acara perdata pada umumnya dibuat secara tertulis dengan tujuan
menyelesaikan atau mengakhiri suatu perkara. Sedangkan Riduan Syahrani,S.H. lebih suka
menggunakan istilah putusan pengadilan sebagai pernyataan yang diucapkan hakim yang

1
Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, cet.1, (Jakarta : PT. Rineka Cipta , 2004), hal. 124
2
Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum, cet. 1, ( Jakarta : Pustaka Kartini,
1998), hal. 83
3
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, edisi ke-4, (Yogyakarta : Liberty, 1995), hal. 158

2
diucapkan pada sidang pengadilan yang terbuka untuk umum untuk menyelesaikan atau
mengakhiri perkara perdata.4
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan putusan
hakim adalah suatu pernyataan yang dibuat dalam bentuk tertulis oleh hakim sebagai
penjabat negara yang diberi wewenang untuk diucapkan didepan persidangan perkara
perdata yang terbuka untuk untuk umum setelah melalui proses dan procedural hukum
acara perdata pada umumnya dengan tujuan untuk menyelesaikan atau mengakhiri perkara
perdata guna terciptanya kepastian hukum dan keadilan bagi pihak yang bersangketa.

B. Asas Putusan Hakim

Asas – asas putusan hakim dijelaskan dalam Pasal 178 H.I.R, Pasal 189 R.Bg. dan
beberapa pasal yang terdapat dalam Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
1. Asas Memuat Dasar Alasan Yang Jelas dan Rinci
Hakim menjatuhkan setiap putusan harus berdasarkan pertimbangan yang
cukup dan jelas. Putusan yang tidak berdasarkan ketentuan dikategorikan sebagai
putusan yang tidak cukup pertimbangan.
Dalam pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan
Kehakiman, bahwa segala putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan dan dasar-
dasar putusan, serta mencantumkan pasal-pasal peraturan perundang-undangan tertentu
yang bersangkutan dengan perkara yang diputus atau berdasarkan sumber hukum
lainnya, baik yang tertulis seperti yurispudensi atau doktrin hukum, maupun yang tidak
tertulis seperti hukum kebiasaan atau hukum adat.
Bahkan menurut pasal 178 ayat (1) H.I.R hakim karena jabatannya atau secara
ex officio5 wajib mencukupkan segala alasan hukum yang tidak dikemukakan para
pihak perkara. Alam hal ini hakim harus dapat menemukan hukum dalam putusan
sekiranya hal tersebut tidak dikemukakan oleh para pihak yang berperkara. Untuk
memenuhi kewajiban itu, pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No.4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman memerintahkan hakim sebagai penegak hukum yang hidup

4
Riduan Syahrani, Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum, cet. 1, ( Jakarta : Pustaka Kartini,
1998), hal. 83
5
Subekti dan Tjitrosoedibio, Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum, cet. 1, ( Jakarta : Pustaka
Kartini, 1998), hal. 43

3
dalam masyarakat. Dalam hal ini hakim berperan dan bertindak sebagai perumus dan
penggali nilai-nilai hukum yang hidup di masyarakat.6
Bertitik tolak dari ketentuan pasal-pasal yang dikemukakan, putusan hakim
yang tidak dapat ckup pertimbangan adalah masalah yuridis, akibatnya putusan hakim
yang seperti itu dapat dibatalkan pada tingkat banding atau kasasi.
2. Wajib Mengadili Bagian Seluruh Gugatan
Hakim harus secara menyeluruh memeriksa dan mengadili setiap segi gugatan
yang diajukan dalam setiap putusannya. Karena cara mengadili yang demikian
bertentangan dengan asas yang digariskan Undang-Undang. Akibatnya putusan hakim
yang seperti dapat dibatalkan pada tingkat selanjutnya.
Tidak semua kelalaian mengakibatkan putusan batal, adalanya cukup diperbaiki
pada tingkat selanjutnya. Kebolehan memperbaiki secara kasuistik, apabila kelalaian
itu hanya mengenai kealpaan mencantumkan amar putusan.
3. Tidak Boleh Melebihi Tuntutan
Larangan ini disebut dengan ultra petitum partium. Asas ini ditegaskan dalam
Pasal 178 ayat (3) H.I.R, Pasal 189 ayat (3) R.Bg. dan Pasal 50 Rv. Menurut asas ini
hakim yang mengabulkan melebihi posita maupun petitum gugat dianggap telah
melampaui batas wewenang atau ultra vires yakni bertindak melampaui wewenangnya
(beyond the powers of his authority). Apabila suatu putusan mengandung ultra petitum
harus dinyatakan cacat (invalid) walaupun dilakukan hakim denga itikad baik (good
faitth) maupun sesuai dengan kepentingan umum (public interest). Asas ini tidak hanya
melaran ghakim untuk menjatuhkan putusan yang mengabulkan elebihi tuntutan
melainkan juga putusan yang mengabulkan sesuatu yang sama sekali tidak diminta
dalam tuntutan karen ahal tersebt nyata melanggar asas ultra petitum, sehingga
mengakibatkan putusam itu harus dibatalkan ada tingkat selanjutnya.
4. Diucapkan di Muka Umum
Asas ini ditegaskan dalam pasal 20 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang
Kekuasaan Kehakiman “Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai
kekuatan hukum apabila diucapkan dalam siding terbuka umum”. Hal ini tidak
terkecuali dalam persidangan tertutup khususnya dalam bidang hukum keluarga.prinsip
keterbukaan ini bersifat memaksa (imperatief).

6
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 798

4
C. Jenis Putusan Hakim

Secara garis besar putusan hakim diatur dalampasal 185 H.I.R., pasal 196 R.Bg., dan
pasal 46-48 Rv. Hal ini tanpa mengurangi ketentuan lain yang ikut mengatur mengenai
putusan hakim atau putusan pengadilan tersebut, sepertipasal 180 H.I.R. dan pasal 191
R.Bg. yang mengatur mengenai putusan provinsi.
1. Putusan Sela
Sebelum mengambil putusan akhir, ada kalanya hakim mengambil putusan
mengenai suatu masalah yang menyangkut jalannya pemeriksaan terhadap perkara
yang sedang diperiksanya. Tujuan adanya putusan sela ini untuk mempermudah
kelanjutan pemeriksaan perkara yang sedang dihadapi.7 Putusan sela tidak dapat berdiri
tanpa adanya putusan akhir.
2. Putusan Akhir
Putusan akhir (end vonis) ditinjau ada beberapa segi.
a. Ditinjau dari Sifat Putusan
1) Putusan Declaratior
Putusan Declaratior adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim dengan
amar yang menyatakan tentang suatu keadaan atau kedudukan yang sah
menurut hukum semata-mata.8
Misalnya tentang kedudukan anak sah, kedudukan ahli waris atau tentang
pengangkatan anak.
Dalam putusan ini dinyatakan hukum tertentu yang dituntut atau dimohon oleh
penggugat ada atau tidak ada tanpa mengakui adanya ha katas suatu prestasi
tertentu. Putusan Declaratior murni tidak memerlukan upaya pemaksa karena
sudah mempunyai akibat hukum tanpa bantuan dari pihak lawan yang dilakukan
untuk melaksanakannya dan mempunyai kekuatan mengikat saja.9
2) Putusan Constitutief
Putusan Constitutief adalah putusan yang dijatuhkam ole hakim yang
amarnya menciptakan suatu keadaan hukum baru, baik yang bersifat
meniadakan maupun yang menimbilkan keadaan hukum baru.

7
Nasir, Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum, cet. 1, ( Jakarta : Pustaka Kartini, 1998), hal. 194
8
Moh. Taufik Makarao, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata, cet.1, (Jakarta : PT. Rineka Cipta , 2004), hal. 129
9
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, edisi ke-4, (Yogyakarta : Liberty, 1995), hal. 175

5
Seperti Putusan Declaratior, Putusan Constitutief juga tidak menetapkan
adanya ha katas suatu prestasi sehingga tidak memerlukan upaya pemaksa
karena akibat hukum tidak tergantung pada bantuandari pihak lawan yang
dikalahkan.10
3) Putusan Condemnatior
Putusan Condemnatior adalah putusan yang dijatuhkan oleh hakim
dengan amar yang bersifat menghukum. Bentuk hukuman dalam perkara
perdata berbeda dengan hukuman dalam perkara pidana. Dalam perdata bentuk
hukumannya berupa kewajiban untuk melaksanakan atau memenuhi prestasi
yang dibebankan kepada pihak yang terhukum.

b. Ditinjau Dari isi Putusan


1) Dalam aspek kehadiran para pihak
Menurut Yahya Harahap pihak yang tidak hadir dalam persidangan
dianggap telah melakukan pengingkaran untuk menghadiri pemeriksaan
persidangan11. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka Undang-Undang
memberi kewenangan kepada hakim untuk menjatuhkan putusan. sebagai
ganjaran atas tindakan tersebut, antara lain Putusan gugatan gugur, Putusan
Verstek, Putusan Contracdictoir.
2) Dalam menetapkan secara pasti hubungan hukum antara pihak
Bertitik tolak dari penetapan dan penegasan kepastian hukum tersebut, maka
putusanakhir dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Menyatakan gugatan tidak dapat diterima
b) Menolak gugatan penggugat
c) Mengabulkan gugatan penggugat

D. Formulasi Putusan Hakim

Formulasi putusan adalah susunan atau sistematika yang harus dirumuskan dalam
putusan supaya memenuhi syarat perundang-undangan.12 Formulasi putusan diatur dalam

10
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum : Suatu Pengantar, edisi ke-4, (Yogyakarta : Liberty, 1995), hal. 174
11
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 873
12
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan
Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 807

6
pasal 184 ayat (1) H.I.R. atau pasal 195 TR.Bg., serta pasal 25 Undang-Undang No.4 Tahun
2004 tentang kekuasaan Kehakiman. Beberapa unsur yang harus dicantumkan dalam
putusan :
1. Memuat secara ringkas dan jelas pokok perkara, jawaban, pertimbangan dan amar
putusan
a) Tentang Dalil Gugatan
Dalil gugatan dalam putusan cukup dijelaskan dengan singkat dasar hukum dan
hubungan serta fakta yang menjadi dasar gugatan. Apabila suatu putusan tidak
mencantumkan dalil gugatan maka putusan tersebut dianggap tidak mempunyai
titik tolak, karen adalil gugatan merupakan landasan titik tolak periksaan perkara,
akibatnya putusan tersebut dapat dinyatakan batal demi hukum karena bertentangan
dengan pasal 184 ayat (1) H.I.R.
b) Tentang Jawaban Para Pihak
Pengertian jawaban dalam arti luas, meliputi replique dan duplique serta
kesimpulan. Kelalaian mencantumkan jawaban ini mengakibatkan putusn dapat
dinyatakan atal demi hukum karen abertentangan dengan pasal 184 ayat (1) H.I.R.13
c) Tentang Uraian Singkat dan Lingkup Pembuktian
Uraian yang dimaksud disini adalah deskripsi fakta dan alat bukti atau
pembuktian yang ringkas dan lengkap.14
d) Tentang Pertimbangan Hukum
Pertimbangan berisi analisis, argumentasi, pendapat atau kesimpulan hukum
dari hakim yang memeriksa perkara.
e) Tentang Ketentuan Perundang-undangan
Keharusan menyebut pasal-pasal tertentu peraturan perundangan yang
diterapkan dalam putusan. Digariskan dalam pasal putusan 184 ayat (2) H.I.R dan
pasal 25 ayat (1) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
“Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar
putusan, harus juga memuat psal-psal tertentu dan peraturan perundangan yang
menjadi landasan putusan atau juga menyebut dengan jelas sumber hukum tak
tertulis yang menjadi dasar pertimbangan dalam putusan”.15
f) Tentang Amar Putusan

13
Ibid, hal. 807-808
14
Ibid, hal. 809
15
Ibid, hal. 810

7
Amar atau dictum putusan merupakan pernyuataan yang berkenaan dengan
status dan hubungan hukum antara para pihak dengan obyek yang disengketakan.
Juga berisi perintah atau penghukuman kepada pihak yang berperkara. Amar
putusan harus bersifat jelas dan tidak menimbulkan dualism penafsiran.
2. Mencantumkan Biaya Perkara
Pencantuman biaya perkara diatur dalam pasal 184 ayat (1) H.I.R dan pasal 187
R.Bg. bahkan dalam pasal 183 ayat (1) H.I.R dan pasal 194 R.Bg. dinyatakan bahwa
banyaknya biaya perkara yang dijatuhkan kepada pihak yang berperkara garus disebut
salam putusan

E. Kekuatan Putusan Hakim

Mengenai putusan ini tidak dimuat dalam H.I.R maupun R.Bg., kecuali pasal 180
H.I.R., dan pasal 191 R.Bg., yang hanya menyebutka adanya suatu putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap. Menurut diktrin, dalam putusan yang telah mwmpunyai
kekuatan hukum tetap terdapat tiga (3) macam kekuatan untuk dapat dilaksanakan.
1. Kekuatan Mengikat
Suatu putusan pengadilan dimaksudkan untuk menyelesaikan suatu persoalan
atau sengketa dan menetapkan haka tau hukumnya. Apabila pihak yang bersengketa
tidak dapat menyelesaikan sengeketa secara damai kemudian menyerahkan dan
mempercayakan kepercayaannya kepada pengadilam maka hal ini menandung arti
bahwa pihak-pihak yang bersengketa akan tunduk dan patuh pada putusan yang
dijatuhkan, sehingga putusan itu mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak
yang bersengketa.16
2. Kekuatan Pembuktian
Dituangkannya putusan dalam bentuk tertulis yang merupakan akta otentik
bertujuan untuk dapat digunakan sebagai alat bukti bagi para pihak yang mungkin
diperlukan untuk pengajuan upaya hukum.17
3. Kekuatan Executorial

16
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Acara Perdata Indonesia, cet. V, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992),
hal. 165
17
M. Nur Rasaid, Hukum Acara Perdata, cet.III, (Jakarta : Sinar Grafika Offset, 2003), hal. 48

8
Kekuatan Executorial dalam putusan hakim adalah kekuatan untuk
dilaksanakan secara paksa oleh alat-alat negara terhadap pihak-pihak yang tidak
melaksanakan putusan tersebut secara sukarela.18

18
R. Soepomo, Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri, cet.13, (Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1994), hal. 92

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang dibuat dalam bentuk tertulis oleh hakim
sebagai penjabat negara yang diberi wewenang untuk diucapkan didepan persidangan
perkara perdata yang terbuka untuk untuk umum setelah melalui proses dan procedural
hukum acara perdata pada umumnya dengan tujuan untuk menyelesaikan atau mengakhiri
perkara perdata guna terciptanya kepastian hukum dan keadilan bagi pihak yang
bersangketa. Asas yang digunakan dalam putusan hakim ada memuat dasar alaan yang jelas
dan rinci, wajib mengadili seluruh bagian gugatan, tidak boleh mengabulkan melebihi
tuntutan, dan diucapkan dimuka umum. Adapun jenis putusan hakim ada putusan sela dan
putusan akhir. Pada formulasi putusan hakim ada beberapa unsur yaitu memuat secara
ringkas dan jelas pokok perkara, jawaban, pertimbangan dan amar putusan dan
mencantumkan biaya perkara. Mengenai kekuatan putusan hakim terdapat kekuatan
mengikat, kekuatan Executorial dan kekuatan pembuktian.

B. Saran

Penulis menyadari banyaknya kekurangan dari makalah kami. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Karena setiap kritik dan saran membantu
kami untuk terus berkembang dan lebih baik dalam menghasilkan karya

10
DAFTAR PUSTAKA

Harahap. (2004). Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,


Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika.

Makarao. (2004). Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Mertokusumo. (1998). Mengenal Hukum : Suatu Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Kartini.

Muhammad. (1992). Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Nasir. (1998). Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum. Jakarta: Rineka
Cipta.

Rasaid. (2003). Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Soepomo. (1994). Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri. Jakarta: PT. PRadnyaParamita.

Syahrani. (1998). Mengenal Hukum : Suatu Pengantar. Yogyakarta: Pustaka Kartni.

Tjitrosoedibio, S. d. (1998). Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Umum. Jakarta:


Pustaka Kartini.

11

Anda mungkin juga menyukai