Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ARBITER
Mata Kuliah: Alternatif Penyelesaian Sengketa
Dosen Pengampu: Afrik Yunari, M.H.

Disusun Oleh Kelompok 8:

1. Adila Marwa L 212102020057


2. Arini Rofiqotun N 211102040006
3. Didit Wahyu N 212102020036
4. Roisul Anhar 212102020047
5. Fahrur Rosi 212102030002

FAKULTAS SYARIAH
PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. ACHMAD SIDDIQ
JEMBER 2023

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala atas limpahan berkah dan rahmatnya sehingga makalah yang berjudul
“Arbiter” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Patut kita syukuri limpahan
kesehatan dan kesempatan yang telah Allah berikan kepada penulis sehingga makalah
ini dapat disusun melalui beberapa sumber seperti kajian pustakan dari berbagai
literatur dan media internet.
Demikian makalah ini kami susun, apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan atau ketidaksesuaian pada materi yang kami bahas, kami mohon maaf dan
sangat menerima kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki dan membuat
karya yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Jember, 10 September 2023


Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
A. Arbiter........................................................................................................................5
B. Syarat Arbiter.............................................................................................................5
C. Hak Ingkar..................................................................................................................7
D. Berakhirnya Tugas Arbiter.........................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................11
PENUTUP............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam penyelesaian sengketa dapat dilakukan melalui non litigasi atau
diluar pengadilan. Penyelesaian diluar pengadilan atau Alternatif Penyelesaian
Sengketa atau Alternative Dispute Resolution yang didalamnya terdapat
beberapa bentuk penyelesaian seperti konsultasi, negosiasi, konsiliasi,
mediasi, penilaian akhir, dan arbitrase. Salah satu cara penyelesaian sengketa
yaitu arbitrase yang dinama arbitrase ini merupakan lembaga alternatif
penyelesaian sengketa dibidang perdagangan dan yang meliputi hak yang
terdapat pada hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai seluruhnya
oleh pihak yang bersengketa.
Pada lembaga arbitrase, terdapat arbiter yang memiliki tugas untuk
memberikan putusan terkait sengketa yang penyelesaiannya melalui arbitrase.
Arbiter merupakan seorang atau lebih yang telah dipilih oleh yang
bersengketa atau yang telah dipilih oleh lembaga arbitrase.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Arbiter?
2. Apa syarat menjadi Arbiter?
3. Apa yang dimaksud dengan Hak Ingkar?
4. Kapan berakhirnya tugas Arbiter?

C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami definisi arbiter, syarat-syarat menjadi
arbiter, definisi hak ingar dan untuk mengetahui waktu berakhirnya tugas
arbiter.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Arbiter

Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau lembaga arbitrase
untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu yang penyelesaian
sengketa tersebut diselesaikan melalui arbitrase. Arbiter bekerja untuk sebuah
lembaga independen sama seperti Advokat. Arbiter bukan hakim tetapi arbiter
memiliki kewenangan untuk mengeluarkan putusan. Arbitrase sendiri
merupakan cara penyelesaian sengketa melalui non litigasi atau penyelesaian
sengketa diluar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase,
perjanjian tersebut dibuat secara tertulis oleh pihak yang bersengketa.

Penyelesaian secara arbitrase atau diluar pengadilan merupakan keinginan


bebas para pihak, dituangkan dalam perjanjian tertulis yang mereka buat
sebelum atau sesudah terjadinya sengketa sesuai dengan asas kebebasan
berkontrak dalam hukum perdata. Para pelaku bisnis bebas memilih atau
menentukan sendiri arbiter untuk menyelesaikan sengketa bisnis yang sedang
mereka hadapi. Pemilihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase bersifat
final, memiliki kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak. Segala macam
sengketa yang akan diselesaikan arbiter melalui arbitrase harus memenuhi
syarat bahwa kedua pihak yang bersengkata menyetujui sengketnya
diselesaikan melalui arbitrase. Dengan demikian sengketa tidak dilanjutkan ke
lembaga Peradilan. (Tampubolon, 2019)

B. Syarat Arbiter
Untuk menjadi arbiter, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi
antara lain:
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

5
2. Cakap melakukan tindakan hukum.
3. Warga Negara Indonesia.
4. Pendidikan terakhir sekurang-kurangnya Strata Satu/ S1.
5. Berumur maksimal 45 tahun.
6. Berbadan sehat sesuai dengan surat keterangan dokter.
7. Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan
yang dibuktikan dengan sertifikat atau bukti kelulusan telah mengikuti
ujian arbitrase dan memiliki pengalaman di bidang hubungan industrial
sekurang-kurangnya 5 Tahun. (Pramesti, 2014)
Penyelesaian yang dilakukan oleh profesi arbiter dalam hal perselisihan
hubungan industrial di Indonesia, dengan adanya itikad dari para pihak untuk
mengesampingkan penyelesaian di pengadilan, serta adanaya perjanjian
arbitrase sehingga dengan demikian putusan arbitrase bersifat akhir atau final
dan mengikat bagi para pihak yang membuatnya. Jika putusan arbiter telah
keluar maka tidak ada upaya hukum bagi para pihak yang tidak puas terhadap
putusan yang dibuat oleh arbiter. Dalam hal para pihak memilih penyelesaian
perselisihan kepentingan atau perselisihan antar serikat pekerja dalam satu
perusahaan melalui arbitrase dapat memilih arbiter yang tepat, kompeten,
jujur dan memiliki integritas bukan saja pribadinya akan tetapi juga
kemampuan dan keahliannya dibidang Hukum Arbitrase serta dapat
memahami inti sengketa yang dihadapinya, para pihak memilih arbiter dari
daftar arbiter yang telah ditetapkan oleh Menteri.
Jumlah arbiter yang akan dipilih tergantung dari keinginan pihak, dapat
hanya arbiter tunggal atau majelis arbiter yang berjumlah 3 orang ,masing-
masing pihak berhak memilih seorang arbiter dalam waktu selambat-
lambatnya tiga hari kerja, sedangkan arbiter ketiga ditentukan oleh para
arbiter yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lambat tujuh hari kerja untuk
diangkat menjadi Ketua Majelis Arbitrase. Apabila para pihak tidak sepakat
untuk menunjuk arbiter baik tunggal maupun majelis arbiter, maka

6
berdasarkan permohonan salah satu pihak, Ketua Pengadilan dapat
mengangkat arbiter dari daftar arbiter yang ditetapkan oleh Menteri.

C. Hak Ingkar
Hak ingkar atas arbiter adalah hak yang diberikan kepada pihak yang
beperkara untuk diajukan keberatan atas arbiter yang menyelesaikan perkara.
Dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Arbitrase disebutkan, ”Terhadap
arbiter dapat diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup alasan dan
cukup bukti otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan
melakukan tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil
putusan.” Intinya arbiter yang diajukan hak ingkar dapat dicoret dan diminta
tidak menjadi arbiter dalam suatu perkara.
Dalam Pasal 25 ayat (1) UU Arbitrase pengadilan diberi peran. Pasal
tersebut menyebutkan, ”Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah
satu pihak tidak disetujui oleh pihak lain dan arbiter yang bersangkutan tidak
bersedia mengundurkan diri, pihak yang berkepentingan dapat mengajukan
tuntutan kepada ketua pengadilan negeri yang putusannya mengikat kedua
pihak, dan tidak dapat diajukan perlawanan.” pengadilan tidak dapat berperan
ketika para pihak yang bersengketa memilih arbitrase permanen. Hal ini
mengacu pada Pasal 34 ayat (2) UU Arbitrase. Pasal tersebut menyebutkan,
”Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilakukan menurut peraturan dan acara dari lembaga yang
dipilih, kecuali ditetapkan lain oleh para pihak.” Artinya apabila para pihak
telah menunjuk BANI sebagai lembaga arbitrase yang menyelesaikan perkara
mereka maka hukum acara yang berlaku adalah hukum acara BANI yang
disebut sebagai Peraturan BANI. Perlu dipahami ketentuan Pasal 25 ayat (1)
UU Arbitrase hanya berlaku bagi arbitrase yang bersifat ad hoc atau arbitrase
yang tidak permanen.

7
Hak ingkar dalam konteks arbiter dalam hukum juga merujuk pada
tindakan seorang arbiter yang melanggar hukum atau aturan dalam
pelaksanaan tugasnya. Ini bisa merujuk pada berbagai situasi yang melibatkan
kelalaian, tindakan diskriminatif, atau tindakan melawan hukum oleh seorang
arbiter dalam menjalankan tugasnya. Berikut adalah beberapa aspek terkait
dengan "hak ingkar" oleh arbiter dalam hukum:
1. Pelanggaran Hukum: Jika seorang arbiter melakukan tindakan yang
melanggar hukum, seperti tindakan diskriminatif, pelecehan, atau tindakan
ilegal lainnya dalam konteks pekerjaannya, ini dapat dianggap sebagai hak
ingkar.
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia: Tindakan seorang arbiter yang melanggar
hak asasi manusia atau kebebasan individu, seperti tindakan diskriminatif
berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau orientasi seksual, dapat dianggap
sebagai hak ingkar.
3. Pemalsuan Dokumen atau Rekaman: Jika seorang arbiter melakukan
pemalsuan dokumen atau rekaman yang berkaitan dengan hasil kompetisi atau
keputusan yang dibuat dalam perannya sebagai arbiter, ini dapat dianggap
sebagai hak ingkar.
4. Manipulasi Hasil: Jika seorang arbiter terlibat dalam manipulasi hasil
kompetisi atau pertandingan dengan sengaja untuk kepentingan pribadi atau
finansial, ini bisa dianggap sebagai hak ingkar.
5. Ketidaknetralan: Arbiter harus tetap netral dan objektif dalam pengambilan
keputusan. Jika seorang arbiter tidak netral dan memihak kepada satu pihak,
ini dapat dianggap sebagai hak ingkar.
6. Ketidakpatuhan terhadap Aturan atau Prosedur: Arbiter harus mematuhi
aturan dan prosedur yang berlaku dalam pengambilan keputusan. Jika seorang
arbiter tidak mematuhi aturan dengan benar atau mengabaikan prosedur yang
telah ditetapkan, ini dapat dianggap sebagai hak ingkar.

8
7. Ketidakhormatan Profesional: Arbiter yang tidak menjaga integritas
profesional dalam menjalankan tugasnya dan tidak mematuhi kode etik yang
berlaku dalam profesi tersebut dapat dianggap melanggar hak ingkar.

Konsekuensi hukum dari hak ingkar arbiter dapat mencakup tuntutan


hukum terhadap arbiter tersebut, baik oleh pihak yang dirugikan maupun oleh
otoritas yang mengawasi olahraga atau aktivitas yang bersangkutan. Arbiter
yang terlibat dalam hak ingkar juga dapat dihukum sesuai dengan hukum
pidana jika mereka melakukan tindakan yang melanggar hukum. (Qurani,
2021)

D. Berakhirnya Tugas Arbiter


Tugas arbiter secara umum mulai terhitung sejak arbiter ditunjuk yang
diikuti dengan pertanda tanganan perjanjian diantara arbiter dengan para pihak
yang bersengketa. Tugas arbiter berakhir segera setelah arbiter menjatuhkan
dan menyampaikan putusannya kepada para pihak, Namun, tidak dapat
dipungkiri bahwa berakhirnya tugas arbitrase bukan hanya setelah
dikeluarkannya putusan tetapi juga ada suatu hal yang membuat tugas arbiter
berakhir sebelum waktunya. (Yani, 2001)
Ketentuan yang mengatur tentang berakhirnya tugas arbiter terdapat
pada Pasal 37 sampai dengan 75 UUAAPS. Pasal 73 UUAAPS menyatakan
bahwa tugas arbiter berakhir karena beberapa ketentuan antara lain:
a. Putusan mengenai sengketa telah diambil
b. Jangka waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian arbitrase atau
sesudah diperpanjang para pihak telah lampau
c. Para pihak sepakat menarik kembali penunjukan arbiter.

Meskipun demikian terhadap hal-hal tertentu atau kejadian tertentu


dapat menyebabkan tugas arbiter berakhir sebelum jangka waktu yang telah
ditentukan.Salah satu penyebabnya adalah adanya tuntutan ingkar yang

9
dikabulkan, maka para pihak wajib untuk dalam jangka waktu 30(tiga puluh)
hari mengangkat arbiter pengganti dan jika dalam jangka waktu yang telah
disediakan tidak dapat diangkat arbiter pengganti, maka Ketua Pengadilan
Negeri atas permintaan dari pihak yang berkepentingan akan mengangkat
seorang atau lebih arbiter pengganti.Kecuali ditentukan lain oleh Pasal 26 ayat
(1) Undang-undang No.30 tahun 1991.

Kemudian dalam Pasal 74 UUAAPS menyatakan bahwa


meninggalnya salah satu pihak tidak mengakibatkan tugas yang telah
diberikan kepada arbiter berakhir dan apabila salah satu pihak meninggal
maka jangka waktu pemeriksaan yang semula 180 hari ditunda laling lama 60
hari terhitung sejak meninggalnya salah satu pihak. Pada Pasal 75 UUAAPS
menyatakan bahwa apabila salah satu arbiter meninggal, dikabulkannya
tuntutan ingkar atau pemberhentian seorang atau lebih arbiter, para pihak
harus mengangkat arbiter pengganti, apabila dalam waktu paling lama 30 hari
para pihak tidak mencapai kesepakatan untuk memngangkat arbiter baru maka
salah satu pihak dapat mengajukan ke pengadilan melalui ketua pengadilan
negeri dapat untuk mengangkat seorang atau lebih arbiter pengganti dan
arbiter pengganti melanjutkan penyelesaian sengketa berdasarkan kesimpulan
terakhir yang telah diadakan.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang
bersengketa atau yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri atau lembaga
arbitrase. Syarat menjadi arbiter yaitu beriman dan bertaqwa kepada tuhan
yang maha esa, cakap tindakan hukum, warga Indonesia, pendidikan minimal
S1, dll. Hak ingkar merupakan hak yang diberikan kepada yang berperkara
jika keberatan atas arbiter yang menyelesaikan perkara.
Berakhirnya tugas sebagai arbiter yakni putusan mengenai sengketa
telah diambil, jangka waktu yang ditentukan telah usai, para pihak menaik
kembali pertunjukan arbiter. Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan
arbiter lebih cepat tugasnya berakhir. Salah satu penyebabnya yaitu terdapat
tuntutan hak ingkar membuat tugas arbiter lebih cepat berakhir dari waktu
yang ditentukan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Pramesti, T. J. (2014, Juli 7). Justika. Retrieved September 13, 2023, from Hukum
Online: https://www.hukumonline.com/klinik/a/syarat-dan-prosedur-menjadi-
arbiter

Qurani, H. (2021, Februari 25). Justika. Retrieved September 13, 2023, from Hukum
Online: https://www.hukumonline.com/stories/article /mengenal-hak-ingkar-
dalam-hukum-indonesia

Tampubolon, W. S. (2019). Peranan Seorang Arbiter dalam Penyelesaian Sengketa


Melalui Arbitrase. Jurnal Ilmiah "Advokasi" Vol.07. No.1 , 23.

Undang-Undang, 2. T. (n.d.). tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

Yani, A. W. (2001). Seri Hukum Bisnis Hukum Arbitrase. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.

12

Anda mungkin juga menyukai