Anda di halaman 1dari 14

ARBITRASE PERDAGANGAN DI INDONESIA

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah Hukum Bisnis


Dosen Pengampu : Nila Ayu Kusuma Wardani, M.E

Disusun Oleh :
Nur Aini (2022020038)
Rif’ana Naila Nabila (2022020076)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


ADMINISTRASI BISNIS INTERNASIONAL
POLITEKNIK BALEKAMBANG JEPARA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur kepada Allah SWT adalah sikap yang harus kita lakukan
setiap saat kepada-Nya,karena pada saat ini kami bisa diberi rahmat dan hidayah
untuk dapat menyelesaikan makalah ”Arbitrase Perdagangan di Indonesia” ini
dapat diselesaikan tepat waktu.
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mahasiswa tentang materi kuliah Komunikasi Interpersonal.
Saya yakin bahwa penyusunan makalah ini masih masih banyak
kekurangannya. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai
pihak kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan isi makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakutuh.

Jepara, 06 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Maksud dan Tujuan Masalah........................................................................2
BAB 11.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian arbitrase dan Dasar Hukum Arbitrase.........................................3
B. Keuntungan dan Kerugian memakai arbitrase..............................................6
C. Jenis-Jenis Arbitrase......................................................................................7
D. Proses Arbitrase.............................................................................................7
BAB III....................................................................................................................9
PENUTUP................................................................................................................9
A. Kesimpulan...................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum merupakan peraturan yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, yang pada dasarnya peraturan tersebut berlaku dan diakui orang
sebagai peraturan yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat. Pada saat
sekarang ini terdapat perbedaan cara pandang terhadap hukum diantara
kelompok masyarakat Indonesia. Berbagai ketidakpuasan atas penegakan
hukum dan penanganan berbagai persoalan hukum bersumber dari cara
pandang yang tidak sama tentang apa yang dimaksud hukum dan apa yang
menjadi sumber hukum. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa
baik dalam kegiatan di dunia bisnis, perdagangan, sosial budaya, ekonomi
dan lain sebagainya, namun dalam penyelesaiannya melalui proses
pengadilan sering sekali dihindari, baik bagi pihak yang dirugikan ataupun
pihak yang digugat. Penyelesaian sengketa melalui Pengadilan sering
dianggap hanya memakan waktu, dengan biaya yang mahal, tidak efisien
serta banyak oknum-oknum yang cenderung mempersulit pencarian
keadilan. Karena hal-hal tersebut yang merupakan kelemahan dari badan
Pengadilan dalam penyelesaian sengketa, oleh sebab itu banyak kalangan
pengusaha lebih memilih cara yang lain dalam penyelesaiaan sengketa
perdata. Dalam banyak perjanjian perdata, klausula arbitase banyak
digunakan sebagai pilihan penyelesaian sengketa. Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa. Pendapat hukum yang diberikan lembaga
arbitrase bersifat mengikat (binding) oleh karena pendapat yang diberikan
tersebut akanmenjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian pokok
(yang dimintakan pendapatnya pada lembaga arbitrase tersebut). Setiap
pendapat yang berlawananterhadap pendapat hukum yang diberikan
tersebut berarti pelanggaran terhadap perjanjian (breach of contract -
wanprestasi). Oleh karena itu tidak dapat dilakukan perlawanan dalam

1
bentuk upaya hukum apapun. Putusan Arbitrase bersifat mandiri,final dan
mengikat (seperti putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap)sehingga ketua pengadilan tidak diperkenankan memeriksa alasan
atau pertimbangan dari putusan arbitrase nasional tersebut

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana maksud dari arbitrase dan dasar hukum arbitrase?
2. Bagaimana keuntungan memakai arbitrase?
3. Bagaimana jenis-jenis arbitrase?
4. Bagaimana proses arbitrase yang dilakukan?

C. Maksud dan Tujuan Masalah


1. Mengetahui maksud dari arbitrase dan dasar hukum arbitrase.
2. Mengetahui keuntungan memakai arbitrase.
3. Mengetahui jenis-jenis arbitrase.
4. Mengetahui proses arbitrase yang dilakukan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian arbitrase dan Dasar Hukum Arbitrase


Arbitrase berasal dari kata arbitrare (latin) yang berarti kekuasaan
untuk menyelesaikan sesuatu perkara berdasarkan kebijaksanaan. Arbitrase
merupakan penyelesaian sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga
yang netral, yaitu individu atau arbitrase sementara. Perjanjian arbitrase
adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum dalam
suatu perjanjian tertulis yang dibuat oleh para pihak sebelum timbul
sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para
pihak setelah timbul sengketa. Karena perjanjian arbitrase dapat dibuat
sebelum atau sesudah timbul sengketa oleh para pihak berdasarkan isi
pasal tersebut maka bentuk klausula arbitrase tersebut dapat dibedakan
atas dua bentuk yaitu :
a. Pactum de compromittendo
Adanya kesepakatan bagi para pihak yang membuat perjanjian
agar pada kemudian hari apabila terjadi sengketa dapat diselesaikan
melalui arbitrase. Pactum de compromittendo merupakan klausula
yang dicantumkan dalam perjanjian sehingga klausula tersebut
menjadi bagian dari perjanjian tersebut atau dengan kata lain bahwa
klausula tersebut dimaksudkan untuk menjadi bagian dari kontrak yang
dibuat.
b. Acta compromise
Adanya kesepakatan yang dituangkan bagi pihak yang berselisih,
yaitu untuk menyelesaikan sengketanya melalui arbitrase, namun
kesepakatan tersebut muncul setelah terjadinya sengketa.
Dasar Hukum arbitrase di Indonesia adalah Undang-Undang
nomor 30 tahun 1999 tentang arbitrase dan alternatif penyelesaian
sengketa. Pasal 1 Undang-Undang tersebut menjelaskan bahwa
arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata diluar
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh pihak yang bersengketa. Selain itu Undang-Undang

3
tersebut juga mengatur mengenai tata cara arbitrase, kewajiban para
pihak, kewenangan arbiter, dan pelaksanaan putusan arbitrase.
a. Tahapan dalam proses arbitrase :
1) Konsultasi hukum : Langkah pertama yang harus
dilakukan adalah konsultasi hukum.
2) Pelengkap syarat dokumen : Pihak yang menggugat
perlu membuat surat pemberitahuan arbitrase. Surat ini
harus memuat informasi nama, alamat, perjanjian
arbitrase, perjanjian masalah yang menjadi sengketa,
dasar tuntutan, serta cara penyelesaian yang diinginkan.
3) Pemilihan pengacara : Ada banyak hal yang harus
dipertimbangkan ketika ingin memilih pengacara
arbitrase. Tentunya pengacara yang dipilih tak boleh
sembarangan agar arbitrase bisa berjalan sesuai dengan
harapan.
4) Penunjukan arbiter : Arbiter ini nantinya dipilih sebagai
pihak ketiga yang bersikap netral. Penunjukkan arbiter
dilakukan paling lambat 30 hari setelah permohonan
arbitrase diajukan.
5) Pemeriksaan sengketa : Semua pemeriksaan sengketa
dilakukan secara tertutup. Para pihak yang bersengketa
mempunyai hak dalam kesempatan yang sama dalam
mengemukakan pendapatnya masing-masing.
6) Putusan arbitrase : Penyelesaian sengketa dengan
menggunakan lembaga arbitrase akan menghasilkan
Putusan Arbitrase. Arbiter atau majelis arbitrase harus
menjatuhkan putusan arbitrase selambat-lambatnya 30
hari terhitung sejak selesainya pemeriksaan sengketa
oleh arbiter.
Pada umumnya, di Indonesia ada beberapa lembaga
arbitrase yang dapat menjadi penengah kasus sengketa, yakni
BANI (Badan Arbitrase Nasional Indonesia), BAPMI (Badan

4
Arbitrase Pasar Modal Indonesia), dan BASYARNAS (Badan
Arbitrase Syariah Nasional Indonesia)
b. Kewajiban para pihak arbitrase :
1) Menaati putusan arbiter : para pihak yang terlibat dalam
arbitrase memiliki kewajiban untuk mematuhi putusan
yang diambil oleh arbiter. Putusan arbitrase memiliki
kekuatan hukum yang sama dengan putusan pengadilan,
dan para pihak harus melaksanakan putusan tersebut.
2) Mengikuti prosedur arbitrase : para pihak harus
mengikuti prosedur yang ditetapkan oleh Lembaga
arbitrase yang mereka pilih, ini termasuk mengajukan
permohonan arbitrase, menyampaikan argumen dan
bukti, serta menghadiri persidangan arbitrase.
3) Membayar biaya arbitrase : para pihak bertanggung
jawab untuk membayar biaya arbitrase, termasuk biaya
administrasi lembaga arbitrase, biaya arbiter, dan biaya
lain yang terkait dengan proses arbitrase. Biasanya
biaya ini dibagi secara adil antara para pihak.
4) Mengungkapkan informasi yang relevan : para pihak
memiliki kewajiban untuk mengungkapkan informasi
yang relevan dan penting dalam proses arbitrase. Hal ini
termasuk memberikan bukti dan dokumen yang
mendukung argumen mereka.
5) Menghormati kerahasiaan : para pihak harus menjaga
kerahasiaan proses arbitrase, informasi yang diperoleh
selama arbitrase harus dijaga kerahasiaannya, kecuali
jika ada kewajiban hukum untuk mengungkapkannya.
6) Berpartisipasi dalam negosiasi : para pihak juga
memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam
negosiasi dan mencari solusi damai sebelum memulai
proses arbitrase. Negosiasi dapat membantu para pihak

5
mencapai kesepakatan tanpa harus melalui proses
arbitrase yang lebih formal.
Perlu diingat bahwa kewajiban para pihak dalam arbitrase
dapat berbeda-beda, tergantung pada perjanjian arbitrase yang
dibuatdan peraturan lembaga arbitrase yang digunakan. Oleh
karena itu, penting bagi para pihak untuk memahami dan mematuhi
kewajiban mereka sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

B. Keuntungan dan Kerugian memakai arbitrase


a. Keuntungan memakai arbitrase :
1. Kerahasiaan : sidang arbitrase dilakukan secara tertutup, sehingga
kerahsiaan sengketa antara para pihak terjamin.
2. Kecepatan : proses arbitrase biasanya lebih cepat daripada proses
peradilan umum. Undang-Undang mengharuskan arbiter atau
majelis arbitrase untuk segera menjatuhkan putusan dalam waktu
tertentu setelah selesainya pemeriksaan sengketa.
3. Keputusan yang mengikat : putusan arbitrase bersifat final dan
mengikat para pihak yang bersengketa. Putusan ini dapat
dilaksanakan dengan tata cara yang sederhana atau langsung.
4. Fleksibilitas : para pihak dapat memilih arbiter yang memiliki
keahlian dan pengetahuan khusus dalam bidang yang terkait
dengan sengketa yang sedang dipersengketakan.
5. Penyelesaian yang adil : arbiter atau majelis arbitrase diharapkan
untuk mengutamakan perdamaian antara para pihak yang
bersengketa.
b. Kerugian memakai arbitrase :
1. Biaya : proses arbitrase dapat memerlukan biaya yang lebih tinggi
daripada proses peradilan umum. Biaya ini meliputi biaya arbiter,
biaya administrasi Lembaga arbitrase, dan biaya pengacara.
2. Keterbatasan banding : putusan arbitrase sulit untuk diubah atau
diperiksa kembali melalui proses banding. Para pihak harus
mempertimbangkan bahwa putusan arbitrase bersifat final.

6
3. Keterbatasan keahlian arbiter : keputusan arbitrase bergantung
pada kemampuan teknis arbiter untuk memberikan keputusan yang
memuaskan dan sesuai dengan rasa keadilan para pihak.
4. Tidak ada kekuatan eksekusi : jika salah satu pihak tidak mematuhi
putusan arbitrase, tidak ada kekuatan eksekusi yang dapat dipaksa
untuk melaksanakan putusan tersebut. Pihak yang menang dalam
arbitrase harus mengajukan permohonan pelaksanaan putusan ke
pengadilan.
Meskipun arbitrase mempunyai keuntungan dan kerugian,
keputusan untuk menggunakan arbitrase harus dipertimbangkan
dengan cermat berdasarkan kebutuhan dan karakteristik sengketa
yang sedang dipersengketakan.

C. Jenis-Jenis Arbitrase
1. Arbitrase Institusional : arbitrase jenis ini dilakukan melalui lembaga
permanen yang didirikan untuk menyelesaikan sengketa secara
nasional maupun internasional. Beberapa contoh lembaga arbitrase
institusional di Indonesia adalah Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI), Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), dan
Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia (BAPMI).
2. Arbitrase Ad Hoc : arbitrase jenis ini dibentuk setelah terjadi sengketa
dengan penyelesaian dalam kurun waktu tertentu. Jika sengketa
tersebut sudah diselesaikan, maka kesepakatannya berakhir. Arbitrase
jenis ini biasanya dilakukan oleh arbiter atau majelis arbitrase yang
dipilih oleh para pihak yang bersengketa.
3. Merger Arbitrage : arbitrase jenis ini dilakukan dalam rangka
mengambil keuntungan dari perbedaan harga saham pada saat
terjadinya penggabungan atau akuisisi perusahaan.
4. Arbitrase Obligasi Daerah / Municipal Bond Arbitrage : arbitrase jenis
ini dilakukan dalam rangka mengambil keuntungan dari perbedaan
harga obligasi daerah pada saat terjadinya perubahan suku bunga.

7
5. Obligasi Konversi : arbitrase jenis ini dilakukan dalam rangka
mengambil keuntungan dari perbedaan harga obligasi konversi pada
saat terjadinya perubahan harga saham.

D. Proses Arbitrase
Proses arbitrase dilakukan dengan Langkah-langkah dan prosedur
khusus sesuai dengan perjanjian arbitrase yang tertulis dan disetujui oleh
kua belah pihak yang mengalami sengketa. Berikut adalah tahapan umum
dalam proses arbitrase :
a. Pendaftaran : pihak yang ingin melakukan arbitrase harus
mendaftarkan permohonan arbitrase ke lembaga arbitrase yang dipilih.
Permohonan ini harus berisi informasi tentang pihak-pihak yang
terlibat, perjanjian arbitrase yang menjadi dasar, dan sengketanya yang
ingin diselesaikan.
b. Penunjukan Arbiter : setelah pendaftaran, lembaga arbitrase akan
menunjuk arbiter atau panel arbiter yang akan menangani sengketa.
Arbiter ini biasanya merupakan orang yang memiliki pengetahuan dan
keahlian khusus dalam bidang yang terkait dengan sengketa.
c. Persidangan : setelah arbitur ditunjuk, persidangan akan dilakukan.
Pihak-pihak yang bersengketa akan menghadiri persidangan dan
menyampaikan argumen dan bukti mereka. Persidangan ini dilakukan
secara adil dan netral dengan arbiter yang bertindak sebagai pengambil
keputusan.
d. Pembuktian : selama persidangan, pihak-pihak yang bersengketa dapat
mempresentasikan bukti-bukti yang mendukung argument mereka. Hal
ini dapat berupa dokumen, saksi ahli, atau bukti lain yang relevan
dengan sengketa.
e. Putusan : setelah mendengarkan argumen dan melihat bukti-bukti yang
disampaikan, arbiter akan membuat putusan. Putusan ini bersifat final
dan mengikat para pihak yang bersengketa. Putusan arbitrase dapat

8
berupa penghargaan (award) yang memutuskan hak dan kewajiban
masing-masing pihak atau penolakan klaim yang diajukan.
f. Pelaksanaan Putusan : Setelah putusan arbitrase dikeluarkan, pihak
yang kalah dalam arbitrase diharapkan untuk mematuhi putusan
tersebut. Jika ada kewajiban yang harus dipenuhi, pihak yang menang
dapat mengajukan permohonan pelaksanaan putusan ke pengadilan
untuk menegakkannya.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Arbitrase merupakan penyelesaian sengketa secara sukarela kepada
pihak ketiga yang netral, yaitu individu atau arbitrase
sementara.Keuntungan memakai arbitrase : kerahasiaan terjaga,proses
cepat, keputusan yang mengikat, fleksibel,adil. Kerugian memakai
arbitrase : memerlukan biaya banyak, keterbatasan banding, keterbatasan
keahlian arbiter, tidak mempunyai kekuatan eksekusi. Jenis jenis
arbitrase : arbitrase institusional, arbitrase ad hoc, merger arbitrage,
arbitrase obligasi daerah,obligasi konversi. Proses arbitrase dilakukan
dengan pendaftaran,penunjukan arbiter, persidangan, pembuktian, putusan,
pelaksanaan putusan.

B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali
memiliki kekurangan yang jauh dari kata sempurna. Tentunya penulis akan
terus memperbaiki makalah dengan mengacu kepada sumber yang bisa
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai pembahasan makalah
diatas.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.uin-suska.ac.id/2693/4/BAB%20III.pdf
https://idoc.pub/documents/makalah-hukum-arbitrase-wl1pyzy3q2lj

11

Anda mungkin juga menyukai