BIDANG KONTRAK
dalam suatu hubungan bisnis telah melahirkan berbagai macam perjanjian dan
karena adanya perbuatan melawan hukum oleh salah satu pihak maupun
yang lama. Hasil akhir dari suatu proses peradilan adalah para pihak akan
diberikan Putusan oleh Majelis Hakim yang tentu saja putusan tersebut adalah
putusan win-lose solution,2 dengan kata lain sudah dapat dipastikan bahwa
salah satu pihak pasti akan menang dan satu pihak lainnya pasti akan kalah.
1
Anik Entriani, Arbitrase dalam Sistem Hukum di Indonesia, Jurnal An-Nisbah, Vol. 03,
No. 02, April 2017, hlm. 217
2
Indah Sari, Keunggulan Arbitrase Sebagai Forum Penyelesaian Sengketa di Luar
Pengadilan, Jurnla Ilmu Hukum Dirgantara, Vol. 9, No. 2, Maret 2019, hlm. 48
tentang Arbitrase, menyebutkan bahwa Arbitrase adalah cara penyelesaian
perjanjian arbitrasi yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang
tidak terkecuali dari pelaku bisnis itu sendiri. Eksistensi badan peradilan
dipandang sudah syarat beban (overload). Pada satu sisi, jumlah, bentuk, serta
perkara tidak mampu mengimbangi sengketa yang masuk, dan tidak jarang
jelas akan berdampak pada panjangnya waktu, tenaga dan biaya yang mahal.
Hal tersebut tentu saja bertentangan dengan asas peradilan dilakukan dengan
kontrak.
B. Perumusan Masalah
melalui arbitrase?
C. Tujuan Penulisan
arbitrase.
D. Metode Penulisan
3
Rahmadi Indra Tektona, Arbitras sebagai Alternatif Solusi Penyelesaian Sengketa
Bisnis di Luar Pengadilan, Jurnal Pandecta, Vol. 6, No. 1, Januari 2011, hlm. 87-88
penelitian tentang Arbitrase. Bahan hukum yang terkumpul kemudian
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arbitrase
harus diselesaikan tersebut berasal dari sengketa yang timbul dari sebuah
c. Ketidaksepakatan (disagreement).
dalamnya adalah:
4
Akhmad Ichsan, Kompendium Tentang Arbitrase Perdagangan Internasional (Luar
Negeri), Pradnya Paramita, Jakarta, 1992, hlm. 10
5
Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis), Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2000, hlm. 17
6
M. Yahya Harahap, Arbitrase, Pustaka Kartini, Jakarta, 1991, hlm. 108
3. Pengakhiran sebuah kontrak (termination of contract).
hukum.
yang oleh suatu perselisihan antara dua pihak yang bertentangan yang
diserahkan kepada satu pihak atau lebih yang tidak berkepentingan untuk
yang tidak berkepentingan atau arbitrator tersebut dapat dipilih dari pihak-
pihak itu sendiri, atau boleh ditunjuk oleh suatu badan yang lebih tinggi yang
terjadi antara para pihak dalam perjanjian karena adanya wanprestasi yang
menurut Takdir Rahmadi, sengketa adalah situasi dan kondisi dimana orang-
Sengketa adalah kondisi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh
7
Nurnaningsih Amriani, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di
Pengadilan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 13
8
Takdri Rahmadi, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2017, hlm. 1
tersebut kepada pihak kedua. Apabila suatu kondisi menunjukkan perbedaan
adalah perselisihan yang terjadi antara para pihak karena adanya pelanggaran
wanprestasi oleh pihak-pihak atau salah satu pihak, karena tidak dipenuhinya
kewajiban yang harus dilakukan atau dipenuhi namun kurang atau berlebihan
9
Nurnaningsih Amriani, Op. Cit, hlm. 12
BAB III
PEMAHASAN
arbitrase, yakni:10
1. Pasal 377 HIR atau Pasal 705 RBg, menyebutkan: jika orang Indonesia
2. Pasal 615 s/d Pasal 651 Rv. Ketentuan arbitrase yang diatur di dalam Rv
1968.
penyelesaian sengketa.
10
Anik Entriani, Op. Cit, hlm. 281
4. Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrasi. Undang-Undang
sebagai lembaga pengadilan, tetapi sebagai salah satu cara peleraian dengan
lewat pengadilan negeri pada umumnya adalah alternatif akhir untuk para
Melihat prosedur arbitrase, maka setidaknya terdapat tiga tahapan yang harus
dilalui, yakni:
11
Yusna Zaidah, Penyelesaian Sengketa Melalui Peradilan dan Arbitrase Syari’ah di
Indonesia, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2015, hlm. 39
12
Meli Andriani, Rani Apriani, Arbitrase Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Justitia: Jurnal Ilmu Hukum dan Humaniora, Vol. 9 No. 5, 2022, hlm. 2403
2. Pengangkatan para arbiter (siding-sidang) arbitrase.
3. Putusan arbitrase.13
berlaku.
f. Perjanjian yang diadakan oleh para pihak tentang yang jumlah arbiter
Di Bidang Kontrak
13
Sri Retno Widyorini, Penyelesaian Sengketa Dengan Cara Arbitrase, Jurnal Hukum
dan Dinamika Masyarakt Edisi Oktober 2006, hlm. Hlm. 63
b. dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan
administratif;
e. putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan
dilaksanakan.
memilih salah satu dari forum penyelesaian sengketa, termasuk hukum yang
mengatur serta penerapan dari keduanya. Hukum adalah suatu sistem yang
dan budaya hukum (legal culture). Komponen sistem hukum ini akan
yang dapat dikemukakan yakni: Arbiter yang dipilih para pihak adalah ahli di
forum penyelesaian sengketa yang bersifat privat. Para pihak pada umumnya
bersangkutan.15
arbiter dan penyelesaian sengketa yang disepakati para pihak atau yang
menundukkan diri, mempunyai sifat mengikat bagi arbiter atau para arbitor.
masa mendatang.16
Jaminan kerahasiaan ini tidak hanya berlaku terhadap arbitrase ad hoc (ad
15
Ibid
16
Ibid
arbitration), seperti dikatakan Michael Collins Q.C “It is commonly provided
particular rules shall be held in private. The parties must be under a duty not
17
Ibid
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
arbitrase, diatur melalui Pasal 377 dan 705 RBg, Pasal 615 s/d 651 Rv,
arbitrase.
yang cukup mengenai masalah yang disengketakan, jujur dan adil; para
merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan melalui tata