By
Kelompok 5 :
Clara Roose Situmeang
Loviana Uli Manurung
Octavia Siregar
Sri Karina Br Sebayang
Arbitrase adalah salah satu cara atau proses pemeriksaan, pemutusan dan penyelesaian
sengketa tidak menggunakan jalur pengadilan, namun berdasarkan pada perjanjian arbitrase
yang dibuat secara tertulis serta disepakati oleh para pihak lebih dari satu orang dan
pemecahannya akan didasarkan kepada bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak.
Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 1 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata
di luar pengadilan umum yang didasarkan pada Perjanjian Arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Perbedaan Arbitrase dengan Pengadilan
Perbedaan antara arbitrase dan pengadilan adalah apabila jalur pengadilan menggunakan satu peradilan
permanen, sedangkan arbitrase menggunakan forum tribunal yaitu forum yang dibentuk khusus untuk
kegiatan menyelesaikan sengketa yang terjadi. Dalam arbitrase, arbiter bertindak sebagai hakim dalam
mahkamah arbitrase, yang mana status hakim tersebut bersifat tidak permanen dan pembentukan-nya
semula dimaksudkan hanya untuk sementara waktu dan untuk menangani peristiwa tersebut.
b. Akta Kompromis
Akta kompromis adalah perjanjian arbitrase yang dibuat setelah timbul perselisihan antara para pihak atau
dengan kata lain dalam perjanjian tidak diadakan persetujuan arbitrase. Lebih lanjut mengenai akta
kompromis diatur dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 30 tahun 1999, yaitu sebagai berikut:
1.Dalam hal para pihak memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase setelah sengketa terjadi, persetujuan
mengenai hal tersebut harus dibuat dalam suatu perjanjian tertulis yang ditandatangani oleh para pihak.
2.Dalam hal para pihak tidak dapat menandatangani perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
perjanjian tertulis tersebut harus dibuat dalam bentuk akta notaris.
3.Perjanjian tertulis sebagaimana dimaksud harus memuat hal-hal sebagai berikut: a) Masalah yang
dipersengketakan; b) Nama lengkap dan tempat tinggal para pihak; c) Nama lengkap dan tempat tinggal
arbiter atau majelis arbiter; d) Tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan; e) Nama
lengkap sekretaris; f) Jangka waktu penyelesaian sengketa; g) Pernyataan kesediaan dari arbiter; dan h)
Pernyataan kesediaan dari pihak yang bersengketa untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk
penyelesaian sengketa melalui arbitrase;
4.Perjanjian tertulis yang tidak memuat hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) batal demi hukum.
Sumber Hukum Arbitrase
b. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
• Arbitrase yang diatur dalam UU No. 30 Tahun 1999 merupakan cara penyelesaian suatu sengketa di luar pengadilan umum
yang didasarkan atas perjanjian tertulis dari pihak yang bersengketa. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya
sengketa mengenai hak yang menurut hukum dikuasai sepenuhnya oleh para pihak yang bersengketa atas dasar kata sepakat.
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 tentang Penyelesaian Perselisihan Antara Negara dan Warga Negara Asing
Mengenai Penanaman Modal
• Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1968 merupakan Persetujuan atas Konvensi tentang Penyelesaian Perselisihan antara Negara
dan Warga Negara Asing Mengenai Penanaman Modal (ConventionontheSettlementofInvesmentDisputesbetween States and
National ofOther States). Tujuan menetapkan persetujuan ratifikasi atas konvensi tersebut adalah untuk mendorong dan
membina perkembangan penanaman modal asing atau jointventure di Indonesia. Dengan pengakuan dan persetujuan atas
Konvensi tersebut, Indonesia menempatkan diri untuk tunduk pada ketentuan International Centre fortheSettlementof
Investment DisputesBetween States andNationalsofOther States (ICSID) yang melahirkan Dewan Arbitrase ICSID.
d. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 tentang Pengesahan
ConventionontheRecognitionandEnforcementofForeignArbitralAward
• Peraturan lain yang menjadi sumber hukum berlakunya arbitrase di Indonesia adalah Keputusan Presiden
(Keppres) No. 34 Tahun 1981 yang ditetapkan tanggal 5 Agustus 1981. Ketentuan ini bertujuan untuk
memasukkan ConventionontheRecognitionandtheEnforcementofForeignArbitralAward atau yang lazim disebut
Konvensi New York 1958, ke dalam tata hukum di Indonesia.
e. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing
• Peraturan Mahkamah Agung (Perma) No. 1 Tahun 1990 tanggal 1 Maret 1990, yang bertujuan untuk
mengantisipasi hambatan atau permasalahan pengakuan dan pelaksanaan eksekusi putusan arbitrase asing.
Alasan dikeluarkannya Perma No. 1 Tahun 1990 tersebut adalah bahwa ketentuan-ketentuan hukum acara
perdata Indonesia sebagaimana diatur dalam HIR atau Reglemen Indonesia yang Diperbaharui dan Reglement
op deRechtsvordering (Rv) tidak memuat ketentuan-ketentuan mengenai pelaksanaan putusan arbitrase asing.
f. UNCITRAL ArbitrationRules
• Sumber hukum arbitrase lain yang sudah dimasukkan ke dalam sistem hukum nasional Indonesia adalah
UNCITRAL ArbitrationRules. UNCITRAL dilahirkan sebagai Resolusi sidang Umum PBB Tanggal 15
Desember 1976 (Resolution 31/98 Adoptedbythe General Assembly in 15 December 1976). Tujuan PBB
melahirkan UNCITRAL adalah untuk mengglobalisasikan dan menginternasionalisasikan nilai-nilai dan tata
cara arbitrase dalam menyelesaikan persengketaan yang terjadi dalam hubungan perdagangan internasional.
Keunggulan Arbitrase
Para pihak di dalam Arbitrase dapat Para pihak juga dapat menetapkan
memilih Hakim yang diinginkan, hukum yang mana yang akan
diaplikasikan dalam pemeriksaan
sehingga dipandang dapat
sengketa, dan melalui hal ini dapat
menjamin netralitas dan keahlian ditekan rasa takut, was-was dan
yang diperlukan dalam ketidakyakinan mengenai hukum
menyelesaikan sengketa. substansi dari negara.
Arbitrase Pertamina dan PT. Lirik Petroleum: Antara pelaksanaan dan membatalkan di Indonesia
13 Juni 2009 Oleh: Farid Hanggawan
Pada tanggal 27 Februari 2009, arbitrator (dalam UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase menggunakan peristilahan "arbiter") dari
IntermationalChamberofCommerce (ICC) di Paris, Perancis, dalam final award memutuskan bahwa Pertamina dan Pertamina EP diharuskan
membayar ganti rugi 34,49 juta dollar AS atau sckitar Rp 344,9 miliar kepada PT.LirikPetroleum.PT.Lirik Petroleum adalah mitra Pertamina
dalam pengelolaan lapangan Lirik lewat mekanisme badan operasi bersama atau joinoperatingbody (JOB) pada tahun 1995. Kasus ini berawal
pada tahun 1995-1996 yang pada waktu itu Pertamina, selain bertindak sebagai "pemain", juga sebagai Regulator (yang setelah keluarnya UU saat
itu PT. Lirik Petroleum mengajukan rencana pengembangan (Plan of Development/POD) kepada Pertamina terhadap 4 lapanganminyak, yaitu
North Pulai, South Pulai. Molek, dan Lirik. Dari keempat lapangan minyak tersebut, hanya Lirik yang menurut penilaian Pertamina komersial.
Penentuan komersialitas ini perlu karena nantinya Pemerintah yang akan membayar costrecovery terhadap PT. Lirik Petroleum. 2001 tentang
Migas hinggasaat ini dilakukan oleh BP Migas).
• -Putusan Arbitrase Internasional diterbitkan dalam huruf a terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk dalam ruang
alokasi hukum perdagangan. Putusan arbitrase dalam kasus ini merupakan putusan atas permohonan ganti rugi oleh PT. Lirik Petroleum dalam
bidang kegiatan hulu migas yang ada di dalam klasifikasi hukum di Indonesia.
• -Putusan Arbitrase Internasional disetujui dalam huruf a hanya dapat dilakukan di Indonesia terbatas pada putusan yang tidak dapat dibandingkan
dengan ketentuan umum. Masalah ketertiban umum (Kebijakan Publik / Publik) adalah sesuatu yang sudah cukup lama diperdebatkan oleh para
ahli hukum, khususnya dalam hukum perdata internasional. Tidak ada ketentuan yang baku tentang batasan-batasan umum yang bisa
menimbulkan polemik yang berkepanjangan. Pasal 4 ayat (2). Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 tahun 1990 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Putusan Arbitrase. Apakah pertanyaan itu? Jauh lebih baik dibandingkan dengan sendi-sendi itu? Beberapa ahli hukum menyatakan bahwa dengan
ditabraknya sendi-sendi pada suatu negara maka akan menimbulkan kegoncangan yang luar biasa hebat dari suatu negara. Adanya putusan dari
arbitrase yang meminta Pertamina dan Pertamina EP membayar ganti rugi untuk PT. Lirik Petroleum diterbitkan masih terlalu jauh untuk disetujui
sebagai putusan yang menggoncangkanssendi-sendi terjamin Indonesia.
• -Putusan Arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di Indonesia, namun setelah memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat. Pada tanggal 21 April 2009 PT. Lirik Petroleum meminta untuk melaksanakan putusan arbitrase. Termohon yaitu Pertamina dan Pertamina.
EP. Memperhatikan penjelasan sebelumnya yang mana arbitrase ini dapat dijelaskan merupakan arbitrase internasional maka pasal ini tidak
berlaku dalam kasus ini, karena pasal 59 ayat (1) masuk ke dalam BAB IV Bagian Pertama dari UU 30/1999 tentang Arbitrase Nasional. Atas
dasar hal tersebut maka arbitrase dalam pasal 59 (1) adalah arbitrase nasional. Sehingga PT lirik petroleum tidakterikat oleh pasal tersebutuntuk
kapan mendaftar putusan arbitrase tersebut.
Sementara pihak Pertamina dan Pertamina EP menyatakan akan mengajukan pembatalan atas dasar putusan arbitrase yang bertentangan dengan
ketertiban umum, melawan asas ultra petita, mengandung cacat kontroversi, serta bertentangan dengan Pasal 59 (1) huruf a No.30 / 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa . Harus dibedakan mana pembatalan (pembatalan) dan penolakan (pembatalan), karena terkait
dengan hukum yang berbeda, pembatalan harus diterima putusan tersebut sementara disetujui tidak dapat dilaksanakannya putusan, tetapi putusan
tersebut tetap ada.
Referensi Dan Sitiasi
• Subekti. 1992. Arbitrase Perdagangan. Bandung: Bina Cipta.
• Abdurrasyid, H. Priyatna. 1996. Penyelesaian Sengketa Komersial Nasional dan
Internasional di luar Pengadilan. Semarang: Makalah.
• Marwan, M. dan Jimmy, P. 2009. Kamus Hukum. Surabaya: Reality Publisher.
• Harahap, M. Yahya. 1991. Arbitrase. Jakarta: Pustaka Kartini.
• Harahap, M. Yahya. 2001. Arbitrase Ditinjau dari Reglemen Acara Perdata (Rv),
Peraturan Prosedur Bani, Internasional Centre for the Settlement of Investment
disputes, UNICITRAL Arbitration Rules. Jakarta: Sinar Grafika.
• Basarah, Moch. 2011. Prosedur Alternatif Penyelesaian Sengketa Arbitrase
Tradisional dan Modern (Online). Bandung: Genta Publishing
• .Emirzon, Joni. 2011. Alternatif Penyelesaian Sengketa di Luar Pengadilan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama..