Anda di halaman 1dari 6

QUIZ TIME

NAMA: CLARA ROOSE SITUMEANG


NIM: 7193142003
KELAS: PENDIDIKAN AKUNTANSI A 2019
MATKUL: AKUNTANSI KEUANGAN 2

PERTANYAAN:

Jelaskan apa tujuan utama dilakukannya penyusutan nilai asset (depretitation, amortization, depletion)

JAWABAN:

Dikenal 3 jenis penyusutan yaitu depresiasi, amortisasi, dan deplesi.

Persamaan depresiasi, amortisasi, dan deplesi adalah ketiganya sama-sama merupakan perhitungan
penurunan manfaat ekonomi suatu aktiva tetap. Sedangkan perbedaannya adalah sebagai berikut:

#1 Penyusutan (Depreciation)

Merupakan sebuah metode penyusutan manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap berwujud (misalnya:
tanah, bangunan, mesin, kendaraan, dan sebagainya) sepanjang masa manfaatnya. Metode depresiasi
akan mengurangi nilai aset tetap, sehingga dapat berpengaruh terhadap penghasilan kena pajak. Fixed
asset merupakan salah satu harta yang dimiliki oleh Perusahaan yang akan selalu dicatat dalam neraca
keuangan. Fixed asset harus dinilai secara berkala untuk memastikan bahwa biaya yang dicatat dalam
neraca keuangan telah sesuai dengan pembebanan biaya yang seharusnya. Dalam accounting hal ini
dikenal dengan nama Depresiasi atau penyusutan, depresiasi sangat dibutuhkan karena aset akan
kehilangan nilai residunya selama periode waktu tertentu. Hal ini yang memungkinkan bahwa nilai fixed
asset akan selalu berkurang didasarkan pada umur manfaat fixed asset yang tergolong lama bahkan bisa
lebih dari setahun. Contohnya pemakaian Laptop, saat dibeli hingga bertahun-tahun setelahnya Laptop
akan tetap dapat digunakan tanpa mengurangi fungsi dari Laptop tersebut. Pemanfaatan aset dengan
jangka waktu yang lama tidak akan menjadikan fungsi aset menjadi hilang.

Dikarenakan fungsi asset yang tetap sama selama umur manfaatnya sehingga untuk mencatat biaya aset
dalam neraca keuangan perlu untuk dilakukan penyusutan nilai fixed asset secara berkala dengan
periode waktu tertentu untuk memastikan nilai sebenarnya dari suatu aset. Jika tidak dilakukan
depresiasi, maka nilai aset yang tercatat dalam neraca keuangan akan selalu lebih tinggi dari nilai
sebenarnya. Depresiasi aset juga akan berpengaruh kepada laporan keuangan yang dilaporkan ke Pajak,
semakin besar nilai depresiasi maka margin rugi laba akan semakin berkurang.
Faktor Faktor Penyusutan Aktiva Tetap

1. Harga Perolehan [Acquisition Cost]


Faktor yang sangat berpengaruh atas besaran biaya penyusutan adalah harga perolehan atau acquisition
cost. 

2. Nilai Residu atau Nilai Sisa Aset [Salvage Value]


 Nilai Sisa Aset adalah prediksi atau taksiran potensi arus kas masuk bila aset tersebut dijual pada saat
penarikan atau penghentian aset. Salvage Value tidak harus/selalu ada, misalnya pada masa
penarikannya asetnya tidak bisa dijual atau tidak laku untuk dijual. hanya jadi limbah saja (scrap)..

3. Umur Ekonomis Aset Tetap [Economical Life Time]


 Dalam penentuan beban penyusutan, yang dijadikan bahan perhitungan adalah umur fungsional yang
biasa dikenal dengan umur ekonomis.
Biasanya aset tetap memiliki dua (2) jenis umur:

 Umur fisik Aset Tetap, berhubungan dengan kondisi fisik suatu aset tetap.

 Umur Fungsional Aset Tetap, berhubungan dengan kontribusi aset tetap tersebut dalam
penggunaanya. 

 Salah satu Metode


 Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)

Metode ini juga sering dikatakan metode straight line method ini merupakan sebuah metode yang
paling sering digunakan untuk melakukan perhitungan beban penyusutan. Metode ini memiliki fokus
pada penyusutan menggunakan waktu bukan dari fungsi penggunaannya. Metode garis lurus ini
memiliki rumus perhitungannya yaitu:

 Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)
 Beban Penyusutan = (Rp300 juta – Rp60 juta) / 5 = Rp48 juta

Penggunaan metode kadang dinilai kurang realistis karena penggunaan aktiva sama setiap tahunnya.

 Metode Jumlah Angka Tahun

Perhitungan penyusutan ini menggunakan pecahan dengan pembilang angka tahun (5+4+3+2+1=15) dan
jumlah tahunnya yang menjadi penyebut. Pada metode ini, pembilang menurun dari tahun ke tahun dan
penyebut tetap konstan  (5/15, 4/15, 3/15, 2/15 dan 1/15), berikut contohnya: 

Harga Akumulasi
Pecahan Beban Penyusutan
Tahun Perolehan Penyusutan Nilai Buku Akhir Tahun (Rp)
Penyusutan (Rp)
(Rp) (Rp)
1 450.000.000 5/15 150.000.000 150.000.000 350.000.000
2 450.000.000 4/15 120.000.000 270.000.000 230.000.000
3 450.000.000 3/15 90.000.000 360.000.000 140.000.000
4 450.000.000 2/15 60.000.000 420.000.000 80.000.000
5 450.000.000 1/15 30.000.000 450.000.000 50.000.000

Source: ( http://activo.co.id/ , https://www.jurnal.id/id/blog/metode-depresiasi/ )

#2 Amortisasi (Amortization)

Merupakan sebuah metode penyusutan manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak berwujud
(misalnya: merek dagang, hak cipta, goodwill, trademark, dan sebagainya) selama masa manfaatnya.
Menurut PSAK, periode amortisasi tidak boleh melebihi 20 tahun berdasarkan pertimbangan bahwa
dalam 20 tahun sudah banyak perkembangan yang terjadi sehingga untuk tenggang waktu selebihnya
aktiva tidak berwujud diprediksikan tidak lagi memiliki manfaat keekonomian. Amortisasi sendiri adalah
suatu penurunan atau pengurangan nilai aktiva tidak berwujud setiap periode akuntansi.

Perusahaan melakukan penghapusan untuk aset tak berwujud melalui amortisasi seperti Goodwill.
Sering juga dilakukan amortisasi terhadap setiap nilai yang dibayar di atas nilai pembelian preferen atau
obligasi. Sedangkan Dana Amortisasi (Amortization Fund) merupakan pengumpulan dana secara berkala
untuk membayar beban amortisasi tersebut. Tujuan dari amortisasi adalah untuk mencerminkan nilai
penjualan kembali.

Contoh Amortisasi
Amortisasi akan menjadi lebih mudah dipahami dengan mengerti contoh praktiknya. Salah satunya
adalah saat perusahaan mempunyai pinjaman sejumlah 10 juta dan setiap tahunnya diangsur sebesar
750 ribu. Berdasarkan kasus tersebut, dapat diketahui bahwa perusahaan telah mengamortisasi
pinjaman sejumlah 750 ribu per tahunnya. 

Source: ( https://www.cermati.com/ , https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-


amortisasi-dan-contohnya-soal-dan-jurnal/ )

#3 Deplesi (Deplesion)

Merupakan metode penyusutan manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap berwujud atau tidak berwujud
yang bersifat alami layaknya sumber daya alam (misalnya: bijih besi, hasil tambang, kayu hutan) dalam
periode akuntansi yang memperoleh manfaat. Biaya yang dikapitalisasikan biasanya meliputi biaya
penguasaan, eksplorasi, dan pengembangan.

Metode Deplesi
1. Harga perolehan aktiva
Harga perolehan sumber-sumber alam (disebut juga wasting assets) adalah pengeluaran sejak
memperoleh ijin sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya. Jika sumber daya alam, harga
perolehannya adalah pengeluaran dimulai sejak mendapatkan izin sampai sumber daya alam itu dapat
diambil hasilnya. Jika pengeluaran itu terlalu kecil, maka dilakukan penilaian atas sumber daya alam
tersebut.
2. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
3. Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.
Deplesi dihitung untuk tiap unit hasil sumber alam (ton, barrel).

Tujuan Perhitungan Deplesi

Adapun beberapa tujuan dari perhitungan deplesi adalah sebagai berikut:

 Untuk mengetahui sisa stok sumber daya setelah dimanfaatkan atau akibat kerusakan.
 Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya.
 Sebagai bahan perencanaan pembangunan masa akan datang.
 Mencegah dan mengurangi kelangkaan sumberdaya

Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menghitung deplesi adalah:

 Harga perolehan aktiva. Jika sumber daya alam, harga perolehannya adalah pengeluaran dimulai
sejak mendapatkan izin sampai sumber daya alam itu dapat diambil hasilnya. Jika pengeluaran
itu terlalu kecil, maka dilakukan penilaian atas sumber daya alam tersebut.
 Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi.
 Taksiran hasil yang secara ekonomis dapat dieksploitasi.
 Deplesi dihitung dari tiap unit hasil sumber alam (barrel dan tonase). 

Simulasi Perhitungan Deplesi

Untuk melihat aplikasi deplesi dalam sebuah perhitungan, mari menyimak contoh kasus berikut ini:

Sebidang lahan (tanah) yang terdapat kandungan tambang dibeli seharga Rp20.000.000. Taksiran isinya
sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut setelah dieksploitasi nilainya ditaksir sebesar Rp2.000.000.

Deplesi per ton dihitung sebagai berikut:

Jika di tahun pertama, lahan tersebut bisa dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka total deplesi pada
tahun tersebut sebesar = 40.000 x Rp120.000 = Rp4.800.000.
Apabila perusahaan telah menaksir di muka biaya deplesi dan kenyataannya perhitungan taksiran
berbeda degan kenyataannya, maka perlu diadakan revisi. Koreksi deplesi ini bisa dilakukan dengan cara
berikut ini:

 Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dikoreksi. Pada saat adanya
perubahan. Dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi.
 Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun yang akan datang dilakukan
dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun
berjalan dan tahun yang akan datang dilakukan revisi.
 Contoh biaya pembangunan bertambah sebesar Rp1.800.000. Setelah dieksploitasi dalam tahun
kedua sebanyak 30.000 ton, tambang ditaksir masih mengandung 90.000 ton. Perhitungan
deplesi pada tahun kedua didapat sebagai berikut:

Harga perolehan pertama   Rp20.000.000

(-)  Nilai sisa Rp2.000.000  

Deplesi tahun pertama Rp4.800.000  

  Rp6.800.000 Rp6.800.000

    Rp13.200.000

(+) Biaya pembangunan tahun kedua   Rp1.800.000

 Jumlah yang akan dideplesi   Rp15.000.000


  

Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua


 

Hasil eksploitasi tahun kedua (ton) 30.000

Taksiran isi tambang pada akhir tahun kedua (ton) 90.000

Taksiran isi tambang pada awal tahun kedua (ton) 120.000


  
 Deplesi per ton dalam tahun kedua = Rp15.000.000 : Rp120.000 = Rp125
 Deplesi tahun kedua = 30.000 ton x Rp125 = Rp3.750.000
  
 Pada aktiva tetap milik perusahaan yang mengolah sumber daya alam, kegunaan aktiva terbatas
sampai selesainya eksploitasi sumber alam. Maka depresiasi aktiva tetap dapat dihitung dengan
taksiran hasil sumber alam.

Cara melakukan koreksi terhadap deplesi bisa dengan cara berikut ini:
 Deplesi pada tahun lalu dan masa yang akan datang sudah dicatat dan dikoreksi. Pada saat
adanya perubahan, kemudian Dihitung lagi deplesi per unit kemudian dilakukan koreksi.
 Deplesi tahun lalu sudah dicatat tidak dikoreksi, tetapi deplesi tahun yang akan datang dilakukan
dengan data yang terakhir. Deplesi pada tahun lalu tidak dikoreksi, tetapi deplesi untuk tahun
berjalan dan tahun yang akan datang dilakukan revisi kembali.

Source: ( https://www.finansialku.com , https://sarjanaekonomi.co.id/deplesi/ )

Anda mungkin juga menyukai