Anda di halaman 1dari 8

Nama : Enjelina Sibatuara

NIM : 205210232
Kelas : HZ
Matkul : Arbitrase & ALT
Dosen : Dr. Wilma Silalahi, S.H., M.H.

Soal :
1. Jelaskan latar belakang sejarah Arbitrase di Indonesia!
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan penyelesaian sengketa melalui Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa lainnya!
3. Uraikan Prosedur Arbitrase menurut Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), proses
pemerikasaan menggunakan Arbitrase, putusan Arbitrase, pembatalan putusan
Arbitrase, dan pelaksanaan putusan Arbitrase!
4. Jelaskan tipologi Mediator, orang yang berhak menjadi Mediator, fungsi Mediator,
kewenangan dan tugas Mediator
5. Uraikan seluk-beluk Konsiliasi dan ruang lingkupnya

Jawaban :
1. Arbitrase atau lembaga arbitrase, sebenarnya sudah ada dan telah di praktekkan selama
berbad-abad. Arbitrase pertama kali diperkenalkan oleh masyarakat Yunani sebelum
Masehi. Arbitrase tercipta dari klausul yang mereka tuangkan di dalam kontrak yang
sudah mereka setujui. Istilah arbitrase sendiri berasal dari kata‘’arbitrare’’ (bahasa Latin)
yang berarti “kekuasaan untuk menyelesaikan sesuatu perkara menurut kebijaksanaan’’.
Beberapa sarjanwan juga memberikan pandangan mengenai Definisi arbitrase. H.
Priyatna Abdurrasyid menyatakan bahwa arbitrase adalah suatu proses pemeriksaan
suatu sengketa yang dilakukan yudisial seperti oleh para pihak yang bersengketa, dan
pemecahannya akan didasarkan kepada bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak ada
berbagai definisi arbitrase namun memiliki makna yang sama. Sebenarnya arbitrase
adalah suatu bentuk khusu pengadilan, Namun yang membedakan nya dengan
pengadilan dan arbitrase adalah bila jalur pengadilan menggunakan satu peradilan

1
JUDUL Penulis

permanen atau standing court, sedangkan arbitrase menggunakan forum tribunal yang
dibentuk khusus untuk kegiatan tersebut yang merupakan Poin utama yang
membedakan pengadilan dan Arbitrase.
Mengingat arbitrase sudah ada pada masa Yunani. Arbitrase mulai diperkenalkan
diseluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Setalah melalui sejarah yang panjang
Berawal mula dari sistem dalam kebiasaan perdagangan di Mesir Kuno dan Babilonia,
yang kemudian diadopsi di negara Yunani dan dimasukkan ke dalam Roman Ius Gentium
(yang merupakan hukum nasional, kemudian dikodifikasi dalam Corpus Juris Civils).
Hingga pada Tahun 1958 lahir Konvensi New York 1958 yang merupakan gabungan dan
revisi dari The Geneva Protocol on Arbitration Clauses dan The Geneva Convention of
the Execution of Foreign Awards. Konvensi New York 1958 ini dibentuk untuk mengatur
tentang Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing yang diputuskan oleh
badan arbitrase internasional. dimana isi pokok Konvensi New York 1958 antara lain:
 Arti putusan arbitrase asing
 Asas Resiprositas
 Pembatasan sepanjang sengketa dagang
 Berbentuk tertulis
 Arbitrase memiliki kompetensi absolut Pasal II ayat (3) Konvensi New
York 1958
 Putusan arbitrase adalah final dan binding
 Eksekusi tunduk pada asas Jus Sanguinis
 Dokumen yang dilampirkan pada permohonan pengakuan dan eksekusi
Hingga saat ini, terdapat 149 negara yang sudah menjadi negara anggota Konvensi New
York 1958. Daftar negara-negara anggota Konvensi New York 1958.
Setelah melewati sejarah yang panjang, Pada tanggal 3 Desember 1977, atas prakarsa
Prof. R. Subekti, SH (Mantan Ketua Mahkamah Agung), Harjono Tjitrosubono, SH (Ketua
Ikatan Advokat Indonesia), dan A.J. Abubakar, SH didirikanlah Badan Arbitrase Nasional
Indonesia (BANI) sebagai lembaga penyelesaian sengketa komersial yang bersifat
otonom dan independen. Pasal 1 ayat (1) Anggaran Dasar BANI disebutkan bahwa BANI
adalah suatu badan yang didirikan atas prakarsa KADIN Indonesia yang bertujuan untuk

2
memberikan penyelesaian yang adil dan cepat dalam sengketa-sengketa perdata yang
timbul mengenai soal-soal perdagangan, industri, dan keuangan, baik yang bersifat
nasional maupun internasional Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, dituliskan bahwa metode penyelesaian sengketa di luar
pengadilan telah diakui, di mana dinyatakan bahwa upaya penyelesaian sengketa
perdata dapat dilakukan di luar pengadilan negara melalui arbitrase atau alternatif
penyelesaian sengketa. Dasar Hukum pelaksanaan Arbitrase BANI terdapat dalam
Undang- Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa hingga saat ini Arbirase sudah banyak di gunakan dalam proses penyelesain
sengketa yang dinilai cukup adil dalam proses prakteknya.
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan penyelesaian sengketa melalui Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa lainnya!
Kelebihan Penyelesaian Sengketa melalui Arbitrase :
1. Sidang Arbitrase bersifat tertutup untuk umum sehingga kerahasiaan sengkata akan
terjamin,
2. Kelambatan yang diakibatkan oleh hal procedural dan administrative bisa di hindari
sehingga kan beresiko kecil,
3. Para pihak yang mengalami sengketa bisa dengan bebas untuk memilih arbiternya
menurut keyakinannya dalam memiliki pengalaman, pengetahuan jujur dan adil
serta latar belakang yang baik dalam menangani masalah yang disengketakan,
4. Sikap arbiter atau majelis arbiter dalam menangani perkara arbitrase didasarkan
pada sikap yang mengusahakan win-win solusion terhadap para pihak yang
bersengketa.
5. Putusan arbitrase mengikat para pihak (final and binding) dan dengan melalui tata
cara (prosedur) sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.
6. Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus mengutamakan
perdamaian diantara para pihak yang bersengketa.
7. Pilihan hukum untuk menyelsesaikan sengketa serta proses dan tempat
penyelenggaraan arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.

Kelemahan Arbitrase :

3
JUDUL Penulis

1. Pada prakteknya pengakuan dan pelaksanaan keputusan arbitrase asing masih


menjadi hal sulit.
2. Dalam putusan arbitrase ditentukan oleh seberapa berpengalaman nya arbiter yang
di pilih dalam menangani kasus yang disengketakan.
3. Apabila pihak yang kalah tidak mengakui dan menerima kekalahannya terhadap
putusan yang telah ditetapkan maka perlu pemerintah pengadilan untuk
melaksanakan ekseskusi atas putusan arbitrase tersebut.
4. Pada prakteknya pihak-pihak yang bersengketa di arbitrase adalah perusahan-
perusahan besar seperti contohnya adalah kasus karabodas yang dibawa sampai
arbitrase Internasional. Dan cukup sukit untuk mempertemukan kendak para pihak
yang bersengketa tidaklah muda,

3. Uraikan Prosedur Arbitrase menurut Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI), proses
pemerikasaan menggunakan Arbitrase, putusan Arbitrase, pembatalan putusan
Arbitrase, dan pelaksanaan putusan Arbitrase!
 Proses Pemeriksaan
Tata cara pemeriksaan atau hukum acara dari arbitrase BANI sesuai dengan Pasal 27 sampai
dengan Pasal 51 UUAAPS dan Pasal 13 sampai dengan Pasal 19 Peraturan Prosedur Arbitrase
BANI serta dilakukan secara Tertutup dari umum untuk menjaga kerahasiaannya. Hukum yang
digunakan dalam proses pemeriksaan inilah merupakan hukum yang digunakan dan disepakai
dalam perjanjian. Tempatnya dapat ditentukan oleh para pihak yang bersengketa. Dimana
majelis arbitrase memberika waktu tertentu untuk menyampaikan tuntutan. Dalam waktu 30
(tiga puluh) hari sejak diterimanya jawaban dari surat tuntutan tersebut atau saat
diperintahkan oleh Majelis Arbitrase tersebut maka para pihak harus segera menghadap di
sidang arbitrase.
 Putusan Arbitrase
Pada dasarnya terdapat 3 (tiga) macam putusan, yaitu putusan sela, putusan persetujuan
perdamaian, dan putusan akhir. Dalam proses pengambilan putusan arbiter akan mengambil
keputusan berdasarkan hukum positif yang berlaku hal ini sejalan dengan asas Ex Aequo et
bono artinya mengambil keputusan seadil adilnya. hal ini juga di dasari oleh Pasal 19 Prosedur
Arbitrase BANI.

4
 Pembatalan Putusan
Putusan arbitrase para pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan apabila putusan
tersebut diduga mengandung unsure-sunsur sebagai berikut (Pasal 70 UU APPS).
A. urat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan
dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;
B. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam pemeriksaan sengketa
C. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan,
yang disembunyikan oleh pihak lawaN.
 Pelaksanaan putusan Arbitrase
Terdiri dari 2 Jenis yaitu putusan arbitrase nasional dan Internasional. dalam hal ini Majelis
Arbitrase atau Arbiter Tunggal wajib menetapkan Putusan akhir dalam waktu paling lambat 30
(tiga puluh) hari terhitung sejak ditutupnya persidangan, kecuali Majelis Arbitrase atau Arbiter
Tunggal mempertimbangkan bahwa jangka waktu tersebut perlu diperpanjang secukupnya. Jika
arbiternya terdiri dari 3 orang arbiter maka putusan yang ditetapkan adalah putusan yang
paling mayoritas. untuk hal hal yang bersifat procedural apabila tidak terdapat kesepatakatn
mayoritas dan apabila majelis arbitrase menguasakan hal tersebut ketua majelis arbitrase dapat
memutuskan sendiri.

4. Jelaskan tipologi Mediator, orang yang berhak menjadi Mediator, fungsi Mediator,
kewenangan dan tugas Mediator.
Dalam proses mediasi, mediator artinya mengacu pada Pasal 1 angka 2 Perma 1/2016,
menerangkan sebagai berikut: Mediator adalah Hakim atau pihak lain yang
memiliki Sertifikat Mediator sebagai pihak netral yang membantu Para Pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian.

Setiap mediator wajib memiliki sertifikat mediator yang diperoleh setelah mengikuti dan
dinyatakan lulus dalam pelatihan sertifikasi mediator yang diselenggarakan oleh Mahkamah
Agung atau lembaga yang telah memperoleh akreditasi dari Mahkamah Agung.

5
JUDUL Penulis

Pasal 14 Perma 1/2016 telah merincikan lebih lanjut terkait tugas mediator adalah sebagai
berikut:

1. memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada para pihak untuk saling
memperkenalkan diri;
2. menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat mediasi kepada para pihak;

3. menjelaskan kedudukan dan peran mediator yang netral dan tidak mengambil
keputusan;

4. membuat aturan pelaksanaan mediasi bersama para pihak;

5. menjelaskan bahwa mediator dapat mengadakan pertemuan dengan satu pihak tanpa
kehadiran pihak lainnya (kaukus);

6. menyusun jadwal mediasi bersama para pihak;

7. mengisi formulir jadwal mediasi.

8. memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyampaikan permasalahan dan


usulan perdamaian;

9. menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan berdasarkan skala


prioritas;

10. memfasilitasi dan mendorong para pihak untuk:

a. menelusuri dan menggali kepentingan para pihak;

b. mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak; dan

c. bekerja sama mencapai penyelesaian;

11. membantu para pihak dalam membuat dan merumuskan kesepakatan perdamaian;

12. menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak dapat


dilaksanakannya mediasi kepada hakim pemeriksa perkara;

6
13. menyatakan salah satu atau para pihak tidak beriktikad baik dan menyampaikan kepada
hakim pemeriksa perkara;

14. tugas lain dalam menjalankan fungsinya.

5. Uraikan seluk-beluk Konsiliasi dan ruang lingkupnya

Konsiliasi berasal dari bahasa inggris, yaitu “conciliation” yang berarti “permufakatan” definisi
dari Konsiliasi sendiri sebenarnya sudah banyak sekali dikemukan oleh terkemuka. Menurut
Gunawan Widjaja Konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa alternatif yang
melibatkan seorang pihak ketiga atau lebih, dimana pihak ketiga yang diikut sertakan untuk
menyelesaikan sengketa seseorang secara professional sudah dapat dibuktikan kehandalannya.
Konsiliasi merupakan kombinasi antara penyelidikan (enquiry) dan mediasi (mediation). Pada
prakteknya, proses penyelesaian sengketa melalui konsiliasi mempunyai kemiripan dengan
mediasi. Pembedaan yang dapat diketahui dari kedua cara ini adalah konsiliasi memiliki hukum
acara yang lebih formal jika dibandingkan dengan mediasi. Karena dalam konsiliasi ada
beberapa tahap yang biasanya harus dilalui, yaitu penyerahan sengketa kepada komisi
konsiliasi, kemudian komisi akan mendengarkan keterangan lisan para pihak, dan berdasarkan
fakta-fakta yang diberikan oleh para pihak secara lisan tersebut komisi konsiliasi akan
menyerahkan laporan kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan usulan penyelesaian
sengketa. Dimana Perbedaan diantaranya yaitu konsiliator memiliki peran intervensi yang lebih
besar daripada mediator.

Sebenarnya pengertian konsiliasi memiliki arti yang sangat luas. Konsiliasi sebagai suatu
cara untuk menyelesaikan sengketa internasional mengenai keadaan apapun dimana suatu
Komisi yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik yang bersifat tetap atau ad hoc untuk menangani
suatu sengketa. Perjanjian pertama untuk mengatur konsiliasi diadakan antara Swedia dan Chili
1920. Tahun 1975 ditandai dengan dua perkembangan penting. Pertama suatu perjanjian
antara Prancis - Swiss mendefinisan fungsi komisi konsiliasi permanen yaitu “ tugas komisi
konsiliasi permanen ialah untuk menjelaskan masalah dalam sengketa, dengan mengumpulkan
semua keterangnan yang berguna melalui penyelidikan atau dengan cara lain. Perkara yang
menjadi ruang lingkup konsiliasi antara lain, meliputi perselisihan kepentingan, perselisihan

7
JUDUL Penulis

pemutusan hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja burum dalam suatu
perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai