Anda di halaman 1dari 4

Pada umumnya lembaga arbitrase mempunyai kelebihan dibandingkan dengan lembaga

peradilan umum, yaitu sebagai berikut.

1. Sidang arbitrase adalah tertutup untuk umum, sehingga kerahasiaan sengketa para pihak
terjamin.1

Sidang arbitrase adalah proses hukum alternatif di mana pihak-pihak yang terlibat dalam
sebuah sengketa memutuskan untuk menyelesaikan perselisihan mereka di luar pengadilan
konvensional. Tertutup untuk umum berarti bahwa sidang arbitrase tidak dapat dihadiri oleh
orang-orang yang bukan merupakan pihak yang terlibat dalam sengketa tersebut. Ini berbeda
dengan pengadilan umum yang biasanya terbuka untuk publik.

Keputusan untuk menjaga sidang arbitrase tertutup memiliki alasan utama, yaitu untuk
menjaga kerahasiaan sengketa para pihak. Ini berarti bahwa semua informasi yang dibagikan
selama sidang, termasuk bukti dan argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak, akan
dijaga kerahasiaannya. Tujuan utama dari menjaga kerahasiaan ini adalah untuk melindungi
kepentingan komersial, privasi, dan bisnis dari para pihak yang terlibat.

Selain itu, menjaga kerahasiaan juga dapat mendorong pihak-pihak yang terlibat untuk lebih
terbuka dalam berbicara tentang sengketa mereka, karena mereka tidak khawatir bahwa
informasi yang mereka bagikan akan tersebar secara luas. Ini dapat memfasilitasi proses
penyelesaian yang lebih efektif dan memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk
mencapai kesepakatan yang lebih baik.

2. Kelambatan yang diakibatkan oleh hal prosedural dan administratif dapat dihindari.
3. Para pihak yang bersengketa dapat memilih arbiter yang menurut keyakinannya
mempunyai pengalaman, pengetahuan, jujur dan adil, serta latar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan.

Yang menekankan pentingnya para pihak yang bersengketa untuk memiliki kontrol atas
pemilihan arbiter yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu, seperti pengalaman, pengetahuan,
kejujuran, keadilan, dan latar belakang yang relevan, agar proses arbitrase dapat berjalan
dengan baik dan akhirnya mencapai penyelesaian yang adil.

1
Grace Henny Tampongangoy, Arbitrase Merupakan Upaya Hukum dalam Penyelesaian Sengketa Dagang
Internasional, Vol. III No. 1, Lex et Societatis, 2015, hal 162
4. Sikap arbiter atau majelis arbiter dalam menangani perkara arbitrase didasarkan pada
sikap yang mengusahakan win-win solution terhadap para pihak yang bersengketa.

Sikap arbiter atau majelis arbiter yang mencari win-win solution adalah penting karena dapat
membantu mengurangi konflik, meningkatkan peluang penyelesaian yang bersifat
kolaboratif, dan menciptakan lingkungan di mana para pihak yang bersengketa merasa bahwa
keadilan telah dilakukan. Pendekatan ini konsisten dengan tujuan utama dari arbitrase, yaitu
memberikan alternatif yang efektif dan efisien dalam penyelesaian sengketa, sambil
memperhatikan kepentingan semua pihak yang terlibat.

5. Pilihan umum untuk menyelesaikan sengketa serta proses dan tempat penyelenggaraan
arbitrase dapat ditentukan oleh para pihak.

Kebebasan dalam menentukan pilihan umum, proses, dan tempat penyelenggaraan arbitrase
adalah salah satu keuntungan utama dari arbitrase sebagai metode alternatif penyelesaian
sengketa. Ini memungkinkan para pihak untuk menyesuaikan penyelesaian sengketa mereka
dengan kebutuhan, preferensi, dan keinginan mereka sendiri, sehingga menciptakan
fleksibilitas dan kontrol yang lebih besar dalam proses penyelesaian sengketa.

6. Putusan arbitrase mengikat para pihak (final and binding) dan dengan melalui tata cara
(prosedur) sederhana ataupun langsung dapat dilaksanakan.2
7. Suatu perjanjian arbitrase (klausul arbitrase) tidak menjadi batal karena berakhir atau
batalnya perjanjian pokok.

Ini menekankan pentingnya klausul arbitrase sebagai instrumen yang berdiri sendiri dalam
perjanjian hukum. Ini memungkinkan para pihak untuk tetap memiliki cara yang jelas untuk
menyelesaikan sengketa bahkan setelah perjanjian pokok mereka telah berakhir atau
dibatalkan.

8. Didalam proses arbitrase, arbiter atau majelis arbitrase harus mengutamakan perdamaian
diantara para pihak yang bersengketa.
9. Kecepatan dalam proses3

2
Ibid
3
Jejak Berdayam Part 4 Kelebihan dan Kekurangan Arbitrase, diakses dari
https://www.scribd.com/document/538549380/Part-4-Kelebihan-Dan-Kekurangan-Arbitrase, pada tanggal 4
September 2023, pukul 10.00
Suatu persetujuan arbitrase harus menetapkan jangka waktu, yaitu berapa lama perselisihan
atau sengketa yang diajukan kepada arbitrase harus diputuskan. Apabila para pihak tidak
menentukan jangka waktu tertentu, lamanya waktu penyelesaian akan ditentukan oleh
majelis arbitrase berdasarkan aturan-aturan arbitrase yang dipilih. Pasal 31 ayat (3) UU No.
30 Tahun 1999 menyebutkan: "Dalam hal para pihak telah memilih acara arbitrase harus ada
kesepakatan mengenai ketentuan jangka waktu dan tempat diselenggarakan arbitrase dan
apabila jangka waktu dan tempat arbitrase tidak ditentukan, arbiter atau majelis arbitrase
yang akan menentukan."

Demikian pula, putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak sehingga tidak
dimungkinkan upaya hukum banding atau kasasi. (Meskipun ada negara yang peraturan
perundang-undangannya memberi kesempatan banding terhadap putusan arbitrase, dalam
praktiknya kemungkinan banding ini dihapuskan melalui perjanjian. Tujuannya adalah untuk
mempercepat proses penyelesaian sengketa). Dalam Pasal 53 UU No. 30 Tahun 1999
disebutkan bahwa terhadap putusan arbitrase tidak dapat dilakukan perlawanan atau upaya
hukum apa pun, sedangkan dalam Pasal 60 secara tegas disebutkan: “Putusan arbitrase
bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak.”

Hal yang penting untuk dicatat adalah, sebelum berlakunya UU No. 30 Tahun 1999, pihak
yang kalah berhak mengajukan banding atas putusan arbitrase kepada Mahkamah Agung,
yang memeriksa fakta-fakta dan penerapan hukumnya. Dengan demikian, putusan arbitrase
tidak bersifat final dan mengikat para pihak sampai permohonan banding tersebut ditolak.
(Lihat Pasal 641 Rv juncto Pasal 15 dan 108 Undang-Undang No. 1 Tahun 1950 tentang
Mahkamah Agung).

10. Pemeriksaan oleh ahli di bidangnya4

Untuk memeriksa dan memutus perkara melalui arbitrase, para pihak diberi kesempatan
untuk memilih ahli yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan sangat menguasai hal-
hal yang disengketakan. Dengan demikian, pertimbangan-pertimbangan yang diberikan dan
putusan yang dijatuhkan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Hal itu dimungkinkan
karena selain ahli hukum, di dalam badan arbitrase juga terdapat ahli-ahli lain dalam berbagai

4
Ibid
bidang misalnya ahli perbankan, ahli leasing, ahli pemborongan, ahli pengangkutan udara,
laut, dan lain-lain.

Sebagai catatan adalah, bahwa dalam pemeriksaan persidangan di pengadilan ada


kemungkinan hakim tidak menguasai suatu perkara yang sifatnya sangat teknis. Hal ini
disebabkan sebagian besar hakim di pengadilan memiliki latar belakang yang sama, yakni
berasal dari bidang hukum, sehingga mereka hanya memiliki pengetahuan yang bersifat
umum (general knowledge) dan sulit bagi mereka untuk memahami hal-hal teknis yang
rumit.

11. Sifat konfidensialitas5

Pemeriksaan sengketa oleh majelis arbitrase selalu dilakukan dalam persidangan tertutup,
dalam arti tidak terbuka untuk umum, dan putusan yang dijatuhkan dalam sidang tertutup
tersebut hampir tidak pernah dipublikasikan. Dengan demikian, penyelesaian melalui
arbitrase diharapkan dapat menjaga kerahasiaan para pihak yang bersengketa. Dalam Pasal
27 UU No. 30 Tahun 1999 disebutkan bahwa: “Semua pemeriksaan sengketa oleh arbiter
atau majelis arbitrase dilakukan secara tertutup“.

5
Ibid

Anda mungkin juga menyukai