2. Apabila dalam suatu kontrak tidak mencantumkan klausul penyelesaian sengketa melalui
arbitrase, apakah para pihak dapat mengajukan penyelesaian melalui jalur arbitrase?
Jelaskan!
3. Sengketa apa saja yang dapat diajukan penyelesaiannya melalui jalur arbitrase? Jelaskan
disertai dengan contoh kasus!
Jawaban
Dll
f. Putusan Arbitrase, sesuai dengan kehendak dan niat para pihak merupakan
putusan final dan mengikat para pihak bagi sengketanya; lain lagi putusan
pengadilan yang terbuka bagi peninjauan yang memakan waktu lama.
g. Arbitrase itu baik hanya untuk para penguasa yang bonafide dan beriktikad baik
dan bukan mereka yang seringkali menggunakan pengadilan sebagai alat untuk
mengelak kewajiban atau mengulur waktu pemenuhan kewajiban, tentunya
dengan bantuan pengacara yang tidak bertanggung jawab.
h. Karena putusannya final dan mengikat, tata caranya bisa cepat, tidak mahal serta
jauh lebih rendah dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan dalam proses
pengadilan. Apalagi kalau kebetulan ditangani oleh pengacara yang kurang
bertanggung jawab sehingga masalahnya dapat saja dengan itikad buruk
diperpanjang selama mungkin.
i. Tata cara arbitrase lebih informal dari tata cara pengadilan dan oleh karena itu
terbuka untuk memperoleh dan tersedianya tata cara penyelesaian kekeluargaan
dan damai (“amicable”), memberi kesempatan luas untuk meneruskan hubungan
komersial para pihak dikemudian hari setelah berakhirnya proses penyelesaian
sengketanya
Pihak asing itu kurang memahami tata cara /prosedur pengadilan negara
tersebut dan merasa berada dalam posisi yang kurang menguntungkan
2. Arbitrase
Arbitrase menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (“UU 30/1999”) adalah cara penyelesaian
suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian
arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Para pihak adalah
subyek hukum, baik menurut hukum perdata maupun hukum public.
Adapun yang disebut dengan perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa
klausula arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para
pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat
para pihak setelah timbul sengketa.
UU 30/1999 mengatur penyelesaian sengketa atau beda pendapat antar para pihak dalam
suatu hubungan hukum tertentu yang telah mengadakan perjanjian arbitrase yang secara
tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau yang mungkin
timbul dari hubungan hukum tersebut akan diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui
alternatif penyelesaian sengketa. Selain itu Pasal 7 UU 30/1999 mengatur bahwa para pihak
dapat menyetujui suatu sengketa yang terjadi atau yang akan terjadi antara mereka untuk
diselesaikan melalui arbitrase.
Dalam hal para pihak telah menyetujui bahwa sengketa di antara mereka akan diselesaikan
melalui arbitrase dan para pihak telah memberikan wewenang, maka arbiter berwenang
menentukan dalam putusannya mengenai hak dan kewajiban para pihak jika hal ini tidak
diatur dalam perjanjian mereka. Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase
dimuat dalam suatu dokumen yang ditandatangani oleh para pihak. Selain itu apabila
disepakati penyelesaian sengketa melalui arbitrase terjadi dalam bentuk pertukaran surat,
maka pengiriman teleks, telegram, faksimili, e-mail atau dalam bentuk sarana komunikasi
lainnya, wajib disertai dengan suatu catatan penerimaan oleh para pihak.