Anda di halaman 1dari 45

HUKUM ACARA ARBITRASE &

ALTERNATIF DISPUTE RESOLUTION


/ADR
PENDIDIKAN KHUSUS PROFESI ADVOKAT (PKPA)
FH UPMI Medan - DHP Law Firm - DPN PERADI
Tahun 2021

Disampaikan Oleh :

Dr. Azwir Agus, SH, MHum


(Sekretaris BANI Medan)

1
Medan, 07 Agustus 2021
Pengendalian Sengketa
Sengketa adalah fakta kehidupan
 
 
 
 Sengketa bisnis masalah sepanjang sejarah
 Kalangan bisnis kurang menyukai pengadilan asing
 
 
 
 

 Ketidak-pastian hukum dan proses


 
 
 
 

 Biaya-biaya yang tidak jelas


 
 
 
 

 Penegakan hukum yang tidak pasti


 

 Akibat terhadap hubungan bisnis


PENYELESAIAN
SENGKETA
AJUDIKASI NON-AJUDIKASI

LITIGASI NON-LITIGASI

• NEGOSIASI
• PENGADILAN • ARBITRASE • MEDIASI
• KONSILISASI
ARBITRASE adalah :

Cara penyelesaian suatu sengketa perdata


di luar peradilan umum yang didasarkan
pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh para pihak yang
bersengketa.
(pasal 1 : 1 UU 30/1999)
ADR / APS dalam UU No. 30/1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa
Pasal 1 Butir 10
Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara :
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi atau penilaian
ahli
MEDIASI
Mediasi / konsiliasi :
 
“Suatu cara penyelesaian sengketa dimana para
pihak secara sukarela berupaya untuk
menyelesaikan sengketa dengan jalan
merundingkan suatu kesepakatan yang mengikat
dengan dibantu seorang mediator /konsiliator
yang tidak berpihak”.
NEGOSIASI
Negosiasi merupakan diskusi langsung antar
para pihak tanpa keterlibatan mediator,
konsiliator, arbitrator atau orang luar, dengan
harapan bahwa para pembuat keputusan bisnis
dapat menyelesaikan sengketa mereka tanpa
persidangan formil atau yang ada di luar lingkup
para pihak. (John W. Head)
KONSILIASI
Konsiliasi merupakan suatu prosedur yang terlebih
tidak formil dari pada arbitrase atau litigasi dan yang
melibatkan seseorang yang meninjau ulang tuntutan
kedua belah pihak dalam suatu sengketa dan
menawarkan kesimpulan penyelesaian yang secara
prinsip tidak berfokus pada pengalokasian kesalahan
namun terhadap perbaikan atas kerugian/
penderitaan yang telah diakibatkan ataupun diancam
oleh sengketa terhadap hubungan bisnis antara para
pihak. (John W. Head)
PEMBATASAN TERHADAP PENGGUNAAN
ARBITRASE
1. Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase
hanya sengketa di bidang perdagangan dan
mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh
pihak yang bersengketa.
2. Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui
arbitrase adalah sengketa yang menurut peraturan
perundang-undangan tidak dapat diadakan
perdamaian.
Pasal 5 UU 30 / 1999
Keunggulan Arbitrase

1. Kerahasiaan/Confidentiality.
2. Fleksibilitas dalam prosedur, dan persyaratan administratif.
3. Hak pemilihan / penunjukan arbiter berada ditangan para
pihak.
4. Pilihan hukum, forum dan prosedur penyelesaian berada
ditangan para pihak dan dituangkan dalam perjanjian
(kausula arbitrase).
5. Putusan arbitrase final dan mengikat.
6. Penyelesaian relatif cepat.
Keterbatasan Arbitrase
1. Adanya perjanjian (klausula) arbitrase meru-
pakan keharusan
2. Tidak mengenal yurisprudensi
3. Itikad baik para pihak menentukan
efektifitas pelaksanaan putusan arbitrase
4. Dinegara-negara tertentu penggunaan
arbitrase masih dibatasi
Perjanjian Arbitrase/Klausula Arbitrase

Kesepakatan Para Pihak


Dibuat secara tertulis
Dibuat sebelum timbul sengketa
(Pactum de Compromittendo) ataupun
sesudah timbul sengketa (acta
compromise)
1. Adanya suatu perjanjian arbitrase tertulis meniadakan
hak para pihak untuk mengajukan penyelesaian
sengketa atau beda pendapat yang termuat dalam
perjanjiannya ke Pengadilan Negeri.
2. Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan
campur tangan di dalam suatu penyelesaian sengketa
yang telah ditetapkan melalui arbitrase, kecuali dalam
hal-hal yang ditetapkan dalam Undang-undang ini.

Pasal 11 UU No. 30 / 1999


Azas “Separability
Suatu perjanjian arbitase tidak menjadi batal disebabkan oleh
keadaan tersebut di bawah ini :
a. meninggalnya salah satu pihak;
b. bangkrutnya salah satu pihak;
c. novasi;
d. insolvensi salah satu pihak;
e. pewarisan;
f. berlakunya syarat-syarat hapusnya perikatan pokok;
g. bilamana pelaksanaan perjanjian tersebut dialihtugaskan
pada pihak ketiga dengan persetujuan pihak yang melakukan
perjanjian arbitrase tersebut; atau
h. berakhirnya atau batalnya perjanjian pokok.
Pasal 10 UU No. 30/1999
KLAUSULA ARBITRASE

BANI RULES :

“Semua sengketa yang timbul dari perjanjian


ini, akan diselesaikan dan diputus oleh BADAN
ARBITRASE NASIONAL INDONESIA (BANI) menurut
peraturan-peraturan administrasi dan peraturan-
peraturan prosedur arbitrase BANI, yang
keputusannya mengikat kedua belah pihak yang
bersengketa sebagai keputusan dalam tingkat
pertama dan terakhir”.
ARBITRATION CLAUSE

ICC RULES :

“All disputes arising in connection with the


present contract shall be finally settled under the
Rules of Arbitration of the International Chamber
of Commerce by one or more arbitrators appointed
in accordance with the said Rules”.
ARBITRASE

NASIONAL / INTERNASIONAL
DOMESTIC

INSTITUSI

ADHOC
LEMBAGA PENYELENGGARA ARBITRASE / ADR

 Indonesia
 BANI (1977)
 BASYARNAS (1993)
 BAPMI (2002)
 BAKTI (2008)

 Mancanegara
 Paris  International Court of Arbitration (ICC)
 London  London Court of International Arbitration (LCIA)
 Singapore  Singapore International Arbitration Centre (SIAC)
 Jepang  The Japan Commercial Association (JCAA)
Penunjukan Arbiter

 Jumlah arbiter
 Kualifikasi arbiter
 Seleksi dan Nominasi arbiter
 Hak ingkar
 Penggantian arbiter
Arbiter ( Majelis Arbiter )

Seorang (atau lebih) yang DIPILIH OLEH PARA


PIHAK yang bersengketa atau yang DITUNJUK
OLEH PENGADILAN NEGERI atau OLEH
LEMBAGA ARBITRASE untuk memberikan
putusan mengenai sengketa tertentu yang
diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase
Persyaratan Arbiter

1. Cakap melakukan tindakan hukum;


2. Berumur paling rendah 35 tahun;
3. Tidak mempunyai hubungan keluarga sedarah
atau semenda sampai derajat kedua dengan
salah satu pihak bersengketa;
4. Tidak mempunyai kepentingan finansil atau
kepentingan lainnya atas putusan arbitrase;
5. Memiliki pengalaman serta menguasai secara
aktif di bidangnya paling sedikit 15 tahun.
Hal Penting Pada Proses Persidangan

Dalam proses persidangan, perlu diingat antara lain :


1.Pemeriksaan sengketa bersifat tetutup;
2.Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia kecuali
ditentukan lain;
3.Para pihak memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk
mengemukakan pendapatnya;
4.Para pihak dapat diwakili oleh kuasanya;
5.Pihak ketiga dapat turut serta jika ada kepentingan hukum yang
berkaitan dan disetujui arbiter atau majelis;
6.Para pihak bebas menentukan acara arbitrase sepanjang tidak
bertentangan dengan undang-undang ;
7.Apabila pemeriksaan sengketa telah selesai, pemeriksaan
segera ditutup dan ditetapkan hari sidang untuk mengucapkan
putusan paling lama 30 hari setelah pemeriksaan ditutup;
8.Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekauatan
hukum tetap dan mengikat para pihak
Dasar Hukum Untuk Memutus

Pasal 56 ayat 1 :
Arbiter atau majelis mengambil putusan berdasarkan
hukum atau berdasarkan keadilan dan kepatutan.

Pasal 56 ayat 2 :
Para pihak berhak menentukan pilihan hukum yang akan
berlaku terhadap penyelesaian sengketa yang mungkin
atau telah timbul antara para pihak.

UU 30 / 1999
Pelaksanaan Putusan Arbitrase
Nasional / Domestik

 Pendaftaran di Pengadilan Negeri (pasal 59


ayat 1)
 Memenuhi ketentuan pasal 4 dan pasal 5
dan tidak bertentangan dengan kesusilaan
dan ketertiban umum (pasal 62 ayat 2)

UU 30 / 1999
Pembatalan Putusan Arbitrase

Terhadap putusan arbitarse para pihak dapat mengajukan


permohonan pembatalan apabila putusan tersebut diduga
mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah


putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;
b. Setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat
menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan; atau
c. Putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah
satu pihak dalam pemeriksaan sengketa
Pasal 70 UU 30/1999
Keberhasilan Arbitrase
dipengaruhi faktor- faktor :

1. Itikad baik para pihak yang bersengketa.


2. Kepatuhan para pihak untuk tunduk pada
putusan arbitrase dan melaksanakannya
dengan benar.
3. Integritas dan profesionalisme para arbiter
4. Sikap pengadilan terhadap pelaksanaan
putusan arbitrase.
Arbitrase Institusional
PERJANJIAN REGISTRASI /
ARBITRASE
ADMINISTRASI

PENUNJUKAN PENUNJUKAN
ARBITER ARBITER

PERMOHONAN JAWABAN

PENDAFTARAN MAJELIS ARBITRASE


- REPLIK/DUPLIK
PUTUSAN
- KONTRAVENSI
- PERSIDANGAN
- PEMBUKTIAN
PELAKSANAN - KESAKSIAN
- KESIMPULAN
PUTUSAN
Badan Arbitrase Nasional Indonesia
(BANI Arbitration Center)
Prosedur Arbitrase
I. 1. Pendaftaran Perkara
2. Pengajuan Permohonan Arbitrase/Jawaban
3. Penunjukan Arbiter
II. Replik Duplik
III. Persidangan
1. Pertemuan awal
2. Mediasi
3. Sidang Arbitrase :
- Pembuktian
- Pemeriksaan Para Saksi
IV. Kesimpulan
V. Putusan
VI. Pendaftaran (Penyimpanan) Putusan di PN
Mekanisme Arbitrase/ADR di
BANI Arbitration Center

Medan, 14 November 2020


BANI ARBITRATION CENTER
(Badan Arbitrase Nasional Indonesia)

Wahana Graha Lt. 2


Jl. Mampang Prapatan No. 2
Jakarta Selatan
Telp : 021-7940542 Fax : 021-7940543
Home Page : www.bani-arb.org
E-mail : bani-arb@indo.net.id
BANI

 Lembaga yang independen dan bertindak secara


otonom dalam penegakan hukum dan keadilan
 menyelenggarakan proses arbitrase dan APS lainnya
sesuai dengan kewenangan yang diberikan para pihak
melalui perjanjian (klausula) arbitrase atau
kesepakatan lainnya
 memberikan Pendapat mengikat (Binding Opinion)
yang diajukan oleh Para Pihak secara bersama-sama
 menyelenggarakan kerjasama penelitian dan
pengembangan serta pelatihan tentang arbitrase dan
APS
BANI ARBITRATION CENTER
(Badan Arbitrase Nasional Indonesia)

• Didirikan pada tahun 1977


• Memiliki 7 Perwakilan :
1. Surabaya 5. Pontianak
2. BALI Nusra 6. Jambi
3. Bandung 7. Palembang
4. Medan (Jl. Sekip Baru No.16 Medan)
Proses Arbitrase

I II III
PASCA
PRA-SIDANG PERSIDANGAN
PERSIDANGAN
 Transparansi
 Confidentiality  Dokumen
1. Biaya
2. Majelis  Waktu pelengkap
3. Waktu 1. Frequency
2. Limit
 Waktu
 Fleksibilitas  Eksekusi
prosedur  Suasana
PRA
PERSIDANGAN

1.
Pendaftaran
Permohonan 2.
Ketentuan
 Dasar permohonan Administratif 3.
Penunjukan
 Klausula (Perjanjian) Arbiter
 Surat Kuasa
Arbitrase
(bila diperlukan)
 Nilai Tuntutan
 Biaya

 Bukti Pendukung
MASA
PERSIDANGAN

Bila Pemohon Tidak Hadir TUNTUTAN GUGUR


1. Komitmen
Para Pihak Bila Termohon Tidak Hadir (1x) : Panggilan diulang

(2x) : PEMERIKSAAN DILANJUTKAN

Negosiasi
2. Penyelesaian
HYBRID
Mediasi
ARBITRATION
melalui Konsiliasi

3.
 Terms of Reference 4. 5. Kesimpulan
 Replik-Duplik  Pembuktian
 Pemeriksaan Saksi
6. Pembacaan
Putusan
PASCA
PERSIDANGAN

1.
Koreksi
Putusan 2.
Penyimpanan
 Dalam 14 Hari Putusan 3.
Pelaksanaan
 Bersifat  Dalam 30 Hari Putusan
Administratif
 Di PN tempat domisili
 Sukarela
 Pasal 58 UU 30 / Termohon
1999  Ekseskusi PN
 Oleh Arbiter atau
kuasanya
Pencabutan / Penghapusan Perkara

Apabila :
1) Terjadi Perdamaian :
—> Sebelum persidangan
—> Selama persidangan tanpa melalui putusan
majelis
2) Persyaratan administrasi tidak lengkap
—> Alamat Termohon tidak jelas
—> Dokumen yang tidak lengkap
—> Biaya belum/tidak dibayar oleh para pihak
3) Dicabut oleh Pemohon
Perdamaian
• Di Pengadilan  Perma No. 1/2008

• Di luar Pengadilan

 Melalui Negosiasi

 Melalui Mediasi

 Melalui Konsiliasi
• Di dalam proses arbitrase  Hybrid Arbitration
Biaya Arbitrase (1)
A. Biaya pendaftaran : Rp. 3.000.000,- (dibayarkan pada saat pendaftaran permohonan arbitrase)
B. Biaya Administrasi, Biaya Pemeriksaan dan Biaya Arbiter masing-masing untuk Kompensi dan Rekonpensi sebagai berikui :

Biaya Administrasi Penyelesaian Perkara


Nilai Tuntutan (Rp) Tarif
Nilai Tuntutan (Rp) Tarif
A Lebih kecil dari 500,000,000 10.0 %
C*) 14 35,000,000,000 1.9 %
B*) 500,000,000 9.0 %
15 40,000,000,000 1.8 %
C*) 1 1,000,000,000 8.0 %
16 45,000,000,000 1.7 %
2 2,500,000,000 7.0 %
17 50,000,000,000 1.6 %
3 5,000,000,000 6.0 %
18 60,000,000,000 1.5 %
4 7,500,000,000 5.0 %
19 70,000,000,000 1.4 %
5 10,000,000,000 4.0 %
20 80,000,000,000 1.3 %
6 12,500,000,000 3.5 %
21 90,000,000,000 1.2 %
7 15,000,000,000 3.2 %
22 100,000,000,000 1.1 %
8 17,500,000,000 3.0 %
23 200,000,000,000 1.0 %
9 20,000,000,000 2.8 % 24 300,000,000,000 0.9 %
10 22,500,000,000 2.6 % 25 400,000,000,000 0.8 %
11 25,000,000,000 2.4 % 26 500,000,000,000 0.6 %
12 27,500,000,000 2.2 %
D*) Lebih besar dari 500,000,000,000 0.5 %
13 30,000,000,000 2.0 %
*) Untuk Claim yang nilainya lebih besar dari Rp. 500,000,000 dan berada diantara angka-angka tersebut perhitungan tarifnya
menggunakan interpolasi
Biaya ini dibayarkan setelah BANI menerbitkan surat penagihan kepada para pihak.
Biaya Arbitrase (2)

C. Biaya tersebut tidak termasuk :


1) Biaya pemanggilan, transportasi dan honorarium saksi dan/atau tenaga ahli.
Biaya ini menjadi beban pihak yang mengajukan saksi dan atau tenaga ahli
tersebut atau menjadi beban para pihak bila saksi dan/atau tenaga ahli
tersebut bukan merupakan saksi dan/atau tenaga ahli yang diajukan para
pihak namun diminta untuk dihadirkan dan ditunjuk oleh Majelis Arbitrase.
Biaya untuk saksi dan atau tenaga ahli yang diminta untuk dihadirkan dan
ditunjuk oleh Majelis Arbitrase harus dibayarkan terlebih dahulu kepada BANI
sebelum saksi atau tenaga ahli tersebut didengar kesaksiannya.
2) Biaya transportasi, akomodasi dan biaya tambahan (bila ada), untuk arbiter
yang berdomisili diluar tempat kedudukan sidang terkait. Biaya ini menjadi
tanggungan pihak yang menunjuk/memilih arbiter tersebut dan ditentukan
besarnya oleh BANI serta dibayarkan kepada yang bersangkutan melalui
BANI.
3) Biaya persidangan yang dilakukan di tempat selain tempat yang disediakan
oleh BANI. Biaya ini meliputi biaya tempat persidangan, transportasi dan
akomodasi bila diperlukan serta menjadi beban pihak yang meminta atau
menjadi beban para pihak apabila atas permintaan Majelis Arbitrase yang
bersangkutan.
4) Biaya penyerahan/pendaftaran putusan di Pengadilan Negeri terkait.
D. BIAYA UNTUK PENDAPAT YANG MENGIKAT
Ditetapkan oleh Ketua BANI secara kasuistis yang disesuaikan dengan
kompleksitas permasalahan yang diajukan.
BADAN ARBITRASE NASIONAL INDONESIA
PERMOHONAN MENGADAKAN ARBITRASE

1. Nama lengkap dan tempat Pemohon :


tinggal (tempat kedudukan
kedua belah pihak.
(Kalau surat permohonan Termohon :
diajukan juru kuasa, maka
surat kuasa khusus ybs. Harus
dilampirkan)

2. Dasar Permohonan :

3. Uraian singkat tentang perkara


yang jadi sengketa :
dan apa yang dituntut.

4. Yang bertanda tangan dibawah ini menghendaki dengan sungguh-sungguh


agar sengketa tsb. Diselesaikan dalam tingkat pertama dan terakhir oleh BANI
menurut peraturan Prosedur BANI.
Jakarta, …………………………………………………………..
Pemohon

(…………………………………………………………………..)
Terimakasih
Thank You
45
Universitas Al Azhar Medan, 15 Januari 2011

Anda mungkin juga menyukai