LOGIKA
ARGUMENTASI HUKUM
ARGUMENTASI adalah suatu proses akal yang digunakan sebagai landasan untuk
menyampaikan suatu keteguhan.
ARGUMENTASI HUKUM merupakan suatu keterampilan ilmiah yang bermanfaat
untuk dijadikan pijakan oleh para ahli hukum dalam mendapatkan dan memberikan
solusi hukum.
Argumentasi Hukum dapat digunakan untuk membentuk peraturan yang rasional
dan dapat diterima (acceptable), sehingga sanksinya dapat menimbulkan efek jera
bagi masyarakat hukum yang tidak taat hukum. Peraturan hukum yang dibentuk
dengan ketentuan yang rasional dan memenuhi rasa keadilan dapat menumbuhkan
kesadaran hukum dan kepercayaan masyarakat.
Pada komunitas praktisi hukum, penguasaan dan implementasi yang baik terhadap
argumentasi hukum dalam setiap aktivitas profesi dapat digunakan sebagai
parameter untuk menilai, mana praktisi hukum yang berdebat yuridis dan mana
praktisi hukum yang berdebat kusir.
Mac Cormick, Perelmen dan Toulmin: menyatakan bahwa peran logika formal dalam
argumentasi hukum tidak dominan dan sangat terbatas bahkan tidak penting dalam
pengambilan kesimpulan dan keputusan.
Pernyataan ini ditanggapi oleh para ahli sebagai sebuah kesalah pahaman terhadap
peran logika yang menurut persepsi mereka antara lain adalah:
a) Dalam setiap Argumentasi Hukum selalu memakai pendekatan dengan
mengandalkan bentuk silogisme,
b) Proses pengambilan putusan oleh hakim dengan pertimbangan yang tidak
selalu logis,
c) Dalam Argumentasi Hukum logika tidak terkait substansi,
d) Karena tidak adanya kriteria dan formulasi yang jelas mengenai hakekat
rasionalitas nilai dalam hukum.
Penalaran yang tidak valid adalah penalaran yang keliru dan dapat terjadi karena
pengingkaran terhadap kaidah-kaidah logika yaitu tidak ada hubungan yang logis
antara premis dengan konklusi sebagai kekeliruan relevansi.
Seorang dengan daya nalar yang tidak masuk akal, tetapi orang tersebut tidak juga
memahami kekeliruannya dalam memberikan penalarannya, orang tersebut adalah
Paralogis, dan apabila kekeliruan tersebut secara sengaja dipahami dan digunakan
untuk agar orang lain mengikuti, orang tersebut adalah Sofisme.
Argumentum ad ignorantiam :
Kesesatan terjadi bila orang berargumen: proposisi sebagai benar karena tidak
terbukti salah atau suatu proposisi salah karena tidak terbukti salah.
Dalam bidang hukum, Argumen ini dapat dilakukan, jika dimungkinkan oleh hukum
acara.
Asas pembuktian Hukum Perdata (psl 1865 KUHPer: penggugat hrs
membuktikan kebenaran dalilnya, shg jika tidak dapat membuktikan gugatan
dapat ditolak,
Psl 107 UU No. 5/1986 Hukum Acara PTUN : Hakim yang menetapkan beban
pembuktian. Dengan dasar ini tidak tepat menolak gugatan dengan dasar
Penggugat tidak dapat membuktikan dalilnya.
Argumentum ad Verecundiam :
Argumentum ad Hominem :
Menolak / menerima argumen tidak didasarkan pada buruknya penalaran, tapi lebih
disebabkan keadaan pribadi yang menyampaikan argumentasi.
Dalam bidang hukum Argumen ini bukan kesesatan, jika digunakan menolak saksi
palsu / tidak mengetahui kejadiannya.
Argumentum ad Misericordiam :
Dalam bidang hukum Argumentasi ini tidak sesat jika digunakan untuk meminta
keringanan hukuman (Klementia dalam Pledooi), tetapi jika digunakan untuk
pembuktian tidak bersalah, hal ini merupakan kesesatan.
Argumentum ad baculum :
Menerima/menolak argumentasi hanya karena ancaman dan menimbulkan
perasaan takut.
Dalam bidang hukum Argumentasi ini tidak sesat jika digunakan untuk
mengingatkan orang tentang suatu peraturan (sosialisasi peraturan).
Jenis Argumentasi ini populer dalam Civil law system (Argumentation based
onrules). Dalam Common Law System, argumentasi beranjak dari kasus tertentu
(Principal based reasoning)
Argumentasi Hukum juga menggunakan logika Induksi, terutama untuk penanganan
perkara di pengadilan / litigasi.
C. PROBABILITAS:
- Merupakan konsep sentral dalam penalaran induktif;
- Probabilitas dalam hukum tergantung standar pembuktian (alat bukti& beban
pembuktian) Perdata: dalil & bukti, Pidana: Keyakinan Hukum & bukti.
b. Lapisan Dialektika: perbandingan prokontra argumentasi.
Proses dialektika dalam adu argumentasi menguji kekuatan nalar suatu
argumentasi yang terletak pada logika.
(contoh Gugatan TUN pengumuman BI sebagai Keputusan Tata Usaha Negara
futuristik - tidak logis)
c. Lapisan Prosedur (Hukum Acara)
Hukum acara merupakan aturan main proses argumentasi litigasi di pengadilan
(prosedur dialektika diatur hukum acara)
contoh: beban pembuktian, tergantung ketentuan hukum acara Hukum apa.
PENEMUAN HUKUM
1. Pada civil law: based on rules, penelusuran peraturan perundang- undangan
(UU No.10/2004: per-UU-an: hukum tertulis, dibuat lembaga / pejabat yang
berwenang, isinya mengikat umum) statute approach;
2. Mengidentifikasi norma (norma-proposisi, yang merupakan rangkaian konsep
- karena itu harus difahami konsepnya
3. Conceptual approach.
Contoh : Psl 1365 KUHPer : setiap Perbuatan Melawan Hukum yang
menimbulkan kerugian, mewajibkan yang menimbulkan kerugian itu
membayar ganti rugi.
Dalam norma ini konsep yang harus dijelaskan adalah:
a. Konsep perbuatan (hrs dijelaskan <ingat : citizen law suit> , akan menjelaskan
perbuatan siapa & siapa yang bertanggung jawab);
b. Konsep melangar hukum (melanggar hak orang lain, bertentangan dengan
kewajiban, melanggar kepatutan, kesusilaan).
c. Konsep kerugian (kerusakan yang diderita, keuntungan yang diharapkan, biaya
keluar).
Dengan contoh diatas tidak cukup hanya dengan menerapkan norma hukum
tertulis langsung pada fakta hukum, norma sifatnya abstrak & konsep merupakan
konsep terbuka / kabur. Dengan kondisi ini dilakukanlah RECHTSVINDING dengan
2 teknik :
1) interpretasi;
2) konstruksi hukum meliputi: analogi, penghalusan/penyempitan hukum, &
argumentum a contrario. (fungsi rechtsvinding menemukan norma kongkrit untuk
diterapkan pada fakta)
9
PENERAPAN HUKUM