Anda di halaman 1dari 9

1

ARGUMENTASI HUKUM (LEGAL REASIONING)


DAN PEMECAHAN MASALAH HUKUM

LOGIKA

Untuk memahami logika, harus di fahami pengertian yang jelas mengenai


penalaran. 
Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran, dan bentuk pemikiran yang paling
sederhana : pengertian (concept), pernyataan (poposisi / statement) dan penalaran
(reasoning) yang ketiganya saling mempengaruhi.

Logika sebagai istilah diartikan sebagai metode untuk menilai ketepatan penalaran


yang digunakan untuk menyampaikan sebuah argumentasi, sedangkan teori
argumentasi adalah cara untuk mengkaji bagaimana menganalisis dan merumuskan
suatu argumentasi (secara cepat) yang jelas dan rasional dengan cara
mengembangkan kriteria universal dan kriteria yuridis untuk digunakan sebagai
landasan rasionalitas argumentasi hukum.

KE KHUSUSAN LOGIKA HUKUM

Argumentasi Hukum merupakan argumentasi yang khusus, karena didasarkan pada


Hukum positif & kerangka prosedural.
-     Hukum Positif:
Argumentasi Hukum selalu dimulai dari hukum positif, yang tidak statis, tetapi
merupakan suatu perkembangan berlanjut. Dari sini yurisprudensi akan
menentukan norma-norma baru.
-     Kerangka prosedural:
argumentasi rasional dan diskusi rasional.

Tiga Struktur dalam Argumenasi Hukum yang rasional:


Struktur Logika:
Alur premis menuju pada konklusi dari suatu argumentasi harus logis.
2

Penalaran yang digunakan bisa berupa penalaran deduksi - pendekatan UU -


pendekatan precedence (Hukum berisi norma - proposisi yang terdiri dari konsep
pelanggaran Psl 1365 oleh penguasa apakah sama dengan menyalahi prosedur?)
Struktur Dialektika:
Agar argumentasi tidak monoton, maka hrs diberikan sentuhan dialektika, dan
didalam dialektika itu suatu argumentasi diuji, terutama pada argumentasi pro kontra
(Wanprestasi atau Onrechtmatigdaad?)
Struktur Prosedural:
Dalam pemeriksaan pengadilan diatur oleh hukum formal yang
sekaligus   merupakan rule of law dalam proses argumentasi dalam penanganan
perkara di pengadilan. Prosedur dialektika di pengadilan diatur oleh hukum acara.

ARGUMENTASI HUKUM

ARGUMENTASI adalah suatu proses akal yang digunakan sebagai landasan untuk
menyampaikan suatu keteguhan.
ARGUMENTASI HUKUM merupakan suatu keterampilan ilmiah yang bermanfaat
untuk dijadikan pijakan oleh para ahli hukum dalam mendapatkan dan memberikan
solusi hukum.
Argumentasi Hukum dapat digunakan untuk membentuk peraturan yang rasional
dan dapat diterima (acceptable), sehingga sanksinya dapat menimbulkan efek jera
bagi masyarakat hukum yang tidak taat hukum. Peraturan hukum yang dibentuk
dengan ketentuan yang rasional dan memenuhi rasa keadilan dapat menumbuhkan
kesadaran hukum dan kepercayaan masyarakat.
Pada komunitas praktisi hukum, penguasaan dan implementasi yang baik terhadap
argumentasi hukum dalam setiap aktivitas profesi dapat digunakan sebagai
parameter untuk menilai, mana praktisi hukum yang berdebat yuridis dan mana
praktisi hukum yang berdebat kusir.

Untuk menganalisis Argumentasi Hukum menggunakan logika formal, sedangkan


untuk menganalisis rasionalitas proposisi menggunakan logika sillogistik, logika
proposisi, dan logika predikat.
3

Logika merupakan alur pemikiran yang mempertautkan sebuah pernyataan tentang


suatu konsep dengan memberikan penalaran melalui argumentasi  yang berperan
dalam proses rasionalitas argumentasi.
Sebuah argumentasi hukum yang tidak didukung logika maka legal problem
solving tidak didasarkan pada opini yang jelas.

Mac Cormick, Perelmen dan Toulmin: menyatakan bahwa peran logika formal dalam
argumentasi hukum tidak dominan  dan sangat terbatas bahkan tidak penting dalam
pengambilan kesimpulan dan keputusan.
Pernyataan ini ditanggapi oleh para ahli sebagai sebuah kesalah pahaman terhadap
peran logika yang menurut persepsi mereka antara lain adalah:
a) Dalam setiap Argumentasi Hukum selalu memakai pendekatan dengan
mengandalkan bentuk silogisme,
b) Proses pengambilan putusan oleh hakim dengan pertimbangan yang tidak 
selalu logis,
c) Dalam Argumentasi Hukum logika tidak terkait substansi,
d) Karena tidak adanya kriteria dan formulasi  yang jelas mengenai hakekat
rasionalitas  nilai dalam hukum.

FALLACY / KESESATAN (Penalaran Yang keliru)

Penalaran yang tidak valid adalah penalaran yang keliru dan dapat terjadi karena
pengingkaran terhadap kaidah-kaidah logika yaitu tidak ada hubungan yang logis
antara premis dengan konklusi sebagai kekeliruan relevansi.
Seorang dengan daya nalar yang tidak masuk akal, tetapi orang tersebut tidak juga
memahami kekeliruannya dalam memberikan penalarannya, orang tersebut adalah
Paralogis, dan apabila kekeliruan tersebut secara sengaja dipahami dan digunakan
untuk agar orang lain mengikuti, orang tersebut adalah Sofisme.

Ada beberapa jenis kekeliruan dalam penalaran sebagai sebuah kekeliruan


penalaran hukum, artinya penalaran keliru tersebut jika diterapkan dalam bidang
hukum bukan merupakan sebuah kesalahan, yaitu:
4

Argumentum ad ignorantiam :
Kesesatan terjadi bila orang berargumen: proposisi sebagai benar karena tidak
terbukti salah atau suatu proposisi salah karena tidak terbukti salah.
Dalam bidang hukum, Argumen ini dapat dilakukan, jika dimungkinkan oleh hukum
acara.
 Asas pembuktian Hukum Perdata (psl 1865 KUHPer: penggugat hrs
membuktikan kebenaran dalilnya, shg jika tidak dapat membuktikan gugatan
dapat ditolak,
 Psl 107 UU No. 5/1986 Hukum Acara PTUN : Hakim yang menetapkan beban
pembuktian. Dengan dasar ini tidak tepat menolak gugatan dengan dasar
Penggugat tidak dapat membuktikan dalilnya.

Argumentum ad Verecundiam :

Menolak atau menerima argumentasi tidak didasarkan pada nilai penalarannya,


melainkan lebih didasarkan pada kebesaran nama dan kewibawaan, kekuasaan,
keahlian siapa yang mengajukan argmentasi tersebut (bertentangan dengan
pepatah: nilai wibawa hanya setinggi & senilai argumentasinya).
Dalam bidang hukum, Argumen ini tidak sesat, jika suatu Yurisprudensi menjadi
Yurisprudensi tetap (contoh: Yurisprudensi MARI Nomor: 838K/sip/1972: kriteria
Perbuatan Melawan Hukum oleh penguasa “onrecht matige overheids daad”)

Argumentum ad Hominem :

Menolak / menerima argumen tidak didasarkan pada buruknya penalaran, tapi lebih
disebabkan keadaan pribadi yang menyampaikan argumentasi.
Dalam bidang hukum Argumen ini bukan kesesatan, jika digunakan menolak saksi
palsu / tidak mengetahui kejadiannya.

Argumentum ad Misericordiam :

Argumentasi yang bertujuan menimbulkan empati dan belas kasihan.


5

Dalam bidang hukum Argumentasi ini tidak sesat jika digunakan untuk meminta
keringanan hukuman (Klementia dalam Pledooi), tetapi jika digunakan untuk
pembuktian tidak bersalah, hal ini merupakan kesesatan.

Argumentum ad baculum :
Menerima/menolak argumentasi hanya karena ancaman dan menimbulkan
perasaan takut.
Dalam bidang hukum Argumentasi ini tidak sesat jika digunakan untuk
mengingatkan orang tentang suatu peraturan (sosialisasi peraturan).

DASAR DASAR ARGUMENTASI

Teori argumentasi berkembang sejak Aristotales  yang dimulai dengan studi


sistematis tentang logika yang intinya logical scuence yang konsisten dalam premis
sampai kesimpulan. Aristotles mengembangkan logika kearah Dialektika sbg ajaran
berdebat dan berlanjut pada kemampuan Retorika (kemampuan meyakinkan)

Dalam logika tradisional lazimnya menggunakan metode Deduksi.


Argumentasi Deduksi, yaitu penerapan suatu aturan Hukum pada suatu kasus.
Norma : Pencuri harus dihukum (Psl 362 KUHP) (Premis Mayor)
      Fakta   : RAMES adalah Pencuri. (Premis Minor)
Kesimpulan: maka RAMES harus dihukum (Konklusi).

Jenis Argumentasi ini populer dalam Civil law system (Argumentation based
onrules). Dalam Common Law System, argumentasi beranjak dari kasus tertentu
(Principal based reasoning)
Argumentasi Hukum juga menggunakan logika Induksi, terutama untuk penanganan
perkara di pengadilan / litigasi.

Langkah-langkah logika/penalaran Induksi dalam Hukum:


a.   MERUMUSKAN FAKTA:
merangkum semua fakta (peristiwa, perbuatan atau keadaan) fakta yuridis
inconcreto.
6

b.   MENCARI HUBUNGAN KAUSALITAS (sebab akibat):


Kausalitas selalu tergantung pada jenis hukumnya : Pidana, Perdata,
Adminstrasi Negara, Tata Usaha Negara dll.

- Kausalitas dalam Hukum Pidana:


hubungan Kausal Delik Formil tidak jelas, tetapi hubugan Kausalitas sangat erat
hubungan dan manfaatnya dengan DELIK MATERIIL (Psl 338, Psl 351 ) contoh: 
perbuatan (sebab) kematian (akibat)          
Apakah suatu perbuatan tertentu menimbulkan matinya seseorang, dapat dijelaskan
dengan “teori hubungan kausal dalam Hukum Pidana, (teori conditio cinequo non
adequat, teori yang mengeneralisir, teori objektif, teori relevansi)
Menurut sistem hukum di Indonesia menggunakan : akibat langsung dan adequat
(dapat diduga menimbulkan akibat).

- Kausalitas dalam Hukum Perdata:


contoh: PMH (sebab) kerugian (akibat)
Dalam Hukum Perdata dikenal teori hubungan kausal: Conditio cinequa non, causa  
proxima, teori adequat (dapat diduga menimbulkan akibat).

- Kausalitas dalam Hukum Administrasi Negara (sengketa TUN)


contoh: Keputusan TUN (sebab) kerugian (akibat)
Teori yang digunakan dalam hukum adminstrasi negara adalah hubungan langsung.

C. PROBABILITAS:
-     Merupakan konsep sentral dalam penalaran induktif;
-    Probabilitas dalam hukum tergantung standar pembuktian (alat bukti& beban
pembuktian) Perdata: dalil & bukti, Pidana: Keyakinan Hukum & bukti.            

LANGKAH PEMECAHAN MASALAH HUKUM


Struktur Argumentasi Hukum yang rasional:

a.   Lapisan Logika : struktur intern argumentasi


      Masuk wilayah logika tradisional, isu utama pada lapisan ini: apakah alur premis
sampai kepada konklusi dari suatu argumentasi itu logis ?   
7

    
b.   Lapisan Dialektika: perbandingan prokontra argumentasi.
     
Proses dialektika dalam adu argumentasi menguji kekuatan nalar suatu
argumentasi yang terletak pada logika.     
      (contoh Gugatan TUN pengumuman BI sebagai Keputusan Tata Usaha Negara
futuristik - tidak logis)
c.   Lapisan Prosedur (Hukum Acara)
      Hukum acara merupakan aturan main proses argumentasi litigasi di pengadilan
(prosedur dialektika diatur hukum acara)
      contoh: beban pembuktian, tergantung ketentuan hukum acara Hukum apa.

Langkah-langkah ANALISIS HUKUM

PENGUMPULAN FAKTA yuridis (perbuatan, peristiwa atau keadaan)


Pengumpulan fakta didasarkan pada ketentuan tentang alat bukti.
KLASIFIKASI Permasalahan Hukum (berkaitan dengan Hukum positif - klasifikasi
hukum publik atau privat - jika publik: HTN, HAN & Hukum Inter Publik, jika Privat:
perdata, dagang dll - terkait kompetensi absolut pengadilan.
IDENTIFIKASI ISU HUKUM YANG RELEVAN (question of fact & question of law)
Pertanyaan tentang fakta akan menyimpulkan fakta hukum (jk didukung alat-alat
bukti). Identifikasi isu hukum berkaitan dengan konsep hukum yang menjadi dasar
dan kemudian dipilah-pilah elemen-elemen pokok.
Contoh: malpraktek dokter, apakah wanprestasi atau PMH ?
-     analisis atas Konsep Wanprestasi:
      1.  adakah hubungan kontraktual dokter - pasien ?
      2.  adakah cacat prestasi dalam tindakan dokter terhadap pasien?
-    analisis isu PMH:
1. apakah tindakan dokter suatu tindakan hukum ?
2. apakah tindakan dokter suatu PMH? Apa kriteria melanggar hukum?
3. apa kerugian yang diderita pasien? Apakah kerugian itu akibat langsung
perbuatan dokter?
8

 masing-masing isu dibahas dengan mendasarkan pada fakta (hubungan dokter-


pasien) dikaitkan dengan hukum, teori & asas hukum yang berlaku - ditarik
simpulan (opini) tiap isu. Berdasarkan opini ditarik simpulan atas pokok masalah:
ada atau tidaknya wanprestasi dan/atau PMH.

PENEMUAN HUKUM
1. Pada civil law: based on rules, penelusuran peraturan perundang-  undangan
(UU No.10/2004: per-UU-an: hukum tertulis, dibuat lembaga / pejabat yang
berwenang, isinya mengikat umum) statute approach;
2. Mengidentifikasi norma (norma-proposisi, yang merupakan rangkaian konsep
- karena itu harus difahami konsepnya
3. Conceptual approach.
Contoh : Psl 1365 KUHPer : setiap Perbuatan Melawan Hukum yang
menimbulkan kerugian, mewajibkan yang menimbulkan kerugian itu
membayar ganti rugi.
Dalam norma ini konsep yang harus dijelaskan adalah:
a. Konsep perbuatan (hrs dijelaskan <ingat : citizen law suit> , akan menjelaskan
perbuatan siapa & siapa yang bertanggung jawab);
b. Konsep melangar hukum (melanggar hak orang lain, bertentangan dengan 
kewajiban, melanggar kepatutan, kesusilaan).
c. Konsep kerugian (kerusakan yang diderita, keuntungan yang diharapkan, biaya
keluar).
Dengan contoh diatas tidak cukup hanya dengan menerapkan norma hukum
tertulis langsung pada fakta hukum, norma sifatnya abstrak & konsep merupakan
konsep terbuka / kabur. Dengan kondisi ini dilakukanlah  RECHTSVINDING  dengan
2 teknik :
1)   interpretasi;
2) konstruksi hukum meliputi: analogi, penghalusan/penyempitan hukum, &
argumentum a contrario. (fungsi rechtsvinding menemukan norma kongkrit untuk
diterapkan pada fakta)
9

PENERAPAN HUKUM

Setelah menemukan norma kongkrit langkah berikutnya menerapkan pada fakta


hukum. (contoh:  ada kejelasan konsep perbuatan dalam konteks Psl 1365
KUHPerdata, dimana “gempa bumi” tidak termasuk dalam pengertian perbuatan)

STRUKTUR LEGAL OPINION

Kasus Posisi (summary) harus memuat:   


- rumusan singkat fakta hukum
- daftar isu hukum
- summary legal opinion

Ketentuan Hukum (Rumusan Fakta)


-  fakta dirumuskan lengkap, tetapi tidak terlalu panjang;
-  intinya yang dijadikan isu hukum

Pertanyaan Hukum (isu hukum)


- isu hukum dirumuskan lengkap & diberi nomor;
- diikuti pertanyaan hukum
Analisis isu hukum
- setiap isu ditelusuri ketentuan Hukum, yurisprudensi, doktrin yang diberikan
dengan isu tersebut.
- Tuliskan ketentuan hukum & yurisprudensi yang ditemukan.
- Identifikasi problem Hukum relevan dengan kasus yang dianalisis
- Berikan pendapat & bagaimana ketentuan Hukum tersebut diterapkan dalam kasus
tersebut.
Kesimpulan (conclusion & opinion)
- Rumuskan pendapat hukum yang berkenaan dengan fakta hukum tersebut.
- catatan: semua kasus (yurisprudensi), ketentuan hukum yang digunakan
================================================================

Disampaikan dalam PKPA UPMI Medan tanggal 07 Agustus 2021.

H. Fachruddin Rifai, SH, M.Hum

Anda mungkin juga menyukai