Kesesatan dalam penalaran bisa terjadi karena yang sesat itu, karena sesuatu hal,
kelihatan tidak masuk akal. Penalaran yang sesat dan ia sendiri (orang) tidak
melihat kesesatannya, penalaran itu disebut paralogis. Jika penalran yang sesat itu
dengan sengaja digunakan untuk menyesatkan orang lain, maka ini disebut
sofisme. Penalaran dapat sesat karena benuknya tidak sahih (tidak vailid).
Penalaran dapat sesat karena tidak ada hubungan logis antara permis dan konklusi.
Kesesatan demikian itu adalah kesesatan relevansi mengenai materi penalaran.
Untuk menggambarkan kesesatan dalam penalaran hukum R.G. Soekadijo
memaparkan lima model kesesatan hukum, yaitu :
1. Argumentum ad ignorantiam.
2. Argumentum ad vercumdiam.
3. Argumentum ad hominem.
Menolak atau menerima suatu argumentasi atau usul bukan karena penalaran,
tetapi karena keadaan orangnya. Di dalam bidang hukum, argumentasi demikian
bukan kesesatan apabila digunakan untuk mendiskreditkan seseorang saksi yang
pada dasarnya tidak mengetahui secara pasti kejadian yang sebenarnya.
4. Argumentum ad misericordiam.
Suatu argumentasi yang bertujuan untuk menimbulkan belas kasihan. Dala bidang
hukum, argumentasi semacam ini tidak sesat apabila digunakan untuk meminta
keringanan hukuman, dan sebaliknya jika digunakan pembuktian tidak bersalah,
maka merupakan suatu kesesatan.
5. Argumentum ad baculum.
Menerima atau menolak suatu argumentasi hanya karena suatu ancaman. Dalam
bidang hukum, cara itu tidak sesat apabila digunakan untuk mengingatkan orang
tentang suatu ketentuan hukum.
Arti penting makna logika bagi hukum juga dipaparkan oleh A. Soeteman dan
P.W. Brouwer. Suatu dalil yang kuat : satu argumentasi bermakna hanya dibangun
atas dasar logika. Dengan kata lain adalah suatu “Conditiosine qua non” agar
suatu keputusan dapat diterima adalah apabila didasarkan pada proses nalar,
sesuai dengan system logika formal yang merupakan syarat mutlak dalam
berargumentasi. Argumentasi yurudis merupakan suatu model argumentasi
khusus. Ada 2 hal yang menjadi dasar :
Kesimpulan :
Keimpulan dari materi Logika dan Argumentasi Hukum yaitu, kesalahpahaman
terhadap peran logika terdapat 5 kesalahpahaman, yang pertama kesalahpahaman
terhadap peran logika yang berkaitan dengan penggunaan logika silogistik, yang
kedua kesalahpahaman yang berkaitan dengan peran logika dalam proses
pengambilan keputusan oleh hakim, yang ketiga kesalahpahaman berkaitan
dengan alur logika formal dalam menarik suatu kesimpulan, yang keempat
kesalahpamahan logika tidak berkaitan dengan aspek substansi dalam argumentasi
hukum, yang kelima kesalahpamahan menyangkut adanya criteria formal tentang
hakekat rasionalitas.
Kesesatan adalah model yang digunakan oleh seseorang dalam berbuat sesuatu
yang baik ataupun buruk, kesesatan ini memiliki 5 model dalam penalaran hukum,
yaitu : Argumentum ad ignorantiam, Argumentum ad verecumdiam, Argumentum
ad hominem, Argumentum ad misericordiam, Argumentum ad baculum.
Pertanyaan :
1. Mengapa Logika Hukum memiliki kekhususannya tersendiri?
2. Apakah kesesatan yang dibenarkan selalu pasti dapat memberikan keadaan
yang baik?