Anda di halaman 1dari 21

Tugas Kelompok Logika Hukum

Resume Buku Logika Hukum

Fakultas Hukum
BAB 1
A. Definisi Hukum dan Kaidah hukum

Semenjak manusia dilahirkan, manusia akan hidup dan akan


berhubungan dengan manusia lainnya, sehingga menimbulkan kesadaran
bahwa kehidupan bermasyarakat itu berpedoman pada suatu aturan yang
harus ditaati. Hubungan antara manusia dan masyarakat diatur oleh nilai –
nilai dan kaidah – kaidah.

Setiap bangsa memiliki tata hukumnya atau susunan hukum, tata


hukum atau susunan hukum. Tatanan hukum yang berlaku di waktu tertentu
dan wilayah tertentu disebut hukum positif ( Ius Konstitutum ),dan lawannya
hukum yang di cita-citakan ( Ius konstituendum ). Hukum positif di negara
Indonesia terdiri dari hukum tertulis dan tidak tertulis. Contohnya dari kedua
tersebut yaitu, UUD tahun 1945 dan hukum kebiasaan atau adat. Hukum
kebiasaan dibentuk oleh lingkungan dan kebiasaan masyarakat setempat,
sedangkan hukum adat berasal dari adatrecht menurut Snouck Hurgronje
yang kemudian digunakan oleh Van Vollenhoven yang mengatakan bahwa
hukum adat sebagai himpunan peraturan tentang perilaku yang berlaku bagi
orang pribumi dan timur asing pada suatu pihak yang mempunyai sanki dan
lain berada dalam keadaan tidak terkodifikasikan.

Mengenai definisi hukum, menurut beberapa ahli hukum itu aturan –


aturan yang yang bersifat memaksa. tiap – tiap ahli hukum berbeda dala
memberikan definisi hukumnya, namun tujuan nya sama. Disamping
hukum, terdapat norma – norma yang memberikan petunjuk bagaimana
bertingkah laku dalam masyarakat. Hukum atau norma ini sebenarnya dibuat
untuk melindungi, mengatur pergaulan dan kehidupan di masyarakat.
A. Istilah Logika dan Pengertian Logika Hukum
Secara etimologis, hukum diambil dari kata Logos yang artinya
sesuatu pertimbangan pikiran, yang di ungkapkan lewat Bahasa. Sebagai
ilmu logika juga disebut logike epitesme atau disebut juga logica Scientia.
Logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis, oleh karena itu
untuk berfilsafat yang baik harus dilandasi logika. Banyak sekali pendapat
logika menurut ahli, namun dapat disimpulkan sebagai ilmu pengetahuan
tentang teknik berfikir tentang dengan menggunakan aturan – aturan untuk
memperoleh suatu kebenaran dari hasil pemikiran. Hal ini disebabkan bahwa
logika memenuhi persyaratan sebagai suatu ilmu pengetahuan yg mandiri.
Persyaratan tersebut diantaranya :
1. Ilmu pengetahuan ini telah memiliki objek yang jelas yaitu teknik
berfikir.
2. Telah digunakannya suatu metode penelitian yang dapat diterima
secara luas.

Banyak sekali definisi logika menurut pakar – pakar yang ada di Indonesia,
namun dapat disimpulkan bahwa Logika diakui sebagai ilmu pengetahuan,
sebagai untuk ilmu berfikir tepat/lurus dan logika diakui sebagai ilmu untuk
mencari yang benar secara universal.

Jadi garis besar dalam kehidupan sehari hari logika bisa kita sebut adalah
cara berfikir atau sikap hidup tertentu yang masuk akal, yang reasonable, yang
wajar, dan dapat dimengerti ( walaupun belum tentu disetujui benar atau
salahnya ).
B. Objek dan Prinsip – Prinsip dalam Logika

Semua ilmu mempunyai objek studi, objek studi ini dibedakan menjadi dua jenis
yaitu :

1. Objek Material : segala sesuatu yang dipelajari secara rasional


sistematis
2. Objek Formal : Objek material dari sudut pandang tertentu.

Manusia akan berfikir jika dihadapkan pada factor atau sesuatu hal ysng
memkasa untuk berfikir, faktor - faktor nya adalah :

1. Jika pertaanyaan dibantah orang lain


2. Jika terjadi perubahan secara mendadak yang tidak diharapkan
3. Jikda ditaya
4. Dorongan rasa ingin tau

Berdasarkan tujuannya , kegiatan berfikir itu juga dibedakan ke dalam befikir


praktikal dan teoritikal. Berfikir praktikal ditunjukan untuk mengubah keadaan,
sedangkan teoritikal bertujuan untuk mengubah pengetahuan untuk memperoleh,
menmabah atau memperbaiki pengetahuan.

Prinsip dasar atau hukum dasar logika terdiri dari 4 jenis, tiga pertama
dikemukakan oleh Aris toteles, sedang kan yang keempat dirumuskan oleh
Gottfried Willheim Leibniz. Keempat tersebut adalah :

1. Principium Identitas ( Law of Identity )


2. Principum Contradiactions ( Law of contradiactions )
3. Princium Exclusi Tertii ( Law of Excluded )
4. Principum Rationis Sufficientis ( Law of Sufficient reason )
C. Tempat Logika Sebagai Disiplin Ilmiah

Kata filsafat berasal dari bahasa Arab “ falsafah “ dan dari Bahasa Yunani “
philo “ yang artinya cinta ( dalam arti seluas – luasnya ) dan “ ssophia “ yang
artinya kebijaksanaan, yang dapat disimpulkan menjadi cinta akan kebijaksanaan.
Pandangan sering disebut “ way of life, weltanschanfung “. Pandangan hidup ini
merupakan petunjuk arah semua kegiatan atau aktifitas hidup manusia di dalam
segala bidang.

D. Pembagian Logika

Pembagian logika menurut The Liang Gie ( 1980 ) dapat digolongkan menjadi
lima macam, yaitu sebagai berikut :

1. Logika makna luas dan sempit


2. Logika deduktif dan logika induktif
3. Logika formal dan logika material
4. Logika murni dan logika terapan
5. Logika filsafati dan logika matematik
E. Manfaat mempelajari logika hukum

1. Membantu setiap orang berifikir secara rasiona, kritis, luas tepat,


metodis, dan korehen.
2. Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak, cermat dan objektif
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir secara
tajam dan mandiri
4. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serata
kesesatan
BAB 2
PENAFSIRAN HUKUM, KONSTRUKSI HUKUM DAN ARGUMENTASI
HUKUM

A. Penafsiran Hukum
Penafsiran hukum adalah proses menemukan makna dari suatu teks
hukum yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, keputusan-
keputusan, perjanjian atau putusan hakim, yang berguna untuk dapat
menerapkan dalil-dalil hukum yang abstrak yang ada di dalam
peraturan perundang-undangan terhadap fakta-fakta yang konkrit
secara tepat.
Penafsiran dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Penafsiran Subjektif.
2. Penafsiran Objektif.
3. Penafsiran Ekstensif.
4. Penafsirna Restriktif atau penafsiran sempit.
Beberapa macam metode penafsiran, yaitu :
1. Penafsiran Gramatikal.
2. Penafsiran Historis.
3. Penafisiran Sistematis, dogmatis/analogis.
4. Penafsiran Teologis/sosiologis.
Sumber dan kekuatan penafsiran bisa bersifat:
1. Autentik.
2. Ilmiah/doctrinaire.
3. Hakim.

B. Konstruksi Hukum
Konstruksi adalah tindakan atau proses menafsirkan atau menjelaskan
arti atau maksud dari suatu tulisan (missal: konstitusi, undang-undang
atau kontrak). Konstruksi berbeda dengan interpretasi. Interpretasi
adalah seni menemukan makna yang sebenarnya dari segala bentuk
kata, makna yang ingin disampaikan oleh penulis kata, dan
memungkinkan orang lain yang berasal dari mereka yang memiliki
ide yang sama dengan yang ingin penulis sampaikan. Sedangkan
konstruksi adalah penarikan kesimpulan mengenai subjek yang
terletak di luar pernyataan langsung dari teks, dari unsur-unsur yang
diketahui dan diberikan dalam teks, kesimpulan yang ada dalam jiwa,
maupun tidak dalam kata-kata teks.
Konstruksi mempunyai tujuan yaitu, agar ruang-ruang kosong yang
terdapat pada sistem formal hukum itu bisa terisi atau dipenuhi.
Tugas melakukan konstruksi ada pada Hakim sesuai dengan fungsi
dan peranannya sebagai pencipta hukum.
Macam-macam metode dan sendi konstruksi :
1. Analogi.
2. Penghalusan hukum (rechtsverijning).
3. Argumentum a contrario.
Logika dan Argumentasi Hukum terdapat beberapa macam
konstruksi, yaitu :
1. Konstruksi tertutup.
2. Konstruksi komprehensif.
3. Konstruksi transenden.
4. Konstruksi ekstravagan.
5. Konstruksi rigid dan konstruksi bebas.
6. Konstruksi artifisial.
C. Argumentasi Hukum
Argumen adalah upaya untuk membujuk seseorang tentang sesuatu
dengan melibatkan dua pihak, arguer (orang yang membuat argument)
dan opponent atau audience (orang yang mempertimbangkan
argument).
Argumen terdiri atas premis dan kesimpulan. Premis disebut sebagai
alasan, bukti pendukung atau klaim atau terkadangnya hanya
proposisi atau pernyataan-pernyataan yang harus diterima.
1. Argumentasi Induktif dan Argumentasi Deduktif.
2. Argumentasi Hukum
a. Argumentasi berdasarkan analogi.
b. Argumentasi berdasarkan aturan yang ditetapkan.
c. Argumentasi berdasarkan tanda.
d. Argumentasi abduktif.
e. Argumentasi berdasarkan posisi mengetahui.
f. Argumentasi berdasarkan klasifikasi verbal.
g. Argumentasi berdasarkan komitmen.
h. Argumentasi praktis.
i. Argumentasi berdasarkan serangan terhadap individu.
j. Argumentasi lereng licin.
Bentuk penting argumentasi lainnya :
1. Argumentasi deduktif, argumentasi induktif dan argumentasi
abduktif.
2. Argumentasi kausal.
3. Kesesatan berpikir post hoc.
4. Argumentasi ad baculum.
5. Argumentasi pernyataan kompleks (complex question).
BAB 3
PENERAPAN LOGIKA HUKUM DALAM PRAKTIK

A. KONSEP DAN TERM DALAM LOGIKA


Konsep dari Bahasa latin “conceptus” artinya cerapan, pengertian dan tangkapan.
Dan arti konsep atau idea dalam logika berarti hasil tangkapan akal manusia
terhadap sesuatu objek.
Sementara term adalah pernyataan lahiriah dari pengertian, biasanya suatu term
dalam penggunaanya mempunyai satu pengertian tapi ada kalanya term punya
lebih dari satu pengertian karena berbagai faktor.
Salah satu faktor yang membuat term dalam penggunaanya memiliki lebih dari
satu pengertian karna beragamnya suku kata khususnya Bahasa Indonesia, dengan
demikian maka hal tersebut menimbulkan istilah univox, ekuivox dan analog
1. Univox: apabila term tersebut terdiri dari satu kata dan penggunaanya
memiliki satu pengertian, contoh: sungai, laut
2. Ekuivox: apabila term tersebut terdiri terdiri dari satu kata akan tetapi
penggunaanya memiliki pengertian lebih dari satu, contoh: kali, yang dapat
berarti sungai atau kelipatan
3. Analog: apabila term tersebut dari satu kata tapi karena kedudukannya maka
penggunaan kata tersebut diperluas, hingga mempunyai banyak arti berbeda
dengan pengertian awal yang telah diakui dahulu , contoh: segar yang bisa
berarti buah segar, segar bugar.
Apabila kata-kata tersebut dirangkai sedemikian rupa menjadi rangkaian kata-kata
dan punya makna maka hal itu disebut kalimat, dalam logika kalimat dinamakan
preposisi, preposisi digunakan saat melakukan penalaran,
Selain itu Term dibedakan menjadi 5 jenis yaitu:
1. Term konkrit: term yang mengacu pada suatu benda konkrit semisal kursi,
meja, kuda
2. Term abstrak: term yang mengacu pada kualitas, sifat semisa kemanusiaan,
keindahan
3. Term tunggal: term yang mengacu pada suatu benda atau perorangan
semisal kepala SMP negeri 8 jakarta yang keduaTNI
4. Term kolektif: term yang mengacu pada suatu himpunan atau kelompok
semisal
TNI, Pramuka Indonesia
5. Term umum: term yang mengacu pada suatu himpunan tanpa pembatasan
kuantitas atau kualitas semisal manusia, binatang

A. PROPOSISI
Proposisi merupakan kalimat, proposisi adalah rangkaian kata-kata yang memiliki
makna atau arti selain itu adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang
memiliki arti penuh dan utuh.
Proposisi logika terdiri dari 3 bagian utama yaitu subyek, predikat, dan kopula
(kata yang menghubungkan antara subjek dan predikat)
Didalam logika proposisi dapat berupa kalimat sederhana terdiri atas
subjek+predikat+objek atau
Subjek+predikat+objek+keterangan selain itu ada proposisi banyak kalimat
biasanya berupa: pengetahuan, pendapat seseorang.
Proposisi dalam logika dapat dilihat dalam 4 segi:
1. Segi Materi:
 Analitik: suatu keputusan yang predikatnya adalah keharusan bagi
subjeknya, Contohnya “saya adalah manusia”
 Sintetik, suatu keputusan yang predikatnya bukan keharusan bagi subjeknya,
Contohnya “Ali adalah penguasaha”
2. Segi Kuantitas:
 Universal: suatu keputusan yang meliputi seluruh lingkungan subjek,
Contohnya “semua mahluk hidup bernafas”
 Partikular: suatu keputusan yang meliputi hanya Sebagian dari lingkungan
subjeknya, Contohnya “beberapa mahasiswa adalah karyawan”
 Singular: suatu keputusan yang meliputi subjeknya hanya satu orang atau
benda, Contohnya “merah putih adalah warna bendera indonesia”
3. Segi Kualitas:
 Afirmatif: suatu keputusan yang bersifat menetapkan dan bukan
mengingkari atau mengarfimasi atau mengiyakan adanya hubungan antara
subjek dan predikat, dalam hal ini diakui pula subjek menjadi bagian
predikat, Contohnya “Aristoteles adalah ahli logika”
 Negatif: suatu keputusan yang besifat mengingkari atau menegasi adanya
hubungan antara subjek dan predikat, Contohnya “Piring bukanlah gelas”
4. Segi Relasi:
 Kategoris: suatu keputusan yang terdiri atas hubungan dua kata sebagai
subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah, predikat
menerangkan subjek tanpa syarat, Contohnya “semua mahasiswa disiplin”
 Hipotesis/Hipotetikal: suatu keputusan yang membutuhkan ikatan
persyaratan antara subjek dan predikat, atau suatu pernyataan adalah akibat
dari pernyataan lainnya, Contohnya “Apabila tidak hujan, Adi akan
berwisata ke pantai”
 Disjungtif: suatu keputusan yang adalah alternatif antara subjek dan predikat
atau pernyataan yang menegaskan bahwa pada waktu bersamaan dua buah
proposisi tidak dapat kedua-duanya benar atau kedua-duanya salah, selalu
memakai kata “atau”, Contohnya “Sinta atau Ani mahasiswi terbaik”
B. PENALARAN HUKUM
Penalaran adalah jalan pikiran atau proses berpikir yang menghubungkan fakta
atau bukti hingga mencapai kesimpulan logis, menjalankan pikiran diiringi
penilaian kritis terhadap fakta atau bukti dan keberadaan suatu fakta atau bukti
dapat berupa benda atau kejadian yang benar adanya,
Fakta-fakta, bukti-bukti, pendapat-pendapat melalui penalaran diikhtisarkan dan
dirangkum dalam implikasi, implikasi adalah usaha penyederhanaan kolektif
namun dapat mengembangkan daya kritis
Dan tidak kehilangan nilai penalaran, lalu akan diterima suatu inferensi
(kesimpulan) sebagai pencapaian suatu penalaran.
Penalaran berdasar logika hukum yang disandarkan pada prinsip hukum sangat
berguna untuk memberi refleksi kritis terhdap wacana ilmiah yang ditampilkan
untuk memperkaya bidang teori hukum, bentuk penalaran hukum mengikuti
prinsip logika yang disebut silogisme yakni penalaran yang dilakukan secara
langsung dan sempurna
Penalaran hukum dalam silogisme mengandung 3 unsur:
1. Premis mayor yang adalah pernyataan hukum
2. Premis minor yang adalah fakta hukum
3. Kesimpulan sebagai penerapan premis mayor kepada premis minor
Aturan hukum yang dipandang sebagai premis mayor selalu memerlukan
kualifikasi atau interpretasi dalam konteks kenyataan factual yang konkrit, selain
itu dinamika kehidupan selalu memunculkan situasi baru yang belum memiliki
aturan yang dapat diterapaka, karena itu aturan hukum mengalami pembentukan
dan pembentukan ulang.
Proses dalam akal budi berupa kegiatan menghubungkan satu pikiran dengan
pikiran atau pikiran lain untuk menariks sebuah kesimpulan disebut dengan
penalaran dan penalaran adalah salah satu proses pemikiran untuk sampai pada
suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah
diketahui.
Contoh penalaran;
- Semua akan mati
Socrates adalah manusia
Jadi, Socrates akan mati
Penalaran adalah suatu proses penarikan kesimpulan dari satu atau lebih proposisi
dan terdiri atas penalaran langsung dan tidak langsung
1. Penalaran langsung adalah penalaran yang didasarkan pada sebuah
proposisi, lalu disusul proposisi lain sebagai kesimpulan dengan memakai
term yang sama, ada dua penalaran langsung yakni penalaran oposisi dan
eduksi
2. Penalaran tidak langsung adalah penalaran didasarkan atas dua proposisi
atau lebih kemudian disimpulkan, penalaran tidak langsung dibagi atas
penalaran induksi dan deduksi
Kedua penalaran diatas dipakai untuk mengolah proposisi katagoris, proposisi
kategoris adalah suatu pernyataan yang terdiri atas hubungan dua term sebagai
subjek dan predikat serta dapat dinilai benar atau salah.
Dalam proposisi katageris predikat (P) menerangkan subjek (S) tanpa syarat.
Dalam proposisi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu kategoris kuantitas dan
kualitas
1.Kategoris kuantitas berisikan dua hal yaitu:
- Universal (P menerangkan semua S, misal: semua anak SD itu rajin)
- Partikular (P menerangkan Sebagian S, misal: Sebagian anak SD itu miskin)
2.Kategoris kualitas terdiri dari dua macam:
- Positif (P dipersatukan dengan S melalui kata penghubung yang bersifat
mengakui, misal: kambing adalah binatang)
- Negatif(P dan S dihubungkan dengan kata hubung yang bersifat
mengingkari, misal: pacar Adi bukan Sinta)
Dalam proposisi katagoris, jenis proposisi katageris kuantitas dan kualitas
kemudian digabungkan, hasil penggabungan kedua jenis proposisi kategoris ini
menghasilkan empat proposisi kategoris yaitu:
1. Proposisi universal afirmatif: proposisi yang kuantitasnya universal dan
kualitasnya afirmatif,
Proposisi ini dilambangkan dengan proposisi “A”, Contohnya: semua
mahasiswa mengikuti ujian
2. Proposisi universal negative: proposisi yang kuantitasnya universal dan
kualitasnya negative, proposisi ini dilambangkan “E”, Contohnya: semua
karyawan tidak masuk kerja
3. Proposisi partikular afirmatif: proposisi yang kuantitasnya partikular dan
kuantitasnya afirmatif, proposisi ini dilambangkan “I”, Contohnya: Sebagian
sarjana hukum adalah politikus
4. Proposisi partikular negatif: proposisi yang kuantitasnya particular dan
kuantitasnya negatif, proposisi dilambangkan dengan proposisi “O”,
Contohnya: Sebagian gadis bali tidak bisa menari
Penalaran dibedakan menjadi 2:
1. penyimpanan langsung adalah suatu bentuk penarikan kesimpulan berupa
hubungan dua pernyataan atas dasar pengolahan term-term yang sama,
penalaran dibagi lagi menjadi penalaran oposisi dan penalaran eduksi.
 Penalaran oposisi/perlawanan
Penalaran oposisi: sebuah kegiatan menyimpulkan secara langsung
dengan membandingkan antara proposisi yang satu dengan proposisi
yang lain dalam term yang sama, tetapi bisa berbeda kuantitas ataupun
kualitasnya untuk menentukan kesahihan sebuah proposisi
o Penalaran oposisi ada 4 macam:
 Perlawanan kontradiksi
Pertentangan antara dua pernyataan atas dasar term yang
sama tapi berbeda dalam kuantitas dan kualitasnya,
Hukumnya:
- Jika yang satu benar, maka yang lain tentu salah
- Jika yang satu salah yang lain tentu benar
- Tidak ada kemungkinan ketiga
 Perlawanan kontraris
Pertentangan antara dua pernyataan universal atas dasar
term yang sama, tapi berbeda dalam kualitasnya,
Hukumnya:
- Jika yang satu benar, yang lain tentu salah
- Jika yang satu salah, yang lain dapat benar tapi dapat juga
salah
- Keduanya sama-sama salah

 Perlawanan subkontraris
Pertentangan antara dua pernyataan partikular atas dasar
term yang sama, tapi berbeda dalam kualitasnya,
Hukumnya:
- Tidak mungkin kedua-keduanya salah
- Bisa pula kedua-duanya benar
 Perlawanan subalternasi
Pertentangan antara dua pernyataan atas dasar term yang
sama dan berkualitas sama, tapi berbeda dalam
kuantitasnya, Hukumnya:
- Jika A benar, maka I pun benar
- Jika I benar, belum tentu A benar
- Jika E benar, maka O pun benar
- Jika O benar, belum tentu E benar

 Penalaran eduksi
Penalaran eduksi:penalaran langsung dari suatu proposisi ke proposisi
lain dengan pengolahan term yang sama. Pengolahan itu bentuknya
dibagi tiga yakni bisa bisa menukar kedudukan, mengingkari dan bisa
menukar dan mengingkari term dalam proposisi. Berdasarkan bentuk
tersebut eduksi dapat dibagi menjadi tiga yaitu konversi, inversi dan
kontraposisi.
o Penalaran eduksi ada 3 macam:
 Konversi
Konversi adalah jenis penyimpulan langsung dengan cara
menukar kedudukan subjek dan predikat tanpa mengubah
makna, proposisi sebagai premis diesebut converted
sedangkan proposisi sebagai kesimpulan disebut konvers.
 Inversi
Inversi adalah penyimpulan langsung dengan cara
menegasikan subjek dan predikat pada proposisi. Proposisi
semula sebagai premis disebut inverted, sedangkan
proposisi sebagai kesimpulan diesebut invers
 Kontraposisi
Kontraposisi adalah jenis penyimpulan langsung dengan
cara menukar kedudukan subjek dan predikat serta
menegasikannya, proposisi semula sebagai premis tetap
disebut premis, sedangkan proposisi sebagai kesimpulan
disebut kontrapositif

Dalam penalaran eduksi proposisi kategoris harus dianalisi luas term


antara subjek dan predikat, ada tujuh proposisi kategoris:
 Proposisi universal afirmatif ekuivalen
Pernyataan umum mengiyakan yang antara subjek dan
predikat merupakan suatu persamaan, yakni semua anggota
subjek adalah anggota predikat dan semua anggota predikat
adalah anggota subjek
 Proposisi universal afirmatiif implikasi
Pernyataan umum mengiyakan yang semua subjek
merupakan bagian dari predikat yakni semua anggota
subjek menjadi himpuanan bagian dari predikat
 Proposisi universal negatif ekslusif
Pernyataan umum mengingkari yang berarti antara subjek
dengan predikat tidak ada hubungan, jadi semua anggota
subjek tidak ada satupun yang menjadi anggota predikat,
demikian sebaliknya.
 Proposisi partikular afirmatif inklusif
Pernyataan khusus mengiyakan yang Sebagian subjek
merupakan bagian dari predikat yakni ada anggota subjek
yang menjadi bagian predikat dan ada anggota predikat
yang menjadi bagian subjek
 Proposisi partikular afirmatif implikasi
pernyataan khusus mengiyakan yang Sebagian subjek
merupakan suatu predikat dan semua anggota predikat
menjadi anggota subjek
 xProposisi partikular negative inklusif
Pernyataan khusus mengingkari yang Sebagian subbjek
tidak merupakan bagian dari predikat, yakni ada Sebagian
subjek yang tidak termasuk predikat san ada Sebagian
predikat yang tidak termasuk subjek
 Proposisi partikular negative implikasi
Pernyataan khusus mengingkari yang Sebagian dari subjek
tidak merupakan suatu predikat yakni ada Sebagian subjek
yang bukan anggota predikat demikian sebaliknya

2. Penyimpanan tidak langsung adalah suatu bentuk penarikan kesimpulan atas


dasar perbandingan dua proposisi atau lebih yang didalamnya terdapat
adanya term sebagai pembanding sehingga mewujudkan proposisi lain
sebagai kesimpulannya dan penalaran tidak langsung dibagi atas penalaran
induksi dan penalaran deduksi dan penyimpanan kausal
 Penalaran Induksi
Penalaran induksi: suatu bentuk penalaran yang menyimpulakn suatu
proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus.
o Ciri-ciri dari induksi:
 Premis-premis dari induksi adalah proposisi empiris yang
langsung Kembali kepada suatu observasi indra atau
proposal dasar, proposi dasar menunjuk pada fakta.
 Kesimpulannya penalaran induksi itu lebih luas daripada
apa yang dinyatakan didalam premis-premisnya.
 Kesimpulan induksi itu memiliki kredibilitas rasional,
kredibilitas rasional disebut probabilitas, probabilitas
didukung pengalaman,

 Penalaran deduksi
Penalaran deduksi: suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan hal
yang khusus dari sejumlah proposisi umum
o Contoh:
 Semua logam dipanasi akan memuai
Seng termasuk logam
Jadi seng dipanasi pasti akan memuai
Sifat kesimpulan dengan penalaran deduksi bukan probabilitas tinggi
atau rendah, melainkan langsung benar atau salah, dalam contoh seng
dipanasi pasti memuai adalah keharusan dari premis semua logam
dipanasi memuai dan seng termasuk logam

 Penyimpulan kausal
Penyimpulan kausal: banyak dipakai dalam perenungan filsafat atau
penelitian ilmiah dan penyimpunan kausal termasuk hal terpokok,
karna untuk menentukan sesuatu yang terjadi disebabkan oleh apa,
dengan penentuan sebab ini pula hukum ilmiah sebagai hasil akhir
penalaran induksi mudah tersusun serta penyimpulan kausal telah
dirumuskan dalam bentuk suatu metode yang khusus untuk menarik
kesimpulan dengan hubungan sebab-akibat
o Contoh:
 Di daerah A pada umumnya orang tua kurang perhatian
pada anak, dan masyarakatnya kurang memerhatikan
kegiatan anak muda kea rah positif, serta kurang sekali
adanya Pendidikan moral agama hingga kenakalan remaja
makin meningkat.

C. KESESATAN(Fallacy)
Kesesatan (fallacy) atau sesat pikir adalah suatu kesalahan didalam melakukan
penalaran dan kesalahan dalam penarikan suatu kesimpulan, bisa juga sesat pikir
ialah proses penalaran atau argumentasi yang sebenarnya tidak logis. Sesat pikir
pun bisa berarti kekeliruan penalaran disebabkan pengambilan kesimpulan yang
tidak sahih dengan melanggar ketentuan logika atau susunan dan penggunaan
Bahasa serta penekanan kata secara sengaja atau tidak, telah menyebabkan asosiasi
gagasan tidak tepat.

Kesalahan dalam berpikir bisa disebabkan oleh:


 Unsur subjektif: yaitu si penalar
 Unsur Objektif: yaitu data atau premis yang tersedia
Selain itu logika membagi kesesatan kedalam beberapa kelompok:
 Kesesatan karena Bahasa
o Menurut Soekadijo ada 4 hal:
 Kesesatan karena aksen atau tekanan pengucupan dan
perubahan tekanan dapat membawa pengertian yang
berbeda, semisal “apel” bila tekanan pada huruf “a” atinya
adala buah apel, tetapi bila terletak pada “pel” berarti apel
bendera
 Kesesatan karena memakai term ekuivok yang artinya
adalah term yang memiliki makna ganda atau lebih dari
satu arti
 Kesesatan karena kiasan atau bisa disebut term metafora
yang artinya kata atau sekelompok kata yang dipakai bukan
dalam arti sebenaranya dan arti kiasan
 Kesesatan karena amfiboli, amfiboli terjadi bila sebuah
kalimat disusun sedemikian rupa hingga arti kalimat itu
dapat ditafsirkan berbeda-beda
 Kesesatan formal atau sesat pikir formalitas
o Terbagi menjadi 2:
 Kesesatan formal adalah suatu kesasatan terjadi pada proses
penalaran, dimana ada penyimpangan terhadap kaidah
logika
 Kesastan relevansi adalah kesesatan akibat data yang
tersedia tidak saling berkaitan
 Kesesatan atau sesat pikir material
Sesat pikir yang terjadi bukan karena Bahasa atau bentuk penalaran
yang tidak sahih, melainkan terjadi pada materi atau isi penalaran itu
sendiri
o Jenis kesesatan material:
 Argumen terhadap orangnya: terjadi karena argumentasi
diberikan tidak tertuju pada persoalan sesungguhnya tetapi
kepada pribadi yang menjadi lawan bicara
 Argumen untuk mempermalukan: terjadi karena
argumentasi diberikan sengaja tidak terararah pada
persoalan sesungguhnya tetapi dibuat untuk membangkitkan
perasaan malu lawan bicara
 Argumen berdasarkan kewibawaan: argumen yang
dikemukakan oleh orang tidak berdasarkan penalaran
mestinya tetapi didasarkan pada kewibawaan si pembicara
dahulu
 Argument ancaman; argumen ancaman mendesak orang
untuk menerima suatu konklusi tertentu dengan alasan bila
menolak akan membawa akibat tidak diinginkan
 Argumen belas kasihan: sengaja terarah untuk
membangkitkan rasa belas kasihan lawan bicara dengan
tujuan agar memperoleh pengampunan
 Argument demi rakyat: dibuat untuk menghasut massa
dengan latar belakang suatu usul demi kepentingan rakyat

Anda mungkin juga menyukai