“Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Filsafat Hukum”
Disusun oleh:
Istiadi Sugiarto
22109209
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
KENDARI
2022
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
Pemikiran hukum ini berkembang dalam bentuk berbagai mahzab
yang mempunyai ciri dan saling berdialektika dalam memecahkan problem
hukum yang dihadapi pada waktu dan tempat yang berbeda, dalam uraian
selanjutnya akan diuraikan berbagai mahzab atau aliran yang berkembang
dalam filsafat hukum.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas Penulis akan mengangkat dua rumusan masalah
yang akan dibahas yaitu:
1. Apa yang di maksud dengan Filsafat Hukum?
2. Apa saja Mahzab atau Aliran-Aliran dalam Pemikiran Filsafat Hukum?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam membuat makalah ini
yaitu untuk :
1. Mengetahui pengertian dari filsafat hukum;
2. Mengetahui macam-macam mahzab atau aliran-aliran hukum dalam
filsafat hukum.
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
1
Suparman Usman, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Serang, SUHUDSentrautama, hlm. 47
2
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Baraktullah, Filsafat, Teori dan Ilmu Hukum Pemikiran Menuju
Masyarakat yang Berkeadilan dan Bermartabat, Jakarta, Rajawali Pres, 2014, hlm.9
5
hukum menjadi tidak relevan dalam pengkajian filsafat hukum. Penarikan
kesimpulan seperti ini sebetulnya tidak begitu tepat. Filsafat hukum sebagai
suatu filsafat yang khusus mempelajari hukum hanyalah suatu pembatasan
akademik dan intelektual saja dalam usaha studi dan bukan menunjukan
hakikat dan filsafat hukum itu sendiri.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat hukum adalah cabang
filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika, yang mempelajari hakikat
hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum adalah ilmu yang mempelajari
hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat hukum adalah hukum, dan objek
tersebut dikaji secara mendalam sampai kepada inti atau dasarnya, yang
disebut hakikat.3
Hakikat hukum dapat dijelaskan dengan cara memberikan suatu
definisi tentang hukum. Sampai saat ini menurut Apeldom, sebagaimana
dikutip dari Imanuel khant, para ahli hukum masih mencari tentang apa
definisi hukum. Definisi (batasan) tentang hukum yang dikemukakan para ahli
hukum sangat beragam, tergantung dari sudut mana mereka melihatnya.4
Jadi pengertian dan pokok bahasan filsafat hukum adalah filsafat tentang
hukum. Yaitu kajian yang mendalam, dan sungguh-sungguh secara sitematis
dan metodis tentang hakikat hukum sampai kedasar atau akarnya. Masalah-
masalah dasar yang menjadi perhatian para filosof masa dahulu terbatas pada
masalah tujuan hukum (terutama masalah keadilan), hubungan hukum alam
dan hukum positif, hubungan Negara dan hukum.
Dengan demikian yang membedakan filsafat hukum dengan filsafat
lain, terletak dalam objeknya, filsafat hukum hanya mengkaji masalah-
masalah hukum. Filsafat hukum ialah filsafat yang mengkhususkan objek
kajiannya tentang hukum. Filsafat hukum merupakan bagian dari filsafat.
3
Ibid,hlm.10
4
Ibid,hlm.11
6
Karena yang menjadi objek filsafat hukum adalah masalah hukum,
maka persoalan filsafat hukum dapat dirinci sebagai berikut:5
1. Apakah hukum itu? Atau apakah hakikat hukum?
2. Apakah atau dari manakah asal hukum?
3. Apakah atau bagaimana tujuan hukum?
4. Apakah atau bagaimana kedudukan manusia dalam hukum?
5. Apakah norma-norma yang berlaku bagi pemelihara (pengembala)
hukum?.
5
Suparman Usman, op.cit. hlm.50
6
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum
Indonesia, Jakarta, PT Gramedia Pusaka Utama, 2008, hlm.13
7
alamiah (nomos), baik semesta alam, maupun hidup manusia. Hukum itu
berlaku universal dan bersifat abadi. Pemikiran hukum alam
dikembangakan oleh beberapa pakar yang ada pada zaman Yunani dan
Romawi.
Diantara aliran hukum alam ada aliran Stoa yang diwakili oleh Zeno
(320-250 SM), yang mempunyai ajaran sebagai berikut :
1. Alam ini diperintah oleh pikiran yang rasional.
2. Kerasionalan alam dicerminkan oleh seluruh manusia yang dengan
kekuatan penalarannya memungkinkan menciptakan suatu natural
life yang didasarkan pada reasonable living
3. Hukum alam dapat di identikan dengan moralitas tertinggi.
4. Basis hukum adalah aturan Tuhan dan keadaan manusiawi.7
5. Penalaran manusia dimaksudkan agar ia dapat membedakan yang
benar dari yang salah dan hukum didasarkan pada konsep-konsep
manusia tentang hak dan kewajiban.
7
Suparman Usman, op.cit, hlm. 105
8
Teori hukum alam (hukum kodrat melingkupi pendekatan terhadap
hukum yang melihat bahwa keberadaan hukum yang ada adalah
perwujudan atau merupakan fenomena tatanan hukum yang lebih tinggi
yang seharusnya ditaati. Dengan demikian pendekatan dari teori hukum
kodrat ada yang berpijak dari pandangan teologis dan sekuler.
8
Ibid, hlm. 106
9
gagasan yang keluar dari pendapat para ahli hukum, kemudian diberikan
sebuah label yang bernama hukum alam. Menurut pandangan Satjipto
Rahardjo, bahwa istilah hukum alam ini didatangkan dalam berbagai arti
oleh berbagai kalangan dan pada masa yang berbeda-beda pula. Dengan
demikian hakikat hukum alam merupakan hukum yang berlaku universal
dan abadi. Sebab menurut Friedmann, sejarah hukum alam adalah sejarah
umat manusia dalam usahanya untuk menemukan apa yang disebut
absolut justice (keadilan yang mutlak) disamping kegagalan manusia
dalam mencari keadilan. Pengertian hukum alam berubah-ubah sesuai
dengan perubahan pola piker masyarakat dan keadaan politik dijaman itu.9
Penulis tidak mungkin membahas secara khusus keseluruhan
pendapat para tokoh dan pakar hukum dalam makalah ini, olehnya itu
penulis akan mengelompokkan tokoh dan pakar itu menurut zamannya,
dan bagi pembaca yang ingin mendalami persoalan hukum alam ini secara
khusus, dapat mencarinya pada literatur-literatur lain yang membahasnya
secara lebih terinci:10
a. Tokoh-tokoh hukum alam Yunani, antara lain: Socrates, Plato,
Aristoteles.
b. Tokoh-tokoh hukum alam Romawi, antara lain: Cicero, Gaius.
c. Tokoh-tokoh hukum alam abad pertengahan, antara lain:
Augustine, Isidore, Thomas Aquinas, William of Occam.
d. Tokoh-tokoh hukum alam diabad keenam belas hingga
kedelapaan belas antara lain :Jhon Locke, Montesquieu,
Rousseau.
e. Tokoh-tokoh Idealisme Transendental, antara lain: Kant,
Hegel.
9
Ibid, hlm. 107
10
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, op.cit, hlm.101
10
f. Tokoh-tokoh kebangkitan kembali hukum alam, antara lain
adalah: Kholer, Stammler, Leon Duguit, Geny, Dabin, Le Fur,
Rommen, Maritain, Renard, Gustaw, Radhbuch, Del Vecchio,
Fuller, Recasens Sinches.
11
Suparman Usman, op.cit, hlm. 108
12
Darji Darmodiharjo dan Shindarta, op.cit, hlm.113
13
Ibid, hlm.114
14
Suparman Usman, loc.cit, hlm. 108
11
yang berwenang untuk itu atau lembaga pemerintahan yang tertinggi
dalam sebuah komunitas.
Aliran ini berpandangan hukum identik dengan undang-undang,
yaitu aturan yang beralaku. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-
undang. Menurut aliran ini hukum itu merupakan perintah penguasa dan
kehendak dari Negara. Sumber pemikirannya adalah logika, yaitu suatu
cara berpikir manusia yang didasarkan pada teori-teori kemungkinan
(kearah kebenaran).15
Dalam aliran hukum positif ini penulis akan memberikan definisi
dari beberapa tokoh yang menganut aliran positif ini, salah satu
diantaranya yaitu :
1. Aliran Hukum Positif Analitis: John Austin (1790-1859)
Hukum adalah perintah dari penguasa Negara. Hakikat hukum
sendiri, menurut Austin, terletak pada unsur “perintah” itu. Hukum
dipandang sebagai suatu sistem yang tetap, logis, dan tertutup.
Dalam bukunya The Province of Jurisprudence obliges a person
or person… “A law is a commandans are said to proceed from
superiors, and to bind or oblige inferiors.”
Austin pertama-tama membedakan hukum dalam dua jenis : (1)
hukum dari Tuhan untuk manusia (the divine laws), dan (2) hukum
yang dibuat oleh manusia. Mengenai hukum yang dibuat oleh
manusia ini dapat dibedakan lagi dalam: (1) hukum yang
sebenarnya, dan (2) hukum yang tidak sebenarnya. Hukum dalam
arti yang sebenarnya ini (disebut juga hukum positif) meliputi
hukum yang dibuat oleh penguasa dan hukum yang disusun oleh
manusia secara individu untuk melaksanakan hak-hak yang
diberikan kepadanya. Hukum yang tidak sebenarnya adalah hukum
yang tidak sebenarnya adalah hukum yang tidak dibuat oleh
15
Ibid, hlm.109
12
penguasa, sehingga tidak memenuhi persyaratan sebagai hukum,
seperti ketentuan dari suatu organisasi olahraga. Hukum yang
sebenarnya memiliki empat unsur, yaitu: (1) perintah
(commandan), (2) sanksi (sanction), (3) kewajiban (duty), dan (4)
kedaulatan (sovereighnty).16
16
Darji Darmodiharjo, op.cit, hlm.114
17
Suparman Usman, loc.cit, hlm.109
13
3. Aliran Hukum Murni: Hans Kelsen. Inti ajaran Hans Kelsen
menurut Friedmann (1881-1973) adalah:
1. Tujuan teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan, adalah
untuk mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi
kesatuan;
2. Teori hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum yang
berlaku, bukan mengenai hukum yang seharusnya;
3. Hukum adalah ilmu pengetahuan normative, bukan alam;
4. Teori hukum sebagai teori tentang norma-norma hukum
menata, mengubah isi dengan cara yang khusus;
5. Teori hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata,
mengubah isi dengan cara yang khusus;
6. Hubungan antara teori hukum dan sistem yang khas dari
hukum positif ialah hubungan apa yang mungkin dengan
hukum yang nyata.
1. Analitical Jurisprudence;
2. Reine Rechtheer (ajaran hukum murni).18
18
Ibid, hlm.110
19
Ibid, hlm.111
14
C. Aliran Utilitarianisme
Utilitarianisme atau utilism lahir sebagai reaksi terhadap ciri-ciri
metafisis dan abstrak dari filsafat hukum dan politik pada abad ke-18.
Aliran ini adalah aliran yang meletakan kemanfaatan disini sebagai tujuan
hukum. Kemanfaatan disini diartikan sebagai kebahagian (happiness).
Jadi, baik buruk atau adil tidaknya suatu hukum, bergantung kepada
apakah hukum itu memberikan kebahagiaan kepada manusia atau tidak.
Jadi menurut penulis demikian juga dengan perundang-undangan, baik
buruknya ditentukan juga oleh ukuran tersebut. Oleh karena itu undang-
undang yang banyak memberikan kebahagiaan pada bagian terbesar
masyarakat akan dinilai sebagai undang-undang yang baik.
Jadi tujuan dalam aliran ini yaitu untuk memberikan kemanfaatan
dan kebahagian yang sebanyak-banyaknya kepada masyarakat. Adapun
tokoh-tokoh dalam aliran ini antara lain Jeremy Bantham (1748-1783),
John Stuart Mill (1806-1873) dan Rudolf von Jhering.
Menurut Bantham keberadaan Negara dan hukum semata-mata
sebagai alat untuk mencapai manfaat yang hakiki, yaitu kebahagiaan
mayoritas masyarakat.
Lebih jauh menurut Jeremy Bantham bahwa esensi hukum ini sebagai
berikut :
1. Tujuan hukum dan wujud keadilan menurut Jeremy Bantham
adalah mewujudkan the greatest happiness of the greatest number
(kebahagian yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya
nya orang).
2. Tujuan perundang-undangan menurut Jeremy Bantham adalah
untuk menghasilkan kebahagian bagi masyarakat. Untuk itu
perundang-undangan harus berusaha untuk mencapai empat tujuan
yaitu :
a. To provide subsistence (untuk memberi nafkah hidup);
15
b. To provide abundance (untuk memberikan makanan yang
berlimpah);
c. To provide security (untuk memberikan perlindungan);
d. To attain equality (untuk mencapai persamaan).
20
Ibid, hlm.112
16
menghargai dan mengagungkan masa lampau. Terdapat hubungan organis
antara hukum dengan jiwa rakyat. Hukum yang benar-benar hidup
hanyalah hukum kebiasaan. Ciri khas mereka adalah ketidak percayaan
pada pembuat undang-undang, ketidak percayaan pada kodifikasi.
Lebih lanjut Savigny mengatakan : “Di dunia ini terdapat berbagai
bangsa yang pada tiap-tiap bangsa tersebut mempunyai suatu volgeist
(jiwa rakyat). Jiwa ini berbeda-beda, baik menurut waktu maupun menurut
tempat. Pencerminan dari adanya jiwa yang berbeda ini tampak pada
kebudayaan dari bangsa tadi yang berbeda-beda. Ekspresi itu tampak pula
pada hukum yang sudah tentu berbeda pula pada setiap waktu dan tempat.
Oleh karena itu, tidak masuk akal jika terdapat hukum yang belaku
universal pada semua waktu. Hukum sangat bergantung atau bersumber
pada jiwa rakyat dan yang menjadi isi dari hukum itu ditentukan oleh
pergaulan hidup manusia dari masa ke masa (sejarah).21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. filsafat hukum adalah cabang filsafat, yaitu filsafat tingkah laku atau etika,
yang mempelajari hakikat hukum. Dengan perkataan lain, filsafat hukum
21
Ibid, hlm.113
17
adalah ilmu yang mempelajari hukum secara filosofis. Jadi objek filsafat
hukum adalah hukum, dan objek tersebut dikaji secara mendalam sampai
kepada inti atau dasarnya, yang disebut hakikat.
2. Dalam pembicaraan hakekat hukum yang menjadi kajian filsafat hukum,
dikenal beberapa aliran atau madzhab tentang hukum, antara lain: (1)
Aliran hukum alam, (2) Aliran hukum positif, (3) Aliran utilitarianisme,
(4) Aliran sejarah, (5) Aliran Sociological jurisprudence, (6) Aliran
realism hukum, (7) Aliran antropologis dan (8) Aliran hukum Islam.
B. Saran
Dalam makalah yang dibuat oleh penulis ini membahas tentang aliran-
aliran dalam filsafat hukum merupakan inti dari mata kuliah filsafat hukum
yang penulis pelajari. Dengan mengetahui pokok-pokok aliran-aliran tersebut,
sekaligus juga dapat diamati berbagai corak pemikiran tentang hukum.
Dengan demikian, sadarlah kita betapa kompleksnya hukum itu dengan
berbagai sudut padangnya.
Hukum dapat diartikan macam-macam, demikian juga tujuan hukum.
Setiap aliran berangkat dariargumentasinya sendiri. Akhir-nya, pemahaman
terhadap aliran-aliran tersebut akan membuat wawasan kita makin kaya dan
terbuka dalam memandang hukum dan masalah-masalahnya. Dan penulis
berharap semoga makalah ini berguna bagi yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Aburaera, Sukarno dan Muhadar. Filsafat Hukum Teori dan Praktik. Jakarta:
18
Darmodiharjo, Darji dan Shidarta. Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan
Pustaka Utama.2008
Prasetyo, Teguh dan Barkatullah, Abdul Halim. Filsafat, Teori, dan Ilmu
Sentrautama.2010
19