Anda di halaman 1dari 86

HUKUM

ISLAM

Wa Ode Zuliarti
Fakultas Hukum UHO
Pendahuluan
Hukum Islam dan Kurikulum Fakultas Hukum

Mengapa Hukum Islam


ada di dalam kurikulum
Fakultas Hukum?

Karena Karena Karena


Karena Alasan
Alasan Alasan Alasan Konstitusional
Sejarah Penduduk Yuridis

Karena
Alasan
Ilmiah
Karena Alasan Sejarah

• Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, di semua fakultas


hukum yang didirikan oleh Pemeritah Hindia belanda diajarkan
Hukum Islam atau yang dahulu disebut Mohammadaansch Recht.
Lalu kemudian tradisi tersebut dilanjutkan oleh Fakultas Hukum
yang didirikan setelah Indonesia merdeka.
• Kemudian penamaan Mohammadaansch Recht dirasa tidaklah
tepat, sebab jika diartikan kedalam bahasa Indonesia kemudian
menjadi Hukum Muhammad.
• Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Al Qur’an dan
Sunnah, bukanlah agama yang didasarkan pada pribadi
penyebarnya. Nabi Muhammad adalah sebagai utusan Allah
hanyalah menyampaikan ajaran Islam.
Karena Alasan Penduduk
• Menurut sensus penduduk BPS pada tahun 2010 tercatat sebanyak
207.176.162 (87.18%) penduduk Indonesia mengaku beragama
Islam. Ini berarti bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah
pemeluk agama islam
Karena Alasan Yuridis
Di Indonesia Hukum Islam Berlaku Secara

Berlaku Secara Normatif Berlaku Secara Formal Yuridis

Hukum Islam yang mempunyai Hukum Islam yang mengatur


sanksi kemasyarakatan apabila hubungan manusia dengan manusia
norma-normanya dilanggar. lain dan benda dalam bermasyarakat.
Contohnya seperti pelaksanaan Bagian hukum islam ini menjadi hukum
shalat, puasa, zakat dan haji. positif berdasarkan peraturan
Hampir semua bagian hukum Islam perundang–undangan. Contohnya
yang mengatur hubungan Manusia seperti hukum perkawinan, hukum
dengan Allah Subhananhu wa Ta’ala waris, hukum wakaf yang telah
bersifat normatif. Artinya dikompilasikan (1991) hukum zakat
pelaksanaannya tergantung pada dan sebagainya.
kadar keimanan masing-masing.
• Untuk menegakkan Hukum Islam yang menjadi bagian
dari hukum positif itu, sejak tahun 1882 didirikan
Pengadilan Agama di Jawa dan Madura.

• Dalam sistem peradilan di Indonesia kedudukan


Pengadilan Agama semakin kokoh setelah Undang-
Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama berlaku.

• Oleh karena itu, orang yang akan menjadi penegak


atau pelaksana hukum dalam masyarakat Islam
Indonesia harus mempelajari hukum islam, dan
perangkat penegak hukum tersebut.
Alasan Konstitusional
• Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa Negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
• Menurut Hazairin (Guru besar Hukum Islam UI), norma dasar
dari Pasal tersebut adalah bahwa dalam Negara Republik
Indonesia tidak boleh berlaku sesuatu yang bertentangan
dengan kaidah-kaidah Islam bagi umat Islam, kaidah-kaidah
Nasrani bagi umat Nasrani, atau yang bertentangan dengan
kaidah-kaidah agama Hindu bagi orang-orang Hindu atau
yang bertentangan dengan kaidah-kaidah Budha bagi orang-
orang Budha.
• Ini berarti bahwa hukum yang berasal dari suatu agama yang
diakui di negara ini yang dapat dijalankan sendiri oleh
masing-masing pemeluk agama bersangkutan menurut
kepercayaan agamanya masing-masing adalah dibenarkan.
Alasan Ilmiah

HUKUM ISLAM MUSLIM


SEBAGAI
BIDANG ILMU NON MUSLIM
(BARAT NON
MUSLIM)

Mereka mempelajari Hukum Islam dengan


berbagai macam tujuan
Pengertian Hukum Islam, Syariah dan Fiqh
• Pengertian Hukum Islam
Kata hukum secara etimologi berasal dari kata bahasa arab
yaitu ‫ م ك ح‬yang mendapat imbuhan ‫ ا‬dan ‫ ل‬sehingga menjadi
‫ الحكم‬artinya kebijaksaan. Maksudnya, orang yang memahami
hukum lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya
dianggap sebagai orang yang bijaksana.

Hukum Islam merupakan istilah khas di Indonesia, di negara


barat disebut sebagai Islamic Law.

Dalam Al Quran dan Sunnah istilah hukum islam atau yang


dalam bahasa arabnya Al-hukm Al-Islam tidak ditemukan.
Namun, yang digunakan adalah kata syariat Islam yang
kemudian penjabarannya disebut dengan istilah Fiqh.
Sehingga dapat dipahami bahwa Hukum
Islam adalah peraturan yang merumuskan
berdasar wahyu Allah dan Sunnah Rasul
tentang tingkah laku mukallaf (orang yang
sudah daat dibebani kewajiban/orang
yang cakap hukum) yang diakui dan
diyakini mengikat bagi semua pemeluk
agama Islam.
• Pengertian Syariah
Syariah secara etimologi (asal usul suatu
kata) adalah jalan ke tempat mata air, atau
tempat yang dilalui oleh air sungai.
Syariah secara terminologi (definisi istilah)
adalah seperangkat norma ilahi yang
mengatur hubungan manusia dengan
Allah, hubungan manusia dengan
sesamanya dalam kehidupan sosial, dan
hubungan manusia dengan makhluk
lainnnya di alam lingkungan hidupnya.
• Pengertian Fiqh
Fiqh (fikih dalam bahasa Indonesia) secara etimologi
artinya paham, pengertian dan pengetahuan.
Fiqh secara terminologi adalah hukum syara’ yang
bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil
yang terperinci.
Kalau fiqh dihubungkan dengan kata ilmu sehingga
menjadi ilmu fiqh, maka pengertiannya adalah ilmu
yang bertugas menentukan dan menguraikan norma
dasar dan ketentuan yang terdapat dalam Al Quran
dan Sunnah Nabi Muhammad yang direkam di dalam
kitab-kitab hadits.
• Dari pengertian Syariah dan Fiqh menunjukkan
bahwa antara keduanya mempunyai hubungan
yang sangat erat, keduanya dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan.
• Di dalam kepustakaan Islam yang berbahasa
Inggris, syariat islam duterjemahkan sebagai
Islamic Law sedangan fiqh islam diterjemahkan
sebagai Islamic Jurisprudence.
• Antara syariah dan fiqh terdapat perbedaan yang
apabila tidak dipahami dapat menimbulkan
kerancuan yang dapat menimbulkan sikap salah
kaprah terhadap fiqh yang dianggap sama dengan
syariah.
• Syariah mempunyai
• Syariah diturunkan • Syariah ada satu, ruang lingkup yang lebih
sedangkan fiqh • Syariah bersifat
oleh Allah luas.
beragam tetap atau tidak • Oleh banyak ahli
• Kebenarannya
• Seperti adanya berubah dimasukkan juga akidah
bersifat mutlak • Fiqh mengalami dan akhlak.
• Fiqh adalah hasil aliran-aliran hukum • Sedang fiqh ruang
yang disebut dengan perubahan seiring lingkupnya terbatas pada
pikiran Fuqaha & dengan tuntutan hukum yang mengatur
kebenarannya bersifat istilah-istilah ruang dan waktu perbuatan manusia yang
relatif. madzhab biasanya disebutkan
perbuatan hukum.
Ruang Lingkup Hukum Islam

1. Hukum Perdata dan/atau


Hukum Dagang (mu’amalat)
1. Iman 2. Hukum Perkawinan
2. Salat (munakahat)
3. Hukum Kewarisan (mawarits)
3. Zakat 4. Hukum Pidana (ukubat)
5. Hukum Acara (Mukhasamat)
4. Puasa 6. Hukum Internasional (Syiar)
5. Haji 7. Hukum Tata Negara, Hukum
Administrasi Negara dan
Hukum Pajak (al-ahkam as-
sulthaniyah)
Hukum Ibadah
Yaitu hukum yang
mengatur hubungan
manusia dengan
Tuhannya
(hablu minallah)
Hukum Kemasyarakatan,
yaitu hukum yang
mengatur hubungan
manusia dengan sesama
manusia
(hablu minannas)
Sumber Hukum Islam
Sumber Hukum
Islam adalah asal
Sumber adalah
(tempat
asal sesuatu
pengambilan) hukum
islam

Ar-ra’yu
Al Qur’an
(Penalaran)
Sunnah
Al-Qur’an
• Sumber utama hukum islam yang merupakan kumpulan
wahyu yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad.
• Ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan selama lebih kurang 23
tahun oleh malaikat Jibril Kepada Nabi Muhammad
• +/- 13 tahun di Makkah yang disebut ayat-ayat Makkiyah
• +/- 10 tahun di Madinah yang disebut ayat-ayat Madaniyah
• Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan disampaikan
kepada Nabi Muhammad ketika beliau berumur 40 tahun,
pada tanggal 17 Ramadhan.
• Ayat yang pertama turun terdapat dalam surah Al-Iqra’
(96:1-5)
• Ayat terakhir yang turun terdapat dalam surah Al-Maidah
(5:3), pada saat Nabi Muhammad berusia 63 tahun pada
tanggal 9 Dzulhijjah Tahun ke 10 hijriah.
• Al-Qur’an terbagi dalam 30 Juz, 114 Surah (bab/Chapter).
• Mengenai jumlah ayat terjadi perbedaan dikalangan ahli ilmu
qur’an. Ada ahli yang memandang 3 ayat tertentu sebagai 1 ayat,
ada pula yang memandang 2 ayat tertentu sebagai 1 ayat
dikarenakan masalah koma dan titik yang diletakkan diantara ayat-
ayat tersebut.
• Tetapi jumlah suku kata kesemua ahli menghitung dalam jumlah
yang sama yaitu 74.499 kata dan 325.345 huruf.
• Di Indonesia, mengikuti perhitungan Muhammadiyah menyebutkan
jumlah ayat 6.666, sedang Masjid Agung Al-Azhar menghitung
6.236 ayat.
• Al-Qur’an memuat kaidah hukum fundamental yang perlu dikaji
dengan teliti dan dikembangkan lebih lanjut.
• Al-Qur’an bukan teks hukum murni, karena Al-Qur’an juga berbicara
tentang berbagai aspek kehidupan.
• Hanya ketentuan tentang perkawinan dan waris yang diatur secara
rinci dalam Al-Qur’an.
• Al-Qur’an mengandung sekitar 500 perintah yang bersifat hukum,
yang dapat dikelompokkan dalam empat bagian:
Perintah-Perintah Perintah-perintah Perintah-perintah
singkat dan terperinci, yang terperinci, Prinsip-prinsip
singkat, yaitu firman pedoman pokok.
yaitu firman-firman dimana Al-Qur’an
Allah dimana Al- Allah yang disertai Prinsip-prinsip ini
memberikan
Qur’an tidak beberapa penjelasan, tidak mempunyai
perincian yang
memberikan aturan tetapi informasi definisi yang jelas dan
selanjutnya bisa
lengkap mengenai cara untuk
yang terperinci firman-firman Allah
bagaimana ditemukan dalam memberlakukannya
hadits dan sumber yang dan tidak diperlukan harus ditentukan
pelaksanaannya. lain. Seperti tentang penjelasan lebih
Seperti shalat dan melalui ijtihad pada
hubungan dengan lanjut. Misalnya setiap masa.
puasa. kaum non muslim. aturan tentang waris
Sunnah

Sunnah adalah ajaran-ajaran Nabi Muhammad yang disampaikan lewat


ucapannya, tindakannya atau persetujuannya. Ajaran-ajaran yang
merupakan sunnah ini direkam dalam suatu rekaman yang dinamakan
hadits.
Jadi Hadits adalah rekaman mengenai perkataan, perbuatan, dan
persetujuan Nabi Muhammad yang merupakan sunnahnya

Sunnah disamakan dengan


Sunnah terdiri atas tiga bagian:
praktik dan petunjuk dari Nabi
1. Sunnah Qawliyah (ucapan);
Muhammad yang disampaikan
2. Sunnah Fi’liyah (perbuatan)
oleh para perawi hadits
3. Sunnah Taqririyah (Penerimaan
shahih (otentik)
dan Partisipasi)
Berbeda dengan Al-Qur’an yang otentisitas teks-nya sudah tidak diragukan
lagi.
Hadits dalam banyak kasus tidak semua shahih (otentik).
Para ahli hadits membedakan hadits dari segi otentisitasannya menjadi tiga
kategori.
Hadits Shahih
Hadits yang diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya dan kuat hafalannya, materinya baik
dan persambungan sanadnya dapat dipertanggungjawabkan

Hadits Hasan
Hadits yang memenuhi semua unsur hadits shahih kecuali disegi hafalan pembawanya
kurang baik.

Hadits Dhaif
Hadits yang lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau karena salah seorang
pembawanya kurang baik.

Hadits Maudhu
Hadits palsu, hadits yang dibuat oleh seseorang dan dikatakan sebagai perkataan atau
perbuatan Nabi Muhammad
Fungsi Sunnah Terhadap Al-Qur’an

• Sunnah adalah sumber hukum islam yang kedua


sesudah Al-Qur’an. Kedudukan sunnah adalah
menafsirkan Al-Qur’an dan menjadi pedoman
pelaksanaan yang otentik terhadap Al-Qur’an.
• Dalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang masih
mujmal (umum) maksudnya, maka ayat-ayat seperti
ini masih memerlukan penjelasan yang diberikan oleh
Nabi muhammad melalui sunnahnya.
• Sunnah memberi perincian terhadap pernyataan Al-Qur’an yang
bersifat umum. Perintah shalat dalam Al-Qur’an “...dan dirikanlah sholat
dan keluarkan zakat..” (Al Baqarah 2:110). Sholat dalam ayat ini masih
bersifat umum, maka sunnah yang merinci secara operasional baik bacaan
maupun gerakannya.
• Sunnah memberikan batasan terhadap pernyataan Al-Qur’an. Batasan
maksimal tentang wasiat yang dinyatakan oleh Al-Qur’an “diwajibkan atas
kamu, apabila seorang diantara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika
ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib
kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang
bertakwa” (Al Baqarah 2:180)
Sunnah kemudian memberikan batasan mengenai banyaknya wasiat agar
tidak melebihi 1/3 dari harta yang ditinggalkan.
• Sunnah menguatkan hukum yang ditetapkan Al-Qur’an. Sebagaimana
firman Allah dalam Surah Al-Baqarah (2:183) “Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”.
Kewajiban berpuasa dalam ayat tersebut kemudian dikuatkan oleh sabda
Nabi Muhammad “Islam dibangun atas lima perkara: Persaksian tidak ada
tuhan selain Allah, Muhammad adalah Rasul Allah, mendirikan sholat,
mmbayar zakat, puasa pada bulan ramadhan dan Haji ke Baitullah”.
(Bukhari dan Muslim)
Pengumpulan Sunnah ke dalam Kitab-Kitab Hadits

Dimasa kehidupan Nabi Muhammad, hadits-hadits tidak


ditulis disebabkan beberapa hal:
1. Dikhawatirkan penulisan hadits akan bercampur dengan
penulisan ayat Al-Qur’an yang pada saat itu masih
dalam proses.
2. Jumlah orang arab yang bisa membaca dan menulis
pada saat itu belum banyak jumlahnya. Kalaupun ada
maka mereka dikerahkan untuk menulis Al-Qur’an.
3. Bangsa arab ketika itu pada umumnya ummi (buta
huruf), mereka sangat kuat berlatih daya ingat dan
hafalannya sehingga penulisan hadits kurang
diperhatikan.
• Penulisan hadits baru muncul pada masa Khalifah Umar bin Abdul
Azis (Khalifah Ke-8 dari dinasti Mu’awiyah) pada tahun 99-101 H
atau 717-720 M.
• Pembukuan hadits yang sistematis dimulai oleh Ishaq Ibnu
Rahawaih yang mulai memisahkan hadits shahih dan yang tidak.
• Lalu diikuti oleh Imam Bukhari. Dengan kitabnya Al-Jami’ush Shahih
memuat 9.082 hadits yang ditekuninya selama 16 tahun.
Menempati kedudukan pertama di antara kitab-kitab induk.
• Kemudian diikuti oleh murid Imam Bukhari yaitu Imam Muslim
dengan kitabnya Shahih Muslim yang memuat 7275 hadits shahih.
Shahih Muslim merupakan kitab induk kedua setelah Shahih
Bukhari.
• An-Nasai dengan kitabnya Sunan An-Nasai
• Abu Daud dengan kitabnya Sunan Abu Daud
• At-Tirmidzi dengan kitabnya Sunan At-Tirmidzi
• Ibnu Majah dengan kitabnya Sunan Ibnu Majah

KEENAM KITAB HADITS DI ATAS DIKENAL DENGAN SEBUTAN


AL-KUTUBUS-SITTAH
Ar-Ra’yu (Penalaran)
Adalah penginterpretasian ayat Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Muhammad yang bersifat umum. Ar-Ra’yu adalah sumber hukum Islam
yang ketiga. Proses penginterpretasian ini mempunyai beberapa
teknik:
Ijtihad
Mengamati fenomena persoalan masyarakat, banyak permasalahan
yang “belum” diatur oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad adalah
mengambil keputusan untuk memilih salah satu dari dua masalah,
dengan menggunkan ilmu syariah atau keahliannya, yaitu apabila kita
dihadapkan pada masalah yang harus salah satu kita memilihnya yang
tidak diketahui mana yang benar.

Contoh: disuatu tempat asing, dan kita akan melakukan shalat tanpa
tahu arah kiblat. Maka dengan berijtihad melihat arah matahari, bila
berawan maka cari cara lain misalnya dengan memperhitungkan
masjid terdekat dengan mengingat kiblatnya. Atau berijtihad mengenai
waktu sholat jika di daerah yang siangnya atau malamnya lebih
panjang.
Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para fuqaha
mujtahidin (ahli hukum) sesudah zaman
Nabi Muhammad mengenai suatu kasus
tertentu. Tidak untuk masalah-masalah
keimanan atau ibadah-ibadah pokok
melainkan untuk penerapan syariah dalam
urusan duniawi. Contohnya mengenai
Perbankan Islam tidak disebut dalam dua
sumber utama, meskipun prinsip-prinsip
pokok yang mengatur sistemnya ada.
Qiyas

Menyamakan masalah baru yang tidak terdapat ketentuan


hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan adanya
persamaan hukum. Persamaan hukum didasari adanya unsur-
unsur yang sama yang sudah ada ketetapan hukumnya. Contoh:
Larangan minum khamr yang terdapat dalam Al-Qur’an, khamr
adalah minuman yang memabukkan yang bahan bakunya dari
anggur. Pertanyaannya bagaimana dengan minuman
memabukkan lainnya yang bahan bakunya bukan dari anggur?
(dari beras ketan, enau dll). Untuk menjawab pertanyaan
tersebut maka diperhatikan hukum larangan minum khamr yang
sifatnya memabukkan dapat diqiyaskan kepada minuman
memabukkan yang dibuat selain dari anggur maka hukumnya
haram.
Maslahat Mursalah

Penetapan ketentuan hukum berdasarkan kemaslahatan yang tidak


ada ketentuan hukumnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah. MM bersifat
netral, dalam arti tidak ada larangannya dalam Al-Qur’an dan juga tidak
ada pembenarannya secara langsung, namun selaras dengan prinsip
umum yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Contohnya: melakukan pencatatan nikah. Dalam dua sumber utama


hukum Islam tidak ada perintah langsung mengenai pencatatan nikah.
Namun dengan adanya pencatatan nikah maka akan terwujud
kebaikan dan kemanfaatan yang besar dan masyarakat terhindar dari
ke mudharatan.
Asas-Asas Hukum Islam
ASAS • Dasar Kebenaran yang menjadi
Berasal dari Asasun • Basis tumpuan berpikir atau
bahasa arab • Pondasi berpendapat

Bila kata “asas” dihubungkan dengan kata


“hukum” sehingga menjadi “asas hukum”
yang berarti kebenaran yang
dipergunakan sebagai tumpuan berpikir
dan alasan dalam mengemukakan suatu
argumentasi, terutama dalam hal
penegakan dan pelaksanaan hukum.
Beberapa Asas Hukum Islam
Asas- Asas Asas
asas dalam dalam
umum hukum hukum
pidana perdata

• Asas keadilan adalah • Asas Legalitas: asas • Asas Kekeluargaan: asas


asas yang penting dan legalitas ini telah ada dalam hubungan perdata yang
mencakup semua asas hukum islam sejak Al-Qur’an disandarkan pada kasih-
dalam bidang hukum Islam. diturunkan. mengasihi, serta tolong
Di dalam Al-Qur’an ada • Asas larangan menolong dalam kebaikan.
lebih dari 1000 kata memindahkan kesalahan • Asas Kebolehan (mubah):
keadilan. Terbanyak setelah kepada orang lain: asas yang membolehkan
kata Allah dan Ilmu menyatakan bahwa setiap melakukan semua kegiatan
hubungan perdata sepanjang
Pengetahuan. perbuatan manusia (baik
tidak ada larangan.
• Asas kepastian hukum : atau buruk) akan
• Asas Kebajikan: setiap
asas yang menyatakan mendapatkan imbalan yang hubungan keperdataan
bahwa tidak ada suatu setimpal. sebaiknya mendatangkan
perbuatan yang daat • Asas praduga tak kebajikan pada kedua belah
dihukum kecuali atas bersalah: seseorang yang pihak dan masyarakat.
ketentuan yang ada. dinyatakan dituduh • Asas Kemaslahatan: segala
• Asas kemanfaatan : dalam melakukan suatu kejahatan sesuatu pekerjaan yang
melaksanakan dua asas harus dianggap tidak mendatangkan kebaikan
tersebut, sebaiknya bersalah sebelum akan bermanfaat kepada
dipertimbangkan asas diputuskan dengan tegas pribadi manusia yang
kemanfaatannya. kesalahannya oleh hakim. melakukannya.
Asas-asas Asas-asas
hukum hukum
perkawinan kewarisan

• Asas Kesukarelaan: kesukarelaan tidak


hanya berlaku bagi calon suami-istri tetapi • Ijbari: peralihan harta dari pewaris kepada
juga bagi kedua orang tua kedua belah ahli waris berlaku dengan sendirinya sesuai
pihak. dengan perolehan yang sudah ditetapkan
• Asas Persetujuan: tidak boleh ada Allah.
paksaan dalam melangsungkan • Asas Bilateral: seseorang berhak
perkawinan. menerima waris dari kedua orang tuanya.
• Asas Kebebasan Memilih Pasangan • Asas Individual: harta warisan dibagi pada
• Asas Kemitraan suami-istri: tugas dan masing-masing ahli waris secara
fungsi suami-istri berbeda sesuai perorangan sesuai dengan kadar yang
kodratnya, sehingga harus saling sudah ditetapkan.
membantu. • Asas Keadilan Berimbang: laki-laki dan
• Asas Untuk Selama-lamanya: bahwa perempuan (ahli waris) mendapat hak yang
perkawinan dilaksanakan untuk selama- sebanding dengan kewajiban yang dipikul
lamanya dengan tujuan untuk masing-masing (kelak) dalam kehidupan
menghasilkan keturunan dan membina keluarga dan masyarakat.
cinta serta kasih sayang selama hidup. • Asas kewarisan ada kalau ada yang
• Asas monogami terbuka: bahwa seorang meninggal dunia: proses pewarisan terjadi
pria muslim dibolehkan beristri lebih dari semata-mata sebagai akibat kematian
seorang, asal memenuhi beberapa seseorang (pewaris)
persyaratan. Diantaranya mampu berlaku
adil terhadap istri-istrinya.
Asas Penerapan Hukum Islam

1. Asas Tidak Memberatkan


Ajaran Islam tidak memberatkan manusia dalam
pelaksanaannya. Semua ketentuan dalam hukum
islam mempersyaratkan kemampuan bagi orang
mukallaf. Karena bagi mereka yang tidak mempunyai
kemampuan melaksanakan suatu perintah maka dia
akan terbebas dari kewajiban. Contohnya orang sakit
dibebaskan dari kewajiban berpuasa di bulan
Ramadan, orang tidak mampu terbebas dari
kewajiban zakat dan menunaikan haji.
Tujuan hukum islam adalah untuk mewujudkan kemaslahatan dalam
kehidupan manusia. Oleh karena itu masalah perintah dan larangan
harus bebas dari kesan memberatkan manusia. Sebab, salah satu
aspek dari kemaslahatan adalah mewujudkan kemudahan.
Seandainya hukum islam mengandung kesulitan-kesulitan
makahukum islam itu sendiri akan kehilangan misinya untuk
mewujudkan kemaslahatan bagi manusia.

Bahwa hukum islam merupakan pedoman hidup yang jika ditaati


perintah dan larangannya maka manusia akan terbebas dari sesuatu
yang merusak dan merugikan. Hal ini lah yang sering menyebabkan
kandungan hukum islam bertentangan dengan hawa nafsu manusia.
Hukum islam bukan mematikan hawa nafsu manusia tetapi
membimbing hawa nafsu manusia agar bekerja secara proporsiona,
dan tidak membiaran hawa nafsu bergerak tanpa kendali.
2. Asas Tidak Memperbanyak Beban
Ibadah yang diperintahkan Allah tidak pernah melebihi
kemampuan manusia itu sendiri.
Seseorang tidak dibenarkan melakukan suatu ibadah
yang direkayasa sendiri tanpa ada perintah Allah.

3. Asas Tadruj
Tadruj (bertahap), bahwa penerapan hukum islam
berlaku secara bertahap, tidak secara drastis. Al-
Qur’an sebagai sumber hukum islam yang pertama dan
utama turun secara bertahap.
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr
dan judi, katakan bahwa di dalamnya
terdapat dosa besar dan manfaat bagi
manusia, dan dosanya lebih besar dari
manfaatnya” (2:219)
“ hai orang-orag yang beriman, janganlah
kamu mendekati sholat sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sampai kamu
menyadari apa yang kamu katakan” (4:43)
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr,
judi, penyembahan berhala dan mengundi nasib
dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk
perbuatan setan, maka tinggalkanlah agar kamu dapat
keberuntungan” (5:90)
Al Ahkam Al Khamsah
Ahkam/
Hukum
Hukm

Hukum Taklifi

Khamsah Lima

Ketentuan hukum yang menuntut para mukallaf yaitu


orang yang dipandang oleh hukum cakap melakukan
perbuatan hukum baik dalam bentuk hak, kewajiban,
maupun dalam bentuk larangan.

Jaiz atau
Wajib sunnah makruh haram
mubah
Jaiz atau Mubah

Sesuatu perbuatan yang dibolehkan untuk memilih oleh Allah dan


rasul-Nya kepada manusia mukallaf (aqil-baligh) untuk mengerjakan
atau meninggalkan.

Contoh: seorang laki-laki boleh menikahi dua orang, tiga orang dan
empat orang perempuan sebagai istrinya selama ia mampu berlaku
adil.

Kata boleh menunjukkan dua pilihan, yaitu dapat melakukan


pernikahan lebih dari satu orang karena adanya kemampuan untuk
berbuat adil, dan dapat juga hanya menikahi seorang perempuan
karena terbatas kemampuan berbuat adil
Sunnah
• Sesuatu perbuatan yang dianjurkan oleh Allah atau Rasul-Nya
kepada manusia mukallaf (aqil-baligh).
• Namun bentuk anjuran itu diimbangi dengan pahala bagi yang
mengerjakannya dan tiak dapat dosa bagi yang tidak
mengerjakannya.
• Sunnah terbagi tiga

Sunnah Muakkadah Sunnah Zaidah

Ketentuan hukum islam Sunnah Fadhilah


Ketentuan hukum islam
yang tidak mengikat, yang tidak mengikat,
tetapi penting karena Ketentuan hukum yang
dan tidak sepenting mengikuti tradisi
Rasulullah senantiasa
sunnah muakkadah. Rasulullah dari segi
melakukannya & hampir
tidak pernah
Rasulullah biasa kebiasaan-kebiasaan
melakukannya dan budayanya. Contoh: cara
meninggalkannya makan, cara minum, tidur
Contoh: azan sebelum terkadang juga tidak
dsb.
sholat, sholat jamaa’ah melakukannya. Contoh:
untuk sholat fardhu. puasa senin dan kamis.
Makruh

• Suatu perbuatan yang dilarang oleh Allah atau Rasul-Nya


kepada Mukallaf (Aqil-Baligh). Nemun bentuk larangan
tersebut tidak sampai kepada tingkatan haram.
• Contoh: ketika berpuasa di bulan ramadhan memperlambat
berbuka puasa.
Haram

• Suatu tuntutan hukum islam kepada orang-orang mukallaf untuk


meninggalkannya dengan tuntutan yang mengikat.
• Bagi yang mentaatinya mendapat imbalan pahala
• Bagi yang melanggarnya mendapat dosa
• Tuntutan tersebut biasanya dinyatakan dalam kalimat larangan
• Contoh: berzina, mencuri, minum minuman yang memabukkan dll.
Wajib

• Sesuatu yang diperintahkan oleh Allah kepada manusia mukallaf


untuk mengerjakannya.
• Contoh: melaksanakan sholat 5 waktu sehari semalam
SEJARAH
PERTUMBUHAN
DAN PERKEMBANGAN
HUKUM ISLAM
Masa Nabi Muhammad
(610-632 M)
Cara Penetapan Hukum
• Masa ini merupakan masa awal pertumbuhan hukum islam. Masa
Nabi Muhammad adalah sebagai periode awal pertumbuhan dan
pembinaan hukum islam.
• Maksud utama risalah Nabi Muhammad adalah dakwah (bukan
paksaan) dan kesejahteraan manusia.
• Yang pertama dan paling utama dari ajaran Nabi Muhammad adalah
pesan-pesan keagamaan yang diletakkan sebagai dasar patokan
tingkah laku sesuai yang dikehendaki Islam.
• Sesudah hal tersebut mapan, Nabi Muhammad mulai bertindak
sebagai legislator.
• Oleh karena itu penetapan hukum islam tidak terlepas dari corak
dakwah.
• Untuk suatu ketetapan hukum, Al-Qur’an memperhatikan kondisi
dan situasi masyarakat sehingga ketetapan tersebut tidak
mengejutkan dan membuat kaget, melainkan dilakukan secara
bertahap
1. Proses Penetapan Hukum
Proses penetapan hukum di dalam Al-Qur’an dilakukan secara
bertahap sebagai berikut:
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr
dan judi, katakan bahwa di dalamnya
terdapat dosa besar dan manfaat bagi
manusia, dan dosanya lebih besar dari
manfaatnya” (2:219)
“ hai orang-orag yang beriman, janganlah
kamu mendekati sholat sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sampai kamu
menyadari apa yang kamu katakan” (4:43)
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr,
judi, penyembahan berhala dan mengundi nasib
dengan panah adalah perbuatan keji, termasuk
perbuatan setan, maka tinggalkanlah agar kamu dapat
keberuntungan” (5:90)
2. Koreksi terhadap hukum jahiliyah
Hukum islam tidak langsung menghapus hukum yang pernah
berlaku di masa jahiliyah, kalau dianalisis maka akan
ditemukan bahwa hukum islam menyemprunakan keputusan
hukum yang selama itu sudah baik sehingga hukum islam
tampak lebih membawa keadilan.
contoh:
dalam hukum perkawinan, Al-Qur’an memerintahkan suami
agar memberi mahar kepada perempuan yang akan menjadi
istrinya. Hal tersebut sudah berlaku di zaman jahiliyah, tetapi
pada saat itu pernikahan dijadikan transaksi jual beli, yaitu
pihak laki-laki sebagai pembeli dan pihak perempuan sebagai
penjual, dan mahar dianggap harus dibayar oleh calon suami
sebagai pembeli dan ayah calon istri menerima mahar.
Kemudian Al-Qur’an mengubah kedudukan istri dari sebagai
barang dagangan menjadi pihak yang ikut terlibat dalam akad
nikah.
Demikian pula dalam hal perceraian, di zaman jahiliyyah seorang
istri yang telah di cerai suaminya tidak mempunyai masa iddah,
hal tersebut disempurnakan oleh Al-Qur’an sehingga bila
diceraikan oleh suaminya seorang istri mempunyai masa iddah.

Poligami merupakan suatu sistem perkawinan yang lumrah di


zaman jahiliyah dengan jumlah istri yang tidak dibatasi dan
seorang laki-laki boleh memperistri dua orang perempuan yang
bersaudara dalam waktu bersamaan, hukum tersebut kemudian
dibatasi oleh Al-Qur’an, yaitu poligami hanya terbatas sampai
empat orang saja dan seorang laki-laki tidak dibenarkan
memperistrikan dua orang perempuan bersaudara dalam waktu
bersamaan.
3. Nasakh
adalah perubahan atau penghapusan hukum yang tadinya
berlaku dalam masyarakat.
contoh:
Al-Qur’an menetapkan bahwa wanita yang ditinggal mati oleh
suaminya ber-iddah setahun selama itu ia tinggal di rumah
suami dan berhak atas nafkah.

kemudian datang ketentuan baru bahwa masa iddah mereka 4


bulan sepuluh hari. Berdasarkan firman Allah dalam surat Al-
Baqarah (2:234)
Sebab-Sebab Timbulnya Keputusan Hukum

Hukum islam ditetapkan oleh Nabi Muhammad berdasarkan suatu


peristiwa tertentu atau pertanyaan para sahabat (asbabun nuzul).
Contoh:

Kewajiban seseorang untuk menyerahkan harta warisan kepada


anak yatim.
ada seseorang dari suku Ghatfan memegang harta yang banyak
milik keponakannya yang ditinggal mati oleh ayahnya. Setelah
besar anak tersebut meminta harta ayahnya, tetapi ditolak oleh
pamannya. Persoalan tersebut sampai kepada Nabi Muhammad,
kemudian turunlah ayat AL-Qur’an Surat An-Nisa (4:2)
Derajat wanita menurut adat jahiliyah, wanita yang ditinggal mati oleh
suaminya tidak mempunyai hak warisn, bahkan dirinya dijadikan harta
warisan oleh kaum pria yang mempunyai hubungan darah dengan
suaminya yang meninggal.
Ketika Abu Qais meninggal, ia meniggalkan salah seorang istri bernama
Kubaisyah. Kemudian datanglah salah seorang anak laki-laki Abu Qais dari
istri lain melingkarkan kain pada tubuh Kubaisyah (ibu tirinya), hal tersebut
dimaksud bahwa ibu tiri menjadi harta warisan bagi anak tiri laki-laki.
Ternyata Kubaisyah dibiarkan begitu saja, tidak diberi nafkah. Bahkan
untuk memerdekakan dirinya dia butuh sejumlah uang yang tidak ia miliki
karena tidak pernah dinafkahi oleh anak tirinya.
Kubaisyah menuturkan kejadian tersebut kepada nabi muhammad lalu
nabi Muhammad bersabda “bersabarlah sampai datang perinta Allah”. Lalu
kemudian turunlah ayat Al-Qur’an Surah An-Nisa (4:19)
Ijtihad Rasul

Kaum muslimin wajib mengikuti petunjuk Nabi Muhammad. Asas


hukum yang dijadikan pegangan adalah firman Allah dalam Al-
Qur’an Surah Al-Hasyr (59:7)

“......apa saja yang dibawa oleh Rasulullah hendaknya kamu ambil


dan apa saja yang dilarang olehnya hendaknya kamu
tinggalkan......”
Sehingga dapat dipahami bahwa di masa
nabi muhammad segala persoalan
diselesaikan oleh Nabi Muhammad sendiri
sehingga dapat dikatakan bahwa di masa itu
menjadi satu-satunya sumber hukum.
Secara langsung, pembuat hukum adalah
Nabi Muhammad, tetapi secara tidak
langsung hukum tersebut bersumber dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Masa Khulafaur Rasyidin
(632-662 M)

• Dengan wafatnya Nabi Muhammad, berhentilah wahyu yang diterima selama


kurang lebih 23 tahun, demikian juga halnya dengan sunnah, berakhir pula
dengan meninggalnya Nabi Muhammad.
• Kedudukan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah tidak mungkin diganti,
tetapi tugas beliau sebagai pemimpin masyarakat islam dan kepala negara
harus dilanjutkan oleh orang lain.
• Pengganti Nabi Muhammad sebagai pemimpin umat islam dan kepala
negara disebut khalifah
• Pejabat kekhalifahan yang disebut khulafaur rasyidin ini silih berganti selama
empat periode, yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman
bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
• Periode kekuasaan pemerintahan nabi muhammad hanya meliputi
semenanjung arabia.
• Periode Khulafaur Rasyidin meliputi wilayah arab dan non arab, sehingga
masalah yang muncul semakin kompleks sementara ketetapan hukum yang
rinci dalam Al-Qur’an dan Hadits terbatas jumlahnya
• Untuk menjawab persoalan hukum yang baru muncul
itu, para sahabat terlebih dahulu berpedoman kepada
Al-Qur’an dan Hadits, namun jika para sahabat tidak
menemukan ketentuan yang spesifik, maka disitulah
para sahabat menggunakan akal pikiran (ar-ra’yu)
berdasarkan dua sumber utama hukum islam.

Contoh:

Penentuan mengenai siapa yang menjadi


khalifah pertama pasca wafatnya Rasulullah
SAW tidak diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Permasalahan ini diselesaikan berdasarkan
qiyas atas posisi Abu Bakr As Siddiq sebagai
pengganti Rasulullah SAW menjadi imam
shalat ketika beliau tidak dapat menjadi imam
karena sakit.
Masa Pembinaan, Pengembangan dan Pembukuan Hukum Islam
(Abad ke 7-10 M)

Masa ini ditandai dengan berakhirnya periode khulafaur Rasyidin

Muncul periode Khalifah Umayyah (662-750 M)

Khalifah Abbasiyah (750-1258 M)

Kedua periode kekhalifahan tersebut, fiqh islam tumbuh dan


berkembang, sehingga hampir tidak ada permasalahan yang
tidak mempunyai penyelesaian hukum. Faktor penyebabnya
adalah khalifah yang silih berganti itu mendukung lahirnya
pemikiran hukum melalui berbagai penalaran, diantaranya
qiyas, ijtihad, istihsan, maslahat mursalah dll.
• boleh meninggalkan bacaan
basmallah karena ia tidak termasuk • Imam Bukhari
bagian dari surat 875 M
Imam Abu • Banyak digunakan di Asia Selatan
(Pakistan, India, Sri Lanka, Mesir)
Hanifah

• Imam Muslim
• Basmallah bukan bagian dari surat, 875 M
bahkan disunnahkan untuk
ditinggalkan.
• Dominan di negara-negara afrika
Imam Malik barat dan utara.
• Ibn Majah
877 M
• Basmallah merupakan bagian dari
surat, yang tidak boleh ditinggalkan
dalam keadaan apapun.
• Tersebar: Indonesia, Singapura, • Abu Daud
Imam Syafi’i Turki, Syria,Yaman, Malaysia,
Brunei, dll
899 M

• Basmallah merupakan bagian dari


surat, tetapi cara membacanya
• At-Tirmidzi
harus pelan-pelan dan tidak boleh 892
dengan keras.
Imam Ahmad • Dominan di daerah semenanjung
arab, salah satunya arab saudi.
Bin Hanbal
• An-Nasa’i
915 M
Masa Kelesuan Pemikiran
(Abad ke 10-19 M)

• Ilmu hukum islam mulai berhenti perkembangannya


dipenghujung pemerintahan bani Abbas yang ditandai
dengan munculnya paham bahwa pintu ijtihad sudah
tertutup.
• Artinya, bahwa hampir semua persoalan hukum sudah
mempunyai jawaban yang dapat dikaji dari kitab fiqh
HUKUM ISLAM DALAM
SISTEM HUKUM DI
INDONESIA
• Membicarakan kedudukan hukum islam di indonesia, tidak ada
salahnya membicarakan terlebih dahulu kondisi umat islam.
• Umat islam di indonesia merupakan salah satu kelompok
masyarakat yang mendapat legalitas pengayoman secara hukum
ketatanegaraan di Indonesia.

Tahap awal:
Lahirnya Piagam Jakarta, pada tanggal 24 Juni 1945 yang telah disepakati
oleh pendiri negara bahwa negara berdasar kepada Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya.

Namun setelah ada desakan dari pihak lain, maka tujuh kata tersebut
dikeluarkan dari pembukaan UUD 1945, kemudian diganti dengan kata
“Yang Maha Esa”
• Penggantian kata yang dimaksud, mengandung norma dan garis
hukum yang diatur dalam pasal 29 ayat (1) UUD 1945 bahwa
Negara Republik Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa:
1. Dalam Negara Indonesia tidak boleh terjadi sesuatu yang
bertentangan dengan kaidah Hukum Islam bagi umat Islam,
kaidah agama nasrani bagi umat nasrani, Hindu bagi umat Hindu,
Budha bagi umat Budha, Katolik bagi umat Katolik. Secara garis
besar bahwa di Indonesia tidak boleh berlaku hukumyang
bertentangan dengan norma-norma hukum agama dan
kesusilaan bangsa Indonesia.
2. Negara Republik Indonesia wajib menjalankan syariat Islam bagi
umat Islam, syariat nasrani bagi umat nasrani, syariat Hindu bagi
umat Hindu, syariat Budha bagi umat Budha, syariat Katolik bagi
umat Katolik. Bahwa negara republik Indonesia wajib
menyediakan fasilitas agar hukum yang berasal dari agama yang
dianut bangsa Indonesia dapat terlaksana, sepanjang
pelaksanaan hukum agama tersebut memerlukan bantuan dari
Pemerintah, misalnya penyelenggaraan ibadah haji.
3. Hukum yang berasal dari suatu agama yang diakui di Indonesia,
dapat dijalankan sendiri oleh masing-masing penganut agama
yang bersangkutan selama tidak memerlukan bantuan kekuasaan
negara untuk melaksanakannya, contoh: hukum yang berkenaan
dengan ibadah).
Dapat diasumsikan bahwa hukum Islam dan kekuatan hukumnya
secara ketatanegaar di Indonesia adalah Pancasila yang
kemudian dijabarkan melalui

UU. 1/1974
Tentang
Tentang
perkawinan
perkawinan

Salah
Salah UU.
UU. 7/1989
7/1989
satunya tentang
Inpres No.
Peradilan
1/1991
1/1991 Agama
Agama
tentang
tentang KHI
KHI
Pancasila

Beberapa
Beberapa UU
UU 38/1999
38/1999
Inpres yang
Inpres yang tentang
tentang
berkaitan
berkaitan Pengelolaan
dengan
zakat
hukum
hukum islam
islam
Hukum Islam dalam Pembinaan Hukum Nasional

Umat Islam dalam melaksanakan Hukum Islam di Indonesia,


berpedoman pada produk pemikiran hukum islam yaitu:

Syariah (Islmamic Law), adalah hukum islam yang tidak pernah mengalami
perubahan sepanjang zaman dan mengikat pada umat islam.

Fikih (Islamic Jurisprudence), adalah hukum islam yang berasal dari pemahaman yang
diperoleh dari suatu dalil. KHI adalah puncak pemikiran Fikih di Indonesia. Hal tersebut
karena KHI merupakan penentuan hukum islam oleh para ulama dan tokoh masyarakat

Fatwa, adalah hukum Islam yang dijadikan jawaban oleh seseorang dan/atau
lembaga atas adanya pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Keputusan pengadilan agama, adalah keputusan yang dikeluarkan oleh pengadilan


Agama atas adanya permohonan penetapan atau gugatan yang diajukan oleh seseorang
atau lebih. Keputusan tsb bersifat mengikat kepada pihak yang berperkara.

Perundang-undangan di Indonesia, hukum islam dalam bentuk perundang-


undangan di Indonesia adalah yang mengikat secara hukum ketatanegaraan di
Indonesia, contoh: UU 1/1974
GAMBARAN UMUM TENTANG

PERADILAN AGAMA DAN

KOMPILASI HUKUM ISLAM


Konsep-konsep Dasar
• Peradilan
• Pengadilan
• Pengadilan Agama
• Hakim
• Hukum Acara
PERADILAN
• Berasal dari akar kata ‘adil’  tidak memihak; tidak berat
sebelah
• Peradilan adalah proses mengadili atau suatu upaya
untuk mencari keadilan atau penyelesaian sengketa
hukum di hadapan badan peradilan menurut peraturan
yang berlaku
• Peradilan adalah suatu proses yang berakhir dengan
memberi keadilan dalam suatu keputusan
• Peradilan adalah kekuasaan negara dalam menerima,
memeriksa, mengadili, memutus, dan menyelesaikan
perkara untuk menegakkan hukum dan keadilan
Peradilan =
Al Qadha/Rechtspraak
• Al Qadha (Bhs Arab) adalah:
– menyampaikan hukum syar’i dengan jalan penetapan
– kekuasaan mengadili perkara
• Rechtspraak (Bhs Belanda) adalah:
– daya upaya mencari keadilan atau penyelesaian
perselisihan hukum yang dilakukan menurut
peraturan-peraturan dan dalam lembaga-lembaga
tertentu dalam pengadilan
PERADILAN AGAMA
• Peradilan Agama adalah peradilan bagi orang-orang
yang beragama Islam (Ps 1 butir 1 UU 7/1989) 
“Orang-orang” = Orang/Badan Hk yg menundukan diri
pd Hk Islam.

• Peradilan Agama adalah salah satu pelaku


kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan
yang beragama Islam mengenai perkara tertentu
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini (Ps
2 UU 3/2006)
PENGADILAN

Suatu lembaga (instansi) tempat mengadili


atau menyelesaikan sengketa hukum di
dalam rangka kekuasaan kehakiman, yang
mempunyai kewenangan absolut dan relatif
sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang menentukannya
PENGADILAN AGAMA
• Pengadilan Agama adalah badan peradilan agama
pada tingkat pertama yang berkedudukan di ibukota
kabupaten/kota dan daerah hukumnya meliputi
wilayah kabupaten/kota.

• Badan peradilan agama tingkat banding adalah


Pengadilan Tinggi Agama yang berkedudukan di ibu
kota Provinsi dan daerah hukumnya meliputi wilayah
Provinsi ( Pasal I angka 3 UU No. 3 Th 2006).
HAKIM
• Hakim adalah orang yang diangkat oleh
penguasa untuk menyelesaikan dakwaan-
dakwaan dan persengketaan.

• Hakim adalah pejabat yang melaksanakan


tugas kekuasaan kehakiman (Ps 11 ayat 1
UU No 7 Th 1989)
HUKUM ACARA PERDATA
• Hukum Acara yang berlaku pada Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara
Perdata yang berlaku pada Pengadilan dalam
lingkungan Peradilan Umum kecuali yang telah diatur
secara khusus dalam undang-undang ini (Ps 54 UU
7/1989 tentang Peradilan Agama)

• Pada Ps 2 UU 3/2006 tidak disebutkan jenis


perkaranya, hanya disebutkan perkara tertentu. Hal
ini berbeda dengan Ps 2 UU 7/1989 yang
menyebutkan jenis perkaranya adalah perkara
perdata tertentu.
KOMPILASI HUKUM ISLAM
• Sebelum 1945 di Indonesia berlaku sistem hukum, yaitu
hukum adat, hukum Islam, dan hukum Barat.
• Ketika Indonesia merdeka ditemukan suatu kenyataan
bahwa hukum Islam yang berlaku tidak tertulis dan
tersebar di berbagai kitab yang dalam penjelasan suatu
masalah sering berbeda antara satu dengan yang lain.
• Lahirnya Undang Undang No. 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan dan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977
tentang perwakafan tanah milik merupakan pergeseran
bagian dari hukum Islam kearah hukum tertulis.
• Namun demikian, bagian-bagian tentang perkawinan,
kewarisan, wakaf, dan lain-lain yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama masih berada di luar hukum tertulis.
• Untuk mengatasi perbedaan itu, perlu ada satu buku hukum
yang menghimpun semua hukum terapan yang berlaku bagi
lingkungan peradilan agama yang dapat dijadikan pedoman
oleh para hakim dalam melaksanakan tugasnya, sehingga
terjamin adanya kesatuan dan kepastian hukum.
• Pencetus utama dalam proyek pembentukan KHI diketuai
oleh Bustanul Arifin dengan beberapa alasan, antara lain
sebagai berikut :
1. Harus ada ketentuan hukum yang tegas, agar tercapainya
keadilan dalam masyarakat dan tidak melukai keadilan
bagi orang pencari keadilan.
2. Untuk menyeragamkan hukum islam yang masih
bersimpang siur dalam kitab-kitab kuning.
3. Karena melihat negara lain yang sudah mengkodifikasi
kitab undang-undang hukum Islam.
• Untuk menjalankan proyek pembentukan KHI, dibentuklah
tim pelaksana proyek tersebut yang diketuai oleh Bustanul
Arifin berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Ketua
MA RI dan Menteri Agama RI no. 7/KMA/1985 dan No.25
tahun 1985 (25 Maret 1985). 
• Dengan kerja keras Bustanul Arifin dan tim untuk
membentuk KHI maka keluarlah Intruksi Presiden
No.1 Tahun 1991 yang terdiri dari tiga buku, yaitu:
1. Buku I tentang perkawinan, terdiri dari 170 pasal
2. Buku II tentang kewarisan, terdiri dari 44 pasal, dan
3. Buku III tentang perwakafan, terdiri dari 15 pasal
KOMPILASI HUKUM ISLAM ADALAH

FIKIH INDONESIA KARENA IA DISUSUN


DENGAN MEMPERHATIKAN KONDISI
KEBUTUHAN HUKUM UMAT ISLAM DI
INDONESIA. FIKIH YANG DIMAKSUD
BUKAN MERUPAKAN MADZHAB BARU
TETAPI IA MEMPERSATUKAN BERBAGAI
FIKIH DALAM MENJAWAB SATU
PERSOALAN FIKIH.
Link untuk mendownload materi Hukum Islam

https://drive.google.com/file/d/0B-aO5rmAP
NJUUGNwbzYzRU5UME0/view?usp=sharin
g

Anda mungkin juga menyukai