Anda di halaman 1dari 10

HUKUM PIDANA ISLAM

MATA KULIAH : HUKUM ISLAM


DOSEN PENGAJAR : Dr. Hj.Nurhayati Tine S.pdl,M.Hi
DISUSUN :
PAUZUL BOTUTIHE (221421037)
ISRA BUMULO (221421041)
FEBYWIDYANTI RAHMAN (221421080)
SRI ROGAYA MAMONTO (221421017)
SRI WAHYUNI (221421077)

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKN)
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah swt yang telah memberikan berkah dan karuniaNya kepada
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa pula selawat
dan salam kepada Nabi Muhammad saw yang telah meninggalkan contoh cemerlang tentang
bagaimana seharusnya menjalani hidup dan kehidupan kita didunia ini.
Penulisan makalah '' Hukum pidana Islam'' ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok
pada mata kuliah ''hukum islam'' penulis menyadari memiliki keterbatasan pengetahuan dan
wawasan dalam menyusun kalimat, atau tata bahasa dan ejaan yang dipakai dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis juga menyadari baik isi maupun penyajian makalah ini
masih belum sempurna.
Penulis meminta maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak ditemukan berbagai
kekurangan dan kelemahan,karena kesempurnaan itu adalah milik Allah. Oleh karena itu
sumbangan ,saran ,kritik pendapat yang sehat dan membangun sangatlah penulis harapkan agar
makalah ini menjadi baik.tidak lupa pula penulis mohon ampunan kepada Allah SWT atas segala
dosa yang pernah kami lakukan.

Gorontalo,Oktober

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hukum pidana islam merupakan bagian dari syariat islam yang berlaku semenjak
diutusnya rasulullah saw. Oleh karenanya, maka pada zaman rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin, hukum pidana islam berlaku sebagai hukum publik, yakni hukum yang diatur
dan diterapkan oleh pemerintah selaku penguasa yang sah.
Hukum Pidana Islam merupakan terjemahan dari kata fiqh Jinayah. Fiqh Jinayah
adalah segala ketentuan hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang
dilakukan oleh orang-orang mukallaf sebagai hasil dari pemahaman atas dalil-dalil
hukum yang terperinci dari Al-Qur’an dan Hadist. Tindakan kriminal dimaksud, adalah
tindakan-tindakan kejahatan yang menggangu ketentraman umum serta tindakan
melawan peraturan perundang-undangan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits.
Hukum Pidana Islam merupakan syariat Allah yang mengandung kemaslahatan
bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat. Syari’at Islam dimaksud secara
materil mengandung kewajiban asasi bagi setiap manusia untuk melaksankannya. Konsep
kewajiban asasi syari’at yaitu menempatkan Allah sebagai pemegang segala hak, baik
yang ada pada diri sendiri maupun yang ada pada orang lain. Setiap orang hanya
pelaksana, yang berkewajiban memenuhi perintah Allah.Perintah Allah dimaksud, harus
ditunaikan untuk kemaslahatan dirinya dan orang Islam lainya.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja yang menjadi sumber dalam menyelesaikan tindak pidana, dalam syariat
islam?
2. Apa saja sanksi yang akan diberlakukan kepada pelaku pidana, jika dilihat dalam
hukum pidana islam tersebut?
3. Jelaskan apa saja yang menjadi ruang lingkup dalam hukum pidana islam?
4. Apa saja bentuk bentuk jarimah dan bagaimana tindak pertanggungjawabannya?
5. Jelaskan apa yang menjadi perbedaan antara jarimah hudud, qisas, dan ta’jir?

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui sumber yang dapat menyelesaikan tindak pidana, dalam syariat
islam
2. Untuk mengetahui sanksi yang akan diberlakukan kepada pelaku pidana, jika
dilihat dalam hukum pidana islam tersebut
3. Untuk mengetahui ruang lingkup dalam hukum pidana islam
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk jarimah dan tindak pertanggungjawabannya
5. Untuk mengetahui apa yang menjadi perbedaan antara jarimah hudud, qisas, dan
ta’jir
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber yang dapat menyelesaikan tindak pidana, dalam syariat islam?
Jika kita berbicara tentang hukum, secara sederhana segera terlintas dalam pikiran kita
peraturan-peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat, baik peraturan atau norma itu berupa kenyataan yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat maupun peraturan atau norma yang dibuat dengan cara tertentu dan
diteguhkan oleh penguasa. Bentuknya mungkin berupa hukum yang tidak tertulis seperti hukum
adat, mungkin juga berupa hukum yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan seperti
hukum barat. Dalam konsepsi perundang- undangan yang diatur oleh hukum hanyalah hubungan
manusia dengan manusia lain dan benda dalam masyarakat.
Namun ketika dalam islam, islam adalah agama yang sempurna yang ajarannya mencakup
seluruh aspek kehidupan manusia, mengatur hal-hal kecil sampai hal-hal yang besar. Salah satu
bidang yang diatur adalah masalah aturan atau hukum, baik yang berlaku secara individual
maupun sosial, atau lebih tepatnya, Islam mengatur kehidupan bermasyarakat. Definisi hukum
Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah untuk umatnya yang dibawa
oleh seorang Nabi saw. baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (akidah) maupun
hukum hukum yang berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat
muslim semuanya.
Adapun yang menjadi Sumber-Sumber Hukum Pidana Islam ada 4 yaitu:
 Al-Qur’an
Al-Qur‟an adalah sumber hukum ajaran islam yang pertama yang memuat kumpulan
beberapa wahyu yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Diantaranya
kandungan isinya ialah peraturan kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Allah,
dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan hubungannya dengan alam beserta makhluk
lainnya. Sebagaian besar umat islam sepakat menetapkan sumber ajaran islam adalah Al-
qur‟an, As-sunnah dan ijtihad kesepakatan itu tidak semata-mata didasarkan kemauan
bersama tapi kepada dasar-dasar normatif yang berasal dari Al-qur‟an dan al-sunnah
sendiri.
 Al-Sunnah / Hadits
Al-sunnah / Hadits merupakan sumber hukum ajaran Islam yang ke 2, karena hal-hal
yang di ungkapkan dalam Al-qur’an bersifat umum atau memerlukan penjelsan,maka
nabi Muhammad Saw menjelaskan melalui Hadist. Adapun yang dimaksud dengan
sunnah adalah segala sesuatu yang datang dari nabi. Selain al-Qur’an, baik berupa
perkataan, perbuatan atau taqrir yang bisa dijadikan sebagai dasar penetapan hukum
syarak.Fungsi dari As- sunnah sendiri adalah untuk menafsirkan menjelaskan ayat Al-
Qur’an. Ayat-ayat Al-Qur’an yang hanya menjelaskan dasar-dasar permasalahan sesuatu,
maka hadist berfungsi untuk menjelaskan.

 Ijma’
Menurut bahasa Ijma‟ mempunyai 2 arti yaitu :
 Kesepakatan, seperti; perkataan: “Jama al qaumu „alaa kadzaa idzaa
itafaquudlaini”. Yang artinya suatu kaum telah berijma‟ begini, jika mereka sudah
sepakat kepadanya.
 Kebulatan Tekad atau niat.
Adapun syarat-syarat terwujudnya Ijma‟ (menurut jumhur ulama):
a. Bersepakatan para mujtahid, kesepakatan bukan mujtahid (orang awam) tidak
diakui sebagai ijma‟.
b. Bahwa para mujtahid harus sepakat, tidak seorang pun berpendapat lain, karena
itu tidak diakui ijma‟ dengan kesepakatan:
o Suara terbanyak.
o Kesepakatan tidak diakui ijma‟ dengan kesepakatan golongan salaf.
o Kesepakatan ulama‟ salaf kota Madinah saja.
o Kesepakatan ulama salaf yang mujtahid dari uda kota basrah dan kufah, atau salah
satunya saja.
o Kesepakatan Ahli Bait nabi saja.
o Kesepakatan khulafaurrasyidin saja.
o Kesepakatan 2 orang Syekh: Abu Bakar dan Umar, karena adanya pendapat lain
dari mujtahid lain, membuat kesepakatan mereka itu tidak qath‟iy (diyakini)
keabsahannya dan kebenarannya.
 Qiyas
Qiyas adalah mempersamakan hukum peristiwa yang belum ada ketentuannya dengan
hukuman peristiwa yang sudah ada ketentuannya, karena antara kedua peristiwa tersebut
terdapat segi-segi persamaan. Para fuqaha‟ memperselisihkan kebolehan memakai Qiyas
untuk semua hukum-hukum syara‟ ada yang memperbolehkannya dengan alasan, bahwa
semua hukum-hukum syara‟masih termasuk dalam satu jenis juga, yaitu hukum syara‟.
Dan apabila salah satunya di tetapkan dengan Qiyas, maka terhadap yang lain juga bisa
ditetapkan dengan Qiyas. Menurut fuqaha‟ lainnya Qiyas tidak bisa di pakai untuk semua
hukum-hukum syara‟, sebab meskipun termasuk dalam satu jenis namun sebenarnya
terdapat perbedaan satu sama lain. Apa yang terdapat pada sebagiannya bukan berarti
boleh diterapkan pada lainnya sebab, boleh jadi masing-masing mempunyai ciri khas
tersendiri.
2.2 Sanksi yang akan diberlakukan kepada pelaku pidana, jika dilihat dalam hukum
pidana islam tersebut.
Dalam hukum Islam dikenal dengan istilah jarimah, secara umum merupakan suatu tindakan
pidana atau perbuatan yang melanggar hukum syara’, ada beberapa jarimah yang sering menjadi
bahasan dalam Hukum Pidana Islam, yang mendasari lebih kepada berat atau ringannya suatu
hukuman yang dibebankan kepada pelaku jarimah tersebut. Jarimah tersebut adalah:
 Hudud
Hudud adalah semua jenis tindak pidana yang telah ditetapkan jenis, bentuk, dan
sanksinya oleh Allah dalam Al-Quran dan oleh nabi dalam hadits. Menurut syekh
Nawawi Al- Bantani, hudud adalah sanksi yang ditentukan dan wajib diberlakukan
kepada seseorang yang melangar yang akibatnya sanksi itu dituntut, baik dalam rangka
memberikan peringatan kepada pelaku maupun memaksannya. Enam macam tindak
pidana yang dapat dikenakan hukuman hudud yaitu:
1.Jarimah Perzinaan
2. Jarimah Qadzf .
3. Jarimah Meminum Khamar dan Penyalagunaan Narkoba .
4. Jarimah Pemberontakan
5. Jarimah Murtad .
6. Jarimah Pencurian .
Jarimah hudud merupakan perbuatan pidana yang mempunyai bentuk dan batas
hukumannya di dalam Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad Saw. Sanksinya berupa
sanksi had (ketetapan yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunnah). Hukumannya berupa
rajam, jilid atau dera, potong tangan, penjara/kurungan seumur hidup, dan hukuman
eksekusi mati.
 Qisas
Arti qisas secara terminologi menurut ali bin muhammad Al-Jurjani yang dikutip oleh
nurul irfan yaitu mengenakan sebuah tindakan ( sanksi hukum) kepada pelaku persis
seperti yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban. Dan pengertian qisas menurut
Ibrahim Anis yang dikutip oleh Nurul Irpan yaitu menjatuhkan sanksi hukum kepada
pelaku tindak pidana sama persis dengan tindak pidana yang dilakukan:nyawa dengan
nyawa dan anggota tubuh dibalas dengan anggota tubuh.
 Takzir
Secara etimologis takzir berarti menolak dan mencega. Berbeda dengan qisas dan
hudud, bentuk sanksi takzir tidak disebutkan secara tegas di dalam Al-Quran dan hadits.
Untuk menentukan jenis dan ukurannya menjadi wewenang hakim atau penguasa
setempat. Takzir menurut Ibrahim Anis ialah pengajaran yang tidak sampai pada
ketenuan had syar’i, seperti pengajaran terhadap seseorang yang mencaci-maki (pihak
lain) tetapi bukan menuduh (orang lain berbuat zina)13. Takzir menurut Al-Mawardi
ialah pengajaran terhadap pelaku dosa-dosa yang tidak diatur oleh hudud. Status
hukumnya berbeda-beda sesuai dengan keadaan dosa dan pelakunya. Takzir sama
dengan hudud dari satu sisi yaitu, sebagai pengajaran (untuk menciptakan) kesejahteraan
dan untuk melaksanakan ancaman yang berbeda-beda sesuai dengan dosa yang
dikerjakan.
 Diyat
Diyat ialah uang tebusan sebagai ganti kerugian akibat kasus pembunuhan atau
penganayaan yang mendapatkan pemaafan dari keluarga korban, Diyat penganti jiwa
yang tidak dilakukan pasda tersangka hukuman bunh apabilah:
1. Wali atau ahli waris terbunuh memafkan yang membunuh dari pembalasan jiwa.
2. Pembunuhan yang tidak disengaja
3. Pembunuhan yang tidak ada unsur mebunuh, termasuk perusak lingkungan yang
mengakibatkan korban jiwa.
2.3 Ruang lingkup dalam hukum pidana islam
Hukum Pidana Islam dalam pemgertian fiqih dapat disamakan dengan Istilah jarimah yang
diartikan sebagai larangan syarah yang dijatuhi sanksi oleh pembuat syariat (Allah) dengan
hukuman had atau ta’zir. Para fuqaha menggunakan kata jinayah untuk istilah jarimah yang
diartikan sebagai perbuatan yang dilarang. Hukum pidana islam merupakan syariat allah yang
mengandung Kemaslahatan bagi kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat, syariat
yang dimaksud secara materil mengandung kewajiban asasi syariat, yaitu menempatkan Allah
sebagai pemegang segala hak, baik yang ada pada diri sendiri maupun pada orang lain.

Adapun ruang lingkup dari hukum pidana Islam meliputi tiga hal yaitu:
1. Jarimah qisas dan diyat adalah Jarimah yang diancam dengan hukuman qisas atau diyat.
Baik qisas maupun diyat keduannya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syarah,
perbedaannya dengan hukuman had adalah bahwa had merupakan hak Allah (hak
masyarakat), sedangkan qisas dan diyat adalah hak manusia (individu).
2. Jarimah hudud adalah Jarimah yang diancam dengan hukuman had, pengertian hukuman
had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara dan menjadi hak Allah (hak
masyarakat). Adapun ciri khas Jarimah hudud, hukumannya tertentu dan terbatas, dalam
arti bahwa hukumannya telah ditentukan oleh syara’ dan tidak ada batas minimal dan
maksimal. Hukuman tersebut merupakan hak Allah semata-mata, atau kalau ada hak
manusia disamping hak Allah maka hak Allah lebih menonjol.
3. Jarimah ta’zir adalah jarimah yang diancam dengan hukuman ta’zir. Pengertian ta’zir
menurut bahasa ialah ta’dib atau memberi pelajaran. Ta’zir juga diartikan ar rad wa al
man’u, artinnya menolak dan mencegah. Akan tetapi menurut Istilah, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Imam Al Mawardi. Ta’zir itu adalah hukuman atas tindakan
pelanggaran dan kriminalitas yang tidak diatur secara pasti dalam hukuman had.
2.4 Bentuk-bentuk jarimah dan bagaimana tindak pertanggungjawabannya
Dalam Fiqh Jinayahjarimah (tindak pidana) dibagi menjadi bermacam-macam bentuk. Adapun
bentuk-bentuk jarimah (tindak pidana) terbagi atas:
a. Ditinjau dari Segi Berat Ringannya Hukuman. Dari segi begat ringannya hukuman,
jarimah dapat dibagi kepada tiga bagian antara lain:
1. Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Pengertian
hukuman had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara’ dan menjadi hak
Allah (hak masyarakat). Adapun jarimah-jarimah yang termasuk dalam jarimah
hudud adalah jarimah zina, jarimah menuduh zina, jarimah perampokan, jarimah
pembunuhan, jarimah pemberontakan, pencurian, dan jarimah minuman keras.
2. Jarimah qishash dan had adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash atau
diat. Baik qishash dan had keduanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh
syara’. Adapun jarimahjarimah yang termasuk dalam jarimahqishash dan had adalah
pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, pembunuhan karena
kesalahan, penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja.
3. Jarimah ta’zir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’, melainkan
diserahkan kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya.

b. Ditinjau dari segi niatnya.


Ditinjau dari segi niatnya, Jarimah(tindak pidana) itu dapat dibagi kepada dua bagian,
yaitu:
 Jarimah sengaja, yaitu pelaku melakukan tindak pidana yang sudah direncanakan.
Misalnya: seseorang masuk kerumah orang lain dengan maksud untuk mengambil
sesuatu dari rumah tersebut, dan sebagainya.
 Jarimah tidak sengaja, yaitu pelaku tidak-sengaja untuk melakukan perbuatan yang
dilarang dan perbuatan tersebut terjadi sebagai akibat kelalaiannya (kesalahannya).
Misalnya:seseorang melempar batu untuk mengusir binatang (anjing), akan tetapi batu
tersebut mengenai orang lain, dan sebagainya.

c. Ditinjau dari segi niatnya. Ditinjau dari segi niatnya, Jarimah(tindak pidana) itu dapat
dibagi kepada dua bagian, yaitu:
 Jarimah sengaja, yaitu pelaku melakukan tindak pidana yang sudah direncanakan.
Misalnya: seseorang masuk kerumah orang lain dengan maksud untuk
mengambil sesuatu dari rumah tersebut, dan sebagainya.
 Jarimah tidak sengaja, yaitu pelaku tidak-sengaja untuk melakukan perbuatan
yang dilarang dan perbuatan tersebut terjadi sebagai akibat kelalaiannya
(kesalahannya). Misalnya:seseorang melempar batu untuk mengusir binatang
(anjing), akan tetapi batu tersebut mengenai orang lain, dan sebagainya.

d. Pertanggungjawaban Pidana
Pengertian pertanggungjawaban pidana dalam syari’at Islam adalah pembebanan
seseorang dengan akibat perbuatan atau tidak adanya perbuatan yang dikerjakan dengan
kemauan sendiri, di mana orang tersebut mengetahui maksud dan akibat dari
perbuatannya itu. Dalam syari’at Islam pertanggungjawaban itu didasarkan kepada tiga
hal:
o Adanya perbuatan yang dilarang.
o Perbuatan itu dikarnakan dengan kemauan sendiri.
o Pelaku mengetahui akibat perbuatannya itu
Apabila terdapat tiga hal tersebut maka terdapat pula pertanggungjawaban pidana.
Apabila tidak terdapat maka tidak terdapat pula pertanggungjawaban. Dengan demikian
orang gila, anak dibawah umur, orang yang dipaksa dan terpaksa, tidak dibebani
pertanggungjawaban.Orang yang harus bertanggung jawab atas suatu kejahatan adalah
orang yang melakukan kejahatan itu sendiri dan bukan orang lain.
2.5 Perbedaan antara jarimah hudud, qishash, dan ta’jir
 Jarimah Hudud
Jarimah hudud adalah jarimah yang diancam dengan hukuman had. Pengertian hukuman
had adalah hukuman yang telah ditentukan oleh syara’ dan menjadi hak Allah (hak
masyarakat). Adapun jarimah-jarimah yang termasuk dalam jarimah hudud adalah
jarimah zina, jarimah menuduh zina, jarimah perampokan, jarimah pembunuhan, jarimah
pemberontakan, pencurian, dan jarimah minuman keras. Contoh penetapan sanksi
terhadap beberapa tindak pidana dalam jarimah hudud, khususnya jarimah hudud
pencurian yang dihukum dengan hukuman potong tangan. Sementara itu dalam jarimah
hudud hakim hanya sebagai pelaksana ketentuan-ketentuan syari’, karena baik norma
maupun sanksi padajarimah hudud sudah ditentukan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah,
serta tidak memiliki hukum terendah dan tertinggi. 
 Jarimah qishash dan had adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishash atau
diat. Baik qishash dan had keduanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara’.
Adapun jarimahjarimah yang termasuk dalam jarimahqishash dan had adalah
pembunuhan sengaja, pembunuhan menyerupai sengaja, pembunuhan karena kesalahan,
penganiayaan sengaja dan penganiayaan tidak sengaja. Jarimah Qishas dan diyat
adalah jarimah yang diancam dengan hukuman qishas atau diyat. Baik qishas maupun
diyat keduanya adalah hukuman yang sudah ditentukan oleh syara. Perbedaannya dengan
hukuman had adalah bahwa had merupakan hak Allah, sedangkan qishas dan diyat adalah
hak manusia (individu).
 Jarimah ta’jir adalah hukuman yang belum ditetapkan oleh syara’, melainkan diserahkan
kepada ulil amri, baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Jarimah ta'zir yang jenis
jarimahnya ditentukan oleh nas, tetapi sanksinya oleh syari'ah diserahkan kepada
penguasa, seperti sumpah palsu, saksi palsu, mengurangi timbangan, menipu,
mengingkari janji, menghianati amanah, dan menghina agama. Dan jarimah ta’zir dapat
perbuatan seperti, memukul, mencambuk, menahan di dalam penjara, mengikat, dan bisa
juga dibunuh kendatipun masalah ini masih diperdebatkan.
Masalah lain yang diancam dengan ta’zir adalah percobaan pembunuhan, bila percobaan
tersebut dapat dikategorikan ke dalam perbuatan maksiat. Meskipun demikian, para
ulama berbeda pendapat tentang ketentuan ta’zirnya. Imam Malik dan Imam Al-laits
berpendapat bahwa bila dalam kasus si pembunuh dimaafkan, maka sanksinya adalah
jilid seratus kali dan dipenjara selama satu tahun.Itulah pendapat ahli Madinah yang
berdasarkan riwayat dari Umar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di dalam hukum pidana Islam, perbuatan jarimah adakalanya dilakukan secara
perorangan dan secara berkelompok. Dalam hukum pidana Islam, tindakan main hakim termasuk
dalam kategori turut serta melakukan jarimah. Turut serta adakalanya dilakukan secara kebetulan
dan terencana. Kerja sama yang dilakukan secara kebetulan disebut tawa̅fuq, sedangkan kerja
sama yang dilakukan secara terencana disebut tama̅lu’ .
3.2 Saran
1. Kepada para penegak hukum: Aparat hukum seharusnya dapat meningkatkan sistem
ketegasan hukuman agar dapat membuat jera bagi pelaku tindak pidana pengeroyokan sehingga
kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum di Indonesia tidak memudar dan agar
masyarakat tidak bertindak sewenang-wenang tanpa mempedulikan aturan hukum yang ada.
2. Kepada masyarakat: Masyarakat sebaiknya memiliki kesadaran, berpartisipasi, serta ikut andil
dalam mencegah tindakan main hakim sendiri agar tidak melakukan tindakan main hakim sendiri
di luar kewenangan yang seharusnya. Jangan terpengaruh provokasi-provokasi yang kian marak
terjadi di masyarakat untuk saling mengadu domba pihak satu dengan pihak lainnya. Karena tidak bisa
dibenarkan pula jika membalas pelanggar hukum dengan cara melanggar hukum.

Anda mungkin juga menyukai