Perkataan hukum yang dipergunakan sekarang dalam bahasa Indonesia berasal dari kata
hukum dalam bahasa arab. Artinya, norma atau kaidah yakni ukuran, patokan, pedoman yang
diperguanakan untuk menilai tingkah laku atau perbuatan manusia dan benda. Hubungan
antara perkataan hukum dalam bahasa Indonesia tersebut diatas dengan hukum dalam
pengertian norma dalam bahasa arab itu memang erat sekali. Setiap peraturan, apapun macam
dan sumbernya mengandung norma atau kaidah sebagai intinya. Dalam ilmu hukum Islam
kaidah itu disebut hukum. Itulah sebabnya maka didlam perkataan sehari-hari orang berbicara
tentang hukum suatu benda atau perbuatan. Yang dimaksud, seperti telah disebut diatas,
adalah patokan, tolak ukur, kaidah atau ukuran mengenai perbuatan atau benda itu
(Mohammad Daud Ali, 1999:39).
Dalam islam, hukum islam dikenal sebagai sya’riat. Sya’riat menurut asal katanya berarti
jalan menuju mata air, Dari asal kata tersebut sya’riat Islam berarti jalan yang lurus ditempuh
seorang muslim. Menurut istilah, Sya’riat berarti aturan atau undang-undang yang diturunkan
Allah untuk mengatur seluruh aspek kehidupan manusia sebagai hamba Allah, individu,
warga, dan subyek alam semesta. Sya’riat merupakan landasan fiqih. Pada prinsipnya syari’at
adalah wahyu Allah yang terdapat dalam al- Quran dan sunah Rasulullah. Syari’at bersifat
fundamental, mempunyai lingkup lebih luas dari fiqih, berlaku abadi dan menunjukkan
kesatuan dalam islam. Sedangkan fiqih adalah pemahaman manusiayang memenuhi syarat
tentang sya’riat. Oleh karena itu lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan
manusia, dan karena merupakan hasil karya manusia maka ia tidak berlaku abadi, dapat
berubah dari masa ke masa dan dapat berbeda dari tempat yang lain. Hal ini terlihat pada
aliran-aliran yang disebut dengan mazhab. Oleh karena itu fiqih menunjukkan keragaman
dalam hukum Islam. (Mohammad Daud Ali, 1999:45-46).
Sebagai sistem hukum, hukum Islam tidak boleh dan tidak dapat disamakan dengan sistem
hukum yang lain yang pada umumnya berasal dari kebiasaan masyarakat dan hasil pemikiran
manusia dan budaya manusia pada suatu saat di suatu masa. Berbeda dengan sistem hukum
yang lain, hukum Islam tidak hanya merupakan hasil pemikiran yang dipengaruhi oleh
kebudayaan manusia di sutu tempat tapi dasarnya ditetapka oleh Allah melalui wahyu-Nya
yang kini terdapat dalam Al-Quran yang dijelaskan oleh nabi Muhammad sebagai rasul –Nya
melalui sunnah beliau yang kini terhimpun dalam kitab-kitab hadits. Dasar inilah yang
membedakan hukum islam secara fundamental dengan hukum-hukum lain yang semata-mata
lahir dari kebiasaan dan hasil pemikiran dan perbuatan manusia.
2. As Sunnah (Al-Hadits)
Sunnah dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani
hidupnya atau garis-garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah
merupakan sumber hukum kedua dalam Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang
disampaikan oleh para sahabat tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut
sebagai hadits. Sunnah yang diperintahkan oleh Allah disebut Sunnatullah.
3. Ijma’ ()إجماع
Adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum hukum dalam agama
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Ijma' terbagi menjadi
dua:
Ijma' Qauli, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan pendapatnya dengan
lisan ataupun tulisan yang meneangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di
masanya.
Ijma' Sukuti, yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak mengatakan
pendapatnya. Diam di sini dianggap menyetujui.
5. Mazhab (مذهب,)
Menurut para ulama dan ahli agama Islam, yang dinamakan mazhab adalah metode (manhaj)
yang dibentuk setelah melalui pemikiran dan penelitian, kemudian orang yang menjalaninya
menjadikannya sebagai pedoman yang jelas batasan-batasannya, bagian-bagiannya, dibangun
di atas prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah.
6. Qiyas
Menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru
yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalah sebab, manfaat,
bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam,
Ijma dan Qiyas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan
pada masa-masa sebelumnya
7. Bid‘ah ()بدعة
Dalam agama Islam berarti sebuah perbuatan yang tidak pernah diperintahkan maupun
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW tetapi banyak dilakukan oleh masyarakat sekarang
ini. Hukum dari bidaah ini adalah haram. Perbuatan dimaksud ialah perbuatan baru atau
penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan dalam arti sempit (ibadah mahdhah),
yaitu ibadah yang tertentu syarat dan rukunnya.
8. Istihsan ()استحسان
Adalah kecenderungan seseorang pada sesuatu karena menganggapnya lebih baik, dan ini
bisa bersifat lahiriah (hissiy) ataupun maknawiah; meskipun hal itu dianggap tidak baik oleh
orang lain.
Hukum islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dan hukum publik
seperti halnya dalam hukum barat. Hal ini disebabkan karena menurut hukum islam pada
hukum perdata ada segi-segi publik dan begitu pula sebaliknya. Dalam hukum Islam yang
disebutkan hanya bagian-bagiannya saja.
Dari hal-hal yang sudah dikemukakan di atas, jelas bahwa hukum islam itu luas, bahkan
bidang-bidang tersebut dapat dikembangkan masing-masing spesifikasinya lagi.
“dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.”
(QS. Az-Zumar : 9)
“Katakanlah, ‘apakah sama antara orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui.”
“Tidak ada paksaan untuk agama. Tidak ada paksaan untuk agama. Sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat...”
ZAKAT
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir bulan Ramadhan,
sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam.
Sejarah Zakat
Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan
Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an. Pada awalnya, Al-Qur’an hanya
memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib).
Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat
menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat
ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban
kehidupan mereka yang miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam.
Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya
mengenai jumlah zakat tersebut. .
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada
kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang
ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar.
Syari’ah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus
dibayarkan. Kejatuhan para kalifah dan negara-negara Islam menyebabkan zakat tidak dapat
diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi.
Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya
[syariat Islam]. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang
telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah,
seperti:shalat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an
dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.
Macam-Macam Zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
•Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar
Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
•Zakat Maal (Harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan,
emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Hikmah Zakat
Hikmah dari zakat antara lain:
1.Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
2.Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang
dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
3.Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
4.Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
5.Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
6.Untuk pengembangan potensi ummat
7.Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
8.Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.
Obyek Wakaf
Obyek wakaf yang dapat diwakafkan adalah benda bergerak maupun benda tidak bergerak
yang dimiliki secara utuh dan dimiliki secara sah oleh pihak yang akan melakukan wakaf
(wakif). Obyek wakaf benda tidak bergerak dapat dalam bentuk tanah, hak milik atas rumah,
atau hak milik atas rumah susun. Sementara untuk obyek wakaf benda bergerak dapat dengan
bentuk uang.
Syarat Wakaf
Syarat wakaf yang menjadi syarat utama agar dapat sahnya suatu akad wakaf adalah seorang
wakif telah dewasa, berakal sehat, tidak berhalangan membuat perbuatan hukum, dan pemilik
utuh dan sah dari harta benda yang diwakafkan.
Akad wakaf yang diikrarkan seorang wakif harus disaksikan oleh dua orang saksi dan pejabat
pembuat akta wakaf. Ikrar akad wakaf dilaksanakan dengan ikrar dari wakif untuk
menyerahkan harta benda yang dimiliki secara sah untuk diurus oleh nadzir (orang yang
mengurus harta wakaf) demi kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.
Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab “Waqf” yang berarti “al-Habs”. Ia
merupakan kata yang berbentuk masdar (infinitive noun) yang pada dasarnya berarti
menahan, berhenti, atau diam. Apabila kata tersebut dihubungkan dengan harta seperti tanah,
binatang dan yang lain, ia berarti pembekuan hak milik untuk faedah tertentu (Ibnu Manzhur:
9/359).
Sebagai satu istilah dalam syariah Islam, wakaf diartikan sebagai penahanan hak milik atas
materi benda (al-‘ain) untuk tujuan menyedekahkan manfaat atau faedahnya (al-manfa‘ah)
(al-Jurjani: 328). Sedangkan dalam buku-buku fiqh, para ulama berbeda pendapat dalam
memberi pengertian wakaf. Perbedaan tersebut membawa akibat yang berbeda pada hukum
yang ditimbulkan. Definisi wakaf menurut ahli fiqh adalah sebagai berikut :
Pertama : Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda (al-‘ain) milik Wakif
dan menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun yang diinginkan untuk
tujuan kebajikan (Ibnu al-Humam: 6/203). Definisi wakaf tersebut menjelaskan bahawa
kedudukan harta wakaf masih tetap tertahan atau terhenti di tangan Wakif itu sendiri. Dengan
artian, Wakif masih menjadi pemilik harta yang diwakafkannya, manakala perwakafan hanya
terjadi ke atas manfaat harta tersebut, bukan termasuk asset hartanya.
Kedua : Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta yang dimiliki
(walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan kepada orang yang berhak
dengan satu akad (shighat) dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan Wakif (al-
Dasuqi: 2/187). Definisi wakaf tersebut hanya menentukan pemberian wakaf kepada orang
atau tempat yang berhak saja.
Ketiga : Syafi‘iyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa memberi manfaat
serta kekal materi bendanya (al-‘ain) dengan cara memutuskan hak pengelolaan yang dimiliki
oleh Wakif untuk diserahkan kepada Nazhir yang dibolehkan oleh syariah (al-Syarbini:
2/376). Golongan ini mensyaratkan harta yang diwakafkan harus harta yang kekal materi
bendanya (al-‘ain) dengan artian harta yang tidak mudah rusak atau musnah serta dapat
diambil manfaatnya secara berterusan (al-Syairazi: 1/575).
Keempat : Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana, yaitu menahan
asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang dihasilkan (Ibnu Qudamah: 6/185). Itu
menurut para ulama ahli fiqih. Bagaimana menurut undang-undang di Indonesia? Dalam
Undang-undang nomor 41 tahun 2004, wakaf diartikan dengan perbuatan hukum Wakif
untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Dari beberapa definisi wakaf tersebut, dapat disimpulkan bahwa wakaf bertujuan untuk
memberikan manfaat atau faedah harta yang diwakafkan kepada orang yang berhak dan
dipergunakan sesuai dengan ajaran syariah Islam. Hal ini sesuai dengan fungsi wakaf yang
disebutkan pasal 5 UU no. 41 tahun 2004 yang menyatakan wakaf berfungsi untuk
mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan
untuk memajukan kesejahteraan umum.
Rukun Wakaf
Rukun Wakaf Ada empat rukun yang mesti dipenuhi dalam berwakaf. Pertama, orang yang
berwakaf (al-waqif). Kedua, benda yang diwakafkan (al-mauquf). Ketiga, orang yang
menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi). Keempat, lafadz atau ikrar wakaf (sighah).
Syarat-Syarat Wakaf
1.Syarat-syarat orang yang berwakaf (al-waqif)Syarat-syarat al-waqif ada empat, pertama
orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk
mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah orang yang
berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia
mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum
(rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak
sah mewakafkan hartanya.
2.Syarat-syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)Harta yang diwakafkan itu tidak sah
dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh
ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga Kedua, harta yang
diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya
(majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu
pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri,
tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
3.Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih) Dari segi
klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu (mu’ayyan)
dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang
yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya
tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu
tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin,
tempat ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf
mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik),
Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki
harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf.
Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan; pertama ialah bahwa yang akan
menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya
dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan
Islam saja.
4.Syarat-syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah) perlu ada beberapa syarat.
Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukKan kekalnya (ta’bid).
Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan itu dapat
direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu.
Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang
membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah
wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan
harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang
menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.
PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH
Yang di maksud dengan syarat wajib dan syarat sah haji adalah hal hal yg apabila telah
terpenuhi menyebabkan orang yg berasangkutan wajib menunaikan haji. Syarat sah haji
adalah hal hal yg harus dipenuhi oleh orang yg menunaikan ibadah haji, apabila tidak tidak
terpenuhi salah satu syarat sah haji, maka menjadikan hajinya tidak sah.
1. Islam. Ibadah haji hanya wajib dikerjakan oleh orang yg beragama islam.
2. Baligh. Anak anak dibawah umur belum diwajibkan. Kalaupun di sudah mengerjakan
haji, maka hajinya tetap sah tetapi dikategorikan sebagai haji sunnah.
3. Berakal sehat.
4. Merdeka ( tidak menjadi budak ).
5. Mampu.
6. Ada mahram ( muhrim ) bagi wanita , bagi wanita harus ada suami atau orang yang
mendampinginya.
Syarat Sah Haji :
Haji di nyatakan sah apabila melaksanakannya memenuhi beberapa hal berikut ini.
1. Dikerjakan sesuai batas batas waktunya, misalnya miqat zamani (batas waktu
pemakaman ibrahim), dan batas waktu wukuf.
2. Melakukan urutan rukun haji tidak boleh dibalik balik.
3. Dipenuhi syarat syaratnya, misalnya syarat thowaf dan sa'i.
4. Dikerjakan di tempat yg telah di tentukan, misalnya tempat wukuf, thawaf, sa'i,
melontar jumroh dan hadir di muzdalifah ataupun bermalam di mina.
Rukun Haji
Yang dimaksud dengan rukun haji adalah perbuatan yg harus dilaksanakan sekama
menunaikan ibadah haji dan apabila ada rukun yg tertinggal, maka ibadah hajinya tidah sah
dan tidak dapat di ganti dengan dam serta wajib mengulangi kembali ibadah hajinya pada
tahun yang akan datang. Adapun rukun haji terdiri atas enam macam, yaitu sebagai berikut.
Ihram, ihram adalah niat mengerjakan haji dengan memakai pakaian ihram dan
meninggalkan semua yg dilarang atau diharamkan dalam haji.
Wukuf di padang arafah, adalah berhenti di padang arafah pada tanggal 9 zulhijah,
yg dimulai dari tergelincirnya matahari (tanggal 9 zulhijah) sampai dengan fahar
tanggal 10 zulhijah.
Thawaf, Thawaf memiliki pengertian , mengelilingi ka`bah sebanyak tuju kali dengan
syarat syarat sebagai berikut :
o Suci dari hadas dan najis
o Menutup aurot
o Ka`bah berada di sebelah kiri orang yg thawaf.
o Hitungannya di mulai dari rukun hajar aswad.
o Thawaf di lakukan di dalam masjidil haram. Adapun macam macam thawaf
adalah sebagai berikut :
Thawaf ifadah (thawaf rukun haji).
Thawaf qudum, yaitu thawaf yang di lakukan ketika baru pertama kali
datang ke tanah suci dan melihat ke ka`bah.
Thawaf sunnah, yaitu thawaf yang bisa dilaksanakan kepan saja.
Thawaf madzar, yaitu thawaf yang dinazarkan (dijanjikan).
Thawaf wada, yaitu thawaf yang dikerjakan ketika hendak
meninggalkan tanah suci (saat akan pulang).
Sa`i, yaitu berlari lari kecil dari bukit shafa kebukit marwah dan sebaiknya sebanyak
tujuh kali. Syarat syarat sa`i adalah sebagai berikut :
o Dimulai dari bukit shafa dan diakhiri di bukit marwah.
o Dikerjakan setelah thawaf, baik thawaf qudum maupun thawaf ifadah.
o Dikerjakan sebanyak tujuh kali.
Tahalul, yang artinya yaitu bercukur atau memotong sebagian rambut kepala.
Tertib atau Urut.
Wajib Haji
Wajib haji adalah amalan amalan dalam ibadah haji yang wajib dikerjakan, tetapi sahnya haji
tidak tergantung kepadanya. Jika ia ditinggalkan, hajinya tetap sah dengan cara
menggantikannya dengan dam (bayar denda). Wajib haji ada tujuh, yaitu :
1. Berihram sesuai miqatnya.
2. Bermalam muzdalifah.
3. Bermalam(mabit) di mina.
4. Melontarkan Jumroh aqobah.
5. Melontarkan jumroh Ula, Wustho dan aqabah.
6. Menjauhkan diri dari hal hal yang dilarang dalam ihram.
7. Thawaf wada.
Sunnah Haji
Sunnah haji adalah perbuatan perbuatan yang dianjurkan dilaksanakan oleh orang yang
beribadah haji. Ada beberapa sunnah haji, yaitu sebagai berikut :
Mengerjakan haji dengan cara ifrad.
Membaca talbiyah mulai sejak ihram sampai dengan melempar jumrah aqabah pada
tanggal 10 zulhijah.
Membaca doa setelah membaca doa talbiyah.
Thawaf qudum, yaitu thawaf pada saat pertama kali datang di kota mekah al-
muqaramah.
Menunaikan sholat sunnah dua rekaat setelah selesai thawaf qudum.
Mencium hajar aswad.
Larangan-Larangan Ibadah Haji
Dalam melaksanakan ibadah haji ada beberapa larangan yang tidak boleh dilanggar dan
apabila dilanggar akan terkena dam (denda). Larangan larangan yang tidak boleh dilakukan
oleh jama`ah haji itu adalah sebagai berikut :
“Pada dakwah Rasulullah masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah, lebih dari itu
mempunyai multifungsi sebagai tempat mempersatukan umat”.
Setelah periode awal penyiaran Islam di Mekkah, Nabi Muhammad Saw menempuh babak
baru perjuangan di Madinah. Di tempat ini, Islam menyebar dengan pesat dan menjelma
menjadi agama yang besar dan dipeluk oleh umat manusia di berbagai penjuru dunia.
Nabi Muhammad mendapatkan gelar al amin bukan karena ia mendapatkan kedudukan tinggi
dalam pemerintahan, Nabi Muhammad yang lahir di Mekah pada tahun 571 M dan wafat di
Madinah, 632 M, mendapatkan gelar tersebut walaupun ia belum mendapatkan status
kenabiannya karena sifat nya yang menunjukkan unsur-unsur kemanusiaan, kejujuran, dan
keadilan, beliau adalah pemimpin yang kharismatik. Waktu Nabi Muhammad berusia 20
tahun, ia amat sedih melihat kemiskinan yang terjadi di Mekkah tempat kelahirannya itu.
Untuk mengatasi masalah tersebut Muhammad SAW mndirikan lembaga Hilful Fuduul,
yang mampu membantu orang-orang miskin dan teraniaya baik yang ada di adalam kota
maupun pendatang, mereka semua mendapatkan bantuan dan perlindungan yang sama dari
lembaga tersebut.
Seseorang yang terpecaya merupakan syarat terpenting dalam sifat seorang pemimpin,
seorang yang berpegang teguh pada kebenaran jugalah yang membuat seorang pemimpin
berkharisma. Pemimipin yang berkharisma tidak perlu memerintah dengan kekerasan agar
pengikutnya berbuat dan mengikuti keputusannya.
Hijrah Ke Madinah
Hijrah yang berarti perpindahan dianggap sebagai suatu ibadah dengan nilai pahala yang
tinggi. Dalam banyak ayat al qur’an, Allah Swt menjelaskan tentang kemuliaan ibadah ini.
Dan menjanjikan ganjaran yang berlipat ganda kepada mereka yang berhijrah.
Setelah dakwah nabi Muhammad di Mekkah belum mendapatkan hasil yang memuaskan,
maka Muhammad Saw menyuruh 200 pengikutnya untuk menghindari kekejaman Quraisy
dan pergi diam-diam ke Madinah; ia sendiri pergi menyusul dan tiba di sana pada tanggal 24
September 622. Hal ini terkenal dengan sebutan hijrah,– bukan sepenuhnya sebuah
“pelarian”, tapi merupakan rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama
sekitar dua tahun sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab
menetapkan saat terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun Qamariyah
(yang dimulai 16 Juli).
Hijrah yang mengakhiri periode Mekkah dan mengawali periode Madinah, merupakan titik
balik kehidupan Nabi. Ketika meninggalkan kota Mekkah tempat kelahirannya, penduduk
Mekkah khusus nya bangsa Quraisy, menghina dan meyepelekannya, namun ia berhasil
kembali ke kota itu sebagai seorang pemimpin yang dihormati.
B. Dakwah Nabi Muhammad Saw di Madinah
Pokok-pokok pikiran yang dijadikan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
adalah:
Berdakwah dimulai dari diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak orang lain meyakini
kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka terlebih dahulu orang yang berdakwah
itu harus meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya.
Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah SWT dalam Surah An-
Nahl, 16: 125. ( coba kalian cari dan pelajari)
Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah SAW di Madinah ialah Masjid Quba
yang berjarak ± 5 km, sebelah barat daya Madinah. Masjid Quba ini dibangun pada tanggal
12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah (20 September 622 M).
Setelah Rasulullah Saw menetap di Madinah, pada setiap hari sabtu, beliau mengunjungi
Masjid Quba untuk salat berjamaah dan menyampaikan dakwah Islam.
Masjid kedua yang dibangun oleh Rasullullah Saw dan para sahabatnya adalah Masjid
Nabawi di Madinah. Masjid ini dibangun secara gotong royong oleh kaum Muhajirin dan
Anshar, yang peletakan batu kedua, ketiga, keempat, dan kelima dilaksanakan oleh para
sahabat terkemuka yakni: Abu Bakar r.a , Umar bin Khattab r.a, Ustman bin Affan r.a, dn Ali
bin Abu Thalib k.w.
Mengenai fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW adalah sebagai berikut:
Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam dibidang akidah, ibadah, dan akhlak.
Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya salat lima waktu, salat Jumat, salat Tarawih,
salat Idul Fitri, dan Idul Adha. ( Q.S Al-Jinn, 72: 18).
Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam yang bersumber kepada
Al-Quran dan Hadis.
Masjid sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan sesame Muslim
(ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan.
Menjadikan majid sebagai sarana kegiatan sosial. Misalnya sebagai tempat penampungan
zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya, terutama
pada fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar.
Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan para
penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang menderita luka akibat perang melawan
orang-orang kafir. Sejarah mencatat adanya seorang perawat wnita terkenal pada masa
Rasullullah SAW yang bernama “ Rafidah”.
Rasullullah SAW menjadikan masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para
sahabatnya. Masalah-masalah yang dimusyawarahkan antara lain : usaha-usaha untuk
mengatasi kesulitan, usaha-usaha untuk memajukan umat Islam, dan strategi peperangan
melawan musuh-musuh Islam agar memperoleh kemenangan.
Muhajirin adalah para sahabat Rasullullah SAW penduduk Mekah yang berhijrah ke
Madinah. Anshar adalah para sahabat Rasulullah SAW penduduk asli Madinah yang
memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin.
Rasullullah SAW bermusyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khattab tentang
mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar , sehingga terwujud persatuan yang
tangguh. Hasil musyawarah memutuskan agar setiap orang Muhajirin mencari dan
mengangkat seorang dari kalangan Anshar menjadi saudaranya senasab (seketurunan),
dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Demikian juga sebaliknya orang Anshar.
Rasullullah SAW memberi contoh dengan mengangkat Ali bin Abu Thalib sebagai
saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasullullah SAW dicontoh oleh seluruh sahabatnya
misalnya:
Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW, pahlawan Islam yang pemberani
bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian dijadikan anak
angkat Rasulullah SAW.
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
2. Umar bin Khattab bersaudara dengan Itban bin Malik Al-Khazraji (Ansar).
3. Utsman bin Affan bersaudara debgan Aus bin Tsabit.
4. Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Ansar).
Demikianlah seterusnya setiap orang Muhajirin dan orang Anshar, termasuk Muhajirin
setelah hijrahnya Rasulullah SAW, dipersaudarakan secara sepasang-sepasang, layaknya
seperti saudara senasab.
Kaum Anshar dengan ikhlas memberikan pertolongan kepada kaum Muhajirin berupa tempat
tinggal, sandang pangan, dan lain-lain yang diperlukan. Namun kaum Muhajirin juga tidak
diam berpangku tangan, mereka berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah agar dapat
hidup mandiri. Misalnya Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, Abu Bakar, Umar bin
Khattab, dan Ali bin Abu Thalib menjadi petani kurma.
Kaum Muhajirin yang belum mempunyai tempat tinggal dan mata pencaharian oleh
Rasullullah SAW ditempatkan di bagian Masjid Nabawi yang beratap yang disebut suffa dan
mereka dinamakan Ahlus Suffa ( penghuni Suffa ). Kebutuhan-kebutuhan mereka dicukupi
oleh kaum Muhajirin dan Anshar secara bergotong royong. Kegiatan Ahlus Suffa itu antara
lain mempelajari dan menghafal Al-Quran dan Hadis, kemudian diajarkannya kepada yang
lain. Sedangkan apabila terjadi perang antara kaum Muslimin dengan kaum kafir, mereka ikut
berperang.
Pada waktu Rasulullah SAW menetap di Madinah, penduduknya terdiri dari tiga golongan,
yaitu umat Islam, umat Yahudi (Bani Qainuqa, Bani Nazir, dan Bani Quraizah), an orang-
orang Arab yang belum masuk Islam.
Rasulullah SAW membuat perjanijian dengan penduduk madinah non-Islam dan tertuang
dalam Piagam Madinah. Isi Piagam Madinah itu antara lain:
Setiap golongan dari ketiga golongan penduduk Madinah memiliki hak pribadi, keagamaan,
dan politik. Sehubungan dengan itu setiap golongan penduduk Madinah berhak menjatuhkan
hukuman kepada orang yang membuat kerusakan dan member keamanan kepada orang yang
mematuhi peraturan.
Setiap individu penduduk Madinah mendapat jaminan kebebasan beragama.
Seluruh penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muslimin, kaum Yahudi, dan orang-orang
Arab byang belum masuk Islam sesame mereka hendaknya saling membantu dalam bidang
moril dan materil. Apabila Madinah diserang musuh, maka seluruh penduduk Madinah harus
bantu-membantu dalam mempertahnkan kota Madinah.
Rasulullah SAW adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah. Segala perkara dan
peselisihan besar yang terjadi di Madinah harus diajukan kepada Raasulullah SAW untuk
diadili sebagaimana mestinya..
d.Meletakkan Dasar-Dasar Politik, Ekonomi, dan Sosial yang Islami demi
Terwujudnya Masyarakat Madani
Islam tidak hanya mengajarkan bidang akidah dan ibadah, tetapi mengajarkan juga bidang
politik, ekonomi, dan social, yang kesemuanya bersumber kepada Al-Quran dan Hadis.
Pada masa Raulullah SAW , penduduk Madinah mayoritas sudah beragama Islam, sehingga
masyarakat Islam sudah terbentuk, maka adanya pemerintahan Islam merupakan keharusan.
Rasulullah SAW selain sebagai seorang nabi dan rasul, juga tampil sebagai seorang kepala
Negara (khalifah).
Sebagai kepala Negara, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bagi system poltik Islam,
yakni musyawarah. Melalui musyawarah, umat Islam dapat mengangkat wakil-wakil rakyat
dan kepala pemerintahan, serta membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh seluruh
rakyatnya. Dengan syarat, peraturan-peraturan itu tidak menyimpang dari tuntunan Al-Quran
dan Hadis.
Dalam bidang ekonomi Rasulullah SAW telah meletakkan dasar bahwa system ekonomi
Islam itu harus dapat menjamin terwujudnya keadilan sosial.
Dalam bidang social kemasyarakatan, Rasulullah SAW telah meletakkan dasar. antara lain
adanya persamaan derajat diantara semua individu, semua golongan, dan semua bangsa.
Sesuatu yang membedakan derajat manusia ialah amal salehnya atau hidupnya bermanfaat
Setelah hijrah ke Madinah, tugas yang diemban Nabi Muhammad Saw dan kaum muslimin
begitu berat. Hal itu disebabkan makin kerasnya penentangan kaum Quraisy. Mereka tetap
berusaha keras untuk menghancukan kaum muslimin dengan berbagai cara. Perlawanan dari
oang-orang diluar Islam khususnya kaum kafir Quraisy Mekkah menghasilkan beberapa
peperangan dan peristiwa besar, diantaranya adalah ;
Perang Badar
Perang pertama yang menentukan masa depan negara Madinah adalah perang Badar, perang
antara kaum muslimin dengan musyrik Quraisy. Pada tanggal 17 Ramadhan 2 H. Kaum
Quraisy pada saat itu yang sedang melakukan perniagaan ke Syam. Untuk menuju syam,
mereka harus melewati Madinah. Keberadaan kaum muslimin di Madinah membuat kaum
Quraisy terancam, oleh karena itu pemimpin kafilah, Abu Sufyan mengirim berita ke Mekkah
untuk meminta bantuan. Pertempuran antara orang-orang Mekkah dan Madinah, kebanyakan
kaum Muhajirin terjadi di Badar, 144,5 km sebelah barat daya Madinah. Berkat
kepemimpinan Nabi Muhammad umat Islam yang berjumlah tigaratus orang berhasil
mengalahkan seribu orang Mekkah. Perang Badar telah menjadi landasan kekuatan
kepemimpinan Muhammad. Islam telah memperoleh kemenangan militer yang pertama dan
menentukan. Peristiwa ini menjadi asas yang kuat bagi umat Islam. Oleh karena itulah, Al
qur’an menyebut peristiwa itu dengan ” Yaumul Furqan” karena ia membedakan antara
kebenaran dan kebatilan. hari yang menjadikan umat muslim merasa tinggi dan orang-orang
yang berakidah batil menjadi rendah.
Perang Uhud
Bagi kaum Quraisy Makkah, kekalahan mereka di perang Badar merupakan pukulan berat.
Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun ke 3 Hijriah mereka bberangkat
menuju Madinah membawa pasukan tidak kuran dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200
pasukan berkuda dibawah pimpina Khalid bin Walid, 700 orang diantaranya memakai baju
besi. Nabi Muhammad menyongsong pasukan mereka dengan seribu pasukan, namun baru
saja melewati batas kota Abdullah bin Ubay bersama dengan 300 orang yahudi membelot dan
kembali ke Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin perang. Meskipu demikian,
dengan 700 pasukan yang tertinggal nabi melanjutkan perjalanan. Beberapa kilometer dari
Madinah tepat nya di bukit Uhud, kedua pasukan bertemu. Perang dahsyat pun berkobar.
Pertama-tama pasukan Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang lebih besar.
Pasukan berkuda yang di pimpin Khalid bin Walid gagal menembus benteng pasukan umat
muslim. kemenanagan yang sudah di depan mata gagal akibat godaan harat peninggalan
musuh. Prajurit Islam mulai memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan gerakan
musuh, termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperintahkan nabi agar
tidak meninggalkan posnya. Kelengahan kaum muslimin ini dimanfaatkan dengan baik oleh
musuh. Khalid bin Walid dapat melumpuhkan pasukan pemanah Islam dan pasukan Quraisy
yang tadinya sudah kabur berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak poranda dan tak
mau menangkis serangan tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur, bahkan nabi sendiri
terkena serangan musuh. 70 orang pejuang Islam syahid di medan perang.
Perang Khandak
Pengkhianatan Abdullah bin Ubay dan pasukan yahudi diganjar dengan tindakan tegas. Bani
nadir, satu dari dua suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan abdullah bin Ubay, di
usir ke luar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. sedangkan suku lainnya, yaitu
bani Quraizah, masih tetap di madinah.
Masyarakat Yahudi yang mengungsi ke Khaibar itu kemudian mengadakan kontak dengan
masyarakat Mekkah untuk menyusun kekuatan bersama guna menyerang madinah. Mereka
membentuk pasukan gabungan yang berjumlah 24.000 orang tentara. Di dalamnya juga
beberapa suku Arab lain. Mereka bergerak ke Madinah pada tahun 5 Hijriah. Atas Usul
Salman al Farisi nabi Muhammad memerintahkan umat islam untuk menggali parit untuk
pertahanan. Setelah tentara musuh tiba mereka tertahan oleh parit itu. Namun, mereka
mengepung Madinah dengan mendirikan kemah-kemah diluar parit hampir sebulan lamanya.
Perang ini disebut perang Ahzab (sekutu beberapa suku) atau perang Khandaq (parit). Dalam
suasana kritis itu, orang-orang bani Quraizah di bawah pimpinan Ka’ab bin Asad berkhianat.
Hal ini membuat Islam makin terjepit. Setelah sebulan pengepungan, angin dan badai turun
amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan
musuh. Mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negri mereka masing-
masing tanpa hasil apapun.
Pada tahun ke-6 H ketika ibadah haji sudah disyariatkan, nabi memimpin sekitar seribu kaum
Muslimin berangkat ke Makkah,bukan untuk berperang, melainkan untuk melakukan ibadah
Umrah. Karen itu, mereka mengenakan pakaian ihram tanpa membawa senjata. Sebelum tiba
di Makkah, mereka berkemah di Hubaidiyah, beberapa kilometer dari Makkah. Penduduk
Makkah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian yang dikenal
dengan nama Perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain: (1) kaum Muslimin belum boleh
mengunjungi Ka’bah tahun ini tetapi ditangguhkan sampai tahun depan, (2) lama kunjungan
dibatasi sampai tiga hari saja, (3) kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Makkah
yang melarikan diri ke Madinah, sedang sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak
orang-orang Madinah yang kembali ke Makkah, (4) selama sepuluh tahun diberlakukan
gencatan senjata antara masyarakat Madinah dan Makkah, dan (5) tiap Kabilah yang ingin
masuk kedalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum Muslimin,bebas melakukannya tanpa
mendapat rintangan. Kediaan orang-orang Makkah untuk berunding dan membuat perjanjian
dengan kaum Muslimin itu benar-benar nerupakan kemenangan diplomatic yang besar bagi
umat Islam. Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambila alih Ka’bah dan menguasai
Ka’bah sudah semakin terbuka. Nabi memang sudah sejak lama berusaha merebut dan
menguasai Makkah agar dapat menyiarkan Islam kedaerah-daerah lain. Ini merupakan target
utama beliau. Ada dua faktor pokok yang mendorong kebijaksanaan ini: pertama, Makkah
adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsilidasi bangsa Arab dalam Islam,
Islam bisa tersebar keluar. Kedua, apabila suku nabi sendiri dapat diislamkan, Islam akan
memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan
pengaruh yang besar. Setahun kemudian, ibadah haji ditunaikan sesuai rencana. Banyak
orang Quraisy yang masuk Islam setelah menyaksikan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh
masyarakat Islam Madinah.
Gencatan senjata telah memberi kesempatan kepada nabi untuk menoleh berbagai negeri lain
sambil memikirkan bagaimana cara mengislamkan mereka. Salah satu cara yang ditempuh
nabi adalah mengirim utusan dan surat kepada kepala-kepala Negara dan pemerintahan.
Diantara raja-raja yang dikirimi surat ialah raja Ghassan, Masir, Abesinia, Persia, dan
Romawi. Namun tak seorang pun yang masuk Islam. Ada yang menolak dengan baik dan
simpati, tetapi ada juga yang menolak dengan kasar, seperti yang diperlihatkan oleh raja
Ghassan.
Utusan yang dikirim nabi dibunuh dengan kejam oleh raja Ghassan. Untuk membalas
perlakuan ini ,nabi mengirim perang sebanyak 3000 orang. Peperangan terjadi di Mu’tah,
sebelah utara jazirah Arab. Pasukan Islam mendapat kesulitan menghadapi tentara Ghassan
yang mendapat bantuan dari Romawi. Beberapa pahlawan gugur melawan pasukan
berkekuatan ratusan ribu orang itu. Melihat kenyataan yang tidak berimbang ini, Khalid ibn
Walid, yang sudah masuk Islam, mengambil alih komando dan memerintahkan pasukan
untuk menarik diri dan kembali ke Madinah.
Selama dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah menjangkau
seluruh jazirah Arab, termasuk suku-suku paling selatan, menggabungkan diri dlam Islam.
Hal ini membuat orang-orang Makkah merasa terpojok. Perjanjian Hudaibiyah ternyata
menjadi senjata bagi umat Islam untuk memperkuat dirinya. Oleh karena itu secara sepihak
orang-orang kafir Quraisy membatalkan perjanjian tersebut. Melihat kenyataan ini,
Rasulullah segera bertolak ke Makkah dengan sepuluh ribu orang tentara untuk melawan
mereka. Nabi Muhammad tidak mengalami kesukaran apa-apa dan memasuki kota Makkah
tanpa perlawanan. Beliau tampil sebagai pemenang. Patung-patung berhala diseluruh negri
dihancurkan. Setelah itu, nabi berkhotbah menjanjikan ampunan Tuhan terhadap kafir
Quraisy. Sesudah khotbah disampaikan, mereka dating berbondong-bondong memeluk
agama Islam. Sejak itu, makkah berada dibawah kekuasaan nabi.
Haji Wada’
Dalam kesempatan ibadah haji yang terakhir, haji wada’ tahun 10 Hijriah (631 M), nabi
Muhammad menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah. Isi khotbah itu antara lain;
larangan menumpahkan darah kecuali dengan yang Haq dan larangan mengambil harta orang
lain dengan yang batil, karena nyawa dan harta benda adalah suci; larangan riba dan larangan
menganiaya; perintah untuk memperlakukan istri dengan baik dan lemah lembut serta
menjauhi dosa; semua pertengkaran antara mereka di zaman jahiliah harus saling
memaafkan; balas dendam dengan tebusa darah sebagaimana opada zaman jahiliah harus
dihapuskan; dan yang terpenting adalah umat Islam harus selalu berpegang teguh pada Al
qur’an dan sunah nabi. Isi khotbah ini merupakan prinsip-prinsip yang mendasari gerakan
Islam.
Setelah itu beliau kembali ke madinah. Beliau mengatur organisasi masyarakat kabilah yang
telah memeluk Islam. Petugas keamanan dan para da’i di kirim keberbagai daerah dan
kabilah untuk mengajarkan Islam, mengatur peradilan dan memungut zakat. Dua bulan
setelah itu, nabi menderita sakit demam. Tenaga nya dengan cepat berkurang. Pada hari Senin
tanggal 12 Rabiul Awwal 11 H/ 8 Juni 632 Nabi Muhammad Saw wafat di rumah istrinya
Aisyah.
Dalam perjalanan sejarah nabi, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad Saw, disamping
beliau sebagai pemimpin agama, juga sebagai seorang negarawan, pemimpin politik, dan
administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi politik, beliau berhasil
menundukkan seluruh jazirah Arabia dalam kekuasaannya.
Rangkuman.