Anda di halaman 1dari 3

Antisipasi Bencana Banjir & Longsor 2012 Di Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana yang sangat tinggi. Berbagai
potensi tersebut antara lain adalah banjir, tanah longsor terutama di musim penghujan seperti
saat ini. Banjir dan kekeringan merupakan fenomena rutin yang dihadapi di beberapa daerah
dengan kerugian yang tidak kecil seperti banjir Februari 2007 di wilayah Jabodetabek selama
5 hari mencapai kerugian 8,6

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana yang sangat tinggi. Berbagai
potensi tersebut antara lain adalah banjir, tanah longsor terutama di musim penghujan
seperti saat ini. Banjir dan kekeringan merupakan fenomena rutin yang dihadapi di beberapa
daerah dengan kerugian yang tidak kecil seperti banjir Februari 2007 di wilayah
Jabodetabek selama 5 hari mencapai kerugian 8,6 trilyun atau setara dengan 48 % APBD
DKI tahun 2006 dengan korban 60 orang dari 263.416 pengungsi.

Jakarta, 12 Januari 2012 – Frekuensi kejadian bencana banjir, longsor, dan kekeringan
selain karena kerusakan lingkungan, juga dipicu dengan fenomena perubahan iklim.
Berdasarkan data dari BNPB Tahun 2011, trend bencana di Indonesia terus meningkat dari
tahun ke tahun. Bencana yang terjadi tersebut umumnya berkaitan dengan hidrometeorologi
(kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang) yang terjadi rata-rata
hampir 80 % dari total bencana di Indonesia. Bahkan menurut catatan Internasional Disaster
Database (2007), 10 kejadian bencana terbesar di Indonesia yang terjadi dalam periode waktu
1907 – 2007 terjadi setelah tahun 1990-an dan sebagian besar merupakan bencana yang
terkait dengan iklim khususnya banjir, kemudian kekeringan, kebakaran hutan, dan ledakan
penyakit.

Menteri Negara Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA mengatakan,
“Potensi bencana banjir tahun 2012 memiliki pola cuaca yang sama dengan tahun 1992 dan
2006. Selain itu potensi banjir tahun ini disebabkan pula oleh laju kerusakan lingkungan,
yaitu semakin berkurangnya tutupan lahan dan daerah resapan. Penyebab penting lainnya
adalah Perilaku masyarakat yang belum ramah lingkungan khususnya terkait dengan 
perlakuan sampah yang masih saja dibuang sembarangan. Oleh karenanya salah satu solusi
antisipasi banjir, Tahun 2012 ini Kementerian Lingkungan Hidup akan berusaha penuh untuk
melibatkan semua pihak dalam Gerakan Indonesia Bersih yang dicanangkan pada 2011”.
Gerakan ini sangat penting mengingat misalnya sekitar 2,5% timbulan sampah Jakarta atau
sebesar 600 m3/hari masuk kedalam Sungai Ciliwung. Apabila disebar di lapangan sepak
bola (dengan tinggi timbulan sampah + 20 cm) maka setiap harinya ada timbulan sampah
sebanyak 7 lapangan sepak bola yang menyumbat Sungai Ciliwung dan memperburuk banir
di Jakarta.
Sementara itu berdasarkan informasi dari BMKG dan LAPAN memprediksikan bencana
banjir terjadi pada akhir bulan Januari dan awal bulan Februari, yang disebabkan akumulasi
curah hujan dan sirkulasi angin yang mengarah ke pulau jawa. Menurut BMKG, curah hujan
pada bulan Januari 2012 diprediksi berada pada kisaran tinggi-sangat tinggi (antara 300-500
mm), bulan Februari 2012 masih dalam kisaran curah hujan yang tinggi (antara 300-400
mm), dan semakin menurun pada bulan Maret (kisaran menengah, antara 200-300 mm).

Prediksi daerah yang berpotensi terjadi banjir bulan Januari 2012 di wilayah DKI Jakarta
antara lain: Jakarta Barat (meliputi Kecamatan Cengkareng, Grogol Petamburan, Kali Deres,
Kebon Jeruk dan Taman Sari); Jakarta  Pusat (meliputi Kecamatan Cempaka Putih, Gambir,
Kemayoran, Menteng, Sawah Besar, Senen dan Tanah Abang); Jakarta  Selatan (meliputi
Kecamatan Cilandak, Kebayoran Baru, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu,
Pesanggrahan dan Tebet); Jakarta  Timur (meliputi Kecamatan Cakung, Cipayung, Ciracas,
Jatinegara, Kramat Jati, Makasar dan Pulo Gadung); serta Jakarta Utara (meliputi Kecamatan
Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Pademangan, Penjaringan dan Tanjung Priok).

Di saat musim kemarau terjadi krisis kualitas dan kuantitas air yang menyebabkan sulitnya
penduduk mendapatkan akses air bersih dan kekeringan lahan pertanian. Banjir dan
kekeringan tersebut karena terganggunya siklus air dari hulu sampai dengan hilir yang
diakibatkan kegiatan manusia yang kurang atau tidak memperhatikan kaidah perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, Oleh karenanya perlu adanya kegiatan dan tindakan nyata
untuk mengurangi resiko – resiko bencana banjir antara lain :
Jangka pendek :

1. Diseminasi informasi daerah potensi rawan banjir dan longsor serta meminta Pemkab/
kota untuk mencermati lokasi yang berpotensi rawan tersebut.
2. Melakukan pemantauan lapangan untuk melihat  antisipasi dan kesiapsiagaan bencana
banjir, baik melalui pembuatan sumur resapan maupun penyediaan Ruang Terbuka
Hijau (RTH).
3. Membuat Posko atau pusat informasi Bersama yang berisi segala macam informasi
tentang prediksi dan potensi kejadian banjir dan longsor tahun 2012
4. Melakukan pengerukan selokan – selokan maupun endapan sepanjang sungai.
5. Membenahi saluran air / sungai yang tersumbat oleh bangunan, ataupun sampah
terutama di daerah yang tergenang air.
6. Menyediakan kontainer sampah dan sistem pengangkutannya yang reguler di sekitar
bantaran sungai serta pengawasannya. Mengingat sekitar 29% masyarakat sekitar
sungai selalu membuang sampah ke sungai (Penelitian KLH – JICA, 2007).
7. Mengkampanyekan, membina masyarakat dan mewajibkan dunia usaha untuk
membuat sumur resapan, lubang resapan biopori dan bak penampung air hujan dalam
rangka memanen air hujan. Pemanenan air hujan tersebut dapat dilihat pada :

a.    Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 12 Tahun 2009 tentang
Pemanfaatan Air Hujan.
b.    Buku Metode Memanen Air dan Memanfaatkan Air Hujan untuk Penyediaan Air Bersih,
Mencegah Banjir dan Kekeringan.
c.    Panduan Kesiapsiagaan Banjir
d.    Buku saku Lubang Resapan Biopori
e.    Pedoman Pencegahan Banjir dan Longsor
8.    Memobilisasi komunitas masyarakat yang peduli air, sungai maupun bencana banjir
untuk mengurangi resiko banjir khususnya di DKI Jakarta, Jabodetabek maupun wilayah
lainnya.

Jangka Menengah :

1. Membuat jaring – jaring sampah pada anak – anak sungai dan pengolahan
sampahnya.
2. Melanjutkan pembuatan cek dam di hulu (program seribu cek dam), sebagai
penampung air skala kecil, sumur resapan dan pengurangan sedimen (sedimen trap)
ke sungai dengan melibatkan pelaku usaha dan masyarakat sebagai pemanfaat air.
3. Memulihkan daerah hulu dengan menanam dan memelihara pohon terutama di daerah
sumber – sumber air, di tanah terbuka dan semak belukar melalui pemberdayaan
masyarakat.
4. Membangun pola penanganan sistem tanggap darurat yang lebih menekankan
kerjasama dengan masyarakat.
5. Membangun dan memobilisasi komunitas masyarakat yang berada di daerah banjir
dengan komunitas masyarakat di lokasi yang akan dijadikan tempat evakuasi/
penampungan pengungsi.

Anda mungkin juga menyukai