Anda di halaman 1dari 8

REKAYA IDE

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

" UPAYA ADAPTASI NELAYAN DITENGAH PERUBAHAN IKLIM"

DOSEN PENGAMPU :

M. Ridha Syafli Damanik S.Pi, M.Sc

M. Farouq Ghazali Matondang S.Pd, M.Sc

DISUSUN OLEH :

Cut Zahira Rifani Kamza

3221131007

Geografi C 2022

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2022

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan dan mencurahkan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
Rekayasa Ide Meteorologi dan Klimatologi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Tangkaoan
Nelayan di tengah perubahan Iklim” ini dengan baik dan tepat waktu. Laporan Rekayasa ide ini
telah saya susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan laporan rekayasa ide.

Untuk itu saya menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
saya dalam penyusunan laporan Rekayasa ide. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan maupun dalam susunan kalimat dan tata bahasa
penulisan laporan ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik atau saran yang
membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan laporan ini kedepannya. Semoga
laporan Rekayasa Ide ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2022

Cut Zahira Rifani Kamza


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan iklim adalah perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin dan berbagai efek-efek lain
secara drastis. Perubahan iklim disebabkan oleh Efek gas rumah kaca, Pemanasan Global, Kerusakan
lapisan ozon, Kerusakan fungsi hutan, Penggunaan Cloro Flour Carbon (CFC) yang tidak terkontrol dan
Gas buang industri. Keenam faktor ini telah menyebabkan seluruh wilayah indonesia mengalami
kenaikan suhu udara, dengan laju yang lebih rendah dibanding wilayah subtropis. Kenaikan suhu ini
telah mendorong kenaikan air laut dan menyebabkan banjir rob disejumlah wilayah.Dari tahun 2000 ke
2030, kenaikan rata-rata permukaan air laut akan meningkatkan risiko banjir pesisir atau rob sebesar 19-
37 persen. Tidak hanya wilayah Pulau Jawa saja yang memang sudah rentan terhadap banjir rob ini,
tetapi sebagian Sumatera bagian utara, Sulawesi Selatan juga berpeluang ikut terdampak. Namun, tak
hanya kehidupan para nelayan di pesisir yang juga ikut terdampak akibat kenaikan air laut, suhu yang
meningkat di lautan juga berdampak kepada hasil tangkap nelayan.

Peningkatan suhu menyebabkan ikan-ikan dan biota laut lainnya migrasi atau bahkan mati yang
berujung kepada penurunan hasil tangkap nelayan. Ikan-ikan yang biasanya mendiami wilayah perairan
tropis akan bermigrasi kearah kutub karena perluasan wilayah perairan tropis naiknya paras laut
mengakibatkan menghilangnya beberapa terumbu karang dan luasan hutan kelp menurun, karena suhu
air yang meningkat (HOBDAY et al., 2006). Belum lagi, kini nelayan dihadapkan pada kondisi cuaca
ekstrem yang memaksa mereka untuk tidak melaut. Dari sejumlah masalah tersebut, nelayan, terutama
nasib nelayan kecil semakin terhimpit.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bahwa permasalahan yang akan di bahas di
makalah Rekayasa Ide ini adalah Bagaimana menjaga ketahanan produksi hasil laut di tengah perubahan
iklim.

1.3 Tujuan

Dari permasalahan yang tercantum diatas, maka penulis merumuskan tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memberikan solusi terhadap permasalahan produksi hasil laut di tengah perubahan iklim.

BAB II
PEMBAHASAN REKAYASA IDE

2.1 Pemaparan Masalah

Hasil penelitian tentang perubahan iklim dan keterkaitannya dengan sektor perikanan secara global,
menunjukkan bahwa hasil tangkapann ikan di Indonesia akan menurun sekitar 15 hingga 30 persen.
Berdasarkan terbitan yang dirilis oleh Indian Ocean Tuna Commission (IOTC), tiga negara penghasil tuna
terbesar dunia, Indonesia, Taiwan dan Jepang mengalami penurunan hasil tangkapan tuna antara tahun
1997 hingga 2010. Pada tahun 2017, menurut data dari BPS, di Demak saja terdapat 3.846 orang yang
profesi utamanya sebagai nelayan tangkap. Sebanyak 1.336 nelayan tangkap terpaksa harus
menghentikan aktivitasnya di laut sejak Januari.Hal berbeda terjadi pasca pandemi, situasi ekonomi yang
sulit akibat dampak mewabahnya COVID-19 tak jarang membuat mereka terpaksa melaut. Akibatnya,
banyak dari mereka yang dinyatakan hilang atau meregang nyawa karena terhempas ombak dan angin
kencang.

Data dari Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia menunjukan, terdapat 13 kali insiden kecelakaan
di perairan Indonesia yang dialami kapal ikan dan perahu nelayan dengan jumlah korban mencapai 48
orang dalam kurun waktu 1 Desember 2020-10 Januari 2021. Dalam rentang waktu tersebut, sebanyak
28 korban dinyatakan hilang, 3 meninggal dan 17 dari mereka selamat.Berbagai faktor seperti
ketidakpastian cuaca, kondisi cuaca ekstrem, kenaikan suhu permukaan laut (sea surface temperature-
SST), naik turunnya harga bahan bakar serta perubahan arah angin, menurunkan tingkat produktivitas
nelayan yang berujung kepada hasil tangkap yang menurun. Kesemua kondisi ini telah memposisikan
nelayan kecil dalam ancaman kehilangan mata pencaharian mereka.

Di tengah dampak perubahan iklim yang semakin parah, nelayan kecil kini mesti berjibaku untuk lepas
dari jurang kemiksinan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya penurunan jumlah rumah
tangga perikanan tangkap secara drastis dari 2 juta di tahun 2000 menjadi 966 ribu di tahun 2016.
Survey Sosio Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017 bahkan menunjukkan nelayan sebagai salah satu
profesi paling miskin di Indonesia.Pertanyaannya, lantas apa jadinya jika kita para nelayan kecil ini
memutuskan untuk berhenti melaut dalam waktu yang lama? Indonesia bisa saja mengalami penuruna
produksi ikan yang signifikan dan berujung kepada berkurangnya pasokan pangan dari laut. Padahal,
sejumlah panganan laut tersebut memiliki kandungan gizi dan protein yang sulit didapatkan dari hewan
lain yang ada di darat. Skenario terburuk ini bisa saja tidak terjadi andai dampak dari laju perubahan
iklim dapat dihentikan. Sayangnya, belum ada tanda-tanda bahwa masalah tersebut bisa diatasi dalam
beberapa tahun ke depan.

2.1 Rekayasa ide (Solusi)

 Pemerintah memberikan modal untuk Teknologi Kapal dan alat tangkap

Dalam rangka mendorong pemanfaatan teknologi produksi ikan untuk adaptasi perubahan iklim dan
variabilitas iklim, pemerintah melakukan intervensi melalui program-program bantuan. Program
tersebut antara lain bantuan kapal dan perlengkapan kapal, penyediaan dana untuk pinjaman modal,
serta penyediaan informasi daerah penangkapan ikan dan iklim.Namun demikian, adanya kesenjangan
antara apa yang disediakan pemerintah (bantuan kapal, bantuan modal dan IDPI) dengan kondisi
lapangan yang dihadapi masyarakat nelayan, bahkan beberapa kasus tertentu menimbulkan masalah
baru. Salah satu masalah yang muncul adalah ketidakmerataan bantuan tersebut, sehingga terjadi
kecemburuan masyarakat pada pihak tertentu yang mendapatkan bantuan kapal dan perlengkapannya.
Kondisi tersebut terjadi karena bantuan kapal tidak menjangkau ke semua masyarakat nelayan. Bantuan
yang dimaksudkan sebagai stimulan tidak membangkitkan masyarakat untuk mengembangkannya
karena adanya konflik dalam internal masyarakat dan belum adanya penyiapan masyarakat untuk
mengembangkan bantuan stimulan tersebut.Selain itu, masalah lain adalah penyediaan informasi
daerah penangkapan ikan dan iklim hanya dapat dimanfaatkan oleh kapal besar yang memiliki
jangkauan luas. Sedangkan, nelayan perahu kecil tidak dapat memanfaatkannya. Pemerintah
sebenarnya mendorong peningkatan kapasitas kapal dengan adanya penyediaan bantuan modal untuk
dapat diakses masyarakat. Namun, penyediaan bantuan modal tersebut masih sulit diakses masyarakat
nelayan karena dianggap prosedurnya rumit, kurangnya kepercayaan pada pemerintah, dan
mensyaratkan kolektifitas masyarakat untuk mengakses bantuan modal tersebut.Deangan demikian,
program penyediaan modal saja tidak cukup mendorong peningkatan pemanfaatan teknologi untuk
adaptasi dampak perubahan iklim dan variabilitas iklim. Namun, yang penting adalah upaya-upaya
menguatkan kapasitas masyarakat dalam mengakses modal tersebut.

 Inovasi Produksi Garam

Kabupaten Probolinggo terkenal dengan lahan tambak udang, bandeng, kepiting dan garam. Namun,
dengan fenomena perubahan iklim yang sulit diprediksi, terdapat perpindahan kegiatan usaha
masyarakat dari semula tambak udang, bandeng, kepiting yang lebih berisiko tinggi terhadap perubahan
iklim beralih ke kegiatan tambak garam dengan inovasi yang mengantisipasi perubahan iklim.Inovasi
tersebut dilakukan dengan sistem kerja buka tutup dilakukan mengikuti cuaca. Pada saat turun hujan
dilakukan penutupan media penjemuran sedangkan pada saat cuaca panas tambak garam kembali
dibuka.

 Diversifikasi Sumber Pendapatan

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelum nya penulis mendapatkan informasi bahwa sangat sedikit
nelayan yang melakukan diversifikasi usaha dalam bentuk tambak Rendahnya angka diversifikasi usaha
yang dilakukan responden berkaitan dengan faktor.kepercayaan mereka terhadap sumber daya laut
yang sudah memberikan mereka penghidupan.Responden percaya bahwa laut akan terus memberikan
hasilnya untuk mereka bertahan hidup. Selain faktor kepercayaan, faktor tidak adanya sumber
penghasilan lain selain dari laut juga turut memengaruhi. Seluruh responden menyatakan, mereka tidak
tahu harus kemana mencari sumber penghasilan selain dari sektor laut.

 mendirikan KUB (kelompok usaha bersama)

Masyarakat nelayan juga bisa memiliki strategi untuk penanggulangan kemiskinan yaitu dengan
mendirikan KUB (kelompok usaha bersama) khusus para pembudidaya rumput laut.Di dalam komunitas
tersebut bisa belajar memproduksi barang ataupun makanan yang bahan utama nya terbuat dari
rumput laut dengan begitu akan membantu perekonomian masyarakat nelayan karena pembudidayaan
rumput laut tidak sulit juga tidak tergantung musim.

 Strategi pengurangan beban kebutuhan dasar masyarakat.

Diupayakan adanya pengurangan beban biaya akses pendidikan dan kesehatan. Infrastruktur yang
mempermudah dan mendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat Nelayan. Pengurangan beban
kebutuhan dasar masyarakat nelayan Tanggulsari dapat dilakukan di antaranya melalui subsidi BBM
yang secara khusus diperuntukkan bagi nelayan.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Sebagaimana kita ketahui, kegiatan mata pencaharian di laut sebagai nelayan maupun di darat sebagai
petani baik sawah maupun kebun sangat bergantung pada alam, tidak hanya pada ekosistem lingkungan
laut atau lingkungan darat (lahan/tanah), tetapi juga pada kondisi iklim (cuaca dan angin). Dengan
demikian, kondisi iklim sangat mempengaruhi kondisi lingkungan laut termasuk keberadaan sumberdaya
yang ada di dalamnya maupun lingkungan darat (lahan/tanah) termasuk hasil tanaman bahkan
mempengaruhi kemungkinan untuk bisa ditanami.

Namun demikian, tampaknya kendala yang dihadapi oleh masyarakat tersebut dapat diatasi dengan
berbagai strategi. Dapat dipahami, baik nelayan maupun petani, merupakan komunitas masyarakat yang
sudah terbiasa beradaptasi dengan alam dengan segala kondisinya.

Untuk hal itu maka penulis memberikan beberapa solusi yakni

-Pemerintah memberikan modal untuk Teknologi Kapal dan alat tangkap

-Inovasi Produksi Garam

-Diversifikasi Sumber Pendapatan

-mendirikan KUB (kelompok usaha bersama)

-Strategi pengurangan beban kebutuhan dasar masyarakat.

4.2 SARAN

Manusia memanfaatkan alam sebagai pemenuhan kebutuhan dalam hidupnya. Aktivitas manusia
tersebut dapat merusak alam jika manusia tidak mempertimbangkan semua hal yang berkenaan yang
merusak alam, sehingga perubahan iklim semakin sering terjadi karena terjadi pemanasan global
Sehingga jika manusia ingin menggunakan alam secara maksimal janganlah merusak alam dan
memanfaatkan alam secara maksimal tanpa merusak ekosistem alam. Dalam melakukan aktivitas
penangkapan, sebaiknya nelayan menggunakan alat-alat yang tidak merusak dan menganggu ekosistem
laut agar kelestarian laut tetap terjaga dan kita semua dapat merasakan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Husaini, M. I. (2022). STRATEGI ADAPTASI PETANI–NELAYAN PULO ACEH MENGHADAPI PERUBAHAN


IKLIM. Dinamika Kemajuan Dalam Studi Pembangunan Pertanian: Membangun Kesadaran dan
Pengembangan Inovasi Pertanian, 49.

Perdana, T. A., & SUSILOWATI, I. (2015). Dampak Perubahan Iklim terhadap Nelayan Tangkap (Studi
Empiris di Pesisir Utara Kota Semarang) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomika dan Bisnis).

Moegni, N., Rizki, A., & Prihantono, G. (2014). Adaptasi nelayan perikanan laut tangkap dalam
menghadapi perubahan iklim. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan, 15(2), 182-189.

Anda mungkin juga menyukai