Anda di halaman 1dari 43

COVER

PERUBAHAN IKLIM, PEMANASAN GLOBAL, HUJAN ASAM dan


EFEK RUMAH KACA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan
Dosen Pengampu : Ratna Kumala Dewi, M.Pd.

Oleh:

Khoirul Muna 12212183012


Miftakhul Jannah 12212183029
Ike Umul Kholifah 12212183086

JURUSAN TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt., karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-
Nya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dan lancar. Di dalam makalah ini
membahas mengenai “Perubahan Iklim, Pemanasan Global, Hujan Asam, dan Efek Rumah
Kaca”. Pembuatan makalah ini juga tidak luput atas bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ucapkan terimakasih kepada :
1. Ratna Kumala Dewi, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah yang
memberikan materi pendukung, masukan serta bimbingan.
2. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah Perubahan Iklim,
Pemanasan Global, Hujan Asam, dan Efek Rumah Kaca .
Makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah kami.

Tulungagung, 11 Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ...................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan ............................................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4

A. Pengertian Perubahan Iklim ........................................................................................ 4

B. Faktor Penyebab Perubahan Iklim ............................................................................. 6

C. Dampak Perubahan Iklim............................................................................................ 6

D. Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim .................................................................. 9

E. Pemanasan Global ...................................................................................................... 12

F. Hujan Asam ................................................................................................................. 22

G. Efek Rumah Kaca ................................................................................................... 29

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 37

A. Simpulan ...................................................................................................................... 37

B. Saran ............................................................................................................................ 38

LATIHAN SOAL !................................................................................................................. 39

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 40

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara bagian timur yang yang terletak di equator, sehingga
akan menjadi negara yang pertama kali merasakan perubahan iklim. Dampak tersebut telah
dirasakan, yakni tahun 1998 menjadi tahun dengan suhu udara terpanas dan semakin
meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Perubahan ikim dapat dirasakan pada daerah dataran
tinggi dan kawasan pegunungan yang kini tak lagi sedingin dulu. Iklim pun kian sulit
diprediksi dengan tepat. Bencana global ini sebenarnya justru dipicu oleh aktivitas manusia
itu sendiri yang telah mengeruk alam (eksploitasi berlebih), tanpa adanya pembenahan.
Akibatnya, alam mulai memberontak akibat keseimbangan ekosistem yang tidak stabil. Hal
tersebut menyebabkan bumi mulai memanas dan terjadi perubahan iklim secara global . 1

Perubahan iklim (climate change) merupakan hal yang tidak dapat dihindari akibat
pemanasan global (global warming) dan diyakini akan berdampak luas terhadap berbagai
aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian. Perubahan pola curah hujan, peningkatan
frekuensi kejadian iklim ekstrem, serta kenaikan suhu udara dan permukaan air laut
merupakan dampak serius dari perubahan iklim yang dihadapi Indonesia. Pertanian
merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim. Di tingkat
global, sektor pertanian menyumbang sekitar 14% dari total emisi, sedangkan di tingkat
nasional sumbangan emisi sebesar 12% (51,20 juta ton CO2 ) dari total emisi sebesar 436,90
juta ton CO2 , bila emisi dari degradasi hutan, kebakaran gambut, dan dari drainase lahan
gambut tidak diperhitungkan. Apabila emisi dari ketiga aktivitas tersebut diperhitungkan,
kontribusi sektor pertanian hanya sekitar 8%. Walaupun sumbangan emisi dari sektor
pertanian relatif kecil, dampak yang dirasakan sangat besar. Perubahan pola curah hujan dan
kenaikan suhu udara menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian
iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami puso
semakin luas. Peningkatan permukaan air laut menyebabkan penciutan lahan sawah di daerah
pesisir dan kerusakan tanaman akibat salinitas. Dampak perubahan iklim yang demikian
besar memerlukan upaya aktif untuk mengantisipasinya melalui strategi mitigasi dan
adaptasi. Teknologi mitigasi bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari

1
Affandi, Imam. 2008. Ancaman Global warming Bagi Manusia. (online)
(http://imamaffandi.wordpress.com/2008/02/17/ancaman-global-warming-dalamkehidupan-manusia/.....) di
akses 10 juni 2021 pukul 10.00 WIB.

1
lahan pertanian melalui penggunaan varietas rendah emisi serta teknologi pengelolaan air dan
lahan. Teknologi adaptasi yang dapat diterapkan meliputi penyesuaian waktu tanam,
penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas, serta pengembangan
teknologi pengelolaan air.2

Perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global telah menjadi isu besar di dunia.
Mencairnya es kutub utara dan kutub selatan yang akan menyebabkan kepunahan habitat di
sana merupakan bukti dari pemanasan global. Deretan bencanapun kian panjang seperti
banjir, tanah longsor, kekeringan, gagal tanam dan panen hingga konflik-konflik horizontal di
dalam masyarakat. Beberapa riset yang dilakukan sebelum ini menunjukkan banyaknya
indikator dalam perubahan iklim seperti meningkatnya permukaan air laut, banjir,
kekeringan, beberapa permasalahan sumberdaya dan permasalahan dalam pengembangan
sumber daya air. Perubahan iklim berdampak langsung terhadap sektor pertanian di
Indonesia. Dampak yang sangat nyata terlihat adalah kegagalan panen pada petani sebagai
akibat dari kekeliruan petani menentukan pola tanam yang tepat dalam mengatasi anomali
cuaca lokal yang terjadi. Perubahan iklim berdampak pula terhadap ketersediaan air
dikarenakan curah hujan yang menurun dan tidak dapat diprediksi kapan musim hujan akan
turun. Fenomena perubahan iklim (climate change) sebenarnya sudah terjadi dan tetap
berlangsung saat ini sampai waktu-waktu mendatang. Pada prinsipnya perubahan iklim
terjadi karena beberapa unsur iklim intensitasnya menyimpang dari kondisi biasanya menuju
ke arah tertentu. Berbagai penelitian ilmiah telah melaporkan bahwa karbondioksida (CO2) di
lapisan atmosfir yang merupakan konsekuensi hasil sisa pembakaran dari batu bara, kayu
hutan, minyak, dan gas, telah meningkat hampir mendekati angka 20% sejak dimulainya
revolusi industri .

Berdasarkan fenomena di atas maka penulis menyusun makalah mengenai


“Perubahan Iklim, Pemanasan Global, Hujan Asam, dan Efek Rumah Kaca serta bagaimana
dampak dan cara menanggulanginya”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Perubahan Iklim ?
2. Apa Saja Faktor Penyebab Peeubahan Iklim ?
3. Bagaimanakah Dampak Perubahan Iklim ?
4. Bagaimanakah Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim ?

2
Elza Surmaini, UPAYA SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM. (Jurnal
Litbang Pertanian, 30(1), 2011). Hal. 1.

2
5. Bagaimanakah Pemanasan Global Terjadi ?
6. Bagaimanakah Hujan Asam ?
7. Bagaimanakah Efek Rumah Kaca ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Perubahan Iklim
2. Mengetahui Apa Saja Faktor Penyebab Peeubahan Iklim
3. Mengetahui Dampak Perubahan Iklim
4. Mengetahui Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim
5. Mengetahui Pemanasan Global Terjadi
6. Mengetahui Hujan Asam
7. Mengetahui Efek Rumah Kaca

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perubahan Iklim
Iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata cuaca di suatu wilayah selama periode
waktu tertentu, seperti yang ditunjukkan oleh suhu, kecepatan angin, dan curah hujan.
Keadaan atmosfer di tempat dan waktu tertentu sehubungan dengan kondisi meteorologi,
seperti angin, suhu, kekeruhan, kelembaban, tekanan, dll3. Perubahan iklim adalah perubahan
baik pola maupun intensitas unsur iklim pada periode waktu yang dapatdibandingkan
(biasanya terhadap rata-rata 30 tahun). Sedangkan pengertian perubahan iklim menurut
berbagai sumber (BMKG, 2011) :
a. UU No. 31 tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Perubahan Iklim
adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung, oleh aktivitas
manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global serta
perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat
dibandingkan.
b. Pemahaman petani, perubahan iklim adalah terjadinya musim hujan dan kemarau yang
sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu kebiasaan petani (pola tanam) dan
mengancam hasil panen.
c. Pemahaman nelayan, perubahan iklim adalah susahnya membaca tanda-tanda alam
(angin, suhu, astronomi, biota, arus laut) karena terjadi perubahan dari kebiasaan sehari-
hari, sehingga nelayan sulit memprediksi daerah, waktu dan jenis tangkapan.
d. Pemahaman masyarakat umum, perubahan iklim adalah ketidakteraturan musim.
Menurut kementerian lingkungan hidup perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik
atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas
terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global
adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan4.

3
Jeffrey S. Gaffney dan Nancy A. Marley, Chemistry of Environmental Systems. (USA : Fundamental
Principles and Analytical Methods, 2020), hal. 355
4
Oksfriani Jufri Sumampouw, Perubahan Iklim dan Kesehatan Masyarakat, (Yogyakarta : Deepublish VC Budi
Utama, 2019), hal 8-10

4
Gambar 1. Mekanisme Terjadinya Perubahan Iklim
Sumber : Buku Perubahan Iklim dan Kesehatan Masyarakat

Ada lima kelompok iklim yang berbeda di Bumi, seperti yang pertama kali dijelaskan
oleh ahli iklim Rusia Wladmir Koppen pada tahun 1900. Kelompok-kelompok ini adalah:
tropis, kering, sedang, kontinental, dan kutub. Masing-masing kelompok ini dibagi lagi
menurut jenis curah hujan dan tingkat panas musimnya, sehingga menghasilkan total 29 jenis
iklim. Setiap jenis iklim ditandai dengan dua atau tiga huruf sesuai dengan kelompok iklim,
jenis curah hujan, dan tingkat panas. Huruf pertama menunjukkan kelompok iklim, huruf
kedua menunjukkan jenis curah hujan musiman, dan huruf ketiga menunjukkan tingkat
panas. Misalnya, sebutan BWh adalah iklim gurun yang panas sedangkan BWk adalah iklim
gurun yang dingin5.

Perubahan iklim telah terjadi secara alami selama masa hidup Bumi, tetapi biasanya
terjadi secara bertahap dalam skala waktu ribuan tahun. Pembakaran antropogenik bahan
bakar fosil sejak Revolusi Industri telah menyebabkan pelepasan CO2 ke troposfer, yang
dapat meningkatkan tingkat gas rumah kaca selama periode waktu yang cukup singkat.
Peningkatan konsentrasi CO2, bersama dengan gas rumah kaca dan aerosol lainnya, telah
menimbulkan kekhawatiran serius bahwa perubahan iklim global sekarang terjadi dalam
skala waktu yang jauh lebih singkat dari pada alam. Perubahan iklim yang cepat ini
mempengaruhi iklim regional, mengakibatkan sejumlah dampak serius termasuk kenaikan
permukaan laut dari mencairnya es kutub, kebakaran hutan, banjir, dan kekeringan, yang
areanya mempengaruhi ekosistem yang telah terbentuk oleh manusia, jenis iklim yang

5
Jeffrey S. Gaffney dan Nancy A. Marley, Chemistry of Environmental Systems. (USA : Fundamental
Principles and Analytical Methods, 2020), hal. 355

5
berubah, termasuk menyusutnya gletser, mencairnya es sungai dan danau lebih awal,
mengubah pola presipitasi, dan pohon yang tumbuh lebih awal6.

B. Faktor Penyebab Perubahan Iklim


Pemanasan atmosfer bergantung pada konsentrasi gas rumah kaca atmosfer yang
menyerap radiasi IR yang dipancarkan dari permukaan Bumi, yang telah dipanaskan oleh
radiasi matahari yang masuk. Dengan demikian, panas terperangkap di atmosfer,
menghangatkan planet ini. Setiap perubahan dalam radiasi matahari yang masuk atau
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dapat mempengaruhi iklim. Misalnya, periode
pendinginan yang terjadi selama 1650-1850, yang dikenal sebagai Zaman Es Kecil, diyakini
disebabkan oleh penurunan radiasi matahari. Selama periode waktu ini, yang mencakup dua
abad, gletser diamati meningkat di wilayah Alpen Swiss dan di wilayah lain di dunia. Bukti
yang tersedia menunjukkan bahwa radiasi matahari telah konstan atau sedikit meningkat
sejak saat itu. Jika radiasi matahari telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun
terakhir, suhu di seluruh atmosfer harus meningkat. Peningkatan suhu atmosfer sejak Zaman
Es Kecil umumnya terbatas pada lapisan troposfer. Selain itu, pemodelan atmosfer yang
mencakup tingkat radiasi matahari saat ini, tidak dapat menjelaskan peningkatan suhu rata-
rata global yang teramati tanpa mempertimbangkan peningkatan kadar gas rumah kaca.
Kesimpulannya adalah bahwa penyebab utama kenaikan suhu permukaan global yang cepat
adalah karena cepatnya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca, yang terperangkap di
lapisan atmosfer.
Gas rumah kaca di troposfer adalah H2O, CO2, CH4,N2O, O3 troposfer, CFC, dan HCFC.
Sementara uap air adalah gas rumah kaca terkuat, itu juga merupakan satu-satunya gas rumah
kaca yang dapat dikeluarkan secara alami dari atmosfer melalui kondensasi menjadi awan
yang diikuti oleh presipitasi. Sehingga dalam hal ini dapat ditarik kesimpulan faktor
penyebab perubahan iklim adalah potensi pemanasan global, sumber dan tenggelam gas
rumah kaca, dan radiative forcing7.

C. Dampak Perubahan Iklim


Dampak iklim dan kualitas udara terhadap kesehatan telah dianalisis secara rinci oleh
Program Penelitian Perubahan Global Amerika Serikat (USGCRP) dan dilaporkan dalam
laporan penilaian iklim nasional . Salah satu masalah kesehatan dan kualitas udara utama

6
Jeffrey S. Gaffney dan Nancy A. Marley, hal. 357
7
Jeffrey S. Gaffney dan Nancy A. Marley, Chemistry of Environmental Systems. (USA : Fundamental
Principles and Analytical Methods, 2020), hal. 360-361

6
yang terkait dengan perubahan iklim oleh USGCRP adalah peningkatan produksi ozon di
permukaan tanah. Zona troposfer adalah gas rumah kaca yang konsentrasinya didorong oleh
kimia NOx–VOC. Proyeksi perubahan iklim untuk daerah beriklim sedang memprediksi
periode hangat di bulan-bulan musim panas, yang mengarah ke kondisi meteorologi tekanan
tinggi yang lebih stabil. Di bawah kondisi tekanan tinggi yang stabil, emisi terus menerus dari
sumber pembakaran terkonsentrasi di massa udara yang stagnan. Ini mengarah pada
peningkatan pembentukan O3 di atas daerah emisi tinggi, seperti pusat kota.
Dalam peningkatan suhu selama musim panas di zona beriklim sedang, peningkatan
penggunaan energi diproyeksikan karena peningkatan penggunaan sistem pendingin udara di
daerah perkotaan dan perumahan. Hal ini meningkatkan emisi dari pembangkit listrik
berbahan bakar gas alam di daratan batu bara. Sistem pendingin udara yang dioperasikan
mobil mendapatkan lebih sedikit mil dan akan meningkatkan emisinya selama periode musim
panas yang panas. Dengan demikian, perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan suhu
musim panas di zona beriklim sedang, yang menyebabkan peningkatan emisi polutan udara
dan kualitas udara yang lebih buruk. Peningkatan pembakaran bahan bakar fosil juga akan
menghasilkan emisi CO2 yang lebih tinggi selama periode ini.
Peningkatan kadar CO2 di lapisan atmosfer, bersama dengan mata air zona beriklim
yang lebih awal dan lebih hangat, akan menyebabkan musim tanam yang lebih panjang
dengan peningkatan risiko kebakaran hutan. Kebakaran hutan meningkatkan dampak
kesehatan karena peningkatan polusi ozon dan aerosol. Selain itu, salju yang turun kemudian
dan musim semi yang lebih awal, yang mengakibatkan musim tanam lebih panjang,
menyebabkan peningkatan kadar serbuk sari. Perubahan iklim di zona sedang saat ini
menyebabkan jumlah serbuk sari yang lebih tinggi yang bertahan lebih lama. Peningkatan
alergen, seperti ragweed, terdokumentasi dengan baik dan berkorelasi kuat dengan perubahan
iklim di daerah beriklim sedang . Sejak tahun 1995, panjang musim serbuk sari gulma telah
meningkat di daerah di atas 44oN LS sebanyak 13-27 hari. Alergi serbuk sari dapat
memperparah dampak paparan polutan udara, seperti ozon dan PM2.5, dan menimbulkan
risiko tinggi bagi penderita asma.
Dalam suhu yang lebih tinggi mengubah potensi risiko tertular penyakit yang terbatas
pada daerah tropis di masa lalu. Sebagian besar penyakit, seperti virus West Nile, malaria,
demam berdarah, dan penyakit Lyme, dibawa oleh nyamuk secara langsung. Semua
pembawa serangga ini memiliki toleransi dingin yang rendah dan tidak dapat bertahan hidup
pada suhu rendah, yang biasanya terjadi di akhir musim gugur dan musim dingin di lintang
sedang dan kutub. Meningkatnya suhu di lintang yang lebih tinggi, yang mengakibatkan

7
musim dingin yang lebih pendek dan kemudian jatuh, memungkinkan serangga untuk
bertahan hidup dan berkembang biak dalam waktu yang lebih lama, dan meningkatkan
potensi risiko kesehatan. Penyakit yang ditularkan melalui air seperti kolera, yang disebabkan
oleh bakteri, juga diperkirakan akan meningkat seiring dengan perubahan iklim di daerah di
mana air bersih tidak tersedia. Suhu yang lebih hangat memungkinkan pertumbuhan bakteri
infeksius yang cepat. Peningkatan penyakit yang ditularkan melalui air juga kemungkinan
disebabkan oleh peningkatan kejadian banjir, yang biasanya mengakibatkan kontaminasi
sumber air minum dengan limbah.
Perubahan iklim telah dikaitkan dengan meningkatnya peristiwa cuaca buruk, seperti
angin topan, topan, dan tornado, yang terkait dengan badai petir yang parah. Peristiwa ini
menyebabkan pemadaman listrik, kelangkaan air minum yang aman, banjir, kerusakan arah
angin, dan risiko penghentian populasi lainnya. Gelombang panas musim panas, di mana
suhu harian jauh di atas rata-rata, dianggap sebagai cuaca yang parah karena meningkatnya
risiko kematian. Selama musim panas tahun 2003, rekor musim panas terpanas di Eropa sejak
tahun 1540, gelombang panas yang parah terjadi di Eropa selama bulan Juli dan Agustus.
Perbedaan suhu rata-rata yang tercatat di Eropa selama 20 Juli hingga 20 Agustus 2003
ditunjukkan pada Gambar dibawah ini. Gelombang panas menyebabkan krisis kesehatan di
beberapa negara dan, digabungkan dengan kekeringan, membuat panen kekurangan di
beberapa bagian Eropa Selatan. Korban tewas Eropa tercatat lebih dari 70000. Gelombang
panas sebagian adalah akibat dari pengaruh arus Atlantik yang hangat dalam kombinasi
dengan udara kontinental yang panas dan angin selatan yang kuat.

Gambar 2. Perbedaan suhu rata-rata di Eropa


Sumber: RetoStocklian dan Robert Simmon, berdasarkan data
MODISLandScienceTeam.

8
Gelombang panas dan meningkatnya suhu musim panas menyebabkan kebutuhan akan
AC udara dalam ruangan. Penggunaan AC yang efisien di dalam gedung membentuk
penggunaan energi yang minimum terutama dicapai dengan mengurangi nilai tukar udara
dalam ruangan yang didinginkan dengan udara luar yang panas. Demikian pula, menurunkan
penggunaan energi untuk pemanas gedung selama musim dingin juga dilakukan dengan
mendaur ulang udara panas dan mengurangi intrusi udara luar yang lebih dingin.
Pengurangan pertukaran udara di gedung-gedung bergantung pada pengurangan kebocoran
udara melalui jendela dan pintu dan penggunaan insulasi yang lebih efisien. Hal ini
menyebabkan peningkatan konsentrasi polutan udara dalam ruangan, karena berkurangnya
pertukaran udara luar. Polutan udara dalam ruangan ini dapat berupa campuran dari polutan
antropogenik serta polutan yang terjadi secara alami seperti gas radon. Dengan demikian,
polusi udara dalam ruangan dapat meningkatkan konservasi energi melalui penurunan nilai
tukar udara di gedung yang digunakan sebagai strategi mitigasi untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca8.

D. Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim


Pada awal tahun 1990 UNFCC sebagai institusi yang menangani masalah pemanasan
global menetapkan konsep dalam kerangka dua strategi utama penanganan masalah iklim,
yaitu: mitigasi dan adaptasi. Mitigasi meliputi pencarian cara-cara untuk memperlambat
emisi gas rumah kaca atau menahannya, atau menyerapnya ke hutan atau ‘penyerap’ karbon
lainnya. Sementara itu adaptasi, mencakup cara-cara menghadapi perubahan iklim dengan
melakukan penyesuaian yang tepat–bertindak untuk mengurangi berbagai pengaruh
negatifnya, atau memanfaatkan efek-efek positifnya
Kondisi klimaks saat ini tidak berarti tak ada lagi upaya yang dapat dilakukan untuk
mengurangi pemanasan global yang semakin meningkat. Ilmuan terkemuka NASA Dr. James
Hansen menyatakan “Kita telah melampaui titik kritis, tetapi kita belum sampai pada titik
tanpa harapan. Kita masih bisa berbalik, tetapi kita harus mengambil arah dengan
cepat”(Hansen, 2008:19). Pada sebuah artikel Paris (AFP), Ketua Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC)- Rajendra Pachauri mengemukakan bahwa perubahan gaya hidup
dapat mengerem perubahan iklim. Upaya ini merupakan unsur mitigasi.
Pemerintah sudah menyiapkan Rencana Aksi Nasional untuk Mitigasi dan Adaptasi
Perubahan Iklim (RANMAPI). RANMAPI ini mengakui bahwa perubahan iklim merupakan

8
Jeffrey S. Gaffney dan Nancy A. Marley, Chemistry of Environmental Systems. (USA : Fundamental
Principles and Analytical Methods, 2020), hal. 377-379

9
ancaman serius terhadap pembangunan sosioekonomi dan lingkungan hidup Indonesia dan
bahwa dampak perubahan iklim diperparah oleh pola-pola pembangunan yang tidak
berkelanjutan
Keikhlasan dan kesadaran setiap individu untuk mengurangi semaksimal mungkin
aktifitas yang memicu peningkatan emisi gas rumah kaca sangat berarti untuk
mempertahankan keseimbangan iklim. Solusi yang dapat dilakukan diantarnya:
1. Mengurangi makan daging
Laporan PBB yang berjudul Livestock’s Long Shadow: EnviromentalIssues and
Options (dirilis November2006) mencatat bahwa 18%dari pemanasan global yang terjadi
saat inidisumbangkan oleh industri peternakan. Penghitungan ini baru didasarkan pada
emisi CO2, belum termasuk pencemaran pada tanah dan kandungan air bersih oleh
limbah industri ini.
2. Penghematan energi bahan bakar fosil
Tindakan bijak dan efisien dalam penggunaan energi perlu dilakukan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca. Beberapa diantaranya dengan mematikan peralatan
listrik ketika tidak digunakan, menggunakan lampu hemat energi dan penggunaan alat
transportasi alternatif. Terkait penggunaan transportasi alternatif ini Wakil presiden dari
Uni Eropa Margot Wallstrom (2008:20) dalam Agus dan Rudi (2008) menyatakan “Saya
berusaha untuk menggunakan sepeda untuk pergi ke tempat kerja sesering yang saya
bisa untuk menghemat energi”.
3. Melakukan penanaman pohon
Pohon berperan mengikat CO2 untuk mengurangi emisinya di lingkungan. Di
samping itu berperan pula menjaga kesegaran udara sehingga mengurangi polusi.
4. Melakukan daur ulang (recycle)
Pendauran ulang perlu dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan sebagai
upaya menghasilkan energi alternatif bahan bakar. Sebagai contohnya dengan pembuatan
biogas dari limbah yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah
lingkungan.
Menanami kembali wilayah pesisir dengan hutan mangrove untuk meningkatkan
penyerapan karbon juga termasuk tindakan mitigasi juga akan menguatkan adaptasi
dengan memperkuat perlindungan terhadap badai dan erosi di wilayah pesisir.
Beradaptasi terhadap perubahan iklim merupakan prioritas mendesak bagi Indonesia.
Seluruh kementerian dalam pemerintahan dan perencanaan nasional perlu
mempertimbangkan perubahan iklim dalam program-program mereka berkenaan dengan

10
beragam persoalan seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat,
keamanan pangan, pengelolaan bencana, pengendalian penyakit, dan perencanaan tata
kota. Namun ini bukan merupakan tugas pemerintah pusat belaka, tetapi harus menjadi
upaya nasional yang melibatkan pemerintah daerah, masyarakat umum, dan semua
organisasi non pemerintah, serta pihak swasta.
Berbagai persoalan besar seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat,
perencanaan tata ruang, ketahanan pangan, pemeliharaan infrastruktur, pengendalian
penyakit, perencanaan perkotaan, semuanya mesti ditinjau ulang dari perspektif
perubahan iklim. Perbaikan pengawasan berbagaipenyakit, sistem peringatan dini dan
respon terhadap bencana, perencanaan penanganan bencana, dan kesiapanuntuk
menghadapi bencana kemarau panjang dan banjir.
Beberapa kebijaksanaantelah direalisasikan sebagai wujud adaptasi terhadap
perubahan iklim. Perhatian terhadap orang-orang yang tinggal didaerah rawan banjir
dengan memeriksakeamanan bangunan tanggul untuk penahan air.Di samping itu perlu
penyuluhan bagi masyarakat untuk memahami tanda instruksi sebagai peringatan dini
evakuasi sebelum banjir besar melanda. Terkait adaptasi terhadap kekeringan, parapetani
diwilayah yang sering mengalami kemarau panjang sudah belajar untuk melakukan
diversifikasi pada sumberpendapatan mereka, misalnya dengan menanam tanaman
pangan yang lebih tahan kekeringan dan denganmengoptimalkan penggunaan air yang
sulit didapat, atau bahkan berimigrasi sementara untuk mencari kerja di tempat lain.
Wujud adaptasi lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan varietas yang lebih
mampu bertahanterhadap kondisi yang ekstrem, kemarau panjang, genangan air, intrusi
air laut, atau berbagai varietas padi yang lebih cepatusia panennya yang cocok untuk
musim hujan yang lebih pendek. Para petani juga perlu mengupayakan cara-cara
untukmeningkatkan kesuburan tanah dengan bahan-bahan organik bagi tanah supaya
lebih mampu menahan air, yaitudengan menggunakan lebih banyak pupuk alamiah.
Penanaman kembali hutan atau pengalihan air antar waduk juga merupakan tindakan
adaptasijangka panjang. Beberapa pilihan untuk menjamin pasokan air antara lain adalah
dengan memperbaiki waduk,misalnya, menambal saluran, atau menampung air hujan.
Pilihan lain adalah dengan mengurangi kebutuhan antara laindengan mengurangi
kebocoran dari pipa-pipa atau melakukan lebih banyak upaya untuk memproses air
limbahmenggunakan ‘infrastruktur ramah lingkungan’ seperti saringan pasir dan
pengelolaan air limbah dengan tanaman rawa(wetlands).

11
Banyak tindakan adaptasi untuk kesehatan akan melibatkan penguatan sistem
pelayanan dasar kesehatan danpengobatan yang sudah ada, misalnya dengan propaganda
untuk meningkatkan kesadaran kesehatan kepada masyarakat agar lebih
memperhatikankebersihan dan soal penyimpanan air
Perspektif terhadap mitigasi dan adaptasi dapat dipahami keterkaitannya, sebagai
contoh: menanami kembali hutan-hutan kita, misalnya, bukan saja akanmeningkatkan
penyerapan gas-gas rumah kaca, tetapi juga akan melindungi rakyat dari bencana
langsung longsor.Menurunkan konsumsi bahan bakar di perkotaan tidak saja akan
mengurangi emisi karbondioksida, tetapi juga akanmemperbaiki kesehatan penduduk
kota dan meringankan beban rakyat, terutama yang masih anak-anak dan lansia
dalambertahan pada kondisi cuaca yang ekstrem. Perubahan pelaksanaan-pelaksanaan
tersebut akan dapat dibenarkan dalamsituasi seperti apa pun, tetapi kebutuhan untuk
beradaptasi terhadap perubahan iklim menjadikannya sebagai sesuatuyang lebih
mendesak.
Akhirnya cara terbaik untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim adalah beralih ke
bentuk-bentuk pembangunan berkelanjutan, belajar untuk hidup dengan cara-cara yang
menghargai dan serasi dengan alam. Perubahan iklimmerupakan ancaman yang serius
yang menjadi suatu peringatan untuk menyadarkan kita. Namun, kita juga dapat
menggunakankesempatan ini sebagai momentum baru bagi upaya-upaya perlindungan
lingkungan hidup kita. Di Indonesia kitaberuntung memiliki sumber daya alam yang
melimpah. Indonesia merupakan wilayah yang memilikikeanekargaman hayati yang
paling kaya dan paling beragam di dunia. Semua itu sudah sepantasnya kita lestarikan
sebagai warisan untuk generasi penerus. Namun, ada juga suatu kepentingan tersendiri
yang kuat. Sejauh mana keharusan kitamenyelamatkan lingkungan, sedemikian pula kita
bergantung pada lingkungan untuk menyelamatkan kita.9
E. Pemanasan Global
1. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan
ekosistem di bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan
daratan di bumi. Selama kurang lebih seratus tahun terakhir, suhu rata-rata di permukaan
bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi
yang terjadi adalah akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca, seperti; karbondioksida,

9
Laili Rahmi dan Relsas Yogica, 2012. KEBIJAKAN PENANGANAN MASALAH PERUBAHAN IKLIM
DENGAN STRATEGI MITIGASI DAN ADAPTASI, hal.110-111

12
metana, dinitro oksida, hidrofluorokarbon, perfluorokarbon, dan sulfur heksafluorida di
atmosfer. Emisi ini terutama dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil
(minyak bumi dan batu bara) serta akibat penggundulan dan pembakaran hutan.
Pemanasan global diperkirakan telah menyebabkan perubahan-perubahan sistem
terhadap ekosistem di bumi, antara lain; perubahan iklim yang ekstrim, mencairnya es
sehingga permukaan air laut naik, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Adanya
perubahan sistem dalam ekosistem ini telah memberi dampak pada kehidupan di bumi
seperti terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis
hewan.

Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang
dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungann dengan proses meningkatnya
suhu rata-rata permukaan bumi. Peningkatan suhu permukaan bumi ini dihasilkan oleh
adanya radiasi sinar matahari menuju ke atmosfer bumi, kemudian sebagian sinar ini
berubah menjadi energi panas dalam bentuk sinar infra merah diserap oleh udara dan
permukaan bumi.

Sebagian sinar infra merah dipantulkan kembali ke atmosfer dan ditangkap oleh gas-
gas rumah kaca yang kemudian menyebabkan suhu bumi meningkat. Gas-gas rumah
kaca terutama berupa karbon dioksida, metana dan nitrogen oksida. Kontribusi besar
yang mengakibatkan akumulasi gas-gas kimia ini di atmosfir adalah aktivitas manusia.
Temperatur global rata-rata setiap tahun dan lima tahunan tampak meningkat, seperti
pada diagram berikut.10

Gambar 3. Temperatur Rata-rata Global 1860 sampai 2000


Sumber : http//id.wikipedia.org/wiki

10
Anonimous, 2004. Temperatur Rata-rata Global 1860 sampai 2000. tersedia dalam
http//id.wikipedia.org/wiki. Pemanasan_Global#search column-one

13
2. Penyebab Pemanasan Global
a. Efek rumah kaca
Proses terjadinya efek rumah kaca dapat dijelaskan melalui gambar berikut. Dalam
rumah kaca (greenhouse) yang digunakan dalam budidaya terutama di negara yang
mengalami musim salju, atau percobaan tanaman dalam bidang biologi dan pertanian,
energi matahari (panas) yang masuk melalui atap kaca Sebagian dipantulkan keluar
atmosfer dan sebagian lainnya terperangkap di dalam greenhouse sehingga menaikkan
suhu di dalamnya. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya efek rumah
kaca.11

Gambar 4. Efek Rumah Kaca


Sumber : Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007).

Contoh lain yang dapat mengilustrasikan kejadian efek rumah kaca adalah,
ketika kita berada dalam mobil dengan kaca tertutup yang sedang parkir di bawah
terik matahari. Panas yang masuk melalui kaca mobil, sebagian dipantulkan kembali
ke luar melalui kaca tetapi sebagian lainnya terperangkap di dalam ruang mobil.
Akibatnya suhu di dalam ruang lebih tinggi (panas) daripada di luarnya. Perhatikan
gambar berikut

11
Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007). Climate Classroom; What’s up with global
warming?, National Wildlife Federation.

14
Gambar 5. Efek Rumah Kaca
Sumber : Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007).

Matahari merupakan sumber energi utama dari setiap sumber energi yang
terdapat di bumi. Energi matahari sebagian terbesar dalam bentuk radiasi gelombang
pendek, termasuk cahaya tampak. Energi ini mengenai permukaan bumi dan berubah
dari cahaya menjadi panas. Permukaan bumi kemudian menyerap sebagian panas
sehingga menghangatkan bumi, dan sebagian dipantulkannya kembali ke luar
angkasa. Menumpuknya jumlah gas rumah kaca seperti uap air, karbon dioksida, dan
metana di atmosfer mengakibatkan sebagian dari panas ini dalam bentuk radiasi infra
merah tetap terperangkap di atmosfer bumi, kemudian gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Kondisi ini dapat
terjadi berulang sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus
meningkat. Gambar berikut menunjukkan bagaimana terjadinya pemanasan global.

Gambar 6. Efek Rumah Kaca


Sumber : Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007).

15
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca pada atap rumah kaca. Makin
meningkat konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, makin besar pula efek panas yang
terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di
bumi, karena tanpa efek rumah kaca planet bumi akan menjadi sangat dingin lebih
kurang -18°C, sehingga sekuruh permukaan bumi akan tertutup lapiesan es. Dengan
temperatur rata-rata sebesar 15°C, bumi sebenarnya telah lebih panas 33°C dengan
efek rumah kaca. Akan tetapi jika gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer, maka
akan terjadi sebaliknya dan mengakibatkan pemanasan global.
b. Efek balik
Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses efek balik
yang dihasilkannya, seperti pada penguapan air. Pada awalnya pemanasan akan lebih
meningkatkan banyaknya uap air di atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas
rumah kaca, maka pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di
udara hingga tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Keadaan ini
menyebabkan efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh
akibat gas CO2 itu sendiri. Peristiwa efek balik ini dapat meningkatkan kandungan air
absolut di udara, namun kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak
menurun karena udara menjadi menghangat. Karena usia CO2 yang panjang di
atmosfer maka efek balik ini secara perlahan dapat dibalikkan.
Selain penguapan, awan diduga menjadi efek balik. Radiasi infra merah akan
dipantulkan kembali ke bumi oleh awan, sehingga akan meningkatkan efek
pemanasan. Sementara awan tersebut akan memantulkan pula sinar Matahari dan
radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Secara
detail hal ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan
sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam
model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke 4). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada
peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif
(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan
Pandangan IPCC ke Empat (Soden and Held, 2005).
Efek balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya
oleh es. Lapisan es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus
meningkat ketika temperatur global meningkat. Bersamaan dengan mencairnya es

16
tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Daratan maupun air memiliki
kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Kejadian ini akan menambah
faktor penyebab pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair,
sehingga menjadi suatu siklus yang berkelanjutan (Thomas, 2001).
Faktor lain yang memiliki kontribusi terhadap pemanasan global adalah efek
balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku
(permafrost). Selain itu, es yang mencair juga akan melepas CH4 yang juga dapat
menimbulkan umpan balik positif.
Laut memiliki kemampuan ekologis untuk menyerap karbon di atmosfer.
Fitoplankton mampu menyerap karbon guna kelangsungan proses fotosintesis. Tetapi
kemampuan ini akan berkurang jika laut menghangat yang diakibatkan oleh
menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan
diatom daripada fitoplankton.
c. Variasi matahari
Pemanasan global dapat pula diakibatkan oleh variasi matahari. Suatu
hipotesis menyatakan bahwa variasi dari Matahari yang diperkuat oleh umpan balik
dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini (Marsh and Henrik,
2000). Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca
adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer, sebaliknya efek
rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah
paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas
Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga
dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai
akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas
gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri
hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Hasil penelitian menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University
mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50%
peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-
35% antara tahun 1980 dan 2000. Selanjutnya menurut Stott (2003) bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek
gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari, mereka juga

17
mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga
tidak diperhitungkan. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan
dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun,
sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan
oleh gas-gas rumah kaca.
Peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 menurut
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) sebagian besar disebabkan oleh
meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Suhu
permukaan global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100.
Dengan menggunakan model iklim, perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh
penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah kaca di masa
mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian
besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka
air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun
tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas panas
dari lautan.
Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuan adalah mengenai jumlah
pemanasan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan
serta perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia
mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi atau
membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi
yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani
dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas
rumah kaca.
Protokol ini mengharuskan negara-negara industri untuk menurunkan
emisinya sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990 dengan target waktu
hingga 2012 dan baru memperoleh kekuatan hukumnya secara internasional pada
tanggal 16 Februari 2005. Hingga 23 Oktober 2007 sudah 179 negara yang
meratifikasi Protokol Kyoto tersebut. Kemudian pada tanggal 3-14 Desember 2007 di
Bali diselenggarakanlah Konvensi Tingkat Tinggi yang digelar oleh UNFCCC
(United Nations Framework Convention on Climate Change) dan dihadiri hampir 10
ribu orang dari 185 negara. Melalui pertemuan tersebut diharapkan dapat
mengevaluasi hasil kinerja dari Protokol Kyoto yang dibuat sebagai bukti komitmen

18
negara-negara sedunia dalam mengurangi emisi Gas Rumah Kaca demi
menanggulangi permasalahan yang terjadi saat ini.
3. Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global telah memicu terjadinya sejumlah konsekuensi yang merugikan
baik terhadap lingkungan maupun setiap aspek kehidupan manusia. Beberapa di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini mengakibatkan
naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah
pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir
terancam. Permukiman penduduk dilanda banjir rob akibat air pasang yang
tinggi, dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi
terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.
2) Meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim. Perubahan iklim
menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat memprediksi perkiraan
musim tanam akibat musim yang juga tidak menentu. Akibat musim tanam yang
sulit diprediksi dan musim penghujan yang tidak menentu maka musim produksi
panen juga demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan bagi
penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal akibat
tekanan tuntutan hidup.
3) Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap
suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global
menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan berdampak pada
pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi
ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna.
4) Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban dan
produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk
menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah disebabkan
perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang membawa nutrien
dan migrasi ikan).
5) Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak menentu
menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.
6) Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada
puncaknya.

19
7) Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan
terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi ikan,
sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.
8) Berubahnya habitat memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi
kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme tertentu, kondisi ini tidak
menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab
penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap perubahan
musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih luas. Ini
menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.
9) Mengancam kerusakan terumbu karang di kawasan segitiga terumbu karang yang
ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua
Nugini, Timor Leste, dan Philipina.
4. Meminimalisasi Dampak Pemanasan Global
a. Konservasi lingkungan, dengan melakukan penanaman pohon dan penghijauan di
lahan-lahan kritis. Tumbuhan hijau memiliki peran dalam proses fotosintesis, dalam
proses ini tumbuhan memerlukan karbondioksida dan menghasilkan oksigen.
Akumulasi gas-gas karbon di atmosfer dapat dikurangi.
b. Menggunakan energi yang bersumber dari energi alternatif guna mengurangi
penggunaan energi bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara). Emisi gas karbon
yang terakumulasi ke atmosfer banyak dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Kita mengenal bahwa paling banyak mesin-mesin kendaraan dan industri digerakkan
oleh mesin yang menggunakan bahan bakar ini. Karena itu diupayakan sumber energi
lain yang aman dari emisi gas-gas ini, misalnya; menggunakan energi matahari, air,
angin, dan bioenergy. Di daerah tropis yang kaya akan energi matahari diharapkan
muncul teknologi yang mampu menggunakan energi ini, misalnya dengan mobil
tenaga surya, listrik tenaga surya. Sekarang ini sedang dikembangkan bioenergy,
antara lain biji tanaman jarak (Jathropa. sp) yang menghasilkan minyak.
c. Daur ulang dan efisiensi energi. Penggunaan minyak tanah untuk menyalakan kompor
di rumah, menghasilkan asap dan jelaga yang mengandung karbon. Karena itu
sebaiknya diganti dengan gas. Biogas menjadi hal yang baik dan perlu
dikembangkan, misalnya dari sampah organik.
d. Upaya pendidikan kepada masyarakat luas dengan memberikan pemahaman dan
penerapan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Dimensi manusia

20
Manusia berperan sebagai pengguna-perusak-pelestari alam. Manusia harus
diberi kesadaran akan pentingnya alam bagi kehidupannya. Alam memiliki
keterbatasan dibanding kemampuan manusia dalam mengeksploatasi alam.
Manusia memanfaatkan alam guna memperoleh sumber makanan dan kebutuhan
sosial lainnya, tetapi disadari atau tidak tindakannya dapat berakibat kerusakan
faktor-faktor ekologis. Karena itu manusia harus menyadari bahwa ia dan
perilakunya adalah bagian dari alam dan lingkungan yang saling mempengaruhi.
2) Penegakan hukum dan keteladanan
Pelanggaran atas tindakan manusia yang merusak lingkungan harus mendapat
ganjaran. Penegakan hukum lingkungan menjadi bagian yang penting guna
menjaga kelestarian lingkungan, dan memberi efek jera bagi yang melanggar.
Penegakan hukum tidak memandang strata sosial masyarakat. Selain itu adalah
panutan dan ketokohan seseorang memegang peranan penting. Mereka yang
memiliki pemahaman yang lebih baik (berpendidikan) terhadap lingkungan hidup
hendaknya berperan memberi contoh dan sikap lingkungan yang baik pula
kepada masyarakat. Misalnya, kita masih menemukan kasus peran beberapa
aparat pemerintah dibalik kerusakan hutan, baik dengan memberikan modal
maupun perlindungan bagi perambah hutan.
3) Keterpaduan
Seluruh elemen masyarakat harus mendukung upaya pelestarian lingkungan
dan sumberdaya alam serta penegakan hukumnya. Upaya ini harus dilakukan
secara komprehensif dan lintas sektor. Misalnya, untuk mengatasi emisi gas-gas
rumah kaca akibat peningkatan jumlah kendaraan di Kota Jakarta, harus di atas
secara bersama dengan daerah sekitar seperti Bogor, Depok, Bekasi, dan
Tangerang. Karena pekerja yang menggunakan kendaraan bermotor setiap hari
masuk ke kota Jakarta bermukim di empat kota tersebut. Demikian halnya
mengatasi banjir di Kota Gorontalo, misalnya, tidak dapat diatasi dengan
perbaikan fasilitas lingkungan dan membina kesadaran penduduk kota, tetapi
secara menyeluruh dengan masyarakat di wilayah lain (hulu dan DAS) yang
memberi kontribusi terhadap bencana banjir. Masyarakat dan pemerintah daerah
terdekat seperti Kabupaten Bone Bolango dan Kabupaten Gorontalo turut
bertanggungjawab dalam upaya penanggulangan banjir di Kota Gorontalo. Secara
geografis, terdapat daerah aliran sungai dimana dua sungai besar yang melewati
dan bermuara di kota ini. Karena itu bencana alam dan kerusakan lingkungan

21
tidak dapat dipilah menurut wilayah administratif semata, tetapi bersifat area
geografis-ekologis.
4) Mengubah pola pikir dan sikap
Faktor-faktor lingkungan fisik, mahluk hidup lain dan manusia memiliki peran
masing-masing dalam lingkungan hidup. Manusia sebagai mahluk yang diberi
kemampuan logika harus mampu memandang kepentingan hidupnya terkait
dengan kehidupan mahluk hidup lain beserta kejadian proses-proses alam. Sikap
dan perilaku manusia terhadap alam cepat atau lambat memberi berdampak pada
lingkungan hidupnya. Peduli terhadap lingkungan pada dasarnya merupakan
sikap dan perilaku bawaan manusia. Akan tetapi munculnya ketidak pedulian
manusia adalah pikiran atau persepsi yang berbeda-beda ketika manusia
berhadapan dengan masalah lingkungan. Manusia harus memandang bahwa
dirinya adalah bagian dari unsur ekosistem dan lingkungannya. Naluri untuk
mempertahankan hidup akan memberi motivasi bagi manusia untuk melestarikan
ekosistem dan lingkungannya. 10
5) Etika lingkungan
Kecintaan dan kearifan kita terhadap lingkungan menjadi filosofi kita tentang
lingkungan hidup. Apa pun pemahaman kita tentang lingkungan hidup dan
sumber daya, kita harus bersikap dan berperilaku arif dalam kehidupan. Dalam
wujud budaya tradisional, kearifan lokal melahirkan etika dan norma kehidupan
masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungannya. Selama
masyarakat masih menghormati budaya tradisional yang memiliki etika dan nilai
moral terhadap lingkungan alamnya, maka konservasi sumber daya alam dan
lingkungan menjadi hal yang mutlak. Dalam kehidupan masyarakat demikian,
etika lingkungan tidak tampak secara teoretik tetapi menjadi pola hidup dan
budaya yang dipelihara oleh setiap generasi. Etika lingkungan akan berdaya guna
jika muncul dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.12
F. Hujan Asam
1. Pengertian Hujan Asam

12
Ramli, Utina, PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya (Dosen Biologi FMIPA
Universitas Negeri Gorontalo). Hal. 2-10.

22
Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith ( 1872 ) dalam
Kupchella ( 1989 ) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah
industri dibagian utara Inggris. Istilah hujan asam in digambarkan sebagai turunnya air
dari atmosfer yang bersifat asam dalam bentuk hujan. Hujan asam dapat pula terjadi
disebabkan air hujan yang turun benkontak secara langsung dengan udara yang
mengandung senyawa-senyawa asam sehingga senyawa tersebut larut didalam hujan dan
jatuh ke bumi. Nilai keasaman dari hujan asam tersebut memiliki nilai pH dibawah 5,613.

Gambar 7. Proses Hujan Asam


Sumber: https://www.ikons.id/mengenal-hujan-asam/

Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6.
Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2)
di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Hujan asam
disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil
serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan
nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk
membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air
hujan14.
Hujan asam dapat terjadi di daerah yang sangat jauh dari sumber pencemaran.
Masalah hujan asam terjadi dilapisan atmosfir rendah, yaitu di troposfir. Asam yang
terkandung dalam hujan asam ialah asam sulfat (H2SO4 ) dan asam nitrat (HNO)3 ,

13
Dodi Satriawan, Analisis Kuantitatif Acidity Level Sebagai Indikator Kualitas Air Hujan Di Kabupaten
Cilacap, (Jurnal Rekayasa Sistem Industri, Mei 2018), Volume 3. No.2. hal 113.
14
Mimatun Nasihah, Efek Hujan Asam terhadap Pertumbuhan Tanaman, (Jurnal EnviScience, September
2017), Vol. 1 No. 1, hal 29.

23
keduanya merupakan asam kuat. Asam sulfat berasal dari gas SO2 dan asam nitrat dari
gas NOx15.
2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Hujam Asam
Hujan asam terjadi karena larutnya polutan-polutan kedalam uap air. Polutan ini
berupa karbonat, nitrat dan sulfat. Polutan tersebut merupakan produk samping dari
pembakaran bahan bakar fosil yang bereaksi di atmosfer. Polutan ini akan bereaksi
dengan uap air di atmosfer sehingga terbentuk asam sulfat, asam nitrat, dan asam nitrit
yang jatuh bersamaan dengan air hujan. Air hujan yang jatuh ke daratan akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan tanah.
Hujan asam dapat disebabkan oleh proses alam yang terjadi dan aktifitas manusia.
Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat emisi gas dari gunung api dan dari proses
biologis di tanah, rawa dan laut. Tumbuhan yang membusuk dan letusan gunung api
melepaskan bahan-bahan kimia juga merupakan salah satu penyumbang terbentuknya
hujan asam, akan tetapi umumnya hujan asam yang banyak terjadi disebabkan oleh
aktifitas manusia. Sumber alam penyebab hujan asam ini sulit sekali untuk diketahui
jumlahnya. Misalnya saja sumber pencemar sulfur di alam bisa berasal dari:
a) Asap gunung berapi yang mengandung sulfur dioksida (SO2) dan asam sulfida (H2S).
b) Dekomposisi biologis dari senyawa organik dan reduksi sulfat yang menghasilkan
(CH3)2S dan H2S.
c) Biodegradasi dari laut yang menghasilkan (CH3)2S.

Salah satu penyebab terbesar hujan asam akibat aktifitas manusia yaitu polusi udara
dari kendaraan bermotor, mobil, dan industri yang menggunakan bahan bakar fosil
minyak bumi dan batu bara. Salah satu contoh industri yang menggunakan bahan bakar
fosil bumi dan batu bara adalah pembangkit tenaga listrik, industri pengolahan pupuk
untuk pertanian terutama amonia.

Sudalma dan Purwanto (2012) menyebutkan bahwa transfortasi bahan pencemar dapat
dikarenakan oleh angin (advection), sebaran (dispersion), serapan oleh tanaman, grafitasi
(dry deposition) dan air hujan (wet deposition). Gas-gas polutan yang terbawa angin ini
akan tersebar hingga ratusan kilometer di atmosfer sebelum bereaksi dengan uap air
menjadi hujan asam dan jatuh ke bumi. Ketika manusia menggunakan bahan bakar, maka
sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (NOX) dilepaskan ke atmosfer dan kemudian

15
Erni. M. Yatim, Dampak Dan Pengendalian Hujan Asam Di Indonesia, (Jurnal Kesehatan Masyarakat,
September 2007), Volume II. Nomor (1), hal 146-147.

24
bereaksi dengan air, oksigen, dan senyawa lainnya membentuk asam sulfat dan asam
nitrat yang mudah larut dan jatuh bersama dengan air hujan. Hujan asam yang mencapai
bumi akan mengalir sebagai air limpasan pada permukaan tanah, masuk kedalam sistem
air dan sebagian lagi terendapkan didalam tahah. Hujan asam dapat juga terjadi dalam
bentuk salju, kabut, dan bahan halus yang jatuh ke bumi16.

Terjadinya hujan asam, terutama disebabkan oleh pencemaran udara baik yang berasal
dari hasil pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam
dalam kegiatan industri dan transportasi dengan kendaraan bermotor, yaitu gas-gas
oksida nitrogen (NO dan NO2), serta oksida belerang (SO2 atau SO3). Gas-gas ini juga
dihasilkan dari letusan gunung berapi. Gas-gas pencemar ini masuk ke atmosfer terendah
yaitu di lapisan troposfer yang kemudian mengalami reaksi fotokimia dan selanjutnya
bereaksi dengan air sebagai berikut:

NO + O3 → NO2 + O2
NO2 + O2 → NO3 + O
NO2 + NO3 → N2O5
N2O5 + H2O → 2HNO3
Untuk gas SO2 akan membentuk H2SO4 melalui reaksi sebagai berikut:
2SO2 + O2 + 2H2O → 2H2SO4
Dari kedua jenis oksida tersebut, sulfur oksida yang cukup signifikan penyebab
terjadinya hujan asam. Di bawah ini Tabel yang berisi gas-gas penyebab hujan asam dan
sumbernya serta dampaknya terhadap lingkungan17.
Tabel 1. Sumber Antropogenik Gas Penyebab Hujan Asam

Sumber: http://repository.ut.ac.id/4658/2/PEKI4312-M1.pdf

16
Dodi Satriawan, Analisis Kuantitatif.., hal 113.
17
Prof. Dr. Rukaesih Achmad, M.Si., Isu Lingkungan Global, PEKI4312/MODUL 1, hal 25-26

25
Kejadian petir juga mempengaruhi tingkat keasaman air hujan. Kejadian petir dengan
interval kurang dari 90 detik menjadikan pH air hujan terendah 3,63 dibandingkan tanpa
kejadian petir 4,06.

Tabel 2. Sumber asam dalam air hujan pada udara bersih dan udara
mengandung polutan

Sumber: http://eprints.undip.ac.id/66356/5/SUDALMA_-
_3_BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA.pdf

3. Dampak Hujan Asam


Hujan asam berdampak terhadap kesehatan, hutan, pertanian, ekosistem akuatik dan
material.
a) Kesehatan
Hujan asam mempengaruhi kesehatan melalui tiga cara:
1) Efek jangka pendek karena menghirup udara yang tercemar berat.
2) Efek jangka panjang karena menghirup udara yang tercemar sedang atau ringan.
3) Efek tidak langsung karena terexposed pada logam berat seperti alumunium dan
logam berat lain yang terbebaskan dari zarah tanah pada pH yang rendah,
akumulasi logam berat melalui rantai makanan dan terlarutnya logam berat dari
pipa air yang terbuat dari timbal atau tembaga.
b) Hutan
Dampak terhadap hutan dan pertanian sebagian karena pH tanah turun.
Penurunan pH tanah dan air danau dipengaruhi kemampuan tanah dan air untuk
menetralisir asam tersebut. Daya netralisasi asam itu ditentukan oleh adanya zat yang
dapat menetralisir asam, misalnya, kalsium karbonat (CaCO3 ) dan humus. Kerusakan
hutan oleh hujan asam gejalanya berbeda dengan gejala kerusakan oleh kekeringan
dan serangan hama atau penyakit. Kerusakan dan kematian hutan disebut Forest

26
Dieback atau Waldsterben. Kematian hutan mengakibatkan naiknya resiko terjadinya
tanah longsor dan juga kelonggaran salju pada musim dingin, yang sangat berbahaya
bagi penduduk dan wisatawan. Proses terjadinya kerusakan dapat dikelompokan
menjadi enam, yaitu (1) stres umum, (2) penurunan pH tanah- keracunan aluminium,
(3) peracunan oleh SO2, (4) kekurangan magnesium, (5) kelebihan hara atau nitrogen
dan (6) zat organik pengatur tumbuh.
c) Pertanian
Hasil padi dapat turun sampai 30% karena hujan asam. Karena besarnya laju
pertumbuhan industri dan transportasi, ada kemungkinan telah terjadi kenaikan kadar
SO2 sampai pada kadar yang menyebabkan keracunan kronik dan penurunan hasil
pertanian tanpa adanya gejala morfologik dan kasat mata pada tanaman.
d) Material
Hujan asam mempunyai dampak penting terhadap berbagai jenis material. Logam,
bangunan baru, keramik dan gelas, cat, kertas, bahan fotografi, tekstil, kulit dan karet
terpengaruh oleh oksida belerang, oksida nitrogen dan zat pencemar udara lainnya.
Sebagian kerusakan ini disebabkan oleh deposisi kering asam sulfat yang berasal dari
transpor dalam kota dan dari industri18.
4. Solusi Menganggulangi Dampak Hujan Asam
Usaha untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya hujan asam antara lain: Di
Amerika Serikat, banyak pembangkit tenaga listrik tenaga batu bara menggunakan Flue
gas desulfurization (FGD) untuk menghilangkan gas yang mengandung belerang dari
cerobong mereka. Karena hujan asam itu mayoritas disebabkan oleh aktivitas manusia
seperti industri, pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan
pertanian, maka usaha yang bisa dilakukan adalah dengan meminimalisir penggunaan
bahan-bahan atau meminimalisir aktivitas yang bisa menyebabkan terjadinya hujan asam
tersebut. Di Indonesia selama ini baru bisa mencegah terjadinya hujan asam dengan
melakukan penghematan energi19.
a) Bahan bakar dengan kandungan belerang rendah
Kandungan belerang dalam bahan bakar bervariasi. 11% cadangan minyak dunia,
mengandung kandungan belerang yang tinggi antara 1,4-1,6%. Dengan demikian,
dunia sebagian besar tergantung pada minyak yang mengandung kadar belerang
tinggi. Penggunaan gas alam akan mengurangi emisi zat pembentuk asam, akan

18
Erni. M. Yatim, Dampak Dan Pengendalian..,149
19
Dodi Satriawan, Analisis Kuantitatif.., hal 113.

27
tetapi kebocoran gas melalui pipa dan tempat lain menambah emisi metan, yang
merupakan gas rumah kaca yang kuat. Usaha lain ialah dengan menggunakan bahan
bakar alternatif yang tidak mengandung belerang dan nitrogen antara lain, metanol,
etanol dan hidrogen. Akan tetapi, penggantian haruslah dilakukan dengan hati-hati,
karena penggantian itu dapat memecahkan satu masalah, tetapi menimbulkan
masalah lain.
b) Mengurangi kandungan belerang sebelum pembakaran
Kadar belerang dalam bahan bakar dapat dikurangi dengan menggunakan teknologi
tertentu. Dalam proses produksi batu bara dapat dilakukan pencucian. Proses
pencucian itu, yang bertujuan untuk membersihkan batubara dari pasir, tanah dan
kotoran lain, juga mengurangi kadar belerang yang berupa pirit (belerang dalam
bentuk besi sulfida) sampai 50- 90%. Untuk mengurangi kadar belerang organik
dalam batubara lebih sulit dan memerlukan teknologi yang lebih canggih.
c) Pengendalian pencemaran selama pembakaran
Beberapa teknologi untuk mengurangi emisi SO2 dan NOx pada waktu pembakaran
telah dikembangkan. Salah satu teknologi itu ialah lime injection in multiple burners
(LIMB). Dengan teknologi ini, emisi SO2 dapat dikurangi sampai 80% dan NOx
50%. Dalam teknologi ini, kapur diinjeksikan ke dalam dapur pembakaran dan suhu
pembakaran diturunkan dengan menggunakan alat pembakar khusus. Kapur akan
bereaksi dengan belerang dan membentuk gypsum (kalsium sulfrat dihidrat).
Penurunan suhu mengakibatkan penurunan pembentukan NOx , baik dari nitrogen
yang ada dalam bahan bakar maupun dari nitrogen udara.
d) Pengendalian setelah pembakaran
Zat pencemar dapat pula dikurangi dari gas limbah hasil pembakaran. Teknologi
yang sudah banyak dipakai ialah flue-gas desulfurization (FGD). Prinsip teknologi
ini ialah untuk mengikat SO2 di dalam gas limbah di cerobong asap dengan
absorben, yaitu yang disebut scrubbing. Dengan cara ini, 70- 95% SO2 yang
terbentuk dapat diikat.
Cara khusus untuk mengurangi emisi NOx ialah dengan Reduksi Katalitik Selektif (
Selective Catalytic Reduction = SCR ). Dengan cara ini 80 – 90 % Nox diubah
menjadi nitrogen elementer yang dapat dilepas ke udara dengan tidak menimbulkan
masalah.
Pada pencemaran yang disebabkan oleh transpor, karena transpor merupakan sumber
33 – 50 % dari pencemaran total. Metode yang paling banyak digunakan ialah

28
pengubahan katalitik ( Catalytic Converter ). Akan tetapi alat ini hanya berguna pada
kendaraan dengan BBM benzin dan tidak pada mesin diesel. Alat ini juga tidak
dapat digunakan pada benzin yang mengandung timbal ( Pb ). Pengubahan catalytic
yang dipasang pada knalpot menggunakan campuran platinum dan rhodium sebagai
katalisator. Dengan alat ini emisi CO, HC, dan NOx dapat dikurangi sampai 90 %.
e) Penghematan energi
Semua pengendalian pencemaran seperti diuraikan diatas mempunyai kelemahan
yaitu hanya mempunyai efek terhadap SO2 dan NO2 dan tidak terhadap CO2 yang
merupakan gas rumah kaca yang penting. Semua cara pengendalian pencemaran
memerlukan biaya. Penghematan energi pun memerlukan biaya. Tetapi
penghematan energi mempunyai keuntungan bahwa efeknya juga mengurangi emisi
CO2 . Biayanya sangat bervariasi dari yang murah sampai yang mahal sehingga
terdapat pilihan yang luas yang dapat dilakukan oleh rakyat kecil sampai yang kaya.
Pilihan tertentu bahkan menguntungkan rakyat kecil seperti pengembangan transpot
massal umum dengan bus dan kereta api serta transpot dengan sepeda dan jalan kaki
untuk jarak dekat. Oleh karena itu penghematan energi dalam menanggulangi
pencemaran merupakan pilihan yang baik untuk negara berkembang, termasuk
Indonesia. Yang dimaksud dengan penghematan energi bukanlah mengurangi
penggunaan energi sehingga menghambat laju pembangunan, melainkan menaikan
efisiensi energi sehingga per-unit didapatkan pelayanan yang lebih banyak20.

G. Efek Rumah Kaca


1. Pengertian Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824,
merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet, seperti Mars,
Venus, Saturnus, Titan, dan bumi. Efek rumah kaca dapat dibedakan menjadi dua hal,
yaitu: pertama Efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, kedua Efek
rumah kaca meningkat yang terjadi akibat aktifitas manusia.

20
Ibid, hal 149-150.

29
Gambar 8. Proses Terjadinya Effek Rumah Kaca
Sumber: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-
YAKUB_MALIK/EFEK_RUMAH_KACA_TERHADAP_IKLIM_MIKRO.pdf

Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh


permukaan bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi . Sebagian dari
panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai radiasi
infra merah gelombang panjang . Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu
akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca
seperti : uap air, karbon-dioksida / CO2 dan metana) sehingga panas sinar tersebut
terperangkap di atmosfer bumi . Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (Green
House Effect = GHE) karena peristiwanya sama dengan rumah kaca, di mana panas yang
masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga
dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Sinar matahari yang datang ke bumi berupa energi akan mengalami hal sebagai
berikut:
• 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer
• 25% diserap awan
• 45% diadsorpsi permukaan bumi
• 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.

Energi yang diadsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra-merah oleh
awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar infra-merah yang dipancarkan bumi
tertahan oleh awan, gas CO2, dan gas rumah kaca lainnya.

Dalam keadaan normal, efek rumah kaca sangat dibutuhkan. Dengan adanya efek
rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak jauh berbeda, artinya
pada waktu malam suhu rata-rata dipermukaan bumi yang tidak terkena energi matahari

30
akan sangat rendah bila tidak ada efek rumah kaca21. Peristiwa alam ini menyebabkan
bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada Efek Rumah
Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33º C lebih dingin . Akan tetapi, bila gas-gas ini
semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya pemanasan bumi akan berlebihan
dan akan semakin berlanjut22

2. Faktor-Faktor Penyebab Efek Rumah Kaca


Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas Karbondioksida (CO2)
dan gas-gas lainnya yaitu sulfur dioksida (SO2), nitrogen monoksida (NO) dan nitrogen
dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana (CH4) dan khloro
fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan
efek rumah kaca dan disebut gas rumah kaca23. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini terjadi
akibat kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar
organic lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan- tumbuhan dan laut untuk
mengabsorsinya.
Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir maka
semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfir.
Atau dengan kata lain semakin banyak jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfir ,
maka semakin banyak pula panas matahari yang terperangkap di permukaan bumi.
Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik . Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah
kaca terjadi karena emisi gas rumah kaca. Meningkatnya gas rumah kaca tersebut
dikontribusi oleh hal-hal berikut:
a) Energi, Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM
memberikontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca terutama
CO2 .
b) Kehutanan, Salah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah kaca .
Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2 . Sehingga kerusakan hutan akan
memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.
c) Peternakan dan Pertanian, Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari
pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-

21
Suansar Khatib, Hukum Lingkungan Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus atas Fenomena Pemanasan Global
(Global Warming)), (MIZANI, Agustus 2015), Vol. 25, No. 2, hal 87-88.
22
Riza Pratama, Efek Rumah Kaca Terhadap Bumi, (Buletin Utama Teknik, Januari 2019), Vol. 14, No. 2, hal
120.
23
Ibid, hal 87-88.

31
kotoran ternak, serta pembakaran sabana. Pada sektor pertanian , gas metan (CH4)
yang paling banyak dihasilkan.
d) Sampah, Sampah sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya gas
metan (CH4), karena aktifitas manusia sehari-hari.

Gambar 9. Proses Gas-gas yang Dapat Meningkatkan Effek


Rumah Kaca
Sumber: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR.pdf

Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer
dan kemampuan penyerapan energi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan
meningkatkan efek rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global.
Adapun gas-gas yang terdapat dalam rumah kaca , adalah sebagai berikut :

a) CO2 (Karbon Dioksida)


CO2 adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang
ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap
jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
yaitu minyak bumi, batu bara, dan gas bumi. Pembukaan lahan baru pertanian dan
penggundulan hutan juga meningkatkan jumlah karbon dioksida dalam atmosfer.
b) H2O (Uap Air)
Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca . Uap air tidak terlihat
dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-
butir air. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan
dipengaruhi oleh suhu global .
c) CH4 (Metana)
Metana dihasilkan dari:

32
1) ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik pada
kondisi tanpa udara (anaerob) .
2) Dihasilkan secara alami pada saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga
disebut juga gas rawa .
3) Sawah merupakan kondisi ideal bagi pembentukannya, di mana tangkai padi
nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke atmosfer.
4) Meningkatnya jumlah ternak sapi , kerbau dan sejenisnya. metana dihasilkan
dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka bersendawa dan kentut .
5) Tempat pembuangan sampah, sehingga menguntungkan bila mengumpulkan
metana sebagai bahan bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik.
6) Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi.
d) CFC (Chloro Flouro Carbon)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat tidak
mudah terbakar dan tidak beracun. CFC amat stabil sehingga dapat digunakan dalam
berbagai peralatan. CFC menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2 .
Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah
lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
e) O3 (Ozon)
Ozon terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon
merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari
bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat
mengganggu kesehatan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Ternyata , tanpa kita sadari begitu banyak pemicu terjadinya efek rumah kaca. Maka
mari kita jaga bumi ini , demi anak cucu kelak24.

3. Dampak Efek Rumah Kaca


a) Iklim mulai tidak stabil.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi,
uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga
akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah
24
Riza Pratama, Efek Rumah..,hal 122.

33
hujan, secara rata-rata, sekitar 1% untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Badai
akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.
Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai
(hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih
besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat
dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
b) Suhu global cenderung meningkat.
Suhu atmosfer meningkat tajam pada akhir tahun 1980-an. IPCC (1990)
menyimpulkan bahwa pemanasan global terlihat nyata sebesar 0,3 – 0,6 ºC telah
terjadi pada masa tersebut dan tahun 1980-an dapat dikatakan sebagai masa
pemanasan yang cukup cepat. Tahun 1987 dan tahun 1988 tercatat sebagai dimulainya
suhu global rata-rata tertinggi sampai saat ini. Enam dari 10 tahun terpanas terjadi
pada tahun 1980-an. Data awal untuk tahun 1990 menunjukkan bahwa rekor terdahulu
akan terlampaui.
c) Peningkatan permukaan laut
Menurut hasil penelitian IPCC (1990) bahwa permukaan laut telah naik pada
masa abad terakhir ini dan diperkirakan terjadi peningkatan sebesar 10 –20 cm. IPCC
mengkhawatirkan bahwa peningkatan permukaan laut sebesar 30 – 50 cm akan
mempengaruhi habitat di daerah pantai. Peningkatan satu meter akan membuat
beberapa negara pulau tidak dapat dihuni, menggusur puluhan juta orang, mengancam
daerah perkotaan yang rendah, membanjiri lahan produktif dan mencemari persediaan
air tawar.
d) Gangguan ekologis
Perubahan suhu dan curah hujan memberikan berbagai tekanan atas kehidupan
dan hewan dari berbagai kawasan ekologis. Jika perubahannya lambat, akan terjadi
adaptasi bertahap terhadap kondisi yang baru, seperti yang telah terjadi di masa lalu.
Diperkirakan bahwa jika kondisi yang lain tetap, vegetasi perlu pindah 100 – 150 km
ke arah kutub untuk mengatasi peningkatan suhu sebesar 1 ºC. Hal yang sama akan
terjadi di daerah hutan mangrove akibat naiknya permukaan laut. Mangrove peka
terhadap perubahan dalam permukaan laut, selain terhadap perubahan salinitas air dan
laju sedimentasi yang tidak dapat dihindari jika permukaan laut naik. Hewan liar juga
akan terkena dampaknya. Selama masa perubahan iklim yang bertahap, seperti yang
terjadi pada masa lalu, kawanan hewan perumput dapat bergerak mengikuti gerakan

34
vegetasi diiringi oleh hewan karnivora yang memangsamereka. Perubahan iklim yang
cepat, tidak ada harapan bagi penyesuaian seperti ini25.
4. Solusi Menganggulangi Dampak Efek Rumah Kaca
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca
a) Pertama , mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain . Cara ini disebut carbon
sequestration (menghilangkan karbon) .
b) Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca. Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan reboisasi yang dapat
mengantisipasi global warming.

Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong
agar minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi
gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak , lapisan batubara atau aquifer.

Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar
fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada
abad ke-18 . Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber
energi. Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas
melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila
dibandingkan dengan batubara.

▪ Untuk kendaraan bermotor, perlu digunakan alat penyaring khusus gas


buangan pada bagian knalpot (tempat keluar gas buangan) yang dapat
menetralisirdan mengurangi dampak negatif gas buangan tersebut.
▪ Mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan
, seperti tenaga surya (matahari) atau biodisel.
▪ Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor yang boleh
beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.
▪ Untuk skala industri perlu dibuat sistem pembuangan dan daur ulang gas
buangan yang baik. Saluran buangan perlu diperhatikan, kearah mana akan
dibuang dan haruslah memperhatikan lingkungan sekitar.

25
Tri Ratih Purwatihningsih, Analisis Pemahaman Konsep Mekanisme Effek Rumah Kaca pada Siswa Kelas
XII SMA/MA di Kabupaten Jember, (Jember: Skripsi Tidak Diterbitkan, 2017), hal 21-22.

35
▪ Reboisasi lahan yang gundul merupakan salah satu langkah untuk menahan
laju karbondioksida yang berlebih diudara. Termasuk penanaman pohon-
pohon disepanjang jalan raya yang dapat menetralisir pencemaran udara
disepanjang jalan raya. Tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
▪ Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan sampah. Pengelolaan sampah
adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau
pembuangan dari material sampah.
▪ Perlu diadakan kerja sama internasional untuk mensukseskan pengurangan
gas- gas rumah kaca.

Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai
contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil
mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam
mengurangi produksi karbon dioksida. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang serius,
konsisten, dan kontinyu agar masalah kerusakan lingkungan ini dapat diatasi atau
diminimalisir 26.

26
Ibid.., 125.

36
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Iklim didefinisikan sebagai kondisi rata-rata cuaca di suatu wilayah selama periode waktu
tertentu, seperti yang ditunjukkan oleh suhu, kecepatan angin, dan curah hujan. Keadaan
atmosfer di tempat dan waktu tertentu sehubungan dengan kondisi meteorologi, seperti
angin, suhu, kekeruhan, kelembaban, tekanan, dll.
2. Pemanasan atmosfer bergantung pada konsentrasi gas rumah kaca atmosfer yang
menyerap radiasi IR yang dipancarkan dari permukaan Bumi, yang telah dipanaskan oleh
radiasi matahari yang masuk. Dengan demikian, panas terperangkap di atmosfer,
menghangatkan planet ini. Setiap perubahan dalam radiasi matahari yang masuk atau
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dapat mempengaruhi iklim
3. Peningkatan kadar CO2 di lapisan atmosfer, bersama dengan mata air zona beriklim yang
lebih awal dan lebih hangat, akan menyebabkan musim tanam yang lebih panjang dengan
peningkatan risiko kebakaran hutan. Kebakaran hutan meningkatkan dampak kesehatan
karena peningkatan polusi ozon dan aerosol. Selain itu, salju yang turun kemudian dan
musim semi yang lebih awal, yang mengakibatkan musim tanam lebih panjang,
menyebabkan peningkatan kadar serbuk sari. Perubahan iklim di zona sedang saat ini
menyebabkan jumlah serbuk sari yang lebih tinggi yang bertahan lebih lama
4. Upaya penanggulangan iklim yakni, Mengurangi makan daging, Penghematan energi
bahan bakar fosil, Melakukan penanaman pohon, Melakukan daur ulang (recycle)
5. Pemanasan global (global warming) adalah suatu bentuk ketidakseimbangan ekosistem di
bumi akibat terjadinya proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan di
bumi.
6. Istilah hujan asam pertama kali digunakan oleh Robert A. Smith ( 1872 ) dalam Kupchella
( 1989 ) yang menguraikan tentang keadaan di Manchester, sebuah daerah industri
dibagian utara Inggris. Istilah hujan asam in digambarkan sebagai turunnya air dari
atmosfer yang bersifat asam dalam bentuk hujan. Hujan asam dapat pula terjadi
disebabkan air hujan yang turun benkontak secara langsung dengan udara yang
mengandung senyawa-senyawa asam sehingga senyawa tersebut larut didalam hujan dan
jatuh ke bumi. Nilai keasaman dari hujan asam tersebut memiliki nilai pH dibawah 5,627.

27
Dodi Satriawan, Analisis Kuantitatif Acidity Level Sebagai Indikator Kualitas Air Hujan Di Kabupaten
Cilacap, (Jurnal Rekayasa Sistem Industri, Mei 2018), Volume 3. No.2. hal 113.

37
7. Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada tahun 1824,
merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet, seperti Mars,
Venus, Saturnus, Titan, dan bumi. Efek rumah kaca dapat dibedakan menjadi dua hal,
yaitu: pertama Efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, kedua Efek
rumah kaca meningkat yang terjadi akibat aktifitas manusia.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui tentang
Perubahan Iklim, Pemanasan Global, Hujan Asam, dan Efek Rumah Kaca serta dampak dan
cara menanggulanginya dalam kehidupan sehari-hari. Materi dalam makalah ini sangatlah
bermanfaat dan harus diperhatikan, karena dapat mempengaruhi kelangsungan hidup semua
mahkluk hidup yang ada di bumi ini.
Kita sebagai manusia di bumi ini seyognya saling menjaga lingkungan dengan cara
sebagai berikut: mengurangi pemakaian kendaraan bermotor (mengurangi gas CO2),
mengurangi pemakaian alat yg menghasilkan gas freon (AC, kulkas dll), menjaga bumi agar
tidak terjadi global warming, menanam banyak pohon serta mengurangi penebangan hutan,
dan menggunakan sumber energi terperbaharukan. Dengan cara tersebut setidaknya kita
sebagai manusia sedikit membantu menyelamatkan bumi dengan baik, agar kita bisa tinggal
dengan nyaman dan tentram di bumi ini.

38
LATIHAN SOAL !

1. Apakah yang di maksud dengan perubahan iklim? Jelaskan!


2. Sebutkan faktor penyebab perubahan iklim ?
3. Apa saja dampak perubahan iklim dan upaya penanggulangannya ?
4. Apakah yang dimaksud dengan pemanasan global dan dampak bagi makhluk
hidup?
5. Apakah yang dimaksud dengan Hujan Asam dan bagaimana cara
menanggulanginya ?

39
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, Imam. 2008. Ancaman Global warming Bagi Manusia. (online)
(http://imamaffandi.wordpress.com/2008/02/17/ancaman-global-warming
dalamkehidupan-manusia/.....) di akses 10 juni 2021 pukul 10.00 WIB.
Anonimous, 2004. Temperatur Rata-rata Global 1860 sampai 2000. tersedia dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_pemanasan_global_di_Indonesia di akses pada 10
juni pukul 9.00 WIB.
Elza Surmaini. 2011. UPAYA SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN
IKLIM. Jurnal Litbang Pertanian, 30(1).

Erni. M. Yatim, Dampak Dan Pengendalian Hujan Asam Di Indonesia, (Jurnal Kesehatan
Masyarakat, September 2007), Volume II. Nomor (1).
Gleason, Karen K., Simon Karecki, and Rafael Reif (2007). Climate Classroom; What’s up
with global warming?, National Wildlife Federation. URL diakses 22-01-2008
Jeffrey S. Gaffney dan Nancy A. Marley, Chemistry of Environmental Systems. (USA :
Fundamental Principles and Analytical Methods, 2020).
Nasihah, Mimatun, Efek Hujan Asam terhadap Pertumbuhan Tanaman, (Jurnal EnviScience,
September 2017), Vol. 1 No. 1.
Oksfriani Jufri Sumampouw, Perubahan Iklim dan Kesehatan Masyarakat, (Yogyakarta :
Deepublish VC Budi Utama, 2019).
Pratama, Riza.2019. Efek Rumah Kaca Terhadap Bumi. Buletin Utama Teknik.Vol. 14, No.
2.
Prof. Dr. Rukaesih Achmad, M.Si., Isu Lingkungan Global, PEKI4312/MODUL 1.
Rahmi, Laili dan Relsas Yogica, 2012. KEBIJAKAN PENANGANAN MASALAH
PERUBAHAN IKLIM DENGAN STRATEGI MITIGASI DAN ADAPTASI, hal.110-111
Ramli, Utina, PEMANASAN GLOBAL: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya (Dosen
Biologi FMIPA Universitas Negeri Gorontalo).
Satriawan, Dodi, Analisis Kuantitatif Acidity Level Sebagai Indikator Kualitas Air Hujan Di
Kabupaten Cilacap, (Jurnal Rekayasa Sistem Industri, Mei 2018), Volume 3. No.2.
Suansar Khatib, Hukum Lingkungan Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus atas Fenomena
Pemanasan Global (Global Warming)), (MIZANI, Agustus 2015), Vol. 25, No. 2.
Tri Ratih Purwatihningsih, 2017. Analisis Pemahaman Konsep Mekanisme Effek Rumah
Kaca pada Siswa Kelas XII SMA/MA di Kabupaten Jember, Jember: Skripsi Tidak
Diterbitkan.

40

Anda mungkin juga menyukai