Anda di halaman 1dari 6

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : SITI ROHMATIN

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048888386

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4001/Pengantar Pendidikan

Kode/Nama UPBJJ : 74/MALANG

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
No. Jawaban
1. Karakteristik kondisi pendidikan pada zaman kolonial Belanda
a. Kesengajaan melakukan perbedaan-perbedaan untuk
mempertahankan perbedaan kelas sosial
Pemerintah Belanda saat itu menerapkan prinsip
Dualisme. Dalam prnsip itu, pemerintah dengan sengaja
menekankan perbedaan-perbedaan yang memperkuat
perbedaan kelas sosial di masyarakat. Hal ini terlihat dari
beberapa kebijakannya. Beberapa kebijakan kolonial belanda pada
masa itu adalah:
1) Pembagian kelas antara kaum Eropa di posisi pertama, kaum
Tionghoa, Arab dan timurasing lain sebagai kelas kedua, dan
kaum insulinde atau pribumi yang menjadi kelas ketiga
2) Pembedaan sekolah-sekolah tempat mereka belajar. Kelas
Eropa, timur asing yang kaya,serta keturunan bangsawan
terkemuka dapat bersekolah di sekolah khusus seperti
seperti Eurospeesch Lagere School (ELS). Adapaun dari
golongan rakyat biasa tidak dapat masuk dan belajar di
sekolah ini, kecuali masuk di sekolah rendah atau sekolah
khusus bumiputera,serta golongan ras timur asing tertentu
seperti Tionghoa, memiliki sekolah khusus orang Tionghoa
yang mendirikan sekolah seperti Hollandsch Chineesche School.
b. Desain pendidikan yang sengaja dibuat serendah mungkin untuk
anak Pribumi
Prinsip gradualisme yang diterapkan oleh Belanda yaitu
berupaya menciptakan pendidikan untuk Pribumi dengan serendah
mungkin. Karena dengan diciptakannya pendidikan rendah
harapannya yaitu agar Pribumi tidak tercerahkan akibat pendidikan.
Alasan lainnya ialah karena pemerintah Belanda saat itu tidak ingin
keluar uang banyak untuk operasional pendidikan dan karena adanya
kesulitan finasial berat yang dihadapi oleh Belanda sebagai akibat
perang yang terjadi.
c. Sulitnya melakukan perubahan pendidikan akibat rumitnya birokrasi
Pada saat itu, kebijakan pendidikan ditentukan oleh pemerintah
pusat di Belanda. Bisa dikatakan, pendidikan saat itu dikontrol
dengan sangat ketat oleh pemerintah pusat. Akibatnya,guru tidak
memiliki peran dan pengaruh terhadap kebijakan pendidikan di
Hindia-Belanda.
d. Semua sekolah harus berorientasi gaya Barat
Aspek-aspek pendidikan saat itu wajib berkiblat pada Barat dan
Modernitas. Mulai dari kurikulum hingga materi pembelajaran.
Meski demikian, pendidikan gaya Barat ini memiliki dampak positif,
yaitu dapat memperluas wawasan anak Pribumi tentang dunia global.
e. Tidak adanya rancangan pendidikan yang sistematis
Menyebabkan pemerintah mengadakan percobaan dengan
berbagai macam sekolah menurut keadaan zaman.
2. Sejarah Pendidikan Nonformal Pada Masa Reformasi
Dengan diterbitkannya undang-undang system pendidikan nasioanal
20 tahun 2003 semakin jelas bahwa secara yuridis formal, pendidikan
masyarakat merupakan bagian dari pendidikan nasional. Dalam
undang-undang tersebut dinyatakan pula bahwa pelanggaran pendidkan
nasional dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, informal,
dan nonformal.
Penyelenggaran proses pembelajaran pada pendidikan nonformal dapat
dilakukan oleh berbagai bentuk lembaga, organisasi, dan komunitas belajar
yang diantaranya adalah pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM),
sanggar kegiatan belajar (SKB), pondok pesantren, majlis ta’lim, sekolah
rumah, sekolah alam, seolah kelas campuran, susteran dan diklat UPT.
Selain itu, pada masa reformasi pendidikan agama islam juga
diperhatikan dan disamakan kedudukannya dengan pendidikan umum.
Salah satu buktinya adalah dengan diberlakukan UU. No.20 Tahun 2003
tentang SISDIKNAS yang mengatur berbagai bidang pendidikan, salah
satunya adalah bidang pendidikan agama islam.
Adapun kebijakan- kebijakan pemerintah dalam menyempurnakan
sistem Pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a. Yang pertama, Mendirikan sekolah-sekolah Agama Islam mulai dari
tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi (MDI / MI, MTs, MA,
PTAIN, PTAIS atau Al-Jamiah).
b. Kedua, Membantu meningkatkan mutu pendidikan pondok pesantren
dengan usaha memberikan bimbingan ke arah penyempurnaan
kurikulum, sarana pendidikan, bantuan/subsidi guru, perpustakaan,
ketrampilan teknologi dan sebagainya. Masuknya pesantren ke dalam
sekolah berarti bukan hanya bertugas memelihara dan meneruskan
tradisi yang berlaku di pesantren, tetapi juga mengembangkan
pola-pola budaya baru agar bisa membantu peserta didik dan
masyarakat untuk mengakomodasi perubahan yang sedang dan yang
sudah terjadi.
c. Ketiga, Bantuan untuk pemeliharaan dan meningkatkan
sekolah-sekolah Islam yang masih mengalami transisi dari tingkat
dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi.
d. Keempat, Pembinaan Pendidikan Agama pada sekolah-sekolah umum
baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Insan cerdas komprehensi
f (sebagaisalah satu visi pendidikan nasional), yakni cerdas spiritual,
cerdas emosional dansosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis,
adalah termasuk manifestasi dari makarimal akhlaq. Cerdas spiritual
menyangkut kemampuan merasa selalu diawasi oleh Allah (iman).
Cerdas emosional menyangkut kemampuan mengendalikan emosi,
mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama dan lain-lain.
Cerdas sosial menyangkut senang berkomunikasi, senang
menolong,senang berteman, dan senang bekerja sama. Cerdas
intelektual menyangkut cerdas, pintar, kemampuan membedakan yang
baik dan buruk, serta kemampuan menentukan prioritas yang lebih
bermanfaat. Dan cerdas kinestetis menyangkut sehat secara medis,
tahan cuaca, tahan bekerja sama dan tumbuh dari rezeki yang halal.
Pembinaan Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi Umum Negeri
maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTAIS). Merancang kurikulum
yang terintegrasi sebagai suatu sistem yang tidak memberi
kemungkinan terjadinya pertentangan
antara yang satu dengan yang lainnya. Maka dalam hal ini bahwa
kurikulum pendidikan yang dimaksud, sehingga dapat diperoleh
rangka kurikulum sebagai berikut.
Bidang ajaran/latihan untuk membina jasmani yang sehat dan kuat.
Disini jelas pengajaran olahraga dan kesehatan harus diberikan,
juga keterampilan. Bidang ajaran/latihan untuk membina akal. Disini
sekurang-kurangnya ada bidang studi matematika dan filsafat atau
logika/mantiq atau sejenis itu termasuk sains dan teknologi. Bidang
ajaran/latihan untuk membina hati atau rasa. Disini sekurang-kurangnya
diberikan pengajaran agama dan seni.
3. Hubungan seni dan budaya adalah keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat
dipisahkan karena saling memiliki unsur yang menyatukan. Dimana seni
menjadi jalan pengungkapan budaya. Pembuatan suatu seni juga memerlukan
banyak hal yang nantinya akan membentuk satu keindahan yang diinginkan.
4. Kerangka kebudayaan seperti yang digambarkan merupakan dimensi
analisis dari konsep kebudayaan yang dikombinasikan menjadi suatu bagan
lingkaran. Bagan lingkaran menunjukan bahwa kebudayaan itu sifatnya
dinamis. Bagan kerangka kebudayaan yang digambarkan menjadi tiga
lingkaran konsentris. Sistem budaya digambarkan dalam lingkaran yang paling
dalam dan merupakan inti. Lingkaran kedua di sekitar ini menggambarkan
sistem sosial sementara kebudayaan fisik dilambangkan dengan lingkaran yang
paling luar.
Unsur-unsur kebudayaan universal yang tujuh macam itu
dilambangkan dengan membagi lingkaran tadi menjadi tujuh sektor yang
masing-masing melambangkan salah satu dari ketujuh unsur tersebut. Oleh
karena itu, gambar kerangka kebudayaan menjelaskan bahwa tiap unsur
kebudayaan yang universal itu dapat mempunyai tiga wujud kebudayaan yang
mencakup sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik.
Tiga wujud kebudayaan yang terdiri atas sistem budaya, sistem sosial
dan kebudayaan fisik merupakan bagian dari kerangka kebudayaan.
Sistem-sistem tersebut hanyalah sebagian dari sistem-sistem yang termasuk
dalam perspektif yang menyeluruh. Sistem budaya dan sistem sosial
merupakan sistem-sistem yang secara analisis dapat dibedakan satu sama lain.
Sistem budaya lebih banyak dikaji dalam disiplin pengetahuan budaya
sedangkan sistem sosial lebih banyak dibahas dalam kajian sosiologi.
5. Anak-anak lebih menyukai makanan cepat saji, cerita-cerita dari Barat, maupun
tokoh atau karakter dari Barat daripada makanan tradisional maupun cerita
rakyat karena:
a. Makanan cepat saji praktis dan rasanya enak
b. Iklan menarik, kemasan yang unik dan menawarkan mainan gratis
sehingga menjadi daya tarik anak-anak untuk membeli makanan cepat
saji.
c. Tempat yang menyenangkan terlebih lagi menghadirkan tokoh kartun
terkenal yang disukai anak-anak sehingga lebih mengenal tokoh
kartun daripada cerita rakyat
d. Kebiasaan makan keluarga, misalnya membawakan bekal makanan
yang lebih praktis.
e. Lebih sering menonton film kartun dan film Barat daripada cerita
rakyat dari Televisi, Bioskop, maupun Handphone (media sosial).

Anda mungkin juga menyukai