0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan6 halaman
Dokumen tersebut berisi jawaban mahasiswa terhadap beberapa pertanyaan tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. Jawaban tersebut mencakup karakteristik pendidikan zaman kolonial Belanda, sejarah pendidikan nonformal masa reformasi, hubungan antara seni dan budaya, kerangka kebudayaan, serta preferensi anak-anak terhadap budaya Barat.
Dokumen tersebut berisi jawaban mahasiswa terhadap beberapa pertanyaan tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. Jawaban tersebut mencakup karakteristik pendidikan zaman kolonial Belanda, sejarah pendidikan nonformal masa reformasi, hubungan antara seni dan budaya, kerangka kebudayaan, serta preferensi anak-anak terhadap budaya Barat.
Dokumen tersebut berisi jawaban mahasiswa terhadap beberapa pertanyaan tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan. Jawaban tersebut mencakup karakteristik pendidikan zaman kolonial Belanda, sejarah pendidikan nonformal masa reformasi, hubungan antara seni dan budaya, kerangka kebudayaan, serta preferensi anak-anak terhadap budaya Barat.
Kode/Nama Mata Kuliah : MKDK4001/Pengantar Pendidikan
Kode/Nama UPBJJ : 74/MALANG
Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS TERBUKA No. Jawaban 1. Karakteristik kondisi pendidikan pada zaman kolonial Belanda a. Kesengajaan melakukan perbedaan-perbedaan untuk mempertahankan perbedaan kelas sosial Pemerintah Belanda saat itu menerapkan prinsip Dualisme. Dalam prnsip itu, pemerintah dengan sengaja menekankan perbedaan-perbedaan yang memperkuat perbedaan kelas sosial di masyarakat. Hal ini terlihat dari beberapa kebijakannya. Beberapa kebijakan kolonial belanda pada masa itu adalah: 1) Pembagian kelas antara kaum Eropa di posisi pertama, kaum Tionghoa, Arab dan timurasing lain sebagai kelas kedua, dan kaum insulinde atau pribumi yang menjadi kelas ketiga 2) Pembedaan sekolah-sekolah tempat mereka belajar. Kelas Eropa, timur asing yang kaya,serta keturunan bangsawan terkemuka dapat bersekolah di sekolah khusus seperti seperti Eurospeesch Lagere School (ELS). Adapaun dari golongan rakyat biasa tidak dapat masuk dan belajar di sekolah ini, kecuali masuk di sekolah rendah atau sekolah khusus bumiputera,serta golongan ras timur asing tertentu seperti Tionghoa, memiliki sekolah khusus orang Tionghoa yang mendirikan sekolah seperti Hollandsch Chineesche School. b. Desain pendidikan yang sengaja dibuat serendah mungkin untuk anak Pribumi Prinsip gradualisme yang diterapkan oleh Belanda yaitu berupaya menciptakan pendidikan untuk Pribumi dengan serendah mungkin. Karena dengan diciptakannya pendidikan rendah harapannya yaitu agar Pribumi tidak tercerahkan akibat pendidikan. Alasan lainnya ialah karena pemerintah Belanda saat itu tidak ingin keluar uang banyak untuk operasional pendidikan dan karena adanya kesulitan finasial berat yang dihadapi oleh Belanda sebagai akibat perang yang terjadi. c. Sulitnya melakukan perubahan pendidikan akibat rumitnya birokrasi Pada saat itu, kebijakan pendidikan ditentukan oleh pemerintah pusat di Belanda. Bisa dikatakan, pendidikan saat itu dikontrol dengan sangat ketat oleh pemerintah pusat. Akibatnya,guru tidak memiliki peran dan pengaruh terhadap kebijakan pendidikan di Hindia-Belanda. d. Semua sekolah harus berorientasi gaya Barat Aspek-aspek pendidikan saat itu wajib berkiblat pada Barat dan Modernitas. Mulai dari kurikulum hingga materi pembelajaran. Meski demikian, pendidikan gaya Barat ini memiliki dampak positif, yaitu dapat memperluas wawasan anak Pribumi tentang dunia global. e. Tidak adanya rancangan pendidikan yang sistematis Menyebabkan pemerintah mengadakan percobaan dengan berbagai macam sekolah menurut keadaan zaman. 2. Sejarah Pendidikan Nonformal Pada Masa Reformasi Dengan diterbitkannya undang-undang system pendidikan nasioanal 20 tahun 2003 semakin jelas bahwa secara yuridis formal, pendidikan masyarakat merupakan bagian dari pendidikan nasional. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan pula bahwa pelanggaran pendidkan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, informal, dan nonformal. Penyelenggaran proses pembelajaran pada pendidikan nonformal dapat dilakukan oleh berbagai bentuk lembaga, organisasi, dan komunitas belajar yang diantaranya adalah pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), sanggar kegiatan belajar (SKB), pondok pesantren, majlis ta’lim, sekolah rumah, sekolah alam, seolah kelas campuran, susteran dan diklat UPT. Selain itu, pada masa reformasi pendidikan agama islam juga diperhatikan dan disamakan kedudukannya dengan pendidikan umum. Salah satu buktinya adalah dengan diberlakukan UU. No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang mengatur berbagai bidang pendidikan, salah satunya adalah bidang pendidikan agama islam. Adapun kebijakan- kebijakan pemerintah dalam menyempurnakan sistem Pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Yang pertama, Mendirikan sekolah-sekolah Agama Islam mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi (MDI / MI, MTs, MA, PTAIN, PTAIS atau Al-Jamiah). b. Kedua, Membantu meningkatkan mutu pendidikan pondok pesantren dengan usaha memberikan bimbingan ke arah penyempurnaan kurikulum, sarana pendidikan, bantuan/subsidi guru, perpustakaan, ketrampilan teknologi dan sebagainya. Masuknya pesantren ke dalam sekolah berarti bukan hanya bertugas memelihara dan meneruskan tradisi yang berlaku di pesantren, tetapi juga mengembangkan pola-pola budaya baru agar bisa membantu peserta didik dan masyarakat untuk mengakomodasi perubahan yang sedang dan yang sudah terjadi. c. Ketiga, Bantuan untuk pemeliharaan dan meningkatkan sekolah-sekolah Islam yang masih mengalami transisi dari tingkat dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi. d. Keempat, Pembinaan Pendidikan Agama pada sekolah-sekolah umum baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Insan cerdas komprehensi f (sebagaisalah satu visi pendidikan nasional), yakni cerdas spiritual, cerdas emosional dansosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis, adalah termasuk manifestasi dari makarimal akhlaq. Cerdas spiritual menyangkut kemampuan merasa selalu diawasi oleh Allah (iman). Cerdas emosional menyangkut kemampuan mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama dan lain-lain. Cerdas sosial menyangkut senang berkomunikasi, senang menolong,senang berteman, dan senang bekerja sama. Cerdas intelektual menyangkut cerdas, pintar, kemampuan membedakan yang baik dan buruk, serta kemampuan menentukan prioritas yang lebih bermanfaat. Dan cerdas kinestetis menyangkut sehat secara medis, tahan cuaca, tahan bekerja sama dan tumbuh dari rezeki yang halal. Pembinaan Pendidikan Agama pada Perguruan Tinggi Umum Negeri maupun Perguruan Tinggi Swasta (PTAIS). Merancang kurikulum yang terintegrasi sebagai suatu sistem yang tidak memberi kemungkinan terjadinya pertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Maka dalam hal ini bahwa kurikulum pendidikan yang dimaksud, sehingga dapat diperoleh rangka kurikulum sebagai berikut. Bidang ajaran/latihan untuk membina jasmani yang sehat dan kuat. Disini jelas pengajaran olahraga dan kesehatan harus diberikan, juga keterampilan. Bidang ajaran/latihan untuk membina akal. Disini sekurang-kurangnya ada bidang studi matematika dan filsafat atau logika/mantiq atau sejenis itu termasuk sains dan teknologi. Bidang ajaran/latihan untuk membina hati atau rasa. Disini sekurang-kurangnya diberikan pengajaran agama dan seni. 3. Hubungan seni dan budaya adalah keterkaitan satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan karena saling memiliki unsur yang menyatukan. Dimana seni menjadi jalan pengungkapan budaya. Pembuatan suatu seni juga memerlukan banyak hal yang nantinya akan membentuk satu keindahan yang diinginkan. 4. Kerangka kebudayaan seperti yang digambarkan merupakan dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang dikombinasikan menjadi suatu bagan lingkaran. Bagan lingkaran menunjukan bahwa kebudayaan itu sifatnya dinamis. Bagan kerangka kebudayaan yang digambarkan menjadi tiga lingkaran konsentris. Sistem budaya digambarkan dalam lingkaran yang paling dalam dan merupakan inti. Lingkaran kedua di sekitar ini menggambarkan sistem sosial sementara kebudayaan fisik dilambangkan dengan lingkaran yang paling luar. Unsur-unsur kebudayaan universal yang tujuh macam itu dilambangkan dengan membagi lingkaran tadi menjadi tujuh sektor yang masing-masing melambangkan salah satu dari ketujuh unsur tersebut. Oleh karena itu, gambar kerangka kebudayaan menjelaskan bahwa tiap unsur kebudayaan yang universal itu dapat mempunyai tiga wujud kebudayaan yang mencakup sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik. Tiga wujud kebudayaan yang terdiri atas sistem budaya, sistem sosial dan kebudayaan fisik merupakan bagian dari kerangka kebudayaan. Sistem-sistem tersebut hanyalah sebagian dari sistem-sistem yang termasuk dalam perspektif yang menyeluruh. Sistem budaya dan sistem sosial merupakan sistem-sistem yang secara analisis dapat dibedakan satu sama lain. Sistem budaya lebih banyak dikaji dalam disiplin pengetahuan budaya sedangkan sistem sosial lebih banyak dibahas dalam kajian sosiologi. 5. Anak-anak lebih menyukai makanan cepat saji, cerita-cerita dari Barat, maupun tokoh atau karakter dari Barat daripada makanan tradisional maupun cerita rakyat karena: a. Makanan cepat saji praktis dan rasanya enak b. Iklan menarik, kemasan yang unik dan menawarkan mainan gratis sehingga menjadi daya tarik anak-anak untuk membeli makanan cepat saji. c. Tempat yang menyenangkan terlebih lagi menghadirkan tokoh kartun terkenal yang disukai anak-anak sehingga lebih mengenal tokoh kartun daripada cerita rakyat d. Kebiasaan makan keluarga, misalnya membawakan bekal makanan yang lebih praktis. e. Lebih sering menonton film kartun dan film Barat daripada cerita rakyat dari Televisi, Bioskop, maupun Handphone (media sosial).