Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadia, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. (UURI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional)
a. Zaman Purba
Kebudayaan yang berkembang pada penduduk asli disebut Paleolitis (kebudayaan
lama/tua), sedangkan kebudayaan moyang bangsa Indonesia disebut neolitis (kebudayaan baru)
yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tata masyarakatnya bersifat egaliter,
tidak ada stratifikasi yang jelas. Masyarakatnya dipimpin oleh pemuka adat.
Tujuan pendidikan saat itu adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela
diri dan hidup bermasyarakat. Belum ada pendidikan formal, maka kurikulum pendidikannya
meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan mengenai agama.
Tujuan pendidikan umumnya agar menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup
bermasyarakat, mampu membela diri, dan membela negara. Darmapala sangat terkenal sebagai
guru Budha yang dimungkinkan candi Borobudur, candi mendut merupakan pusat-pusat
pendidikan agama Budha yang menghasilkan karya sastra yang bermutu tinggi oleh para empu
(pujangga) seperti : Kitab Pararaton (Empu Kanwa), Negara Kertagama ( Empu Sedah dan Empu
Panuluh), Arjuna Wiwaha dan Barathayuda ( Empu Prapanca)
Belanda sesuai kepentingan penjajah dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kaum pergerakan
sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan. Ciri-ciri pendidikan zaman itu adalah
minimnya partisipasi bagi rakyat hanya untuk bangsa belanda dan putera golongan priayi,
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan.
Pendidikan kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan kemerdekaan, antara lain :
1) Tahun 1908 Budi Utomo menjelaskan bahwa tujuan perkumpulan adalah untuk kemajuan yang
selaras buat negeri dan bangsa. Dalam bidang pendidikan mendirikan Sekolah Sentral di Solo
dan Yogyakarta yaitu Kweekschool.
2) Tahun 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
3) Tahun 1915 didirikan Trikora Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai perkumpulan pemuda
hingga terwujudnya sumpah pemuda 1928.
4) Tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman siswa.
5) Tahun 1926 Muhamad Safei mendirikan INS (Indonesisch Nederland School)
6) Dll.
Dari sini pergerakan nasional melahirkan kesadaran mengenai pentingnya peranan
pendidikan nasional dalam mempersiapkan kelahiran negara nasional. Ciri pendidikan nasional :
1) Bersifat nasionalistik dan sangat anti kolonialis
2) Berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri
3) Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang tinggi dan
kebhinekaan masyarakat Indonesia.
f. Zaman Kedudukan Jepang
3) Demokrasi Pendidikan
Sesuai amanat UUD 1945 dan UU RI No. 4 tahun 1950 pemerintah mengusahakan
terselenggaranya pendidikan yang bersifat demokratis yaitu kewajiban belajar sekolah bagi anak-
anak yang berumur 8 tahun.
Selama kurun waktu pelita I-V, pendidikan Indonesia mengalami banyak bahan dan
kemajuan, semakin mantapnya sistem pendidikan nasional dengan disahkannya Undang-undang
nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah Peraturan Pemerintah
yang menyertainya.
2) Taman Kanak-Kanak
Pendidikan di TK mengalami perkembangan yang cukup mengesankan, hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat khususnya orang tua semakin menyadari akan pentingnya
pendidikan prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan,
ketrampilan guna memasuki SD.
3) Pendidikan Dasar
Prestasi yang sangat mengesankan yang dicapai selama PJOPI ialah melonjaknya jumlah
peserta didik pada SD dan MI. Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putus sekolah
dan angka tinggal kelas cukup tinggi. Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia
hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada tanggal 2 Mei 1994 program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun dicanangkan.
4) Pendidikan Menengah
Persoalan yang menonjol pada SLTA umum selama pelita V adalah tentang mutu
kelulusan yang terutama diukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi.
NEM dan UMPTN menunjukkan keragaman dalam mutu SLTA antara sekolah dan lokasi
geografis yang berbeda-beda. Maka pada Repelita VI upaya memperbanyak jumlah SLTA
Umum yang bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU Plus yang dilakukan
melalui pengerahan peran serta masyarakat.
5) Pendidikan Tinggi
PTN dan PTS sama-sama menghadapi tantangan mengenai rendahnya proporsi
mahasiswa yang mempelajari bidang teknologi dan MIPA yang menimbulkan dampak negatif
pada dunia kerja. Mengingat dosen memegang peranan kunci dalam peningkatan mutu maka
peningkatan kualifikasi dosen merupakan prioritas dalam pengembangan pendidikan tinggi di
Indonesia saat ini.
1. Politasi pendidikan
2. Oper spesialisasi
3. Sekularitas pendidikan
5 Tokoh Pahlawan Nasional yang Memperjuangkan Pendidikan Indonesia
Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal dengan nama R. A. Kartini (lahir di
Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah,
17 September 1904 pada usia 25 tahun) adalah seorang tokoh perempuan
Indonesia yang dikenal sebagai pahlawan nasional. Ia dikenal karena
perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan dan emansipasi
wanita di Indonesia, terutama di kalangan bangsawan Jawa.
Kartini memperjuangkan pendidikan untuk perempuan Indonesia dengan
membuka sekolah untuk anak-anak perempuan yang disebut Sekolah Kartini
pada tahun 1903. Kontribusi dan perjuangan R. A. Kartini dalam
memperjuangkan pendidikan dan emansipasi wanita Indonesia sangat besar.
Ia memberikan inspirasi bagi banyak perempuan di Indonesia untuk
berjuang dan memperjuangkan hak-hak mereka. Oleh karena itu, pada
tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini dan ia diakui sebagai salah
satu pahlawan nasional Indonesia.
4.Dewi Sartika
Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, Jawa Barat, 4 Desember 1884 adalah
seorang tokoh perempuan Indonesia yang dikenal sebagai pelopor pendidikan
untuk perempuan dan pendiri sekolah pertama untuk perempuan di
Indonesia, yaitu Sekolah Isteri (sekarang dikenal dengan nama Sekolah
Kartini) pada tahun 1907.
Dewi Sartika berasal dari keluarga priyayi yang mendorong putri-putrinya
untuk bersekolah. Dalam usahanya untuk memperjuangkan pendidikan bagi
perempuan, Dewi Sartika memulai dengan membuka “Sekolah Kedokteran
dan Keperawatan untuk Wanita” pada tahun 1903. Namun, sekolah ini tidak
berhasil beroperasi karena keterbatasan dana dan dukungan.
Tidak putus asa, Dewi Sartika kemudian mendirikan Sekolah Isteri pada
tahun 1907. Sekolah ini menjadi pelopor dalam membuka kesempatan bagi
perempuan Indonesia untuk memperoleh pendidikan dan kemampuan yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari.
5.H. Hasyim Asy’ari
H. Hasyim Asy’ari (1871-1947) adalah tokoh agama dan sosial yang dikenal
sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar di
Indonesia. NU didirikan pada tahun 1926 dengan tujuan untuk
mempertahankan ajaran Islam yang moderat dan toleran serta melawan
gerakan pembaruan yang dipimpin oleh kaum muda yang cenderung radikal.
K.H. Hasyim Asy’ari memiliki kontribusi yang besar dalam bidang
pendidikan di Indonesia. Ia sangat peduli dengan masalah pendidikan dan
menyadari bahwa pendidikan merupakan kunci penting bagi kemajuan
bangsa. Oleh karena itu, ia mendirikan banyak sekolah dan pesantren di
berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Timur, yang pada akhirnya
menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).
Selain itu, K.H. Hasyim Asy’ari juga berperan penting dalam pengembangan
pendidikan Islam yang modern di Indonesia. Ia mendirikan pesantren-
pesantren yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum, seperti matematika,
sains, dan bahasa asing, selain juga mengajarkan ilmu agama. Ia juga
mendorong pendidikan untuk perempuan dan menyediakan fasilitas khusus
bagi siswi di beberapa pesantren NU.
kesimpulan
Dari artikel yang sudah dibuat dapat disimpulkan bahwa sejarah
pendidikan di Indonesia memiliki cerita yang manarik masa ke masa
nya. Sejarah pendidikan Indonesia di masa lampau hingga sekarang
memberikan kita gambaran bahwa dalam bentuk apapun pendidikan
itu tetaplah penting untuk membentuk karakter pribadi kita. Walaupun
sistem penerapannya berbeda-beda tetapi pendidikan memiliki
kesamaan tujuan. Mulai dari pendidikan keagamaan, pendidikan
karena penjajah hingga pendidikan pasca kemerdekaan. Setiap masa
wajib mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan bangsa di
masa itu dan mampu menjawab tantangan di masa mendatang.