Anda di halaman 1dari 15

KLIPING

Tentang sejarah pendidikan indonesia

Jihan thalita nisa


Kelas 2D
SDN Pisangan 02

Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadia, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. (UURI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional)

Selama ada kehidupan, selama itu perlu adanya pendidikan di dunia.


Pendidikan di dunia telah terjadi sejak zaman purba. Dengan kata lain, pendidikan
di Indonesia telah dilaksanakan sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang.
Kondisi pendidikan di setiap Negara berubah-ubah tergantung masa atau
zamannya, termasuk di Indonesia. Kondisi pendidikan di Indonesia terus
berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangan pendidikan dipengaruhi banyak
hal. Dalam pelaksanaan pendidikan, tentunya muncul berbagai permasalahan, baik
masalah sederhana hingga masalah yang serius.
Masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia
adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya
mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang
mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di
berbagai bidang.

Berbagai upaya perlu dilakukan oleh pemerintah bersama dengan masyarakat


untuk mengatasi segala kemungkinan masalah yang muncul dalam pendidikan di
Indonesia. Pemerintah memerlukan dukungan dari masyarakat untuk
mengembangkan pendidikan. Dengan partisipasi masyarakat, permasalahan dalam
pendidikan akan mudah dicari solusinya.
Pendidikan Pada Zaman Dahulu
1. Pendidikan Sebelum Kemerdekaan

a. Zaman Purba
Kebudayaan yang berkembang pada penduduk asli disebut Paleolitis (kebudayaan
lama/tua), sedangkan kebudayaan moyang bangsa Indonesia disebut neolitis (kebudayaan baru)
yang menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Tata masyarakatnya bersifat egaliter,
tidak ada stratifikasi yang jelas. Masyarakatnya dipimpin oleh pemuka adat.
Tujuan pendidikan saat itu adalah agar generasi muda dapat mencari nafkah, membela
diri dan hidup bermasyarakat. Belum ada pendidikan formal, maka kurikulum pendidikannya
meliputi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan mengenai agama.

b. Zaman Kerajaan Hindu-Budha


Stratifikasi sudah nampak jelas, antara yang dijamin (raja dan pegawai-pegawainya) dan
yang menjamin (rakyat). Berkembanglah feodalisme di dalam masyarakat dengan dtemukan
tulisan tertua (tulisan huruf Palawa bahasa sansekerta) oleh para ilmuwan sejarah di dekat Bogor
dan Kutai.
Pada jaman kerajaan Tarumanegara, Kutai telah berkembang pendidikan informal
berbentuk Perguruan dan Pesantren. Sebagai pendidik (guru dan pendhita) adalah kaum
Brahmana yang kemudian guru menggantikan kedudukannya para Brahmana. Implikasi dari
feodalisme pendidikan bersifat aristokratis artinya masih terbatas hanya untuk minoritas yaitu
anak-anak kasta Brahmana dan Ksatria, belum menjangkau mayoritas dari anak-anak kasta
Waisya dan Syudra.

Tujuan pendidikan umumnya agar menjadi penganut agama yang taat, mampu hidup
bermasyarakat, mampu membela diri, dan membela negara. Darmapala sangat terkenal sebagai
guru Budha yang dimungkinkan candi Borobudur, candi mendut merupakan pusat-pusat
pendidikan agama Budha yang menghasilkan karya sastra yang bermutu tinggi oleh para empu
(pujangga) seperti : Kitab Pararaton (Empu Kanwa), Negara Kertagama ( Empu Sedah dan Empu
Panuluh), Arjuna Wiwaha dan Barathayuda ( Empu Prapanca)

c. Zaman Kerajaan Islam


Pada abad 14 melalui saudagar yang beragama Islam masuk dan menyebarkan agama
Islam di pulau Jawa dengan jasa wali songo, akhirnya berdirilah kerajaan Islam. Pada umumnya
tujuan pendidikan untuk menghasilakan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT. Pendidikan
berlangsung dalam keluarga dan lambaga-lembaga pendidikan seperti langgar-langgar, masjid,
dan pesantren.
d. Zaman Pengaruh Portugis dan Spanyol
Bangsa Portugis dan bangsa Spanyol datang untuk berdagang dan sebagai missionaris
(penyebar agama katholik). Mereka mendirikan sekolah yang kurikulumnya berisi pendidikan
agama katholik ditambah mata pelajaran membaca, menulis dan berhitung.

e. Zaman kolonial Belanda

Pada zaman kolonial Balanda karakteristik kondisi sosial budaya yaitu :


1) Berlangsung penjajahan kolonialisme
2) Monopoli hasil pertanian
3) Stratifikasi sosial
Namun dengan semakin sadarnya bangsa Indonesia akan makna nasional dan
kemerdekaan lahirlah berbagai pergerakan dalam jalur politik dan pendidikan. Kondisi
pendidikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah
kolonial

Belanda sesuai kepentingan penjajah dan pendidikan yang dilaksanakan oleh kaum pergerakan
sebagai sarana perjuangan demi mencapai kemerdekaan. Ciri-ciri pendidikan zaman itu adalah
minimnya partisipasi bagi rakyat hanya untuk bangsa belanda dan putera golongan priayi,
pendidikan bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja murah atau pegawai rendahan.
Pendidikan kaum pergerakan sebagai sarana perjuangan kemerdekaan, antara lain :
1) Tahun 1908 Budi Utomo menjelaskan bahwa tujuan perkumpulan adalah untuk kemajuan yang
selaras buat negeri dan bangsa. Dalam bidang pendidikan mendirikan Sekolah Sentral di Solo
dan Yogyakarta yaitu Kweekschool.
2) Tahun 1912 K.H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah.
3) Tahun 1915 didirikan Trikora Dharmo, dan selanjutnya berdiri berbagai perkumpulan pemuda
hingga terwujudnya sumpah pemuda 1928.
4) Tahun 1922 Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman siswa.
5) Tahun 1926 Muhamad Safei mendirikan INS (Indonesisch Nederland School)
6) Dll.
Dari sini pergerakan nasional melahirkan kesadaran mengenai pentingnya peranan
pendidikan nasional dalam mempersiapkan kelahiran negara nasional. Ciri pendidikan nasional :
1) Bersifat nasionalistik dan sangat anti kolonialis
2) Berdiri sendiri atau percaya kepada kemampuan sendiri
3) Pengakuan kepada eksistensi perguruan swasta sebagai perwujudan harga diri yang tinggi dan
kebhinekaan masyarakat Indonesia.
f. Zaman Kedudukan Jepang

Bangsa Indonesia berada pada kekuasaan pendudukan militerisme, implikasinya dalam


bidang pendidikan di Indonesia sebagai berikut :
1) Tujuan dan isi pendidikan diarahkan demi kepentingan perang Asia Timur Raya
2) Hilangnya sistem dualisme dalam pendidikan. Terdapat jenjang sekolah : Sekolah Rakyat,
Sekolah Menengah, Sekolah Menengah Tinggi, dan Perguruan Tinggi.
3) Sistem pendidikan menjadi lebih merakyat.
2. Pendidikan Sesudah Kemerdekaan

a. Kondisi Pendidikan Periode 1945 – 1969

1) Zaman Revolusi Fisik Kemerdekaan


Jenjang pendidikan disempurnakan menjadi SMTP dan SMTA dan mulai mempersiapkan
sistem pendidikan nasional sesuai dengan amanat UUD 1945. Menteri pendidikan, pengajaran
dan kebudayaan mengintruksikan agar membuang sistem pendidikan kolonial dan
mengutamakan patriotisme. Rancangan UU yang dihasilkan : UU RI no. 4 tahun 1950 tentang
dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.

2) Peletakan Dasar Pendidikan Nasional


Mulai tanggal 18 Agustus 1945, sejak PPKI menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi
negara yang didalamnya memuat pancasila, implikasinya bahwa sejak saat itu dasar sistem
pendidikan nasional kita adalah Pancasila dan UUD 1945.

3) Demokrasi Pendidikan
Sesuai amanat UUD 1945 dan UU RI No. 4 tahun 1950 pemerintah mengusahakan
terselenggaranya pendidikan yang bersifat demokratis yaitu kewajiban belajar sekolah bagi anak-
anak yang berumur 8 tahun.

4) Lahirnya LPTK pada Tingkat Universitas


Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan mendorong Prof. Moh. Yamin mendirikan
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Atas dasar konferensi antar FKIP negeri seluruh
Indonesia maka lembaga pendidikan tenaga guru ( PGSLP, Kursus BI, BII, dan PTPG)
diintegrasikan dalam FKIP pada Universitas. Kemudian didirkan IKIP yang berdiri sendiri
sebagai pindahan dari PTPG sesuai dengan UU PT No. 22 tahun 1961.

5) Lahirnya Perguruan Tinggi


Pada tanggal 4 Desember 1961 lahir UU No. 22 tentang perguruan tinggi dengan prinsip
Tridharma Perguruan Tinggi.

b. Kondisi Pendidikan Pada PJP I : 1969 – 1993

Selama kurun waktu pelita I-V, pendidikan Indonesia mengalami banyak bahan dan
kemajuan, semakin mantapnya sistem pendidikan nasional dengan disahkannya Undang-undang
nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional beserta sejumlah Peraturan Pemerintah
yang menyertainya.

1) UU tentang Sistem Pendidikan Nasional


Sebagai penjabaran Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disahkan 8 Peraturan Pemerintah (PP) yaitu :
a) PP No. 27/1990 tentang Pendidikan Prasekolah
b) PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar
c) PP No. 29/1990 tentang Pendidikan Menengah
d) PP No. 30/1990 tentang Pendidikan Tinggi (kemudian diganti PP No. 60/1999)
e) PP No. 72/1991 tentang Pendidika Luar Biasa
f) PP No. 73/1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah
g) PP No. 38/1992 tentang Tenaga Kependidikan
h) PP No. 39/1992 tentang Peran serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional.

2) Taman Kanak-Kanak
Pendidikan di TK mengalami perkembangan yang cukup mengesankan, hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat khususnya orang tua semakin menyadari akan pentingnya
pendidikan prasekolah sebagai wahana untuk menyiapkan anak dari segi sikap, pengetahuan,
ketrampilan guna memasuki SD.

3) Pendidikan Dasar
Prestasi yang sangat mengesankan yang dicapai selama PJOPI ialah melonjaknya jumlah
peserta didik pada SD dan MI. Kendala yang dihadapi adalah banyaknya siswa putus sekolah
dan angka tinggal kelas cukup tinggi. Untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia
hingga minimal berpendidikan SLTP maka pada tanggal 2 Mei 1994 program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun dicanangkan.

4) Pendidikan Menengah
Persoalan yang menonjol pada SLTA umum selama pelita V adalah tentang mutu
kelulusan yang terutama diukur dari kesiapannya untuk memasuki jenjang perguruan tinggi.
NEM dan UMPTN menunjukkan keragaman dalam mutu SLTA antara sekolah dan lokasi
geografis yang berbeda-beda. Maka pada Repelita VI upaya memperbanyak jumlah SLTA
Umum yang bermutu menjadi prioritas melalui pengembangan SMU Plus yang dilakukan
melalui pengerahan peran serta masyarakat.

5) Pendidikan Tinggi
PTN dan PTS sama-sama menghadapi tantangan mengenai rendahnya proporsi
mahasiswa yang mempelajari bidang teknologi dan MIPA yang menimbulkan dampak negatif
pada dunia kerja. Mengingat dosen memegang peranan kunci dalam peningkatan mutu maka
peningkatan kualifikasi dosen merupakan prioritas dalam pengembangan pendidikan tinggi di
Indonesia saat ini.

6) Pendidikan Luar Sekolah


Pembangunan pendidikan luar sekolah diprioritaskan pada pemberantasan buta aksara
melalui perluasan jangkauan kejar paket A. Hasilnya adalah semakin menurunnya jumlah warga
masyarakat yang buta huruf.

7) Tantangan, Kendala, dan Peluang


Berdasarkan perkembangan pendidikan pada PJP I, ada sejumlah tantangan yang
dihadapi oleh pendidikan Indonesia pada masa-masa selanjutnya, yaitu :
a) Belum mampunya pendidikan mengimbangi perubahan struktur ekonomi dari pertanian
tradisional ke industri dan jasa.
b) Masih rendahnya relevansi pendidikan
c) Masih belum meratanya mutu pendidikan
d) Masih tingginya angka putus sekolah dan tinggal kelas
e) Masih banyaknya kelompok umur 10 tahun yang buta huruf
f) Masih kurangnya peran serta dunia usaha dan pendidikan
Kendala yang dihadapi dalam meningkatkan kinerja pendidikan nasional, Yaitu :
a) Kemiskinan dan keterbelakangan
b) Terbatasnya guru yang bermutu
c) Terbatasnya sarana dan prasarana
d) Manajemen sistem pendidikan yang belum secara terarah menuju peningkatan mutu,
relevansi, dan efisiensi pendidikan
Adapun peluang yang dimiliki oleh pendidikan nasional ialah:
a) Keberhasilan wajib belajar 6 tahun yang memberi landasan bagi pelaksanaan wajar sembilan
tahun.
b) Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan
c) Semakin luasnya sarana komunikasi
d) Semakin tersebarluasnya lembaga pendidikan negeri dan swasta
e) Adanya UU No. 2/1989 tentang sistem pendidikan nasional yang memberikan landasan yang
kokoh bagi pendidikan nasional

B. Pendidikan Pada Masa Sekarang / Era Global

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan


tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak
disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasaan ini
disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.
Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan
terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia
terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain. Yang kita rasakan
sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal
maupun informal. Oleh karana itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia
Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.
Setelah diamati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik
pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu
pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Ada banyak penyabab
mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai
rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah
pemerataan pendidikan, masalah mutu pendidikan, masalah efesiensi pendidikan, dan masalah
relevansi pendidkan.
Kondisi pendidikan masa kini banyak di pengaruhi oleh hal-hal sebagai :

1. Arah pendidikan kurang jelas


2. Pendidikan sebagai barang mahal, artinya pendidkan yang berbasis hanya di kategorikan
saja tanpa seimbang dengan kenyataannya dan hanya untuk sebagai bahan bisnis. Orang akan
tertarik pada sekolah-sekolah yang berbasis, sehingga biayanya pun pasti mahal, maka sekolah
pun dijadikan ajang bisnis.
3. Penyelewengan dana : pihak sekolah berlaku tidak adil atas hak peserta didiknya, dana untuk
keperluan sekolah banyak yang di korupsi oleh para pihak sekolah, sehingga sistem atau struktur
sekolah pun tidak tersalurkan dengan baik dan banyak kekurangannya.
4. Kualitas dan kuantitas guru yang kurang : guru yang kurang profesional dalam
mengembangkan pengajarannya dan tidak sesuai dalam sistem pemberian pembelajaran.
5. Pendidikan tidak merata
6. Kurang penghargaan pada guru atau dosen

Akibat dari hal tersebut dikarenakan adanya :

1. Politasi pendidikan
2. Oper spesialisasi
3. Sekularitas pendidikan
5 Tokoh Pahlawan Nasional yang Memperjuangkan Pendidikan Indonesia

1.Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara atau bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (2


Mei 1889 – 26 April 1959) adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang
diakui sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Ia lahir di Yogyakarta dan
memiliki latar belakang keluarga bangsawan. Selama hidupnya, ia banyak
berjuang untuk memajukan pendidikan di Indonesia dan memberikan akses
pendidikan yang merata untuk semua orang.
Pada tahun 1912, Ki Hajar Dewantara mendirikan sekolah pendidikan di
Belanda, yang kemudian dikenal dengan nama School tot Opleiding van
Inlandsche Artsen (STOVIA) yang bertujuan untuk melahirkan tenaga medis
pribumi. Pada tahun 1922, ia mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga
pendidikan yang memberikan akses pendidikan bagi rakyat jelata, khususnya
anak-anak petani dan buruh. Lembaga ini dianggap sebagai salah satu
lembaga pendidikan pertama di Indonesia yang menyediakan pendidikan
bagi rakyat jelata.
3. H. Ahmad Dahlan

H. Ahmad Dahlan (1868-1923) adalah seorang tokoh pendidikan dan


keagamaan Islam yang dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah, salah satu
organisasi Islam terbesar di Indonesia. Lahir di Yogyakarta, ia dibesarkan
dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan belajar di sekolah
tradisional pesantren. Setelah menamatkan pendidikan di pesantren, Ahmad
Dahlan melanjutkan pendidikannya di Sekolah Rakyat Negeri, sebuah
sekolah yang didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa itu.
Setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Rakyat Negeri, Ahmad Dahlan
mengajar di berbagai pesantren dan sekolah. Dia menyadari bahwa banyak
orang Islam yang masih buta huruf dan tidak memiliki akses ke pendidikan
modern. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mendirikan organisasi
Muhammadiyah pada tahun 1912, dengan tujuan untuk meningkatkan
pendidikan dan kesejahteraan umat Islam di Indonesia.
3.Kartini

Raden Ajeng Kartini atau lebih dikenal dengan nama R. A. Kartini (lahir di
Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah,
17 September 1904 pada usia 25 tahun) adalah seorang tokoh perempuan
Indonesia yang dikenal sebagai pahlawan nasional. Ia dikenal karena
perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak pendidikan dan emansipasi
wanita di Indonesia, terutama di kalangan bangsawan Jawa.
Kartini memperjuangkan pendidikan untuk perempuan Indonesia dengan
membuka sekolah untuk anak-anak perempuan yang disebut Sekolah Kartini
pada tahun 1903. Kontribusi dan perjuangan R. A. Kartini dalam
memperjuangkan pendidikan dan emansipasi wanita Indonesia sangat besar.
Ia memberikan inspirasi bagi banyak perempuan di Indonesia untuk
berjuang dan memperjuangkan hak-hak mereka. Oleh karena itu, pada
tanggal 21 April diperingati sebagai Hari Kartini dan ia diakui sebagai salah
satu pahlawan nasional Indonesia.
4.Dewi Sartika

Raden Dewi Sartika (lahir di Bandung, Jawa Barat, 4 Desember 1884 adalah
seorang tokoh perempuan Indonesia yang dikenal sebagai pelopor pendidikan
untuk perempuan dan pendiri sekolah pertama untuk perempuan di
Indonesia, yaitu Sekolah Isteri (sekarang dikenal dengan nama Sekolah
Kartini) pada tahun 1907.
Dewi Sartika berasal dari keluarga priyayi yang mendorong putri-putrinya
untuk bersekolah. Dalam usahanya untuk memperjuangkan pendidikan bagi
perempuan, Dewi Sartika memulai dengan membuka “Sekolah Kedokteran
dan Keperawatan untuk Wanita” pada tahun 1903. Namun, sekolah ini tidak
berhasil beroperasi karena keterbatasan dana dan dukungan.
Tidak putus asa, Dewi Sartika kemudian mendirikan Sekolah Isteri pada
tahun 1907. Sekolah ini menjadi pelopor dalam membuka kesempatan bagi
perempuan Indonesia untuk memperoleh pendidikan dan kemampuan yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari.
5.H. Hasyim Asy’ari

H. Hasyim Asy’ari (1871-1947) adalah tokoh agama dan sosial yang dikenal
sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU), salah satu organisasi Islam terbesar di
Indonesia. NU didirikan pada tahun 1926 dengan tujuan untuk
mempertahankan ajaran Islam yang moderat dan toleran serta melawan
gerakan pembaruan yang dipimpin oleh kaum muda yang cenderung radikal.
K.H. Hasyim Asy’ari memiliki kontribusi yang besar dalam bidang
pendidikan di Indonesia. Ia sangat peduli dengan masalah pendidikan dan
menyadari bahwa pendidikan merupakan kunci penting bagi kemajuan
bangsa. Oleh karena itu, ia mendirikan banyak sekolah dan pesantren di
berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Timur, yang pada akhirnya
menjadi cikal bakal berdirinya Nahdlatul Ulama (NU).
Selain itu, K.H. Hasyim Asy’ari juga berperan penting dalam pengembangan
pendidikan Islam yang modern di Indonesia. Ia mendirikan pesantren-
pesantren yang mengajarkan ilmu pengetahuan umum, seperti matematika,
sains, dan bahasa asing, selain juga mengajarkan ilmu agama. Ia juga
mendorong pendidikan untuk perempuan dan menyediakan fasilitas khusus
bagi siswi di beberapa pesantren NU.
kesimpulan
Dari artikel yang sudah dibuat dapat disimpulkan bahwa sejarah
pendidikan di Indonesia memiliki cerita yang manarik masa ke masa
nya. Sejarah pendidikan Indonesia di masa lampau hingga sekarang
memberikan kita gambaran bahwa dalam bentuk apapun pendidikan
itu tetaplah penting untuk membentuk karakter pribadi kita. Walaupun
sistem penerapannya berbeda-beda tetapi pendidikan memiliki
kesamaan tujuan. Mulai dari pendidikan keagamaan, pendidikan
karena penjajah hingga pendidikan pasca kemerdekaan. Setiap masa
wajib mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan bangsa di
masa itu dan mampu menjawab tantangan di masa mendatang.

Anda mungkin juga menyukai